Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik
Click here to load reader
description
Transcript of Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 53 tahun
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Alamat : Lamteumen
B. Anamnesa
1. Keluhan Utama : Luka dan bengkak pada kaki kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 20 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengaku kakinya
mulai bengkak. Awalnya kaki pasien tertusuk keong di tambak. Kemudian
luka dibawa ke mantri. Kaki sudah diberi obat dan disuntik (pasien tidak
tahu nama dan jenis obat yang disuntikkan), tetapi luka tidak sembuh-
sembuh dan kaki semakin membengkak dan terasa sakit. Pasien tidak ada
keluhan panas.
Pasien mengaku sering merasa haus dan sering buang air kecil.
Pasien juga mengaku nafsu makan normal tetapi berat badan pasien tidak
bertambah. Karena keluhan sakit dikakinya tidak sembuh-sembuh, pasien
berobat ke Puskesmas.
1
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak tahu ada riwayat kencing manis, riwayat darah tinggi
sejak 10 tahun.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat kencing manis dan hipertensi dalam keluarga.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda Vital : TD = 160/90 mmHg N = 24 x/menit
RR = 96 x/menit T = 36,8oC
4. Kulit : warna sawo matang, sianosis tidak ada, hemangioma tidak ada,
turgor cepat kembali, vena kolateral tidak ada, kelembaban cukup.
5. Kepala dan Leher
Rambut : warna hitam, lurus, tipis, tidak mudah dicabut, alopesia tidak ada.
Kepala : bentuk simetris, tidak ada trauma maupun memar.
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokhor
refleks cahaya (+/+)
Mulut : bentuk normal, mukosa tidak anemis, lidah tidak kotor, tidak
tremor, tidak ada perdarahan gusi, pharing tidak ada edema dan
tidak hiperemis
2
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, JVP tidak
meningkat, pembesaran kelenjar getah bening tidak ada, kaku
kuduk tidak ada.
6. Thorak
Paru : I = Gerakan nafas simetris
P = Fremitus raba simetris, nyeri tekan tidak ada
P = Sonor, nyeri ketuk tidak ada
A = Suara nafas vesikuler, Ronkhi (-), Wheezing (-)
Jantung : I = Iktus, pulsasi tidak terlihat
P = Batas Kanan ICS IV LPS Dextra
Batas Kiri ICS VI LMC Sinistra
A = S1 > S2, bising dan murmur tidak ada
7. Abdomen
I = Simetris, tidak tampak pembesaran
P = Hepar/Lien/Massa tidak teraba, nyeri tekan epigastrium tidak ada
P = timpani, nyeri ketuk tidak ada, shifting dullness tidak ada
A = Bising usus (+) normal.
8. Ekstremitas
- Atas: edema, deformitas dan atrofi tidak ada.
- Bawah : edema (-/+), atrofi dan deformitas tidak ada.
Status lokalis ekstremitas bawah kiri :
- Inspeksi: tampak kaki pedis sinistra bengkak, hiperemi (+), luka (+)
- Palpasi : nyeri tekan positif
3
D. Pemeriksaan Penunjang
GDS : 345 gr/dl
E. Diagnosis
Diabetes Mellitus Type II dengan Kaki Diabetes
F. Terapi
Glibenklamaid tab 2x1
Metformin tab 2x1
Captopril tab 12,5 2x1
G. Saran
Melakukan pemeriksaan lebih lanjut di Rumah Sakit rujukan
Mengontrol pola makan
Minum obat secara teratur
4
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diabetes merupakan satu sindrom atau penyakit akibat dari kekurangan atau
hilangnya keberkesanan hormon insulin. Insulin membolehkan glukosa
memasuki sel-sel dalam badan. Sel-sel ini kemudiannya menggunakan glukosa
sebagai sumber tenaga. Tanpa insulin, paras glukosa darah akan meningkat.
Dalam masyarakat Melayu hanya dikenali (secara tidak tepat) sebagai kencing
manis atau Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia
(peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan bervariasi, terutama
setelah makan. Semua jenis diabetes mellitus memiliki gejala yang mirip dan
komplikasi pada tingkat lanjut.
Hiperglikemia sendiri dapat menyebabkan dehidrasi dan ketoasidosis.
Kokmplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda),
kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat
menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan infotensi
dan gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum
bila kontrol kadar gula darah buruk.
Pada dasarnya, Diabetes Mellitus di sebabkan oleh hormon insulin penderita
yang tidak mencukupi atau tidak efektif sehingga tidak dapat bekerja secara
normal, padahal insulin mempunyai peran utama mengatur kadar glukosa
didalam darah.
nsulin yang di hasilkan oleh kelenjar pankreas yang terletak di lekukan usus
12 jari sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah yaitu
untuk orang normal (non Diabetes ) 60-120 mg/dl waku puasa, ( 140 mg/dl
waktu 2 jam seudah makan, bila terjadi gangguan pada insulin, baik secara
5
kuantitas maupu kualitas, keseimbangan tersebut akan tergantung sehingga
kadar glukosa darah cendrung naik.
B. Etiologi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi
terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
6
a. Gejala dan tanda
Gejala dan tanda-tanda penyakit diabetes mellitus dapat digolongkan menjadi
2 yaitu gejala akut dan gejala kronik.
1. Gejala Akut
Gejala penyakit DM pada setiap orang tidak akan selalu sama, akan tetapi
gejala yang sering muncul atau pada umumnya sering timbul dengan tidak
menutup kemungkinan akan timbul gejala lain:
a. Pada permulaan gejala yang timbul meliputi antara lain sebagai berikut :
- Banyak Makan ( Polifagia )
Perasaan lapar pada pasien penyakit gula disebabkan oleh ketidakmampuan
sel untuk mengambil gula dari dalam darah dan memakainya guna untuk
menghasilkan Energi. Sel- sel yang kelaparan dengan gula yang banyak yang
terdapat didalam darah akan terus- menerus memberikan sinyal atau akan
memerintahkan kepusat rasa lapar didalam otak ingin makan sehingga pasien
terus merasa lapar sekalipun makanan yang masuk kedalam usussnya melimpah
atau banyak.
- Banyak Minum ( Polidipsia )
Pada pasien diabetes kadar gula darah dapat naik hingga mencapai nilai yang
cukup tinggi. Kadar yang lebih tinggi dari 200 mg % yang akan menyebabkan
darah menjadi “ kental “
Salah satu akibat adalah rasa haus yang diderita pasien sehingga membuatnya
untuk minum banyak guna mengencerkan darah yang kental itu. Disamping itu
juga, frekuensi kencing yang sering dan banyak yang akan memperbesar
kehilangan cairan melalui ginjal sehingga menambah rasa haus yang besar yang
diderita oleh orang yang menderita diabetes mellitus.
7
KGD meningkat > 200 mg%
Konsentrasi gula meningkat / kental
Menurunnya osmolaritas dengan meningkatnya
keinginan untuk minum
Sudah tidak menggunakan gula sehingga energi tidak ada
Sinyal lapor ke otak
Polifagia (banyak makan)
Polidipsia (banyak minum)
Dibuang melalui ginjal berupa urine
- Banyak Kencing ( Poliuria )
Adapun ketiga dari gejala diatas dapat dilihat melalui bagan sebagai berikut :
b. Bila keadan tersebut tidak dapat terobati lama kelamaan timbul gejala
yang disebabkan oleh kurangnya insulin dan bukan polifagia, polidipsi dan
poliuria ( 3P ) melainkan hanya polidipsia dan poliuria ( 2P ) dengan beberapa
keluhan sebagai berikut ;
- Nafsu makan mulai berkurang ( tidak polifagia lagi ) bahkan kadang-
kadang disusul dengan mual jika kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl
- Banyak minim
- Banyak kencing
- Berat badan menurun dengan cepat ( dapat turun 4-10 kg dalam waktu 2-4
minggu )
- Mudah lelah
8
- Bila tidak lekas diobati akan timbul rasa mualbahkan penderita akan jatuh
koma ( tidak sadarkan diri ) dan disebut koma diabetic. Koma diabetic adalah
koma pada diabetisi akibat kadar glikosa darah terlalu tinggi, biasanya melebihi
( 600 mg/dl ).
2. Gejala Kronik
Kadang- kadang diabetisi tidak menunjukan gejala akut tetapi penderita
tersebut baru menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun
mengidap penyakit DM. gejala ini disebut gejala kronik atau menahun. Gejala
kronik ini yang paling sering membawa diabetis berobat pertama kali.
Gejala kronik yang sering timbul adalah sebagai berikut :
- kesemutan
- gangguan penglihatan mata kabur biasanya sering ganti kasa mata
- kilit terasa panas atau seperti tertusuk –tusuk jarum
- gatal disekitar kemaluan terutama wanita
- ereksi atau keputihan
- terasa tebal dikulit, sehingga kalau berjalan seperti berjalan diatas bantal
dan kasur.
- Kram, leleh dan mudah mengantuk
- Gigi mudah goyah dan mudah lepas
- Kemampuan seksual menurun bahkan impotent
- Para ibu hamil sring mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau berat badan bayi lebih dari 4 kg.
b. Diagnosis
Menurut Suyono (2002), diagnosis diabetes dipastikan bila:
1) Kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dL atau lebih ditambah gejala khas
diabetes.
9
2) Glukosa darah puasa 126 mg/dL atau lebih pada dua kali pemeriksaan
pada saat berbeda. Bila ada keraguan, perlu dilakukan tes toleransi glukosa oral
(TTGO) atau yang populer disebut OGTT (Oral Glukose Tolerance Test) dengan
mengukur kadar glukosa puasa dan 2 jam setelah minum 75 g glukosa (Suyono,
2002).
c. Klasifikasi
Adapun jenis-jenis Diabetes Melitus adalah sebagai berikut :
1. Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 dahulu disebut insulin-dependent diabetes (IDDM,
"diabetes yang bergantung pada insulin"), atau diabetes anak-anak, dicirikan
dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans
pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat
diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olah raga tidak
bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe 1. Kebanyakan penderita
diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini
mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin
umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah
kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi
autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin,
dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat
monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap
paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan
diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan
olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan
10
pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian
masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga
dimungkinkan pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan pada saat
makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui
"inhaled powder".
Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan
mempengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup,
perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan
dijalankan. Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1 harus sedekat
mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l). Beberapa dokter
menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang
bermasalah dengan angka yang lebih rendah. seperti "frequent hypoglycemic
events". Angka di atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa
tidak nyaman dan buang air kecil yang terlalu sering sehingga menyebabkan
dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l) biasanya membutuhkan
perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke "ketoacidosis". Tingkat glukosa
darah yang rendah, yang disebut hypoglycemia, dapat menyebabkan "seizures"
atau seringnya kehilangan kesadaran.
2. Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 dulu disebut non-insulin-dependent diabetes mellitus
(NIDDM, "diabetes yang tidak bergantung pada insulin"), terjadi karena
kombinasi dari "kecacatan dalam produksi insulin" dan "resistensi terhadap
insulin" atau "berkurangnya sensitifitas terhadap insulin" (adanya defek respon
jaringan terhadap insulin) yang melibatkan reseptor insulin di membran sel.
Pada tahap awal abnormalitas yang paling utama adalah berkurangnya
sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di
dalam darah. Pada tahap ini, hiperglikemia dapat diatas dengan berbagai cara
dan Obat Anti Diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin
11
atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit,
sekresi insulinpun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang
dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan
mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral (fat concentrated
around the waist in relation to abdominal organs, not it seems, subcutaneous fat)
diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin,
mungkin dalam kaitan dengan pengeluaran dari adipokines (suatu kelompok
hormon) itu merusak toleransi glukosa. abdominal gemuk Adalah terutama aktif
hormonally. Kegemukan ditemukan kira-kira 90% dari pasien dunia
dikembangkan mendiagnose dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi
keturunan keluarga, walaupun terus meningkat mulai untuk mempengaruhi anak
remaja dan anak-anak.
Diabetes mellitus tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan ( lebih
dari 90 % . timbulnya makin sering setelah umur 40 tahun dengan catatan pada
decade ke 7 kekerapan DM mencapai 3-4 kali lebih tinggi dari pada rata- rata
orang dewasa. Pada keadaan dengan kadar gula darah yang tidak trlalu tinggi
atau belum ada komplikasi, biasanya pasein tidak berobat kerumah sakit atau
dokter oleh karena itu biasanya orang yang mengalami DM tidak banyak
terdiognosa olah medis.
DM tipe 2 akan meningkat karena disebabkan oleh berbagai hal misalnya
bertambahnya usia harapan hidup, berkurangnya kematian akibat infeksi dan
meningkatnya faktor resiko yang disebabkan oleh gaya hidup yang salah seperti
kegemukan , kurang gerak atau kurang berolahraga dan pola makan yang tidak
sehat.
12
Adapun Perbedaan Antara DM tipe 1 dan DM tipe 2
No Diabetes tipe 1 (IDDM) Diabetes tipe 2 (NIDDM)
1 jarang berlaku tetapi
keadaannya lebih teruk
biasa berlaku
2 terjadi di kalangan mereka yang
lebih muda antara umur 10 hingga
16 tahun
terjadi di kalangan mereka
yang lebih dewasa yang berumur
35 tahun ke atas.
3 terjadi begitu cepat
(pengeluaran insulin dari
pankreas dimusnahkan).
terjadi secara perlahan-lahan
(insulin yang dikeluarkan tidak
mencukupi menyebabkan paras
glukosa darah meningkat).
4 tidak mempunyai sejarah
keluarga yang menghidap
diabetes
mempunyai sejarah keluarga
5 tidak dikaitkan dengan
kegemukan atau obesiti.
kejadian kegemukan sangat
tinggi
6 pesakit akan mengalami tanda-
tanda dan gejala amaran yang
serius.
merupakan penyakit yang
senyap, selalunya dikesan secara
kebetulan atau selepas
berlakunya komplikasi.
7 rawatan: pemakanan + suntikan
insulin
rawatan: pemakanan +
senaman (menurunkan berat
badan) + ubat makan + suntikan
insulin (bagi kes-kes tertentu).
(Petunjuk yang baik untuk menentukan atau mengesahkan penyakit diabetes
ialah apabila paras glukosa melebihi 140gm/ml pada 2 kali pengambilan yang
13
berbeDa atau keputusan yang diambil dalam keadaan pesakit tidak berpuasa
menunjukkan paras glukosa 200mg/ml atau lebih tinggi).
3. Diabetes mellitus gestasional
Kencing manis mellitus gestasional ( gestational kencing manis mellitus,
GDM) juga melibatkan suatu kombinasi dari kemampuan reaksi dan
pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, menirukan 2 jenis tipe kencing
manis di beberapa pengakuan. [Itu] kembang;kan selama kehamilan dan boleh
meningkatkan atau menghilang lenyap setelah penyerahan. Sungguhpun
mungkin saja penumpang sementara, gestational kencing manis boleh
merusakkan kesehatan dari janin atau ibu, dan sekitar 20%–50% dari wanita-
wanita dengan kencing manis gestational kembang;kan jenis 2 kencing manis
kemudian (dalam) hidup.
Gestational kencing manis mellitus (GDM) terjadi di sekitar 2%–5% selama
kehamilan. jenis ini sangat penting diketehui karena dampaknya pada janin
kurang baik bila tidak ditangani dengan benar. Dapat menyebabkan
permasalahan dengan kehamilan, termasuk macrosomia ( kelahiran dengan berat
badan bayi yang sangat tinggi ), cacat pada bayi dan akan menyebabkan
penyakit jantung pada bayi. Hal ini memerlukan pengawasan hati-hati oleh ibu
pada saat kehamilan.
d. Terapi obat
Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar
gula darah dalam kisaran yang normal. Namun, kadar gula darah yang benar-
benar normal sulit untuk dipertahankan.
Meskipun demikian, semakin mendekati kisaran yang normal, maka
kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang menjadi
semakin berkurang. Untuk itu diperlukan pemantauan kadar gula darah secara
teratur baik dilakukan secara mandiri dengan alat tes kadar gula darah sendiri di
rumah atau dilakukan di laboratorium terdekat.
14
Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet.
Seseorang yang obesitas dan menderita diabetes tipe 2 tidak akan memerlukan
pengobatan jika mereka menurunkan berat badannya dan berolah raga secara
teratur.
Namun, sebagian besar penderita merasa kesulitan menurunkan berat badan
dan melakukan olah raga yang teratur. Karena itu biasanya diberikan terapi sulih
insulin atau obat hipoglikemik (penurun kadar gula darah) per-oral.
Diabetes tipe 1 hanya bisa diobati dengan insulin tetapi tipe 2 dapat diobati
dengan obat oral. Jika pengendalian berat badan dan berolahraga tidak berhasil
maka dokter kemudian memberikan obat yang dapat diminum (oral = mulut)
atau menggunakan insulin.
Berikut ini pembagian terapi farmakologi untuk diabetes, yaitu:
Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Terapi Sulih Insulin
1. Obat hipoglikemik oral
Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah secara
adekuat pada penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe I.
Contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid dan klorpropamid. Obat ini
menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh
pankreas dan meningkatkan efektivitasnya. Obat lainnya, yaitu metformin, tidak
mempengaruhi pelepasan insulin tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap
insulinnya sendiri. Akarbos bekerja dengan cara menunda penyerapan glukosa di
dalam usus. Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita
diabetes tipe II jika diet dan oleh raga gagal menurunkan kadar gula darah
dengan cukup. Obat ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari),
meskipun beberapa penderita memerlukan 2-3 kali pemberian. Jika obat
hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan baik,
mungkin perlu diberikan suntikan insulin.
15
2. Terapi Sulih Insulin
Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga
harus diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan
melalui suntikan, insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat
diberikan per-oral (ditelan).
Bentuk insulin yang baru (semprot hidung) sedang dalam penelitian. Pada saat
ini, bentuk insulin yang baru ini belum dapat bekerja dengan baik karena laju
penyerapannya yang berbeda menimbulkan masalah dalam penentuan dosisnya.
Insulin disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di lengan,
paha atau dinding perut. Digunakan jarum yang sangat kecil agar tidak terasa
terlalu nyeri.
Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan dan
lama kerja yang berbeda:
1. Insulin kerja cepat.
Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling
sebentar.
Insulin ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit,
mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8 jam.
Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang menjalani beberapa
kali suntikan setiap harinya dan disutikkan 15-20 menit sebelum makan.
2. Insulin kerja sedang.
Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan.
Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam waktu
6-10 jam dan bekerja selama 18-26 jam. Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi
hari untuk memenuhi kebutuhan selama sehari dan dapat disuntikkan pada
malam hari untuk memenuhi kebutuhan sepanjang malam.
16
3. Insulin kerja lambat.
Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan.
Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam.
Sediaan insulin stabil dalam suhu ruangan selama berbulan-bulan sehingga
bisa dibawa kemana-mana.
Pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung kepada:
* Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya
* Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan
menyesuaikan dosisnya
* Aktivitas harian penderita
* Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya
* Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari.
Sediaan yang paling mudah digunakan adalah suntikan sehari sekali dari
insulin kerja sedang. Tetapi sediaan ini memberikan kontrol gula darah yang
paling minimal.
Kontrol yang lebih ketat bisa diperoleh dengan menggabungkan 2 jenis
insulin, yaitu insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan kedua
diberikan pada saat makan malam atau ketika hendak tidur malam.
Kontrol yang paling ketat diperoleh dengan menyuntikkan insulin kerja cepat
dan insulin kerja sedang pada pagi dan malam hari disertai suntikan insulin kerja
cepat tambahan pada siang hari.
Beberapa penderita usia lanjut memerlukan sejumlah insulin yang sama setiap
harinya; penderita lainnya perlu menyesuaikan dosis insulinnya tergantung
17
kepada makanan, olah raga dan pola kadar gula darahnya. Kebutuhan akan
insulin bervariasi sesuai dengan perubahan dalam makanan dan olah raga.
Beberapa penderita mengalami resistensi terhadap insulin. Insulin tidak
sepenuhnya sama dengan insulin yang dihasilkan oleh tubuh, karena itu tubuh
bisa membentuk antibodi terhadap insulin pengganti. Antibodi ini
mempengaruhi aktivitas insulin sehingga penderita dengan resistansi terhadap
insulin harus meningkatkan dosisnya.
Penyuntikan insulin dapat mempengaruhi kulit dan jaringan dibawahnya pada
tempat suntikan. Kadang terjadi reaksi alergi yang menyebabkan nyeri dan rasa
terbakar, diikuti kemerahan, gatal dan pembengkakan di sekitar tempat
penyuntikan selama beberapa jam.
Suntikan sering menyebabkan terbentuknya endapan lemak (sehingga kulit
tampak berbenjol-benjol) atau merusak lemak (sehingga kulit berlekuk-lekuk).
Komplikasi tersebut bisa dicegah dengan cara mengganti tempat penyuntikan
dan mengganti jenis insulin. Pada pemakaian insulin manusia sintetis jarang
terjadi resistensi dan alergi.
Pengaturan diet sangat penting. Biasanya penderita tidak boleh terlalu banyak
makan makanan manis dan harus makan dalam jadwal yang teratur. Penderita
diabetes cenderung memiliki kadar kolesterol yang tinggi, karena itu dianjurkan
untuk membatasi jumlah lemak jenuh dalam makanannya. Tetapi cara terbaik
untuk menurunkan kadar kolesterol adalah mengontrol kadar gula darah dan
berat badan.
Semua penderita hendaknya memahami bagaimana menjalani diet dan olah
raga untuk mengontrol penyakitnya. Mereka harus memahami bagaimana cara
menghindari terjadinya komplikasi.
Penderita juga harus memberikan perhatian khusus terhadap infeksi kaki
sehingga kukunya harus dipotong secara teratur. Penting untuk memeriksakan
18
matanya supaya bisa diketahui perubahan yang terjadi pada pembuluh darah di
mata.
DAFTAR PUSTAKA
19
Almatsier, Sunita. 2007. Penuntun Diet. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/DM/
http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=1264
20