laporan_geologi_fisik

102
1 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK DISUSUN OLEH : NAMA : DEVI LUSIANA NIM : DBD 113 142 LABORATORIUM GEOLOGI JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

description

iy7tyerdgnhgkh

Transcript of laporan_geologi_fisik

Page 1: laporan_geologi_fisik

1

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

DISUSUN OLEH :

NAMA : DEVI LUSIANA

NIM : DBD 113 142

LABORATORIUM GEOLOGI

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2014

Page 2: laporan_geologi_fisik

2

DAFTAR ISI

BAB I PETA TOPOGRAFI......................................................................

1.1 Latar Belakang...........................................................................

1.2 Tujuan.......................................................................................

1.3 Alat dan Pelaksanaan Kegiatan.................................................

1.4 Elemen Peta Topografi..............................................................

1.5 Kelengkapan Peta Topografi.....................................................

1.6 Peta Topografi dan Garis Kontur..............................................

1.7 Penentuan Interval Kontur........................................................

1.8 Sifat-sifat Garis Kontur.............................................................

1.9 Kegunaan Garis Kontur.............................................................

1.10 Penentuan Ketinggian dan Jarak..............................................

1.11 Sistem Quadrangel...................................................................

1.12 Profil Topografi........................................................................

1.13 Penentuan Besar Kelerengan dan Beda Tinggi........................

1.14 Hasil Praktikum1......................................................................

1.15 Hasil Praktikum 2.....................................................................

BAB II BATUAN BEKU.............................................................................

2.1 Genesa Batuan Beku.................................................................

2.2 Struktur Batuan Beku...............................................................

2.3 Tekstur Batuan Beku.................................................................

2.4 Komposisi Mineral....................................................................

2.5 Hasil Praktikum.........................................................................

BAB III BATUAN SEDIMEN......................................................................

3.1 Genesa Batuan Sedimen............................................................

3.2 Batuan Sedimen Klastik............................................................

3.3 Batuan Sedimen Non-Klastik....................................................

3.4 Hasil Praktikum.........................................................................

BAB IV BATUAN METAMORF................................................................

4.1 Genesa Batuan Metamorf..........................................................

Page 3: laporan_geologi_fisik

3

4.2 Tipe-tipe Metamorfose..............................................................

4.3 Tekstur Batuan Metamorf.........................................................

4.4 Struktur Batuan Metamorf........................................................

4.5 Klasifikasi Batuan Metamorf Berdasarkan Komposisi Kimia

Batuan asal................................................................................

4.6 Hasil Praktikum.........................................................................

BAB V STRATIGRAFI..............................................................................

5.1 Pengertian Stratigrafi................................................................

5.2 Hukum Dasar Stratigrafi...........................................................

5.3 Pemanfaatan Dasar Stratigrafi...................................................

5.4 Keselarasan dan Ketidakselarasan............................................

5.5 Korelasi Batuan.........................................................................

5.6 Hasil Praktikum.........................................................................

BAB VI PENUTUP........................................................................................

6.1 Kesimpulan...............................................................................

6.2 Saran..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

Page 4: laporan_geologi_fisik

4

BAB I

PETA TOPOGRAFI

1.1 Pengertian Peta

Pengertian peta secara umum adalah gambaran dari permukaan bumi

yang digambar pada bidang datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan

dilengkapi simbol sebagai penjelas. Beberapa ahli mendefinisikan peta

dengan berbagai pengertian, namun pada hakikatnya semua mempunyai inti

dan maksud yang sama. Berikut beberapa pengertian peta dari para ahli.

a. Menurut ICA (International Cartographic Association)

Peta adalah gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak

yang dipilih dari permukaan bumi yang ada kaitannya dengan permukaan

bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada

suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan.

b. Menurut Aryono Prihandito (1988)

Peta merupakan gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu,

digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu.

c. Menurut Erwin Raisz (1948)

Peta adalah gambaran konvensional dari ketampakan muka bumi yang

diperkecil seperti ketampakannya kalau dilihat vertikal dari atas, dibuat

pada bidang datar dan ditambah tulisan-tulisan sebagai penjelas.

d. Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal

2005)

Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi

lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan

pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan.

Dengan menggunakan peta, kita dapat mengetahui segala hal yang

berada di permukaan bumi, seperti letak suatu wilayah, jarak antarkota,

lokasi pegunungan, sungai, danau, lahan persawahan, jalan raya, bandara,

Page 5: laporan_geologi_fisik

5

dan sebagainya. Ketampakan yang digambar pada peta dapat dibagi

menjadi dua yaitu ketampakan alami dan ketampakan buatan manusia

(budaya).

1.2 Jenis-jenis Peta

Peta dikelompokan menjadi 5 bagian, yaitu:

a. Berdasarkan Isi Data yang Disajikan

1. Peta umum, yakni peta yang menggambarkan kenampakan bumi, baik

fenomena alam atau budaya. Peta umum dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

2. Peta topografi yaitu peta yang menggambarkan permukaan bumi

lengkap dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi ke

dalam peta digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur adalah

garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai

ketinggian yang sama.

3. Peta chorografi yaitu peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian

permukaan bumi yang bersifat umum, dan biasanya berskala sedang.

Contoh peta chorografi adalah atlas

4. Peta dunia yaitu peta umum yang berskala sangat kecil dengan

cakupan wilayah yang sangat luas.

5. Peta khusus (Peta tematik) yaitu peta yang menggambarkan informasi

dengan tema tertentu / khusus. Misal peta politik, peta geologi, peta

penggunaan lahan, peta persebaran objek wisata, peta kepadatan

penduduk, dan sebagainya.

a. Peta Berdasarkan Sumber Datanya

Peta Turunan (Derived Map)yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada

acuan peta yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung

ke lapangan.

Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan.

Page 6: laporan_geologi_fisik

6

b. Peta berdasarkan skala

1. Peta kadaster (sangat besar) adalah peta yang berskala > 1: 100

sampai > 1: 5000. Contoh: Peta pertanahan, Peta Pertambangan

2. Peta besar adalah peta yang berskala > 1: 5000 sampai > 1: 250.000.

Contoh: peta kecamatan/kabupaten

3. Peta sedang adalah peta yang berskala > 1: 250.000 sampai > 1:

500.000. Contoh: peta provinsi

4. Peta kecil adalah peta yang berskala > 1: 500.000 sampai > 1:

1.000.000. Contoh: peta negara

5. Peta geografis (sangat kecil) adalah peta yang berskala > 1:

1.000.000 ke bawah. Contoh: Peta benua/dunia

c. Peta berdasarkan bentuk

1. Peta datar, atau peta dua dimensi, atau peta biasa, atau peta

planimetri

2. Peta timbul atau peta steereometri

3. Peta digital, merupakan peta hasil pengolahan data digital yang

tersimpan dalam komputer. Peta ini dapat disimpan dalam disket

atau CD Rom. Contoh Citra satelit, foto udara

4. Peta garis, yaitu peta yang menyajikan data alam dan kenampakan

buatan manusia dalam bentuk titik, garis, dan luasan.

5. Peta foto, yaitu peta yang dihasilkan dari mozaik foto udara yang

dilengkapi dengan garis kontur, nama, dan legenda

d. Peta berdasarkan tingkat kedetailan

1. Peta detail, peta yang skalanya > 1:25.000

2. Peta semi detail, peta yang skalanya > 1:50.000

3. Peta tinjau, peta yang skalanya > 1:250.000

Page 7: laporan_geologi_fisik

7

1.3 Pengenalan Peta Topografi

Hakekat daripada peta topografi adalah peta yang menggambarkan

keadaan suatu daerah yang dilihat dari atas yang kurang lebih sesuai dengan

keadaan sebenarnya. Ada beberapa cara penggambaran peta topografi yaitu :

Garis Kontur, adalah garis yang menghubungkan titik- titik ketinggian

yang sama pada suatu permukaan bumi

Garis hachures, yaitu garis lurus yang ditarik dari titik - titik

ketinggian tertinggi ke titik- titik yang lebih rendah disekitarnya (lereng

curam garisnya makin merapat )

Pewarnaan (Tinting),daerah yang mempunyai relief tinggi warnanya

makin gelap sebaliknya relief rendah warnanya makin cerah contohnya

atlas.

Bayangan (shading), topografi curam diberi bayangan yang tebal,rapat

serta pendek, sebaliknya daerah landai diberi garis bayangan tipis, panjang

dan renggang.

Kombinasi, dengan cara menggabungkan antara kontur dengan warna

dan lain-lainnya.

1.4 Elemen Peta Topografi

Unsur-unsur penting dalam peta topografi meliputi :

1. Relief, menggambarkan beda tinggi suatu tempat ke tempat lain di suatu

daerah misal bukit, dataran, pegunungan, lembah, lereng dan lain

sebagainya. Biasanya untuk peta topografi berwarna digunakan warna

coklat untuk dataran dan biru untuk lautan, dengan variasi warna

disesuaikan dengan keadaan relief, daerah berelief tinggi warna semakin

tua dan gelap. Relief terjadi karena adanya resistensi antara batuan

terhadap proses erosi dan pelapukan juga dipengaruhi gejala-gejala asal

dalam seperti perlipatan, patahan dan lain sebagainya.

Page 8: laporan_geologi_fisik

8

2. Pola Aliran, Dalam interpretasi pola aliran dapat mudah dilakukan

dengan pemanfaatan data penginderaan jauh baik citra foto ataupun non

foto sangat terlebih lagi apabila data penginderaan jauh yang

stereoskopis (foto udara) dengan menampakkan 3 dimensional, sehingga

hasil yang didapatkan akan maksimal. Citra satelit yang paling baik

digunakan untuk mengetahui pola aliran adalah citra radar (ifsar) yang

menghasilkan kenampakan tiga dimensi yang paling baik. Pola aliran

mempunyai berbagai jenis pola, diantaranya ialah dendritic, paralel,

radial, trelis, rectangular, centripetal, angular dan multibasinal.

1. Dendritik: seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur

dengan arah dan sudut yang beragam. Berkembang di batuan yang

homogen dan tidak terkontrol oleh struktur, umunya pada batuan

sedimen dengan perlapisan horisontal, atau pada batuan beku dan

batuan kristalin yang homogen.

2. Rectangular : Aliran rectangular merupakan pola aliran dari

pertemuan antara alirannya membentuk sudut siku-siku atau hampir

siku-siku. Pola aliran ini berkembang pada daerah rekahan dan

patahan.

3. Paralel: anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar,

bermuara pada sungai-sungai utama dengan sudut lancip atau

langsung bermuara ke laut. Berkembang di lereng yang terkontrol

oleh struktur (lipatan monoklinal, isoklinal, sesar yang saling sejajar

dengan spasi yang pendek) atau dekat pantai.

4. Trellis: percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak

lurus, sungai-sungai utama sejajar atau hampir sejajar. Berkembang

di batuan sedimen terlipat atau terungkit dengan litologi yang

berselang-seling antara yang lunak dan resisten.

5. Deranged : pola aliran yang tidak teratur dengan sungai dengan

sungai pendek yang arahnya tidak menentu, payau dan pada daerah

basah mencirikan daerah glacial bagian bawah.

Page 9: laporan_geologi_fisik

9

6. Radial Sentrifugal: sungai yang mengalir ke segala arah dari satu

titik. Berkembang pada vulkan atau dome.

7. Radial Centripetal: sungai yang mengalir memusat dari berbagai

arah. Berkembang di kaldera, karater, atau cekungan tertutup

lainnya.

8. Annular: sungai utama melingkar dengan anak sungai yang

membentuk sudut hampir tegak lurus. Berkembang di dome dengan

batuan yang berseling antara lunak dan keras.

9. Pinnate : Pola Pinnate adalah aliran sungai yang mana muara anak

sungai membentuk sudut lancip dengan sungai induk. Sungai ini

biasanya terdapat pada bukit yang lerengnya terjal.

10. Memusat/Multibasinal: percabangan sungai tidak bermuara pada

sungai utama, melainkan hilang ke bawah permukaan. Berkembang

pada topografi karst. Tabel 1. merupakan pola pengaliran dengan

karaktersitiknya.

Morisawa (1985) menyebutkan pengaruh geologi terhadap bentuk

sungai dan jaringannya adalah dinamika struktur geologi, yaitu tektonik

aktif dan pasif serta lithologi (batuan). Kontrol dinamika struktur

diantaranya pensesaran, pengangkatan (perlipatan) dan kegiatan vulkanik

yang dapat menyebabkan erosi sungai. Kontrol struktur pasif mempengaruhi

arah dari sistem sungai karena kegiatan tektonik aktif. Sedangkan batuan

dapat mempengaruhi morfologi sungai dan jaringan topologi yang

memudahkan terjadinya pelapukan dan ketahanan batuan terhadap erosi.

Tabel 1.1. merupakan tabel kontrol struktur terhadap bentuk sungai.

Page 10: laporan_geologi_fisik

10

Tabel 1.1. Pola pengaliran dan karakteristiknya (van Zuidam, 1985)

POLA PENGALIRAN

DASAR KARAKTERISTIK

DENDRITIK

Perlapisan batuan sedimen relatif datar atau paket batuan kristalin yang tidak seragam dan memiliki ketahanan terhadap pelapukan. Secara regional daerah aliran memiliki kemiringan landai, jenis pola pengaliran membentuk percabangan menyebar seperti pohon rindang.

PARALEL

Pada umumnya menunjukkan daerah yang berlereng sedang sampai agak curam dan dapat ditemukan pula pada daerah bentuklahan perbukitan yang memanjang. Sering terjadi pola peralihan antara pola dendritik dengan pola paralel atau tralis. Bentuklahan perbukitan yang memanjang dengan pola pengaliran paralel mencerminkan perbukitan tersebut dipengaruhi oleh perlipatan.

TRALLIS

Baruan sedimen yang memiliki kemiringan perlapisan (dip) atau terlipat, batuan vulkanik atau batuan metasedimen derajat rendah dengan perbedaan pelapukan yang jelas. Jenis pola pengaliran biasanya berhadapan pada sisi sepanjang aliran subsekuen.

REKTANGULAR

Kekar dan / atau sesar yang memiliki sudut kemiringan, tidak memiliki perulangan lapisan batuan dan sering memperlihatkan pola pengaliran yang tidak menerus.

Page 11: laporan_geologi_fisik

11

RADIAL

Daerah vulkanik, kerucut (kubah) intrusi dan sisa - sisa erosi. Pola pengaliran radial pada daerah vulkanik disebut sebagai pola pengaliran multi radial.

Catatan : pola pengaliran radial memiliki dua sistem yaitu sistem sentrifugal (menyebar ke luar dari titik pusat), berarti bahwa daerah tersebut berbentuk kubah atau kerucut, sedangkan sistem sentripetal (menyebar kearah titik pusat) memiliki arti bahwa daerah tersebut berbentuk cekungan.

ANNULARStruktur kubah / kerucut, cekungan dan kemungkinan retas (stocks)

MULTIBASINAL

Endapan berupa gumuk hasil longsoran dengan perbedaan penggerusan atau perataan batuan dasar, merupakan daerah gerakan tanah, vulkanisme, pelarutan gamping dan lelehan salju (permafrost)

Page 12: laporan_geologi_fisik

12

Tabel 1.2. Pola pengaliran modifikasi

SUB DENDRITIK Umumnya struktural

PINNATE Tekstur batuan halus dan mudah tererosi

ANASTOMATIK Dataran banjir, delta atau rawa

MENGANYAM

(DIKHOTOMIK)Kipas aluvium dan delta

SUB PARALELLereng memanjang atau dikontrol oleh bentuklahan perbukitan memanjang.

KOLINIERKelurusan bentuklahan bermaterial halus dan beting pasir.

SUB TRALLIS Bentuklahan memanjang dan sejajar

DIREKSIONAL TRALLIS

Homoklin landai seperti beting gisik

TRALLIS BERBELOK Perlipatan memanjang.

TRALLIS SESARPercabangan menyatu atau berpencar , sesar paralel

ANGULATE Kekar dan / atau sesar pada daerah miring

KARST Batugamping

Page 13: laporan_geologi_fisik

13

Gambar 1.1 Pola Pengaliran Umum

Page 14: laporan_geologi_fisik

14

Gambar 1.2. Modifikasi pola pengaliran, dalam skala yang luas

Page 15: laporan_geologi_fisik

15

Gambar 1.3. Modifikasi pola pengaliran-pengaliran

Page 16: laporan_geologi_fisik

16

1. Kebudayaan (culture), yaitu segala bentuk hasil budidaya

manusia, misalnya perkampungan, jalan, persawahan, dan sebagainya.

Culture sangat membantu geologi dalam penentuan lokasi. Pada

umumnya pada peta topografi relief akan digambarkan dengan warna

coklat, drainage dengan warna biru dan culture dengan warna hitam. Hal

ini sangat membantu dalam hal penentuan lokasi.

1.5 Kelengkapan Peta Topograf

Pada peta topografi yan baik harus terdapat unsure atau keterangan

yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan penelitian atau

kemiliteran yakni:

a. Skala

Merupakan perbandingan jarak horizontal yang sebenarnya dengan

jarak peta. Perlu diketahui bahwa jarak yang diukur pada peta adalah

jarak horizontal. Ada 3 macam skala yang biasa dipakai pada peta

topografi.

1. Representative Feaction Scale (Scala R. F.)

Ditunjukan dengan pecahan contoh 1:10000. Artinya 1 cm di peta

sama dengan 10000 cm di lapangan atau sama dengan 100 m di

lapangan.Kelemahan penggunaan skala ini yaitu jika peta mengalami

pemuaian maka skala tidak akan berlaku lagi.

2. Grafik Scale ( Skala Grafik)

Yaitu perbandingan jarak horizontal sesungguhnya dengan jarak

pada peta yang ditunjukan dengan sepotong garis. Skala ini adalah

paling baik karena tidak terpengaruh oleh pemuaian maupan

penciutan dari peta.

3. Verbal Scale (Skala Verbal)

Dinyatakan dalam ukuran panjang, contah 1 cm = 10 km. Skala ini

hampir sama dengan skala R. F.

Page 17: laporan_geologi_fisik

17

2. Arah Utara Peta

Salah satu perlengkapan peta yang tidak kalah pentingnya adalah arah

utara, karena tiap peta dapat digunakan dengan baik haruslah diketahui

arah urtaranya. Arah utara ini berguna untuk penyesuaian dengan antara

utara peta dngan arah utara jarum kompas. Ada 3 macam arah utara

jarum kompas yaitu:

b. Arah utara magnetik

c. Grid North

d. True North

4. Legenda

Peta topografi banyak digunakan tanda untuk mewakili bermacam-

macam keadan yang ada di lapangan dan biasanya terletak di bagian

bawah peta.

5. Judul Peta

Judul peta meruapakan nama daerah yang tercakup didalam peta dan

berguna unuk pencairanpeta bila suatu waktu diperlukan. Sumber

pembagian nomor lembar peta tersebut disebut Quadrangle.

6. Converage Diagram

Maksudnya peta tersebut dibuat dengan cara atau metode yang

bagaimana, hal ini untuk dapat memperkirakan sampai sejauh mana

kebaikan atau ketelitian peta. Misalnya dibuat berdasarkan foto udara

atau dibuat berdasarkan pengukuran di lapangan.

7. Indeks Administrasi

Pembagian Daerah berdasarkan hokum administrasi, hal mini penting

untuk memudahkan pengurusan surat izin untuk melakukan atau

mengadakan penelitian pemetaan.

8. Indeks Adjoing Sheet

Menunjukan kedudukan peta yang bersangkutan terhadap lembar-

lembar peta di sekitarnya.

Page 18: laporan_geologi_fisik

18

9. Edisi Peta

Edisi peta dapat dipakai untuk mengetahui mutu dari pada peta atau

mengetahui kapan peta tersebut dicetak atau dibuat.

1.6 Peta Topografi dan Garis Kontur

1. Pengertian Garis Kontur

Garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang menghubungkan titik

dengan ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu

diatas peta yang memperlihatkan titik-titik diatas peta

dengan ketinggian yang sama. Nama lain garis kontur adalah garis

tranches, garis tinggi dan garis tinggi horizontal. Garis kontur + 25 m,

artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai

ketinggian sama + 25 m terhadap tinggi tertentu. Garis kontur disajikan

di atas peta untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan

tanah. Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan

informasi slope (kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang

atau melintang permukaan tanah terhadap jalur proyek (bangunan)

dan perhitungan galian serta timbunan (cut and fill) permukaan tanah

asli terhadap ketinggian vertikal garis atau bangunan. Garis kontur

dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan

bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar

peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka untuk

garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.

2. Interval Kontur

Interval kontur adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang

berdekatan dan merupakan jarak antara dua bidang mendatar yang

berdekatan. Pada suatu peta tofografi interval kontur dibuat

sama, berbanding terbalik dengan skala peta. Semakin besar skala peta,

jadi semakin banyak informasi yang tersajikan, interval kontur semakin

Page 19: laporan_geologi_fisik

19

kecil. Indeks kontur adalah garis kontur yang penyajiannya

ditonjolkan setiap kelipatan interval kontur tertentu. 

3. Kontur Setengah

Garis kontur yang harga ketinggiannya adalah setengah dari interval

kontur. Biasanya digambar dengan garis putus-putus.

1.7 Penentuan Interval Kontur

Untuk hal-hal yang umum dapat menggunakan rumus:

IK = x N

Di mana:

IK = interval kontur

N = skala peta

Misal peta dengan skala 1 : 50.000, sehingga interval konturnya adalah 25

m. Tetapi penentua interval kontur dengan rumus seperti di atas tidaklah

mutlak tergantung daripada kebutahan atau tujuan pembuatan peta tersebut.

Misal peta untuk daerah petambangan dengan luasan yang kecil tentunya

menggunakan interval kontur yang lebih kecil sehingga relief daerah dapat

dilihat dengan jelas.

1.8 Sifat-sifat garis Kontur

Garis-garis kontur merupakan cara yang banyak dilakukan untuk

melukiskan bentuk permukaan tanah dan ketinggian pada peta, karena

memberikan ketelitian yang lebih baik. Cara lain untuk melukiskan

bentuk permukaan tanah yaitu dengan cara hachures dan shading.

Bentuk garis kontur dalam 3 dimensi Gambar 344. Penggambaran

kontur Garis kontur memiliki sifat sebagai berikut :

1. Berbentuk kurva tertutup.

2. Tidak bercabang.

3. Tidak berpotongan.

4. Menjorok ke arah hulu jika melewati sungai.

5. Menjorok ke arah jalan menurun jika melewati permukaan jalan.

Page 20: laporan_geologi_fisik

20

6. Tidak tergambar jika melewati bangunan.

7. Garis kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan tanah yang

terjal.

8. Garis kontur yang jarang menunjukan keadaan permukaan yang landai

9. Penyajian interval garis kontur tergantung pada skala peta

yang disajikan, jika datar maka interval garis kontur tergantung pada

skala peta yang disajikan, jika datar maka interval garis kontur adalah

1/1000 dikalikan dengan nilai skala peta , jika berbukit maka interval

garis kontur adalah 1/500 dikalikan dengan nilai skala peta dan jika

bergunung maka interval garis kontur adalah 1/200 dikalikan

dengan nilai skala peta.

10. Penyajian indeks garis kontur pada daerah datar adalah setiap selisih

3 garis kontur, pada daerah berbukit setiap selisih 4 garis kontur

sedangkan pada daerah bergunung setiap selisih 5 garis kontur.

11. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu..

12. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang

lebih tinggi.

13. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan

punggungan gunung.

14. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" menandakan

suatu lembah/jurang

1.9 Kegunaan Garis Kontur

1. Menunjukan bentuk ketinggian permukaan tanah.

2. Menentukan profil tanah (profil memanjang, longitudinal

sections) antara dua tempat.

3. Menghitung luas daerah genangan dan volume suatu bendungan

4. Menentukan route/trace suatu jalan atau saluran yang mempunyai

kemiringan tertentu.

5. Menentukan kemungkinan dua titik di lahan sama tinggi dan

saling terlihat

Page 21: laporan_geologi_fisik

21

1.10 Penentuan Ketinggian dan Jarak

Ada beberapa cara untuk menentukan titik ketinggian dan jarak yakni:

1. Pada indeks kontur langsung dapat diketahui.

2. Pada intermediate kontur dihitung dari indeks kontur

dengan memperhatikan interval kontur.

3. Pada intermediate kontur cara interpolasi.

4. Titik triagulasi.

1.11 Sistem Quadrangle

Sistem Quadrangle adalah suatu cara dalam penataan pembuatan registrasi

pada peta topografi. Sistem Quadrangle di Indonesia ada 2 macam yaitu

system lama dan system baru. Perbedaan keduanya terletak pada

perbandingan luas peta , notasi, dan pembagian derajat busurnya.

a) Sistem Quadrangle Lama

Adalah sisa peninggalan jaman pendudukan Belanda. Ketentuan-

ketentuan yang ada dam sisitem ini adalah:

1. Pembagian kotak dengan luas 20’ x 20’ berskala 1 : 100.000

2. Titik 0o bujur ada di Jakarta dan titik 00 lintang ada di equatorial.

3. Penomoran garis lintang dengan angka Romawi sedang penomoran

garis bujur dengan angka akrab.

4. Notasi lembar peta dan skala ditulis, missal L

5. Peta no.40/XX, skala 1 :100.000

6. Peta no.40/XX-A, skala 1 : 50.000

7. Peta no.40XX-a, skala 1 : 25.000

40 A B C D

E F G H

I J K L

M N O P

Page 22: laporan_geologi_fisik

22

b) Sistem Quadrangle Baru

Notasinya semua ditulis dengan angka Arab. Pembagian kotak-

kotaknya mempunyai luas 30’ x 20’ dengan 0 derajat dihitung dari

Greenwich. Cara penulisanya adalah missal 5018 angka 50 merupakan

angka perubahan secara horizontal dan angka 18 merupakan perubahan

secara vertical.

Peta no.5019 berskala 1 : 100.000

sedangkan peta no.5019-IV berskala 1 : 50.000

1.12 Profil Topografi

Untuk mengetahui kenampakan morfologi dan kenampakan

struktur geologi padasuatu daerah, maka diperlukan

suatu penampang tegak atau profil (section). Penampangtegak atau sayatan

tegak adalah gambaran yang memperlihatkan profil atau bentuk

dari permukaan bumi. Profil ini diperoleh dari line of section yang telah

ditentukan lebih dulu pada peta topografi, misalnya A – A’ atau B – B’.

Skala pada profil :

1. Skala normal (nature scale) : yaitu skala vertikal diperbesar sama deng

an skalahorisontal.

IV I

II II 5019

XX

Page 23: laporan_geologi_fisik

23

2. Skala perbesaran (exaggerated) : yaitu skala vertikal diperbesar lebih

besar dari skalahorisonta 

3. Persyaratan pembuatan profil :

4. Profil line/topographic line yaitu garis potong antara permukaan bumi

dengan bidang vertikal. 

5. Base line letaknya mendatar dipilih pada jarak tertentu di daerah

profilline, dimana tinggi base line tergantung kebutuhan. Seringkali

dipilih 0 meter sesuai ketinggian permukaan air laut. Pada base line

terletak jarak mendatar sesuai dengan jarak horisontal.

6. End line/garis samping dikiri dan kanan tegak lurus base line.

Disinitertera angka ketinggian sesuai interval kontur.

Gambar 1.4. Topografi dan kontur

Page 24: laporan_geologi_fisik

24

Gambar 1.5. Profil topografi suatu daerah

1.13 Penentuan Besar Kelerengan dan Beda Tinggi

Peta Topografi merupakan peta yang menggambarkan keadaan

relief suatu daerah, dimana kontur renggang menggambarkan daerah yang

relative datar, sedangkan kontur yang rapat menggambarkan daerah yang

terjal atau curam, di dalam peta topografi kadangkala kita banyak

diperhadapkan degan pertanyaan di antaranya berapa besar kelerngan

suatu tempat? Atau berapa beda tinggi daerah x? Untuk menjawab

pertanyaan tersebut, di dalam acara praktikum ini akan kita bahas cara-

cara mengetahui nilai suatu kelerengan dan beda tinggi suatu daerah.

Rumus mencari besar kelerengan dan beda tunggi:

d(m) = panjang sayatan x skala peta

h(m) = (n kontur – 1) x IK

hr =

Page 25: laporan_geologi_fisik

25

kr =

Keterangan:

d = jarak datar (m)

h = ketinggian (m)

hr = beda tinggi (m)

kr = kelerengan (%)

Page 26: laporan_geologi_fisik

26

1.14 Hasil Praktikum 1

1. Jenis P raktikum

Peta Topografi

2. Tujuan Praktikum

- Mampu membuat sayatan pada peta topografi suatu daerah.

- Mampu menghitung panjang sayatan, jarak datar, interval kontur,

jumlah kontur, beda tinggi dan kelerengan pada peta topografi.

3. Alat dan bahan yang digunakan

- Pensil

- Drawing pen

- Penggaris

- Peta topografi suatu daerah

- Kalkulator

4. Kesimpulan

Dalam praktikum ini, praktikan dapat membuat sayatan pada

peta topografi. Dengan data panjang sayatan, sayatan praktikan dapat

mengetahui jarak datar, interval kontur, beda tinggi dan kelerengan

pada peta topografi disuatu daerah. Pada praktikum didapatkan 255

sayatan. Sebagai contoh jika panjang sayatan 0,4 cm, jumlah kontur (n

= 3 -1) = 2, skala pada peta 1 : 25000 dan diketahui interval kontur

12,5 sehingga untuk jarak datar (d = panjang sayatan x skala peta) =

100 m, beda tinggi (h = (n-1) x ik) = 25 dan kelerengan (k = h/d x 100

%) = 25 %.

Page 27: laporan_geologi_fisik

27

1.15 Hasil Praktikum 2

1. Jenis P raktikum

Peta Topografi

2. Tujuan Praktikum

- Mampu membuat profil topografi dari peta topografi suatu daerah.

3. Alat dan bahan yang digunakan

- Pensil

- Drawing pen

- Penggaris

- Peta topografi suatu daerah

- Kalkulator

- Ketas kalkit

- Milimeter blok

4. Kesimpulan

Dalam praktikum ini, prtaktikan dapat menggambar profil peta

topografi suatu daerah berdasarkan pada peta topografi yang telah

diberikan. Untuk membuat profil peta topografi ini sebelumnya harus

ditentukan daerah mana yang akan digambarkan pada penampang

dengan cara meenarik garis lurus memotong kontur. Untuk ketinggian,

menggunakan ketinggian yang telah ada didalam peta, untuk panjang

menggunakan rumus Ik = sehingga didapatkan panjang

indeksnya.

Page 28: laporan_geologi_fisik

28

BAB II

BATUAN BEKU

2.1 Genesa Batuan Beku

Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan magma.

Magma adalah silika alam yang bersifat cair, panas dan pijar yang penuh

dengan gas-gas volatil (gas-gas yang sangat mudah menguap). Berdasar

kandungan silika (SiO2) batuan beku dibagi menjadi :

Tabel 2.1. Pembagian batuan beku berdasarkan kandungan silika (SiO2)

Nama Batuan Kandungan Silika (SiO2)

Batuan beku asam

Batuan beku intermediet

Batuan beku basa

Batuan beku ultra basa

lebih dari 66%

52% - 66%

45% - 52%

Kurang dari 45%

Pembagian ganesa batuan beku atau tempat terjadinya batuan beku adalah

sebagai berikut.

a) Batuan Beku Luar

Kelompok batuan ekstrusi terdiri dari semua material yang

dikeluarkan ke permukaan bumi baik di daratan ataupun di bawah

permukaan laut. Meterial ini mendingin dengan cepat, ada yang

berbentuk padat, debu, atau suatu larutan yang kental dan panas cairan

ini biasa disebut lava.

Ada dua tipe magma ekstrusi, yang pertama memiliki kandungan silika

yang rendah dan viskositas relatif rendah. Sebagai contoh adalah lava

basaltik yang sampai kepermukaan melalui celah dan setelah

dipermukaan mengalami pendinginan yang cepat. Biasanya lava

basaltik memiliki sifat sangat cair, sehingga bila sampai kepermukaan

akan menyebar dengan daerah yang sangat luas.

Page 29: laporan_geologi_fisik

29

Tipe yang ke dua dari lava ini adalah bersifat asam, yang memiliki

kandungan silika yang tinggidan vikositas relatif tinggi. Akibat dari

vikositas ini bila sampai kepermukaan akan menjadi suatu aliran

sepanjang lembah.

b) Batuan Beku Dalam 

Magma yang membeku di bawah permukaan bumi,

pendinginannya sangat lambat (dapat mencapai jutaan tahun),

memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna

bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusive. Tubuh batuan beku

dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada

kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Magma dapat menyusup pada

batuan di sekitarnya atau menerobos melalui rekahan-rekahan pada

batuan di sekelilingnya. Bentuk-bentuk batuan beku yang memotong

struktur batuan di sekitarnya disebut diskordan, termasuk di dalamnya

adalah batholit, stok, dyke, dan jenjang volkanik. 

1. Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar

dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan

batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan

massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak

berbeda. Perbedaan ini mencerminkan bervariasinya magma

pembentuk batholit. Beberapa batholit mencapai lebih dari 1000 km

panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian geofisika dan

penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit

antara 20-30 km. Batholite tidak terbentuk oleh magma yang

menyusup dalam rekahan, karena tidak ada rekahan yang sebesar

dimensi batolit. Karena besarnya, batholit dapat mendorong batuan

yang di1atasnya. Meskipun batuan yang diterobos dapat tertekan ke

atas oleh magma yang bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada

proses lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan fragmen-

fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping.

Page 30: laporan_geologi_fisik

30

Blok-blok hasil stopping lebih padat dibandingkna magma yang

naik, sehingga mengendap. Saat mengendap fragmen-fragmen ini

bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma. Tidak semua magma

terlarut dan mengendap di dasar dapur magma. Setiap frgamen

batuan yang berada dalam tubuh magma yang sudah membeku

dinamakan Xenolith. 

2. Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya

lebih kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km.

Stock merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas

batholit.

3. Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang

dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular,

sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur

(perlapisan) batuan yang diterobosnya.

4. Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang

mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang

menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya

kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya.

Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya

disebut konkordan diantaranya adalah sill, lakolit dan lopolit. 

1. Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar

terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular

dan sisi-sisinya sejajar.

2. Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk

bagian atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau

cembung ke atas, membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian

bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-proses geologi, baik

oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapt

tersingka di permukaan. 

3. Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas

dan bawahnya cekung ke atas.

Page 31: laporan_geologi_fisik

31

Batuan beku dalam selain mempunyai berbagai bentuk tubuh

intrusi, juga terdapat jenis batuan berbeda, berdasarkan pada komposisi

mineral pembentuknya. Batuan-batuan beku luar secara tekstur

digolongkan ke dalam kelompok batuan beku fanerik. 

2.2 Struktur Batuan Beku

Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan

menjadi batuan beku ekstrusif dan intrusif. Hal ini pada nantinya akan

menyebabkan perbedaan pada tekstur masing masing batuan tersebut.

Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama

yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai

struktur batuan beku.

1. Struktur Batuan Beku Ekstrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses

pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif

ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur yang memberi petunjuk

mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut.

Struktur ini diantaranya:

a. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang

terlihat seragam.

b. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai

lapisan

c. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah

poligonal seperti batang pensil.Pillow lava, yaitu struktur yang

menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini diakibatkan

proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.

d. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada

batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat

pembekuan.

Page 32: laporan_geologi_fisik

32

e. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh

mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit

f. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya

kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran

2. Struktur Batuan Beku Intrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses

pembekuannya berlangsung dibawah permukaan bumi. berdasarkan

kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya

struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu

konkordan dan diskordan.

a) Konkordan

Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan

disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :

1. Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan

perlapisan batuan disekitarnya.

2. Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome),

dimana perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi

melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan

bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolith berkisar dari 2

sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan meter.

3. Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari

laccolith, yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah.

Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu

puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan

meter.

4. Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau

antiklin yang telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith

berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer.

b) Diskordan

Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan

disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:

Page 33: laporan_geologi_fisik

33

1. Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan

disekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang.

Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan

kilometer dengan panjang ratusan meter.

2. Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat

besar yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang

besar.

a. Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi

ukurannya lebih kecil.

2.3 Tekstur Batuan Beku

Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar

mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral

dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan.

Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang

penting, yaitu:

A. Kristalinitas

Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku

pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya

digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal

dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan

kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya

berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika

pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan

tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka

kristalnya berbentuk amorf.

Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:

1. Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh

kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik,

yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.

Page 34: laporan_geologi_fisik

34

2. Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas

dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.

3. Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa

gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian),

dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.

B. Granularitas

Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada

batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran

butir, yaitu:

a. Fanerik/fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat

dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa.

Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:

a) Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.

b) Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5

mm.

c) Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.

d) Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih

dari 30 mm.

b. Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat

dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan

mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh

kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dapat

dibedakan:

a) Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa

diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran

sekitar 0,1 – 0,01 mm.

b) Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku

terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan

mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.

c) Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.

Page 35: laporan_geologi_fisik

35

C. Bentuk Kristal

Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi

bukan sifat batuan secara keseluruhan.

1. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal,

yaitu:

a) Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari

bidang kristal.

b) Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak

terlihat lagi.

c) Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang

kristal asli.

2. Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal,

yaitu:

a) Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya

sama panjang.

b) Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari

satu dimensi yang lain.

c) Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang

dari dua dimensi yang lain.

d) Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.

D. Hubungan Antar Kristal

Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan

sebagai hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain

dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi

dua, yaitu:

a) Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang

membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan

kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:

Page 36: laporan_geologi_fisik

36

b) Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-

mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.

c) Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-

mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.

d) Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-

mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.

e) Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai

pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut

fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa

berupa mineral atau gelas.

2.4 Komposisi Mineral

Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku kita cukup

mempergunakan indeks warna dari bentuk kristal, sebagai dasar penentuan

mineral penyusun batuan. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun

batuan beku dapat dikelompokan menjadi dua yaitu:

1. Mineral Felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama

dari mineral kuarsa, feldspar, feldspartoid, dan muskovit.

2. Mineral mafik, yaitu mineral-mineral yang berwarna gelap,

terutama biotit, amphibol, dan olivin.

Page 37: laporan_geologi_fisik

37

Gambar 2.1. Basalt

Gambar 2.2. Granodiorit

Gambar 2.3. Andesit

Page 38: laporan_geologi_fisik

38

2.5 Hasil Praktikum

1) Jenis Praktikum

Deskripsi batuan beku

2) Tujuan Praktikum

Mampu mendiskripsikan batuan beku

3) Alat dan bahan yang digunakan

- Lembar dekripsi

- Pensil

- Batuan beku

- Pensil warna

- Drawing pen

4) Kesimpulan

Berdasarkan sifat tekstur, struktur, dan komposisi batuan beku,

kita dapat mendeskripskan batuan tersebut kedalam golongan yang

telah dijelaskan, sehingga praktikan dapat mengetahui baik tekstur,

struktur, komposisi maupun nama batuan yang telah disediakan dalam

praktikum. Dalam mendeskripsian batuan beku, agar memudahkan

dalam pendeskripsian, maka harus bertahap yakni meliputi warna,

tekstur, struktur, komposisi, jenis batuan dan terakhir dapat

menyebutkan nama batuan tersebut.

Salah satu batu yang dideskripisikan pada saat praktikum yakni

Andesit dengan warna abu-abu kehitaman, tekstur derajat kristalisasi

holohialin, granularitas afanitik, struktur masif, komposisi mineral

pertengahan (plagioklas, piroksen, K-Feldspar), jenis batuan batuan

beku intermediet.

Page 39: laporan_geologi_fisik

39

BAB III

BATUAN SEDIMEN

3.1 Genesa Batuan Sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi akibat proses litifikasi

dari hancuran batuan lain. Litifikasi batuan adalah proses yang meliputi

kompaksi, autigenik, diagnesa yaitu prises terubahnya material pembentuk

batuan yang bersifat lepas menjadi batuan yang kompak. Batuan ini juga

dibentuk oleh proses-proses yang terjadi di permukaan bumi, oleh

Koesoemadinata (1979) telah membedakan batuan sedimen menjadi lioma

golongan.

Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang

disebut cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan

terendapkan karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari daerah

sekitarnya dan karena bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya

grafitasi dari sedimen tersebut maka susah sekali sedimen tersebut akan

bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan semakin banyaknya sedimen

yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami penurunan dan membuat

cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin banyak sedimen yang

terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak disebabkan oleh

penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang dipengaruhi juga

struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti adanya patahan.

Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara, yaitu :

1) Suspension: ini umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat

kecil ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh

aliran air atau angin yang ada.

2) Bed load: ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti

pasir, kerikil, kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran

yang bergerak dapat berfungsi memindahkan pertikel-partikel yang

Page 40: laporan_geologi_fisik

40

besar di dasar. Pergerakan dari butiran pasir dimulai pada saat

kekuatan gaya aliran melebihi kekuatan inertia butiran pasir tersebut

pada saat diam. Gerakan-gerakan sedimen tersebut bisa

menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa mendorong sedimen

yang satu dengan lainnya.

3) Saltation yang dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya terjadi

pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu

menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena

gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut

ke dasar.

Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar

dalam membawa sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut

akan jatuh atau mungkin tertahan akibat gaya gravitasi yang ada.

Setelah itu proses sedimentasi dapat berlangsung sehingga mampu

mengubah sedimen-sedimen tersebut menjadi suatu batuan sedimen.

Material yang menyusun batuan sedimen adalah lumpur, pasir, kelikir,

kerakal, dan sebagainya. Sedimen ini akan menjadi batuan sedimen

apabila mengalami proses pengerasan.

Sedimen akan menjadi batuan sedimen melalui proses pengerasan atau

pembatuan (lithifikasi) yang melibatkan proses pemadatan (compaction),

sementasi (cementation) dan diagenesa dan lithifikasi. Ciri-ciri batuan

sedimen adalah: (1). Berlapis (stratification), (2) Mengandung fosil, (3)

Memiliki struktur sedimen, dan (4). Tersusun dari fragmen butiran hasil

transportasi.

Secara umumnya, sedimen atau batuan sedimen terbentuk dengan dua

cara, yaitu:

1. Batuan sedimen yang terbentuk dalam cekungan pengendapan atau

dengan kata lain tidak mengalami proses pengangkutan. Sedimen ini

dikenal sebagai sedimen autochthonous. Yang termasuk dalam kelompok

batuan autochhonous antara lain adalah batuan evaporit (halit) dan

batugamping. 

Page 41: laporan_geologi_fisik

41

2. Batuan sedimen yang mengalami proses transportasi, atau dengan kata

lain, sedimen yang berasal dari luar cekungan yang ditransport dan

diendapkan di dalam cekungan. Sedimen ini dikenal dengan sedimen

allochthonous. Yang termasuk dalam kelompok sedimen ini adalah

Batupasir, Konglomerat, Breksi, Batuan Epiklastik.

Selain kedua jenis batuan tersebut diatas, batuan sedimen dapat

dikelompokkan pada beberapa jenis, berdasarkan cara dan proses

pembentukkannya, yaitu :

1. Terrigenous (detrital atau klastik). Batuan sedimen klastik

merupakan batuan yang berasal dari suatu tempat yang kemudian

tertransportasi dan diendapkan pada suatu cekungan. Contoh: a).

Konglomerat atau Breksi; b). Batupasir; c). Batulanau; d).

Lempung  

2. Sedimen kimiawi/biokimia (Chemical/biochemical). Batuan

sedimen kimiawi / biokimia adalah batuan hasil pengendapan dari

proses kimiawi suatu larutan, atau organisme bercangkang atau

yang mengandung mineral silika atau fosfat. Batuan yang termasuk

dalam kumpulan ini adalah: a). Evaporit ; b). Batuan sedimen

karbonat (batugamping dan dolomit) ; c). Batuan sedimen bersilika

(rijang) ; d). Endapan organik (batubara)

3. Batuan volkanoklastik (Volcanoclastic rocks). Batuan

volkanoklastik yang berasal daripada aktivitas gunungapi. Debu

dari aktivitas gunungapi ini akan terendapkan seperti sedimen yang

lain. Adapun kelompok batuan volkanoklastik adalah: Batupasir

tufa dan Aglomerat

Secara garis besar, genesa batuan sedimen dapat dibagi menjadi

dua, yaitu: Batuan Sedimen Klastik dan Batuan Sedimen Non-klastik.

Batuan sedimen klastik

Batuan yang terbentuk dari hasil rombakan batuan yang sudah ada

(batuan beku, metamorf, atau sedimen) yang kemudian diangkut oleh media

(air, angin, gletser) dan diendapkan disuatu cekungan. Proses pengendapan

Page 42: laporan_geologi_fisik

42

sedimen terjadi terus menerus sesuai dengan berjalannya waktu sehingga

endapan sedimen semakin lama semakin bertambah tebal. Beban sedimen

yang semakin tebal mengakibatkan endapan sedimen mengalami kompaksi.

Sedimen yang terkompaksi kemudian mengalami proses diagenesa,

sementasi dan akhirnya mengalami lithifikasi (pembatuan) menjadi batuan

sedimen.

Batuan sedimen Non-klastik

Batuan sedimen yang genesanya (pembentukannya) dapat berasal

dari proses kimiawi, atau sedimen yang berasal dari sisa-sisa organisme

yang telah mati.

1.2 Batuan Sedimen Klastik

Didalam pemerian batuan sedimen klastik yang mempunyai ukuran

butir yang relatif kasardibedakan atas tiga bagian yakni:

1. Komposisi

Pada batuan sedimen klastik ini, pemerian komposisi mineralnya

didasarkan atas:

a. Fragmen

b. Yakni butiran pembentuk batuan yang berukuran paling besar,

fragmen dapat berupa butiran mineral, batuan, atau fosil.

c. Matrik

d. Yakni bagian dari butiran pembentuk batuan yang berukuran lebih

kecil dari fragmen, biasanya mempunyai komposisi yang sama dengan

fragmen.

e. Semen

f. Yakni bahan pengikat antara matrik dan semen.

Page 43: laporan_geologi_fisik

43

2. Tekstur

Ada tiga hal yang menjadi perhatian dalam pengamatan tekstur dalam

batuan sedimen:

a. Ukuran Besar Butir (Grain Size)

Dalam pemerian ukuran besar butir digunakan pedoman ukuran

berdasarkan skala Wentworth, yaitu:

Table 3.1. Skala Wentworth untuk mentukan besarnya ukuran butir

Nama Butir Besar Butir (mm)

Bongkah Boulder 256

Brangkal Couble 256-64

Kerakal Pebble 64-4

Kerikil Granule 4-2

Pasir Sangat Kasar Very Coarse Sand 2-1

Pasir Sedang Medium Sand ½ -1/4

Pasir Halus Fine Sand ¼ -1/8

Pasir Sangat Halus Very Fine Sand 1/8-1/16

Lanau Silt 1/16-1/256

Lempung Clay 1/256

3. Derajat Pemilahan/ Sortasi

Yang dimaksud dengan derajat pemilahan atau sortasi adalah

tingkat keseragaman dari butiran pembentuk batuan sedimen. Derajat

pemilahan ini pun hanya dapat diamati secara megaskopis pada batuan

yang bertekstur kasar, tingkat derajat pemilahan terdiri dari pemilahan

baik (well sorted), pemilahan sedang (moderately sorted), dan

pemilahan buruk (poorly sorted).

Page 44: laporan_geologi_fisik

44

Gambar 3.1. derajat pemilahan

A. Pemilahan baik, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen tersebut

seragam. Hal ini biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan kemas

tertutup.

B. Pemilahan sedang, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen

terdapat yang seragam maupun yang tidak seragam.

C. Pemilahan buruk, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen sangat

beragam, dari halus hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat pada

batuan sedimen dengan kemas terbuka.

4. Derajat Pembundaran (Roundness)

Yang dimaksud dengan derajat pembundaran atau roundness

adalah nilai membulat/meruncingnya fragmen pembentuk batuan

sedimen, yang dapat dikategorikan kedalam menyudut (angular),

menyudut tanggung (subangular), membulat (rounded) membulat

tanggung (subrounded), dan membulat baik (well rounded).

Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka

Pettijohn, dkk., (1987) membagi kategori kebundaran menjadi enam

tingkatan ditunjukkan dengan pembulatan rendah dan tinggi (Gambar

3.2).

Page 45: laporan_geologi_fisik

45

Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu:

1. Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)

2. Meruncing (menyudut) (angular)

3. Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)

4. Membundar (membulat) tanggung (subrounded)

5. Membundar (membulat (rounded), dan

6. Sangat membundar (membulat) (well-rounded).

Gambar 3.2 Derajat pembundaran

5. Struktur

Struktur batuan sedimen tidak banyak dilihat dari contoh-contoh

batuan di laboratorium. Macam-macam astruktur batuan sedimen yang

penting antara lain Struktur Perlapisan, dimana struktur ini merupakan

sifat utama dari batuan sedimen klastik yang menghasilkan bidang-

bidang sejajar sebagai hasil proses pengendapan.

3.3 Batuan Sedimen Non-klastik

1. Batuan Sedimen Organik

Batuan sedimen organik adalah yang dihasilkan olek aktifitas organisme

yang terdapat sebagai sisa organisme yang biasanya tetap tinggal di

tempatnya. Contohnya dari batuan sedimen semacam ini adalah batu

gamping koral, diatomea, dll. Pada batuan sedimen organik selalu terlihat

Page 46: laporan_geologi_fisik

46

struktur-struktur organismenya dengan jelas walaupun seringkali terdapat

rekristalisasi.

2. Batuan Sedimen Kimia

Sebagian dari sedimen semacam ini dihasilkan oleh proses penguapan.

Contohnya adalah endapan gypsum, garam, dan lain-lain. Batuan

sedimen kimiawi biasanya hanya terdiri dari satu macam mineral saja

yang jelas walaupan bersifat berhablur tetapi kilapnya adalah non-

metalik.

1. Struktur Batuan Sedimen

Struktur batuan sedimen non klastik terbentuk dariproses reaksi

kimia ataupun kegiatan organik.Macamnya antara lain yang penting :

a. Fosilliforous

Struktur yang ditunjukan oleh adanya fosil ataukomposisi terdiri

dari fosil (sedimen organik)

b. Oolitik

Struktur dimana suatu fragmen klastik diselubungi olehmineral

non klastik, bersifat konsentrisdengan diameter berukuran lebih

kecil 2 mm (0,25–2mm) kristal–

kristal berbentuk bulat atauelipsoid, seperti telur ikan. Contoh :

batugamping oolit.

c. Pisolitik

Sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebihbesar dari 2

mm. contoh : batugampingpisolitik.

d. Konkresi

Kenampakan struktur ini sama dengan struktur oolitiktetapi

tidak menunjukan adanya sifatkonsentris.

e. Cone in cone

Struktur pada batugamping kristalin yang menunjukan

pertumbuhan kerucut perkerucut.

f. Bioherm

Tersusun oleh organisme murni dan bersifat insitu

Page 47: laporan_geologi_fisik

47

g. Blostrome

Seperti bioherm tetapi bersifat klastik. Bioherm danbiostrome

merupakan struktur luar yanghanya tampak dilapangan.

h. Septaria

Sejenis konkresi tetapi mempunyai komposisi lempung .ciri

khasnya adanya rekahan–rekahan yang tidak teratur akibat

penyusutan bahan–bahanlempungan tersebut karena proses

dehidrasi yang kemudian celah–celah yang terbentuk terisi

olehkristal–kristal karbonat yang kasar.

i. Geode

Banyak dijumpai pada batuan gamping, berupa rongga-rongga

yang terisi oleh kristal-kristal yang tumbuh ke arah pusat rongga

tersebut. Kristalbisa kalsit ataupun kuarsa.

j. Styolit

Styolit ini merupakan hubungan antar butir yang bergerigi.

2. Komposisi batuan sedimen

Komposisi mineral batuan sedimen non klastik cukup penting dalam

menentukan penamaanbatuan. Pada batuan sedimen jenis non klastik

biasanyakomposisi mineralnya sederhana yaitu apabila terdiri dari

satu atau dua macam mineral. Sebagaiberikut :

Batugamping : Kalsit dolomit

Chert : Kalsedon

Gypsum : Mineral gypsum

Anhidrit : Mineral anhidrit

Page 48: laporan_geologi_fisik

48

Gambar 3.3. Batubara

Gambar 3.4. Batugamping terumbu

Gambar 3.5. Batulempung

Page 49: laporan_geologi_fisik

49

3.4 Hasil Praktikum

1. Jenis Praktikum

Deskripsi batuan sedimen

2. Tujuan Praktikum

Mampu mendiskripsikan batuan sedimen

3. Alat dan bahan yang digunakan

- Lembar dekripsi batuan sedimen

- Pensil

- Batuan sedimen

- Pensil warna

- Drawing pen

4. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, untuk

mendeskripsikan nama batuan sedimen, harus mengetahui struktur,

tekstur dan komposisi dari batuan sedimen tersebut. Untuk

memudahkan praktikan dalam mendeskripsikan batuan sedimen,

haruslah sesuai dengan urutan yakni meliputi warna, tekstur, struktur,

komposisi, jenis batuan, dan yang terakhir praktikan dapat mengetahui

nama dari batuan tersebut. Sebagai contoh batuan yang dipraktikumkan

adalah batulempung. Berikut pendeskripsian batu lempung. warna abu-

abu Kehijauan, tektur klastik, ukuran butir lempung (< 1/125), daerajat

pemilahan baik, derajat pembundaran membundar, struktur masif

komposisi feldspar, jenis batuan batu sedimen klastik.

Page 50: laporan_geologi_fisik

50

BAB IV

BATUAN METAMORF

4.1 Genesa Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses

metamorfose pada batuan yang.telah ada sebelumnya. Proses metamorfose

sendiri adalah proses perubahan mineral, tekstur atau struktur batuan dalam

keadaan padat akibat perubahan tekanan (P) dan suhu yang tinggi /

temperature (T) dalam kerak bumi tanpa perubahan pada komposisi kimia.

Metamorforsa terjadi dalam suatu lingkungan yang sangat berbeda

dengan lingkungan dimana batuan asalnya terbentuk. Banyak mineral-

mineral hanya stabil dalam batas-batas tertentu dalam temperatur, tekanan

dan kimiawi. Jika batuan tersebut dikenakan temperatur dan tekanan yang

lebih tinggi daripada dekat permukaan, batas kestabilan mineral dapat

dilampaui, penyesuaian mekanis dan kimia dapat terjadi dalam batuan

membentuk mineral-mineral baru yang stabil dalam kondisi baru.

4.2 Tipe-tipe Metamorfose

1) Metamorfose sentuh / termal / kontak

Metamorfose yang terjadi akibat intrusi magma atau ekstrusi lava.

Perubahan yang terjadi akibat temparatur (T) yang tinggi.

2) Metamorfose dinamik

Metamorfose yang terjadi pada daerah yang mengalami dislokasi

intensif. Biasanya didapatkan di daerah sempit, misal akibat patahan.

Metamorfose yang terjadi diakibatkan oleh kenaikan tekanan (P).

3) Metamorfose regional

Metamorfose yang terjadi pada daerah yang luas akibat pembentukan

pegunungan atau orogenesa. Batuan yang termetamorfose diakibatkan

terutama oleh kenaikan tekanan (P) dan temperatur (T) secara bersama-

Page 51: laporan_geologi_fisik

51

sama. Biasanya didapatkan di daerah geosinklin yang dasarnya

mengalami penurunan.

Fasies metamorfosis dicirikan oleh mineral atau himpunan

mineral yang mencirikan sebaran T dan P tertentu. Mineral-mineral itu

disebut sebagai mineral index. Beberapa contoh mineral index antara

lain:

1. Staurolite : intermediate high-grade metamorphism

2. Actinolite : low intermediate metamorphism

3. Kyanite : intermediate high-grade

4. Silimanite : high grade metamorphism

5. Zeolite : low grade metamorphism

6. Epidote : contact metamorphism

4.3 Tekstur Batuan Metamorf

Tekstur dalam batuan metamorf menyangkut mengenai rekristalisasi

dari mineral yang sangat dipengaruhi oleh temperatur yang terjadi saat

metamorfose. Tekstur dalam batuan metamorf akan dicerminkan oleh

ukuran dan bentuk butir penyusun.

Tekstur dalam batuan metamorf dibedakan atas dua macam yaitu

Kristaloblastik dan Palimpsest.

1. Kristaloblastik

Yaitu mineral-mireral batuan asal sudah mengalami kristalisasi

kembali seluruhnya pada waktu terjadi metamorfose. Terjadi pada saat

tumbuhnya mineral dalam suasana padat (tekstur batuan asalnya tidak

tampak lagi), dalam pembentukan batuan beku mineral tumbuh pada

suasana cair. Penamaannya biasanya diakhiri dengan kata blastik.

a. Lepidoblastik

Terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya mineral mika

(muskovit, biotit).

Page 52: laporan_geologi_fisik

52

b. Nematoblastik

Terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral

plagioklas, k-felspar, piroksen.

c. Granoblastik

Terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan

batas-batas sutura (tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral,

misalnya kuarsa.

d. Porfiroblastik

Tekstur pada batuan metamorf dimana suatau kristal besar

(fenokris) tertanam pada massa dasar yang relatif halus.

e. Idioblastik

Tekstur pada batuan metamorf di mana bentuk mineral-mineral

penyusunnya berbentuk euhedral.

f. Xenoblastik

Tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral-mineral

penyusunnya berbentuk anhedral.

2. Relict texture (tekstur sisa) atau Palimpsest

Yaitu tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan tekstur batuan

asalnya. Penamaanya biasanya diawali dengan kata blasto.

a. Blastoporfiritik

Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritik.

b. Blastoopitik

Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur apitik.

Page 53: laporan_geologi_fisik

53

Gambar 4.1. Tekstur Batuan Metamorf

Beberapa tekstur batuan metamorfik, A. Granoblastic dengan tekstur

mosaic, B. Granoblastic (butir tak teratur), C. Schistose dengan porfiroblast

euhedral, D. Schistose dengan granoblastik lentikuler, E. Metasandstone

dengan Semischistose, F. Semischistose dalam batuan blastoporphyritic

metabasalt, G. Mylonite granite ke arah bawah menjadi Protomylonite, H.

Orthomylonite ke arah bawah menjadi Ultramylonite, I. Granoblastic di

dalam blastomylonite.

4.4 Struktur Batuan Metamorf

Struktur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang

berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut

(Jackson, 1970). Pembahasan mengenai struktur juga meliputi susunan

bagian masa batuan termasuk hubungan geometrik antar bagian serta bentuk

dan kenampakan internal bagian-bagian tersebut (Bucher & Frey, 1994).

Secara umum struktur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

struktur foliasi dan struktur non foliasi.

Page 54: laporan_geologi_fisik

54

1. Struktur Foliasi

Struktur foliasi adalah struktur paralel yang dibentuk oleh

mineral pipih/ mineral prismatik, seringkali terjadi pada

metamorfosa regional dan metamorfosa kataklastik.

Beberapa struktur foliasi yang umum ditemukan :

1) Slaty cleavage : struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang

belah batu sabak/slate, mineral mika mulai hadir, batuannya

disebut slate (batusabak).

2) Phylitic : rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage, batuan

lebih mengkilap daripada batusabak (mulai banyak mineral mika),

mulai terjadi pemisahan mineral pipih dan mineral granular

meskipun belum begitu jelas/belum sempurna, batuannya disebut

phyllite (filit).

3) Schistose : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral

granular, mineral pipih orientasinya menerus/tidak terputus,

sering disebut dengan close schistosity, batuannya disebut schist

(sekis).

4) Gneisose : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral

granular, mineral pipih orientasinya tidak menerus/terputus,

sering disebut dengan open schistosity, batuannya disebut gneis.

2. Struktur Non Foliasi

Struktur non foliasi adalah struktur yang dibentuk oleh mineral-

mineral yang equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-

butiran granular, seringkali terjadi pada metamorfosa termal.

Beberapa struktur non foliasi yang umum ditemukan :

1) Granulose : struktur non foliasi yang terdiri dari mineral-mineral

granular

2) Hornfelsik : struktur non foliasi yang dibentuk oleh mineral-

mineral equidimensional dan equigranular, tidak terorientasi,

khusus akibat metamorfosa termal, batuannya disebut hornfels.

Page 55: laporan_geologi_fisik

55

3) Cataclastic : struktur non foliasi yang dibentuk oleh

pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan

umumnya membentuk kenampakan breksiasi, terjadi akibat

metamorfosa kataklastik, batuannya disebut cataclasite

(kataklasit).

4) Mylonitic : struktur non foliasi yang dibentuk oleh adanya

penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik, menunjukan

goresan-goresan akibat penggerusan yang kuat dan belum terjadi

rekristalisasi mineral-mineral primer, batuannya disebut mylonite

(milonit).

5) Phyllonitic : gejala dan kenampakan sama dengan milonitik tetapi

butirannya halus, sudah terjadi rekristalisasi, menunjukan kilap

silky, batuannya disebut phyllonite (filonit).

4.5 Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan komposisi kimia batuan asal

1) Batuan metamorf pelitik, berasal dari batuan lempungan (batulempung,

serpih, batulumpur); komposisinya banyak mengandung Al2O3, K2O,

dan SiO2; batuannya kebanyakan bertekstur skistosa contohnya sekis,

batusabak, dll.; mineralogi : muskovit, biotit, kianit, silimanit, kordierit,

garnet, stauroeit; secara umum batuan pelitik akan berubah menjadi

batuan metamorfosis dengan meningkatnya T, akan terbentuk berturut-

turut : batu sabak -  filit – sekis – genes.

2) Batuan metamorf kuarsa-felspatik, berasal dari batupasir atau batuan

beku felsik (misalnya granit, riolit), dicirikan kandungan SiO2 tinggi dan

MgO serta FeO rendah, hasilnya batuannya bertekstur bukan skistosa.

3) Batuan metamorf karbonatan, berasal dari batuan yang berkomposisi

CaCO3 (batugamping, dolomit), hasil metamorfosa berupa marmer, bila

batuan asal (batugamping) mengandung MgO dan SiO2 diharapkan

terbentuk mineral tremolit, diopsid, wolastonit dan mineral karbonatan

yang lain, bila batuan asal mengandung cukup Al2O3 diharapkan

Page 56: laporan_geologi_fisik

56

terbentuk mineral plagioklas, epidot, hornblenda yang hampir mirip

dengan mineralogi batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa.

4) Batuan metamorf basa, berasal dari batuan beku basa (SiO2 sekitar 50%),

batuan metamorfnya disebut metabasite, batuan asal banyak mengandung

MgO, FeO, CaO dan Al2O3 maka mineral metamorfosanya berupa

klorit, aktinolit, epidot (fasies sekis hijau) dan hornblenda (fasies

amfibolit), untuk T lebih tinggi akan muncul klino dan ortopiroksen dan

plagioklas.

5) Batuan metamorf ultra basa, berasal dari batuan beku ultra basa, batuan

hasil metamorfosa berupa serpentinit, sering dijumpai pada daerah

metamorf yang mengandung glaukofan.

Page 57: laporan_geologi_fisik

57

Gambar 4.2 Marmer

Gambar 4.3. Kuarsit

Gambar 4.4. Batu Sabak

Page 58: laporan_geologi_fisik

58

4.6 Hasil Praktikum

1) Jenis Praktikum

Deskripsi batuan metamorf

2) Tujuan Praktikum

Mampu mendiskripsikan batuan metamorf

3) Alat dan bahan yang digunakan

- Lembar deskripsi batuan metamorf

- Pensil

- Batuan metamorf

- Pensil warna

- Drawing pen

4) Kesimpulan

Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk oleh proses

metamorfose pada batuan yang telah ada.

Untuk mendiskripsikan batuan metamorf harus mengetahui tipe-

tipe dari batuan metamorf, tekstur, struktur, dan komposisi. Untuk itu,

untuk memudahkan praktikan dalam mendiskripsian batuan metamorf,

harus mengikuti langkah yakni, menentukan warna, tekstur, struktur,

komposisi, jenis batuan, dan terakhir praktikan dapat menentukan

nama batuan tersebut. Berdasarkan praktikum, berikut pendeskripsian

kuarsit. Warna putih kekuningan, tekstur, kristaloblastik

(Granoblastik), struktur non-foliasi (Kataklastik), komposisi Kuarsi

(SiO2), jenis batuan batuan metamorf non-foliasi

Page 59: laporan_geologi_fisik

59

BAB V

STRATIGRAFI

1.1. Pengertian Stratigrafi

Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif

serta distribusi perlapisan tanah dan interpretasi lapisan lapisan batuan untuk

menjelaskan sejarah Bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi

antarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi

mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur

relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk

mengetahui luas penyebaran lapisan batuan.

1.2. Hukum Dasar Stratigrafi

1. Uniformitarianisme

“The Present is the key to the past.” (James Hutton, 1785) Maksudnya

adalah bahwa proses-proses geologi alam yang terlihat sekarang ini

dipergunakan sebagai dasar pembahasan proses geologi masa lampau.

Uniformitarianisme adalah peristiwa yang terjadi pada masa geologi

lampau dikontrol oleh hukum-hukum alam yang mengendalikan

peristiwa pada masa kini.

Contoh : pembentukan endapan sedimen di muara sungai yang

membentuk delta, akan menghasilkan 3 bagian yang berbeda

kemiringan lapisan batuan, maka bila dijumpai tipe endapan yang

terdiri dari top set, bottom set, dan fore set, menunjukkan  adanya 

proses pengendapan di muara sungai. Jadi penentuan paleogeografi bisa

ditentukan berdasar pembacaan data yang terekam pada batuan. Dengan

mudah kita dapat menentukan kedalaman lingkungan sediment laut

berdasar keberadaan fosil organisme,terumbu karang, yang menunjukan

laut dangkal, dan endapan diatome untuk laut dalam.

Page 60: laporan_geologi_fisik

60

2.  Original Horizontality

Sedimen yang baru terbentuk cenderung mengikuti bentuk dasarnya

dan cenderung untuk menghorizontal, kecuali cross bedding. Hal ini

karena pengaruh sedimen dikontrol oleh hukum gravitasi dan hidrolika

cairan.

3. Superposisi

Dalam keadaan yang tidak terganggu, lapisan paling tua akan berada

dibawah lapisan yang lebih muda. Hal ini secara logis dapat dijelaskan

bahwa proses pengendapan mulai dari terbebtuknya lapisan awal yang

terletak di dasar cekungan, selanjutnya ditutup oleh lapisan yang

terendapkan kemudian, yang tentu lebih muda dari ditutupinya.

4. Cross Cutting Relationship

Hukum ini menyatakan bahwa “Batuan yang terpotong mempunyai

umur geologi yang lebih tua daripada yang memotong.”

Prinsip-prinsip Cross-cutting Relationship :

a. Cross-cutting Relationship Struktural, dimana suatu retakan yang

memotong batuan yang lebih tua

b. Cross-cutting Relationship Stratigrafi, terjadi jika erosi permukaan

atau ketidakseragaman memotong batuan yang lebih tua, struktur

geologi atau bentuk-bentuk geologi yang lain.

c. Cross-cutting Relationship Sedimentasi, terjadi jika suatu aliran telah

mengerosi endapan yang lebih tua pada suatu tempat. Sebagai

contoh suatu terusan atau saluran yang terisi oleh pasir.

d. Cross-cutting Relationship Paleontologi, terjadi jika adanya aktivitas

hewan dan tumbuhan yang tumbuh. Sebagai contoh ketika jejak

hewan yang terbentuk atau terendapkan pada endapan berlebih.

e. Cross-cutting Relationship Geomorfologi, terjadi pada daerah yang

berliku atau bergelombang (sungai, dan aliran di sepanjang lembah).

Page 61: laporan_geologi_fisik

61

5. Faunal Succesion

Fosil (fauna) akan berbeda pada setiap perbedaan umur geologi, fosil

yang berada pada lapisan bawah akan berbeda dengan fosil di lapisan

atasnya.

Fosil-fosil yang dijumpai pada perlapisan batuan secara perlahan

mengalami perubahan kenampakan fisiknya (ekibat evolusi) dalam cara

yang teratur mengikuti waktu geologi. Demikian pula suatu kelompok

organism secara perlahan digantikan oleh kelompok organism lain.

Suatu perlapisan tertentu dicirikan oleh kandungan fosil tertentu. Suatu

perlapisan batuan yang mengandung fosil tertentu dapat digunakan

untuk koreksi antara suatu lokasi dengan lokasi yang lain.

6. Lateral Continuity

Pengendapan lapisan batuan sedimen akan menyebar secara mendatar,

sampai menipis atau menghilang pada batas cekungan dimana ia

diendapkan. Lapisan yang diendapakna oleh air terbentuk terus-

menerus secara lateral dan hanya membaji pada tepian pengendapan

pada masa cekungan itu terbentuk.

7. Law of Inclusion

Suatu tubuh batuan yang mengandung fragmen dari batuan yang lain

selalu lebih muda dari tubuh batuan yang menghasilkan fragmen

tersebut.

8. Komplelsitas

Kondisi tektonik yang lebih kompleks menunjukkan bahwa telah terjadi

gangguan tektonik lebih dari satu kali pada daerah tersebut.

Hal ini menunjukkan daerah tersebut berumur leih tua disbanding

lapisan batuan yang berstruktur lebih sederhana.

9. Hukum “V”

Pola penyebaran singkapan batuan dipengaruhi oleh kemiringan lapisan

batuan dan topografi.

Page 62: laporan_geologi_fisik

62

Hubungan antara kemiringan lapisan batuan dan topografi daerah

dirumuskan dengan Hukum “V”

10. Sostasi

Yaitu diferensiasi berdasarkan kerapatan jenis. Massa jenis yang lebih

berat berada di bagian bawah, sedangkan yang lebih ringan berada di

bagian atas.

1.3. Pemanfaatan Dasar Stratigrafi

2. Kepentingan Ilmiah

Mempelajari bagaimana keadaan lapisan batuan misalkan, tebal lapisan

batuan atau kemiringan lapisan batuan, dan lain-lain sebagainya.

3. Kepentingan Teknik

Dalam mempelajari stratigrafi biasanya kita akan membuat sesuatu

penampang stratigrafi, kegunaan daripada kolom stratigrafi tersebut

antara lain mempelajari secara keseluruhan urutan-urutan vertikal dari

suatu perlapisan, mempelajari secara detail litologi batuan, mengetahui

tebal lapisan, mengetahui hubungan antar lapisan, megetahui sejarah

geologinya dan lin sebagainya.

1.4. Keselarasan dan Ketidakselarasan

1. Keselarasan

Merupakan pengendapan yang berlangsung secara terus menerus tanpa

ada selang waktu dari suatu lapisan yang lain di bawah lapisan yang

berada di atasnya.

2. Ketidak Keselarasan

Merupakan tidak menerusnya proses pengendapan atau sedimentasi

disebabkan adanya proses erosi. Ketidakselarasan ini di bagi tiga, yaitu:

Page 63: laporan_geologi_fisik

63

1. Ketidakselarasan menyudut (Angular Unconformity)

Gambar 5.1. Angular Unconformity

Yaitu kelompok batuan yang berada di bawah ketidakselarasan

membentuk sudut dengan kelompok batuan lain yang berada di

atasnya

2. Ketidakselarasan sejajar (Disconformity)

Gambar 5.2. Disconformity

Page 64: laporan_geologi_fisik

64

Lapisan batuan yang berada di atas dan di bawah dibang

ketidakselarasan saling sejajarsatu sama lainnya tetapi jelas nampak

suatu bidang erosi.

3. Nonconformity

Gambar 5.3. Nonconformity

Merupakan bidang erosi antara batuan sedimen yang berada di

atas batuan kristalin di bawahnya.

4. Paraconformity

Ga

mbar 5.4. Paraconformity

Yakni ketidakselarasan antara batuan-batuan yang sama

yang tidak menimbulkan perbedaan yang mencolok.

Page 65: laporan_geologi_fisik

65

4.1. Korelasi Batuan

Dalam pengembangan ilmu geologi terutama untuk mengetahui

bagaimana penyebaran statigrafi batuan dalam skala yang cukup besar,

perlu dilakukan korelasi antar batuan , dimana korelasi tersebut bertujuan

menujukan bahwa horizon tertentu dalam suatu bagian geologi mewakili

lithologi ang sama dengan horizon lain pada beberapa bagian lain. Dalam

melakukan korelasi batuan tersebut ada hal-hal yang harus diperhatikan,

yaitu:

1) Harus menghubungkan batuan ng mempunya lithologi yang sama.

2) Dapat menggunakan tampilan dua dimensi.

3) Dapat melakukan korelasi 3 dimensi.

4) Menggunakan key bed (batuan yang mempunyai ketebalan tipis tapi

pelamparan horizontal cukup luas).

Page 66: laporan_geologi_fisik

66

4.2. Hasil Praktikum

1. Jenis Praktikum

Stratigrafi

2. Tujuan Praktikum

Dapat Mengenal Stratigrafi dan Penerapannya

3. Alat dan bahan yang digunakan

- Lembar korelasi batuan

- Pensil warna

- Drawing pen

- Pensil

- Penggaris

4. Kesimpulan

Stratigrafi merupakan ilmu yang mempelajari pemerian lapisan

batuan dalam kulit bumi. Dalam praktikum, praktikan dapat

menjelasankan gambar litologi dari batuan serta dapat mengetahui

simbol-simbol batuan dan simbol litologi yang digunakan dalam

pemerian batuan berdasarkan gambar resistensi batuan yang telah ada.

Sehingga praktikan juga dapat menjelaskan proses terjadinya atau

pembentukan batuan yang terdapat pada lembar gambar yang telah

diberikan.

Dalam praktikum yang telah praktikan laksanakan bahwa dalam

gambar dapat dianalisis proses yang terjadi pada gambar yang telah

diberikan yakni, terdapat ketidak selarasan Angular Unconformity antara

batu granit dan gabro, dan juga batuan mengalami intrusi yakni batu

granit dan gabro. Pada gambar terdapat batuan yang tua yakni breksi atas

dasar hukum superposisi.

Page 67: laporan_geologi_fisik

67

BAB VI

PENUTUP

6.1 KESIMPULAN

Peta topografi yaitu peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap

dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam peta

digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta

yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang

sama.

Penggambaran peta topografi meliputi: garis kontur, garis hachures,

pewarnaan, kombinasi dan bayangan.

Batuan baku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin

dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah

permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan

sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan

setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun

kerak bumi. yang terbentuk karena pendinginan dan pembekuan magma.

batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok

utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis)

yang terbentuk melalui tiga cara utama: pelapukan batuan lain

(clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik; dan

pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis batuan umum seperti batu

kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan endapan. Batuan

endapan meliputi 75% dari permukaan bumi.

Metamorforsa terjadi dalam suatu lingkungan yang sangat berbeda

dengan lingkungan dimana batuan asalnya terbentuk. Tipe-tipe

metamorfose meliputi, metamorfose kontak, dinamik, dan regional.

Page 68: laporan_geologi_fisik

68

Untuk tekstur yakni kristaloblastik dan palimsest, dan untuk Struktur

batuan metamorf adalah foliasi dan non-foliasi.

Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif

serta distribusi perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-

lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi. Dari hasil perbandingan

atau korelasi antarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut

studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi),

dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita

pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan.

6.2 SARAN

1. Diharapkan kedepannya asisten pembimbing dapat lebih menjelaskan

secara rinci mengenai batuan yang akan didiskripsikan, agar praktikan

tidak mengalami kesulitan pada saat praktikum pendiskripsian batuan.

Caranya seperti mengambil sampel salah satu batuan dan menjelaskan

kepada praktikan mengenai warna, struktur, tekstur, komposisi jenis dan

nama.

2. Diharapkan kedepannya untuk praktikum, sebelum dilaksanakan

praktikum diharapkan dilaksanakan matrikulasi lebih mendalami dengan

harapan memudahkan

Page 69: laporan_geologi_fisik

69

DAFTAR PUSTAKA

____. 2010. Ketidakselarasan http://www.toiki.or.id/2010/07/ketidakselarasan-

unconformity.html. diakses pada 13 Mei 2012.

Graha, Setia Doddy Ir. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung : Nova

Iskandar. GarisKontur.

http://www.crayonpedia.org/mw/Garis_Kontur,_Sifat_dan_Interpolasiny

a. diakses pada 13 Mei 2012.

Noor, Jauhari. 2012. Struktur Batuan Beku.

http://www.scribd.com/doc/57623968/6/Struktur-Batuan-Beku. diakses

pada 13 Mei 2012.

Suhardi, M.S. 1984. Geologi Teknik, Untuk Teknik Sipil. Yogyakarta : Biro

Penerbit UGM.

Tim penyusun. 2012. Buku Panduan Geologi Fisik. Palangka Raya.

Page 70: laporan_geologi_fisik

70