LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2....

50
LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PENELITI MUDA (LITMUD) UNPAD HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN TERHADAP KRITERIA SANKSI ORGANISASI DENGAN PERILAKU PRODUKTIF PETERNAK SAPI PERAH DI KOPERASI UNIT DESA MANDIRI KECAMATAN BAYOMBONG KABUPATEN GARUT (Kasus pada Koperasi Persusuan) Oleh : Ketua : Mochamad Ali Mauludin, S.Pt Anggota I : Ir. Lils Nurlina, M.Si Anggota II : Syahirul Alim, S.Pt Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Padjadjaran Tahun Anggaran 2007 Berdasarkan SPK No. 265/ J06.14/LP/PL/2007 Tanggal 3 April 2007 LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

Transcript of LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2....

Page 1: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

LAPORAN PENELITIANPENELITIAN PENELITI MUDA (LITMUD) UNPAD

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN TERHADAP KRITERIA SANKSI ORGANISASI DENGAN PERILAKU

PRODUKTIF PETERNAK SAPI PERAH DI KOPERASI UNIT DESA MANDIRI

KECAMATAN BAYOMBONG KABUPATEN GARUT (Kasus pada Koperasi Persusuan)

Oleh :Ketua : Mochamad Ali Mauludin, S.Pt

Anggota I : Ir. Lils Nurlina, M.SiAnggota II : Syahirul Alim, S.Pt

Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas PadjadjaranTahun Anggaran 2007

Berdasarkan SPK No. 265/ J06.14/LP/PL/2007Tanggal 3 April 2007

LEMBAGA PENELITIANUNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS PADJADJARAN

Page 2: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

NOVEMBER 2007

Page 3: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN TERHADAP KRITERIA SANKSI ORGANISASI DENGAN PERILAKU PRODUKTIF

PETERNAK SAPI PERAH DI KOPERASI UNIT DESA MANDIRI

KECAMATAN BAYOMBONG KABUPATEN GARUT (Kasus pada Koperasi Persusuan)

(M. Ali Mauludin, Lilis Nurlina, Syahirul Alim)

ABSTRAK

Penelitian ini telah dilaksanakan di Koperasi Unit Desa Mandiri Bayombong, Kecamatan Bayombong, Kabupaten Garut. Tujuan penelitian ini adalah untuk megetahui pemahaman peternak terhadap kriteria sanksi organisasi, perilaku produktif peternak, dan hubungan antara pemahaman terhadap kriteria sanksi organisasi dengan perilaku produktif peternak sapi perah.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metoda survai. Sampel (responden) dipilih secara bertingkat terhadap sapi perah anggota KUD mandiri bayombong, sebanyak 30 orang. Hasil penelitian menunjukan, bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pemahaman terhadap kriteria sanksi termasuk kategori cukup paham ( persen). Kategori cukup ideal ( persen). Berdasarkan analisis statistika korelasi rank spearman diketahui bahwa antara pemahaman terhadap kriteria sanksi organisasi dengan perilaku produktif peternak sapi perah, menunjukan adanya hubungan (rs = )

Kata kunci : Pemahaman terhadap kriteria sanksi organisasi, perilaku produktif

Page 4: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

ABSTRACT

THE RELATIONSHHIP UNDERSTANDING OF ORGANIZATIONAL SANCION CRITERIA WITH PRODUKTIVE BEHAVIOR OF DAIRY

CATTLE FARMER ( The case in milk cooperative)

(M. Ali Mauludin, Lilis Nurlina, Syahirul Alim)

The research was conducted at cooperative (KUD Bayombong), subdistrict Bayombong, Garut district. This research was aimed to know the relationship understanding of organizational sancion criteria with produktif behavior of dairy cattle farmer.

This research used the survay method 30 respondents were selected based on stratified random sampling. The result of the research showed that most of respondents have understanding of organizational sancion criteria is included category enough understand ( percent). Produktive behavior category is included ideal category enough ( percent). Pursuan to correlation statistic analysis of Rank Spearman known that there are the relationship (rs = )

Key words : Understanding of organizational sanction criteria, productive behavior.

Page 5: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat dan

karunianya sehingga laporan hasil penelitian ini dapat diselesaikan dengan judul

“Hubungan Antara Pemahaman Terhadap Kriteria Sanksi Organisasi dengan Perilaku

Produktif Peternak Sapi Perah di Koperasi Unit Desa Mandiri Kecamatan

Bayombong Kabupaten Garut“.

Pada penyususunan laporan ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang

dihadapi namun dengan izin Allah SWT pula. Kami dapat menyelesaikan laporan ini

karena dengan dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada:

1. Ketua Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran.

2. Dekan Fakultas Peternakan

3. Instansi Terkait

4. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya laporan penelitian ini.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam membuat laopran ini

namun segala kemampuan hanya milikNya, karenanya penulis mohon ampun atas

semua kekhilafan dan kelalaian. Akhirnya penulis berharap laporan ini bermanfaat

dari berbagai pihak yang memerlukan.

Bandung, 14 November 2007

Penulis,

Tim Pelaksana

Page 6: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

Abstrak ............................................................................................................. i

Abstract ............................................................................................................ ii

Kata Pengantar ................................................................................................. iii

Daftar Isi .......................................................................................................... iv

Daftar Ilustrasi ................................................................................................. vi

Daftar Lampiran …………………………………………………………….. vii

I PENDAHULUAN …………………………………………………...

1.1. Latar Belakang ………………………………………………….

1.2. Perumusan Masalah …………………………………………….

II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………….

2.1. Pengertian Koperasi…………………………………………….

2.2. ……………………………………

III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ……………………….

3.1. Tujuan Penelitian ………………………………………………

3.2. Manfaat Penelitian ……………………………………………..

IV METODE PENELITIAN …………………………………………..

4.1. Unit Analisis …………………………………………………...

4.2. Penentuan Informan ……………………………………………

4.3. Teknik dan Pengumpulan Data ………………………………...

4.4. Pola Sosial (Variabel Penelitian) ………………………………

4.5. Teknik Analisis Data …………………………………………..

V HASIL PEMBAHASAN …………………………………………..

5.1. Keadaan Umum daerah Penelitian ……………………………

5.1.1. Keadaan Fisik ……………………………………….

Page 7: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

5.1.2. Keadaan Sosial Ekonomi ……………………………

5.1.3. Keadaan Koperasi …………………………………..

5.2. Partisipasi Anggota …………………………………………...

5.3. Pola Kehidupan Kelembagaan Koperasi ……………………...

5.4. Perkembangan Kedinamisan Lembaga Koperasi ……………..

VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………………………….

6.1. Kesimpulan ……………………………………………………

6.2. Saran ………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..

LAMPIRAN

Page 8: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.

Page 9: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1.

Page 10: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Krisis moneter yang dialami bangsa Indonesia memberikan dampak

perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk sendi-sendi

kehidupan sektor ekonomi. Salah satu program pemerintah dalam menanggulangi

dampak krisis ekonomi dan kebijakan ekonomi dimasa yang akan datang yaitu

ditekankan kepada pemberdayaan ekonomi rakyat. Program ini bertujuan untuk

mengoptimalkan kekuatan serta potensi ekonomi yang ada dimasyarakat.

Dalam orde reformasi, pembangunan ekonomi tidak bisa mengandalkan pada

strategi pertumbuhan semata, karena kebijakan tersebut selain justru makin

memperlebar kesenjangan dalam masyarakat, karena tidak membangun lingkungan

bisnis yang bersahabat. Oleh karenanya kebijaksanaan pembngaunan ekonomi harus

dirubah, yaitu dengan mengembangkan ekonomi kerakyatan.

Salah satu komponen ekonomi kerakyatan yang strategis dalam ikut

membangun lingkungan bisnis yang bersahabat tersebut diantaranya adalah koperasi.

Kelembagaan Koperasi dirasakan merupakan salah satu sarana yang tepat untuk

mendukung program tersebut, oleh karena itu koperasi yang merupakan lembaga

ekonomi rakyat yang berwatak sosial harus makin berkembang dan diperkuat dalam

rangka menumbuhkan demokrasi ekonomi sebagai salah satu landasan terciptanya

masyarkat yang berkeadilan sosial.

Koperasi Unit Desa Mandiri Kecamatan Bayombong Kabupaten Garut

bergerak dalam bidang sapi perah (persusuan).mempunyai tujuan untuk

memasarkan dan memberikan jaminan pasar pada produksi susu anggota,

menyediakan sarana produksi peternakan, menyediakan sarana produksi

peternakan, menyediakan kebutuhan anggota dan memberikan dampak positif

terhadap perekonomian mayarakat pada umumnya.

Unit usaha produksi, pengolahan, dan pemasaran susu memiliki peranan yang

sangat penting. Karena mempunyai tanggung jawab untuk menjaga, memonitor

dan mengontrol kualitas susu agar dapat dipertahankan sesuai dengan kualitas susu

yang distandarkan. Baik buruknya kualitas susu merupakan indikator dan

Page 11: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

pengetahuan, keterampilan, dan kejujuran peternak dalam mengelola usaha

ternaknya.

Perilaku tidak jujur yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dengan

cara yang mudah harus segera dicegah. Pencegahan dapat dilakukan melalui

penerapan peraturan berupa sanksi. Sanksi ini dapat bersifat positif, yaiti berupa

bonus (reward) yang diberikan kepada peternak yang dapat meningkatkan kualitas

susunya terutama dari segi fat (lemak) dan SNF (bahan kering tanpa lemak) atau

bersifat (Punishment) yang diberikan kepada peternak yang tidak dapat

meningkatkan kualitas susunya atau yang terbukti melakukan pelanggaran-

pelanggaran, seperti melakukan pemalsuaan susu.

Perilaku produktif peternak sangat diperlukan bagi keberhasilan usaha

koperasi maupun usaha peternak pribadi, karena pengetahuan dan keterampilan

dari perternak saja tidak cukup untuk memperoleh keberhasilan, namun perlu

adanya kesadaran yang mengarah pada perilaku produktif. Perilaku produktif

merupakan lagkah nyata dalam melaksanakan usahanya. Berhasil tidaknya usaha

ternaknya, akan bergantung pada perilaku peternak. Keberhasilan usaha peternak

merupakan keberhasilan koperasi juga. Dengan demikian, perilaku produktif

peternak sangat diperlukan demi tercapainya tujuan baik tujuan pribadi peternak

maupun koperasi.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

sebagai berikut :

1. Sampai sejauh mana pemahaman peternak terhadap kriteria sanksi

organisasi

2. Sampai sejauh mana Perilaku produktif peternak sapi perah anggota KUD

Mandiri Kec. Bayombong Kab. Garut

3. Bagaimana hubungan antara pemahaman terhadap kriteria sanksi

organisasi dengan perilaku produktif peternak sapi perah anggota KUD

Mandiri Kec. Bayombong Kab. Garut

Page 12: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Koperasi

Menurut undang-undang Nomor 25 tahun 1992, dirumuskan bahwa koperasi

adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hokum koperasi

dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai

gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Sedangkan

menurut A. Chaniago (1984), Koperasi adalah suatu perkumpuan yang beranggotakan

orang-orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar

sebagai anggota, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk

mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.

Dacttcher sebagaimana yang dikutip oleh Imam Sudirman (1996) dalam

Muhardi (1997) memberikan pengertian bahwa, koperasi adalah organisasi yang

terdiri dari kelompok orang yang berusaha bersama-sama didalam bekerja terdapat

pembagian tugas individu maupun kelompok yang saling memotivasi. Menurut

Yuyun Wirasasmita (1995) yang dikutup oleh Muhardi (1997), makna koperasi dari

segi keberadaan dan operasionalny mengandung hakekat sebagai berikut :

1. Adanya kelompok orang-orang yang mengelola perusahaan atau rumah tangga

yang dipersatukan oleh paling sedikit satu atau beberapa kesamaan kebutuhan.

2. Kelompok itu mempunyai kesadaran bahwa pemecahan masalah yang

dihadapi masing-masing dapat dipecahkan dan dipenuhi dengan baik melalui

tindakan bersama.

3. Bahwa untuk memenuhi kebutuhan itu harus ada perusahaan/ unit usaha yang

didirikan secara permanen.

4. Bahwa hubungan antara koperasi dengan anggota bersifat promosional, yaitu

memajukan kesejahteraan aggota.

Melihat definisi tersebut, maka koperasi bukan merupakan perkumpulan

modal, akan tetapi persekutuan sosial, sukarela untuk menjadi anggota, netral

terhadap aliran dan agama dan tujuannya mempertinggi kesejahteraan jasmaniah

anggota-anggotanya dengan kerja sama secara kekeluargaan. Dengan demikian, maka

ukuran keberhasilan koperasi tidak semata-mata dengan ukuran efisiensi koperasi

Page 13: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

sebagai perusahaan, akan tetapi dengan ukuran efisiensi dalam rangka peningkatan

kesejahteraan anggota (Balitbang Koperasi, 1986). Berkaitan dengan itu, maka dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan anggota, koperasi dapat menerapkan sanksi

organisasi yang penjelasannya dapat dilihat pada uraian selanjutnya.

2.2 Pengertian Sanksi Organisasi

Menurut James Drever (1988), sanksi adalah dasar-dasar tindakan seseorang

individu; yang secara sosial merupakan alat yang dipakai untuk memaksa seseorang

individu melakukan tindakan sesuai dengan standar-standar sosial. A. Budihardjo

(1991) memberikan pengertian sanksi sebagai suatu tanggapan positif atau negatif

dari anggota kelompok sosial terhadap aktifitas atau perilaku pada bagian satu atau

lebih dari anggotanya. Pengertian tersebut dipertegas oleh Amin Widjaja Tunggal

(1997) dan Combie, dkk. (1984), bahwa sanksi positif (reward) dan sanksi negatif

(punishment) digunakan oleh kelompok untuk mendorong orang-orang agar

menyesuaikan diri dengan normanya, yang masing-masing untuk perilaku yang

menguntungkan yang sesuai dengan norma sosial dan untuk mengendalikan perilaku

yang menyimpang. Combie, dkk. (1984) lebih menjelaskan lagi, bahwa pelaksanaan

sanksi bukan hanya sebagai petunjuk pada penyesuaian tetang nilai tetapi pada

pengendalian sosial.

Pendapat Combie, dkk. (1984) sejalan dengan Roucek (1987, yang

menyatakan bahwa sanksi sebagai alat pengendalian sosial yang dapat memberi

petunjuk kepada seseorang apabila seseorang yang bertindak secara pribadi hampir-

hampir tidak berdaya dalam menghadapi masalah sosial. Artinya, bahwa dengan

sanksi seseorang akan selalu mengendalikan perilakunya sesuai dengan norma-norma

yang berlaku dan selain itu, seseorang akan terstimulus dengan adanya pemberian

sanksi berupa sanksi positif (reward) dan sanksi negatif (punishment).

2.2.1 Reward

Reward diartikan Kartini Kartono (1994), sebagai sarana obyektif yang

mampu memberikan kepuasan terhadap kebutuhan, dorongan atau keinginan

seseorang. Reward sebagai sanksi positif adalah hal-hal yang baik yang

menyenangkan yang diterima oleh seorang individu, atau terjadi pada dirinya sebagai

akibat dari kerjanya (Susan, 2002). Reward menurut Sawoto (1981) merupakan

Page 14: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

intensif materiil yang berbentuk uang yang dapat dibayarkan sebagai balas jasa atas

hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan; diberikan secara selektif dan khusus kepada

pekerja yang berhak menerimanya. Sedangkan menurut Amin Widjaja Tunggal

(1997), reward merupakan seluruh bagian organisasi yang terlibat dalam alokasi

kompensasi dan manfaat kepada seorang individu sebagai pertukaran untuk

kontribusi mereka terhadap organisasi. Miftah Thoha (1998), mengungkapkan bahwa

pelaksanaan pemberian dan administrasi dari reward dapat dinamakan penguatan

positif yang bertujuan untuk mempertahankan atau memperkuat suatu respons.

Pengertian tersebut sejalan dengan Najati (2000) yang menyatakan bahwa

reward memiliki posisi penting untuk memotivasi seseorang dalam melakukan

respons yang positif, selain itu, bisa membentuk etos kerja yang tinggi pada

kesempatan yang lain dan membuat dia senantiasa mengoreksi prokduktifitas

kerjanya. Dengan demikian, reward yang diberikan secara langsung bisa

memunculkan efek positif dalam menggugah seseorang untuk melakukan perilaku

yang lebih baik dari sebelumnya. Namun sebaliknya, apabila reward tidak diberikan

secara langsung, maka pengaruhnya untuk menggugah seseorang untuk melakukan

perilaku yang lebih baik semakin melemah. Akan tetapi tidak selamanya demikian,

reward yang diberikan beberapa waktu kemudian juga tetap saja berkesan dalam diri

penerimanya, sehingga tetap dapat merangsang seseorang agar tetap berperilaku lebih

baik.

Menurut Steers dan Porter (1987), reward terdiri dari dua jenis, yaitu yang

pertama intrinsic reward dalah bahwa individu mempersiapkan dirinya (seperti

perasaan untuk memperoleh prestasi) sebagai hasil dari melakukan beberapa

pekerjaan dan yang kedua extrinsic reward adalah reward yang diberikan kepada

seorang individu dari orang lain. Menurut Soetisna (2000), extrinsic reward dapat

memiliki pengaruh kuat dan cepat, akan tetapi tidak berlangsung lama. Sebaliknya,

intrinsic reward, yang sangat memperdulikan mutu kerja akan memiliki pengaruh

yang lama dan mendalam karena ia berasal dari dalam diri setiap individu dan tidak

dipaksakan dari pihak luar.

2.2.2 Punishment

Punishment atau sanksi negatif cenderung memperlemah tanggapan yang

segera mengikutinya, yaitu punishment dapat mencegah berulangnya perilaku.

Page 15: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

Punishment merupakan stimulus yang akan ditolak orang-orang apabila ada pilihan

antara punishment dengan tidak ada stimulus sama sekali (Solomon, 1964). Artinya

bahwa, seseorang akan menolak diberikannya punishment, karena tidak ada

rangsangan lain seperti reward, sehingga orang akan cenderung mengulang perilaku

buruknya pada waktu berikutnya. t Punishment menurut Amin Widjaja Tunggal

(1997), adalah suatu konsekuensi yang tidak menyenangkan bagi tanggapan perilaku

tertentu atau pengadaan konsekuensi yang tidak menyenangkan atas perilaku tertentu

karena melakukan perbuatan tertentu. Sedangkan menurut Widiyanti dan Anorogo

(1993) punishment merupakan intensif negatif sifatnya, jika intersif positif (reward)

sifatnya mendorong seseorang untuk menempuh arah yang diinginkan, maka intensif

negatif (punishment) diharapkan dapat mencegah seseorang menempuh jalan sesat.

Menurut Kazdin (1975) dalam Gibson, dkk (1994) punishment adalah

pemberian suatu kejadian (tindakan) yang tidak disukai atau penghapusan suatu

kejadian yang positif setelah adanya tanggapan yang mengurangi frekuensi tanggapan

sebelumnya. Thorndike (1983) dalam Gibson, dkk (1994) menyatakan bahwa

punishment memaksakan dampaknya atas perilaku dengan melemahkan hubungan

antara stimulus dan tanggapan (respons) serta punishment akan mengurangi

kecenderungan untuk mengulangi perilaku berikutnya, yaitu perilaku yang tidak

diinginkan organisasi.

Punishment menurut Arvey dan Ivancevich dalam Steers dan Porter (1987),

dalam suatu organisasi harus diterapkan secara layak dan lebih efektif dengan

memperhatikan masalah penentuan waktu (timing), intensitas (intensity), penjadwalan

(scheduling), kejelasan alasan (clarifying the reason), dan tidak bersifat pribadi

(impersonal). Dengan demikian, untuk mengefektifkan pelaksanaan punishment,

maka diperlukan suatu penyampaian yang efektif tentunya dengan komunikasi yang

efektif juga.

Tidak hanya punishment, pelaksanaan reward juga harus dilaksanakan

berdasarkan syarat-syarat tersebut diatas. Keberhasilan pelaksanaan reward dan

punishment tergantung kepada cara-cara penyampaiannya, yaitu melalui komunikasi.

Sejalan dengan Roucek (1987) yang menyatakan bahwa komunikasi merupakan salah

stu cara untuk dapat merubah suatu keadaan, karena komunikasi merupakan transmisi

stimulasi yang dapat memahami keadaan seseorang dan memberikan tekik atau

Page 16: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

pengalaman yang sama serta dapat mengembangkan pemahaman. Dengan demikian,

pelaksanaan sanksi (reward dan punishment) sebagai stimulus dapat berhasil, jika

cara penayampaian kepada anggota dilakukan dengan baik, sehingga mendapat

respons setelah melalui proses persepsi (kognisi), motivasi (afeksi) yang merupakan

pengejawatahan dari pemahaman, dan akhirnya akan memberikan perubahan perilaku

(respons) yang diharapkan, yaitu perilaku produktif (psikhomotorik).

2.3 Pengertian Pemahaman

Pengertian pemahaman menurut psikologi umum yang disitir Evana (1997)

merupakan suatu proses pengertian logis dengan aktifitas fikir dalam menerima

informasi yang dilakukan secara sadar, sengaja dan teliti melalui indera, setelah

terjadi pengubahan informasi menjadi simbol informasi atau gelombang listrik dalam

otak selanjutnya simbol tersebut akan disimpan di dalam memori (sistem pengolahan

informasi dalam otak) dalam jangka yang panjang atau permanen sewaktu-waktu siap

untuk dipanggil kembali. Pemahaman menurut Nana Sudjana (1995), merupakan

kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep, dimana diperlukan adanya

hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang terkandung dalam konsep

tersebut, pemahaman seseorang terhadap orang lain, situasi atau objek lain atau hasil

dari proses pembelajaran (learning proses).

2.3.1 Aspek Kognitif

Aspek kognitif merupakan respon perseptual dan pernyataan mengenai apa

yang diyakini. Persepsi menurut Miftah Thoha (1998) pada hakikatnya adalah proses

kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang

lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan

penciuman sedangkan menurut Siagian (1995) yang diamaksud dengan persepsi

adalah berupa apa yang ingin dilihat seseorang belum tentu sama dengan faktor yang

sebenarnya. Keinginan seseorang itulah yang menyebabkan mengapa dua orang yang

melihat atau mengalami hal yang sama memberikan interpretasi yang berbeda tentang

apa yang dilihat atau dialaminya.

Menurut Shaleh dan Whab (2004) persepsi didefinsikan sebagai proses yang

menggabungkan dan mengorgansasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk

Page 17: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita,

termasuk sadar akan diri kita sendiri. Definisi lain menyebutkan bahwa persepsi

adalah kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian

terhadap satu obyek rangsang. Dalam proses pengelompokkan dan membedakan ini

persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu

peristiwa atau obyek.

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu diri orang

yang bersangkutan (sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapannya),

sasaran persepsi tersebut mungkn berupa orang, benda atau peristiwa, dan faktor

situasi. Sedangkan menurut Ibid dalam Miftah Thoha (1998)nfaktor-faktor yang

mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang, yaitu keadaan psikologi, famili,

dan kebudayaan.

2.3.2 Aspek Afeksi

Aspek afeksi merupakan respon syaraf simpatetik dan pernyataan afeksi

yang dapat menimbulkan motivasi. Najati (1997), mendefinisikan motivasi sebagai

kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan

menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu. Motivasi

dapat terjadi melalui proses kognitif maupun proses afeksi (Newcomb, dkk., 1981).

Sedangkan menurut Berelson dan Steiner dalam Moekijat (1984), motivasi adalah

suatu istilah umum yang dipergunakan untuk keseluruhan golongan dorongan,

keinginan, kebutuhan, harapan dan kekuatan-kekuatan yang serupa. Menurut Siagian

(1995), motivasi adalah daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi

yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya,

dalam artian bahwa tercapainya tujuan organisasi berarti tercapai pula tujuan pribadi

para anggota organisasi yang bersangkutan.

Pada proses afektif, seseorang akan menilai bagaimana menyikapi stimulus.

Proses afektif dapat memberikan konsekuensi berupa sikap atau perasaan. Sikap atau

perasaan antara lain meliputi perasaan senang atau tidak senang, baik atau buruk,

benci atau cinta.

2.4 Aspek Psikhomotorik

Page 18: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

Aspek psikhomotorik merupak respon berupa tindakan dan pernyataan

mengenai perilaku. Perilaku merupakan salah satu aspek dari sikap seseorang yang

berkaitan dengan proses interaksi sosial antara dirinya dengan sesamanya, sehingga

perilaku tersebut cenderung mengarah dan berhubungan dengan individu lainnya.

Perilaku menurut Lewin (1951) dalam Saifuddin Azwar (2002), adalah sebagai fungsi

dari interaksi antara person atau individu dengan lingkungannya.

Individu membawa ke dalam tatanan organisasi dengan kemampuannya,

kepercayaan pribadi pengharapan kebutuhan, dan pengalaman masa lalunya. Ini

semuanya adalah karakteristik yang dipunyai individu, dan karakteristik ini akan

dibawa olehnya manakala ia akan memasuki sesuatu lingkungan baru, yakni

organisasi atau lainnya yang mempunyai karakteristik pula yang diwujudkan dalam

susunan hirarki, pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang dan tangggung jawab,

sistem reward, sistem pengendalian, dan lain sebagainya. Jikalau karakteristik

individu berinteraksi dengan karakteristik organisasi, maka akan terbentuk perilaku

individu dalam organisasi (Miftah Thoha, 1998).

Berkaitan dengan perilaku berorganisasi, Siagian (1993), menyatakan bahwa

perilaku dibentuk oleh watak, temperamen, ciri-ciri, pembawaan, keinginan, dan

harapan seorang anggota yang arahannya ke dalam organisasi. Perilaku tersebut pada

mulanya berorientasi pada diri sendiri, akan tetapi orientasi demikian akan tumbuh

dan berkembang secara terkendalian, artinya diarahkan pada orientasi kelompok.

Perilaku adalah sesuatu yang dilakukan seseorang seperti berbicara, berfikir

dan sebagainya. Menurut Gibson, dkk. (1994) perilaku itu tidak hanya terdiri dari

tindakan-tindakan yang terbuka saja, melainkan juga termasuk faktor internal, seperti

berfikir, emosi, persepsi, dan kebutuhan.

Koentrajaningrat (1994), menyatakan bahwa suatu bangsa yang hendak

megintensifkan usaha untuk pembangunan harus berusaha agar banyak dari warganya

lebih menilai tinggi orientasi ke masa depan, dan bersikap hemat untuk bisa lebih

teliti memperhitungkan hidupnya di masa depan, lebih menilai tinggi hasrat

eksplorasi untuk mempertinggi kapasitas berinovasi, lebih menilai tinggi orientasi ke

arah achievement dari karya, dan akhirnya menilai tinggi mentalitas berusaha agar

kemampuan sendiri, percaya kepada diri sendiri, berdisiplin murni dan berani

bertanggung jawab sendiri. Menurut Mosher (1966) ada tiga kebiasaan yang sangat

Page 19: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

penting bagi pembangunan pertanian, pertama kebiasaan melakukan pengukuran,

kedua selalu bertanya mengapa dan ketiga kebiasaan untuk terus mencari alternatif-

alternatif lain.

Beberapa perilaku produktif yang diperlukan agar dapat mencapai

keberhasilan adalah (1) perilaku menilai tinggi mutu yang selanjutnya dapat

mencegah timbulnya perilaku suka menerabas; (2) perilaku inovatif; (3) percaya pada

kemampuan sendiri; (4) disiplin dan tanggung jawab (disarikan dari Koentjaraningrat,

1994).

Page 20: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

(1) Mengetahui tingkat pemahaman peternak terhadap kriteria sanksi

organisasi

(2) Mengetahui tingkat Perilaku produktif peternak sapi perah anggota KUD

Mandiri Kec. Bayombong Kab. Garut

(3) Ada tidaknya hubungan antara kriteria sanksi organisasi dengan perilaku

produktif peternak sapi perah anggota KUD Mandiri Kec. Bayombong Kab.

Garut

3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat :

(1) menjadi suatu bahan pertimbangan bagi pengurus koperasi dalam memutuskan

suatu kebijakan khususnya dalam menerapkan sanksi organisasi.

(2) Dari segi praktis memberi masukan bagi instansi-instansi pemerintah yang

terkait dengan pengembangan koperasi.

(3) Memberi masukan kepada kelembagaan terkait guna berperan dalam kegiatan

pembangunan pertanian/ peternakan

Page 21: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

IVMETODE PENELITIAN

4.1. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

survai yang bersifat deskriptif.

4.2. Unit Analisis dan sampel responden

Unit analisis atau objek dari penelitian ini adalah koperasi yang bergerak di

bidang persusuan, yang ditentukan secara purposif. Koperasi yang dipilih adalah

Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Kecamatan Bayombong Kabupaten Garut.

Dipilhnya KUD tersebut, karena lokasi relatif mudah dijangkau, dan perkembangan

organisasinya cukup baik.

Penentuan responden dilakukan dengan teknik stratifikasi random sampling

sebanyak 30 orang dari 150 peternak anggota yang aktif. Siegel (1994) berpendapat

mengemukakan bahwa uji korelasi rank Spearman, maka jumlah sampel yang diambil

boleh 4 sampai 30 atau lebih.

4.3. Operasionalisasi Variabel

Variabel yang ditelaah meliputi pemahaman terhadap kriteria sanksi organisasi

dan perilaku produktif.

Variabel pemahaman terhadap kriteria sanksi organisasi dapat diukur berdaskan

aspek kognitif dan aspek afektif terhadap kriteria sanksi (reward dan punisment).

1. Apek kognitif terhadap indikator kriteria sanksi

organisasi (reward dan punisment). A. Reward diartikan sebagai sarana obyektif

yang mampu memberikan kepuasan terhadap kebutuhan, dorongan atau keinginan

seseorang. B. Punishment adalah pemberian suatu kejadian negatif (tindakan)

yang tidak disukai atau penghapusan suatu kejadian negatif secara adanya

tanggapan yang mengeurangi frekuensi tanggapan sebelumnya.

2. Aspek Afektif terhadap kriteria sanksi Organisasi.

Aspek afektif merupakan aspek sikap yang menyatakan setuju, cukup setuju, atau

kurang setuju terhadap suatu pernyataan. Yang menjadi indikatir dalam

pengukuran aspek afektif adalah responn sikap responden.

Page 22: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

Variabel perilaku produktif dapat diukur dengan :

1. Menilai tinggi mutu/ kulalitas

dan tidak suka menerabas

2. Perilaku inovatif (Langkah

mendapatkan informasi, Frekuensi mendapatkan informasi, Menerapkan

informasi)

3. Percaya kepada kemampuan

sendiri diukur pada kemampuan peternak dalam menghadapi masal.

4. Disiplin dan tangung jawab

4.4. Cara Pengukuran dan Model Analisis

Cara pengukuran untuk masing-masing indikator variabel dilakukan dengan skala

ordinal. Model analisis yang digunakan untuk mengukr keeratan hubungan variabel

adalah analisis korelasi peringkat Spearman, dengan rumus :

Keterangan :

rs = koefisien korelasi peringkat spearman

di = perbandingan peringkat

N = banyaknya subjek

Interpretasi derajat hubungan selain diuji oleh taraf signifikansi, juga oleh

interpretasi Guilford (1926) yang diikuti oleh Rahmat (1986), yaitu bila :

rs = kurang dari 0,20 : hubungan rendah sekali

rs = 0,20 – 0,40 : hubungan rendah tapi pasti

rs = 0,40 – 0,70 : hubungan cukup kuat

Page 23: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

rs = 0,70 – 0,90 : hubungan kuat

rs = lebih dari 0,90 : hubungan sangat kuat

Page 24: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

VHASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Keadaaan Umum Daerah Penelitian

5.1.1. Keadaan Fisik

Batas-batas wilayah kerja KUD Mandiri Bayongbong meliputi dua

Kecamatan, yaitu kecamatan Bayongbongg dan Cigedug. Bayongbong ini terletak ±

13 km dari kota Garut dengan luas areal 3.445,25 hektar dengan bentuk wilayah

berbukit-bukit dan pegunungan. Daerah bayongbong ini terletak pada ketinggian 700

sampai dengan 1200 m dari permukaa laut dengan temperatur rata-rata per harinya

25-30 °C serta dengan curah hujan rata-rata 1.250 mm/hari.

Kecamatan Bayongbong mencakaup 17 desa yaitu; Desa Bayongbong, Ciela,

Mulyasari, Panembong, Mekarjaya, Sukarame, Hegarmanah, Simagalih, Salakuray,

Banjarsari, Cinisti, Pamalayan, Ciburuy, Cikedokan, Sukasenang, Karyajaya dan

Mekarsari. Sedangkan di kecamatan Cigedug mencakup 5 desa terdiri dari : Desa

Sindangsari, Cintanagara, Cigedug, Sukahurip dan Barusuda.

Kecamatan Cigedug terletak ± 26 km dari kota garut dengan luas areal

3.455,25 hektar dengan bentuk wilayah berbukit-bukit dan pegunungan. Daerah

Cigedug ini terletak pada ketinggian 700 sampai dengan 1200 m dari permukaan laut

dengan temperatur rata-rata perharinya 25-30°C serta dengan curah hujan rata-rata

1.250 mm/ hari. Keadaan tanah yang subur, cuaca yang sejuk dan curah hujan yang

cukup tinggi merupakan faktor utama yang menunjang keberhasilan daerah

Bayongbong dan Cigedug ini disektor pertanian, dimana daerah ini cocok sekali

untuk Unit Usaha Peternakan Sapi Perah. Hal ini dibuktikan dengan adanya

peningkatan terhadap jumlah peternak sapi perah, jumlah populasi sapi perah serta

produksi susu dari tahun ke tahun.

5.1.2. Keadaan Sosial Ekonomi

Kecamatan Bayombong merupakan daerah agraris dengan pola tanaman

terdiri dari pertanian sawah hujan dan perkebunan palawija. Kondisi ini tampak pula

dalam jenis mata pencaharian penduduk yang umumnya bekerja di bidang pertanian

dengan komposisi : petani pemilik tanah 2254 Orang (15.5 %), petani penggarap

tanah 1237 orang ( 8.5 % ), buruh tani 9335 Orang (64.2 %), pengusaha sedang /

Page 25: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

besar 97 orang (0.67 %), pengrajin / indrustri kecil 895 orang (6.15 %), buruh

Indrustri 732 orang (5.03 %) sisanya adalah sebagai buruh diluar tani, PNS/ TNI,

pensiunan dan pegawai swasta.

Adapun tataguna lahan di Kecamatan Bayombong digambarkan pada tabel berikut.

No Penggunaan Lahan Luas (ha) Luas (%)1 Tanah Sawah 11276 73.332 Tadah hujan / sawah rendengan 30 0.203 Tanah Kering 2004 13.034 Pekarangan / bangunan 366 2.385 Tegal / Kebun 639 4.166 Balong / empang 40 0.267 Tanah Hutan 1022 6.65

    15377 100Tabel 1. Tataguna lahan di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang.

Sumber : Monografi Kecamatan Bayombong

Kondisi basis ekologi yang terdiri dari sawah, lahan kering, hutan dan

perkebunan mempunyai implikasi terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakatnya,

sehingga kehidupan sosial ekonomi masyarakat lebih banyak mengandalkan pada

potensi lingkungan alamiahnya. Pola kehidupan sosial masyarakat bercorak

kehidupan pedesaan dengan nilai-nilai sosial yang bercorak tradisional agamis dan

kehidupan ekonomi yang bercorak ekonomi produksi pertanian. Oleh karena itu salah

satu ekonomi yang bercorak yang berkembang disana adalah hasil produksi

peternakan sapi perah.

Kegiatan ekonomi pedesaan yang berbasis pada produksi sapi perah ditunjang

oleh kelembagaan ekonomi yang memperkuat kegiatan usaha masyarakat peternak

dengan KUD yang mengfasilitasi dan mengembangkan usaha ternak sapi perah untuk

seluruh Kecamatan wilayah Bayombong. Potensi peternakan di wilayah Bayombong

cukup besar, hal tersebut tampak pada populasi dan jenis ternak yang berkembang

terdiri dari sapi perah (2752 ekor), domba (7335 ekor), kambing (513 Ekor), kerbau

(67 ekor), ayam (3652 ekor), dan itik (7451 ekor) serta ternak lainnya. Khusus untuk

peternak sapi perah, kegiatan ekonomi serta kebutuhan hidup terangkat oleh koperasi

sapi perah.

Page 26: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

Dinamika ekonomi pedesaan masyarakat Tanjungsari berkembang positif,

indikasi nampaknya pada tingkat pendidikan penduduk yang sudah mencapai tingkat

SLTA (6.4 %), SLTP (15.3 %) dan SD (78.3 %). Namun masih banyak penduduk

yang tidak dapat melanjutkan pendidikan.

5.2. Keadaan Umum KUD Mandiri Bayongbong

1. Nama koperasi : KUD Mandiri Bayongyong

2. Alamat : Jalan Raya Timur Bayongyong Km. 11

3. Badan hokum : No. 5948 A / BH/ KWK-10/ 14

4. SPKM : No. 343/ DK/ KPTS/ A-VIII/ 80/ I

5. SIUP : No. 026/ 026/ E/ PK 10-2/ NAS

6. Tanggal Pendirian : 24 Desember 1973

KUD Mandiri Bayongbong didirikan pada tanggal 24 Desember 1973 dengan

modal sendiri sebesar Rp. 38.0000,00 (Profil KUD Mandiri Bayongbong) dimana

pada awal pendiriannya terdiri dari 38 orang anggota. Pada tanggal 14 April 1974

memperoleh Badan Hukum No. 5984/ BH/ PAD/ PWK-10/ IV/ 1996. Pada tahun

1974 KUD Bayongbong mendapatkan suntikan dana dari pemerintah sebesar Rp.

500.000,00. Bidang usaha yang dikelola pada saat itu hanya bergerak disektor

pangan, baru kemudian pada tahun 1975 unit usaha ditambah meliputi unit pupuk dan

Kredit Candak Kulak (KCK). Pada tahun 1977 pihak KUD mengadakan kerja sama

dengan Yayasan Budi Harapan untuk mendapatkan Rice Milling Unit (RMU). Pada

tahun 1979 diadakan lagi penambahan unit usaha meliputi sektor pangan, pupuk,

KCK, simpan pinjam dan RMU.

Pada tahun 1981 Sapi Perah gelombang pertama datang sebanyak 950 ekor

untuk dikreditkan kepada anggota. Tahun 1981-1984 hasil produksi susu belum bisa

ditampung dan dipasrkan oleh KUD Bayongbong, masing-masing anggota

menyetorkan hasil produksinya ke KUD Cikajang. Pada tahun 1989 KUD

Bayongbong tercatat sebagai KUD mandiri pertama di Jawa Barat.

Periode 1973 sampai dengan 1984 merupakan kondisi yang masih labil bagi

KUD Bayongbong dimana untuk mencari karyawan sangat sulit apalagi yang mau

menjadi pengurus, sehingga pengurus mengadakan rapat khusus dengan hasil

Page 27: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

keputusan bahwa masibg-masing pengurus minimal satu anak atau keluarganya

masuk menjadi karyawan KUD.

Ditambah lagi dengan banyaknya masalah-masalah yang hampir

menghancurkan KUD Bayongbong antar lain adanya kredit macet yang sulit untuk

ditagih kembali, sebagian tokoh masyarakat ada yang tidak senang dengan

kedatangan sapi untuk anggota KUD Bayongbong (alasannya dulu pemerintah pada

tahun 1961 pernah membantu masyarakat dengan mendatangkan sapi perah denagn

sistem pulang) serta adanya tantangan dan rongrongan dari pihak ketiga yang tidak

senang dengan kemajuan KUD Bayongbong.

Berkat kerjasama dan keyakinan yang kuat dari para pengurus, pengelola, dan

anggota, KUD Bayongbong telah mampu menjelmamenjadi KUD yang tangguh,

terbukti dengan predikat yang disandangnya dari pemerintah sebagai KUD Terbaik

Tingkat Kabupaten-Priangan Jawa Barat dan sebagai KUD Teladan Utama Tingkat

Nasional yang kelima kalinya berturut-turut, serta dibalik itu semua yang paling

utama adalah mensejahterakan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Secara keorganisasian KUD Mandiri Bayombong terdiri atas pengurus,

Badang Pemeriksa, dan Manajer. Pengurus terdiri atas seorang ketua, sekretaris, dan

seorang bendahara. Unit usaha yang ada si Kud Mandiri Bayombong terdiri atas :

1. Unit Usaha Sapi Perah

Unit usaha ini merupakan primadona dalam kegiatan koperasi, sehingga

memerlukan penanganan yang serius untuk memperoleh hasil yang maksimal. Unit

ini memberikan pelayanan kepada peternak anggota KUD antara lain pelayanan

kredit sapi perah, penampungan dan pemasaran susu menyalurkan bahan makanan

ternak berupa konsentrat, penyediaan sapronak, serta memberikan pelayanan

kesehatan ternak dan inseminasi buatan (IB).

2. Unit Usaha Simpan Pinjam

Unit usaha ini bergerak dalam bidang simpan pinjam bagi KUD Mandiri

Bayombong Kabupaten Garut.

3. Unit Usaha Pelayanan Listrik

Unit ini adalah salah satu program pemerintah yang bekerjasama dengan PLN,

dalam kerjasama ini meliputi kegiatan pencatatan meter, penerimaan pembayaran

listrik, pemeliharaan jaringan dan gardu serta mengatasi gangguan kecil.

Page 28: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

4. Unit Usaha Makanan ternak

Unit usaha ini bergerak dalam pemenuhan makanan ternak bagi anggota

peternak KUD Mandiri Bayombong, penyaluran makanan ternak kepada anggota

berdasarkan permintaan kebutuhan dari masing-masing kelompok. Pembayaran

dilakukan secara kredit, dengan memotong langsung dari setoran susu tiap harinya.

5. Unit Usaha Kiostel

Unit usaha ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan anggota dan masyarakat

akan komunikasi melalui telepon. Jumlah telepon yang tersedia baru satu itu

dipergunakan untuk interlokal.

6. Unit Usaha Waserda

Unit usaha ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan para anggota dan

masyarakat lainnya, terutama pangan dan kebutuhan pokok yang lain. Sistem

pembelian untuk anggota dapat dilakukan dengan kredit, tapi ini tidak berlaku

untukyang bukan anggota.

5.3. Identitas Responden

5.3.1. Umur Respoden

Keadaan umur responden peternak sapi perah anggota KUD Mandiri

Bayombong berkisar antara 19 tahun sampai dengan 58 tahun. Keadaan umur

responden dapat dilihat pada tabel berikut :

No Golongan Umur Jumlah Responden(tahun) …Orang… …%...

1 19 – 25 2 6.672 25 – 40 11 36.673 40 – 45 5 16.674 46 – 50 9 30.005 Lebih dari 50 3 10.00

   Jumlah 30 100.00Tabel 2. Keadaan Umur Responden Peternak Sapi Perah KUD Mandiri Bayombong.

Berdasarkan tabel 2. sebagian besar responden berada pada golongan umur 19

-50 tahun, hal ini menunjukan bahwa golongan umur tersebut merupakan golongan

umur yang mudah menerima segala imformasi baru yang menunjang keberhasilan

usahanya, sehingga diharapkan tingkat kinerja peternak dalam menjalankan usahanya

berjalan dengan baik, meskipun demikian, tidak semua golongan umur tersebut dapat

dengan mudah menerima informasi, karena golongan umur tersebut dapat

Page 29: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

digolongkan menjadi : golongan pelopor (usia kurang dari 25 tahun) golongan ini

yang paling pertama dan berani untuk mencoba inovasi tanpa mempertimbangkan

kerugian-kerugiannya, golongan pengeterap dini (usia antara 24 – 40 tahun) golongan

ini adalah golongan muda yang masih mempertimbangkan untung rugi dari suatu

inovasi, golongan pengeterap awal (usia antara 41 – 45 tahun) golongan ini lebih

moderat dalam penerimaan inovasi, sangat hati-hati dan waspada, dan yang terakhir

golongan pengeterap akhir (usia antara 46 – 50 tahun) golongan ini merupakan

golongan penerima inovasi lambat, bersikap skeptis dan lambat mengadoptir,

meskipun mempunyai kemampuan dikutif dari Wiriaatmadja (1978).

5.3.2. Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden bervariasi dari Sekolah Dasar (SD) sampai

lulusan SLTA, keadaan tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel berikut.

No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden…Orang… …%...

1 SD (Tidak Tamat) 0 0.002 SD (Tamat) 18 60.003 SLTP (Tidak Tamat) 2 6.674 SLTP (Tamat) 5 16.675 SLTA (Tidak Tamat) 1 3.336 SLTA (Tamat) 4 13.33

   Jumlah 30 100.00Tabel 3. Keadaan Tingkat Pendidikan Responden Peternak Sapi Perah KUD Mandiri

Bayombong.

Berdasarkan data pada tabel 3 kondisi pendidikan anggota peternak sapi perah

tergolong kurang ini terlihat jumlah persentase tertinggi yaitu 60 % pada lulusan SD,

keadaan tersebut terjadi karena kondisi sosial budaya masyarakat setempat yang

kurang mementingkan masalah pendidikan formal mereka memilih menjadi peternak

untuk melanjutkan usaha orang tuanya, sehingga kualitas sumber daya manusianya

masih tergolong rendah. Hal tersebut sejalan dengan Siagian (1993), yang

menyatakan pendidikan dapat membentuk watak dan kepribadian seseorang yang

antara lain dalam hal mengembangkan kemampuan berfikir secara rasional,

mengembangkan kepekaan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di

masyarakat, menumbuhkan dan menegmbangkan nilai-nilai etika, dan mewujudkan

kemampuan untuk mampu ”mandiri”.

Page 30: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

5.3.3. Pengalaman Beternak dan Jumlah Pemilikan Ternak

Pengalaman beternak merupakan faktor penentu berhasilnya usaha, karena

dengan pengalaman seseorang akan belajar dari semua peristiwa-peristiwa yang

dilaluinya dalam perjalan hidupnya. Pengalaman responden dalam beternak dilihat

pada tabel berikut :

No Pengalaman Beternak Jumlah Responden(tahun) …Orang… …%...

1 Kurang dari 10 5 16.672 10 sampai dengan 25 19 63.333 Lebih dari 25 6 20.00

  Jumlah 30 100.00Tabel 4. Pengalaman Beternak Responden Peternak Sapi Perah KUD Mandiri

Bayombong.

Pengalaman dan pendidikan (formal dan non formal) sama-sama memberikan

pengaruh dalam pembentukan perilaku peternak. Akan tetapi, pengalaman dan

penddikan tidak diijadikan indikasi utama di dalam kebrhasilan usaha ternak

walaupun dalam hal tertentu pengalaman menjadi bekal peternak mengatasi kesulitan

yang biasa terjadi dalam usaha ternaknya. Pada tabel 4 terlihat sebagian besar

rersponden berpengalaman beternak sekitar 10 sampai dengan 25 tahun, namun

lamanya usaha ternak tidak berjalan selaras dengan meningkatnya skala usaha.

Kendala yang dihadapi oleh responden, yaitu menurunnya kemampuan fisik,

kurannya motivasi dalam mengembangkan usahanya, kurang minatnya mengikuti

penyuluhan-penyuluhan serta jumlah modal yang tidak memadai untuk

mengembankan usaha ternaknya.

Populasi ternak dapat mempengaruhi besarnya penghasilan dan kelangsungan

usaha ternak. Rata-rata pemilikan ternak dapat dilihat pada tabel berikut :

No Jumlah Pemilikan Sapi Produktif Jumlah Responden(Ekor) …Orang… …%...

1 1 sampai dengan 3 17 56.672 4 sampai dengan 7 9 30.003 Lebih dari 7 4 13.33

  Jumlah 30 100.00Berdasarkan tabel 4. jumlah pemilikan sapi produktif sebagian besar 56.67 %

responden tergolong skala kecil, yaitu berkisar 1 sampai dengan 3 ekor sapi perah

Page 31: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

produktif. Penggolongan skala usaha tersebut didasarkan pada pendapat Tim Peneliti

Fakultas Peternakan Unpad (1983), bahwa skala usaha kecil, apabila jumlah

pemilikan ternak 1 – 3 ekor, skala usaha sedang, apabila jumlah pemilikan ternak 4 –

7 ekor, dan skala usaha besar, apabila jumlah pemilikan ternak lebih dari 7 ekor.

Sedikit atau banyak jumlah kepemilikan ternak sapi perah akan tidak menguntungkan

apabila tidak ditunjang oleh kemampuan peternak baik keahlian dalam menerapkan

prinsip-prinsip beternak maupun modal.

5.4. Kriteria Sanksi Organisasi

Kriteria sanksi organisasi yang diterapkan oleh KUD Mandiri berupa sanksi

positif (reward) dan sanksi negatif (punishment). Sanksi tersebut diterpakan untuk

mengendalikan perilaku produktif anggota koperasi, supaya dapat mempertahankan

dan meningkatkan kualitas susu dari sapi yang dipeliharanya sesuai yang

distandarkan oleh koperasi, tanpa harus melakukan kecurangan-kecurangan seperti

penambahan bahan-bahan lain maupun penggodokan. Reward diberikan kepada

anggota yang dapat meningkatkan kualitas susu terutama dari segi fat dan SNF,

sedangkan punishment diberikan kepada anggota yang tidak dapat menigkatkan

kualitas susu dari yang telah distandarkan berupa pemotongan harga.

Anggota kelompok yang melakukan pelanggaran, seperti melakaukan

kecurangan di dalam meningkatkan kulaitas susu, baik melalui penambahan kuantitas

susu atau penambahan bahan-bahan lain maupun melalui penggodokan diberikan

punishment berupa teguran, dan jika anggota masih berbuat demikian maka diberikan

surat peringatan yang ditoleransi sebanyak 3 kali, jika dalam jangka waktu tersebut

masih melakukan pelanggaran-pelanggaran, maka anggota akan dikenakan

punishment yang lebih berat, yaitu dikeluarkan keanggotaan sebagai anggota

kelompok Koperasi Unit Desa Mandiri Bayombong.

5.5. Pemahaman Responden terhadap Kriteria Sanksi Organisasi

Pemahaman responden terhadap kriteria sanksi organisasi dinilai berdasarkan

2 (dua) aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Pada aspek kognitif meliputi

aspek persepsi mereka terhadap kriteria sanksi organisasi, yaitu persepsi responden

terhadap kriteria reward dan punishment, sedangkan pada aspek afektif adalah

Page 32: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

menunjukan rasa setuju, ragu-ragu, dan kurang setuju terhadap kriteria sanksi

organisasi. Gambaran pemahaman responden terhadap kriteria sanksi organisasi dapat

dilihat pada tabel berikut :

No Kategori Jumlah …Orang… …%...

1 Paham 7 23.332 Cukup Paham 18 60.003 Kurang Paham 5 16.67

  Jumlah 30 100.00

Tabel 5. Tingkat Pemahaman Responden terhadap Sanksi Organisasi

Page 33: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

NO INDIKATOR KRITERIA PEMAHAMAN    PAHAM CUKUP PAHAM KURANG PAHAM

…orang… …orang… …orang…1 Umur (tahun)

a. kurang dari 25 1 2 2b. 25 - 40 0 9 3c. 41 - 45 1 2 0d. 46 - 50 3 2 0e. lebih dari 50 2 3 0

  Jumlah 7 18 52 Tingkat Pendidikan

a. T.T SD 0 0 0b. SD 2 12 4c. T.T. SLTP 0 1 1d. SLTP 2 3 0e. T.T. SLTA 0 1 0f. SLTA 3 1 0

  Jumlah 7 18 53 Pengalaman (tahun)

a. < 10 2 2 1b. 10 - 25 3 13 3c. > 25 2 3 1

  Jumlah 7 18 54 Kepemilikan ternak (ekor)

a. 1 - 3 1 13 3b. 4 – 6 4 3 2c. > 6 2 2 0

  Jumlah 7 18 5

Page 34: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

VIKESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat pemahaman responden terhadap criteria sanksi organisasi tergolong

cukup paham terdapat persen responden, tergolong cukup paham persen,

dan tergolong kurang paham persen.

2. Kategori perilaku produktif yang tergolong ideal terdapat pada persen

responden, tergolong cukup ideal persen, dan tergolong kurang ideal

persen.

3. Hubungan antara pemahaman terhadap kriteria sanksi organisasi dengan

perilaku produktif peternak sapi perah menunjukan hubungan yang cukup

signifikan dengan koefisien korelasi yang apabila diinterpretasikan ke dalam

aturan guilford (1956) termasuk moderat atau longgar.

6.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah :

Dalam hal penerapan aturan dan sangsi yang masih tergolong rendah, maka

koperasi perlu untuk meningkatkan lagi, khusunya penerapan pada sangsi positif

maupun negatif, sosialisasi mengenai syarat, mekanisme maupun pelaksanaan sanksi

agar lebih diefektifkan, supaya anggota lebih memahami dasar dan pelaksanaan

sanksi, dan perlu adanya revitaslisasi kelompok, serta untuk mengetahui lebih

mendalam mengenai pelaksanaan sanksi organisasi dan hubungannya, maka

diperlukan penelitian lanjutan.

Page 35: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

DAFTAR PUSTAKA

Arnold, 1972, Encyclopedia of Psychology. Holt. Innc. Newyork

Azwar, S. 1997. Sikap Manusia; Teori dan Pengukurannya. Ed. Ke-2 cet. Ke-2.

Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Bryant dan White, 1987, Manajemen Pembangunan, LP3 ES

Combie, N. A. , Stephend H. and B. S. Turner. 1984. The Penguin Dictionary of

Sociology. Penguin Reference Penguin Books. Great Britain by Richard Clay

(The Chaucher Press) Ltd. Bujay, Suffolk.

Irawan Soehartono. 2002. Metode Penelitian Sosial. Cet. Ke-5. remaja Rosdakarya.

Bandung.

Kartono, K. 1994. Psikologi Sosial Untuk Manajemen Perusahaan dan Indrustri.

Rjagrafindo Persada. Jakarta.

Korten, David, 1984. Pembangunan Yang Memihak Rakyat. LSP Jakarta

Mohamad Hatta, 1954, Kumpulan Karangan. Penerbit Balai Buku Indonesia, Jakarta.

Mubyarto, 1984, Strategi Pembangunan Pedesaan LP3 ES

Newcomb, T. M. 1981 Psikologi Sosial, diterjemahkan oleh Tim Fakultas Psikologi

Universitas Indonesia, cetakan kedua. CV. Diponegoro Bandung.

Rahmat Jalaludin 1985, Metode Penelitian Komunikasi, Remadja Karya. Bandung.

Siagian, S. P. 1995. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Cet. Ke-

10. haji Masagung. Jakarta.

Siegel, S. 1994. Statistik Non Parametrik untuk ilmu-ilmu Sosial, Cetakan ke-6

Gramedia, Jakarta. 249 – 624.

Thoha, M. 1998. Perilaku Organisasi; Konsep Dasar dan Aplikasinya. Rajagrafindo

Persada. Jakarta.

Page 36: LAPORAN PENELITIANpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/Hubungan... · Web view1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

Arnold, 1972, Encyclopedia of Psychology. Holt. Innc. Newyork

Azis, M. Amin. 1982. Partisipasi Anggota dan Pengembangan Koperasi dalam Sri

Edi Swarsono koperasi Didalam Orde Ekonomi Indonesia.Universitas

Indonesia. Press. Jakarta.

Bryant dan White, 1987, Manajemen Pembangunan, LP3 ES

Korten, David, 1984. Pembangunan Yang Memihak Rakyat. LSP Jakarta

Mohamad hatta, 1954., Kumpulan Karangan, Penerbit Balai Buku Indonesia, Jakarta

Mubyarto, 1984, Strategi Pembangunan Pedesaan LP3 ES

Newcomb, T. M. 1981 Psikologi Sosial, diterjemahkan oleh Tim Fakultas Psikologi

Universitas Indonesia, cetakan kedua. CV. Diponegoro Bandung

Sastropoetro, R.A. Santoso. 1986. Partispasi, Komunikasi Persuasi dan Disiplin

dalam Pembangunan Nasional. Alumni. Bandung.

Soewardi H. 1985 Menuju ke arah pola Partisipasi yang Ideal dalam Koperasi dalam

ke arah pemahaman bangun koperasi penyunting Djamhari, Balitbang Depkop.

Jakarta

Uphoff dan Cohen, 1977, Rural Development Participations, RDC, Cornell Univ.