laporan viabilitas benih

5
ACARA IV PENGUJIAN VIABILITAS BENIH A. Tujuan Mahasiswa mampu menentukan viabilitas benih tanaman kehutanan B. Dasar teori Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad, 1993). Pada umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih. Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih merupakan indeks dari viabilitas benih. Viabilitas ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan mencapai perkecambahan maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau sebelum tercapainya berat kering maksimum, pada saat itu benih telah mencapai viabilitas maksimum (100 persen) yang konstan tetapi sesudah itu akan menurun sesuai dengan keadaan lingkungan (Kamil, 1979). Umumnya parameter untuk viabilitas benih yang digunakan adalah presentase perkecambahan yang cepat dan pertumbuhan perkecambahan kuat dalam hal

description

laporan viabilitas benih

Transcript of laporan viabilitas benih

ACARA IV PENGUJIAN VIABILITAS BENIH

A. Tujuan Mahasiswa mampu menentukan viabilitas benih tanaman kehutanan

B. Dasar teoriViabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad, 1993). Pada umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih. Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih merupakan indeks dari viabilitas benih. Viabilitas ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan mencapai perkecambahan maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau sebelum tercapainya berat kering maksimum, pada saat itu benih telah mencapai viabilitas maksimum (100 persen) yang konstan tetapi sesudah itu akan menurun sesuai dengan keadaan lingkungan (Kamil, 1979).Umumnya parameter untuk viabilitas benih yang digunakan adalah presentase perkecambahan yang cepat dan pertumbuhan perkecambahan kuat dalam hal ini mencerminkan kekuatan tumbuh yang dinyatakan sebagai laju perkecambahan. Penilaiaan dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan kecambah lainnya sesuai kriteria kecambah normal, abnormal dan mati (Sutopo, 2002). Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium adalah pada kondisi yang optimum. Padahal kondisi lapang yang sebenarnya jarang didapati berada pada keadaan yang optimum. Keadaan sub optimum yang tidak menguntungkan di lapangan dapat menambah segi kelemahan benih dan mengakibatkan turunnya persentase perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya. (Sadjad, 1993)

C. Alat dan bahan1. Benih Sengon2. Pisau yang tajam3. Kaca Pembesar ( loupe )4. Bak kecambah5. Cawan kecambah + kertas sering ( kapas )6. Cairan tertrazolium7. Germinator

D. Cara kerjaUji langsung/uji kecambaha. Menyuapan 10 butir benih diulang 3 kali, kemudian lakukan scarifikasi dengan cara direndam dengan air panas.b. Setelah itu kecambhakan dalam bak kecambah, menggunakan media kertas saring yang telah dibashi, kemudian masukkan kedalam germinator.c. Mengamati proses perkecambahan setelah 3-5 hari , menghitung yang berkecambah, kemudian menghitung daya kecambah (viabilitas benih).Uji langsung/uji belah / uji tetrazolium :1. Uji Belaha. Menyiapkan 10 butir benih dengan 3 kali (total 30 butir), kemudian rendam dalam air hingga kulitnya menjadi lunak.b. Setelahnkulit menjadi lunak belahlah 30 butir benih tersebut, mengamati keadaan embrio, cadangan makanan (endosperm), atau bagian-bagian lainnya.c. Biji yang baik embrio dan cadangan makanannya berwarna putih kekuningan.d. Menghitung benih yang baik dan yang jelek, kemudian menghitung viabilitas benih dengan cara jumlah benih-jumlah benih yang jelek dibagi jumlah benih yanga diamati x 100%.

2. Uji tetrazoliuma. Menyiapkan 10 butir benih di ulang 3 kali (total 30 butir) , kemidian rendam dalam air hingga kulitnya menjadi linak.b. Menyiapkan larutan tetrazolium diwadah yang lain kemudian masukan benih dalam larutan tetrazolium yang telah disisipkan, yaitu : 2, 3, 5 Triphenyl Tetrazolium Chlorida + aquades.c. Setelah lebih dari 4 jam, mengamati perubahan warna benih yang terjadi, yaitu berwarna merah terang untuk mebih yang masih baik.d. Menghitung viabilitas benih dengan cara jumlah benih jumlah benih yang jelek dibagi dengan jumlah benih yang diamati x 100%.e. Mwmbandigkan ketiga macam cara uji tersebut.

E. Waktu dan Tempat :Waktu :Sabtu, 29 maret 2014Pukul:07.00 selesaiTempat:Laboratorium Silvikultur Intensif

Kamil. 1979. Teknologi Benih 1. Angkasa Raya. Anggota IKAPI. Padang.H.B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS Press. Sadjad.S.,1993.Dari Benih Kepada Benih. Grasindo. Jakarta.Nasrudin. 2009. Kadar Air Benih. http://teknologibenih.blogspot.com/2009/08/ yang- dimaksud-kadar-air-benih-ialah.html. Diakses 19 November 201Kamil, J, 1982, Teknologi Benih I, Universitas Andalas, PadangKartono J dan Soekatri M, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta, Gramedia PustakaUtama.Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Usaha Tani. BPFE. Yogyakarta.