laporan urin rahmat panigoro.docx

23
A. Judul Percobaan Analisis Urin B. Tujuan Percobaan Mengetahui sifat dan kandungan kimiawi urin normal dan urin patologis C. Dasar Teori Urin merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat kelebihan urine dari penyaringan unsur-unsur plasma. Urine atau urin merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Proses pembentukan urin di dalam ginjal melalui tiga tahapan yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (penambahan) (Frandson, 1992). Pada filtrasi terjadi proses sebagai berikut. Filtrasi darah terjadi di glomerulus, yaitu kapiler darah yang bergelung-gelung di dalam kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium sehingga memudahkan proses penyaringan. Selain itu, di glomerulus juga terjadi pengikatan sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma agar tidak ikut dikeluarkan. Hasil proses infiltrasi ini berupa urine primer (filtrate glomerulus) yang komposisinya mirip dengan darah, tetapi tidak mengandung protein. Di dalam urine primer dapat ditemukan

Transcript of laporan urin rahmat panigoro.docx

A. Judul Percobaan

Analisis Urin

B. Tujuan Percobaan

Mengetahui sifat dan kandungan kimiawi urin normal dan urin patologis

C. Dasar Teori

Urin merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat kelebihan urine

dari penyaringan unsur-unsur plasma. Urine atau urin merupakan cairan sisa yang

diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.

Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang

disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam

ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh

melalui uretra. Proses pembentukan urin di dalam ginjal melalui tiga tahapan yaitu filtrasi

(penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (penambahan)

(Frandson, 1992).

Pada filtrasi terjadi proses sebagai berikut. Filtrasi darah terjadi di glomerulus, yaitu

kapiler darah yang bergelung-gelung di dalam kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat

sel-sel endotelium sehingga memudahkan proses penyaringan. Selain itu, di glomerulus

juga terjadi pengikatan sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma agar

tidak ikut dikeluarkan. Hasil proses infiltrasi ini berupa urine primer (filtrate glomerulus)

yang komposisinya mirip dengan darah, tetapi tidak mengandung protein. Di dalam urine

primer dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, ion-ion, dan garam-garam

lainnya (Tranggono&Sutardi, 1990).

Proses reabsorpsi terjadi di dalam pembuluh (tubulus) proksimal. Proses ini terjadi

setelah urine primer hasil proses infiltrasi mengalir dalam pembuluh (tubulus) proksimal.

Bahan-bahan yang diserap dalam proses reabsorpsi ini adalah bahan-bahan yang masih

berguna, antara lain glukosa, asam amino, dan sejumlah besar ion-ion anorganik. Selain

itu, air yang terdapat dalam urine primer juga mengalami reabsorpsi melalui proses

osmosis, sedangkan reabsorpsi bahan-bahan lainnya berlangsung secara transpor aktif.

Proses penyerapan air juga terjadi di dalam tubulus distal. Kemudian, bahan-bahan yang

telah diserap kembali oleh tubulus proksimal dikembalikan ke dalam darah melalui

pembuluh kapiler yang ada di sekeliling tubulus. Proses reabsorpsi ini juga terjadi di

lengkung Henle, khususnya ion natrium. Hasil proses reabsorpsi adalah urine sekunder

yang memiliki komposisi zat-zat penyusun yang sangat berbeda dengan urine primer.

Dalam urine sekunder tidak ditemukan zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh dan kadar

urine meningkat dibandingkan di dalam urine primer (Martoharsono, 1994).

Pada augmentasi, terjadi proses sebagai berikut. Urine sekunder selanjutnya masuk ke

tubulus kontortus distal dan saluran pengumpul. Di dalam saluran ini terjadi proses

penambahan zat-zat sisa yang tidak bermanfaat bagi tubuh. Kemudian, urine yang

sesungguhnya masuk ke kandung kemih (vesika urinaria) melalui ureter. Selanjutnya,

urine tersebut akan dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Urine mengandung urea, asam

urine, amonia, dan sisa-sisa pembongkaran protein. Selain itu, mengandung zat-zat yang

berlebihan dalam darah, seperti vitamin C, obat-obatan, dan hormon serta garam-garam

(Martoharsono,1994).

Karakteristik Urin

Secara umum urin berwarna kuning. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna

kuning keruh. Urin berbau khas yaitu berbau ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 – 7,5

dan akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein serta urin akan menjadi

lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin yakni 1,002 – 1,035 g/ml

(Uliyah, 2008). Komposisi urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut. Di dalam

urin terkandung bermacam – macam zat, antara lain (1) zat sisa pembongkaran protein

seperti urea, asam ureat, dan amoniak, (2) zat warna empedu yang memberikan warna

kuning pada urin, (3) garam, terutama NaCl, dan (4) zat – zat yang berlebihan

dikomsumsi, misalnya vitamin C, dan obat – obatan serta juga kelebihan zat yang yang

diproduksi sendiri oleh tubuh misalnya hormon (Ethel, 2003).

Urin yang normal tidak mengandung protein dan glukosa. Jika urin mengandung protein,

berarti telah terjadi kerusakan ginjal pada bagian glomerulus. Jika urin mengandung gula,

berarti tubulus ginjal tidak menyerap kembali gula dengan sempurna. Hal ini dapat

diakibatkan oleh kerusakan tubulus ginjal. Dapat pula karena kadar gula dalam darah

terlalu tinggi atau melebihi batas normal sehingga tubulus ginjal tidak dapat menyerap

kembali semua gula yang ada pada filtrat glomerulus. Kadar gula yang tinggi diakibatkan

oleh proses pengubahan gula menjadi glikogen terlambat, kerena produksi hormon insulin

terhambat. Orang yang demikian menderita penyakit kencing manis (diabetes melitus). Zat

warna makanan juga dikeluarkan melalui ginjal dan sering memberi warna pada urin.

Bahan pengawet atau pewarna membuat ginjal bekerja keras sehingga dapat merusak

ginjal. Adanya insektisida pada makanan karena pencemaran atau terlalu banyak

mengkonsumsi obat – obatan juga dapat merusak ginjal (Scanlon, 2000).

Proses pembentukan urin

1. Filtrasi (penyaringan)

Proses filtrasi terjadi di kapsul Bowman dan glomerulus. Dinding luar kapsul Bowman

tersusun dari satu lapis sel epitel pipih. Antara dinding luar dan dinding dalam terdapat

ruang kapsul yang berhubungan dengan lumen tubulus kontortus proksimal. Dinding

dalam kapsul Bowman tersusun dari sel-sel khusus (prodosit). Proses filtrasi terjadi

karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik (tekanan darah) dan tekanan onkotik

(tekanan osmotik plasma), dimulai ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan darah

menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat

larut melewati pori-pori endotelium kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran

dasar, dan melewati lempeng filtrasi, lalu masuk ke dalam ruang kapsul Bowman.

2. Reabsorpsi (penyerapan)

Proses reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung henle, dan

sebagian tubulus kontortus distal.reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel epitel di seluruh

tubulus ginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat itu.

Zat-zat yang direabsorpsi adalah air, glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca2+, Cl-,

HCO3-, HbO42-, dan sebagian urea. Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor

pasif. Glukosa dan asam amino direabsorpsi secara transpor aktif di tubulus proksimal.

Reabsorpsi Na+, HCO3- dan H2O terjadi di tubulus kontortus distal.

Proses reabsorpsi dimulai ketika urin primer (bersifat hipotonis dibanding plasma

darah) masuk ke tubulus kontortus proksimal. Kemudian terjadi reabsorpsi glukosa dan

67% ion Na+, selain itu juga terjadi reabsorpsi air dan ion Cl- secara pasif. Bersamaan

dengan itu, filtrat menuju lengkung henle. Filtrat ini telah berkurang volumenya dan

bersifat isotonis dibandingkan cairan pada jaringan di sekitar tubulus kontortus

proksimal. Pada lengkung henle terjadi sekresi aktif ion Cl- ke jaringan di sekitarnya.

Reabsorpsi dilanjutkan di tubulus kontortus distal. Pada tubulus ini terjadi reabsopsi

Na+ dan air di bawah kontrol ADH (hormon antidiuretik). Di samping reabsorpsi, di

tubulus ini juga terjadi sekresi H+, NH4+, urea, kreatinin, dan obat-obatan yang ada

pada urin. Hasil reabsorpsi ini berupa urin skunder yang memiliki kandungan air,

garam, urea dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.

3. Augmentasi (pengumpulan)

Urin sekunder dari tubulus distal akan turun menuju tubulus pengumpul. Pada

tubulus pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga

terbentuklah urin sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin dibawa ke pelvis renalis,

urin mengalir melalui ureter menuju vesika urinaria (kantong kemih) yang merupakan

tempat penimpanan sementara urin.

D. Alat dan Bahan

Alat

No

.Gambar Fungsi

1. Batang Pengaduk Sebagai alat untuk mencampurkan

larutan

2. Erlenmeyer Menyimpan dan memanaskan larutan

dan menampung filtrate hasil

penyaringan.

3. Gelas kimia Menampung bahan kimia atau larutan

dalam jumlah yang banyak

4. Gelas ukur Mengukur volume larutan

5. pH meter Sebagai indikator untuk mengetahui

pH suatu larutan.

6. Pipet tetes Memindahkan beberapa tetes zat cair

7. Rak tabung reaksi Tempat tabung reaksi

8. Tabung reaksi Menampung larutan dalam jumlah

yang sedikit

Bahan

No. Gambar Sifat

1. Urin normal Sifat Fisik :

Sifat Kimia :

2. Urin ibu hamil Sifat Fisika :

Sifat Kimia :

3. Urin gagal ginjal Sifat Fisik :

Sifat Kimia :

4. Urin diabetes melitus Sifat Fisik :

Sifat Kimia :

5. HNO3 Sifat Fisik :

Sifat Kimia :

6. AgNO3 10%

7. HCl encer

8. BaCl2

- Diambil masing-masing

1 mL

- Dimasukkan ke dalam

tabung reaksi

- Diambil 1 mL

- Dimasukkan ke dalam

tabung reaksi

- Ditambahkan semua tabung yang berisi

sampel dengan beberapa tetes HNO3

encer

- Ditambahkan dengan 1 mL AgNO3 10 %

- Diamati dan dicatat perubahan yang

9. Reagen benedict Sifat Fisik :

Larutan berwarna biru

Sifat Kimia :

larutan yang mengandung

kuprisulfat, natrium karbonat dan

natrium sitrat

10. Reagen biuret

E. Prosedur Kerja

a. Uji Klorida

Urin normal Urin patologis

- Ditambahkan semua tabung yang berisi

sampel dengan beberapa tetes HNO3

encer

- Ditambahkan dengan 1 mL AgNO3 10 %

- Diamati dan dicatat perubahan yang

- Diambil 1 mL

- Dimasukkan ke dalam

tabung reaksi

- Ditambahkan semua tabung yang berisi

sampel dengan beberapa tetes HCl encer

- Ditambahkan dengan 1 mL BaCl2

- Diamati dan dicatat perubahan yang

terjadi

- Diambil masing-masing

1 mL

- Dimasukkan ke dalam

tabung reaksi

- Diambil 2 mL

- Dimasukkan ke dalam

tabung reaksi

- Ditambahkan semua tabung yang berisi

sampel dengan beberapa tetes NaOH

- Ditambahkan dengan 1 mL CuSO4

- Diamati dan dicatat perubahan yang

terjadi

- Diambil masing-masing

2 mL

- Dimasukkan ke dalam

tabung reaksi

b. Uji Sulfat

c. Uji Biuret

Semua tabung terbentuk endapan putih (+ klorida)

Semua tabung terbentuk endapan putih (+ sulfat)

Urin normal Urin patologis

Urin normal Urin patologis

- Diambil 2 mL

- Dimasukkan ke dalam

tabung reaksi

- Ditambahkan semua tabung yang berisi

sampel dengan reagen benedict

- Dipanaskan selama 3 menit

- Diamati dan dicatat perubahan yang

terjadi

- Diambil masing-masing

1 mL

- Dimasukkan ke dalam

tabung reaksi

- Diambil beberapa tetes

- Dimasukkan ke dalam

tabung reaksi

- Dicelupkan pH universal pada masing –

masing tabung.

- Diambil beberapa tetes

- Dimasukkan ke dalam

tabung reaksi

d. Uji Glukosa

e. Uji pH

Tabung urin GG (+) Protein

Tabung urin GG dan orang hamil (+)

glukosa

Urin normal Urin patologis

Pada semua sampel urin tidak terjadi perubahan warna

Urin normal Urin patologis

F. Hasil Pengamatan

Sampel

Urin

pH Klorida Sulfat Glukosa Uji Biuret

Normal Tidak terjadi

perubahan

warna pada

lakmus

Terjadi

perubahan

warna dari

kuning ke

putih dan

terdapat

endapan

Terdapat

endapan

putih (+

sulfat)

Terjadi

perubahan

warna,

terdapat

endapan

warna hijau

Tidak terjadi

perubahan

warna.

Warna:

kuning

kecoklatan

DM Tidak terjadi

perubahan

warna pada

lakmus

Terdapat

endapan

berwarna

putih

Tidak

terdapat

endapan (-

sulfat)

Terjadi

perubahan

warna,

terdapat

endapan

warna merah

bata

Tidak terjadi

perubahan

warna.

Warna: biru

muda

GG Tidak terjadi

perubahan

warna pada

lakmus

Terdapat

endapan

berwarna

putih

Terdapat

endapan

putih (+

sulfat)

Tidak terjadi

perubahan

warna

Terjadi

perubahan

warna

menjadi

coklat dan

terdapat

cincin

berwarna

ungu

Ibu

hamil

Tidak terjadi

perubahan

warna pada

lamkmus

universal

Terdapat

endapan

berwarna

putih

Terdapat

endapan

putih (+

sulfat)

Terjadi

perubahan

warna,

terdapat

endapan

berwarna

hijau.

Warna

kuning

kecoklatan

(tidak

terdapat

cincin

violet)

G. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap urin untuk mengetahui sifat

dan kandungan kimiawi pada urin normal dan urin patologis. Urin patologis yang akan

dianalisis yaitu urin diabetes melitus (DM), gagal ginjal (GG), dan urin orang hamil. Uji

urin dilakukan dengan beberapa uji urin yaitu uji klorida, uji sulfat, uji protein dan uji

glukosa.

1. Uji Klorida

Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh

ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urineasi.

Pengeluaran urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang

disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.

Langkah awal yang dilakukan pada percobaan ini adalah memasukkan semua

sampel urin ke dalam masing-masing tabung, kemudian urin diasamkan terlebih dulu

dengan asam nitrat (HNO3) encer beberapa tetes. Ketika asam nitrat encer ini

dimasukkan, urin berubah menjadi sangat bening. Selanjutnya ditambahkan sebanyak 1

mL perak nitrat (AgNO3) 10 % sehingga terbentuk endapan putih di dasar tabung untuk

semua sampel urin baik normal maupun patologis.

Endapan putih ini terbentuk karena terjadi pengikatan ion Cl- oleh senyawa perak

nitrat, dan hal ini menunjukkan terdapatnya kandungan klorida dalam urin yang

merupakan zat atau kandungan yang seharusnya memang harus ada dalam urin sebagai

hasil ekskresi sisa metabolime dalam tubuh (Thenawijaya, 1995). Klorida merupakan

ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan satu elektron untuk membentuk

suatu anion seta klorida yang terdapat dalam urine berasal dari makanan yang

mengandung garam (NaCl) (Ethel, 2003). Dari percobaan yang dilakukan maka

didapatkan persamaan reaksi sebagai berikut:

2NaCL + AgNO3 Na2NO3 + AgCl2

2. Uji Sulfat

Langkah yang pertama dilakukan sama seperti dengan pada uji klorida tetapi

menggunakan pereaksi yang berbeda. Pereaksi yang digunakan adalah larutan asam

klorida (HCl) encer dengan barium klorida (BaCl2). Larutan pertama yang dimasukkan

adalah beberapa tetes HCl encer yang bertujuan untuk mengasamkan urin. Kemudian

ditambahkan larutan BaCl2 sebanyak 1 mL kedalam tabung reaksi. Setelah penambahan

larutan BaCl2, terbentuk endapan putih di dasar tabung terhadap semua sampel urin baik

normal dan patologis. Terbentuknya endapan putih ini dekarenakan adanya endapan

barium sulfat (BaSO4) dari belerang etereal yang memiliki senyawa sulfat yang akan

bereaksi dengan BaCl2 ().

Endapan putih ini menunjukkan adanya kandungan sulfat dalam urin yang

merupakan salah satu unsur normal urin karena termasuk dalam bahan-bahan yang

terlarut dalam urin. Dari percobaan yang dilakukan maka didapatkan persamaan reaksi

sebagai berikut:

BaCl2 + SO42- BaSO4 + 2 Cl-

3. Uji Biuret

Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang

diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Dengan menggunakan

spesimen urin acak (random) atau urin sewaktu, protein dalam urin dapat dideteksi

menggunakan strip reagen (dipstick). Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi

150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai

proteinuria.

Sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada urin orang yang sehat karena

perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan

daging dapat menyebabkan proteinuria transien. Pra-menstruasi dan mandi air panas

juga dapat menyebabkan proteinuria. Bayi baru lahir dapat mengalami peningkatan

proteinuria selama usia 3 hari pertama.

Uji biuret dilakukan untuk melihat apakah ada protein yang terkandung dalam

urin yang dilakukan dengan menggunakan pereaksi natrium hidroksida (NaOH) dan

Tembaga sulfat (CuSO4). Albumin merupakan suatu protein yang memiliki ukuran

molekunya yang cukup besar. Urin yang mengandung albumin atau protein ini

menandakan adanya gangguan fisiologi pada organ filtrasi pada ginjal, dalam kata lain

penyaringan terjadi tidak sempurna (Ganong, 2008). Indikator yang menunjukkan

adanya albumin dalam urin ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu ketika

direaksikan dengan larutan pereaksinya.

Pada percobaan ini, larutan pertama yang ditambahkan ke dalam semua sampel

urin adalah beberapa tetes larutan NaOH yang kemudian ditambahkan 1 mL CuSO4.

Setelah penambahan kedua pereaksi ini, masing-masing tabung dikocok untuk

menghomogenkan dan mempercepat reaksi. Hasil pengamatan didapatkan tidak adanya

cincin berwarna ungu terhadap semua sampel urin kecuali sampel urin oleh orang yang

mengidap penyakit gagal ginjal (GG). Hal ini menunjukkan adanya albumin atau

protein dalam urin tersebut, ini artinya terjadi gangguan bagian penyaring ginjal pada

orang yang bersangkutan karena protein merupakan salah satu unsur abnormal di dalam

urin yang masih dibutuhkan oleh tubuh, dan untuk sampel urin yang tidak terbentuk

endapan ungu dikatakan ginjalnya masih bekerja dengan baik dalam menyaring

molekul protein yang masuk ke dalam ginjal. Dari percobaan yang dilakukan maka

didapatkan persamaan reaksi sebagai berikut:

2NaOH + 2CuSO4 2NaSO4 + 2CuOH

4. Uji Glukosa

Dalam uji glukosa ini digunakan larutan benedict sebanyak 2-3 mL dimasukkan

ke dalam tabung reaksi yang telah berisi semua sampel urin. Selanjutnya campuran

kedua larutan tersebut dipanaskan selama 3 menit, dengan tujuan untuk mempercepat

reaksi antara kedua larutan tersebut. Setelah pemanasan sampai 3 menit, hasil

pengamatan menunjukkan pada sampel urin normal dan urin ibu hamil terbentuk

endapan hijau artinya terdapat glukosa pada urin sebanyak 1%, untuk urin diabetes

melitus terbentuk endapan merah bata yang artinya terdapat glukosa pada urin sebanyak

1,5% merah, dan urin gagal ginjal tidak terjadi perubahan warna artinya tidak ada

kandungan glukosa pada urin gagal ginjal.

Dalam keadaan normal, urine sama sekali tidak mengandung glukosa. Hal ini

ditinjau dari fungsi urine yaitu untuk membuang zat-zat sisa yang sudah tidak

diperlukan dalam tubuh. Sedangkan pada dasarnya, glukosa merupakan suatu zat yang

masih diperlukan oleh tubuh sebagai sumber energi. Hormon insulin merupakan suatu

hormon yang dihasilkan oleh pankreas yang bertanggung jawab dalam

mempertahankan kadar gula darah normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel

sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi.

Namun, pada orang-orang tertentu pankreas mereka tidak dapat

menghasilkan hormon insulin yang cukup atau bahkan tidak menghasilkan hormon

insulin sama sekali yang mengakibatkan kadar gula darah akan naik. Kadar gula dalam

darah yang berlebihan dalam tubuh akan mengganggu tekanan osmotik darah. Untuk

itu gula yang berlebihan itu harus dikeluarkan bersama urine.

Dari percobaan yang dilakukan maka didapatkan persamaan reaksi sebagai

berikut:

2 Cu+ + 2 OH- Cu2O + H2O

5. Uji pH

Uji pH dilakukan untuk melihat kadar pH pada urin normal dan urin patologis.

Langkah awal yang dilakukan yaitu disiapkan tabung reaksi untuk masing-masing

sampel urin. Diisi beberapa tetes sampel urin pada masing – masing tabung reaksi,

kemudian dicelupkan pH universal pada sampel urin tersebut. Hasil yang diperoleh

yaitu pada semua sampel urin tidak terjadi perubahan warna pada pH universal.

Tidak adanya perubahan warna pada pH universal ini diakibatkan oleh pH meter

yang digunakan sudah tidak berfungsi dengan baik. pH untuk urin normal yaitu sekitar

4,8 sampai dengan 9,4.

H. Kesimpulan

Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kandungan kimia urin

normal dan urin patologis memiliki perbedaan yaitu dalam urin normal terdapat klorida,

dan sulfur, sedangkan untuk urin patologis didapatkan kandungan kimia yang abnormal

seperti protein dan glukosa.

I. Kemungkinan Kesalahan

Kemungkinan kesalahan yaitu pada saat pengujian urin menggunakan lakmus

universal, dimana tidak terjadi perubahan warna pada semua sampel urin yang diakibatkan

oleh lakmus yang digunakan sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Daftar Pustaka

Ethel, S. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Manusia Edisi Keempat. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Lee, J. M. 1992. Biochemical Engineering.Prentice Hall Inc. New Jersey.

Martoharsono,S.1994.Biokimiajilid 1.GadjahMada University Press.Yogyakarta.

Scanlon, V.C. 2000. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Tranggono&Sutardi.(1990). BiokimiadanTeknologiPascaPanen. Gajah Madauniversity Press. Yogyakarta.

Williamson,K.L&L.F.Fieser. (1992). Organic Experiment 7th Edition.D C Health ang Company. United States of America.

Wirahadikusumah, M. (1989).Biokimia : protein, enzim, danasamnukleat. InstitutTeknologi Bandung. Bandung.

Fox, P.F. (1991). Food Enzymology Vol 2. Elsevier Applied Science. London.

Gaman, P.M & K.B. Sherrington.(1994). IlmuPangan, PengantarIlmuPangan, NutrisidanMikrobiologi.UniversitasGadjahMada press. Yogyakarta.