Laporan Tutorial Stoma 1 Ske 3

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penuaan adalah suatu keadaan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dari mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses penuaan pasti akan dialami oleh semua mahluk hidup yang berada di dunia ini. Hal tersebut dikarenakan telah berkurangnya proses regenerasi sel-sel tubuh pada mahluk hidup, manusia khususnya. Apabila proses regenerasi sel tersebut semakin lama semakin berkurang, maka pastinya kemampuan mahluk hidup untuk memperbarui jaringan, dan sel-sel tubuh yang seharusnya diganti akan semakin menurun dari waktu ke waktu. Padahal hal tersebut sangat diperlukan oleh mahluk hidup, manusia khususnya untuk menunjang segala proses dalam kehidupannya. Dengan semakin menurunnya proses regenerasi sel tersebut, maka dari itu terjadilah proses penuaan, yang pada akhirnya akan berujung pada kematian, yaitu dimana sel-sel yang awalnya tumbuh, akan terhenti sama sekali masanya. Namun selama ini banyak manusia yang mengkhawatirkan perubahan-perubahan yang dialami 1

Transcript of Laporan Tutorial Stoma 1 Ske 3

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Proses penuaan adalah suatu keadaan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dari mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses penuaan pasti akan dialami oleh semua mahluk hidup yang berada di dunia ini. Hal tersebut dikarenakan telah berkurangnya proses regenerasi sel-sel tubuh pada mahluk hidup, manusia khususnya. Apabila proses regenerasi sel tersebut semakin lama semakin berkurang, maka pastinya kemampuan mahluk hidup untuk memperbarui jaringan, dan sel-sel tubuh yang seharusnya diganti akan semakin menurun dari waktu ke waktu. Padahal hal tersebut sangat diperlukan oleh mahluk hidup, manusia khususnya untuk menunjang segala proses dalam kehidupannya. Dengan semakin menurunnya proses regenerasi sel tersebut, maka dari itu terjadilah proses penuaan, yang pada akhirnya akan berujung pada kematian, yaitu dimana sel-sel yang awalnya tumbuh, akan terhenti sama sekali masanya. Namun selama ini banyak manusia yang mengkhawatirkan perubahan-perubahan yang dialami akibat proses penuaan. Banyak yang belum paham bahwa perubahan-perubahan tersebut wajar adanya, utamanya perubahan pada rongga mulut terhadap proses penuaan. Maka dari itu, kami akan menjelaskan lebih mendalam mengenai perubahan-perubahan yang terjadi pada rongga mulut manusia akibat proses penuaan. 1.2 Rumusan Masalah1.2.1Apa yang dimaksud proses menua (definisi, etiologi, dan mekanisme)?

1.2.2Apa saja perubahan-perubahan yang terjadi di rongga mulut akibat penuaan?1.2.3 Apa saja faktor - faktor yang mempengaruhi proses menua?1.3 Tujuan Masalah

1.3.1Memahami dan mengetahui proses menua (definisi, etiologi, dan mekanisme).

1.3.2Memahami dan mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi di rongga mulut akibat penuaan.

1.3.3Memahami dan mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi proses menua.1.4 Maping

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Proses Menua Teori Penuaan Secara UmumPenuaan dapat dilihat dari 3 perspektif yaitu:

a. Usia biologis: Berhubungan dengan kapasitas fungsi sistem organb. Usia psikologis: Berhubungan dengan kapasitas perilaku adaptasi

c. Usia sosial: Berhubungan dengan perubahan peran dan perilaku sesuai usia manusia.

Teori Proses Menua

1. Teori Stokastik /Stochastic Theories Penuaan merupakan kejadian yang acak & akumulasi setiap waktu. Error Theory Kesalahan dapat terjadi di dalam rekaman sintesa DNA.Jika proses transkripsi dari DNA terganggu (mempengaruhi sel( tjd penuaan berakibat kematian. Cross-Linkage Theory Metabolisme protein tidak normal(banyak produksi sampah dlm sel (kinerja jaringan tidak efektif dan efisien. Wear and Tear Theory Manusia ibarat mesin(perlu perawatan. Penuaan merupakan hasil dari penggunaan. Free Radical Theory/ teori radikal bebas Radikal bebas adalah produk metabolisme selular yg mrp bagian molekul yang sgt reaktif ( akumulasi kerusakan irreversible Molekul ini mempunyai muatan ekstraselular kuat yang dapat menciptakan reaksi dengan protein & lipid, mengubah bentuk dan sifatnya atau dapat berikatan dengan organel sel lainnya. Oksidasi lemak, protein dan karbohidrat dalam tubuh menyebabkan formasi radikal bebas. Polutan lingkungan merupakan sumber eksternal radikal bebas. 2. Teori Nonstokastik/ NonStochastic Theories Proses penuaan disesuaikan menurut waktu tertentu Programmed Theory Pembelahan sel dibatasi oleh waktu( tidak dapat regenerasi kembali (Kematian sel terprogram) Immunity Theory Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi( berkurangnya kemampuan sistem imun mengenali dirinya sendiri.Terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel( sistem imun tubuh mengalami perubahan/ dianggap sebagai sel asing ( peristiwa autoimun.Daya tahan sistem imun tubuh sendiri menurun ( daya serang terhadap sel kanker menurun. Fase Penuaan

Fase 1

Pada saat mencapai usia 25-35 tahun. Pada masa ini produksi hormon mulai berkurang (mulai mengalami penurunan produksi). Polusi udara, diet yang tak sehat dan stres merupakan serangan radikal bebas yang dapat merusak sel-sel tubuh. Di fase ini mulai terjadi kerusakan sel tapi tidak memberi pengaruh pada kesehatan. Tubuh pun masih bugar terus. Penurunan ini mencapai 14 % ketika seseorang berusia 35 tahun. Fase 2Kedua transisi, yakni pada usia 35-45 tahun. Produksi hormon sudah menurun sebanyak 25%, sehingga tubuh pun mulai mengalami penuaan. Biasanya pada masa ini, ditandai dengan lemahnya penglihatan (mata mulai mengalami rabun dekat) sehingga perlu menggunakan kacamata berlensa plus, rambut mulai beruban, stamina dan energi tubuh pun berkurang. Bila pada masa ini dan sebelumnya atau bila pada usia muda, kita melakukan gaya hidup yang tidak sehat bisa berisiko terkena kanker. Fase 3Puncaknya pada tahap fase klinikal, yakni pada usia 45 tahun ke atas. Pada masa ini produksi hormon sudah berkurang hingga akhirnya berhenti sama sekali. Kaum perempuan mengalami masa yang disebut menopause sedangkan kaum pria mengalami masa andropause. Pada masa ini kulit pun menjadi kering karena mengalami dehidrasi/kulit menjadi keriput, terutama di bagian samping dan di bawah mata kita, juga kulit tangan kita yang tidak sekencang dulu, tubuh juga menjadi cepat lelah. Berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes, osteoporosis, hipertensi dan penyakit jantung koroner mulai menyerang dan menjadi sesuatu yang sangat mengerikan. Karena proses penuaan ini terjadi melalui beberapa tahapan, sebenarnya ada banyak waktu untuk menghambatnya. Cepat lambatnya proses penuaan, 30% dipengaruhi oleh faktor genetika / keturunan dan 70 % lebih dipengaruhi oleh gaya hidup. Kalau anggota keluarga cenderung awet muda. Kita pun besar kemungkinan akan berpenampilan awet muda. Gaya hidup yang penuh stres, kurang istirahat, banyak makan makanan berlemak dan berkalori tinggi, kurang gerak serta hidup di lingkungan yang penuh polusi akan merusak sel sehingga menjadi lebih tua. Akibatnya, kita pun mengalami penuaan usia biologik. Namun, kondisi ini dapat dihindari dengan program anti aging baik yang dilakukan sendiri maupun dengan bantuan medis. Misalnya : Seseorang yang rajin berolahraga, terbukti bisa menangkal sejumlah penyakit kardiovaskuler. Olah raga ringan di sela aktivitas seperti senam, lari atau jalan cepat sebaiknya sering dilakukan.Semakin jauh seseorang dari derita penyakit jantung, stroke dan sejenisnya, Semakin berbahagia hidupnya. Dan kebahagiaan itu merupakan salah satu peran terbesar penunda penuaan. Tidak mungkin rasanya orang bisa terlihat sehat dan awet muda kalau tubuhnya dihinggapi berbagai jenis penyakit berbahaya. Penunda penuaan lainnya adalah faktor diet dan nutrisi. Apa yang kita makan menentukan tubuh kita. Diet dan nutrisi sangat berperan dalam menentukan proses penuaan dan kesehatan seseorang.

2.2 Proses Menua Pada Rongga Mulut Proses Menua Pada Jaringan Lunak GingivaPada gingiva terjadi beberapa perubahan seiring proses penuaan, antara lain hilangnya keratinisasi, berkurangnyastipping, meningkatnya lebar dari attached gingiva, berkurangnya selularitas jaringan ikat, meningkatnya substansi interselular dan pengurangan konsumsi oksigen. Pada pasien menopause, keratinisasi berkurang, epitelnya atropi, dan elastisitas gingiva menghilang.

Perubahan gingiva terkait dengan menopause biasanya merepresentasikan respon berlebihan terhadap plak bakterial, dan menyebabkan gingivitis. Kondisi yang disebut sebagai menopausal gingivostomatitis (Senile Athrophic Gingivitis) juga dapat terjadi, yang ditandai dengan perubahan gingiva menjadi kering, mudah berdarah dan warnanya bervariasi dari pucat sampai menjadi sangat eritema. Menopausal gingivostomatitis umumnya terjadi selama menopause ataupun pada periode paskamenopause. Pasien dengan menopausal gingivostomatitis juga mengeluhkan adanya rasa kering pada mulut, sensasi terbakar pada kavitas oral terkait dengan sensasi ekstrim terhadap perubahan termal, sensai rasa yang abnormal serta kesulitan dalam penggunaan GTSL (Gigi Tiruan Sebagian Lepasan).Jumlah cairan gingiva meningkat seiring bertambah parahnya inflamasi. Hormon progesterone dan estrogen meningkatkan permeabilitas dari pembuluh di gingiva dan aliran dari cairan gingiva. Cairan gngiva merupakan eksudat inflamasi yang normalnya muncul secara klinis pada sulkus gingiva. Penelitian Vittek menyatakan bahwa gingiva manusia memiliki protein reseptor untuk estrogen. Estrogen dapat mempengaruhi proliferasi selular dan proses keratinisasi pada epitel yang sensitif. Progesterone mempengaruhi dilatasi dan peningkatan permeabilitas mikrovaskular gingiva, serta peningkatan kerentanan terhadap luka dan eksudasi.Gejala dari gingivitis akibat pengaruh hormon termasuk akumulasi plak pada ggi, adanya inflamasi pada gingiva, gingival yang memerah, dan adanya perdarahan pada gingival. Perubahan ini bervariasi tergantung respon imun masing-masing individual terhadap berbagai iritan di dalam mulut (contohnya plak gigi). Ligamen PeriodontalPerubahan pada ligamentum periodontal karena usia tua (penuaan) atau aging termasuk meningkatnya jumlah fibroblast dan suatu struktur irregular berlebih membuat perubahan pada jaringan ikat gingiva. Penemuan lain menyebutkan adanya penurunan produksi matriks organic dan resting cell epithelium serta meningkatnya jumlah dari sabut elastic. Lebarnya celah akan menurun apabila gigi tidak berfungsi. Hal ini bisa menyebabkan gigi menjadi mudah tanggal dan hilang.

Mukosa rongga mulutPada mukosa rongga mulut terjadi atrofi, berkurangnya kelenturan dan berkurangnya tunika propia. Mukosa tampak seperti lilin atau satin, atau kelihatan sembab. Lapisan sel berkeratin yang biasanya melindungi mukosa tidak ada lagi sehingga lebih mudah terjadi cedera bila ada iritasi mekanis, kimiawi, atau iritasi kuman. Jaringan penyambung lebih sukar menutup bila terjadi luka.Aliran saliva biasanya sangat berkurang sehingga mukosa menjadi kering dan tidak lentur. Sering terdapat perasaan terbakar dan fungsi indera pengecap sangat menurun. Lidah (Taste Disorder)Sudah merupakan hukum alam bahwa setiap makhluk di dunia ini akan mengalami proses menua. Pada manusia proses menua itu sebenarnya telah terjadi sejak manusia dilahirkan dan berlangsung terus sampai mati. Proses menua dapat menimbulkan keluhan atau kelainan, baik itu pada jaringan keras ataupun jaringan lunak rongga mulut. Ketika bertambah tua, dengan menurunnya nafsu makan, dapat dipahami bahwa golongan usia lanjut merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit dan cacat karena perubahan organobiologik tubuh akibat proses degeneratif alamiah. Menurunnya fungsi faali serta parameter metabolisme seiring dengan meningkatnya usia akan mengganggu penggunaan zat gizi (Axell, 1992; Murjiah dan Dinarto. 2002).Proses menua merupakan proses yang terjadi di dalam tubuh yang berjalan perlahan-lahan tapi pasti, pada proses menua terjadi penurunan fungsi tubuh secara berangsur-angsur dan akhirnya menjadi manusia dengan usia lanjut (Wasjudi, 2000) Proses menua dapat menimbulkan keluhan atau kelainan, baik pada jaringan keras ataupun jaringan lunak rongga mulut. Ketika bertambah tua, di tambah dengan menurunnya nafsu makan, maka dapat dipahami bahwa golongan usia lanjut merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit dan cacat karena terjadinya perubahan organobiologik tubuh akibat proses degeneratif alamiah. Menurunnya fungsi faali serta parameter metabolisme seiring dengan meningkatnya usia akan mengganggu penggunaan zat gizi (Axell, 1992; Murjiah dan Dinarto. 2002).Biasanya orang tua mengeluh tidak adanya rasa makanan. Keluhan ini dapat disebabkan karena dengan bertambahnya usia mempengaruhi kepekaan rasa akibat berkurangnya jumlah pengecap pada lidah, kehilangan unsur-unsur reseptor pengecap juga dapat mengurangi fungsional yang dapat mempengaruhi turunnya sensasi rasa, perubahan ini harus diingat orang tua mengenai berkurangnya kenikmatan pada saat makan (Papas AS et al., 1991).Pengecap merupakan fungsi utama taste buds dalam rongga mulut, namun indera pembau juga sangat berperan pada persepsi pengecap. Selain itu, tekstur makanan seperti yang dideteksi oleh indera pengecap taktil dari rongga mulut dan keberadaan elemen dalam makanan seperti merica, yang merangsang ujung saraf nyeri, juga berperan pada pengecap.Indera pengecap kurang lebih terdiri dari 50 sel epitel yang termodifikasi, beberapa di antaranya disebut sel sustentakular dan lainnya disebut sel pengecap. Sel pengecap terus menerus digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel disekitarnya, sehingga beberapa diantaranya adalah sel muda dan lainnya adalah sel matang yang terletakke arah bagian tengah indera dan akan segera terurai dan larut (Guyton, 1997).Lidah mempunyai lapisan mukosa yang menutupi bagian atas lidah, dan permukaannya tidak rata karena ada tonjolan-tonjolan yang disebut dengan papilla, pada papilla ini terdapat reseptor untuk membedakan rasa makanan. Apabila pada bagian lidah tersebut tidak terdapat papilla lidah menjadi tidak sensitif terhadap rasa (Lynch et al., 1994; Ganong, 1998; Budi, . 2004).Sel reseptor pengecap adalah sel epitel termodifikasi dengan banyak lipatan permukaan atau mikrovili, sedikit menonjol melalui poripori pengecap untuk meningkatkan luas permukaan sel yang terpajan dalam mulut. Membran plasma mikrovili mengandung reseptor yang berikatan secara selektif dengan molekul zat kimia. Hanya zat kimia dalam larutan atau zat padat yang telah larut dalam air liur yang dapat berikatan dengan sel reseptor (Amerongen, 1991).Sensasi rasa pengecap timbul akibat deteksi zat kimia oleh resepor khusus di ujung sel pengecap (taste buds) yang terdapat di permukaan lidah dan palatum molle. Sel pengecap tetap mengalami perubahan pada pertumbuhan, mati dan regenerasi (Budi, . 2004; Boron , . 2005).Sel pengecap mengalami perubahan pada pertumbuhan, mati dan regenerasi. Proses ini bergantung dari pengaruh saraf sensoris karena jika saraf tersebut dipotong maka akan terjadi degenerasi pada pengecap. Taste buds yang dilayani oleh serat saraf sensoris adalah taste buds pada 2/3 lidah bagian anterior (papilla filiformis dan sebagian papilla fungiformis) dilayani oleh chorda tympani cabang dari N. Facialis (N.VII) (Ganong, 1998; Boron, 2005).

Gambar Lidah dan Pembagian Papilla

Keterangan papilla pada lidah:

1. Pp. fungiformis : 2/3 anterior lidah

2. Pp. circumvalata : post.lidah, depan sulkus terminalis

3. Pp. foliata : post-lateral lidah

Masing-masing papilla pengecap dipersarafi 50 serat saraf dan setiap serat saraf menerima masukan dari rata-rata 5 papilla pengecap. Papilla circumvalata yang lebih besar masing-masing mengandung sampai 100 papilla pengecap, biasanya terletak di sisi papilla, tetapi karena terbatasnya data maka disebutkan ada sekitar 200-250 taste buds per papilla circumvalata pada setiap individu dibawah usia 20 tahun, dan menurun hingga 200 taste buds atau kurang menjelang maturitas, dan kurang lebih 100 taste buds menjelang usia 75 tahun. Penelitian dengan mikroelektroda pada satu taste buds memperlihatkan bahwa setiap taste buds biasanya hanya merespon terhadap satu dari empat rangsang kecap primer, bila substansi pengecap berada dalam konsentrasi rendah. Pada konsentrasi tinggi, sebagian besar taste buds dapat dirangsang oleh dua, tiga atau bahkan empat rangsang pengecap primer dan juga oleh beberapa rangsang pengecap yang lain yang tidak termasuk dalam kategori primer (Diah Savitri,1997; Ganong, 1998).

Pada orang usia lanjut, permukaan dorsal lidah cenderung menjadi lebih licin karena atrofi papilla lidah. Perubahan histopatologi pada lidah menunjukkan adanya atrofi papilla yang sering dimulai dari ujung lidah dan sisi lateral. Beberapa peneliti melaporkan jumlah taste buds yang terdapat pada papilla circumvalata berkurang yang menyebabkan menurunnya sensitivitas rasa (Sayuti, 1998).Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan untuk mendeteksi gangguan pengecapan ialah:

1. The Drop Technique

Digunakan 4 macam rasa manis (gula pasir), pahit (kinin), kecut/asam (lar. Asam cuka) dan asin (larutan garam). Penderita diminta utk mengidentifikasi rasa dari bahan tes yang diletakkan diatas lidah sambil menutup hidung.

2. Elektrogustometri

Tes pengecapan secara kuantitatif.Salah satu perubahan yang terjadi pada air ludah penderita dengan gangguan pengecapan adalah berkurangnya kadar Zn di dalam air ludah. Kadar Zn pada air ludah orang dewasa berkisar 90-120 g/100 ml. Mineral Zn berperanan di dalam fungsi berbagai indera seperti melihat, mencium bau dan mengecap.Kadar Zn di dalam air ludah ditentukan oleh diet/ makanan yang dikonsumsi, misalnya makanan yang berasal dari protein hewani mengandung banyak mineral Zn, sedangkan sebaliknya makanan yang berasal dari protein tumbuh-tumbuhan mengandung sedikit Zn.Pada mereka yang menjadi vegetarian (mengkonsumsi makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan) dan padamereka yang tidak nafsu makan karena gangguan kejiwaan (anoreksia nervosa) dapat mengakibatkan kurangnya mineral Zn sehingga hal ini perlu mendapat perhatian jika mengalami gangguan pengecapan. Saliva Penurunan fungsi kelenjar saliva merupakan suatu keadaaan normal pada proses penuaan ( Lansia mengeluarkan jumlah saliva yang lebih sedikit pada keadaan istirahat, saat berbicara, maupun saat makan ( Keluhan xerostomia atau mulut kering. Meningkatnya usia ( degenerasi epitel saliva, atrofi, hilangnya asini dan fibrosis ( saliva nonstimulasi secara keseluruhan volumenya ( pada usia tua. Fungsi utama dari saliva adalah pelumasan, buffer, dan perlindungan untuk jaringan lunak dan keras oral (penurunan aliran saliva akan mempersulit fungsi bicara dan penelanan, & me( jumlah karies gigi, dan me( trauma mukosa (mekanis dan infeksi microbial). Xerostomia juga dapat disebabkan oleh pemakaian obat-obatan oleh pasien, biasanya untuk mengatasi keluhan pencernaan, depresi, atau insomnia. Proses Menua Pada Jaringan Keras Rongga Mulut Enamel

Perubahan yang terjadi : Warna gelap karena penambahan bahan organik atau warna dentin yang terlihat karena menipisnya lapisan enamel. Pemeabilitas enamel berkurang karena mengecilnya mikro pori enamel Kandungan air di enamel berkurang Komposisi permukaan enamel berubah teutama penambahan kandungan fluor sesuai perubahan pada lingkungan mulut. Akibatnya insiden karies berkurang.Pada email terjadi :

Atrisi : hilangnya sesuatu subtansi gigi secara bertahap akibat pengunyahan. Penyebabnya adalah proses pengunyahan di dukung oleh kebiasaan buruk seperti mengunyah sirih.

Erosi : melarutnya email gigi dan asam, hilangnya jaringan keras dan tidak melibatkan bakteri. Penyebabnya makanan dan minuman yang mengandung asam dengan PH < 5,5

Abrasi : terkikisnya lapisan email gigi karena faktor mekanik, disebabkan oleh cara penyikat gig dengan arahh horizontal dan dengan penekanan berlebihan (adalah bentuk yang paling sering ditemukan)

DentinKarena adanya perubahan pada enamel (ex. Atrisi). Perubahan pada dentin. Stimulasi odontoblas menghasilkan pola pelapisan dentin yang jarang - jarang, sehingga serat matriks orientasinya menjadi berjauhan dan susunan tubulus menjadi kacau. Reaksi kedua dapat terbentuk dentin sklerotik pada tubulus yang terekspos di area atrisi. Material yang terdeposisi pada dentin sklerotik lebih mengandung apatit ke dalam tubulus dentin. Prosesnya dimulai dari akar ke korona pada dentin yang sudah tua terbentuk perluasan batas permukaan pulpa pada dentin yang menunjukkan konsentrasi tertinggi flouride disebabkan penggabungan fluoride dari cairan jaringan pulpa pada pembentukan dentin yang lambat.Reaksi kompleks dentin pada proses penuaan ialah terjadinya pembentukkan :

Dentin Sekunder, yang merupakan kelanjutan dentinogenesis serta reduksi jumlah odontoblas Dentin Tersier, respon rangsangan dan odontoblast berdesakan serta tubulus dentin bengkok

Dentin Sklerotik, karies terhenti/ berjalan sangat lambat dan tubulus dentin menghilang

Dead Tracks (Sal. Mati), tubulus dentin kosong Pulpa

Perubahan yang Terjadi pada Pulpa saat Proses Menua:

1. Perubahan ukuran: reduksi progresif karena penambahan dentin sekunder ke ruang pulpa. Berhubungan dengan berkurangnya suplai darah karena obliterasi foramen apical oleh sementum dan second dentin berkurang jumlah pembuluh darah. 2. Mengalami fibrotik: akhirnya berkurangnya sel di pulpa, hingga terbentuk vakuola interseluler dan intraseluler. Dimana berkurangnya sel di pulpa tersebut juga dapat disebabkan oleh usia yang telah menua, sehingga produksi sel-sel untuk melakukan pembaruan melambat hingga pada akhirnya berhenti, tidak seproduktif layaknya usia pertumbuhan sebelumnya. 3. Pulp stones: karena kalsifikasi serat kolagen saat ikatan silang pada kolagen yang terlalu luas. 4. Adanya pengurangan jumlah serat saraf: karena terjadi penipisan pada selubung perineural. 5. Reduksi ukuran ruang pulpa: dengan adanya pertambahan bentukan dentin sekunder dan pertambahan usia, maka ukuran kamar pulpa menjadi mengecil daripada sebelumnya. 6. Jumlah sesungguhnya serat kolagen berkurang: karena serat kecil beragregasi menjadi serat besar. Ikatan silangnya pada kolagen pulpa, sehingga terjadi dihidroksilin onorleukin.

SementumSementum merupakan jaringan keras gigi yang membungkus dentin pada akar anatomis, dibentuk oleh sel sementoblast yang merupakan perkembangan dari sel mesenkim yang tidak terdeferensiasi. Daerah tertebal terdapat pada ujung akar sebagai akibat dari erupsi pasif. Pertautan antara dentin dan sementum sangat halus dan pertautan antara sementum dengan enamel memiliki perlekatan yang kuat.Seiring bertambahnya usia, sementum bertambah tebal karena adanya deposisi atau kalsifikasi dari sementum seluler. Kalsifikasi tersebut merupakan suatu keadaan yang fisiologis jika merupakan suatu bentuk kompensasi dari perubahan proporsi dan atrisi dari gigi seiring penggunaanya selama kehidupan (mastikasi). Bentuk sementum yang terkalsifikasi tersebut tidak beraturan atau irreguler. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor predisposisi mudahnya pembentukan plak.

Terdapat beberapa tipe sementum:1) Sementum serabut intrinsik aseluler primer. Ini adalah sementum yang pertama kali terbentuk dan telah ada sebelum serabut periodontal utama terbentuk sempurna. Jaringan ini meluas dari tepi servikal ke sepertiga akar gigi pada beberpa gigi dan mengelilingi seluruh akar pada sejumlah gigi lainnya (insisivus dan kaninus). Di daerah permukaan, sementum lebih termineralisasi dibandingkan di daerah dekat dentin dan mengandung kolagen yang awalnya dihasilkan oleh sementoblas dan kemudian oleh fibroblast.2) Sementum serabut ekstrinsik aseluler primer. Merupakan sementum yang terus menerus terbentuk sekitar serabut periodontium primer setelah keduanya telah digabungkan ke dalam semntum serabut intrinsik aseluler primer.3) Serabut serabut intrinsik seluler sekunder. Sementum ini memiliki penampilan seperti tulang dan hanya memainkan peran yang kecil dalam perlekatan serabut. Sementum ini terjadi lebih sering dibagian apeks akar premolar dan molar.4) Sementum serabut campuran seluler sekuder. Sementum ini adalahsuatu tipe adaptif dari sementum seluler yang melibatkan serabut periodontium sambil terus berkembang. Distribusi danperluasannya sangat bervariasi dan dapat dikenali oleh adanyainklusi sementosit, tampilannya yang berlapis-lapis, dankeberadaan sementoid di permukaannya.5) Sementum afibriler aseluler. Merupakan sementum yang terdapat pada email yang tidak berperan dalam perlekatan tersebut. Walaupun kadang-kadang mengandung sel, sementum tidak memiliki vaskularisasi dan tampaknya lebih tahan terhada resorbsi dibanding tulang. Pembentukan sementum adalah suatu proses berkesinambungan dandipengaruhi oleh perubahan posisi dan fungsi gigi. Perubahan pada pulpa gigi pada lansia juga berpengaruh terhadap rencana perawatan yang akan diberikan. Pulpa, seperti halnya jaringan ikat lain, akan berubah sesuai dengan perjalanan usianya. Perubahan tersebut ada yang bersifat alamiah (kronologik), ada pula yang akibat cedera (patofisiologik) seperti akibat karies, penyakit periodontium, truma atau prosedur restoratif gigi. Tulang Alveolar Puncak massa tulang dewasa usia 35 th( menurun sejalan usia ( hilangnya tulang kortikal & trabekular. (penurunan ketebalan kortikal lebih besar pada wanita daripada pria. Ketidakseimbangan antara resorpsi dan penggantian tulang pada sistem Haversian. Hilangnya mineral tulang oleh karena usia melalui resorpsi matriks tulang ( Proses ini dapat dipercepat oleh tanggalnya gigi, penyakit periodontal, protesa yang tidak adekuat, dan penyakit sistemik. Penurunan tinggi alveolar ( akibat pemakaian gigi tiruan lengkap jangka panjang( berpotensi untuk membebani dan merusak tulang alveolar di bawahnya. ( resorpsi lapisan kotikal luar cenderung lebih besar dan cepat (krn lbh tipis dibanding bagian dlam)( alveolar RA mengalami resopsi, maksila menjadi lebih kecil dalam segala arah dan menjadi lebih sempit. Tulang alveolar RB cenderung bergeser kearah lingual dan ke bawah di daerah anterior, dan di daerah posterior bergeser ke bukal (Korteks sebelah luar lebih tebal daripada korteks lingual)( Akibatnya lengkung mandibula tampak menjadi lebih lebar. Temporo Mandibular JoinOsteoartritis adalah proses degenerasi atau penuaan sendi. Pada proses penuaan ini lapisan tulang rawan sendi yang terdapat pada rongga sendi menipis, sehingga jarak antara dua tulang saling bedekatan. Hal ini terjadi dalam waktu yang lama membuat rasa ngilu pada sendi bila digerakan. Reaksi lain yang timbul akibat dari beradunya dua tulang tersebut membuat jaringan tulang manjadi kasar dan timbul berduri (spur).Osteoarthritis adalah tipe dari arthritis yang disebabkan oleh kerusakan atau penguraian dan akhirnya kehilangan tulang muda (cartilage) dari satu atau lebih sendi-sendi. Cartilage adalah senyawa protein yang melayani sebagai "bantal" antara tulang-tulang dari sendi-sendi. Osteoarthritis juga dikenal sebagai degenerative arthritis.

1. Etiologi.

Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui sebabnya, yang disebut denganosteoartritis idiopatik. Pada kasus yang lebih jarang, osteoartritis dapat terjadi akibat trauma pada sendi, infeksi, atau variasi herediter, perkembangan, kelainan metabolik dan neurologik., yang disebut dengan osteoartritis sekunder. Onset usia pada osteoartritis sekunder tergantung pada penyebabnya; maka dari itu, penyakit ini dapat berkembang pada dewasa muda, dan bahkan anak-anak, seperti halnya pada orang tua. Sebaliknya, terdapat hubungan yang kuat antara osteoartritis primer dengan umur. Osteoartritis biasanya melibatkan semua jaringan yang membentuk sendi sinovial, termasuk rawan sendi, tulang subchondral, tulang metafise, synovium, ligamen, kapsul sendi, dan otot otot yang bekerja melalui sendi; tetapi perubahan primer meliputi kerusakan rawan sendi, remodeling tulang subchondral, dan pembentukan osteofit.2. Patogenesis

tulang rawan

KONDROSIT mengalami degenerasi

tulang rawan tipis (matriks dan struktur)

tulang rapuh permukaan tulang rawan kasar dan berlubang

sendi tidak bisa bergerak dengan halus

semua komponen dalam sendi (tulang, kapsul sendi,

jaringan sinovial, tendon dan tulang rawan)

kekakuan sendi

Perubahan jaringan synovial

Cairan synovial akan berkurang ( mempengaruhi kelancaran pergerakan dari diskus artikularis

Akibat lebih lanjut ( terjadi krepitasi pada gerak sendi

Pada keadaan lebih parah dapat merobek atau merusak diskus artikularis

Perubahan pada ligamentum sendi Pengurangan ketebalan kapsula sendi

Pengurangan daya tahan regangan dari serat kolagen yang membentuk ligamentum TMJ ( penurunan keleluasaan artikulasi sendi TMJ

Pintesa kolagen juga akan menurun ( bila tjd kerusakan ligamentum, proses reparasi juga melambat

2.3 Faktor faktor yang mempengaruhi proses menua Faktor Lingkungan (ekternal)1. Toksin, zat kimia --- Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap obat-obatan kimia karena dapat menyebabkan kelainan bawaan. Ibu hamil yang perokok atau peminum alkohol akan melahirkan bayi yang cacat.2. Infeksi --- Infeksi pada trimester pertama dan kedua kehamilan oleh TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, herpes Simplex), PMS (Penyakit Menular Seksual), dan penyakit virus lainnya dapat mengakibatkan kelainan pada janin..3. Radiasi. Seperti radiasi dari bom atom dan bocornya pipa gas beracun.4. Infeksi Intrauterine. Seperti varisela, malaria, HIV, virus hepatitis dan virus influenza. Faktor dalam (internal)1. GenetikPengaruh genetik bersifat heredo-konstitusional yang artinya bahwa bentuk untuk konstitusi seseorang ditentukan oleh faktor keturunan. Faktor genetik akan berpengaruh pada kecepatan pertumbuhan, kematangan tulang, gizi, alat seksual, dan saraf.2. Pengaruh hormonPengaruh hormon sudah terjadi sejak masa pranatal yaitu saat janin berumur 4 bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang cepat dan kelenjar pituitary dan tiroid mulai bekerja. Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary.

3. Gizi

Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) atau lahir mati. Disamping itu dapat pula menyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus, dan sebagainya.

4. Kelainan imunologi

Kelainan imunologi akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin karena dapat menyebabkan terjadinya abortus, selain itu juga kekurangan oksigen pada janin juga akan mempengaruhi gangguan dalam plasenta yangdapat menyebabkan bayi berat lahir rendah.

5. Psikologi ibu

Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin yang terdapat di dalam kandungan karenajanin dapat ikut merasakan apabila ibunya sedang sedih. Ibu hamil yang mengalami gangguan psikologi, maka dia tidak akan memperhatikan kondisi kandungannya dan akan berakibat pada kelahiran bayi yang tidak sehat.

6. Mekanis

Kelainan bawaan pada bayi dapat disebabkan oleh trauma dan cairan yang kurang. Demikian posisi janin yang tidak normal dapat menyebabkan berbagai kelainan pada bayi yang dilahirkan dan pertumbuhan terhambat. Pencegahannya:

1. Menghindari merokok

Ibu yang merokok mungkin merupakan faktor risiko lingkungan terbaik yang telah dipelajari untuk terjadi celah orofacial. Ibu yang memnggunakan tembakau selama kehamilan dapat meningkatkan resiko terjaadinya celah orofacial

2. Menghindari alkohol

Peminum alkohol berat selama kehaamilan diketahui dapat meningkatkan tumbuh kembang embrio dan langit-langit mulut sumbing memiliki hubungan dengan terjadinya defek sebanyak 10% kasus pada sindrom alkohol fetal.BAB 3KESIMPULANProses menua adalah suatu proses yang alami dimana terjadi kemunduran dan berkurangnya kemampuan sel dalam melaksanakan berbagai fungsinya. Begitu juga penuaan yang terjadi yang terjadi didalam rongga mulut. Yaitu pada jaringan keras dan jaringan lunak di dalam rongga mulut. Penuaan ini sendiri dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Dan dengan terjadinya penuaan ini akan membuat dampak serta kelainan pada rongga mulut itu sendiri.

22