Lapres Mekflu Done Print
-
Upload
edy-suryanto -
Category
Documents
-
view
51 -
download
9
description
Transcript of Lapres Mekflu Done Print
1
Bernoulli Theorema Apparatus
Nabila Prastiya Putri
Teknik Mesin, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia.
5 Mei 2015
Abstrak – Praktikum Bernoulli Theorema Apparatus merupakan salah satu
praktikum yang digunakan untuk dapat membuktikan Hukum Bernoulli yang banyak
dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Dari percobaan dapat diketahui perbandingan
antara data yang dihitung secara teoritis dan praktik. Pada praktikum ini head antara
fully dengan half hampir memiliki nilai yang sama bila dituangkan dalam grafik.
Pengaruh pembacaan data dan keakurat alat sangat mempengaruhi hasil data suatu
percobaan. Sehingga, perlunya kalibrasi dan ketelitian dalam pembacaan data
diperlukaan dalam setiap praktikum. Praktikum ini juga sangat diperlukan untuk
mengetahui keadaan yang sebenernya dan penggunaan dari rumus yang ada.
Kata kunci komponen laporan: Bernoulli, Aparatus, Euler, Energi
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Asas Bernoulli dikemukakan
pertama kali oleh Daniel Bernoulli
(1700 – 1782). Dalam kertas kerjanya
yang berjudul "Hydrodynamica",
Bernoulli menunjukkan bahwa begitu
kecepatan aliran fluida meningkat
maka tekanannya justru menurun.
Asas Bernoulli adalah tekanan
fluida di tempat yang kecepatannya
tinggi lebih kecil daripada di tempat
yang kecepatannya lebih rendah . Jadi
semakin besar kecepatan fluida dalam
suatu pipa maka tekanannya makin
kecil dan sebaliknya makin kecil
kecepatan fluida dalam suatu pipa
maka semakin besar tekanannya.
Pada aplikasinya, Hukum
Bernoulli banyak diterapkan pada
kehidupan sehari-hari seperti pada
penyemprot parfum dan gaya angka
pada pesawat terbang. Sehingga,
Hukum Bernoulli ini sangat
bermanfaat dan penting untuk
dipelajari dikarenakan banyaknya
kolerasi yang dapat dipakai di
kehidupan sehari-hari.
2
I.2 Tujuan
Adapaun tujuan dari praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mempelajari
bagaimana fenomena nyata
dari Hukum Bernoulli
2. Untuk mempelajari
bagaimana prinsip “head”
dengan menggunakan pitot
tube
3. Untuk mempelajari
bagaimana prinsip kerja alat
ukur fluida
I.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada praktikum
Bernoulli Theorem Apparatus
adalah:
1. Incompressible Flow
2. Steady Flow
3. Frictionless
4. Uniform
I.4 Dasar Teori
A. Persamaan Bernoulli
Berdasarkan Kekekalan Energi
Rumus Bernoulli yang kita ketahui
dapat diturukan dari persamaan
sebagai berikut :
Q-Ws-Wshear-Wother=
+
Asumsi : 1. Ws = 0
2. Wshear = 0
3. Wother = 0
4. Steady Flow
5. Uniform Flow
e = u +
+ gz
Disamping itu kita juga
mengetahui asas kontinuitas dan laju
perpindahan panas sebagai berikut :
Dari persamaan diatas,
diturunkan terlebih dahulu untuk
menjadi perasamaan yang lebih
sederhana. Maka persamaan diatas
akan menjadi:
+
+ gz1 =
+
+ gz2
+
+ gz = constant
Berdasarkan persamaan euler :
Untuk aliran steady sepanjang sebuah
streamline :
Apabila sebuah partikel fluida
bergerak sepnjang ds, maka:
(perubahan tekanan
sepanjang ds)
(perubahan
ketinggian sepanjang ds)
(perubahan
kecepatan sepanjang ds)
Setelah mengalikan persamaan euler
dengan ds dan diintegralkan maka
didapat persamaan bernoulli :
3
B. Jenis Jenis Tekanan
Pada poin sebelumnya, kita telah
mendapatkan perumusan persamaan
Bernoulli berdasarkan kekekalan
energy.
+
+ gz = constant
Dari persamaan tersebut dapat kita
ketahui bahwa elemen penyusun rumus
tersebut adalah tekanan, kecepatan,
dan juga elevasi. Pada kali ini, kami
akan membahas macam macam
tekanan. Tekanan yang terdapat pada
rumus Bernoulli tersebut adalah
tekanan statis. Tekanan statis
merupakan tekanan yang diukur
dengan menggunakan alat ukur
tekanan yang memiliki kecepatan sama
dengan kecepatan aliran fluida.
Selain tekanan statis, ada juga
tekanan stagnasi. Tekanan stagnasi
adalah tekanan yang diukur pada saat
kecepatan aliran fluida diperlambat
hingga nol tanpa adanya gesekan
( frictionless ). Pada aliran yang
incompressible, persamaan Bernoulli
digunakan untuk menghubungkan
antara kecepatan dan tekanan
sepanjang streamline. Dengan
menganggap ketinggiannya sama,
maka persamaannya berubah menjadi :
Po = P +
V
2
Dari persamaan tersebut dapat kita
peroleh bahwa jika kecepatan aliran
pada suatu streamline tinggi, maka
tekanan pada streamline tersebut
rendah. Sebaliknya, pada saat
kecepatan suatu streamline rendah,
maka tekanan pada streamline tersebut
tinggi. Bentuk dari
V
2 merupakan
tekanan dinamis. Sehigga secara
otomatis kita dapat mendefinisikan
tekanan dinamis sebagai selisih dari
tekanan stagnansi dengan tekanan
statis. Daru rumus tersebut kita juga
dapat mengetahui kecepatan suatu
aliran jika diketahui tekanan dinamis
dan densitasnya dengan menggunakan
rumus berikut :
V =
C. Head
Ada beberapa macam head, yang
pertama merupakan total head. Yang
besarnya merupakan penjumlahan dari
pressure head, velocity head, dan
elevation head. Dimana besarnya
pressure head adalah
. velocity head
besarnya adalah
. dan elevation head
besarnya adalah (z.g). Adapun aplikasi
head adalah pada EGL dan HGL.
Dimana EGL adalah kurva energy
yang menggambarkan besarnya total
head. Dan HGL adalah kurva energi
yang menggambarkan besarnya total
head dikurangi dengan velocity head.
4
II. METODOLOGI
Pada praktikum Bernoulli ada
beberapa alat dan bahan yang
digunakan untuk melakukan percobaan
serta langkah-langkah untuk memulai
praktikum Bernoulli. Alat dan baha
serta langkah-langkah melakukan
percobaan tersebut adalah sebagai
berikut:
II. 1 Spesifikasi Alat
Alat-alat yang digunakan
adalah:
1. No Model BAT – 5 – 200
2. Fan
a. Jenis fan centrifugal
b. Kapasitas maksimum 5
m3/menit
3. Daya Penggerak Motor 200
Watt
4. Manometer
a. Skala total head 0-400 mm
b. Skala total static head 0-400
mm
c. Skala velocity head 0-400
mm
5. Pitot static tube
6. Venturi dan Duet tembus
pandang
a. Diameter inlet 50 mm
b. Diameter outlet 50 mm
c. Diameter kerongkongan
30 mm
II.2 Langkah Percobaan
Adapun langkah-langkah yang
dilakukan sebelum melakukan suatu
percobaan diawali dengan persiapan.
Persiapan dilakukan dengan mengecek
keadaan alat percobaan dan membuka
laju pengatur laju aliran, serta memutar
saklar motor alat percobaan tersebut
kedalam posisi ON untuk
menghidupkan motor.
Gambar 1. Alat Percobaan Bernoulli
Setelah itu mengatur bukaan inlet
fan/blower menjadi half open lalu
mengukur panjang pitot statis tube
yang berada di luar venturi (Lo) 60
mm.
Gambar 2. Contoh Fan dalam
Percobaan
Pengukuran dimulai dengan menarik
jarum pitot tube sepanjang 18 mm,
kemudian dengan mengukur Head
Total (ht), Head Statis (hs), dan Head
Velocity (hv) untuk pengukuran pitot
static tube dengan membaca selisih
ketinggian pada manometer U.
Mengukur Tekanan Hulu (h1),
Tekanan Hilir (h2) dan perbedaan
tekanan ( ) untuk venturi pada
manometer U.
Gambar 3. Manometer U
Setelah melakukan percobaan untuk
kondisi Half Open, selanjutnya adalah
mengukur percobaan dengan kondisi
5
Fully Open.Tahap yang dilakukan
untuk kondisi ini sama dengan Half
Open yaitu dengan mengatur kembali
instalasi menjadi Fully Open,
kemudian melakukan kembali
pengukuran yang seperti pengukuran
pada kondisi Half Open. Ulangi
kembali langkah yang telah dilakukan
sebelumnya sampai percobaan telah
dilakukan sebanyak 12 kali. Pada saat
hasil percobaan telah didapatkan, catat
hasil pada tabel pengukuran
perhitungan.
III. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum Bernoulli
Theorem Apparatus didapatkan hasil
percobaan yang dituangkan kedalam
grafik percobaan dan contoh
perhitungan yang berkaitan dengan
praktikum ini, sebagai berikut:
III.1. Data Percobaan
(terlampir)
III.2 Contoh Perhitungan
Contoh Perhitungan untuk Fully Open
Data Percobaan 6
Dengan data sebagai berikut :
Lo = 150 mm ht = 21 mm H2O
hs = -18 mm H2O hv = 47 mm H2O
Lp = 382 mm h1 = 15 mm H2O
h2 = -33 mm H2O = 62 mm H2O
Perhitungan yang didasarkan
pada Hasil Pengukuran Pitot
Tube
A. Lokasi Pitot Tube (Ls, mm)
Ls = Lp – Lo
= 382 – 150
= 232 mm
B. Tekanan Dinamis Pitot Tube
(Pv, N/m2)
Pv = K1 x Hv
= 10 x 47
= 470 N/m
C. Kecepatan Udara pada Inlet
Venturi (VD, m/s)
VD =
=
=
28,1409 m/s
( dipakai VD tidak Vd
dikarenakan nilai Ls <
257 )
D. Laju Aliran didasarkan pada
VD ( QD, m3/s)
QD =
x D2 x VD =
x
(0.05)2 x 28,1409 = 0.055 m
3/s
Perhitungan yang didasarkan
pada Hasil Pengukuran Venturi
E. Perbedaan antara Tekanan Hulu
(h1) dan Tekanan Hilir (h2)
sepanjang Venturi ( , N/m2)
= K2 x
= 10 x 62
= 620 N/m2
F. Kecepatan Udara pada Leher
Venturi (Vm, m/s)
Vm =
= =
= 30,154 m/s
G. Laju Aliran didasarkan pada
Vm (Qm, m3/s)
Qm = Cv x Cc x
x d2 x
Vm = 1,07 x 0,987 x
x
(0,03)2 x 30,154 = 0,022442
m3/s
H. Bilangan Reynold pada Leher
Venturi
Red =
=
=
5,75 x 104
6
I. Bilangan Reynold pada Inlet
Venturi
ReD =
=
= 8,94 x
104
Contoh Perhitungan untuk Half
Open Data Percobaan 6
Dengan data sebagai berikut :
Lo = 150 mm ht = 16 mm
H2O hs = -8 mm H2O hv
= 32 mm H2O
Lp = 382 mm h1 = 14 mm
H2O h2 = -16 mm H2O =
43 mm H2O
Perhitungan yang didasarkan pada
Hasil Pengukuran Pitot Tube
J. Lokasi Pitot Tube (Ls, mm)
Ls = Lp – Lo
= 382 – 150
= 232 mm
K. Tekanan Dinamis Pitot Tube (Pv,
N/m2)
Pv = K1 x Hv
= 10 x 32
= 320 N/m
L. Kecepatan Udara pada Inlet
Venturi (VD, m/s)
VD =
=
= 23,22
m/s
( dipakai VD tidak Vd dikarenakan
nilai Ls < 257 )
M. Laju Aliran didasarkan pada VD
( QD, m3/s)
QD =
x D2 x VD =
x (0.05)
2 x
23,22 = 0,04556 m3/s
Perhitungan yang didasarkan pada
Hasil Pengukuran Venturi
N. Perbedaan antara Tekanan Hulu
(h1) dan Tekanan Hilir (h2)
sepanjang Venturi ( , N/m2)
= K2 x
= 10 x 43
= 430 N/m2
O. Kecepatan Udara pada Leher
Venturi (Vm, m/s)
Vm =
= =
= 28,85 m/s
P. Laju Aliran didasarkan pada Vm
(Qm, m3/s)
Qm = Cv x Cc x
x d
2 x
Vm = 1,07 x 0,987 x
x (0,03)
2 x
28,85 = 0,021527 m3/s
Q. Bilangan Reynold pada Leher
Venturi
Red =
=
= 5,50 x 104
R. Bilangan Reynold pada Inlet
Venturi
Red =
= =
= 7,38 x 104
7
III. 3. Grafik Ht, Hs, Hv vs Ls (Fully Open)
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai dari Hv diawali dengan konstan. Namun, pada titik ke 268 mengalami fluktuasi nilai yang cukup tinggi hingga sampai turun kembali. Untuk nilai Hs juga mengalami fluktuasi yang signifikan seperti Hv dimulai pada titik di nilai 10 yang terus berangsur turun. Pada nilai Ht, nilainya konstan tidak terjadi fluktuasi nilai.
Data praktikum dan data di teori
secara garis besar hampir sama. Namun
ada beberapa yang berbeda karena tidak
konstan. Dengan rumus Ls adalah
Ls = Lp – Lo
Perbedaan yang terjadi
diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu
kesalahan dalam pembacaan dan juga
alat yang perlu dikalibrasi kembali
untuk mendapatkan nilai yang akurat.
III. 4 Grafik H1, H, H2 Vs Ls (Fully Open)
Dari grafik diatas terlihat bahwa nilai h terhadap Ls terlihat konstan saat berada pada nilai 60, dimana pada awalnya belum mengalami nilai yang konstan, kemudian naik dan mengalami nilai yang konstan. Hal tersebut juga terjadi pada nilai h2, yaitu nilai konstan terjadi saat nilai mengalami penurunan terlebih dahulu dari -20 menjadi -30 kemudian berangsur konstan sampai akhir. Sedangkan untuk nilai h1, nilai selalu konstan dari data pertama hingga yang terakhir.
Data praktikum dan data di teori
secara garis besar hampir sama. Namun
ada beberapa yang berbeda karena tidak
konstan. Dengan rumus perbedaan
antara tekanan hulu dan tekanan hilir
sebagai berikut :
= K2 x
Perbedaan yang terjadi diakibatkan
oleh beberapa faktor yaitu kesalahan
dalam pembacaan dan juga alat yang
perlu dikalibrasi kembali untuk
mendapatkan nilai yang akurat.
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
322 286 250 214 178 142
Pit
ot
tub
e
Ls
Ht, Hs, Hv vs Ls
ht hs hv -40
-20
0
20
40
60
80
32
2
30
4
28
6
26
8
25
0
23
2
21
4
19
6
17
8
16
0
14
2
12
4
Ven
turi
tu
be
Ls
h1, Δh, h2 vs Ls
h1 Δh h2
8
III. 5 Grafik HGL, EGL vs Ls (Fully Open)
Dari grafik diatas terlihat
bahwa nilai EGL terhadap Ls
mengalami nilai yang konstan,
sedangkan pada HGL terhadap Ls jelas
terlihat bahwa nilai data percobaan
mengalami fluktuasi yang cukup besar,
diawali dengan kenaikan nilai dan
kemudian turun cukup besar dan
kemudian kembali naik kembali.
Kurva diatas menjelaskan
tentang EGL dan HGL. Dimana
diketahui bahwa besarnya EGL selalu
konstan. Sedangkan kurva HGL selalu
mengalami perubahan yang cukup
signifikan. Data praktikum dan dasar
teori pada kurva EGL sudah sama.
Yaitu besarnya konstan. Sedangkan
untuk HGL seharusnya sesuai dengan
diameter yang dilalui. Yaitu konstan,
turun, konstan, naik, dan konstan
kembali. Dan pada data percobaan
yang diambil untuk grafik diatas sudah
cukup sama dengan dasar teori yaitu
konstan, turun, konstan, naik dan
kembali konstan kembali.
III. 6 Grafik h1, H, h2 vs Ls (Half
Open)
Dari grafik diatas dapat terlihat
bahwa nilai pada h1 sangat konstan
dari awal data percobaan hingga akhir.
Sedangkan untuk nilai h2, grafik
mengalami penurunan terlebih dahulu
kemudian berangsur konstan. Dan
untuk h terjadi perubahan yang
signifkan tapi tidak terlalu besar, yang
diawali dengan kenaikan dan sedikit
penurunan lalu kembali naik.
Data praktikum dan data di
teori secara garis besar hampir sama.
Namun ada beberapa yang berbeda
karena tidak konstan. Dengan rumus
perbedaan antara tekanan hulu dan
tekanan hilir sebagai berikut :
= K2 x
Perbedaan yang terjadi
diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu
kesalahan dalam pembacaan dan juga
alat yang perlu dikalibrasi kembali
untuk mendapatkan nilai yang akurat.
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
322 286 250 214 178 142
Hea
d (
mm
)
La
HGL EGL vs Ls
EGL HGL
-20
-10
0
10
20
30
40
50
322 286 250 214 178 142
Ven
turi
tu
be
Ls
h1, Δh, h2 vs Ls
h1 Δh
9
III. 7 Grafik Ht, Hs, Hv vs Ls (Half
Open)
Dari grafik diatas dapat dilihat
bahwa pada data percobaan Hv
mengalami fluktuasi nilai. Dimana
pada saat data pertama mengalami
kenaikan lalu kembali turun, lalu
kembali naik dan kemudian turun
kembali hingga konstan. Pada grafik
Hs juga mengalami fluktuasi nilai dari
konstan hingga turun dan naik kembali
menjadi konstan. Sedangkan pada nilai
Ht konstan dari awal sampai dengan
akhir.
Data praktikum dan data di teori
secara garis besar hampir sama. Namun
ada beberapa yang berbeda karena tidak
konstan. Dengan rumus Ls adalah
Ls = Lp – Lo
Perbedaan yang terjadi
diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu
kesalahan dalam pembacaan dan juga
alat yang perlu dikalibrasi kembali
untuk mendapatkan nilai yang akurat
III. 8 Grafik EGL, HGL vs Ls (Half
Open)
Dari grafik diatas diketahui
nilai dari percobaan EGL mengalami
nilai yang konstan sedangkan nilai
HGL mengalami penurunan dan
kemudian kembali naik dan konstan
kembali.
Data praktikum dan data di
teori secara garis besar hampir sama.
Namun ada beberapa yang berbeda
karena tidak konstan
Perbedaan yang terjadi
diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu
kesalahan dalam pembacaan dan juga
alat yang perlu dikalibrasi kembali
untuk mendapatkan nilai yang akurat.
III. 9 Grafik EGL dan HGL (Fully
–Half Open)
-20
-10
0
10
20
30
40
50
322 286 250 214 178 142
Pit
ot
tub
e
Ls
ht, hs, hv vs Ls
ht hs hv
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
322 286 250 214 178 142 Hea
d m
m
Ls
EGL HGL vs Ls
EGL
HGL
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Hea
d
Ls
EGL - HGL
Half-open EGL
Half-open HGL
Fully-open EGL
Fully-open HGL
10
Dari grafik diatas terlihat
bahwa nilai EGL pada half open dan
fully open memiliki nilai yang konstan
dan untuk HGL pada half open dan
fully open mengalami penurunan dan
kemudian naik kembali sampai
konstan. Pada nilai HGLfully open
terlihat mengalami penurunan yang
lebih besar dibandingkan dengan HGL
half open.
Data praktikum dan data di
teori secara garis besar hampir sama.
Namun ada beberapa yang berbeda
karena tidak konstan
Perbedaan yang terjadi
diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu
kesalahan dalam pembacaan dan juga
alat yang perlu dikalibrasi kembali
untuk mendapatkan nilai yang akurat.
IV. KESIMPULAN
Pada percobaan ini dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Grafik Hs, Hv dan Ht pada Fully
dan Half tidak memiliki
perbedaan yang jauh hanya
sedikit terjadi perbedaan saat
diawal data percobaan.
2. Pada venturi bukaan half open
maupun fuly open nilai h1, h2
dan Δh cenderung konstan.
3. Besarnya EGL selalu konstan
baik itu pada half open maupun
fully open. Besarnya HGL akan
selalu berubah ubah tergantung
pada diameter yang dilewati oleh
suatu streamline. Pada
pengukuran HGL half open
terjadi kesalahan pembacaan
sehingga mengakibatkan nilai
HGL memotong garis EGL