Lapsus 1 Partus Prematurus Imm
-
Upload
fitria-dewi-nur -
Category
Documents
-
view
45 -
download
0
Transcript of Lapsus 1 Partus Prematurus Imm
BAB I
KASUS
Anamnesa
KU : Kenceng-kenceng sejak hari ini (jam 19.00).
RPS : Kenceng-kenceng awalnya jarang, mulai jam 20.15 menjadi lebih sering (2x/10’/>30’).
L/D +/-, air ketuban (-). Trauma abdomen (-), Demam (-), nyeri di suprapubik menjalar ke
pinggang kanan (+) anyang-anyangan (+), rasa panas saat BAK (-), BAB normal. Batuk-
batuk sejak seminggu(+), bila bayi bergerak terasa sakit. 1 minggu yang lalu USG ->
insufisiensi plasenta & oligohidramnion
RPD : Hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-), Alergi obat (-)
RPK : Hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-)
RPO : minum obat batuk sirup diberikan oleh bidan
R. Ginekologi : menarche usia 12 th, siklus haid tidak teratur, lama haid 7 hari
R. Perkawinan : 1x selama 6 tahun
R. Obstetri :
Anak 1 lahir aterm, pervaginam, laki2/3300 gr, ditolong oleh bidan, usia anak sekarang 5
tahun
Anak 2, 34 minggu (kehamilan ini)
HPHT : Lupa
HPL : 17 Januari 2014 (USG)
R. KB : KB susuk selama 2 tahun
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: Baik
Kesadaran: Compos mentis
Vital Sign
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36,5 derajat celcius
Status Generalis
Kepala & Leher : Dalam Batas Normal
Thorax
Jantung : BJ I & II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru : Suara napas vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)
Abdomen : Hepar & Spleen -> Sulit dinilai, NT suprapubik (+).
Ekstremitas : Edema (-)
Pemeriksaan Obstetri
Leopold I : Bulat lunak (kesan bokong)
Leopold II : Tahanan memanjang di sebelah kanan (punggung kanan), teraba bagian
kecil-kecil di kiri
Leopold III : Bulat, keras, melenting (presentasi kepala)
Leopold IV : belum masuk PAP
TFU : 20 cm
DJJ : 140 x/menit regular
VT : portio tebal lunak, pembukaan tidak ada, ketuban (-)
Diagnosa kerja :
G2P1A0, 27 tahun, hamil 34 minggu
Janin Tunggal Hidup Intra Uterin
Presentasi Kepala, Puka
dengan Partus Prematurus Imminens, Oligohidramnion, Insufisiensi plasenta
Penatalaksanaan
- Infus RL 20 tpm
- Nifedipin 3x10mg
- Observasi His & DJJ
- Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin :
Hb : 12 gr% (N = 12-16)
Eritrosit : 4.3 jt/mm3 (N = 4.2-5.4)
Leukosit : 8.1/mm3 (N = 4.0-10.00)
Hematokrit : 36% (N = 37-42)
Limfosit% : 40 L (N = 25 – 35)
Monosit% : 5 (N = 4 – 6)
Follow Up
23/11/2013 :
S : kenceng-kenceng (-)
Pasien diperbolehkan pulang dengan edukasi bedrest selama di rumah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Menurut Oxorn (2010), partus prematurus adalah dimulainya kontraksi uterus yang teratur
yang disertai pendataran dan atau dilatasi serviks serta turunnya bayi pada wanita hamil yang
usia kehamilannya <37 minggu, sedangkan menurut Nugroho (2010) : persalinan preterm
atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu
(antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Berdasarkan beberapa
teori diatas dapat diketahui bahwa Partus Prematurus Iminens (PPI) adalah adanya suatu
ancaman pada kehamilan dimana timbulnya tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan yang
belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram. Pada
kebanyakan kasus, penyebab pasti persalinan prematur tidak diketahui. Berbagai sebab dan
faktor demografik diduga sebagai penyebab persalinan preterm, seperti: solusio plasenta,
kehamilan ganda, kelainan uterus, polihidramnion, kelainan kongenital janin, ketuban pecah
dini dan lain-lain. Penyebab persalinan preterm bukan tunggal tetapi multikompleks, antara
lain karena infeksi. Infeksi pada kehamilan akan menyebabkan suatu respon imunologik
spesifik melalui aktifasi sel limfosit B dan T dengan hasil akhir zat-zat yang menginisiasi
kontraksi uterus. Terdapat makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa mungkin sepertiga
kasus persalinan preterm berkaitan dengan infeksi membran korioamnion. Dari penelitian
Lettieri dkk.(1993), didapati 38% persalinan preterm disebabkan akibat infeksi korioamnion.
Knox dan Hoerner (1950) telah mengetahui hubungan antara infeksi jalan lahir dengan
kelahiran prematur.
Faktor Resiko
Mayor
1. Kehamilan Multipel
2. Hidramnion
3. Anomali Uterus
4. Serviks terbuka lebih dari 1 cm setelah kehamilan 12 minggu
5. Serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
6. Riwayat abortus pada trisemester II lebih dari 1 kali
7. Riwayat persalinan preterm sebelumnya
8. Operasi abdominal pada kehamilan preterm
9. Riwayat operasi konisasi
10. Iritabilitas uterus
Minor
1. Penyakit yang disertai demam
2. Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu
3. Riwayat pielonefritis
4. Merokok lebih dari 10 batang perhari
5. Riwayat abortus pada trisemester II
6. Riwayat abortus pada trisemester I lebih dari 2 kali
Pasien tergolong resiko tinggi apabila dijumpai satu atau lebih faktor resiko mayor, atau dua
atau lebih faktor resiko minor; atau keduanya.
Klasifikasi
Usia kehamilan 34-36 minggu disebut hampir aterm (near term).
Usia kehamilan 32-33 minggu disebut prematur (premature).
Usia kehamilan 28-31 minggu disebut prematur berat (severe prematurity).
Usia kehamilan < 28 minggu disebut ekstrim prematur (extreme prematurity).
Tanda & Gejala
Partus prematurus iminens ditandai dengan :
a. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit
b. Rasa berat dipanggul
c. Kejang uterus yang mirip dengan dismenorea
d. Keluarnya cairan pervaginam
e. Nyeri punggung
Patogenesis
1. Infeksi & Inflamasi
Pada infeksi, bakteri menghasilkan fosfolipase A, fosfolipase A memecah asam
arakidonat dari selaput amnion, peningkatan asam arakidonat bebas meningkatkan
sintesis prostaglandin, prostaglanding memicu peningkatan kontraksi uterus.
Selain itu, endotoksin yang dikeluarkan oleh bakteri dalam cairan amion merangsang
sel desidua menghasilkan sitokin & prostaglandin, yang pada akhirnya prostaglandin
meningkatkan kontraksi uterus.
2. Perdarahan Desidua
Diperkirakan mekanisme yang menghubungkan lesi vaskular dengan partus
prematurus imminens adalah iskemi uteroplasenta. Meskipun patofisiologinya belum
jelas, namun trombin diperkirakan memainkan peran utama, yaitu dengan
meningkatkan kontraksi miometrium.
3. Uterine Overdistention
Induksi ekspresi protein gap junction (connexin-43, CX-46) dan protein-protein yang
berhubungan dengan peningkatan kontraksi miometrium.
4. HPA axis (stres)
Stres mengaktivasi aksis Hipotalamus Pituitari Adrenal janin/ibu. Menyebabkan
pengeluaran CRH plasenta yang merangsang sintesis prostaglandin, selanjutnya
prostaglandin meningkatkan kontraksi miometrium.
Kriteria Diagnosis
1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu lengkap atau antara 140 dan 259 hari
2. Sebelum persalinan berlangsung dapat dirasakan tanda sebagai berikut:
nyeri pinggang belakang
rasa tertekan pada perut bagian bawah
terdapat kontraksi irreguler sejak sekitar 24-48 jam
terdapat pembawa tanda seperti bertambahnya cairan vagina atau terdapat
lendir bercampur darah
3. Jika proses persalinan prematur berkelanjutan, terjadi gejala klinik sbb:
1. kontraksi uterus 4x/20menit atau 8x/60menit
2. terjadi perubahan progresif serviks :
pembukaan lebih dari 1 cm
perlunakan sekitar 75-80%
penipisan serviks
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah rutin, Kimia darah, golongan ABO, faktor Rhesus
2. Urinalisis atau kultur urin
3. Bakteriologi vagina
4. Amniosentesis : menilai surfaktan
5. Gas dan PH darah janin
USG untuk mengetahui
1. Usia gestasi, jumlah janin, besar janin, kativitas biofisik
2. Cacat Kongenital
3. Letak dan Maturasi Plasenta
4. Volume cairan tuba dan kelainan uterus
Penatalaksanaan
Akselerasi pematangan fungsi paru
Rekomendasi pada usia gestasional 24-34 mg. Tunda kelahiran minimal 12
jam untuk keuntungan maksimal pemberian steroid antenatal.
Dosis rekomendasi :
Bethametasone 12 mg IM 2x selang 24 jam. Atau dexamethasone 4 x
6 mg tiap 6 jam (IM)
Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) 400 mg IV -> meningkatkan
produksi surfaktan
Suplemen inositol -> komponen untuk pembentukan surfaktan
Pemberian Tokolitik
Indeks >8 kontraindikasi pemberian tokolitik
MgSO4 4-6gr IV bolus slm 20-30 menit, IV drip 2-4 gr/jam (maintenance)
Nifedipin 10 mg diulang setiap 30 menit, 40 mg/6jam. Umumnya diperlukan
20 mg dan dosis perawatan 3 x 10 mg
Kontra Indikasi Penundaan Persalinan
Mutlak
Gawat janin, korioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak.
Relatif
IUGR, pembukaan serviks > 4cm
Komplikasi
Pada ibu, setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering terjadi
mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Bayi-bayi
preterm memiliki risiko infeksi neonatal lebih tinggi; Morales (1987) menyatakan
bahwa bayi yang lahir dari ibu yang menderita anmionitis memiliki risiko mortalitas 4
kali lebih besar, dan risiko distres pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing
enterocolitis dan perdarahan intraventrikuler 3 kali lebih besar.
Sindroma gawat pernafasan (penyakit membran hialin). Paru-paru yang matang
sangat penting bagi bayi baru lahir. Agar bisa bernafas dengan bebas, ketika lahir
kantung udara (alveoli) harus dapat terisi oleh udara dan tetap terbuka. Alveoli bisa
membuka lebar karena adanya suatu bahan yang disebut surfaktan, yang dihasilkan
oleh paru-paru dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan. Bayi prematur
seringkali tidak menghasilkan surfaktan dalam jumlah yang memadai, sehingga
alveolinya tidak tetap terbuka. Diantara saat-saat bernafas, paru-paru benar-benar
mengempis, akibatnya terjadi Sindroma Distres Pernafasan. Sindroma ini bisa
menyebabkan kelainan lainnya dan pada beberapa kasus bisa berakibat fatal. Kepada
bayi diberikan oksigen; jika penyakitnya berat, mungkin mereka perlu ditempatkan
dalam sebuah ventilator dan diberikan obat surfaktan (bisa diteteskan secara langsung
melalui sebuah selang yang dihubungkan dengan trakea bayi).
Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan gangguan refleks
menghisap atau menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan otak atau serangan
apneu. Selain paru-paru yang belum berkembang, seorang bayi prematur juga
memiliki otak yang belum berkembang. Hal ini bisa menyebabkan apneu (henti
nafas), karena pusat pernafasan di otak mungkin belum matang. Untuk mengurangi
mengurangi frekuensi serangan apneu bisa digunakan obat-obatan. Jika oksigen
maupun aliran darahnya terganggu. otak yang sangat tidak matang sangat rentan
terhadap perdarahan (perdarahan intraventrikuler) atau cedera.
Ketidakmatangan sistem pencernaan menyebabkan intoleransi pemberian makanan.
Pada awalnya, lambung yang berukuran kecil mungkin akan membatasi jumlah
makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu banyak dapat
menyebabkan bayi muntah. Pada awalnya, lambung yang berukuran kecil mungkin
akan membatasi jumlah makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian susu
yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi muntah.
Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasia retrolental)
Displasia bronkopulmoner.
Penyakit jantung.
Jaundice. Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang normal
untuk membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan sel darah merah)
dalam tinjanya. Kebanyakan bayi baru lahir, terutama yang lahir prematur, memiliki
kadar bilirubin darah yang meningkat (yang bersifat sementara), yang dapat
menyebabkan sakit kuning (jaundice). Peningkatan ini terjadi karena fungsi hatinya
masih belum matang dan karena kemampuan makan dan kemampuan mencernanya
masih belum sempurna Jaundice kebanyakan bersifat ringan dan akan menghilang
sejalan dengan perbaikan fungsi pencernaan bayi.
Infeksi atau septikemia. Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang
sempurna. Mereka belum menerima komplemen lengkap antibodi dari ibunya
melewati plasenta. Resiko terjadinya infeksi yang serius (sepsis) pada bayi prematur
lebih tinggi. Bayi prematur juga lebih rentan terhadap enterokolitis nekrotisasi
(peradangan pada usus).
Anemia.
Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang berubah-ubah, bisa tinggi
(hiperglikemia maupun rendah (hipoglikemia).
Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.
Keterbelakangan mental dan motorik
BAB III
ANALISA KASUS
III.1. Subjective
KU : Kenceng-kenceng sejak hari ini (jam 19.00).
RPS : Kenceng-kenceng awalnya jarang, mulai jam 20.15 menjadi lebih sering (2x/10’/>30’).
L/D +/-, air ketuban (-). Trauma abdomen (-), Demam (-), nyeri di suprapubik menjalar ke
pinggang kanan (+) anyang-anyangan (+), rasa panas saat BAK (-), BAB normal. Batuk-
batuk sejak seminggu(+), bila bayi bergerak terasa sakit. 1 minggu yang lalu USG ->
insufisiensi plasenta & oligohidramnion, RPO : minum obat batuk sirup diberikan oleh bidan,
R. Ginekologi : menarche usia 12 th, siklus haid tidak teratur, lama haid 7 hari, R.
Perkawinan : 1x selama 6 tahun, R. Obstetri : Anak pertama lahir aterm, pervaginam,
laki2/3300 gr, ditolong oleh bidan, usia anak sekarang 5 tahun, Anak ke 2, 34 minggu
(kehamilan ini), HPHT : Lupa, HPL : 17 Januari 2014 (USG). Pasien menggunakan KB
susuk selama 2 tahun. Dari anamnesa tersebut, terdapat keluhan kenceng-kenceng yang
merupakan salah satu dari gejala partus prematurus, tetapi belum ada lendir bercampur darah,
menandakan kemungkinan belum ada pembukaan, dari keluhan pasien anyang-anyangan ada
kemungkinan his pada uterus disebabkan oleh faktor infeksi (infeksi pada vesica urinaria).
Keluhan bayi bergerak terasa sakit mengindikasikan gejala oligohidramnion, seperti yang
sudah di diagnosa pada USG sebelumnya.
III.2. Objective
Pada pemeriksaan fisik generalis semua dalam batas normal kecuali pemeriksaan
abdomen, dimana ditemukan adanya nyeri tekan suprapubik.
Pemeriksaan Obstetri
Leopold I : Bulat lunak (kesan bokong)
Leopold II : Tahanan memanjang di sebelah kanan (punggung kanan), teraba bagian
kecil-kecil di kiri
Leopold III : Bulat, keras, melenting (presentasi kepala)
Leopold IV : belum masuk PAP
TFU : 20 cm
DJJ : 140 x/menit regular
VT : portio tebal, pembukaan tidak ada, ketuban (-)
Pada pemeriksaan obstetri ditemukan tinggi fundus uteri pasien 20 cm, termasuk kecil untuk
usia kehamilan 34 minggu, karena oligohidramnion dan insufisiensi plasenta. Pada
pemeriksaan dalam, ditemukan tidak ada pembukaan, dibawah <4 cm berarti kehamilan
masih dapat dipertahankan sampai aterm dengan memberikan tokolitik.
III.3. Assessment
G2P1A0, 27 tahun, hamil 34 minggu
Janin Tunggal Hidup Intra Uterin
Presentasi Kepala, Puka
dengan Partus Prematurus Imminens, Oligohidramnion, Insufisiensi plasenta
III.4. Planning
Penatalaksanaan
- Infus RL 20 tpm
- Nifedipin 3x10mg SL -> sebagai tokolitik, dengan mekanisme calcium channel
blocker sehingga berefek pada relaksasi otot, nifedipin merupakan pilihan utama
karena efektifitasnya, diberikan sublingual karena Onset of Action nya lebih cepat
dibanding oral.
- Observasi His & DJJ
- Pemeriksaan laboratorium
Follow up
His sudah tidak ada, kehamilan berhasil dipertahankan dan pasien diperbolehkan pulang,
namun tetap di edukasi untuk bedrest terlebih dahulu.