Lapres Surimi_Yoana 13.70.0091

23
SURIMI LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL LAUT Disusun oleh : Yoana Gita Permatasari 13.70.0091 Kelompok B1 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

description

lapres surimi

Transcript of Lapres Surimi_Yoana 13.70.0091

Page 1: Lapres Surimi_Yoana 13.70.0091

SURIMI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI HASIL LAUT

Disusun oleh :

Yoana Gita Permatasari13.70.0091

Kelompok B1

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG

2015

Page 2: Lapres Surimi_Yoana 13.70.0091

1. MATERI DAN METODE

1.1. Materi

1.1.1. Alat

Alat-alat yang digunakan selama praktikum surimi adalah kain saring, penggiling

daging, pisau, freezer.

1.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum surimi adalah daging ikan, garam, gula pasir,

polifosfat, dan es batu.

1.2. Metode

Ikan dicuci dengan air bersih yang mengalir

Daging ikan difillet dengan membuang bagian kepala, sirip, ekor, sirik, isi perut dan kulit

Bagian daging putih diambil 100 gram

Daging ikan digiling halus dengan penambahan es batu

Cuci daging ikan dengan air es sebanyak 3 kali

Saring dengan kain saring

Tambahkan sukrosa 2,5% (kelompok 1,2),sukrosa 5% (kelompok 3,4,5)

Tambahkan garam 2,5%

Page 3: Lapres Surimi_Yoana 13.70.0091

Tambahkan polifosfat 0,1% (kelompok 1), polifosfat 0,3% (kelompok 2,3), polifosfat 0,5%

Masukkan dalam wadah

Bekukan dalam freezer semalam

Surimi dithawing

Pengukuran hardness, WHC, kualitas sensori (kekenyalan, aroma)

Page 4: Lapres Surimi_Yoana 13.70.0091

2. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Tabel Pengamatan Surimi

Hasil pembuatan surimi dapat dilihat pada tabel 1.

Kel.

Perlakuan HardnessWHC

(mgH20)Sensori

Kekenyalan Aroma

B1

Daging ikan giling + sukrosa 2,5% +garam 5% +

polifosfat 0,1%.

129,74 280917,72 ++ ++

B2

Daging ikan giling + sukrosa 2,5% +garam 5% +

polifosfat 0,3%.

292,02 218185,65 +++ +++

B3

Daging ikan giling + sukrosa 5% +garam

5% + polifosfat 0,3%.

112,7 318565,40 ++ +

B4

Daging ikan giling + sukrosa 5% +garam

5% + polifosfat 0,5%.

151,29 303858,12 +++ +

B5

Daging ikan giling + sukrosa 5% +garam

5% + polifosfat 0,5%.

134,31 301219,49 + +

Keterangan:Kekenyalan Aroma+ = tidak kenyal + = tidak amis++ = kenyal ++ = amis+++ = sangat kenyal +++ = sangat amis

Berdasarkan tabel pengamatan diatas dapat diketahui bahwa daging giling ikan dengan

perlakuan yang berbeda menghasilkan hasil yang berbeda pula. Pada kelompok B2

dengan penambahan larutan sukrosa 2,5%; larutan garam 5% dan larutan polifosfat

0,3% menghasilkan nilai hardness yang paling tinggi yaitu 292,02. Namun pada bagian

WHC justru sebaliknya, yaitu mendapat nilai yang paling kecil yaitu 218185,65

mgH20. Sehingga pada pengamatan sensori untuk kekenyalan hasilnya adalah sangat

kenyal, dan aromanya adalah sangat amis. Kemudian untuk kelompok B3 dengan

penambahan larutan sukrosa 5%; larutan garam 5% dan larutan polifosfat 0,3%

mengasilkan nilai hardness yang paling rendah diantara semuanya yaitu 112,7. Namun,

Page 5: Lapres Surimi_Yoana 13.70.0091

pada bagian WHC justru sebaliknya, menghasilkan nilai yang paling besar yaitu

318565,40 mgH20. Sehingga pada pengamatan sensori untuk kekenyalan hasilnya

kenyal, dan aromanya tidak amis. Pada hasil seluruh kelompok mendapatkan nilai yang

variasi, sehingga pada tes sensori mendapatkan hasil yang berbeda-beda pula.

Page 6: Lapres Surimi_Yoana 13.70.0091

3. PEMBAHASAN

Surimi merupakan produk hasil olahan dari ikan yang digiling sedemikianrupa

kemudian diekstrasi dengan air. Surimi juga merupakan produk intermediet yang

memiliki kandungan protein myofibril yang dapat diperoleh dari daging ikan (Dey &

Krushna, 2011). Pengertian secara singkat yaitu surimi merupakan daging olahan ikan

yang dilumatkan dan mengalami proses pencucian, pengepresan dan pembekuan dalam

pembuatannya. Prinsip pembuatan surimi melalui beberapa tahap pertama daging ikan

dicuci dengan air bersuhu dingin supaya kerusakan dapat dicegah. Setelah itu tahap

kedua adalah penggilingan,kemudian tahap ketiga dan keempat adalah pengemasan dan

pembekuan dalam suhu -10 hingga -200C.

Ikan secara umum mengandung air (60,0-84,0%), protein (18,0-30,0%), lemak (0,1-

2,2%), Karbohidrat (0,0-1,0%), dan sisanya vitamin dan mineral. Kandungan utama

daging ikan terdiri atas lemak golongan tidak jenuh dan protein yang sebagian besar

tersusun dari 10 asam amino esensial dan air. Protein pada daging ikan terdapat sekitar

16-18 %. Protein utama daging ikan yaitu aktin dan miosin (sering disebut sebagai

protein fibriler) merupakan protein yang memiliki peran utama dalam kontraksi dan

relaksasi otot ikan. Sedangkan komponen-komponen minor pada daging ikan biasanya

berupa komponen-komponen volatil (urea dan trimetilamin), asam amino bebas, gula,

mineral, dan juga vitamin (Shahidi & Botta, 1994).

Pada praktikum pembuatan surimi ini, kloter B menggunakan bahan ikan bawal sebagai

bahan utama pembuatan surimi karena memiliki kemampuan untuk membentuk gel

sehingga dapat menghasilkan surimi dengan kualitas yang baik (Peranginangin et al,

1999). Hal ini sama dengan Jurnal ”Effect of heat treatment on the properties of surimi

gel from black mouth croaker (Atrobucca nibe)”bahwa ikan dengan rendah lemak dan

bedaging putih bida digunakan untuk memproduksi produk berbasis surimi berkualitas

tinggi dalam skala besar.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan surimi yaitu awalnya ikan bawal

dicuci dengan air yang mengalir. Kemudian daging ikan di fillet serta bagian kepala,

Page 7: Lapres Surimi_Yoana 13.70.0091

sirip, ekor, sisik, isi perut dan kulit dihilangkan sehingga hanya daging ikan yang

diperlukan. Hal ini sesuai dengan percobaan yang dilakukan Jafarpour et al (2009)

bahwa ikan diambil dagingnya kemudian bagian organ dalam serta kepala dihilangkan

atau tidak digunakan dalam proses pembuatan surimi. Daging ikan yang telah di fillet

diambil sebanyak 100 gram lalu digiling hingga halus, dapat ditambahkan es batu saat

penggilingan sehingga suhu ikan tetap dingin. Selanjutnya daging ikan dicuci dengan air

es sebanyak 3 kali kemudian disaring dengan kain saring. Hal ini juga sesuai dengan

percobaan yang dilakukan oleh Benjakul et al (2005) bahwa setelah melalukan proses

penggilingan maka daging ikan dicuci dengan air es yang suhunya ±5○C serta dilakukan

pencucian 2-3 kali. Proses pencucian yang dilakukan lebih dari satu kali ini bertujuan

untuk menghilangkan beberapa komponen seperti darah, pigmen, bau dan lemak

(Andini, 2006). Penyaringan yang dilakukan dengan menggunakan kain saring yaitu

kain yang mempunyai fungsi untuk menyaring dan terbuat dari nilon (Arfat & Benjakul,

2012). Kemudian diberi penambahan konsentrasi sukrosa, garam, dan polifosfat pada

masing-masing kelompok dengan perlakuan berbeda. Pada kelompok B1 sukrosa

ditambahkan sebanyak 2,5%, garam 2,5% dan polifosat sebesar 0,1%. Pada kelompok

B2 sukrosa ditambahkan sebanyak 2,5%, garam 2,5% dan polifosat sebesar 0,3%. Pada

kelompok B3 sukrosa ditambahkan sebanyak 5%, garam 2,5% dan polifosfat sebesar

0,3%. Pada kelompok B4, 5% sukrosa ditambahkan dan garam sebesar 2,5% serta

polifosfat sebesar 0,5%. Sedangkan untuk kelompok B5 sukrosa ditambahkan sebesar

5%, garam sebesar 2,5% serta polifosfat sebesar 0,5%. Tujuan diberi larutan sukrosa,

garam, dan polifosfat adalah untuk menjaga produk surimi agar tidak cepat mengalami

kerusakan (Miyouchi, 1970).

Garam dapat menimbulkan rasa asin, selain itu juga dapat menimbulkan rasa gurih.

Garam yang banyak mengandung magnesium maupun kalsium menjadikan garam itu

berasa pahit. Garam sepeti ini bisa dibersihkan dengan natrium karbonat. Garam yang

digunakan harus berkualitas tinggi dan bukan garam yang telah mengalami iodisasi.

Garam digunakan sebagai flavoring agent, menghambat pertumbuhan mikroorganisme,

serta melarutkan protein myofibril yang memegang peranan dalam menstabilkan emulsi

sosis. Sedangkan gula yang ditambahkan bertujuan untuk memperbaiki warna, flavor

dan kemampuan mengikat air pada adonan nugget. Penggunaan bumbu – bumbu seperti

Page 8: Lapres Surimi_Yoana 13.70.0091

lada, bawang putih, bawang merah, pala, jahe, dan lain – lain bertujuan untuk

memperbaiki flavor (Perlitto, 1988). Pada praktikum ini surimi ditambahkan garam

sehingga disebut kaen surimi, dimana dalam pembuatannya garam ditambahkan dalam

konsentrasi tertentu, sedangkan jenis surimi yang lain yaitu muen surimi karena dalam

pembuatannya tanpa menggunakan garam (Suzuki, 1981). Menurut Nopianti et al

(2010) bahwa sukrosa memiliki fungsi untuk mencegah terjadinya denaturasi protein

sehingga struktur gel yang dihasilkan baik dan gel bertahan lebih lama. Sukrosa,sorbitol

dan fosfat merupakan cryoprotectants yang berungsi untuk mencegah denaturasi protein

miofibril yang dikarenakan ketika proses pembekuan dan thawing (Dey & Krushna,

2011). Sedangkan, penambahan polifosfat sendiri bertujuan untuk meningkatkan

pemotongan karena viskositas pasta ikan dapat menurun ketika proses pembuatannya

serta dapat meningkatkan pH sehingga gel dapat terbentuk dan kekuatan gel lebih kuat

serta tekstur menjadi padat (Nopianti et al, 2010).

Langkah selanjutnya adalah daging ikan dimasukkan ke dalam plastik bening dan

diisolasi dengan isolasi bening supaya tertutup dan tidak terkontaminasi oleh

mikroorganisme. Daging ikan tersebut dibekukan selama 1 malam setelah itu dithawing

terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian. Hal ini sesuai dengan percobaan yang

dilakukan oleh Jafarpour et al (2009) bahwa selama proses pembekuan surimi dapat

disimpan di kantong plastik dan disimpan dalam suhu 4-6○C selama 24 jam. Freezing

atau pembekuan bertujuan untuk memperpanjang umur simpan sehingga dapat

mengawetkan makanan terutama produk olahan ikan yang dibekukan (Singh & D.R.

Heldman, 2001). Pengujian yang dilakukan yaitu pengukuran WHC serta uji sensoris

berupa kekenyalan dan aroma. Pengujian WHC adalah kemampuan yang dimiliki

daging untuk menyerap serta menahan air selama adanya perlakuan mekanis seperti

pelumatan, pengadukan, pencampuran bumbu serta pencetakan, perlakuan suhu dan

pengaruh penyimpanan juga berpengaruh terhadap WHC (Zayas, 1997).

Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah pada kelompok B1 yang memiliki

perlakuan yaitu dengan pemberian 2,5% sukrosa, 5% garam dan 0,1% polifosfat

memiliki hasil pada WHC sebesar 280917,72, lalu kelompok B2 yang memiliki

perlakuan yaitu dengan pemberian 2,5% sukrosa, 5% garam dan 0,3% polifosfat sebesar

Page 9: Lapres Surimi_Yoana 13.70.0091

218185,65. Untuk uji secara sensoris kelompok B1 memiliki kekenyalan yaitu tidak

kenyal dan aroma amis, sedangkan untuk kelompok B2 sangat kenyal dan beraroma

sangat amis. Pada kelompok B3 memiliki perlakuan dengan ditambahkan 2,5% sukrosa,

5% garam dan 0,3% polifosfat sehingga nilai WHC sebesar 318565,40 dan untuk uji

sensoris memiliki kekenyalan yang kenyal dan beraroma tidak amis. Pada kelompok

B4 dan B5 perlakuan yang sama diberikan yaitu 5% sukrosa, 5% garam dan 0,5%

polifosfat sehingga nilai WHC kelompok B4 sebesar 303858,12 yang memiliki

kekenyalan sangat kenyal dan, namun untuk kelompok B5 memiliki sensori yang tidak

kenyal dan keduanya beraroma tidak amis. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

penambahan sukrosa dan polifosfat dapat meningkatkan nilai WHC sehingga proses

denaturasi protein sendiri dapat terhambat. Sukrosa juga memiliki sifat dapat bereaksi

dengan molekul air karena merupakan polihidroksi sehingga dapat meningkatkan

tegangan permukaan yang dapat mencegah molekul air keluar sehingga stabilitas

protein teraga (Fennema, 1985). Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Niwa (1992)

bahwa dengan penambahan sukrosa yang semakin tinggi maka elastisitas gel yang

terbentuk semakin baik dan karena adanya hidrasi air sehingga molekul air tertarik pada

matriks daging lumat. Metode yang digunakan pada praktikum ini yaitu metode

sensorik memiliki kelemahan yaitu sulit untuk menstandarisasi produk sedangkan

kelebihan yang dimiliki yaitu mudah untuk dilakukan dan membutuhkan waktu yang

relati cepat (Purwadi et al, 2014).

Hal-hal yang dapat meningkatkan kualitas Surimi yang baik yaitu dengan pencucian

sebanyak 2-3 kali, hal ini dapat meningkatkan kekuatan gel yang disebabkan oleh

kenaikan jumlah protein miofibril dan menurunkan protein sarkoplasma. Berdasarkan

jurnal “Evaluation On Utilization of Small Marine Fish to Produce Surimi Using

Different Cryoprotective Agents to Increase the Quality of Surimi” kualitas surimi dapat

menurun karena denaturasi protein menyebabkan sempitnya ruang-ruang diantara

jaringan sehingga jumlah air yang terikat juga mengalami penurunan sehingga nilai

WHC juga dapat turun. Penambahan bahan krioprotekan dapat memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap hasil WHC dan kekuatan gel yang dihasilkan. Kualitas aroma

dan warna juga dapat meningkat atau menjadi baik karena dilakukannya pencucian pada

daging ikan yang telah dilumatkan (Santoso et al, 2008). Menurut Benjakul et al (2005)

Page 10: Lapres Surimi_Yoana 13.70.0091

protein sarkoplasma mudah larut di dalam air dan biasanya hilang pada pencucian yang

pertama dan pencucian dengan air dingin dapat menurunkan kadar urea yang

terkandung di dalam daging ikan. Kualitas surimi ditentukan juga oleh siklus pencucian,

kemudian jumlah siklus ini ditentukan oleh jenis ikan, kondisi ikan, lalu kualitas produk

yang akan dihasilkan. Pada jurnal “Optimization of The Surimi Production From

Mechanically Recovered Fish Meat (MRFM) Using Response Surface Methodology”.

Hal lain yaitu nilai pH juga dapat mempengaruhi kualitas gel, karena semakin banyak

nilai pH maka konsentrasi garam akan meningkat dan mengakibatkan protein miofibril

tidak akan larut, oleh karena itu penambahan konsentrasi garam yang tepat juga perlu

dijaga (Suzuki, 1981).

Berdasarkan jurnal “Effect of Medium Temperature Setting on Gelling Characteristics

of Surimi from Farmed Common Carp (Cyprinus carpio, Linnaeus, 1758)” pada

pembuatan surimi pengaturan waktu dapat ditingkatkan sehingga hasilnya kekuatan gel

pada surimi meningkat pula, dan pada suhu 250C dapat menurunkan tingkat kelarutan

protein. Pada jurnal “A Comparative Study on Effect of Egg White, Soy Protein Isolate

and Potato Starch on Functional Properties of Common Carp (Cyprinus carpio) Surimi

Gel” bahn yang digunakan sebagai produk surimi adalah ikan mas. Perlakuan yang

diberikan adalah penambahan bubuk putih telur, tepung kentang dan isolat protein

kedelai. Analisis menunjukkan bahwa dengan bubuk putih telur dapat meningkatkan

kualitas surimi dari bahan ikan mas tersebut.

Page 11: Lapres Surimi_Yoana 13.70.0091

4. KESIMPULAN

Surimi adalah daging olahan ikan yang dilumatkan dan mengalami proses

pencucian, penggilingan, pengemasan dan pembekuan dalam pembuatannya.

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan beberapa komponen seperti darah,

pigmen, bau dan lemak.

Freezing atau pembekuan bertujuan untuk memperpanjang umur simpan dan

mengawetkan makanan.

Penambahan bahan krioprotekan dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

hasil WHC dan kekuatan gel yang dihasilkan.

Semarang, 29 September 2015

Praktikan Asisten Dosen

Yusdhika Bayu S

Yoana Gita P.

Page 12: Lapres Surimi_Yoana 13.70.0091

5. DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Tri Winarni, Darmanto Y.S, Puspita, Danar. (2008). Evaluation on Utilization of Small Marine Fish to Produce Surimi Using Different Cryoprotective Agents to Increase the Quality of Surimi. Journal of Coastal Development Vol. 11, number 3 : 131-140.

Andini, Yulita Sari. (2006). Karakteristik Surimi Hasil Ozonisasi Daging Merah Ikan Tongkol (Euthynnus sp.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Arfat, Y.A.; Soottwawat Benjakul. (2012). Gelloing characteristics of surimi from yellow stripe trevally (Selaroides leptolepis). Department of Food Technology, aculty of Agro-Industry, Prince of Songkla University, Hat Yai,Songkhla 90112. Thailand.

Benjakul, S.Chutima Thongkaew.;Wonnop Visessanguan. (2005). Effect of reducing agents on physicochemical properties and gel-forming ability of surimi produced from frozen fish. Eur Food Res Technol 220:316-321. DOI 10.1007/s00217-004-1092-1.Springer-Verlag.

Dey, S.S ; Khrusna Chandra Dora. (2011). Suitable of Chitosan as cryoprotectant on croaker fish (Johnius gangeticus) surimi during frozen storage. Association of Food Scientist & Technologist. India.

Fennema, O.R. (1985). Food Chemistry-Second Edition, Revised and Expanded. New York: Marcel Dekker, Inc.

Fogaca, Fabiola, Trinca, Luzia, Juliana Aurea, Silvia, Lea. (2013). Optimization of the Surimi Production from Mechanically Recovered Fish Meat (MRFM) Using Response Surface Methodology. Journal of Food Quality ISSN 1745-4557.

Jafarpour, Ali, Hajiduon, Habib, Rez, Masoud. (2012). A Comparative Study on Effect of Egg White, Soy Protein Isolate and Potato Starch on Functional Properties of Common Carp (Cyprinus carpio) Surimi Gel. Journal of Food Process Tech, 3:11

Page 13: Lapres Surimi_Yoana 13.70.0091

Miyauchi, David, George Kudo and Max Patashnik. (1970). Surimi-A Semi-Processed Wet Fish Protein. Pacific Fishery Products Technology Center.

Niwa, E. 1992. Chemistry of Surimi Gelation. In: Lanier TC, Lee CM (eds) Surimi Technology. Marcel Dekker, New York, pp 389–427.

Nopianti, Rodiana, Nurul Huda, and Noryati Ismail. (2010). Loss of functional properties of proteins during frozen storage and improvement of gel-forming properties of surimi. As. J. Food Ag-Ind. 3(06), 535-547.

Peranginangin R, Wibowo S, Nuri Y, dan Fawza. (1999). Teknologi Pengolahan Surimi. Jakarta: Instalasi Penelitian Perikanan Laut Slipi Balai Penelitian Perikanan Laut.

Perlito, I. I. (1988). Meat Processing For Small And Medium Scale Operation. Intitute of Animal Science. UP. Los Banos.

Santoso, Joko. Ade Wiguna Nur Yasin.; Santoso. (2008). Perubahan Karakteristik Surimi Ikan Cucut dan Ikan Pari Akibat Pengaruh Pengkomposisian dan Penyimpanan Dingin Daging Lumat. Jurnal. Teknol. Dan Industri Pangan, Vol. XIX No. 1 Th. 2008. IPB. Bogor.

Shabanpour, Shimazamaninejad, Shabani, Ali. (2013). Effect of Medium Temperature Setting on Gelling Characteristics of Surimi from Farmed Common Carp. World Journal of Fish and Marine Sciences 5(5): 533-539.

Shekarabi, Hosseini, Soltani, Kamali A, Valinassab T. (2015). Effect of Heat Treatment on the Surimi Gel From Black Mouth Croaker (Atrobucca nice). International Food Research Journal 22(1): 363-379.

Singh, R. P. & R. Heldman. (2001). Introduction to food Engineering. 3rd Edition. Academic Press. Glasgow.

Suzuki, T. (1981). Fish and Krill Protein: Processing Technology. London: Applied Science Publ Ltd.

Zayas JF. 1997. Functional of protein in Food. Berlin : Springer-Verlag.

Page 14: Lapres Surimi_Yoana 13.70.0091

6. LAMPIRAN

6.1. Perhitungan

Rumus perhitungan WHC (mg H2O):

Luas atas ( LA )=13

a (h0+4 h1+2 h2+4 h3+…+hn)

Luas bawah ( LB )=13

a (h0+4 h1+2 h2+4 h3+…+hn)

Luasarea basah (LAB)=LA−LB

mg H 2O=Luas areabasah−8,00,0948

Perhitungan WHC Kelompok B1

Luas atas ( LA )=13

.47(110+4 ×187+2 ×222+4 ×188+110)

Luas atas ( LA )=33909,88

Luas bawah ( LB )=13

47(110+4 × 28+2 ×16+4×25+110)

Luas bawah ( LB )=7270,88

Luasarea basah (LAB)=33909,88−7270,88

Luas area basah (LAB)=26639

mg H 2O=26639−8,00,0948

mg H 2O=280917,72mg

Perhitungan WHC Kelompok B2

Luas atas ( LA )=13

42(93+4 ×169+2 ×180+4×169+114)

Luas atas ( LA )=26866

Luas bawah ( LB )=13

42(93+4 ×25+2×17+4 × 25+114 )

Luas bawah ( LB )=6174

Page 15: Lapres Surimi_Yoana 13.70.0091

Luas area basah (LAB)=26866−6174

Luas area basah (LAB)=20692

mg H 2O=20692−8,00,0948

mg H 2O=218185,65 mg

Perhitungan WHC Kelompok B3

Luas atas ( LA )=13

48 (91+4 ×203+2 ×209+4 × 204+107)

Luasatas ( LA )=35904

Luas bawah ( LB )=13

48(91+4×15+2 ×11+4× 19+107)

Luas bawah ( LB )=5696

Luas area basah (LAB)=35904−5696

Luas area basah (LAB)=30208

mg H 2O=30208−8,00,0948

mg H 2O=318565,40 mg

Perhitungan WHC Kelompok B4

Luas atas ( LA )=13

49 (125+4 ×208+2×216+4 × 196+117)

Luas atas ( LA )=37403,33

Luas bawah ( LB )=13

45(125+4 ×26+2× 20+4 ×35+117 )

Luas bawah ( LB )=8589,58

Luas area basah (LAB)=37403,33−8589,58

Luas area basah (LAB)=28813,75

mg H 2O=28813,75−8,00,0948

mg H 2O=303858,12mg

Page 16: Lapres Surimi_Yoana 13.70.0091

Perhitungan WHC Kelompok B5

Luas atas ( LA )=13

47,5 (160+4 ×220+2 ×237+4 × 225+125)

Luas atas ( LA )=40200,83

Luas bawah ( LB )=13

47,5(160+4 × 47+2×31+4 ×50+125)

Luas bawah ( LB )=11637,26

Luas area basah (LAB)=40200,83−11637,26

Luas area basah (LAB)=28563,57

mg H 2O=28563,57−8,00,0948

mg H 2O=301219,49 mg

6.2. Laporan Sementara

6.3. Diagram Alir

6.4. Abstrak Jurnal