Laporean BAB I

23
 1 I. PENDAHULUAN 1.1.  Latar Belakang Hampir semua kalangan masyarakat memanfaatkan buncis, mulai dari ibu rumah tangga yang membutuhkan dalam jumlah sedikit sampai ke industri pengolaha n yang membutuhkan dalam j umlah besar dan continue. Selain dikonsumsi di dalam negeri ternyata buncis juga telah diekspor. Negara-negara yang sering mengimpor buncis dari Indonesia antara lain Singapura, Hongkong, Australia, Malaysia, dan Inggris. Bentuk-bentuk yang diekspor bermacam-macam, ada yang berbentuk polong segar, didinginkan atau dibekukan, dan adapula yang berbentuk biji kering. Mengingat buncis sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dan masyarakat luar negeri maka bisa dibayangkan banyaknya produksi buncis yang dibutuhkan. Oleh karena itu, buncis dapat dikatakan merupakan komoditi yang mempunyai masa depan cerah. Didalam dunia pertanian saat ini tidak terlepas dari penggunaan bahan kimia. Penggunaan bahan kimia terbesar yaitu untuk menyuburkan tanah dan memberantas hama serta penyakit yang sering dilakukan sehin gga mengakibatkan hasil produksi masih rendah serta mencemari lingkungan hidup. Selain meracuni, harga pupuk dan pestisida semakin mahal. Disamping itu jumlah lahan yang produktif sudah semakin berkurang, keadaan seperti ini yang membuat dilema bagi petani (Pracaya, 2001). Untuk mengatasi hal tersebut, solusi yang terbaik adalah menanam sayuran secara organik dalam polybag karena dapat memanfaatkan lahan yang ada dan juga pupuk organik tidak meninggalkan residu kimia dan sangat berguna.

Transcript of Laporean BAB I

Page 1: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 1/23

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hampir semua kalangan masyarakat memanfaatkan buncis, mulai dari

ibu rumah tangga yang membutuhkan dalam jumlah sedikit sampai ke industri

pengolahan yang membutuhkan dalam jumlah besar dan continue.

Selain dikonsumsi di dalam negeri ternyata buncis juga telah diekspor.

Negara-negara yang sering mengimpor buncis dari Indonesia antara lain

Singapura, Hongkong, Australia, Malaysia, dan Inggris. Bentuk-bentuk yang

diekspor bermacam-macam, ada yang berbentuk polong segar, didinginkan atau

dibekukan, dan adapula yang berbentuk biji kering. Mengingat buncis sangat

dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dan masyarakat luar negeri maka bisa

dibayangkan banyaknya produksi buncis yang dibutuhkan. Oleh karena itu, buncis

dapat dikatakan merupakan komoditi yang mempunyai masa depan cerah.

Didalam dunia pertanian saat ini tidak terlepas dari penggunaan bahan

kimia. Penggunaan bahan kimia terbesar yaitu untuk menyuburkan tanah dan

memberantas hama serta penyakit yang sering dilakukan sehingga mengakibatkan

hasil produksi masih rendah serta mencemari lingkungan hidup. Selain meracuni,

harga pupuk dan pestisida semakin mahal. Disamping itu jumlah lahan yang

produktif sudah semakin berkurang, keadaan seperti ini yang membuat dilema

bagi petani (Pracaya, 2001).

Untuk mengatasi hal tersebut, solusi yang terbaik adalah menanam

sayuran secara organik dalam polybag karena dapat memanfaatkan lahan yang ada

dan juga pupuk organik tidak meninggalkan residu kimia dan sangat berguna.

Page 2: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 2/23

2

Budidaya sayuran organik dalam polybag juga mempermudah dalam hal

perawatan dan tidak menggunakan pupuk maupun pestisida kimia. Dengan

demikian diharapkan dapat mempertahankan eksistensinya dan tinggal

mengupayakan bagaimana buncis dapat mempunyai produktivitas dan kualitas

yang baik.

Didalam mempertahankan produktivitas tanaman maka proses

pembudiyaan dapat dilakukan dengan cara intensifikasi yaitu usaha penerapan

panca usaha tani, ekstensifikasi yaitu penambah luas area lahan dan diversifikasi

yaitu suatu usaha menaikkan produksi dengan pemanfaatkan lahan kosong

disekitar kita. Sedangkan mempertahankan kualitas dengan cara pemberian bahan

organik padat maupun cair pada tanaman buncis. Pada praktikum kali ini, akan

diadakan beberapa perlakuan pemberian bahan organik guna melihat beberapa

respon tanaman buncis yang ditanam pada polybag.

1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapang

Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini untuk mengetahui dosis pupuk 

organic kelinci yang optimal pada pertumbuhan dan hasil tanaman buncis dalam

polybag.

Page 3: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 3/23

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Buncis

Kacang buncis (Phaseolus vulgaris .L.) berasal dari Amerika, sedangkan

kacang buncis tipe tegak (kidney-bean) atau kacang jago adalah tanaman asli

lembah Tahuaacan-Meksiko. Penyebarluasan tanaman buncis dari Amerika ke

Eropa dilakukan sejak abad 16. Dearah pusat penyebaran dimulai di Inggris

(1594), menyebar ke negara-negara Eropa, Afrika, sampai ke Indonesia.

Pembudidayaan tanaman buncis di Indonesia telah meluas ke berbagai

daerah. Tahun 1961-1967 luas areal penanaman buncis di Indonesia sekitar 3.200

hektar, tahun 1969-1970 seluas 20.000 hektar dan tahun 1991 mencapai 79.254

hektar dengan produksi 168.829 ton.

Daerah yang sejak lama menjadi sentra pertanaman buncis antara lain

Kotabatu (Bogor), Pengalengan dan Lembang (Bandung) dan Cipanas (Cianjur).

Sedangkan pusat terbesar pertanaman kacang ijo anatara lain daerah Garut (Jawa

Barat).

Tanaman buncis diklasifikasikan sebagai berikut:

Taksonomi

Kingdom : Plant Kingdom

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiosspermae

Kelas : Dicotyledonae

Sub kelas : Calyciflorae

Page 4: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 4/23

4

Ordo : Rosales (Leguminales)

Famili : Leguminosae (Papilionaceae)

Sub famili : Papilionoideae

Genus : Phaseolus

Spesies : Phaseolus vulgaris L.

Botani

Habitus : Semak, menjalar, panjang 2-3 m.

Batang : Tegak, bulat, lunak, membelit, hijau.

Daun : Majemuk, lonjong, panjang 8-13 cm, lebar 5-9 cm, berambut,

ujung meruncing, pangkal membulat, tepi rata, pertulangan

menyirip, tangkai persegi, beranak daun tiga, hijau tua.

Bunga : Majemuk, bentuk tandan, di ketiak daun, tangkai panjang ± 5 cm,

hijau keunguan, kelopak segitiga, berambut, panjang 2-3 cm,

mahkota bentuk kupu-kupu, ungu, benang sari berlekatan, putik 

berambut, ungu.

Buah : Polong, panjang ± 10 cm, masih muda hijau kekuningan setelah

tua coklat.

Biji : Lonjong, mengkilat, permukaan licin, putih.

Akar : Tunggang, kuning kotor.

Kacang buncis dan kacang jogo mempunyai nama ilmiah sama yaitu

Phaseolus vulgaris L., yang berbeda adalah tipe pertumbuhan dan kebiasaan

panennya. Kacang buncis tumbuh merambat ( pole beans) dan dipanen polong

mudanya, sedangkan kacang jogo (kacang merah) merupakan kacang buncis jenis

Page 5: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 5/23

5

tegak (tidak merambat) umumnya dipanen polong tua atau bijinya saja, sehingga

disebut Bush bean. Nama umum kacang buncis di pasaran internasional disebut

Snap beans atau French beans, kacang jogo dinamakan Kidney beans.

Buncis sendiri mempunyai dua jenis yaitu buncis jenis tegak dan buncis

 jenis melilit. Jenis buncis tegak batangnya tidak menjalar misalnya kacang merah

(kacang jago) yang bijinya berbintik-bintik merah dan kacang galing, bijinya

berwarna hitam kuning atau cokelat tua. Sedangkan buncis dengan jenis melilit

bijinya berwarna putih, hitam dan kuning. Buncis jenis ini banyak ditanam oleh

petani.

Peningkatan produksi buncis mempunyai arti penting dalam menunjang

peningkatan gizi masyarakat, sekaligus berdaya guna bagi usaha mempertahankan

kesuburan dan produktivitas tanah. Kacang buncis merupakan salah satu sumber

protein nabati yang murah dan mudah dikembangkan.

Kacang jogo/kacang merah yang dikonsumsi bijinya, mengandung protein

21-27%, sehingga menu makanan yang terdiri atas campuran nasi dan kacang

 jogo (90%+10%) merupakan komposisi makanan yang mencukupi karbohidrat

dan protein tubuh.

2.2. Syarat Tumbuh

Tanaman buncis tumbuh baik di dataran tinggi, pada ketinggian 1000-1500

m dpl. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk ditanam pada

daerah dengan ketinggian antara 300-600 meter. Dewasa ini banyak dilakukan

 penelitian mengenai penanaman buncis tegak dan melilit di dataran rendah dengan

ketinggian: 200-300 m dpl., dan ternyata hasilnya memuaskan. Beberapa varietas

Page 6: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 6/23

6

 buncis seperti Monel, Richgreen, Spurt, FLO, Strike dan Farmers Early dapat

ditanam di dataran rendah pada ketinggian antara 200-300 m dpl. 

Jenis tanah yang cocok untuk tanaman buncis adalah andosol dan regosol

karena mempunyai drainase yang baik. Tanaman buncis juga lebih cenderung

menyukai tanah yang mempunyai keasaman (pH 5,5-6). Suhu yang paling baik 

untuk bertanam buncis berkisar 20°C-25°C. Pada suhu < 20 derajat C, proses

fotosintesis terganggu, sehingga pertumbuhan terhambat, jumlah polong menjadi

sedikit. Pada suhu ³ 25 derajat C banyak polong hampa (sebab proses pernafasan

lebih besar dari pada proses fotosintesis), sehingga energi yang dihasilkan lebih

banyak untuk pernapasan dari pada untuk pengisian polong (Rukmana, 1994).

Pada umumnya tanaman buncis tidak membutuhkan curah hujan yang

khusus, hanya ditanam di daerah dengan curah hujan 1.500-2.500 mm/tahun.

Sedangkan cahaya matahari yang diperlukan untuk tumbuh adalah sekitar 400-800

feetcandles.

Kelembaban udara yang diperlukan tanaman buncis ± 55% (sedang).

Perkiraan dari kondisi tersebut dapat dilihat bila pertanaman sangat rimbun, dapat

dipastikan kelembapannya cukup tinggi.

Tanaman buncis dapat ditanam pada tanah biasa dan dapat ditanam pada

polybag sehingga dapat memudahkan pemeliharaan dan mengurangi dampak 

negatif terhadap tanaman serta yang terpenting cukup mengandung unsur hara

yang diperlukan tanaman (Widarto, 1994).

Page 7: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 7/23

7

2.3. Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari

alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung alami. Dapat dikatakan

bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam

upaya memperbaiki kesuburan tanah (Musnawar, 2004).

Ada beberapa jenis pupuk organik sebagai pupuk alam diantranya pupuk 

kandang yang berasal dari kotoran hewan ternak. Pupuk ini mengandung zat-zat

makanan yang diperlukan oleh tanaman dan berfungsi sebagai :

-  melonggarkan struktur tanah, terutama pada tanah liat

-  menahan air sehingga zat-zatnya tidak hanyut

-  mempersubur hidupnya bakteri-bakteri tanah yang diperlukan untuk 

mengubah zat-zat makanan.

Hewan ternak yang bisa diambil kotorannya feses maupun urinnya untuk 

pupuk diantaranya sapi, kuda, babi, kambing, ayam, kelinci. Selain kotoran ternak 

tersebut, ada juga ternak unggas seperti ayam, merpati, bebek, dan angsa

Kelinci merupakan salah satu hewan peliharaan yang sekarang mulai

digemari. Selain sebagai hewan peliharaan, kelinci juga dapat dikonsumsi

dagingnya sedang kotorannya merupakan salah satu alternatif sebagai pupuk 

organik. Kotoran kelinci dikenal sebagai pupuk organik yang potensial untuk 

tanaman hortikultura.

Pupuk kandang kotoran kelinci terdiri dari tahi (feses) dan kencing (urine)

yang dipadukan. Spreadbury (1978) mengemukakan bahwa kelinci yang beratnya

sudah mencapai 1 kg dapat menghasilkan 28 gr kotoran lunak per hari dan

Page 8: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 8/23

8

mengandung 3 gr protein serta 0,35 gr nitrogen dari bakteri atau setara 1,3 gr

protein.

Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman

untuk pertumbuhannya. Disamping mengandung unsur makro seperti nitrogen

(N), fosfor (P), dan kalium (K), pupuk kandang juga mengandung unsur mikro

seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S).

Berikut adalah komposisi kandungan unsur hara yang terkandung dalam

kotoran macam – macam hewan ternak. Diantaranya :

Domba N = 2 %, P = 1,5 %, K = 3 %, Ca = 5 %, Mg = 2 %, S = 2 %

Sapi N = 2 %, P = 1,5 %, K = 2 %, Ca = 4 %, Mg = 1 %, S = 0,5 %

Unggas N = 5 %, P = 3 %, K = 1,5 %, Ca = 4 %, Mg = 1 %, S = 2 %

Guano N = 2,5 %, P = 5 %, K = 1,5 %, Ca = 7,5 %, Mg = 0,5 %, S = 2 %

Kelinci N = 2,62 %, P = 2,46 %, K = 1,86 %, Ca = 2,08 %, Mg = 0,49 %,

S = 0,36 %

Dari keterangan di atas kandungan unsur hara dalam kotoran kelinci

mengandung unsur N dan fosfor lebih tinggi dibanding kotoran hewan ternak 

yang lain. Namun masih lebih rendah dibandingkan kotoran unggas dan guano.

Hal ini disebabkan faktor makanan dimana ternak unggas maupun burung

penghasil guano makanan utamanya adalah biji-bijian dan serangga yang

memiliki kandungan protein lebih tinggi dari pada serat kasarnya (Karama et al,

1991).

Page 9: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 9/23

9

III. TATA LAKSANA

3.1. Tempat dan Waktu

Praktek kerja lapang ini akan dilakukan di lahan pekarangan Fakultas

Pertanian Universitas Merdeka Pasuruan. Pelaksanaan dimulai pada bulan

November 2011 - Januari 2012.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan antara lain: sekrop, gembor, gunting, timbangan,

penggaris. Sedang bahan yang digunakan antara lain: Pupuk kotoran kelinci, POC

(urin kelinci), tanah taman, benih buncis varietas ranum, polybag ukuran 40 cm X

35 cm

3.3. Pelaksanaan Kegiatan PKL

3.3.1. Persiapan Media Tanam

Polybag diisi media tanah yang dicampur pupuk kotoran kelinci dengan

komposisi campuran tanah dan pupuk kotoran kelinci dengan perbandingan 4 : 1

sebanyak 40 polybag yang nantinya akan diletakkan dalam Green House

Page 10: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 10/23

10

3.3.2. Penanaman

Untuk mempercepat proses perkecambahan, terlebih dahulu benih

direndam dalam air ± 1 malam sebelum ditanam. Penanaman dilakukan pada pagi

hari agar terhindar dari suhu udara dan penguapan yang terlalu tinggi. Setiap

polybag diisi 2 benih.

3.3.3. Penjarangan dan Penyulaman

Penjarangan dapat dilakukan 7 hari setelah tanam, dengan memilih salah

satu tanaman yang terbaik diantara dua tanaman. Memilih tanaman bukan dengan

mencabut seluruh bagian tanaman melainkan dengan memotong batang tanaman

agar tidak mengganggu perakarannya.

Penyulaman dilakukan jika terdapat bibit yang mati atau lambat

pertumbuhannya. Bibit yang digunakan dapat diperoleh dari bibit cadangan pada

persemaian yang disemaikan bersamaan dengan penanaman benih dalam polybag.

3.3.4. Pemupukan

Pupuk yang digunakan adalah pupuk kotoran kelinci dan pupuk organik 

cair dari urin kelinci dengan dosis yang berbeda – beda sebagai berikut:

- P1 = Kotoran Kelinci

- P2 = Kotoran Kelinci + PUK 10 L/Ha

- P3 = Kotoran Kelinci + PUK 20 L/ Ha

- P4 = Kotoran Kelinci + PUK 30 L/Ha

Page 11: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 11/23

11

4 perlakuan diulang sebanyak 10 kali dan teknik pemberian Pupuk Urin Kelinci

(PUK) dengan cara di siram ke media. Dengan interval pemberian 2 minggu

sekali setelah dipindahkan kedalam media tanam

3.3.5. Pemeliharaan

a.  Penyiraman

Penyiraman pada tanaman buncis dilakukan 2 hari sekali sampai kapasitas

lapang media tanam. Hal ini disebabkan media tanam di letakkan pada lingkungan

yang terkontrol yaitu di dalam Green House.

b.  Pemangkasan dan Penyiangan

Pemangkasan dan penyiangan dilakukan setelah tanaman berumur 3 dan 5

minggu setelah tanam. Bila tumbuhnya daun tanaman terlalu lebat, maka harus

dilakukan pemangkasan untuk mengurangi kelembaban didalam tanaman

sehingga dapat menghambat perkembangan hama dan penyakit. Penyiangan

dilakukan untuk membersihkan rumput liar yang tumbuh di polybag dengan cara

dicabuti menggunakan tangan dan sekaligus menggemburkan tanah.

c.  Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan kondisi yang

terjadi di tempat. Beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman buncis

diantaranya kumbang daun, penggerek polong, lalat kacang, ulat jengkal semu dan

Page 12: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 12/23

12

kutu daun. Penyakit yang sering menyerang tanaman buncis diantaranya penyakit

antraknosa, penyakit embun tempung, penyakit busuk lunak, penyakit damping

off, penyakit ujung kriting dan penyakit hawar daun. Pengendalian terhadap

serangan hama dan penyakit yaitu menggunakan pestisida organik dan dapat

dilakukan pengendalian secara manual.

3.3.6. Pemanenan

Pemanenan dapat dilakukan saat tanaman berumur 60 hari dan polong

memperlihatkan ciri – ciri tertentu. Ciri – ciri tersebut antara lain:

  Warna polong masih agak muda dan suram

  Permukaan kulitnya agak kasar

  Biji dalam polong belum menonjol

  Polongnya belum berserat

  Bila polongnya dipatahkan akan menimbulkan bunyi letup

Pelaksanaan penennya dapat dilakukan secara bertahap, yaitu setiap 2 atau

3 hari sekali. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh polong yang seragam dalam

tingkatan kemasakannya. Pemetikan dihentikan pada saat tanaman berumur

kurang dari 80 hari, atau kira – kira sejumlah 7 kali panen.

Dalam menentukan saat panen harus setepat mungkin sebab bilai sampai

terlambat memetiknya beberapa hari saja maka polong buncis dapat terserang

penyakit bercak Cercospora. Penyakit tersebut sebenarnya hanya menyerang daun

dan bagaian tanman lainnya, tetapi karena saat pemetikan yang terlambat penyakit

tersebut berkembang sampai kepolong – polongnya.

Page 13: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 13/23

13

Cara panen yang dilakukan biasanya dengan cara dipetik dengan tangan.

Penggunaan alat seperti pisau atau benda tajam yang lain sebaiknya dihindari

karena dapat menimbulkan luka pada polongnya. Kalau hal ini terjadi maka

cendawan atau bakteri dapat masuk kedalam jaringan, sehingga kualitas polong

menurun.

3.4. Parameter Pengamatan

3.4.1. Jumlah Daun

Dihitung daun yang tumbuh pada batang utama dan membuka sempurna

pada saat tanaman buncis berumur 14 hst  –  munculnya organ generatif dengan

interval 3 hari sekali.

3.4.2. Jumlah Bunga

Dihitung jumlah bunga per tanaman

3.4.3. Jumlah Buah Per Tanaman

Dihitung jumlah buah per tanaman

3.4.4. Berat Buah Per Tanaman

Ditimbang berat seluruh buah per tanaman selama 4 kali panen saja

Page 14: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 14/23

14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil 

4.1.1. Jumlah Daun

Pada akhir pengamatan, jumlah daun terbanyak dihasilkan oleh perlakuan

pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 20l / Ha (P2). Sedangkan terendah

terdapat pada perlakuan control (P0).

Tabel 1. Rerata Jumlah Daun Pada Umur 14, 18, 22, 26, 30, 34, hst

PerlakuanJumlah daun

14 hst 18 hst 22 hst 26 hst 30 hst 34 hst

P0 3.2 6.4 8 9.6 16.2 23.7

P1 3.7 6.2 8.3 12.3 20 28.1

P2 4.8 7.6 10.2 13.2 24.1 37.6

P3 3.9 6.7 9.2 11.6 20.8 30.5

4.1.2. Jumlah Bunga

Pada akhir pengamatan, jumlah bunga terbanyak dicapai oleh perlakuan

pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 20l / ha (P2) sedangkan terendah

terdapat pada perlakuan control (P0).

Page 15: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 15/23

15

Tabel 2. Rerata Jumlah Bunga Pada Umur 38, 42, 46 hst

PerlakuanJumlah Bunga

38 hst 42 hst 46 hst

P0 7 13.6 17.4

P1 7.3 15.4 20.9

P2 9.2 18.4 27.6

P3 11.2 20.8 27.5

4.1.3. Jumlah Buah Per Tanaman

Hasil pengamatan terhadap jumlah buah per tanaman (4 kali panen)

menunjukkan perlakuan pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 20l / ha (P2)

menghasilkan buah yang paling banyak, sedangkan terendah terdapat pada

perlakuan kontrol (P0).

Tabel 3. Rerata Jumlah Buah Per Tanaman

PerlakuanJumlah Buah

46 hst 50 hst 54 hst 60 hst

P0 1 1.75 2.25 2.51

P1 1 1.44 2.22 2.6

P2 1.28 2 2.6 3.78

P3 1.14 1.6 2.3 3

4.1.4. Berat Buah Per Tanaman

Hasil pengamatan terhadap berat buah per tanaman (4 kali panen)

menunjukkan perlakuan pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 20l / Ha (P3)

Page 16: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 16/23

16

menghasilkan berat paling tinggi, sedangkan terendah terdapat pada perlakuan

control (P0).

Tabel 4. Rerata Berat Buah Per Tanaman

Perlakuan Berat buah pertanaman (gram)

P0 25.23

P1 40.33

P2 45.87

P3 41.48

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pertumbuhan Tanaman

Secara umum, jumlah daun dan jumlah bunga pada perlakuan pemberian

pupuk urin kelinci dengan dosis 10 l /ha (P1), pemberian pupuk urin kelinci

dengan dosis 20 l / ha (P2), pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 30 l / ha

(P3), maupun tanpa pemberian pupuk urin kelinci atau kontrol (P0) menunjukkan

peningkatan seiring dengan bertambahnya umur tanaman, namun demikian

terdapat perbedaan pada masing-masing perlakuan. Pertumbuhan terbaik dicapai

oleh P2 dan terendah pada P0. Kesesuaian antara jumlah daun dan jumlah bunga

merupakan indikasi pertumbuhan yang baik karena bertambahnya jumlah daun

diikuti dengan peningkatan jumlah bunga.

Peningkatan pertumbuhan vegetatif yang fluktuatif dan tidak mengikuti

penambahan dosis pupuk kemungkinan tidak hanya disebabkan oleh kemampuan

tanaman memanfaatkan unsur hara atau kemampuan pupuk dalam menyediakan

unsur hara, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan pada saat percobaan

Page 17: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 17/23

17

dilakukan yaitu serangan hama penyakit dan kurangnya penyinaran. Terlihat

bahwa jumlah daun dan jumlah bunga tertinggi terdapat pada pemberian pupuk 

urin kelinci dengan dosis 20 l/ ha dan terendah pada perlakuan tanpa pemberian

pupuk urin kelinci. Sementara pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 10 l/ ha

dan dosis 30 l/ ha lebih rendah dari pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 20

l/ ha tetapi lebih tinggi dari perlakuan kontrol.

Selain faktor lingkungan pertumbuhan tanaman juga dipengaruhi faktor

genetik, diantaranya pembagian hasil asimilasi dan nitrogen. Menurut Lakitan

(1996), unsur hara yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan daun adalah nitrogen. Konsentrasi nitrogen tinggi umumnya

menghasilkan daun yang lebih besar. Oleh sebab itu, pupuk kandang dari kotoran

kelinci dan urin kelinci mengandung unsur N dan P yang tinggi dibanding hewan

ternak yang lain sehingga sudah cukup mendukung pertumbuhan vegetatif 

tanaman buncis secara baik.

4.2.2. Produksi

Dengan pemberian pupuk urin kelinci dengan berbagai dosis yang berbeda

dapat meningkatkan hasil panen, meskipun pada pertumbuhannya lambat, karena

terurainya pupuk organic menjadi hara yang dapat diserap tanaman

membutuhkan waktu yang lama.

Ditinjau dari hubungan antara pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan

generatif pada perlakuan P2 yang menghasilkan jumlah daun dan jumlah bunga

tertinggi juga di ikuti oleh hasil panen,yang tertinggi hal ini di duga karena

Page 18: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 18/23

18

penggunaan tempat yang terkontrol karena penggunaan tempat praktek berada

pada screen house.

Pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 20l / ha (P2) menunjukkan

hasil panen tertinggi dan tanpa pemberian pupuk urin kelinci (P0) menunjukkan

hasil panen terendah, sedangkan dosis 30l/ha (P3) menunjukkan lebih tinggi dari

P0 dan lebih rendah dari P2. Hal ini di duga karena penambahan dosis pupuk 

organic akan menambah waktu penguraian pupuk menjadi unsur hara yang siap

diserap oleh tanaman. Kemungkinan lain pemberian pupuk urin kelinci dengan

dosis 20l/ ha merupakan takaran yang tepat sehingga menghasilkan pertumbuhan

vegetatif dan pertumbuhan generatif yang seimbang dan proporsional.

Page 19: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 19/23

19

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 

Pertumbuhan vegetatif ( jumlah daun) terbaik terdapat pada perlakuan

pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 20 l/ ha (P2).

Produksi (jumlah buah dan berat buah) tertinggi dicapai oleh perlakuan

pemberian pupuk urin kelinci dengan dosis 20 l/ ha (P2)

5.2 Saran

Mengingat pelaksanaan percobaan dilakukan dalam polybag

disarankan untuk mengadakan percobaan lebih lanjut pemberian pupuk urin

kelinci pada tanaman buncis di lahan agar dapat membandingkan hasil yang

diperoleh.

Page 20: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 20/23

20

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 1986. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Kanisius.Yogyakarta.hal121

Anonymous, 1994. Bercocok Tanam Sayur  – sayuran Pentimg di indonesia. CV.

Sinar Baru. Bandung. 36 hal.

Karama, A.S., A.R. Marzuki dan I. Manwan. 1991. Penggunaan Pupuk Organik 

Pada Tanaman Pangan. Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan

Pupuk V. Cisarua. Puslittanak. Bogor

Lakitan, B.,1995. Hortikultura Teori, Budidaya, dan Pascapanen. Raja Grafindo

Persada. Jakarta

Musnawar, Effi Ismawati. 2004. Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.

72 halaman

Pracaya. 2001. Bertanam Sayuran Organik Di Kebun, Pot & Polibag. Penebar

Swadaya. Jakarta. 112 halaman

Prasetyo, wahyudi. 2010. Budidaya Tanaman Buncis. Jakarta: AgriLands

Widarto. 1994. Vertikultur Bercocok Tanam Secara bertingkat. Penebar Swadya.

Jakarta. 129 hal.

http://yuan.blog.uns.ac.id., 2010. Sistem Vertikultur. Diakses pada tanggal

28 Oktober 2010.

http://jateng.litbang.deptan.go.id., 2010. Vertikultur. Diakses pada tanggal

28 Oktober 2010.

Page 21: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 21/23

21

Lampiran 1.

Denah Percobaan

U

P1

P1

P1

P1

P1

P1

P1

P1

P1

P1

P2

P2

P2

P2

P2

P2

P2

P2

P2

P2

P3

P3

P3

P3

P3

P3

P3

P3

P3

P3

P4 P4 P4 P4 P4

P4 P4 P4 P4 P4

Page 22: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 22/23

22

Lampiran 2

Jadwal Kegiatan

No Jenis Kegiatan Tanggal Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Perendaman benih

Pengolahan media tanam

Penanaman

Penjarangan dan penyulaman

Pengaplikasian PUK (14 HST)

Pengamatan awal

Pemangkasan, penyiangan dan

pengajiran

Pemanenan

18 Nopember 2011

18 Nopember 2011

19 November 2011

24 November 2011

3 Desember 2011

3 Desember 2011

17 Desember 2011

27 Januari 2012

Tiap 2 minggu sekali

Pengamatan dilakukan setiap 3

kali sehari – tumbuh bunga

Tiap 3 hari sekali

Page 23: Laporean BAB I

5/16/2018 Laporean BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporean-bab-i 23/23

23

Lampiran 3

Cara menghitung kebutuhan pupuk organik (pupuk kandang kelinci) per

tanaman

Diketahui : Berat tanah per polybag = 5 kg

Diameter polybag = 35 cm

Kebutuhan pupuk kandang kelinci/ha = 30 ton/ha

Ditanya : Kebutuhan pupuk organik (pupuk kandang kelinci) per tanaman

Jawab : Berat 1 ha lapisan olah tanah (HLO)

1 ha = 10000 m² = 108

cm² 

Berat isi tanah = 1 gr cmˉ³ 

Berat 1 HLO = 108

m2

X 20 cm X 1 gr cm-3

 

= 2.109

gram

= 2.106

kg tanah/ha

Kebutuhan pupuk per polybag = berat tanah/polybag X pupuk/ha

Bobot HLO

= 5 kg X 30 ton

2.106 

= 5 kg X 3.107

g

2.106 kg

= 75 gram

Jadi kebutuhan pupuk organik (pupuk kandang kelinci) adalah75 gram/tanaman