LAP_PLI_BOD
-
Upload
citra-pranata-niaga -
Category
Documents
-
view
251 -
download
8
description
Transcript of LAP_PLI_BOD
![Page 1: LAP_PLI_BOD](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022072922/563db98e550346aa9a9e7820/html5/thumbnails/1.jpg)
PRAKTIKUM PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI
ANALISIS BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Dosen Pembimbing: Ir. Endang Kusumawati, MT
Kelompok / Kelas : II/ 2A
Nama : 1. Dina Heryani NIM. 131431006
: 2. Dini Heryani NIM. 131431007
: 3. Febby Elsa Nabila NIM. 131431008
Tanggal Praktikum : 20 Mei 2015
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALISIS KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
TAHUN 2015
![Page 2: LAP_PLI_BOD](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022072922/563db98e550346aa9a9e7820/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Data Pengamatan
Penetapan Angka KMnO 4
Konsentrasi KMnO4 = 0,0100 Na = 14,40 mLmL sampel = 10,00 mLb (Faktor Ketelitian) = 13,80 mLmL oksalat = 10,00 mL
Pengenceran
No Label Botol Volume Botol (mL)1 Blanko 1 (H0) 3212 Blanko 2 (H7) 3323 Sampel 1 (H0) 3354 Sampel 2 (H0) 3085 Sampel 3 (H7) 3296 Sampel 4 (H7) 329
Penetapan Oksigen Terlarut Metode Winkler
No Label Botol Volume Natrium Tiosulfat 1/80 N (mL)1 2 Total
1 Blanko 1 (H0) 0,60 0,75 1,352 Blanko 2 (H7) 5,80 8,70 14,503 Sampel 1 (H0) 0,65 1,50 2,154 Sampel 2 (H0) 0,55 2,15 2,705 Sampel 3 (H7) 3,5 6,75 10,256 Sampel 4 (H7) 5,0 6,5 11,50
4.2 Pengolahan Data
Penetapan Angka KMnO 4
Pengenceran
![Page 3: LAP_PLI_BOD](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022072922/563db98e550346aa9a9e7820/html5/thumbnails/3.jpg)
Diperoleh angka KMnO4 sebesar 242,69558 mg/L KMnO4, maka larutan pengencer dibuat dengan pengenceran P1, dengan rumus sebagai berikut :
Misal : Pada botol 3 (Sampel 1 H0)
Jadi, pada botol 3 dimasukkan sampel sebanyak 4,14 mL dan kemudian ditambahkan beberapa perekasi yang diperlukan dan larutan pengencer yang telah dibuat hingga penuh (tepat 335 mL)
No Label Botol Volume Botol (mL)
Volume Sampel/Blanko yang ditambahkan (mL)
1 Blanko 1 (H0) 321 3,972 Blanko 2 (H7) 332 4,103 Sampel 1 (H0) 335 4,144 Sampel 2 (H0) 308 3,815 Sampel 3 (H7) 329 4,076 Sampel 4 (H7) 329 4,07
Penetapan Oksigen Terlarut Metode Winkler
Perhitungan mg/L O2
a) Blanko H 0 (C)
b) Blanko H 7 (D)
![Page 4: LAP_PLI_BOD](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022072922/563db98e550346aa9a9e7820/html5/thumbnails/4.jpg)
c) Sampel H 0 (A)
(1)
(2)
Rata-rata
d) Sampel H 7 (B)
(3)
![Page 5: LAP_PLI_BOD](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022072922/563db98e550346aa9a9e7820/html5/thumbnails/5.jpg)
(4)
Rata-rata
BOD
Rumus :
![Page 6: LAP_PLI_BOD](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022072922/563db98e550346aa9a9e7820/html5/thumbnails/6.jpg)
Sumber : http://water.me.vccs.edu/courses/env211/lab15.htm
P = Vsampel di botol BOD / VBotol BOD
P =
P =
Faktor Pengenceran Sampel fp
fp = 1 kali
![Page 7: LAP_PLI_BOD](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022072922/563db98e550346aa9a9e7820/html5/thumbnails/7.jpg)
BAB V
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
5.1. Pembahasan
Pada praktikum penentuan kadar BOD bertujuan untuk mengetahui oksigen yang
diperlukan untuk mikroba dalam mengoksidasi bahan organik. Pada praktikum sampel yang
digunakan adalah lumpur aktif. Secara teori semakin banyak bahan organik yang ada dalam
sampel air limbah maka semakin banyak juga oksigen yang diperlukan oleh mikroba. Untuk
mengetahui jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroba maka ditentukan DO awal dan DO
setelah diinkubasi selama tujuh hari, dimana selisih yang dihasilkan adalah oksigen yang
diperlukan oleh mikroba. DO atau Dissolve Oxygen yaitu nilai yang menunjukkan jumlah
okdigen yang terlarut di dalam air.
Langkah yang harus dilakukan pada analisa BOD ini adalah menentukan angka
KMnO4. Sebelumnya erlenmeyer yang digunakan harus terbebas dari reduktor, agar hasil
yang diperoleh lebih teliti. Apabila di dalam Erlenmeyer masih terdapat zat atau partikel yang
bersifat reduktor, hal ini kemungkinan dapat mengganggu proses reaksi pada saat titrasi
dengan KMnO4 sehingga hasil analisa yang diperoleh menjadi tidak teliti karena volume
KMnO4 yang digunakan lebih banyak dari yang seharusnya. Cara untuk pembebasan reduktor
ini adalah dengan cara air kran dimasukkan ke dalam Erlenmeyer kemudian ditambah
KMnO4 dan H2SO4 kemudian dipanaskan. KMnO4 ini berfungsi sebagai oksidator, H2SO4
sebagai pengkondisi suasana asam, dan dilakukan pemanasan agar proses reaksi berjalan
lebih cepat. Pada kondisi tersebut KMnO4 akan mengoksidasi secara optimal zat atau partikel
reduktor yang menempel pada erlenmeyer, sehingga zat reduktor yang berada di dalam
erlenmeyer akan teroksidasi. Adanya zat reduktor pada erlenmeyer akan membuat warna
KMnO4 pudar dari warna ungu merah menjadi warna merah muda hingga bening. Jika
ditambahkan KMnO4 berlebih hingga warna KMnO4 tidak hilang maka dapat dipastikan
semua zat atau partikel reduktor yang berada di dalam erlenmeyer telah habis bereaksi
dengan KMnO4 sehingga erlenmeyer telah bebas reduktor. Reaksi yang terjadi antara zat
organik dan KMnO4 sebagai berikut:
Zat Organik + KMnO4 berlebih → CO2 + H2O
Setelah erlenmeyer bebas reduktor, dilakukan penetapan angka KMnO4. Penetapan
angka KMnO4 ini digunakan untuk menentukan jumlah pengencer dan jumlah sampel yang
akan ditambahkan. Angka KMnO4 ini untuk mengetahui zat organik yang terkandung dalam
sampel air limbah, dimana dengan mengetahui jumlah zat organik dalam sampel maka
![Page 8: LAP_PLI_BOD](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022072922/563db98e550346aa9a9e7820/html5/thumbnails/8.jpg)
kebutuhan oksigen yang diperlukan dapat ditentukan sehingga didapatkan pengenceran yang
mendekati. Sampel yang telah diasamkan dengan H2SO4 ditambahkan KMnO4 berlebih
kemudian dipanaskan, sehingga bahan organik yang ada dalam sampel akan mengalami
rekasi redoks dengan KMnO4. KMnO4 sisa ini kemudian ditambahkan asam oksalat berlebih,
sehingga terjadi reaksi redoks. Sisa asam oksalat ini kemudian dititrasi dengan KMnO4.
Reaski yang terjadi adalah sebagi berikut:
2 KMnO4 + 5H2C2O4 + 3H2SO4 → 2MnSO4 + 10CO2 + K2SO4
Setelah itu dilakukan penentuan ketelitian KMnO4 untuk mengetahui faktor ketelitian
KMnO4. Penentuan ini dilakukan dengan cara hasil titrasi sebelumnya dimana hasil titrasi
KMnO4 sebelumnya ditambahkan kembali dengan asam oksalat dan dititrasi dengan KMnO4
dimana jumlah KMnO4 seharusnya 10 mL sesuai dengan penambahan KMnO4 sebelumnya.
Dari percobaan didapat angka KMnO4 yang dihasilkan dari sampel adalah sebesar 242,69558
mg/L. Dari angka ini maka didapat sebesar 242,69558 mg KMnO4 untuk mengoksidasi zat
organik dalam tiap 1 Liter sampel. Sedangkan berdasarkan literatur zat organik (KMnO4)
tidak boleh lebih dari 10 mg/L (PP No. 20 tahun 1990), sehingga air sampel lumpur aktif ini
dapat dikatakan banyak mengandung zat organik karena angka KMnO4 yang cukup tinggi.
Angka KMnO4 yang didapat ini digunakan untuk perhitungan jumlah sampel dan pengencer
yang ditambahkan.
Pengenceran yang digunakan adalah P1 dikarenakan sampel BOD akan diinkubasikan
selama 7 hari, sedangkan angka KMnO4 yang didapat ialah sebesar 242,69558 mg/L ini
dihasilkan nilai P1 sebesar 35 artinya 1 bagian sampel dan 34 bagian pengencer. Larutan
pengencer berfungsi sebagai bahan makanan/nutrien mikroba yang dijadikan sebagai sumber
energi mikroba untuk mengoksidasi bahan organik yang ada dalam sampel. Pada larutan
pengencer ini terlebih dahulu dilakukan aerasi, fungsi aerasi yaitu untuk mengaduk serta
untuk menambahkan oksigen kedalam larutan pengencer dimana oksigen ini akan digunakan
untuk mikroba dalam mengoksidasi bahan organik karena dimungkinkan oksigen dalam
sampel saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mikroba dalam mengoksidasi zat
organik. Aerasi dilakukan selama 30 menit agar mikroba mendapatkan oksigen yang cukup.
Makanan mikroba serta oksigen yang cukup untuk mikroba kemudian dicampurkan dengan
sampel sebagai sumber bahan organik, maka diharapkan akan didapatkan hasil kerja mikroba
yang optimum dalam mengoksidasi bahan organik sehingga diketahui berapa oksigen yang
dibutuhkan. Dari sampel yang telah tercampur, langsung ditetapkan DO serta blankonya
(berisi pengencer saja) dengan metode winkler, sedangkan untuk sampel yang telah
dicampur pengencer serta blankonya yang lainnya diinkubasi selama 7 hari pada suhu 20oC.
![Page 9: LAP_PLI_BOD](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022072922/563db98e550346aa9a9e7820/html5/thumbnails/9.jpg)
Untuk DO hari 0, larutan sampel yang telah dicampur dengan pengencer serta blanko
ditambahkan MnSO4 dan pereaksi oksigen (KI+NaOH) dimana MnSO4 dalam keadaan basa
ini akan membentuk endapan MnO2, kemudian ditambahkan H2SO4 sehingga endapan larut
dan akan melepas I2 yang ekivalen dengan oksigen terlarut. I2 yang terbentuk ditirasi dengan
Na2S2O3 dengan metode iodometri. Dari data percobaan yang didapat, DO pada hari nol
adalah sebesar 0,7640 mg/L. Serta DO pada blanko sebesar 0,4232 mg/L. Sedangkan untuk
DO pada hari ke-7 didapat nilai DO sampel sebesar 3,3256 mg/L serta blanko sebesar 4,3940
mg/L. Dari literatur nilai DO akhir harus > 0,5 mg/L.
Dari hasil analisa BOD ini dihasilkan nilai BOD sebesar 113,6532 ppm, artinya
113,6532 mgram oksigen akan dihabiskan oleh mikroorganisme dalam satu liter contoh air
selama waktu tujuh hari pada suhu 20oC. Sedangkan menurut literatur BOD pada air bersih
tidak boleh lebih dari 10 ppm (Jobsheet modul BOD, program studi D3-analis kimia).
5.2. Kesimpulan
Dari percobaan yang didapat, dapat disimpulkan bahwa nilai BOD pada sampel lumpur aktif
adalah sebesar 113,6532 ppm, sedangkan menurut literatur (Jobsheet modul BOD, program
studi D3-analis kimia) nilai BOD yang diperbolehkan untuk air bersih tidak boleh lebih dari
10 ppm, sehingga sampel lumpur aktif memiliki nilai BOD yang jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan literature.
![Page 10: LAP_PLI_BOD](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022072922/563db98e550346aa9a9e7820/html5/thumbnails/10.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
ANONIMOUS. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. No. 5 1 Tahun 2004.
Tentang : Baku Mutu Air Laut. 2004. 11 hal.
ANONIMOUS. TT. Biochemical Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biokimia.
Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
PESCOD, M. D. 1973. Investigation of Rational Effluen and Stream Standards for Tropical
Countries. A.I.T. Bangkok, 59 pp
Salmin, 2005.” Oksigen Terlarut (Do) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (Bod) Sebagai Salah
Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan, (online),
(http: //oseanografi.lipi.go.id diunduh 16 April 2013 pkl. 14.17)
SAWYER, C.N and P.L., MC CARTY, 1978. Chemistry for Environmental Engineering. 3rd
ed. Mc Graw Hill Kogakusha Ltd.: 405 - 486 pp.
Salmin, 2005.” Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai
Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan, (online),
(http: //oseanografi.lipi.go.id )
SAWYER, C.N and P.L., MC CARTY, 1978. Chemistry for Environmental Engineering. 3rd
ed. Mc Graw Hill Kogakusha Ltd.: 405 - 486 pp.