Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik

29

Click here to load reader

description

l'

Transcript of Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik

Page 1: Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. S

Umur : 53 tahun

Pekerjaan : Swasta

Agama : Islam

Alamat : Lamteumen

B. Anamnesa

1. Keluhan Utama : Luka dan bengkak pada kaki kiri

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 20 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengaku kakinya

mulai bengkak. Awalnya kaki pasien tertusuk keong di tambak. Kemudian

luka dibawa ke mantri. Kaki sudah diberi obat dan disuntik (pasien tidak

tahu nama dan jenis obat yang disuntikkan), tetapi luka tidak sembuh-

sembuh dan kaki semakin membengkak dan terasa sakit. Pasien tidak ada

keluhan panas.

Pasien mengaku sering merasa haus dan sering buang air kecil.

Pasien juga mengaku nafsu makan normal tetapi berat badan pasien tidak

bertambah. Karena keluhan sakit dikakinya tidak sembuh-sembuh, pasien

berobat ke Puskesmas.

1

Page 2: Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak tahu ada riwayat kencing manis, riwayat darah tinggi

sejak 10 tahun.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada riwayat kencing manis dan hipertensi dalam keluarga.

C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. Tanda Vital : TD = 160/90 mmHg N = 24 x/menit

RR = 96 x/menit T = 36,8oC

4. Kulit : warna sawo matang, sianosis tidak ada, hemangioma tidak ada,

turgor cepat kembali, vena kolateral tidak ada, kelembaban cukup.

5. Kepala dan Leher

Rambut : warna hitam, lurus, tipis, tidak mudah dicabut, alopesia tidak ada.

Kepala : bentuk simetris, tidak ada trauma maupun memar.

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokhor

refleks cahaya (+/+)

Mulut : bentuk normal, mukosa tidak anemis, lidah tidak kotor, tidak

tremor, tidak ada perdarahan gusi, pharing tidak ada edema dan

tidak hiperemis

2

Page 3: Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, JVP tidak

meningkat, pembesaran kelenjar getah bening tidak ada, kaku

kuduk tidak ada.

6. Thorak

Paru : I = Gerakan nafas simetris

P = Fremitus raba simetris, nyeri tekan tidak ada

P = Sonor, nyeri ketuk tidak ada

A = Suara nafas vesikuler, Ronkhi (-), Wheezing (-)

Jantung : I = Iktus, pulsasi tidak terlihat

P = Batas Kanan ICS IV LPS Dextra

Batas Kiri ICS VI LMC Sinistra

A = S1 > S2, bising dan murmur tidak ada

7. Abdomen

I = Simetris, tidak tampak pembesaran

P = Hepar/Lien/Massa tidak teraba, nyeri tekan epigastrium tidak ada

P = timpani, nyeri ketuk tidak ada, shifting dullness tidak ada

A = Bising usus (+) normal.

8. Ekstremitas

- Atas: edema, deformitas dan atrofi tidak ada.

- Bawah : edema (-/+), atrofi dan deformitas tidak ada.

Status lokalis ekstremitas bawah kiri :

- Inspeksi: tampak kaki pedis sinistra bengkak, hiperemi (+), luka (+)

- Palpasi : nyeri tekan positif

3

Page 4: Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik

D. Pemeriksaan Penunjang

GDS : 345 gr/dl

E. Diagnosis

Diabetes Mellitus Type II dengan Kaki Diabetes

F. Terapi

Glibenklamaid tab 2x1

Metformin tab 2x1

Captopril tab 12,5 2x1

G. Saran

Melakukan pemeriksaan lebih lanjut di Rumah Sakit rujukan

Mengontrol pola makan

Minum obat secara teratur

4

Page 5: Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Diabetes merupakan satu sindrom atau penyakit akibat dari kekurangan atau

hilangnya keberkesanan hormon insulin. Insulin membolehkan glukosa

memasuki sel-sel dalam badan. Sel-sel ini kemudiannya menggunakan glukosa

sebagai sumber tenaga. Tanpa insulin, paras glukosa darah akan meningkat.

Dalam masyarakat Melayu hanya dikenali (secara tidak tepat) sebagai kencing

manis atau Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah

akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.

kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia

(peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan bervariasi, terutama

setelah makan. Semua jenis diabetes mellitus memiliki gejala yang mirip dan

komplikasi pada tingkat lanjut.

Hiperglikemia sendiri dapat menyebabkan dehidrasi dan ketoasidosis.

Kokmplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda),

kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat

menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan infotensi

dan gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum

bila kontrol kadar gula darah buruk.

Pada dasarnya, Diabetes Mellitus di sebabkan oleh hormon insulin penderita

yang tidak mencukupi atau tidak efektif sehingga tidak dapat bekerja secara

normal, padahal insulin mempunyai peran utama mengatur kadar glukosa

didalam darah.

nsulin yang di hasilkan oleh kelenjar pankreas yang terletak di lekukan usus

12 jari sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah yaitu

untuk orang normal (non Diabetes ) 60-120 mg/dl waku puasa, ( 140 mg/dl

waktu 2 jam seudah makan, bila terjadi gangguan pada insulin, baik secara

5

Page 6: Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik

kuantitas maupu kualitas, keseimbangan tersebut akan tergantung sehingga

kadar glukosa darah cendrung naik.

B. Etiologi

1. Diabetes tipe I:

a. Faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi

suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.

Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen

HLA.

b. Faktor-faktor imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi

terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan

tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi

terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.

c. Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan

destruksi selbeta.

2. Diabetes Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan

sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik

memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko :

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga

6

Page 7: Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik

a. Gejala dan tanda

Gejala dan tanda-tanda penyakit diabetes mellitus dapat digolongkan menjadi

2 yaitu gejala akut dan gejala kronik.

1. Gejala Akut

Gejala penyakit DM pada setiap orang tidak akan selalu sama, akan tetapi

gejala yang sering muncul atau pada umumnya sering timbul dengan tidak

menutup kemungkinan akan timbul gejala lain:

a. Pada permulaan gejala yang timbul meliputi antara lain sebagai berikut :

- Banyak Makan ( Polifagia )

Perasaan lapar pada pasien penyakit gula disebabkan oleh ketidakmampuan

sel untuk mengambil gula dari dalam darah dan memakainya guna untuk

menghasilkan Energi. Sel- sel yang kelaparan dengan gula yang banyak yang

terdapat didalam darah akan terus- menerus memberikan sinyal atau akan

memerintahkan kepusat rasa lapar didalam otak ingin makan sehingga pasien

terus merasa lapar sekalipun makanan yang masuk kedalam usussnya melimpah

atau banyak.

- Banyak Minum ( Polidipsia )

Pada pasien diabetes kadar gula darah dapat naik hingga mencapai nilai yang

cukup tinggi. Kadar yang lebih tinggi dari 200 mg % yang akan menyebabkan

darah menjadi “ kental “

Salah satu akibat adalah rasa haus yang diderita pasien sehingga membuatnya

untuk minum banyak guna mengencerkan darah yang kental itu. Disamping itu

juga, frekuensi kencing yang sering dan banyak yang akan memperbesar

kehilangan cairan melalui ginjal sehingga menambah rasa haus yang besar yang

diderita oleh orang yang menderita diabetes mellitus.

7

Page 8: Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik

KGD meningkat > 200 mg%

Konsentrasi gula meningkat / kental

Menurunnya osmolaritas dengan meningkatnya

keinginan untuk minum

Sudah tidak menggunakan gula sehingga energi tidak ada

Sinyal lapor ke otak

Polifagia (banyak makan)

Polidipsia (banyak minum)

Dibuang melalui ginjal berupa urine

- Banyak Kencing ( Poliuria )

Adapun ketiga dari gejala diatas dapat dilihat melalui bagan sebagai berikut :

b. Bila keadan tersebut tidak dapat terobati lama kelamaan timbul gejala

yang disebabkan oleh kurangnya insulin dan bukan polifagia, polidipsi dan

poliuria ( 3P ) melainkan hanya polidipsia dan poliuria ( 2P ) dengan beberapa

keluhan sebagai berikut ;

- Nafsu makan mulai berkurang ( tidak polifagia lagi ) bahkan kadang-

kadang disusul dengan mual jika kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl

- Banyak minim

- Banyak kencing

- Berat badan menurun dengan cepat ( dapat turun 4-10 kg dalam waktu 2-4

minggu )

- Mudah lelah

8

Page 9: Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik

- Bila tidak lekas diobati akan timbul rasa mualbahkan penderita akan jatuh

koma ( tidak sadarkan diri ) dan disebut koma diabetic. Koma diabetic adalah

koma pada diabetisi akibat kadar glikosa darah terlalu tinggi, biasanya melebihi

( 600 mg/dl ).

2. Gejala Kronik

Kadang- kadang diabetisi tidak menunjukan gejala akut tetapi penderita

tersebut baru menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun

mengidap penyakit DM. gejala ini disebut gejala kronik atau menahun. Gejala

kronik ini yang paling sering membawa diabetis berobat pertama kali.

Gejala kronik yang sering timbul adalah sebagai berikut :

- kesemutan

- gangguan penglihatan mata kabur biasanya sering ganti kasa mata

- kilit terasa panas atau seperti tertusuk –tusuk jarum

- gatal disekitar kemaluan terutama wanita

- ereksi atau keputihan

- terasa tebal dikulit, sehingga kalau berjalan seperti berjalan diatas bantal

dan kasur.

- Kram, leleh dan mudah mengantuk

- Gigi mudah goyah dan mudah lepas

- Kemampuan seksual menurun bahkan impotent

- Para ibu hamil sring mengalami keguguran atau kematian janin dalam

kandungan atau berat badan bayi lebih dari 4 kg.

b. Diagnosis

Menurut Suyono (2002), diagnosis diabetes dipastikan bila:

1) Kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dL atau lebih ditambah gejala khas

diabetes.

9

Page 10: Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik

2) Glukosa darah puasa 126 mg/dL atau lebih pada dua kali pemeriksaan

pada saat berbeda. Bila ada keraguan, perlu dilakukan tes toleransi glukosa oral

(TTGO) atau yang populer disebut OGTT (Oral Glukose Tolerance Test) dengan

mengukur kadar glukosa puasa dan 2 jam setelah minum 75 g glukosa (Suyono,

2002).

c. Klasifikasi

Adapun jenis-jenis Diabetes Melitus adalah sebagai berikut :

1. Diabetes mellitus tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1 dahulu disebut insulin-dependent diabetes (IDDM,

"diabetes yang bergantung pada insulin"), atau diabetes anak-anak, dicirikan

dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans

pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat

diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.

Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olah raga tidak

bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe 1. Kebanyakan penderita

diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini

mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin

umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.

Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah

kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi

autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.

Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin,

dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat

monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap

paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan

diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan

kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan

olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan

10

Page 11: Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik

pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian

masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga

dimungkinkan pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan pada saat

makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui

"inhaled powder".

Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan

mempengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup,

perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan

dijalankan. Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1 harus sedekat

mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l). Beberapa dokter

menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang

bermasalah dengan angka yang lebih rendah. seperti "frequent hypoglycemic

events". Angka di atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa

tidak nyaman dan buang air kecil yang terlalu sering sehingga menyebabkan

dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l) biasanya membutuhkan

perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke "ketoacidosis". Tingkat glukosa

darah yang rendah, yang disebut hypoglycemia, dapat menyebabkan "seizures"

atau seringnya kehilangan kesadaran.

2. Diabetes mellitus tipe 2

Diabetes mellitus tipe 2 dulu disebut non-insulin-dependent diabetes mellitus

(NIDDM, "diabetes yang tidak bergantung pada insulin"), terjadi karena

kombinasi dari "kecacatan dalam produksi insulin" dan "resistensi terhadap

insulin" atau "berkurangnya sensitifitas terhadap insulin" (adanya defek respon

jaringan terhadap insulin) yang melibatkan reseptor insulin di membran sel.

Pada tahap awal abnormalitas yang paling utama adalah berkurangnya

sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di

dalam darah. Pada tahap ini, hiperglikemia dapat diatas dengan berbagai cara

dan Obat Anti Diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin

11

Page 12: Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik

atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit,

sekresi insulinpun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang

dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan

mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral (fat concentrated

around the waist in relation to abdominal organs, not it seems, subcutaneous fat)

diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin,

mungkin dalam kaitan dengan pengeluaran dari adipokines (suatu kelompok

hormon) itu merusak toleransi glukosa. abdominal gemuk Adalah terutama aktif

hormonally. Kegemukan ditemukan kira-kira 90% dari pasien dunia

dikembangkan mendiagnose dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi

keturunan keluarga, walaupun terus meningkat mulai untuk mempengaruhi anak

remaja dan anak-anak.

Diabetes mellitus tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan ( lebih

dari 90 % . timbulnya makin sering setelah umur 40 tahun dengan catatan pada

decade ke 7 kekerapan DM mencapai 3-4 kali lebih tinggi dari pada rata- rata

orang dewasa. Pada keadaan dengan kadar gula darah yang tidak trlalu tinggi

atau belum ada komplikasi, biasanya pasein tidak berobat kerumah sakit atau

dokter oleh karena itu biasanya orang yang mengalami DM tidak banyak

terdiognosa olah medis.

DM tipe 2 akan meningkat karena disebabkan oleh berbagai hal misalnya

bertambahnya usia harapan hidup, berkurangnya kematian akibat infeksi dan

meningkatnya faktor resiko yang disebabkan oleh gaya hidup yang salah seperti

kegemukan , kurang gerak atau kurang berolahraga dan pola makan yang tidak

sehat.

12

Page 13: Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik

Adapun Perbedaan Antara DM tipe 1 dan DM tipe 2

No Diabetes tipe 1 (IDDM) Diabetes tipe 2 (NIDDM)

1 jarang berlaku tetapi

keadaannya lebih teruk

biasa berlaku

2 terjadi di kalangan mereka yang

lebih muda antara umur 10 hingga

16 tahun

terjadi di kalangan mereka

yang lebih dewasa yang berumur

35 tahun ke atas.

3 terjadi begitu cepat

(pengeluaran insulin dari

pankreas dimusnahkan).

terjadi secara perlahan-lahan

(insulin yang dikeluarkan tidak

mencukupi menyebabkan paras

glukosa darah meningkat).

4 tidak mempunyai sejarah

keluarga yang menghidap

diabetes

mempunyai sejarah keluarga

5 tidak dikaitkan dengan

kegemukan atau obesiti.

kejadian kegemukan sangat

tinggi

6 pesakit akan mengalami tanda-

tanda dan gejala amaran yang

serius.

merupakan penyakit yang

senyap, selalunya dikesan secara

kebetulan atau selepas

berlakunya komplikasi.

7 rawatan: pemakanan + suntikan

insulin

rawatan: pemakanan +

senaman (menurunkan berat

badan) + ubat makan + suntikan

insulin (bagi kes-kes tertentu).

(Petunjuk yang baik untuk menentukan atau mengesahkan penyakit diabetes

ialah apabila paras glukosa melebihi 140gm/ml pada 2 kali pengambilan yang

13

Page 14: Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik

berbeDa atau keputusan yang diambil dalam keadaan pesakit tidak berpuasa

menunjukkan paras glukosa 200mg/ml atau lebih tinggi).

3. Diabetes mellitus gestasional

Kencing manis mellitus gestasional ( gestational kencing manis mellitus,

GDM) juga melibatkan suatu kombinasi dari kemampuan reaksi dan

pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, menirukan 2 jenis tipe kencing

manis di beberapa pengakuan. [Itu] kembang;kan selama kehamilan dan boleh

meningkatkan atau menghilang lenyap setelah penyerahan. Sungguhpun

mungkin saja penumpang sementara, gestational kencing manis boleh

merusakkan kesehatan dari janin atau ibu, dan sekitar 20%–50% dari wanita-

wanita dengan kencing manis gestational kembang;kan jenis 2 kencing manis

kemudian (dalam) hidup.

Gestational kencing manis mellitus (GDM) terjadi di sekitar 2%–5% selama

kehamilan. jenis ini sangat penting diketehui karena dampaknya pada janin

kurang baik bila tidak ditangani dengan benar. Dapat menyebabkan

permasalahan dengan kehamilan, termasuk macrosomia ( kelahiran dengan berat

badan bayi yang sangat tinggi ), cacat pada bayi dan akan menyebabkan

penyakit jantung pada bayi. Hal ini memerlukan pengawasan hati-hati oleh ibu

pada saat kehamilan.

d. Terapi obat

Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar

gula darah dalam kisaran yang normal. Namun, kadar gula darah yang benar-

benar normal sulit untuk dipertahankan.

Meskipun demikian, semakin mendekati kisaran yang normal, maka

kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang menjadi

semakin berkurang. Untuk itu diperlukan pemantauan kadar gula darah secara

teratur baik dilakukan secara mandiri dengan alat tes kadar gula darah sendiri di

rumah atau dilakukan di laboratorium terdekat.

14

Page 15: Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik

Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet.

Seseorang yang obesitas dan menderita diabetes tipe 2 tidak akan memerlukan

pengobatan jika mereka menurunkan berat badannya dan berolah raga secara

teratur.

Namun, sebagian besar penderita merasa kesulitan menurunkan berat badan

dan melakukan olah raga yang teratur. Karena itu biasanya diberikan terapi sulih

insulin atau obat hipoglikemik (penurun kadar gula darah) per-oral.

Diabetes tipe 1 hanya bisa diobati dengan insulin tetapi tipe 2 dapat diobati

dengan obat oral. Jika pengendalian berat badan dan berolahraga tidak berhasil

maka dokter kemudian memberikan obat yang dapat diminum (oral = mulut)

atau menggunakan insulin.

Berikut ini pembagian terapi farmakologi untuk diabetes, yaitu:

Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Terapi Sulih Insulin

1. Obat hipoglikemik oral

Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah secara

adekuat pada penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe I.

Contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid dan klorpropamid. Obat ini

menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh

pankreas dan meningkatkan efektivitasnya. Obat lainnya, yaitu metformin, tidak

mempengaruhi pelepasan insulin tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap

insulinnya sendiri. Akarbos bekerja dengan cara menunda penyerapan glukosa di

dalam usus. Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita

diabetes tipe II jika diet dan oleh raga gagal menurunkan kadar gula darah

dengan cukup. Obat ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari),

meskipun beberapa penderita memerlukan 2-3 kali pemberian. Jika obat

hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan baik,

mungkin perlu diberikan suntikan insulin.

15

Page 16: Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik

2. Terapi Sulih Insulin

Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga

harus diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan

melalui suntikan, insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat

diberikan per-oral (ditelan).

Bentuk insulin yang baru (semprot hidung) sedang dalam penelitian. Pada saat

ini, bentuk insulin yang baru ini belum dapat bekerja dengan baik karena laju

penyerapannya yang berbeda menimbulkan masalah dalam penentuan dosisnya.

Insulin disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di lengan,

paha atau dinding perut. Digunakan jarum yang sangat kecil agar tidak terasa

terlalu nyeri.

Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan dan

lama kerja yang berbeda:

1. Insulin kerja cepat.

Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling

sebentar.

Insulin ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit,

mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8 jam.

Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang menjalani beberapa

kali suntikan setiap harinya dan disutikkan 15-20 menit sebelum makan.

2. Insulin kerja sedang.

Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan.

Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam waktu

6-10 jam dan bekerja selama 18-26 jam. Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi

hari untuk memenuhi kebutuhan selama sehari dan dapat disuntikkan pada

malam hari untuk memenuhi kebutuhan sepanjang malam.

16

Page 17: Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik

3. Insulin kerja lambat.

Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan.

Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam.

Sediaan insulin stabil dalam suhu ruangan selama berbulan-bulan sehingga

bisa dibawa kemana-mana.

Pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung kepada:

* Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya

* Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan

menyesuaikan dosisnya

* Aktivitas harian penderita

* Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya

* Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari.

Sediaan yang paling mudah digunakan adalah suntikan sehari sekali dari

insulin kerja sedang. Tetapi sediaan ini memberikan kontrol gula darah yang

paling minimal.

Kontrol yang lebih ketat bisa diperoleh dengan menggabungkan 2 jenis

insulin, yaitu insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan kedua

diberikan pada saat makan malam atau ketika hendak tidur malam.

Kontrol yang paling ketat diperoleh dengan menyuntikkan insulin kerja cepat

dan insulin kerja sedang pada pagi dan malam hari disertai suntikan insulin kerja

cepat tambahan pada siang hari.

Beberapa penderita usia lanjut memerlukan sejumlah insulin yang sama setiap

harinya; penderita lainnya perlu menyesuaikan dosis insulinnya tergantung

17

Page 18: Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik

kepada makanan, olah raga dan pola kadar gula darahnya. Kebutuhan akan

insulin bervariasi sesuai dengan perubahan dalam makanan dan olah raga.

Beberapa penderita mengalami resistensi terhadap insulin. Insulin tidak

sepenuhnya sama dengan insulin yang dihasilkan oleh tubuh, karena itu tubuh

bisa membentuk antibodi terhadap insulin pengganti. Antibodi ini

mempengaruhi aktivitas insulin sehingga penderita dengan resistansi terhadap

insulin harus meningkatkan dosisnya.

Penyuntikan insulin dapat mempengaruhi kulit dan jaringan dibawahnya pada

tempat suntikan. Kadang terjadi reaksi alergi yang menyebabkan nyeri dan rasa

terbakar, diikuti kemerahan, gatal dan pembengkakan di sekitar tempat

penyuntikan selama beberapa jam.

Suntikan sering menyebabkan terbentuknya endapan lemak (sehingga kulit

tampak berbenjol-benjol) atau merusak lemak (sehingga kulit berlekuk-lekuk).

Komplikasi tersebut bisa dicegah dengan cara mengganti tempat penyuntikan

dan mengganti jenis insulin. Pada pemakaian insulin manusia sintetis jarang

terjadi resistensi dan alergi.

Pengaturan diet sangat penting. Biasanya penderita tidak boleh terlalu banyak

makan makanan manis dan harus makan dalam jadwal yang teratur. Penderita

diabetes cenderung memiliki kadar kolesterol yang tinggi, karena itu dianjurkan

untuk membatasi jumlah lemak jenuh dalam makanannya. Tetapi cara terbaik

untuk menurunkan kadar kolesterol adalah mengontrol kadar gula darah dan

berat badan.

Semua penderita hendaknya memahami bagaimana menjalani diet dan olah

raga untuk mengontrol penyakitnya. Mereka harus memahami bagaimana cara

menghindari terjadinya komplikasi.

Penderita juga harus memberikan perhatian khusus terhadap infeksi kaki

sehingga kukunya harus dipotong secara teratur. Penting untuk memeriksakan

18

Page 19: Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik

matanya supaya bisa diketahui perubahan yang terjadi pada pembuluh darah di

mata.

DAFTAR PUSTAKA

19

Page 20: Lapsus DM Tipe 2 Dgn Kaki Diabetik

Almatsier, Sunita. 2007. Penuntun Diet. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/DM/

http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=1264

20