LAPORAN TRIWULANAN - bi.go.id · kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas...

91
LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017

Transcript of LAPORAN TRIWULANAN - bi.go.id · kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas...

LAPORAN TRIWULANAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate

Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017

LAPORAN TRIWULANAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate

Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-31-24017

TRIWULAN II-2009

VISI BANK INDONESIA

“Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”

MISI BANK INDONESIA

“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan

stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan”

TUGAS BANK INDONESIA (Pasal 8 UU No. 23 Tahun 1999)

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, 2. Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran, 3. Mengatur dan mengawasi bank.

Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi : Kelompok Kajian, Statistik, Survey dan Pengawasan Bank Kantor Bank Indonesia Ternate Jl. Jos Sudarso No. 1, Ternate Telp : (0921) 3121217 Fax : (0921) 3124017

i

KATA PENGANTAR

Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan

melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran

serta mengatur dan mengawasi bank dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan

nilai rupiah.

Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di

daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan

sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.

Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan

moneter, Bank Indonesia Ternate berperan memberikan masukan dengan menyusun dan

menerbitkan suatu produk yaitu Laporan Perkembangan Ekonomi, Kinerja Perbankan dan

Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara. Laporan ini diolah berdasarkan data dan

informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank

Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu

kebijakan di daerah. Laporan Triwulan ini meliputi perkembangan inflasi regional; ekonomi,

moneter dan Perbankan; sistem pembayaran dan prospek ekonomi.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa

kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan

kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini

menjadi lebih baik di waktu yang akan datang.

Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami

sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.

Ternate, 5 Agustus 2009 BANK INDONESIA TERNATE

Marlison Hakim Pemimpin

ii

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiDAFTAR TABEL ivDAFTAR GAMBAR vTABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH vii RINGKASAN EKSEKUTIF iv BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1 1.1 Gambaran Umum 1 1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 2 1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 11 BOKS 1 Analisa Kinerja Ekspor Maluku Utara 24 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL 28 2.1 Gambaran Umum 28 2.2 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang 29 2.2.1. Inflasi IHK Triwulanan (q-t-q) 29 2.2.2. Inflasi IHK Tahunan (y-o-y) 33 BOKS 2 High Cost Economics dalam Bongkar-Muat Barang di Ternate

dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Harga Barang

38

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN 41 3.1 Perkembangan Perbankan 41 a. Perkembangan Aset Bank Umum 41 b. Penghimpunan Dana Bank Umum 45 c. Penyaluran Kredit 47 c.1. Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor 47 c.2 Persetujuan Kredit Baru 49 d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum 51 e. Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum 52 BOKS 3 Bank dan Pertumbuhan Ekonomi di Maluku Utara 54

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 57 4.1 Gambaran Umum 57 4.2 Pendapatan Daerah 58 4.3 Belanja Daerah 59 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 61 5.1 Transaksi RTGS 61 5.2 Transaksi Kliring 62 5.3 Transaksi Tunai 64

iii

5.4 Pemusnahan Uang 65 BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH 67 6.1 Kondisi Umum 68 6.2 Lapangan Pekerjaan Utama 68 6.3 Status Pekerjaan Utama 69 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 71 7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 71 7.2 Prosoek Inflasi Daerah 72

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (q-t-q) 30Tabel 2.2 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

(q-t-q) 31

Tabel 2.3 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q)

31

Tabel 2.4 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q) 31Tabel 2.5 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (q-t-q) 32Tabel 2.6 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (q-t-q) 32Tabel 2.7 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q-t-q) 33Tabel 28 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (y-o-y)

Tabel 2.9 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (y-o-y)

34

Tabel 2.10 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar (y-o-y)

35

Tabel 2.11 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (y-o-y) 35Tabel 2.12 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (y-o-y) 36Tabel 2.13 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (y-o-y) 36Tabel 2.14 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q-t-q) 37Tabel 3.1 Komposisi Kepemilikan Aset Perbankan di Maluku Utara (Milyar Rp) 43Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Perbankan (Miliar rupiah) 48Tabel 5.1 Rata-rata Transaksi Harian 63Tabel 5.2 Rata-rata Harian Penarikan Cek/BG Kosong 63Tabel 6.1 Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor di Ternate 69Tabel 6.2 Tenaga Kerja Bedasarkan Status Pekerjaan (Ribu orang) 70Tabel 7.1 Indeks Ekspektasi terhadap Harga Umum & Suku Bunga Kredit 73Tabel 7.2 Indeks Ekspektasi terhadap Penjualan 73

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Perkembangan PDRB Riil Maluku Utara 1

Gambar 1.2 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Permintaan dan Kontribusinya (y-o-y) 3

Gambar 1.3 Perkembangan Konsumsi Riil Maluku Utara 4

Gambar 1.4 Konsumsi Riil Masyarakat Maluku Utara (Milyar Rupiah) 5

Gambar 1.5 Perkembangan Investasi Riil Maluku Utara 6

Gambar 1.6 Perkembangan Riil Pengeluaran Pemerintah 8

Gambar 1.7 Perkembangan Ekspor Riil 10

Gambar 1.8 Perkembangan Impor Maluku Utara 10

Gambar 1.9 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Penawaran dan Kontribusinya (y-o-y) 12

Gambar 1.10 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian 13

Gambar 1.11 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian 14

Gambar 1.12 Pertumbuhan Ekspor Nickel dan Harga Nickel Dunia 15

Gambar 1.13 Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan 16

Gambar 1.14 Perkembangan PDRB Riil Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 17

Gambar 1.15 Perkembangan PDRB Riil Sektor Bangunan 18

Gambar 1.16 Perkembangan PDRB Riil Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 19

Gambar 1.17 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 20

Gambar 1.18 Perkembangan PDRB Riil Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 21

Gambar 1.19 Perkembangan PDRB Riil Sektor Jasa-jasa 23

Gambar 2.1 Perbandingan Inflasi Triwulanan (q-t-q)

29

Gambar 2.2 Perbandingan Inflasi Tahunan (y-o-y) 29

Gambar 3.1 Perkembangan Aset Perbankan Maluku Utara 42

Gambar 3.2 Perkembangan Aset Valuta Asing 44

Gambar 3.3 Proporsi DPK Perbankan 45

Gambar 3.4 Proporsi Persetujuan Kredit Baru 50

Gambar 3.5 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 52

Gambar 3.6 Perkembangan NPL’s Perbankan Daerah 53Gambar 4.1 Perkembangan APBD Maluku Utara 57

vi

Gambar 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS Maluku Utara 62

Gambar 5.2 Rata-rata Transaksi Kliring Harian 63

Gambar 5.3 Arus Uang Tunai BI Ternate 65

Gambar 5.4 Perbandingan Inflow dengan Jumlah Kas Keliling 65

Gambar 5.5 Persentase Uang yang Diracik Terhadap Uang Masuk 66

Gambar 6.1 Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja 67

Gambar 6.2 Tingkat Pengangguran Terbuka 68

Gambar 7.1 Ekspektasi Kegiatan Usaha 71

vii

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH INFLASI & PDRB

INDIKATOR TAHUN 2008 TAHUN 2009

Tw. 4 Tw.1 Tw.2 MAKRO Indeks Harga Konsumen (Kota Ternate) 115,88 117,33 117,01Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 11,25 7,64 4,34 PDRB - harga konstan (miliar Rp) - Pertanian 240,33 241,67 248,33464 - Pertambangan & Penggalian 29,40 27,00 27,84503 - Industri Pengolahan 83,35 83,72 86,83 - Listrik, Gas & Air Bersih 3,27 3,20 3,31 - Bangunan 12,44 12,07 12,47 - Perdagangan, Hotel & Restoran 168,00 171,99 178,77 - Pengangkutan & Komunikasi 54,53 54,71 56,30 - Keuangan, Persewaaan & Jasa 23,92 24,40 25,10 - Jasa 51,38 51,09 53,45Pertumbuhan PDRB (yoy %) 3,85 4,66 4,94 Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 47,50 27,62 25,23*Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 971,48 815,45 816,96*Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) - - 0,68*Volume Impor Nonmigas (ribu ton) - - 0,05*

Keterangan * Data Ekspor dan Impor pada Tw.2 baru mencakup April dan Mei 2009

viii

PERBANKAN  

INDIKATOR TAHUN 2008 TAHUN 2009

Tw. 4 Tw.1 Tw.2 PERBANKAN Bank Umum: Total Aset (Rp triliun) 3,04 3,01 3,18DPK (Rp triliun) 2,80 2,83 2,90 - Giro 0,80 1,01 0,99 - Tabungan 1,47 1,25 1,33 - Deposito 0,53 0,57 0,57Kredit (Rp triliun) 1,27 1,38 1,53 - Modal Kerja 0,42 0,47 0,52 - Investasi 0,11 0,11 0,14 - Konsumsi 0,74 0,81 0,88LDR 45,35% 48,94% 52,82%Kredit UMKM (Rp juta) Kredit Mikro (Rp juta) 606,712 623,267 658,338 - Modal Kerja 46,308 49,347 54,411 - Investasi 7,903 9,127 10,615 - Konsumsi 552,501 564,793 593,312Kredit Kecil (Rp juta) 301,509 364,648 438,688 - Modal Kerja 121,484 130,857 147,178 - Investasi 28,186 28,145 37,665 - Konsumsi 151,839 205,646 253,845Kredit Menengah (Rp juta) 327,212 343,813 366,353 - Modal Kerja 222,651 236,522 254,935 - Investasi 73,13 71,513 79,953 - Konsumsi 31,431 35,778 31,465Total Kredit MKM (Rp juta) 1235,433 1331,728 1463,379NPL MKM (%) 3,75 3,77 3,31

Keterangan:

Klredit Mikro (< Rp50 juta)

Klredit Kecil (Rp50 juta < X ≤ Rp500 juta)

Klredit Mikro (Rp500 juta < X ≤ Rp5 miliar)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Ringkasan Eksekutif x

Ringkasan Eksekutif

GAMBARAN UMUM

Perekonomian Maluku Utara pada triwulan II-2009

tumbuh secara moderat dibandingkan kondisi triwulan I-

2009. Kinerja perekonomian yang terjadi pada triwulan

laporan masih melanjutkan trend positif setelah kontraksi

ekonomi yang terjadi pada triwulan IV-2008. Pada triwulan II-

2009 angka pertumbuhan tahunan PDRB atas dasar harga

konstan tahun 2000 tercatat sebesar 4,94% (y-o-y), sedikit

meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada

triwulan sebelumnya yang sebesar 4,66% (y-o-y).

Tingkat inflasi di Ternate pada Triwulan II-2009

mengalami penurunan dibandingkan dengan Triwulan I-

2009, maupun bila dibandingkan terhadap periode yang

sama tahun 2008. Secara triwulanan perkembangan harga di

Ternate pada triwulan II-2009 tercatat mengalami deflasi

sebesar minus 0,27%, dimana pada triwulan I-2009 masih

terjadi inflasi sebesar 1,25%. Secara tahunan inflasi yang

terjadi adalah sebesar 4,34%, jauh lebih rendah jika

dibandingkan dengan inflasi tahunan yang terjadi pada

triwulan I-2009 yang mencapai 7,64%.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Kinerja perekonomian Maluku Utara pada triwulan II-

2009 menunjukkan pertumbuhan positif. Hal ini tergambar

dari angka pertumbuhan tahunan PDRB atas dasar harga

konstan tahun 2000 sebesar 4,94% (y-o-y) yang meningkat

secara moderat jika dibandingkan dengan pertumbuhan

periode sebelumnya yaitu 4,66% (y-o-y).

Perekonomian Provinsi Maluku Utara pada triwulan II-2009 mengalami pertumbuhan sebesar 4,94% (y-o-y).

Tingkat inflasi tahunan di Ternate mengalami penurunan...

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Ringkasan Eksekutif xi

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi yang

terjadi di Maluku Utara pada triwulan II-2009 sebesar 4,94%

(y-o-y) secara dominan masih ditopang oleh peningkatan

kegiatan konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah.

Kegiatan ekspor dari daerah Maluku Utara masih mengalami

penurunan seiring dengan penurunan permintaan akibat

krisis ekonomi yang melanda perekonomian dunia sejak awal

triwulan IV-2008.

Beberapa faktor pendorong peningkatan konsumsi

adalah peningkatan pendapatan masyarakat terkait adanya

panen hasil bumi terutama komoditas pala dan kopra yang

dimulai pada bulan Juni serta adanya musim tuna dan

cakalang yang juga dimulai pada bulan Juni. Lalu mulai

berjalannya proyek-proyek pemerintah serta cairnya gaji ke-

13 di kalangan PNS juga diyakini sebagai faktor pendorong

konsumsi.

Pertumbuhan investasi di Maluku Utara pada triwulan

II-2009 masih cukup tinggi meskipun mengalami

perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada

triwulan II-2009 investasi tercatat mengalami pertumbuhan

sebesar 33,51% (y-o-y) dimana pada triwulan I-2009

pertumbuhan yang terjadi adalah 37,68% (y-o-y). Masih

tingginya investasi disebabkan karena pelaksanaan proyek-

proyek pembangunan Pemerintah Daerah, baik itu untuk

daerah lama seperti Ternate dan Tidore, maupun

pembangunan di daerah-daerah yang baru saja mengalami

pemekaran.

Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor

perekonomian di Maluku Utara pada triwulan II-2009

mengalami pertumbuhan, kecuali sektor pertambangan dan

penggalian yang mengalami kontraksi. Sektor yang

memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi pada periode laporan adalah sektor pertanian serta

sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Di sisi permintaan, pertumbuhan tahunan didorong tingginya konsumsi...

Di sisi penawaran, hampir seluruh sektor perekonomian mengalami pertumbuhan ...

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Ringkasan Eksekutif xii

Apabila ditelaah secara lebih terperinci pada sektor

pertanian, lonjakan pertumbuhan dialami oleh sub sektor

kehutanan, dimana pertumbuhannya pada triwulan II-2009

adalah 28,87% (y-oy), sedangkan pada triwulan I-2009

pertumbuhannya hanya sebesar 0,31% (y-o-y). Kondisi ini

didorong oleh aktivitas kehutanan terutama untuk kayu

damar dan rotan yang banyak berada di Kabupaten

Halmahera Barat.

Pada triwulan II-2009 sektor perdagangan, hotel dan

restoran tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan I-

2009. Pertumbuhan yang terjadi pada triwulan laporan

adalah sebesar 7,30% (y-o-y), sedikit menurun dibandingkan

dengan triwulan I-2009 yang sebesar 7,57% (y-o-y).

Perlambatan ini terutama dipicu oleh perlambatan pada sub

sektor perdagangan besar dan eceran serta sub sektor hotel,

sedangkan sub sektor restoran masih menunjukan kinerja

pertumbuhan yang tinggi.

INFLASI REGIONAL

Secara triwulanan, inflasi tertinggi pada triwulan ini

terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga

(16,24%). Sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi

pada kelompok ini adalah pendidikan yang inflasinya

mencapai 24,01%. Kondisi ini disebabkan karena

meningkatnya permintaan atas jasa pendidikan seiring

terjadinya tahun ajaran baru dan penerimaan mahasiswa

baru.

Deflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan

makanan dengan deflasi sebesar minus 1,89%. Deflasi pada

kelompok ini terutama disebabkan oleh deflasi pada sub

kelompok ikan segar yang mengalami deflasi sebesar minus

7,20%, dan sub kelompok bumbu-bumbuan yang deflasinya

sebesar minus 12,78%. Komoditas ikan segar yang

mengalami penurunan harga yaitu cakalang, lolosi, kembung,

Kelompok bahan makanan secara triwulanan mengalami deflasi ...

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga secara triwulanan mengalami inflasi tertinggi ...

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Ringkasan Eksekutif xiii

malalugis, tude, ekor kuning, goropa dan bubara. Penurunan

harga ini disebabkan karena masa panen ikan khususnya

tuna dan cakalang, sehingga pasokan menjadi banyak.

Adapun komoditas yang mengalami penurunan harga pada

sub kelompok bumbu-bumbuan adalah cabe rawit dan

bawang putih.

Jika dilihat secara tahunan inflasi tertinggi terjadi pada

kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar

16,24%, sedangkan penurunan harga terjadi pada kelompok

transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar minus

3,41%. Pendidikan merupakan sub kelompok yang

mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 24,01% pada

kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Sub kelompok

yang mengalami deflasi pada kelompok transpor, komunikasi

dan jasa keuangan adalah transpor yang mengalami

penurunan harga mencapai minus 5,96%%.

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Pada triwulan II-2009 kegiatan intermediasi

perbankan mengalami peningkatan. Pada triwulan laporan

LDR bank umum tercatat mengalami pertumbuhan sebesar

35,98% (y-o-y), dengan angka LDR sebesar 52,82%,

sedangkan pada periode yang sama tahun lalu LDR tercatat

sebesar 39,10%.

Hingga triwulan II-2009, belum terjadi penambahan

kantor bank umum yang beroperasi di Maluku Utara,

meskipun telah ada rencana pembukaan kantor cabang baru

oleh salah satu bank untuk lokasi diluar Kota Ternate. Data

yang dimiliki oleh Bank Indonesia Ternate menunjukkan

bahwa sampai dengan Bulan Juni 2009 terdapat 10 (sepuluh)

bank umum (konvensional dan syariah) dan 1 (satu) bank BPR

yang beroperasi. Dari seluruh Bank yang ada di Maluku

Utara, pelayanan kepada nasabah dilakukan oleh perbankan

melalui 38 kantor bank umum termasuk BRI Unit dan 1 BPR,

Kegiatan intermediasi perbankan mengalami peningkatan ...

Inflasi tahunan tertinggi dialami oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga...

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Ringkasan Eksekutif xiv

serta beberapa ATM dan payment point yang masih terpusat

kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten

Halmahera Utara.

KEUANGAN DAERAH

Berdasarkan data Dinas Pendapatan dan Pengelolaan

Aset Daerah Provinsi Maluku Utara, tingkat realisasi

pendapatan daerah hingga triwulan I-20091 mencapai

19,31%. Realisasi pendapatan hingga bulan maret 2009

adalah Rp 139,3 milyar rupiah dimana target anggaran yang

ditetapkan adalah 721,4 milyar rupiah.

SISTEM PEMBAYARAN

Penyelesaian transaksi dengan menggunakan RTGS

pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya. Pada periode triwulan II-2009 tercatat

jumlah transaksi sebesar 2,3 triliun rupiah atau tumbuh

sebesar 7,75% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya.

Volume transaksi pada triwulan II-2009 tercatat sebanyak

4.648 transaksi, atau tumbuh sebesar 22,16%.

Rata-rata penyelesaian transaksi harian melalui kliring

pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan. Nilai rata-rata

harian transaksi kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar

2,35 miliar rupiah, atau tumbuh sebesar 0,61% (q-t-q)

dimana pada triwulan I-2009 nilainya adalah 2,33 miliar

rupiah. Jika dilihat rata-rata harian jumlah warkat, tidak

terdapat peningkatan yang signifikan dimana jumlahnya pada

triwulan I-2009 adalah 48 lembar, sedangkan pada triwulan

II-2009 jumlahnya 49.

Pada triwulan II-2009 perkembangan total transaksi

tunai di Ternate mengalami peningkatan yang signifikan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-

1 Data realisasi pendapatan daerah triwulan II-2009 belum tersedia

Realisasi pendapatan daerah hingga triwulan I-2009 mencapai 19,31% ...

Aliran uang kartal di Bank Indonesia Ternate mengalami peningkatan ...

Rata-rata penyelesaian transaksi harian melalui kliring mengalami peningkatan ...

Penyelesaian transaksi dengan menggunakan RTGS mengalami peningkatan ...

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Ringkasan Eksekutif xv

2009, total transaksi (inflow dan outflow) mencapai 279,47

miliar rupiah, dimana pada triwulan I-2009 total transaksinya

adalah 207,63 miliar rupiah. Dengan kata lain pada triwulan

II-2009 terjadi peningkatan total transaksi tunai sebesar

34,60% (q-t-q). Jumlah dana yang keluar dari bank Indonesia

Ternate (outflow) mencapai Rp 241,71 miliar, sedangkan

jumlah dana yang masuk (inflow) hanya sebesar Rp 37,76

miliar. Tingginya outflow pada triwulan laporan disebabkan

oleh dua hal, yaitu peningkatan kebutuhan uang tunai

karena bertepatan dengan masa pemilu dan kenaikan

pendapatan seiring terjadinya panen hasil bumi dan panen

tuna.

TENAGA KERJA

Jumlah angkatan kerja dan penduduk yang bekerja di

Ternate sampai dengan bulan Februari 2009 secara tahunan

mengalami peningkatan, serta diikuti dengan penurunan

tingkat pengangguran terbuka. Pada posisi bulan Februari

2009 jumlah angkatan kerja di Ternate adalah 440,66 ribu

jiwa atau mengalami kenaikan sebesar 5,56% (y-o-y) dimana

jumlah angkatan kerja pada posisi Februari 2008 adalah

417,45 ribu jiwa. Karena penyerapan tenaga kerja yang lebih

tinggi dibandingkan pertambahan angkatan kerja maka

tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan

sebesar minus 5,97% (y-o-y) dari 7,03% pada Februari 2008

menjadi 6,61% pada Februari 2009 .

Proporsi sektor primer dalam menyerap tenaga kerja

secara tahunan mengalami penurunan. Pada Februari 2008

sektor primer menyerap 62,46% dari seluruh tenaga kerja

yang ada di Maluku Utara sedangkan pada Februari 2009

penyerapan tenaga kerja di sektor ini sebesar 57,48%.

Turunnya penyerapan tenaga kerja pada sektor primer diikuti

oleh peningkatan pada sektor sekunder dan tersier.

Tingkat pengangguran di Maluku Utara mengalami penurunan ...

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Ringkasan Eksekutif xvi

PROSPEK EKONOMI REGIONAL

Dengan melihat kecenderungan dan arah

perekonomian kedepan, pada triwulan III-2009

perekonomian Maluku Utara diperkirakan akan mengalami

pertumbuhan sebesar 5,8% ± 1% (y-o-y). Proyeksi ini searah

dengan hasil survei kegiatan dunia usaha yang dilaksanakan

Bank Indonesia Ternate pada triwulan II-2009, dimana

ekspektasi masyarakat terhadap kegiatan usaha untuk

periode triwulan III-2009 optimis akan mengalami

peningkatan. Dari sisi pengeluaran, sektor konsumsi

diperkirakan masih akan menjadi motor penggerak ekonomi

daerah, apalagi pada triwulan III-2009 merupakan masa

ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Sektor pertanian masih

akan tumbuh seiring berlangsungnya panen hasil bumi

sampai Juli serta tingginya produksi ikan laut hingga

September. Sektor pengangkutan dan komunikasi

diperkirakan akan mengalami peningkatan karena telah

masuknya maskapai penerbangan baru dan sudah mulai

beroperasi.

Pada triwulan III-2009 inflasi diproyeksikan akan

berada pada tingkat 5,17% ± 1% (y-o-y). Tekanan inflasi

pada triwulan III-2009 kemungkinan besar akan

bersumber dari kelompok transportasi, komunikasi dan

jasa keuangan; kelompok bahan makanan; serta

kelompok makanan jadi, minuman dan rokok, seiring

dengan datangnya bulan ramadhan dan hari raya Idul Fitri.

Perekonomian daerah masih akan mengalami pertumbuhan pada triwulan III-2009 ...

Inflasi pada triwulan III-2009 diperkirakan mengalami kenaikan ...

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 1

Perkembangan Ekonomi Makro

1.1 Gambaran Umum

Perekonomian Maluku Utara pada triwulan II-2009 tumbuh secara moderat

dibandingkan kondisi triwulan I-2009. Kinerja perekonomian yang terjadi pada

triwulan laporan masih melanjutkan trend positif setelah kontraksi ekonomi yang

terjadi pada triwulan IV-2008. Pada triwulan II-2009 angka pertumbuhan tahunan

PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 tercatat sebesar 4,94% (y-o-y), sedikit

meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang

sebesar 4,66% (y-o-y).

Gambar 1.1 Perkembangan PDRB Riil Maluku Utara

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Maluku Utara pada

triwulan II-2009 sebesar 4,94% (y-o-y) secara dominan masih ditopang oleh

peningkatan kegiatan konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah.

Kegiatan ekspor dari daerah Maluku Utara masih mengalami penurunan seiring

dengan penurunan permintaan akibat krisis ekonomi yang melanda perekonomian

dunia sejak awal triwulan IV-2008.

Bab I

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 2

Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara

pada triwulan II-2009 mengalami pertumbuhan, kecuali sektor pertambangan

dan penggalian yang mengalami kontraksi. Sektor yang memberikan kontribusi

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode laporan adalah sektor

pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada triwulan II-2009

pertumbuhan sektor pertanian tercatat sebesar 4,72% (y-o-y), sedangkan kontraksi

sektor pertambangan dan penggalian mencapai minus 17,62% (y-o-y), sektor

industri pengolahan mengalami petumbuhan sebesar 6,97% (y-o-y), sektor listrik,

gas dan air bersih mengalami pertumbuhan sebesar 4,28% (y-o-y), Sektor

bangunan tumbuh sebesar 8,16% (y-o-y), sektor perdagangan, hotel dan restoran

tumbuh sebesar 7,30% (y-o-y), sektor pengangkutan dan komunikasi mencatatkan

pertumbuhan sebesar 10,17%, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

mengalami pertumbuhan sebesar 9,51% (y-o-y), sedangkan sektor jasa-jasa tumbuh

2,04% (y-o-y).

1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan

Perkembangan ekonomi Maluku Utara pada triwulan II-2009 utamanya digerakan

oleh konsumsi masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Seperti yang ditunjukan

dalam gambar 1.2., konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi terhadap

pertumbuhan ekonomi sebesar 6,88% sedangkan pengeluaran pemerintah

kontribusinya sebesar 3,88%. Kontraksi ekspor selama beberapa triwulan

belakangan, telah mengakibatkan kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan

ekonomi pada triwulan II-2009 menjadi minus 10,30%. Meskipun mengalami

pertumbuhan tahunan tertinggi, namun kontribusi investasi terhadap pertumbuhan

ekonomi hanya sebesar 1,95%.

Jika dibandingkan pertumbuhannya, pertumbuhan tertinggi terjadi pada investasi

yang tumbuh sebesar 33,51% (y-o-y). Pengeluaran pemerintah tumbuh sebesar

15,50% (y-o-y), konsumsi mengalami pertumbuhan sebesar 9,04% (y-o-y), lalu

impor tumbuh sebesar 4,55% (y-o-y), sedangkan ekspor mengalami kontraksi

sebesar minus 25,61% (y-o-y). Jika dihitung secara net, net ekspor mengalami

kontraksi yang semakin dalam hingga mencapai minus 69,90% (y-o-y).

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 3

Gambar 1.2 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Permintaan dan Kontribusinya (y-o-y)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

A. Konsumsi

Konsumsi masyarakat yang terdiri dari konsumsi rumah tangga dan konsumsi

swasta di Maluku Utara pada triwulan II-2009 masih mengalami pertumbuhan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009 konsumsi masyarakat

tercatat sebesar Rp 548,17 milyar rupiah atau mengalami pertumbuhan sebesar

9,04% (y-o-y), dimana pada triwulan I-2009 konsumsi tercatat sebesar 536,49

milyar rupiah atau mengalami pertumbuhan sebesar 8,22% (y-o-y).

Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY)

Tw.II 2009*

4.94

9.04

33.51

-25.61

4.55

15.5

PDRB

Konsumsi

Pengeluaran Pemerintah

Investasi

Ekspor

Impor

Tw.II 2009*

4,94

6,88

1,95

-10,3

1,09

3,88

PDRB

Konsumsi

Pengeluaran Pemerintah

Investasi

Ekspor

Impor

Kontribusi Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 4

Gambar 1.3 Perkembangan Konsumsi Riil Maluku Utara

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Tumbuhnya konsumsi pada dua triwulan terakhir, sejak terjadinya kontraksi pada

triwulan IV-2008 sebagai akibat dari terjadinya krisis global, mengindikasikan bahwa

pengaruh krisis keuangan global terhadap perekonomian Maluku Utara telah hilang,

bahkan dapat dikatakan bahwa krisis global tidak memiliki pengaruh jangka

panjang terhadap tingkat konsumsi Maluku Utara.

Beberapa faktor pendorong peningkatan konsumsi pada triwulan II-2009 adalah

peningkatan pendapatan masyarakat terkait adanya panen hasil bumi terutama

komoditas pala dan kopra yang dimulai pada bulan Juni serta adanya musim tuna

dan cakalang yang juga dimulai pada bulan Juni. Lalu mulai berjalannya proyek-

proyek pemerintah serta cairnya gaji ke-13 di kalangan PNS juga diyakini sebagai

faktor pendorong konsumsi.

Apabila ditelaah secara lebih mendalam, pertumbuhan sektor konsumsi

terutama didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga, sedangkan

konsumsi swasta tumbuh namun mengalami perlambatan. Pada triwulan II-2009

nilai konsumsi rumah tangga mencapai 542 miliar rupiah dengan pertumbuhan

sebesar 9,12% (y-o-y), dimana pada triwulan I-2009 nilai konsumsi rumah tangga

adalah 530,35 miliar rupiah dengan angka pertumbuhan 8,29% (y-o-y). Konsumsi

swasta tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana

pertumbuhan pada triwulan II-2009 adalah 1,82% sedangkan pertumbuhan pada

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 5

triwulan I-2009 adalah 2,49%. Nilai konsumsi triwulan II-2009 mencapai 6,168

milyar rupiah dimana nilainya pada triwulan I-2009 adalah 6,135 milyar rupiah.

Gambar 1.4 Konsumsi Riil Masyarakat Maluku Utara (Milyar Rupiah)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

B. Investasi

Pertumbuhan investasi di Maluku Utara pada triwulan II-2009 masih cukup

tinggi meskipun mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pada triwulan II-2009 investasi tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 33,51%

(y-o-y) dimana pada triwulan I-2009 pertumbuhan yang terjadi adalah 37,68% (y-o-

y). Masih tingginya investasi disebabkan karena pelaksanaan proyek-proyek

pembangunan Pemerintah Daerah, baik itu untuk daerah lama seperti Ternate dan

Tidore, maupun pembangunan di daerah-daerah yang baru saja mengalami

pemekaran. Pembangunan kompleks perkantoran Gubernur di Sofifi, Kantor Bupati

Halmahera Timur dan Halmahera Tengah, pembangunan rumah-rumah dinas, dan

pembangunan maupun perbaikan jalan dan jembatan menjadi penggerak sektor

investasi. Investasi masih akan terus mengalami pertumbuhan seiring rencana

investasi kedepan, seperti pembangunan pelabuhan alternatif bagi pelabuhan

Ahmad Yani dan perluasan bandara Babullah.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 6

Gambar 1.5 Perkembangan Investasi Riil Maluku Utara

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Masih dominannya peran pemerintah dalam hal investasi juga terbukti dalam survei

pemeringkatan iklim usaha di 33 provinsi pada tahun 2008, yang dilakukan oleh

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Komite Pemantauan Pelaksanaan

Otonomi Daerah (KPPOD), dimana Maluku Utara termasuk dalam lima daerah

terbawah pada: a) peranan dunia usaha dalam perekonomian daerah, b)

infrastruktur, dan c) kondisi keamanan usaha.

Rendahnya peranan dunia usaha dalam perekonomian daerah terlihat pada tiga

aspek, yaitu sektor perbankan, peran swasta dalam keuangan daerah, dan peran

swasta dalam investasi dan penciptaan lapangan kerja. Seperti yang dapat dilihat

pada data LDR1, penyaluran kredit oleh perbankan di Maluku Utara masih tergolong

rendah, yakni hanya sebesar 52,82%, yang menunjukan bahwa perbankan belum

secara optimal menjalankan fungsi intermediasinya. Selain itu penyaluran kredit

perbankan masih didominasi oleh kredit konsumsi, dimana idealnya porsi lebih besar

diberikan kepada kredit yang sifatnya produktif, sehingga bank dapat berperan

dalam menggerakan perekonomian daerah.

Dalam kaitannya dengan keuangan daerah, peran swasta tampaknya masih kecil.

Hal ini terlihat dari struktur APBD, dimana dalam RAPBD 2009 pendapatan daerah

masih didominasi oleh dana alokasi umum dengan porsi sebesar 63,56% dari total

anggaran pendapatan. Kondisi ini menggambarkan bahwa Maluku Utara sebagai

1 Pembahasan sektor perbankan dapat dilihat lebih rinci pada Bab III

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 7

Provinsi yang sekitar satu dekade telah menikmati otonomi daerah, masih belum

dapat mewujudkan kemandirian ekonomi.

Rendahnya peran swasta dalam investasi dan penciptaan lapangan kerja, terlihat

dari masih dominannya tenaga kerja di Maluku Utara yang bekerja pada sektor

informal. Sektor formal hanya mampu menyerap sebanyak 20,16% jumlah tenaga

di Maluku Utara.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, Maluku Utara juga masih dianggap belum

memiliki infrastruktur yang memadai. Ketersediaan dan kualitas infrastruktur sangat

penting untuk diperhatikan dalam rangka pembangunan perekonomian dan

menarik investor. Tersedianya akses jalan darat ke provinsi terdekat, ketersediaan

pelabuhan dan bandara, ketersediaan sambungan listrik hingga ke pelosok desa,

frekuensi pemadaman, sambungan telepon dan sambungan internet, merupakan

indikator baik atau tidaknya infrastruktur suatu daerah.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi bandara di Kota Ternate memang belum

memadai. Sebagai pusat aktivitas ekonomi Maluku Utara sudah sewajarnya apabila

Ternate memiliki bandara udara yang representatif. Perluasan dan pembangunan

fasilitas bandara yang telah dilaksanakan saat ini diharapkan dapat segera

terealisasi, sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para

pengguna jasa penerbangan, apalagi saat ini telah masuk maskapai baru, dan

diharapkan dapat membantu meningkatkan kinerja perekonomian Maluku Utara.

Masalah urgen lainnya yang perlu diatasi adalah ketersediaan listrik. Masih

banyaknya daerah yang belum teraliri listrik dan tingginya frekuensi pemadaman

menjadi penghambat masuknya investasi. Investasi dalam bentuk pendirian pabrik

tentu saja akan membutuhkan pasokan listrik yang cukup dan lancar. Tingginya

frekeuensi pemadaman merupakan disinsentif bagi investor karena akan

meningkatkan biaya pemeliharaan mesin, maupun biaya overhead karena harus

menyediakan tenaga listrik alternatif berupa genset. Kedepan diharapkan hal ini

dapat diatasi, mengingat listrik tidak saja penting bagi kehidupan masyarakat, tetapi

juga bagi keberlangsungan usaha para pelaku ekonomi.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 8

Meskipun kondisi Maluku Utara saat ini relatif lebih kondusif, namun hasil survei

menemukan bahwa kondisi keamanan usaha di daerah Maluku Utara masih rendah,

dimana hal ini dikaitkan dengan upaya Pemda dalam menjamin keamanan

berusaha. Hal ini mengindikasikan bahwa masih adanya stereotipe negatif dimana

masyarakat luar menganggap Maluku Utara merupakan daerah rawan konflik.

Untuk merubah hal ini diperlukan kerjasama seluruh pihak, misalnya melalui

penciteraan media, agar tercipta image bahwa Maluku Utara adalah daerah yang

bersahabat dan memiliki iklim usaha yang kondusif.

C. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah pada periode triwulan II-2009 masih menunjukan

pertumbuhan walau mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan I-

2009. Pertumbuhan pengeluaran pemerintah pada triwulan laporan adalah 15,50%

(y-o-y) sedangkan pada triwulan sebelumnya pertumbuhannya mencapai 23,33%

(y-o-y). Pada triwulan II-2009 nilai pengeluaran pemerintah mencapai 190,86 milyar

rupiah sedangkan pada triwulan I-2009 nilainya adalah 188,15 milyar rupiah.

Pertumbuhan pemerintah pada periode ini didorong oleh realisasi proyek-proyek

yang biasanya telah ditenderkan pada triwulan pertama.

Gambar 1.6 Perkembangan Riil Pengeluaran Pemerintah

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 9

Kegiatan goverment spending pada triwulan berikutnya diperkirakan masih akan

mengalami pertumbuhan. Salah satu indikasinya adalah pada triwulan laporan

beberapa proyek pemerintah baru memasuki tahap tender, sehingga pada triwulan

berikutnya diperkirakan sudah memasuki tahapan pengerjaan/realisasi.

D. Kegiatan Ekspor dan Impor

Kinerja net ekspor pada triwulan II-2009 masih melanjutkan trend kontraksi

yang telah dimulai sejak triwulan IV-2008. Pertumbuhan sebesar 0,77% (y-o-y)

pada triwulan III-2008 tidak berlanjut pada triwulan berikutnya seiring terjadinya

krisis keuangan global yang menurunkan permintaan dunia. Pada triwulan IV-2008

net ekspor mengalami kontraksi hingga mencapai minus 54,03% (y-o-y), dan

berlanjut pada triwulan I-2009 dimana kontraksinya menjadi minus 67,54% (y-o-y),

lalu pada triwulan II-2009 kontraksinya semakin dalam hingga mencapai minus

69,90% (y-o-y). Kondisi ini disebabkan karena semakin dalamnya kontraksi yang

dialami ekspor, sedangkan impor masih mengalami pertumbuhan.

Seperti yang ditunjukan dalam gambar 1.7, kinerja ekspor pada triwulan II-2009

menunjukan kontraksi yang semakin dalam dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, dimana pada triwulan laporan ekspor tercatat mengalami kontraksi

sebesar minus 25,61%, sedangkan pada triwulan sebelumnya kontraksi ekspor

tercatat sebesar minus 24,48%. Kontraksi ekspor secara keseluruhan dipicu oleh

kontraksi komoditas nickel, sedangkan untuk ikan masih relatif stabil.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 10

Gambar 1.7 Perkembangan Ekspor Riil

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Kinerja impor pada triwulan II-2009 masih mengalami pertumbuhan meskipun

sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan

laporan impor tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4,55% (y-o-y), dimana

pada triwulan I-2009 pertumbuhannya sebesar 4,58% (y-o-y).

Gambar 1.8 Perkembangan Impor Maluku Utara

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Tumbuhnya impor terutama didorong oleh impor antar pulau, dimana pada

triwulan laporan pertumbuhannya tercatat sebesar 12,99% (y-o-y), dimana pada

triwulan I-2009 pertumbuhannya 12,18%. Meksipun pada triwulan II-2009 ini

impor luar negeri mengalami kontraksi hingga mencapai minus 67,13% (y-o-y),

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 11

namun karena porsinya yang hanya sebesar 3%, maka hal ini tidak terlalu

berpengaruh terhadap kinerja impor secara keseluruhan.

Pada triwulan II-2009, berdasarkan data impor dari bea cukai, volume impor Maluku

Utara untuk periode April-Mei 2009 tercatat sebesar 52 ribu ton, dengan nilai impor

sebesar 67.660 US$. Impor luar negeri pada periode ini terutama merupakan

barang modal untuk industri perkapalan. Untuk impor antar pulau, data SIMOPPEL

menunjukan bahwa pada bulan april 2009, volume bongkar barang mencapai

24.176 ton.

1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran

Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor perekonomian di Maluku Utara pada

triwulan II-2009 mengalami pertumbuhan, kecuali sektor pertambangan dan

penggalian yang mengalami kontraksi. Sektor yang memberikan kontribusi

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode laporan adalah sektor

pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Apabila dibandingkan

pertumbuhan masing-masing sektor, maka pertumbuhan tertinggi dialami oleh

sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 10,17% (y-o-y). Akan tetapi

karena bobotnya yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan sektor pertanian serta

sektor perdagangan, hotel, dan restoran maka kinerja sektor ini belum dapat

mendorong kinerja perekonomian daerah secara kuat.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 12

Gambar 1.9 Pertumbuhan PDRB Malut Sisi Penawaran dan Kontribusinya (y-o-y)

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

A. Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan II-2009 masih menunjukan

pertumbuhan meskipun melambat apabila dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Pada triwulan II-2009 pertumbuhan sektor pertanian sebesar 4,72%

(y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2009 yang pertumbuhannya mencapai

7,91%.

Faktor pendorong pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan laporan adalah di

bulan Juni sudah dimulai panen hasil bumi seperti kopra dan pala. Walaupun panen

kali ini tidak seberhasil seperti pada tahun-tahun sebelumnya, petani menikmati

kenaikan harga hasil bumi yang signifikan pada triwulan II ini. Mulai bulan Juni, sub-

sektor perikanan juga mulai menikmati peningkatan produksi khususnya tuna dan

cakalang. Hal ini juga didorong oleh cuaca yang mendukung sehingga nelayan

dapat terus melaut. Diperkirakan produksi akan terus meningkat sampai puncaknya

pada Agustus dan September.

4.94

4.72

6.97

4.28

8.16

7.30

10.17

9.51

2.04

-17.62

PDRB

Pertanian

Pertambangan & Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas & Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel & Restoran

Pengangkutan & Komunikasi

Keuangan, Persewaan & Jasa Perush

Jasa-jasa

4.94

1.70

0.86

0.02

0.14

1.84

0.79

0.33

0.16

-0.90

PDRB

Pertanian

Pertambangan & Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas & Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel & Restoran

Pengangkutan & Komunikasi

Keuangan, Persewaan & Jasa Perush

Jasa-jasa

Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY)

Tw.II 2009* Tw.II 2009*

Kontribusi Pertumbuhan PDRB Maluku Utara (YoY)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 13

Gambar 1.10 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertanian

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Apabila ditelaah secara lebih teperinci, lonjakan pertumbuhan dialami oleh sub

sektor kehutanan, dimana pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 28,87%

(y-oy), sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya hanya sebesar 0,31% (y-o-

y). Kondisi ini didorong oleh aktivitas kehutanan terutama untuk kayu damar dan

rotan yang banyak berada di Kabupaten Halmahera Barat.

Sub sektor lain yang masih mengalami pertumbuhan dibandingkan periode

sebelumnya adalah sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, dimana pada triwulan

laporan pertumbuhannya sebesar 0,64% (y-o-y), sedikit mengalami peningkatan

dibandingkan dengan triwulan I-2009 yang pertumbuhannya sebesar 0,59% (y-o-y).

Tiga sub sektor lainnya, yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman

perkebunan, dan perikanan masih tumbuh meskipun mengalami perlambatan. Sub

sektor tanaman bahan makanan mengalami perlambatan terbesar, dimana pada

triwulan I-2009 pertumbuhannya mencapai 14,87% (y-o-y), sedangkan pada

triwulan II-2009 pertumbuhannya hanya sebesar 0,43% (y-o-y). Pertumbuhan sub

sektor tanaman bahan makanan pada periode ini didorong oleh peningkatan pada

tanaman jagung, ubi jalar, kacang-kacangan dan hortikultura. Untuk pertanian

beras memang mengalami penurunan, seperti yang tercatat dalam angka ramalan

BPS. Hal ini disebabkan oleh pengalihan tanaman, dimana petani lebih memilih

untuk menananam jagung dibandingkan beras, karena sulitnya memperoleh bibit

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 14

dan pupuk, selain karena prosesnya yang lebih rumit. Halmahera Utara bahkan

memiliki alokasi dana APBD untuk pengembangan jagung di Kabupaten tersebut.

Untuk sub sektor tanaman pekebunan, pertumbuhan yang terjadi pada triwulan

laporan adalah 5,55% (y-o-y) sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya

adalah 7,10% (y-o-y).

Sub sektor perikanan sedikit mengalami perlambatan, dimana pada triwulan II-2009

terjadi pertumbuhan sebesar 3,06% adapun pertumbuhannya pada triwulan I-2009

adalah 3,30% (y-o-y). Walaupun produksi ikan meningkat pada triwulan ini, namun

nelayan harus menghadapi turunnya harga ikan. Hal ini disebabkan permintaan

ekspor yang turun serta terbatasnya fasilitas cold storage sehingga pasokan akhirnya

membanjiri pasar lokal.

B. Pertambangan & Penggalian

Pada triwulan II-2009 sektor pertambangan dan penggalian masih melanjutkan

trend kontraksi yang cenderung semakin dalam. Pada triwulan laporan, kontraksi

sektor ini mencapai minus 17,62% (y-o-y), dimana pada triwulan I-2009

kontraksinya sebesar minus 17,58% (y-o-y).

Gambar 1.11 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 15

Kontraksi pada sektor ini, dipicu oleh kontraksi pada sub sektor pertambangan

tanpa migas, yang porsinya hampir 90% dari keseluruhan sektor pertambangan dan

penggalian. Kontraksi sub sektor ini yang tercatat pada triwulan II-2009 adalah

minus 20,23% (y-o-y), sedikit melandai dibandingkan kontraksi yang terjadi pada

triwulan I-2009 yaitu sebesar minus 21,09%. Komoditas utama pada sub sektor ini

merupakan nickel, yang juga merupakan komoditas ekspor utama, sehingga

penurunan kinerja pada komoditas ini juga tercermin dari penurunan ekspor.

Gambar 1.12 Pertumbuhan Ekspor Nickel dan Harga Nickel Dunia

Seperti yang terlihat pada gambar diatas, pertumbuhan ekspor nickel pada triwulan

II-2009 sedikit membaik jika dibandingkan dengan triwulan I-2009. Namun kondisi

demikian bukan semata-mata disebabkan oleh peningkatan volume ekspornya,

tetapi juga oleh kenaikan harga nickel dunia, sehingga ikut mendongkrak nilai

ekspor nickel. Pada triwulan II-2009 volume ekspor nickel mencapai 478.058 Mton,

dengan nilai sebesar Rp 106,92 miliar rupiah.

Sub sektor penggalian masih mengalami pertumbuhan, meskipun jauh melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan sub sektor ini pada triwulan II-

2009 sebesar 7,58% (y-o-y) sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya

mencapai 20,65% (y-o-y). Sub sektor ini masih didominasi oleh penggalian tipe C,

berupa pasir dan batu, yang pengelolaannya masih dilakukan secara sederhana, dan

banyak terkonsentrasi di daerah Kabupaten Halmahera Utara dan Halmahera Timur.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 16

C. Industri Pengolahan

Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan II-2009 menunjukan

peningkatan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan

laporan, tercatat sektor ini mengalami petumbuhan sebesar 6,97% (y-o-y), jauh

lebih tinggi jika dibandingkan periode sebelumnya dimana sub sektor ini mengalami

kontraksi hingga mencapai minus 7,26% (y-o-y).

Gambar 1.13

Perkembangan PDRB Riil Sektor Industri Pengolahan

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan II-2009 didorong oleh

membaiknya kinerja sub sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya. Setelah

beberapa triwulan belakangan mengalami kontraksi, pada triwulan laporan tercatat

sub sektor ini tumbuh sebesar 6,17% (y-o-y). Dengan share lebih dari 70%, maka

tidak mengherankan apabila membaiknya kinerja sub sektor ini juga ikut

mendongkrak kinerja sektor industri pengolahan. Pertumbuhan ini sejalan dengan

kondisi pada sub sektor kehutanan yang juga mengalami pertumbuhan.

Sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau juga tumbuh lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,19% (y-o-y), dimana pada triwulan I-

2009 pertumbuhannya sebesar 6,20% (y-o-y). Dua hal positif ini merupakan

penyebab membaiknya kinerja sektor industri pengolahan.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 17

D. Listrik, Gas & Air Bersih

Sektor listrik, gas dan air bersih menunjukan peningkatan kinerja dibandingkan

dengan triwulan I-2009. Pada tiwulan II-2009 sektor ini tercatat mengalami

pertumbuhan sebesar 4,28% (y-o-y), lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan

pada triwulan I-2009 yang sebesar 1,37% (y-o-y).

Gambar 1.14 Perkembangan PDRB Riil Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Tumbuhnya sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan II-2009 terutama

disebabkan karena membaiknya kinerja sub sektor listrik. Sub sektor ini tumbuh

3,26% (y-o-y), dimana pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar

minus 0,95% (y-o-y). Sub sektor air bersih juga mengalami pertumbuhan sebesar

5,41% (y-o-y) dimana pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 4,03% (y-o-y).

Pertumbuhan sub sektor air bersih disebabkan oleh pemasangan jaringan PDAM

baru pada wilayah Sanana, Halmahera Utara dan Bacan.

E. Bangunan

Kinerja sektor bangunan pada triwulan II-2009 masih menunjukan

pertumbuhan, meksipun melambat jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Sektor bangunan tumbuh sebesar 8,16% (y-o-y), jauh lebih rendah

jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dimana pertumbuhannya mencapai

19,67% (y-o-y).

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 18

Gambar 1.15 Perkembangan PDRB Riil Sektor Bangunan

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Pertumbuhan sektor bangunan masih dimotori oleh pembangunan infrastruktur

kedaerahan yang meliputi wilayah lama seperti Ternate dan Tidore, maupun

pembangunan daerah baru, yang merupakan hasil pemekaran. Pertumbuhan sektor

ini sejalan dengan pertumbuhan investasi, yang memang masih sangat didominasi

oleh investasi pemerintah daerah.

F. Perdagangan, Hotel & Restoran

Pada triwulan II-2009 sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh

melambat dibandingkan dengan triwulan I-2009. Pertumbuhan yang terjadi pada

triwulan laporan adalah sebesar 7,30% (y-o-y), sedikit menurun dibandingkan

dengan triwulan I-2009 yang sebesar 7,57% (y-o-y).

Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan laporan

didorong oleh naiknya permintaan masyarakat yang dipicu oleh meningkatnya

pendapatan mereka seiring dengan adanya panen hasil bumi dan ikan laut serta

mulai berjalannya proyek-proyek pemerintah.

Selain dari sisi permintaan, naiknya nilai perdagangan juga disebabkan oleh

kenaikan harga beberapa barang seperti kendaraan dan produk-produk manufaktur

yang bahan bakunya diimpor dari negara lain. Hal ini merupakan dampak dari

melemahnya nilai rupiah beberapa waktu lalu akibat krisis global. Untuk volume

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 19

perdagangan komoditas energi juga mengalami sedikit kenaikan, hal ini disebabkan

oleh adanya penambahan alokasi minyak tanah dari Pertamina serta peningkatan

konsumsi BBM selama Pemilu dan Pilpres.

Pada sub-sektor hotel dan restoran, pertumbuhan dipicu oleh semakin banyaknya

event yang diselenggarakan instansi pemerintah berkaitan dengan cairnya anggaran

untuk tahun 2009. Beberapa manajemen hotel dan restoran juga mengatakan

bahwa biasanya pada triwulan II akan memasuki middle period dimana permintaan

masyarakat mulai naik dibandingkan triwulan I yang merupakan low period. Hal ini

merupakan siklus tahunan yang dikaitkan dengan faktor musiman (panen/hari raya)

serta konsumsi pemerintah.

Gambar 1.16 Perkembangan PDRB Riil Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Jika dianalisa faktor perlambatannya, perlambatan pada sektor perdagangan, hotel

dan restoran terutama dipicu oleh perlambatan pada sub sektor perdagangan besar

dan eceran, dimana pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 7,17% (y-o-y)

sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 7,43% (y-o-y). Sub sektor

hotel juga mengalami perlambatan, dimana pada triwulan II-2009 tercatat

pertumbuhan sebesar 8,93% (y-o-y) sedangkan pertumbuhannya pada triwulan I-

2009 adalah 9,90% (y-o-y). Sub sektor restoran masih menunjukan kinerja

pertumbuhan yang tinggi, seperti yang terjadi pada beberapa triwulan sebelumnya,

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 20

dimana peretumbuhan pada triwulan II-2009 adalah 22,55% (y-o-y), sedangkan

pertumbuhannya pada triwulan I-2009 adalah 22,33% (y-o-y).

G. Pengangkutan & Komunikasi

Pada triwulan II-2009 sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Meskipun demikian pertumbuhan sektor ini

dapat dikatakan masih cukup tinggi, yaitu sebesar 10,17% (y-o-y) sedangkan pada

triwulan I-2009 pertumbuhannya sebesar 11,38% (y-o-y).

Gambar 1.17 Perkembangan PDRB Riil Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Perlambatan pada sektor ini disebabkan karena melambatnya seluruh sub sektor

yang ada, kecuali angkutan jalan raya. Sub sektor angkutan jalan raya tumbuh

sebesar 6,64% (y-o-y), dimana pertumbuhannya pada triwulan I-2009 adalah

5,29% (y-o-y). Kondisi ini didorong oleh peningkatan aktivitas angkutan jalan raya

untuk lintas Halmahera, seiring dengan penambahan rute penerbangan (Kao-Weda

dan Kao-Sofifi) maupun perlintasan kapal. Seiring penambahan dua angkutan ini,

maka jasa angkutan jalan raya sebagai feeder juga akan meningkat.

Sub sektor angkutan laut mengalami pertumbuhan sebesar 6,41% (y-o-y), sedikit

menurun jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar 6,67% (y-o-

y). Sub sektor angkutan sungai, danau dan penyebrangan tumbuh 16,16% (y-o-y),

dimana pertumbuhannya pada triwulan I-2009 adalah 17,32% (y-o-y).

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 21

Sub sektor angkutan udara kinerjanya mengalami perlambatan yang signifikan

dibandingkan dengan triwulan I-2009, dimana pada triwulan laporan

pertumbuhannya adalah 10,58% (y-o-y), sedangkan pada triwulan I-2009

pertumbuhannya adalah 16,28% (y-o-y). Kedepan sub sektor ini diperkirakan akan

mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya maskapai yang melayani

penerbangan dari dan ke Ternate.

Pertumbuhan sub sektor jasa penunjang angkutan pada triwulan II-2009 adalah

11,31% (y-o-y), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan I-2009 dimana

pertumbuhannya adalah 13,56% (y-o-y). Sub sektor pos dan telekomunikasi pada

triwulan II-2009 tumbuh sebesar 14,68% (y-o-y), sedangkan pertumbuhannya pada

triwulan I-2009 adalah 1647 (y-o-y).

H. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami perlambatan

dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009 sektor ini

tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 9,51% (y-o-y), adapun pertumbuhannya

pada triwulan I-2009 adalah 12,11% (y-o-y).

Gambar 1.18 Perkembangan PDRB Riil Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Pada sektor ini satu-satunya sub sektor yang tidak mengalami perlambatan

pertumbuhan adalah lembaga keuangan non bank, dimana pertumbuhannya pada

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 22

tiwulan II-2009 tercatat sebesar 24,32% (y-o-y), sedangkan pada triwulan I-2009

pertumbuhannya adalah 23,07% (y-o-y). Meskipun demikian karena share-nya yang

kecil, maka hal ini tidak dapat menahan perlambatan yang terjadi pada sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan secara keseluruhan, apalagi sub sektor

lainnya juga mengalami perlambatan.

Dibandingkan triwulan I-2009, sub sektor bank tumbuh melambat dimana pada

triwulan laporan pertumbuhan sektor ini sebesar 16,58% (y-o-y), sedangkan pada

triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 18,76% (y-o-y).

Sub sektor sewa bangunan juga menunjukan perlambatan yang cukup signifikan,

dimana pertumbuhannya pada triwulan laporan adalah 4,84% (y-o-y), sedangkan

pada triwulan I-2009 tercatat pertumbuhan sebesar 8,31% (y-o-y).

Kinerja sub sektor jasa perusahaan melambat dibandingkan dengan triwulan I-2009,

dimana pertumbuhannya pada triwulan II-2009 adalah 12,90% (y-o-y) sedangkan

periode triwulan I-2009 pertumbuhan yang terjadi adalah 14,65% (y-o-y).

I. Jasa-jasa

Sektor jasa-jasa mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan II-2009,

dibandingkan dengan kinerja yang ditunjukan pada triwulan I-2009.

Pertumbuhan yang terjadi pada triwulan II-2009 adalah 2,04% (y-o-y), atau

melambat lebih dari setengah, dibandingkan pertumbuhan yang terjadi pada

triwulan I-2009 yang sebesar 4,26% (y-o-y).

Perlambatan pada sektor jasa ini terutama disebabkan oleh perlambatan pada sub

sektor jasa pemerintahan umum yang berupa administrasi pemerintahan dan

pertahanan, dimana pada triwulan sebelumnya tercatat administrasi pemerintahan

dan pertahanan tumbuh sebesar 3,13% (y-o-y), sedangkan pada triwulan laporan

kinerjanya menurun hingga pertumbuhan yang terjadi hanya sebesar 0,16%.

Dengan porsi sebesar lebih dari 72%, tidak mengherankan apabila perlambatan

pada sub sektor ini akan berpengaruh terhadap melambatnya sektor jasa-jasa secara

keseluruhan.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Perkembangan Ekonomi Makro 23

Gambar 1.19 Perkembangan PDRB Riil Sektor Jasa-jasa

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Pada sub sektor jasa-jasa swasta, hanya terdapat satu kelompok usaha yang

mengalami pertumbuhan positif, sedangkan dua kelompok usaha lainnya

mengalami perlambatan. Usaha sosial kemasyarakatan tumbuh sebesar 6,24% (y-o-

y), masih mengalami peningkatan dibandingkan kinerja yang ditunjukan pada

triwulan sebelumnya, dimana pertumbuhan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya

adalah 5,80%.

Usaha hiburan dan rekreasi masih menunjukan pertumbuhan tahunan yang cukup

tinggi, meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada

triwulan II-2009 tercatat usaha hiburan dan rekreasi megalami pertumbuhan

sebesar 10,57% (y-o-y), sedikit lebih rendah jika dibandingkan terhadap kinerja

tahunan triwulan I-2009 dimana pertumbuhan tercatat sebesar 10,90% (y-o-y).

Sektor usaha perorangan dan rumah tangga juga sedikit mengalami perlambatan

jika dibandingkan terhadap pertumbuhan tahunan pada periode triwulan

sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat pertumbuhan tahunan yang berhasil

dicapai oleh sektor usaha perorangan dan rumah tangga adalah 8,14% (y-o-y),

sedangkan pada triwulan I-2009 pertumbuhannya adalah 8,61%.

24  

BOKS 1

Analisa Kinerja Ekspor Maluku Utara

Selama beberapa triwulan terakhir ekspor Maluku Utara selalu mengalami kontraksi. Seperti

yang telah diuraikan pada bab pertama, kinerja ekspor pada triwulan II-2009 menunjukan

kontraksi yang semakin dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dimana pada

triwulan laporan ekspor tercatat mengalami kontraksi sebesar minus 25,61%, sedangkan pada

triwulan sebelumnya kontraksi ekspor tercatat sebesar minus 24,48%. Kondisi ini perlu

mendapat perhatian mengingat ekspor menyumbang sepertiga dari total produk domestik

regional bruto, sehingga turunnya ekspor juga akan berpengaruh terhadap tingkat

pertumbuhan PDRB. Tulisan ini akan berupaya untuk menganalisa lebih jauh tentang kinerja

ekspor Maluku Utara, dilihat dari sisi permintaan.

Tinjauan Teoritis

Fungsi dasar dari permintaan ekspor dapat digambarkan dengan persamaan sederhana sebagai

berikut:

yt=f(xt,rt)

dimana yt adalah jumlah ekspor yang diminta oleh negara lain, xt adalah pendapatan riil negara

lain dan rt adalah harga ekspor relatif yang digambarkan oleh nilai tukar riil (real effective

exchange rate). Kenaikan pendapatan negara lain akan meningkatkan permintaan terhadap

ekspor, sedangkan penguatan nilai tukar rupiah akan menurunkan permintaan ekspor.

Persamaan ini merupakan persamaan dasar dalam literatur ekspor (Goldstein dan Khan, 1985

dalam Cheung 20031).

Data dan Metode

Analisa atas kinerja ekspor Maluku Utara akan menggunakan data triwulanan periode 2000:1

hingga 2009:1. Mengingat ekspor Maluku Utara mayoritas ditujukan ke Jepang, maka

pendapatan riil negara lain akan menggunakan PDRB riil Jepang yang bersumber dari

Department of National Accounts – Economic and Social Research Institute – Cabinet Office

Japan. Data ekspor menggunakan ekspor riil yang bersumber dari BPS. Adapun data real

effective exchange rate diperoleh dari Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank

Indonesia. Pengolahan data akan dilakukan dengan metode regresi sederhana.

                                                            1 Cheung, Yin‐Wong, 2003, An Analysis of Hong Kong Export Performance, UC Santa Cruz Economics Working Paper, No.547. 

25  

Hasil dan Pembahasan

Hasil estimasi model regresi dapat dilihat pada tabel 1 dibawah. Berdasarkan model tersebut

diperoleh nilai R-squared sebesar 0,7832 yang menggambarkan bahwa seluruh variasi dari

variabel-variabel yang ada, dapat dijelaskan oleh model sebanyak 78,32%. Dengan persentase

sebesar ini dapat dikatakan bahwa model telah cukup baik. Probabilitas F-statistic yang sebesar

0,00 menunjukan bahwa seluruh variabel independen secara serentak dan signifikan

mempengaruhi variabel dependen. Jika dilihat satu per satu, variabel real effective exchange

rate tidak berpengaruh secara signifikan karena nilai probabilitasnya yang berada diatas 0,05,

sedangkan variabel independen lainnya yaitu PDB Jepang dan ekspor periode sebelumnya

mempengaruhi secara signifikan.

Tabel 1. Hasil Estimasi Model

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -12.06625 4.370239 -2.761005 0.0095 LPDBJP 1.515141 0.422174 3.588901 0.0011 LREER 0.082036 0.114766 0.714805 0.4799

LXPRT(-1) 0.493468 0.111431 4.428458 0.0001

R-squared 0.783176 Mean dependent var 12.16541 Adjusted R-squared 0.762848 S.D. dependent var 0.168021 S.E. of regression 0.081823 Akaike info criterion -2.064073 Sum squared resid 0.214241 Schwarz criterion -1.888126 Log likelihood 41.15331 Hannan-Quinn criter. -2.002663 F-statistic 38.52828 Durbin-Watson stat 1.584878 Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Data diolah

Seperti yang telah diperkirakan sebelumnya, PDB Jepang mempengaruhi secara signifikan

permintaan ekspor Maluku Utara. Kenaikan PDB Jepang sebesar 1,00% akan meningkatkan

permintaan ekspor sebanyak 1,52% dan sebaliknya penurunan PDB Jepang akan menurunkan

permintaan ekspor.

Ekspor Maluku Utara selama ini memang lebih banyak didominasi ke benua Asia dibandingkan

dengan benua lainnya, sedangkan sebagian tujuan ekspor lainnya adalah Eropa. Berdasarkan

data Januari hingga April 2009, volume ekspor dengan tujuan Asia mencapai 82,29% dari total

volume ekspor Maluku Utara, sedangkan nilainya mencapai 79,92% dari keseluruhan nilai

ekspor.

Di Asia, negara tujuan ekspor Malut sejak tahun 2003 hingga 2006 selalu didominasi oleh

Jepang, namun sejak tahun 2007 ekspor ke Cina mulai meningkat. Jika dilihat volumenya,

26  

ekspor ke Cina memang jauh lebih besar, namun apabila dilihat nilainya sebenarnya Jepanglah

yang memiliki lebih besar. Hal ini disebabkan karena komoditas yang diekspor ke Jepang

memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan ke Cina. Dengan masih dominannya Jepang

sebagai tujuan ekspor, terutama ekspor Nickel maka tidak mengherankan apabila PDB Jepang

mempengaruhi permintaan ekspor secara signifikan. Di negara tujuannya, output utama dari

pengolahan nikel (stainless steel) paling banyak digunakan pada industri otomotif.

 

Tabel 1 Proporsi Volume dan Nilai Ekspor Malut ke Jepang dan Cina

Tahun Volume Nilai

Jepang R.R.C Jepang R.R.C 2003 96,07% 0,00% 66,91% 0,00% 2004 97,49% 0,00% 79,00% 0,00% 2005 97,90% 0,00% 83,10% 0,00% 2006 79,88% 19,18% 77,78% 11,29%2007 32,12% 67,67% 48,68% 49,15%2008 34,39% 65,57% 54,97% 44,78%

s/d Apr 09 44.96% 51.84% 59.61% 33.59%Sumber: DSM

Pada triwulan III-2008 PDB Jepang tercatat mengalami kontraksi sebesar minus 0,3% (y-o-y),

lalu pada triwulan IV-2008 kontraksinya semakin dalam hingga mencapai minus 4,3% (y-o-y),

dan pada triwulan I-2009 kondisi ini semakin parah dengan kontraksi mencapai minus 8,8%.

Dengan menurunnya PDB Jepang, maka tidak mengherankan apabila ekspor juga mengalami

penurunan, karena seperti yang ditunjukan oleh model, PDB Jepang memang signifikan

mempengaruhi permintaan ekspor Maluku Utara. Dan seperti yang pernah dibahas pada KER

sebelumnya sampai triwulan pertama 2009, pasar otomotif dunia terus memburuk akibat

turunnya permintaan seiring dengan adanya kirisis ekonomi global. Asosiasi Produsen Mobil

Jepang melaporkan penjualan kendaraan di pasar domestik selama Maret mengalami

penurunan hingga 32%. Selain itu akibat merosotnya permintaan dari Amerika Serikat dan

Eropa, produksi otomotif Jepang anjlok hingga 56% pada bulan Februari lalu dibandingkan

bulan sama pada 2008. Penurunan ini merupakan yang terburuk sejak tahun 1967. Dua belas

pabrikan mobil Jepang hanya memproduksi 481.396 unit pada Februari lalu sehingga

mendorong Nissan, Mazda, dan Mitsubishi memangkas produksi minimal 60%.

Variabel nilai tukar riil ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap permintaan ekspor. Kondisi

ini cukup logis mengingat biasanya untuk ekspor pertambangan telah ada kesepakatan atau

kontrak jangka panjang, sehingga naik-turunnya permintaan ekspor tidak terlalu dipengaruhi

27  

oleh perubahan nilai tukar, tetapi lebih disebabkan oleh faktor kebutuhan akan nickel itu

sendiri.

Ekspor satu periode sebelumnya ternyata secara signifikan mempengaruhi permintaan ekspor

untuk periode saat ini. Kenaikan ekspor satu periode lalu sebesar 1% akan menaikan

permintaan ekspor saat ini sebesar 0,49%. Kondisi ini menggambarkan bahwa dalam

permintaan ekspor Maluku Utara, Jepang akan memperhatikan kondisi ekspor Maluku Utara

satu periode sebelumnya. Hal ini juga dapat dikaitkan dengan kondisi perekonomian domestik

Jepang, dimana kenaikan akan permintaan ekspor dari Maluku Utara, terutama nickel, berarti

pula terjadi peningkatan aktivitas pengolahan nickel, yang berarti membaiknya permintaan

domestik Jepang akan produk berbahan nickel.

Kesimpulan

Kinerja ekspor Maluku Utara sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi negara tujuan ekspor.

Sebagai negara tujuan ekspor utama, naik-turunnya perekonomian Jepang akan berpengaruh

secara signifikan terhadap naik-turunnya permintaan ekspor Maluku Utara. Mengingat besarnya

potensi sumber daya alam yang ada di Maluku Utara, maka pengelolaan sumber daya alam

tersebut harus dilakukan secara optimal agar memberikan manfaat yang seluas-luasnya kepada

masyarakat. Diversifikasi tujuan ekspor bagi seluruh produk ekspor dapat dipertimbangkan,

sehingga jika terjadi gangguan ekonomi di suatu negara tujuan ekspor, dapat diimbangi

dengan peningkatan ekspor ke negara tujuan lainnya.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

28

Perkembangan Inflasi Regional

2.1 Gambaran Umum

Tingkat perkembangan harga di Ternate pada Triwulan II-2009 mengalami

penurunan, baik itu secara triwulanan (q-t-q) maupun tahunan (y-o-y),

dibandingkan dengan Triwulan I-2009. Secara triwulanan perkembangan harga di

Ternate pada triwulan II-2009 tercatat mengalami deflasi sebesar minus 0,27%,

dimana pada triwulan I-2009 masih terjadi inflasi sebesar 1,25%. Secara tahunan

inflasi yang terjadi adalah sebesar 4,34%, jauh lebih rendah jika dibandingkan

dengan inflasi tahunan yang terjadi pada triwulan I-2009 yang mencapai 7,64%.

Penurunan tingkat inflasi pada bulan Juni 2009 terutama disebabkan oleh kelompok

bahan makanan.

Jika dibandingkan dengan nasional stabilitas harga yang terjadi dikota Ternate

secara triwulanan lebih baik namun secara tahunan lebih buruk. Secara

triwulanan Ternate mengalami penurunan inflasi sebesar minus 0,27% sedangkan

pada tingkat nasional terjadi penurunan inflasi sebesar minus 0,13%. Jika

dibandingkan dengan wilayah-wilayah SULAMPUA, Ambon merupakan provinsi

yang mengalami penurunan inflasi tertinggi hingga mencapai minus 2,43% dan

diikuti oleh Manado yang mengalami penurunan sebesar minus 2,08%, lalu

Makassar sebesar minus 1,13%, Parepare sebesar minus 0,53%, Jayapura sebesar

minus 0,36%, Palu sebesar minus 0,36% lalu Kendari sebesar minus 0,34%.

Daerah-daerah yang tingkat inflasinya diatas nasional adalah Watampone (0,84%),

Gorontalo (0,59%), Sorong (0,52%), Manokwari (0,36%) dan Mamuju (0,06%).

Secara tahunan Ambon merupakan satu-satunya daerah yang mengalami deflasi

yaitu sebesar minus 0,21%. Daerah-daerah lain yang inflasinya berada dibawah

inflasi nasional adalah Manado (2,25%), Jayapura (2,77%) dan Makassar (3,34%).

Daerah-daerah yang inflasinya diatas inflasi nasional yaitu Manokwari (13,24%),

Gorontalo (7,22%), Watampone (7,02%), Kendari (6,81%), Sorong (6,66%), Palu

(5,83%), Palopo (5,77%), Mamuju (5,24%) dan Parepare (4,53%).

Bab II

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

29

Gambar 2.1

Perbandingan Inflasi Triwulanan (q-t-q)

Gambar 2.2

Perbandingan Inflasi Tahunan (y-o-y)

2.2 Inflasi Berdasarkan Kelompok

A. Inflasi Triwulanan (q-t-q)

Inflasi tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi

dan olahraga (16,24%). Sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi pada

kelompok ini adalah pendidikan yang inflasinya mencapai 24,01%.

Deflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan dengan deflasi sebesar

minus 1,89%. Deflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh deflasi pada

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

30

sub kelompok ikan segar yang mengalami deflasi sebesar minus 7,20%, dan sub

kelompok bumbu-bumbuan yang deflasinya sebesar minus 12,78%.

Secara umum kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar minus 1,89%,

dimana pada triwulan sebelumnya inflasi tercatat sebesar 3,73%. Terjadinya

penurunan harga ini terutama disebabkan oleh penurunan harga pada sub

kelompok ikan segar; telur, susu dan hasil-hasilnya; kacang-kacangan; buah-

buahan; dan bumbu-bumbuan. Komoditas ikan segar yang mengalami penurunan

harga yaitu cakalang, lolosi, kembung, malalugis, tude, ekor kuning, goropa dan

bubara. Adapun komoditas yang mengalami penurunan harga pada sub kelompok

bumbu-bumbuan adalah cabe rawit dan bawang putih.

Tabel 2.1 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (q-t-q)

Sub Kelompok Bahan Makanan Inflasi

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 0,35% Daging dan Hasil-hasilnya 2,65% Ikan Segar -7,20% Ikan Diawetkan 14,25% Telur, Susu dan Hasil-hasilnya -0,02% Sayur-sayuran 6,78% Kacang – kacangan -3,55% Buah – buahan -1,80% Bumbu – bumbuan -12,78% Lemak dan Minyak 4,67% Bahan Makanan Lainnya 2,08%

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar

0,74%, lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai

2,07%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok makanan jadi sebesar 1,17%,

dengan komoditas yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah mie.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

31

Tabel 2.2 Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (q-t-q) Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Inflasi

Makanan Jadi 1,17% Minuman yang Tidak Beralkohol -0,17% Tembakau dan Minuman Beralkohol 0,51%

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar mengalami inflasi 0,26%

lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang

mencapai 1,48%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok penyelenggaraan

rumah tangga, sedangkan pada sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air

harganya relatif stabil. Komoditas penyumbang inflasi utama pada kelompok ini

adalah cat tembok, kasur, air conditioner (AC), pompa air listrik dan pembasmi

nyamuk bakar.

Tabel 2.3 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q)

Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas & BB Inflasi

Biaya Tempat Tinggal 0,26% Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,00% Perlengkapan Rumahtangga 0,38% Penyelenggaraan Rumahtangga 0,87%

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok sandang mengalami deflasi sebesar minus 1,12% dimana pada triwulan

sebelumnya kelompok ini mengalami inflasi sebesar 2,59%. Deflasi terutama

disebabkan oleh penurunan harga pada sub kelompok barang pribadi dan sandang

lain dengan deflasi mencapai minus 6,71%.

Tabel 2.4 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (q-t-q)

Sub Kelompok Sandang Inflasi

Sandang Laki-laki 0,00%Sandang Wanita 0,34%Sandang Anak-anak 1,11%Barang Pribadi dan Sandang Lain -6,71%

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

32

Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,54% lebih rendah jika

dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 0,95%. Inflasi

tertinggi terjadi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang

inflasinya mencapai 1,22% lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi triwulan

sebelumnya yang sebesar 0,22%. Inflasi pada sub kelomnpok ini disebabkan oleh

terjadinya kenaikan harga pada komoditas pasta gigi, bedak, hand body lotion,

sabun mandi dan alas bedak. Sedangkan inflasi yang dialami oleh sub kelompok

obat-obatan disebabkan oleh kenaikan harga vitamin.

Tabel 2.5 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (q-t-q)

Sub Kelompok Kesehatan Inflasi

Jasa Kesehatan 0,00% Obat-obatan 0,09% Jasa Perawatan Jasmani 0,00% Perawatan Jasmani dan Kosmetika 1,22%

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mencapai inflasi sebesar 1,71% jauh

lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi harga pada triwulan sebelumnya yang

mengalami deflasi sebesar minus 0,07%. Kondisi ini dipicu oleh kenaikan harga

pada sub kelompok rekreasi yang mencapai 5,80% dengan komditas yang

mengalami kenaikan harga diantaranya televisi berwarna.

Tabel 2.6 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (q-t-q)

Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Inflasi

Pendidikan 0,00% Kursus-kursus / Pelatihan 0,00% Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 0,02% Rekreasi 5,80% Olahraga 0,68%

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar

0,23% dimana pada triwulan sebelumnya inflasi tercatat sebesar minus 4,00%. Hal

ini terutama disebabkan karena kenaikan harga pada sub kelompok sarana dan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

33

penunjang transpor yang mencapai 0,67% dengan komoditas yang mengalami

kenaikan harga diantaranya ban luar motor dan ban dalam motor. Untuk inflasi

pada sub kelompok transpor utamanya dipicu oleh kenaikan harga pada komoditas

mobil dan sepeda.

Tabel 2.7 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q-t-q)

Sub Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi

Transpor 0,30% Komunikasi Dan Pengiriman 0,00% Sarana dan Penunjang Transpor 0,67% Jasa Keuangan 0,00%

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

B. Inflasi Tahunan (y-o-y)

Jika dilihat secara tahunan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pendidikan,

rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 16,24%, sedangkan penurunan harga

terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar minus

3,41%. Pendidikan merupakan sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi yaitu

sebesar 24,01% pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Sub kelompok

yang mengalami deflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan

adalah transpor yang mengalami penurunan harga mencapai minus 5,96%%.

Jika dilihat secara tahunan (y-o-y) inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan II

tahun 2009 adalah sebesar 5,63%, lebih kecil jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang mencapai 12,59%. Hal ini disebabkan karena perlambatan inflasi

pada sebagian besar sub kelompok bahan makanan yang ada, dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok sayur-

sayuran yang inflasinya mencapai 23,68%, dimana pada triwulan sebelumnya inflasi

tercatat sebesar 20,72%. Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya juga mengalami

inflasi tinggi hingga mencapai 15,61%, yang melambat jika dibandingkan dengan

inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 16,33%. Penurunan harga terjadi

pada sub kelompok bumbu-bumbuan dengan penurunan harga sebesar minus

7,02% dimana pada triwulan sebelumnya sub kelompok ini mengalami inflasi

sebesar 8,97%. Sub kelompok lemak dan minyak juga mengalami penurunan harga

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

34

sebesar minus 6,11%, dimana pada triwulan sebelumnya penurunan harga yang

terjadi jauh lebih besar yaitu sebesar minus 13,50%.

Tabel 2.8 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (y-o-y)

Sub Kelompok Bahan Makanan Inflasi

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 0,71% Daging dan Hasil-hasilnya 15,61% Ikan Segar 7,79% Ikan Diawetkan 2,29% Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 5,34% Sayur-sayuran 23,68% Kacang – kacangan 3,97% Buah – buahan 3,70% Bumbu – bumbuan -7,02% Lemak dan Minyak -6,11% Bahan Makanan Lainnya 2,84% Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Inflasi tahunan yang terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

tembakau adalah 8,07% lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang sebesar 9,31%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok

minuman yang tidak beralkohol dengan inflasi sebesar 12,34% lebih tinggi jika

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 10,40%.

Tabel 2.9

Inflasi Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (y-o-y) Sub Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Inflasi

Makanan Jadi 7,35% Minuman yang Tidak Beralkohol 12,34% Tembakau dan Minuman Beralkohol 7,22%

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar

3,46% atau mengalami perlambatan jika dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya

yang sebesar 6,05%. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok penyelenggaraan

rumah tangga yaitu 6,39% jauh lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan

sebelumnya yang mencapai 12,69%.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

35

Tabel 2.10 Inflasi Sub Kelompok Perumahan, Listrik, Air, Gas dan Bahan Bakar (y-o-y)

Sub KelompokPerumahan, Listrik, Air, Gas & BB Inflasi

Biaya Tempat Tinggal 4,13% Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,09% Perlengkapan Rumahtangga 4,10% Penyelenggaraan Rumahtangga 6,39%

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 6,25% lebih rendah dibandingkan

dengan kenaikan harga pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar 8,06%. Inflasi

tertinggi terjadi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain yang mencapai

13,76% meskipun memang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 19,81%.

Tabel 2.11 Inflasi Sub Kelompok Sandang, Air, Gas dan Bahan Bakar (y-o-y)

Sub Kelompok Sandang Inflasi

Sandang Laki-laki 1,41%Sandang Wanita 6,89%Sandang Anak-anak 6,72%Barang Pribadi dan Sandang Lain 13,76%

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 3,70% sedikit meningkat jika

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,55%. Inflasi tertinggi terjadi

pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang inflasinya mencapai

7,06% sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya

yang sebesar 7,05%. Penurunan harga terjadi pada sub kelompok jasa perawatan

jasmani yaitu minus 0,38% yang masih mengikuti trend penurunan pada triwulan

sebelumnya yaitu sebesar minus 1,13%.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

36

Tabel 2.12 Inflasi Sub Kelompok Kesehatan (y-o-y)

Sub Kelompok Kesehatan Inflasi

Jasa Kesehatan 2,37% Obat-obatan 0,85% Jasa Perawatan Jasmani -0,38% Perawatan Jasmani dan Kosmetika 7,06%

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mencapai inflasi sebesar 16,24%

masih meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 14,50%. Inflasi

tertinggi terjadi pada sub kelompok pendidikan yang mencapai 24,01%, sedikit

mengalami perlambatan dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar

24,02%. Penurunan harga terjadi pada sub kelompok olahraga yaitu sebesar minus

3,53% dimana pada periode sebelumnya masih mengalami inflasi sebesar 1,64%.

Tabel 2.13 Inflasi Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga (y-o-y) Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Inflasi

Pendidikan 24,01% Kursus-kursus / Pelatihan 7,01% Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 4,53% Rekreasi 11,72% Olahraga -3,53%

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami penurunan harga

sebesar minus 3,41% dimana penurunan harga ini lebih besar dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang sebesar minus 0,35%. Inflasi tertinggi dialami

oleh sub kelompok komunikasi dan pengiriman sebesar 2,77%, dimana pada

triwulan sebelumnya terjadi penurunan harga hingga mencapai minus 11,97%.

Penurunan harga terjadi pada sub kelompok transpor yaitu sebesar minus 5,96%

dimana pada triwulan sebelumnya terjadi inflasi sebesar 4,88%.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

37

Tabel 2.14

Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (q-t-q) Sub Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Inflasi

Transpor -5,96% Komunikasi Dan Pengiriman 2,77% Sarana dan Penunjang Transpor 1,12% Jasa Keuangan 2,55%

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

38  

BOKS 2

High Cost Economics dalam Bongkar-Muat Barang di Ternate

dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Harga Barang

Salah satu permasalahan ekonomi yang penting untuk diatasi adalah inflasi. Inflasi merupakan

kecenderungan naiknya harga barang atau jasa, dimana kenaikan harga yang terus menerus dan

tidak terkendali akan memiliki dampak negatif yang sangat luas terhadap perekonomian. Dampak-

dampak negatif tersebut diantaranya yaitu: 1) Inflasi akan menurunkan kesejahteraan masyarakat,

2) distribusi pendapatan melebar, 3) inflasi menjadikan iklim usaha tidak kondusif, 4) inflasi yang

tinggi akan menghambat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Secara historis tingkat

inflasi tahunan di Maluku Utara lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi nasional.

Sejalan dengan kerangka kebijakan moneter yang diterapkan saat ini di Indonesia, yaitu inflation

targeting framework (ITF), dimana tujuan akhir dari kebijakan moneter adalah untuk mencapai

inflasi yang rendah dan stabil, diperlukan pemahaman tentang bagaimana pembentukan harga

barang terjadi di daerah. Sebagaimana diketahui Bank Indonesia hanya memiliki kemampuan

terbatas untuk megendalikan inflasi, dan banyak faktor-faktor diluar kendali Bank Indonesia yang

berperan dalam menentukan inflasi. Dengan demikian perlu diidentifikasi faktor-faktor apa saja

yang ikut menentukan dalam penetapan harga barang.

Untuk kasus Ternate, beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam penetapan harga

barang adalah tingginya ketergantungan perekonomian daerah terhadap perekonomian regional,

berbagai masalah infrastruktur dan terjadinya high cost economic activity terutama pada saat

bongkar muat barang di pelabuhan. Tulisan ini akan menguraikan permasalahan bongkar-muat di

Ternate, karena biaya bongkar-muat menjadi salah satu komponen penting dalam penetapan

harga kebutuhan masyarakat dimana mayoritas didatangkan dari luar pulau.

Permasalahan dalam Bongkar-Muat

Dalam pertemuan triwulanan tim koordinasi pengendalian inflasi daerah (TKPID) di Bank Indonesia

pada bulan Juni, pimpinan ADPEL Kota Ternate Bp. Asmari menyampaikan bahwa biaya bongkar –

muat di pelabuhan Ahmad Yani Ternate termasuk yang tertinggi di indonesia, terutama biaya

penanganan petikemas isi 20” dengan tarif per box sebesar Rp887.335,- dibandingkan dengan

pelabuhan lain di Indonesia yang rata – rata hanya sebesar Rp250 – 300 ribu.

39  

Beberapa hal yang ditengarai menjadi penyebab tingginya biaya di pelabuhan Ahmad Yani tersebut

antara lain:

• Adanya pungutan – pungutan yang tidak relevan

Sampai saat ini masih diberlakukan tarif kerusuhan yang mulai diberlakukan sejak tahun 1999,

yaitu saat terjadi kerusuhan di Maluku Utara. Hal ini ditengarai sebagai cerminan rendahnya

pemahaman terhadap pengenaan tarif baik jenis maupun besarannya.

• Belum terbentuknya P2T (Pusat Pelayanan Terpadu)

Kondisi ini menyebabkan arus kapal keluar – masuk pelabuhan menjadi kurang teratur dan

meningkatkan pemborosan waktu saat bongkar muat.

• Umpan balik pengangkutan petikemas tidak ada (datang penuh – kembali kosong)

Kondisi ini disiasati dengan peningkatan perhitungan biaya petikemas.

• Jalan di Ternate terlalu sempit

Tidak tersedianya fasilitas jalan yang memungkinkan barang (kontainer) turun dari kapal, lalu

masuk truk, dan diangkut ke gudang pedagang, semakin meningkatkan biaya angkut barang.

• Sebagian besar pedagang di wilayah Maluku Utara tidak memiliki gudang tersendiri

Hal ini menimbulkan gudang bayangan berupa tumpukan peti kemas di lingkungan pelabuhan

yang menambah biaya penumpukan barang.

• Uang pandu GT 500 kebawah masih dikenakan

Menurut ketentuan yang ada seharusnya untuk gross tonage 500 kebawah bebas biaya.

• Pass pelabuhan dipungut dua kali (masuk – keluar)

Biaya pass pelabuhan seharusnya dikenakan hanya saat masuk kawasan pelabuhan saja.

Biaya Bongkar Muat Sebagai Komponen Harga

Hampir seluruh barang kebutuhan pokok di Ternate didatangkan dari luar pulau. Dengan demikian

barang-barang yang dijual di Ternate harus memperhatikan harga pokok barang, biaya angkut

barang dan margin keuntungan. Umumnya impor antar pulau untuk wilayah Maluku Utara

menggunakan transportasi laut, sehingga biaya bongkar-muat barang penting untuk diperhatikan.

Dengan mahalnya biaya angkut barang, maka harga jual barang di Ternate menjadi semakin

mahal.

Seperti yang dapat dilihat pada tabel 1, barang kebutuhan pokok, barang strategis maupun barang

kebutuhan lainnya banyak yang didatangkan dari luar wilayah Ternate.

40  

Tabel 1. Volume Bongkar Komoditas Terpilih

Komoditas Volume (Ton/M3) Komoditas Volume

(Ton/M3) SEMEN TONASA / TIGA RODA DSB 28.075 SENG, ARDEX 850

BARANG CAMPURAN 23.709 GULA PASIR 775

BERAS UMUM NON DOLOG 8.497 KACANG KEDELE, KC TANAH 775

TEGEL/KERAMIK/PORSELIN 4.900 BAWANG 725

MOTOR RODA EMPAT 2.575 PIPA 700

MINUMAN RINGAN 2.375 MINYAK GORENG, DRUM, DOS 650

BAHAN MAKANAN 2.150 SABUN 650

TEPUNG TERIGU / TAPIOKA 1.950 CAT TEMBOK 421

MEUBEL, GEMBOL (PERABOT RT) 1.800 MIE INSTAN 400

MOTOR RODA DUA 1.766 MESIN / KONST. BERAT & RINGAN 395

TELUR 1.675 TRIPLEK 350

ROKOK 1.675 BRG PINDAH, ALAT RUMAH TANGGA 315

SUSU 1.125 ELEKTRONIK 200

UNILEVER 1.100 SPARE PART 55

KACA 1.000 OBAT-OBATAN 25

ALAT LISTRIK/MESIN 880 ALAT OLAHRAGA 15

Sumber: Simoppel, edisi Januari hingga Maret 2009

Untuk mengatasi tingkat harga yang tinggi, maka masalah bongkar muat harus diatasi. Memang

telah muncul wacana untuk membangun pelabuhan alternatif diluar kota Ternate, namun hal ini

tentunya perlu mendapat dukungan semua pihak terkait, karena akan sulit jika seluruh

permasalahan yang ada ditangani oleh satu pihak saja.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

41

Perkembangan Perbankan Daerah

3.1 Perkembangan Perbankan

Secara umum kinerja perbankan pada triwulan II-2009 mengalami

peningkatan. Total aset bank umum di wilayah kerja Bank Indonesia Ternate

tumbuh sebesar 13,67% (y-o-y). Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh

perbankan sebesar 7,55% (y-o-y). Kegiatan penyaluran kredit kepada masyarakat

masih mengalami pertumbuhan, meskipun melambat dengan pertumbuhan sebesar

45,29% (y-o-y). Pertumbuhan persetujuan kredit baru secara tahunan mengalami

pertumbuhan yang sangat mengagumkan hingga mencapai 170,20% (y-o-y). Pada

triwulan II-2009 kegiatan intermediasi perbankan mengalami peningkatan dimana

LDR bank umum tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 35,98% (y-o-y), dengan

angka LDR sebesar 52,82%. Jumlah kredit bermasalah pada triwulan II-2009

mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dari 4,38%

pada triwulan I-2009 menjadi 3,88% pada triwulan II-2009.

a. Perkembangan Aset Bank Umum

Total aset bank umum di wilayah kerja Bank Indonesia Ternate1 pada akhir

Triwulan II-2009 mengalami peningkatan. Pada triwulan laporan tercatat total

aset bank umum sebesar Rp 3,2 triliun, atau mengalami peningkatan sebesar

5,35% (q-t-q). Kondisi ini lebih baik jika dibandingkan dengan kinerja yang

ditunjukan pada triwulan I-2009, dimana pada periode tersebut aset perbankan

mengalami kontraksi sebesar minus 0,93% (q-t-q). Jika dibandingkan dengan

periode yang sama tahun lalu, pertumbuhan total aset perbankan mencapai

13,67% (y-o-y), mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya

yang sebesar 9,86% (y-o-y).

1 Tidak termasuk KCP BCA karena laporan bulanannya menginduk ke KC di Manado

Bab III

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

42

Bank pemerintah masih mendominasi penguasaan aset perbankan di Maluku Utara

dengan proporsi sebesar 87,01%, sedikit mengalami peningkatan dibandingkan

kondisi triwulan sebelumnya, dimana persentase aset bank pemerintah terhadap

total aset adalah 86,75%.

Jika dibandingkan kinerja antara bank pemerintah dengan bank swasta,

pertumbuhan tahunan tertinggi dialami oleh bank swasta sebesar 23,49% (y-o-y).

Meskipun demikian kinerja ini sebenarnya jauh menurun jika dibandingkan dengan

pertumbuhan yang dicapai pada triwulan I-2009 dimana pertumbuhan yang terjadi

adalah 37,21%. Bank pemerintah juga meningkat pertumbuhannya, dimana pada

triwulan laporan tercatat pertumbuhan sebesar 12,34% (y-o-y), sedangkan pada

triwulan sebelumnya pertumbuhan aset bank pemerintah adalah 5,66% (y-o-y).

Gambar 3.1 Perkembangan Aset Perbankan Maluku Utara

Sumber: Bank Indonesia Ternate

Posisi penyebaran aset bank umum pada triwulan laporan masih didominasi Kota

Ternate dengan proporsi sebesar 75,52%. Kondisi ini sedikit meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan I-2009 porsinya sebesar

75,13%. Daerah terbesar lainnya dalam hal penyebaran aset bank umum adalah

Kabupaten Halmahera Tengah dengan porsi sebesar 14,03%, sedikit menurun jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 14,25%.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

43

Kondisi ini mencerminkan masih terkonsentrasinya aktivitas ekonomi di Kota

Ternate. Dengan pembangunan daerah yang terus ditingkatkan saat ini, diharapkan

dapat terwujud ketersediaan infrastruktur yang lebih baik, sehingga aksesibilitas

daerah menjadi lebih mudah dan akan menjadi insentif bagi perbankan untuk

melakukan ekspansi usaha yang lebih luas diluar Kota Ternate. Melalui pemerataan

perbankan hingga ke daerah-daerah lainnya, kebutuhan masyarakat akan pelayanan

perbankan, baik itu berupa produk simpanan, pembiayaan (kredit), jasa kliring dan

RTGS, maupun tersedianya uang layak edar dapat terpenuhi. Selain itu dengan

kehadiran perbankan, diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi

daerah, melalui pembiayaan yang sifatnya produktif.

Tabel 3.1 Komposisi Kepemilikan Aset Perbankan di Maluku Utara (Milyar Rp)

Keterangan 2008 2009

I II III IV I II

Jenis Bank 2.743,88 2.793,61 2.818,85 3.042,81 3.014,40 3.175,53

Pemerintah 2.452,78 2.459,56 2.455,95 2.647,65 2.614,98 2.763,03

Swasta 291,10 334,05 362,91 395,16 399,42 412,51

Dati II 2.743,88 2.793,61 2.818,85 3.042,81 3.014,40 3.175,53

Ternate 2.022,90 2.051,08 2.072,72 2.282,24 2.264,59 2.398,24

Maluku Utara 274,95 254,00 288,24 329,42 320,12 331,80

Halteng 446,04 488,54 457,90 431,15 429,70 445,49

Jenis Valuta 2.743,88 2.793,61 2.818,85 3.042,81 3.014,40 3.175,53

Rupiah 2.641,28 2.774,56 2.783,50 3.030,36 2.947,12 3.084,56

Valas 102,60 19,05 35,36 12,45 67,29 90,98

Proporsi aset perbankan dalam bentuk valuta asing masih relatif kecil, namun

selama dua triwulan terakhir mengalami peningkatan. Pada triwulan IV-2008

porsinya hanya sebesar 0,41%, lalu pada triwulan I-2009 proporsinya naik menjadi

2,23%, sedangkan pada triwulan II-2009 porsinya kembali meningkat menjadi

2,86%.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

44

Gambar 3.2 Perkembangan Aset Valuta Asing

Pertumbuhan tahunan aset perbankan dalam bentuk valuta asing cenderung

berfluktuasi, namun selama dua triwulan terakhir menunjukan peningkatan, seiring

peningkatan proporsinya terhadap jumlah aset perbankan yang ada di Maluku

Utara.

Sejak triwulan IV-2008 proporsi aset perbankan syariah di Maluku Utara secara

moderat terus mengalami peningkatan. Setelah beberapa periode sebelumnya

mengalami penurunan, tepatnya dimulai pada triwulan I-2008 dan berlanjut hingga

triwulan III-2008, aset perbankan syariah kembali menunjukan peningkatan. Pada

triwulan II-2009 porsi aset perbankan syariah adalah 2,44%, sedikit meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,39%.

Masih kecilnya porsi aset perbankan syariah ini disebabkan karena hingga saat ini

baru terdapat satu bank umum syariah, dan belum ada bank konvensional yang

membuka counter layanan syariah melalui office chaneling. Kedepan diharapkan

perbankan syariah dapat terus tumbuh, baik secara kuantitas maupun kualitas,

mengingat besarnya potensi pengembangan yang ada. Penambahan jumlah bank

syariah akan semakin memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan perbankan

dengan sistem syariah sebagai alternatif sistem perbankan konvensional yang ada

khususnya bagi masyarakat diluar Kota Ternate.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

45

b. Penghimpunan Dana Bank Umum

Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan di Maluku Utara pada

triwulan II-2009 mengalami peningkatan. Jumlah dana pihak ketiga yang berhasil

dihimpun oleh perbankan mencapai Rp 2,9 triliun, mengalami peningkatan sebesar

2,38% (q-t-q) jika dibandingkan dengan triwulan I-2009 atau tumbuh sebesar

7,55% (y-o-y) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Jika dilihat masing-masing komponennya, deposito mengalami pertumbuhan

tahunan tertinggi dibandingkan tabungan maupun giro, yaitu sebesar 23,65% (y-o-

y), dengan total dana sebesar Rp 574,87 miliar, melonjak dibandingkan

pertumbuhan yang terjadi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 4,50% (y-o-y).

Dana masyarakat dalam bentuk tabungan meskipun pertumbuhannya tidak setinggi

deposito, namun masih mendominasi penghimpunan dana yaitu sebesar 46%,

dimana jumlahnya mencapai Rp 1,3 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 4,73% (y-

o-y) atau mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar minus 0,82% (y-o-y). Jumlah dana

dalam bentuk giro tercatat sebesar Rp 988,53 miliar rupiah, tumbuh sebesar 3,47%

(y-o-y), namun mengalami perlambatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 6,05% (y-o-y).

Gambar 3.3 Proporsi DPK Perbankan

Pertumbuhan deposito yang signifikan mengindikasikan bahwa masyarakat semakin

tertarik untuk berinvestasi pada sektor keuangan. Namun jika kita lihat strukturnya,

tabungan selalu mendominasi DPK. Kebutuhan masyarakat akan jasa tabungan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

46

ternyata masih jauh lebih besar, sehingga tabungan terus mendominasi perolehan

DPK. Masih tingginya tabungan ini terkait dengan kultur Maluku Utara, dimana

konsumsi merupakan penggerak utama perekonomian, sehingga kebutuhan akan

investasi keuangan masih relatif rendah. Hal ini juga dikonfirmasi dengan dominasi

kredit konsumsi dalam struktur kredit, dibandingkan dengan kredit investasi dan

modal kerja.

Jika dilihat berdasarkan kelompok bank, porsi bank pemerintah meningkat secara

moderat, dimana pada triwulan II-2009 porsinya adalah 86,11% sedangkan pada

triwulan I-2009 porsinya adalah 86,02%. Jika dibandingkan kinerjanya,

pertumbuhan DPK yang berhasil dihimpun oleh bank pemerintah mengalami

perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan

II-2009 pertumbuhannya adalah 5,38% (y-o-y) sedangkan pada triwulan I-2009

pertumbuhannya adalah 6,05% (y-o-y). Penghimpunan DPK oleh bank swasta

tercatat mengalami lonjakan yang sangat signifikan, dimana pada triwulan I-2009

pertumbuhannya adalah 2,19% (y-o-y) sedangkan pada triwulan laporan

pertumbuhan ini mencapai 23,26% (y-o-y). Hal ini mengindikasikan semakin

agresifnya perbankan swasta dalam menghimpun DPK di Maluku Utara.

Jika dilihat berdasarkan daerah penghimpunannya, Kota Ternate masih menjadi

penghimpun DPK terbesar di Maluku Utara dengan nilai nominal mencapai Rp 2,2

triliun rupiah, atau memiliki porsi sebesar 75,95% dari seluruh DPK di Maluku Utara.

Nilai ini masih lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana pada triwulan

I-2009 porsinya adalah 74,93%. Daerah lain yang dapat dikategorikan sebagai

daerah dengan penghimpunan dana tertinggi lainnya adalah Kabupaten Halmahera

Tengah, yang memiliki porsi sebesar 14,97%, sedikit mengalami kenaikan dimana

pada triwulan sebelumnya porsi penghimpunan DPK adalah 14,84%. Kenapa???

Jika dilihat berdasarkan jenis valuta, penghimpunan DPK dalam bentuk rupiah masih

mendominasi, meskipun porsinya sedikit menurun jika dibandingkan triwulan

sebelumnya. Pada triwulan I-2009 tercatat porsi DPK dalam valuta rupiah nilainya

sebesar Rp 2,76 triliun atau sebesar 97,53%, namun pada triwulan II-2009 porsinya

tercatat sebesar 96,78% dengan nilai sebesar 2,80 triliun rupiah.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

47

Jika ditelaah berdasarkan golongan debitur, debitur perorangan masih memberikan

kontribusi terbesar dalam penghimpunan DPK dimana porsinya pada triwulan II-

2009 adalah 65,30% dengan jumlah penghimpunan dana sebesar 1,89 triliun

rupiah. Kondisi ini meningkat jika dibandingkan dengan kondisi triwulan

sebelumnya dimana porsi debitur perorangan adalah 62,59%. Dana pemerintah

yang dikelola oleh perbankan di Maluku Utara (pemerintah pusat, pemerintah

daerah, badan/lembaga pemerintah, BUMN dan BUMD) memiliki porsi sebesar

30,04%, mengalami penurunan dibandingkan triwulan I-2009 dimana porsinya

adalah 32,78%. Hal ini terjadi karena pada triwulan II-2009 proyek-proyek

pemerintah telah mulai dijalankan, dimana pada triwulan I-2009 proses tender

biasanya baru dimulai.

c. Penyaluran Kredit

c.1.Penyaluran Kredit Berdasarkan Bank Pelapor

Kegiatan penyaluran kredit kepada masyarakat pada triwulan II-2009 masih

mengalami pertumbuhan, meskipun melambat jika dibandingkan dengan

triwulan I-2009. Pada triwulan laporan tercatat jumlah kredit yang disalurkan

adalah Rp 1,53 miliar, tumbuh sebesar 45,29% (y-o-y). Meskipun masih mengalami

pertumbuhan yang tinggi, namun kinerja pada triwulan II-2009 melambat jika

dibandingkan dengan kinerja pada triwulan I-2009 dimana pertumbuhan yang

terjadi adalah 50,74% (y-o-y).

Jika dibandingkan antara golongan kredit, kredit perbankan yang disalurkan kepada

UKM tercatat sebesar Rp 1,4 triliun, sedangkan kredit yang disalurkan kepada non

UKM adalah 100 miliar rupiah. Jika dipersentasekan, maka persentase kredit UKM

mencapai 93,41% dari jumlah kredit di Maluku Utara, sedangkan kredit non UKM

sebesar 6,59%.

Besarnya porsi kredit UKM ini mengindikasikan besarnya komitmen perbankan

dalam rangka pengembangan UKM di Maluku Utara, yang pada dasarnya memang

didominasi oleh usaha yang berbentuk UKM. Selain itu masih terbatasnya

kewenangan dalam hal pemutusan kredit non UKM juga menjadi faktor penyebab

kecilnya kredit non UKM, dimana sebagian perbankan di Maluku Utara harus

berkonsultasi dulu dengan kantor wilayah baik di Manado atau di Makassar.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

48

Dari sisi penggunaan, kredit konsumsi masih menjadi kredit utama yang disalurkan

oleh perbankan dengan porsi mencapai 57,63% dari kredit keseluruhan. Pada

triwulan II-2009 kredit konsumsi tumbuh sebesar 50,11% (y-o-y), mengalami

perlambatan jika dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya, dimana pertumbuhan

kredit konsumsi mencapai 57,16% (y-o-y). Tingginya kredit konsumsi ini juga

tercermin dalam tingginya konsumsi masyarakat Maluku Utara, seperti yang telah

dibahas pada bagian sebelumnya.

Kredit investasi terus menunjukan pertumbuhan yang tinggi, meskipun melambat

jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2009 tercatat pertumbuhan

kredit konsumsi sebesar 58,33% (y-oy), sedangkan pada triwulan II-2009

pertumbuhannya adalah 56,02% (y-o-y). Tingginya pertumbuhan kredit swasta

mengindikasikan bahwa dari tahun ke tahun, investasi yang terjadi di Maluku Utara

terus bertambah, meskipun memang selama ini tampaknya investasi masih

didominasi oleh Pemerintah melalui pembangunan berbagai infrastruktur. Melalui

pembangunan infrastruktur tersebut diharapkan aksesibilitas daerah menjadi lebih

mudah, dan menjadi daya tarik investasi bagi investor luar.

Seperti halnya pada kredit konsumsi dan investasi, kredit modal kerja juga masih

menunjukan pertumbuhan meskipun melambat jika dibandingkan triwulan

sebelumnya. Pada triwulan II-2009 tercatat kredit modal kerja mengalami

pertumbuhan sebesar 35,43% (y-o-y) dimana pada triwulan I-2009

pertumbuhannya adalah 39,40%.

Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Perbankan (Miliar rupiah)

  2008 2009 

  I II III IV I  II 

Jenis Penggunaan  918,34 1.052,83 1.187,04 1.269,69 1.384,28  1.529,61

    Modal Kerja  336,65 380,82 398,41 424,70 469,28  515,76

    Investasi  68,71 86,68 109,55 109,22 108,79  135,23

    Konsumsi 512,98 585,33 679,08 735,77 806,22  878,62

     

Golongan Kredit   304,17 1.052,83 1.187,04 1.269,69 1.384,28  1.529,61

    UKM ‐ KUK (inc. PKT)  167,24 199,00 192,44 207,37 207,32  228,44

    UKM ‐ Non KUK  68,24 788,37 916,26 993,09 1.090,66  1.200,34

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

49

    Non UKM 68,69 65,46 78,33 69,22 86,29  100,83

     

Jenis Bank   918,34 1.052,83 1.187,04 1.269,69 1.384,28  1.529,61

    Bank Pemerintah  841,11 968,45 1.095,49 1.179,40 1.291,11  1.424,62

    Bank Swasta  77,23 84,38 91,55 90,29 93,17  105,00

Apabila dibandingkan penyaluran kredit berdasarkan sektor ekonomi, sektor

konstruksi mencatatkan pertumbuhan tahunan yang sangat mengagumkan, dimana

pada triwulan II-2009 pertumbuhan kredit di sektor ini tercatat sebesar 2067,55%

(y-o-y). Selama setahun terakhir perkembangan kredit sektor konstruksi memang

terjadi dengan sangat pesat, dimana pada triwulan II-2008 kredit untuk sektor ini

tercatat hanya sebesar Rp 5,82 miliar rupiah, sedangkan pada triwulan II-2009

jumlahnya telah mencapai Rp 126,11 miliar. Kondisi ini terjadi seiring dengan

meningkatnya aktivitas pembangunan infrastruktur, baik itu pada wilayah lama

seperti Ternate maupun Tidore, serta wilayah-wilayah yang baru saja mengalami

pemekaran. Khusus untuk daerah-daerah yang baru saja mekar, aktivitas di sektor

bangunan pasti akan mengalami lonjakan.

Kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki porsi terbesar

dibandingkan dengan penyaluran kredit kepada sektor lainnya, yaitu sebesar

25,41%, sedikit menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

sebesar 25,55%. Kredit sektor ini pada triwulan laporan tercatat sebesar 388,65

miliar rupiah atau tumbuh sebesar 27,43% (y-o-y) dibandingkan periode yang sama

tahun lalu, namun masih lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang mencapai 28,82% (y-o-y).

Kredit kepada sektor pertanian, yang merupakan sektor dengan share terbesar

dalam perekonomian, hanya memperoleh sebanyak 4,81% dari seluruh kredit di

Maluku Utara, dengan nilai sebesar 73,51 miliar rupiah, tumbuh 19,17% (y-o-y)

dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

c.2 Persetujuan Kredit Baru

Pada triwulan II-2009 pertumbuhan persetujuan kredit baru secara tahunan

mengalami pertumbuhan yang sangat mengagumkan hingga mencapai

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

50

170,20% (y-o-y). Nilai persetujuan kredit baru pada triwulan II-2009 tercatat

sebesar Rp 591,41 miliar.

Pertumbuhan ini terutama didorong oleh kredit baru bagi penggunaan modal kerja

yang mengalami pertumbuhan tahunan fantastis dimana pada triwulan II-2009

pertumbuhannya mencapai 2860,56% (y-o-y) dengan nilai mencapai Rp 510,46

miliar. Lonjakan kredit baru pada modal kerja sebenarnya telah dimulai pada

triwulan I-2009 tepatnya pada bulan Februari. Kondisi ini terjadi karena peningkatan

pelaksanaan proyek-proyek pemerintah, dimana kontraktor lebih dahulu melakukan

pembangunan, baru kemudian diberikan pembayaran sesuai persentase

pembangunan yang telah dikerjakan, sehingga kredit untuk modal kerja mengalami

lonjakan. Semakin banyaknya pembangunan ruko di Kota Ternate juga merupakan

penjelasan lainnya untuk penggunaan kredit modal kerja. Peningkatan aktivitas

usaha juga ikut mendorong pertumbuhan kredit investasi, dimana secara tahunan

pertumbuhannya mencapai 146,77% (y-o-y) dengan nilai persetujuan sebesar Rp

29,99 miliar. Kredit konsumsi mengalami kontraksi hingga mencapai minus 73,10%

(y-o-y) dengan nilai yang disetujui sebesar Rp 50,97 miliar. Dengan tingginya

pertumbuhan pada kredit modal kerja, tidak mengherankan apabila pertumbuhan

persetujuan kredit secara keseluruhan mengalami lonjakan, mengingat porsinya

yang sangat dominan.

Gambar 3.4 Proporsi Persetujuan Kredit Baru

Bank pemerintah menunjukan agresifitas yang tinggi dalam hal pemberian kredit

baru, dimana pertumbuhannya mencapai 332,74% (y-o-y) dengan nilai mencapai

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

51

Rp 288,03 miliar. Karena pertumbuhannya yang tinggi ini, tidak mengherankan

apabila porsi bank pemerintah dalam pemberian kredit baru mengalami

peningkatan. Pada triwulan I-2009 share bank pemerintah adalah 19,49%, lalu

pada triwulan II-2009 sharenya tumbuh menjadi 48,70%. Tidak berbeda dengan

periode sebelumnya, Kota Ternate masih menjadi tempat utama dalam pemberian

kredit baru dengan share sebesar 97,57%.

d. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum

Pada triwulan II-2009 kegiatan intermediasi perbankan mengalami

peningkatan. Pada triwulan laporan LDR bank umum tercatat mengalami

pertumbuhan sebesar 35,98% (y-o-y), dengan angka LDR sebesar 52,82%,

sedangkan pada periode yang sama tahun lalu LDR tercatat sebesar 39,10%. Hal ini

menunjukan bahwa selama setahun terakhir telah terjadi peningkatan aktivitas

intermediasi perbankan di Maluku Utara secara signifikan, dan diharapkan kedepan

perbankan dapat lebih meningkatkan fungsi intermediasi tersebut dan menjadi

motor penggerak pertumbuhan ekonomi daerah, tidak hanya menjadi pengikut2.

Sesuai dengan fungsinya bank merupakan lembaga intermediasi keuangan,

sehingga penyaluran kredit harus terus ditingkatkan, khususnya kredit yang sifatnya

produktif.

Jika dibandingkan antara LDR bank pemerintah dengan bank swasta, bank

pemerintah masih menunjukan fungsi intermediasi yang lebih baik, yang ditunjukan

dengan LDR sebesar 57,14%. Kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan dengan

periode yang sama tahun lalu dimana LDR tercatat sebesar 40,93%. Dengan

demikian selama setahun terakhir telah terjadi peningkatan LDR pada bank

pemerintah sebesar 39,59% (y-o-y). Pada triwulan laporan bank swasta tercatat

memiliki LDR sebesar 26,10%, naik sebesar 2,67% (y-o-y) jika dibandingkan dengan

periode yang sama tahun lalu, dimana LDR tercatat sebesar 25,42%. Kondisi ini

mengindikasikan bahwa dalam hal penyaluran kredit, bank pemerintah masih

memiliki penetrasi pasar yang lebih baik dibandingkan dengan bank swasta.

2 Lihat BOX 3 untuk pembahasan lebih lanjut

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

52

Gambar 3.5 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara

e. Non Performing Loans (NPL’s) Bank Umum

Jumlah kredit bermasalah pada triwulan II-2009 mengalami penurunan jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat rasio

kredit bermasalah (Non Performing Loan’s) terhadap keseluruhan kredit di Maluku

Utara adalah 3,88%, sedangkan pada triwulan I-2009 rasionya adalah 4,38%.

Kondisi ini menggambarkan semakin baiknya perbankan dalam penyaluran kredit,

dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian, dan penerapan manajemen kredit

yang lebih baik. Disisi lain kondisi ini juga menggambarkan bahwa mayoritas

nasabah yang mengajukan kredit kepada bank memang memiliki kapasitas untuk

melakukan pengembalian pinjaman.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

53

Gambar 3.6 Perkembangan NPL’s Perbankan Daerah

Dari Rp 59,42 miliar kredit bermasalah, kredit modal kerja merupakan golongan

kredit yang paling banyak mengalami masalah dengan proporsi sebesar 77,30%.

Kredit investasi memiliki masalah paling sedikit diantara yang lain dengan proporsi

sebesar 5,17%.

Jika dibandingkan antar sektor ekonomi, sektor perdagangan, hotel dan restoran

merupakan sektor yang paling bermasalah dalam kredit dengan proporsi mencapai

47,23%. Sektor lainnya yang juga sangat bermasalah adalah sektor pertanian

dengan proporsi mencapai 15,45%. Kondisi ini tidak berubah dari triwulan I-2009,

dimana kedua sektor tersebut memang memiliki pembentuk NPL’s tertinggi.

54  

BOKS 3

Bank dan Pertumbuhan Ekonomi di Maluku Utara

Salah satu hal penting dalam membangun perekonomian adalah tersedianya modal (capital).

Perbankan memiliki peran yang sangat penting dalam berkembangnya perekonomian karena

fungsinya sebagai penyedia modal. Sebagai lembaga intermediasi yang menjembatani antara

surplus spending unit dengan deficit spending unit, bank mampu menghimpun dana atau modal

dari masyarakat dan menyalurkan kembali modal tersebut kepada pelaku ekonomi secara efisien.

Melalui alokasi modal yang efisien, diharapkan dapat terwujud pertumbuhan ekonomi yang lebih

tinggi seiring peningkatan aktivitas ekonomi yang ikut didukung oleh perbankan selaku lembaga

intermediasi keuangan. Tulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan antara sektor

perbankan dengan pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara, sehingga dapat diperoleh gambaran

riil bagaimana perbankan berperan dalam pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara.

Landasan Teori

Bank merupakan bagian penting dari sektor keuangan secara keseluruhan. Arah keterkaitan antara

sektor keuangan dengan pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan dalam dua hipotesis, yaitu

supply-leading dan demand-following, seperti yang telah dikemukakan oleh Patrick (1966)1.

Hipotesis supply-leading mengedepankan arah hubungan dari perkembangan sektor keuangan

terhadap pertumbuhan ekonomi, yang berarti bahwa pembangunan institusi dan pasar keuangan

akan meningkatkan penawaran jasa keuangan yang akan mengarah pada pertumbuhan ekonomi

riil2. Sedangkan hipotesis demand-following menyatakan adanya arah hubungan dari pertumbuhan

ekonomi terhadap perkembangan sektor keuangan. Dalam kerangka ini, kenaikan permintaan

terhadap jasa keuangan akan mendorong terjadinya peningkatan pada sektor keuangan ketika

perekonomian riil tumbuh3.

Data dan Metode

Untuk menganalisa arah hubungan antara bank dengan pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara,

digunakan data produk domestik regional bruto (PDRB) dan data kredit triwulanan, dengan periode

                                                            1 Patrick, Hugh T., 1966, Financial Development and Economic Growth in Underdeveloped Countries, Economic Development and Cultural Change, Vol. 14, No. 2, Hal. 174-189. 2 Lihat misalnya Mc Kinnon, 1973, Money and Capital in Economic Development, The Brookings Institution, Washington D.C.; King dan Levine (1993); Neusser dan Kugler (1998) serta Levine, Loayza dan Beck (2000). 3 Lihat misalnya Goldsmith, R. W., 1969, Financial Structure and Development, Yale University Press, New Haven CN.; Gurley dan Shaw, 1967; juga Jung, 1986.

55  

2003:4 hingga 2009:1. Data PDRB bersumber dari BPS sedangkan data kredit berasal dari data

Bank Indonesia. Metode yang digunakan adalah granger causality test.

Hasil dan Pembahasan

Hasil pengujian dengan menggunakan granger causality test dapat dilihat pada tabel 1.

Berdasarkan hasil tersebut tampak bahwa arah hubungan antara bank dan pertumbuhan ekonomi

di Maluku Utara, menunjukan hubungan satu arah dimana perkembangan ekonomi akan

mendorong tumbuhnya perbankan, dan tidak berlaku sebaliknya. Temuan ini mendukung hipotesa

demand-following, dimana kegiatan ekonomi yang semakin meningkat akan meningkatkan

permintaan terhadap jasa perbankan, dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan sektor

perbankan.

Tabel 1. Hasil Granger Causality Test

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.

KRDT_LAP does not Granger Cause PDRBSA 18 3.06918 0.0749 PDRBSA does not Granger Cause KRDT_LAP 4.06993 0.0374

Sumber: Data diolah

Jika memperhatikan kondisi Maluku Utara, peran intermediasi perbankan tampaknya memang

belum optimal dimana LDR perbankan pada triwulan II-2009 hanya sebesar 52,82%. Nilai LDR ini

menunjukan bahwa dari seluruh dana pihak ketiga yang dihimpun oleh perbankan di Maluku

Utara, hanya 52,82% yang disalurkan kembali kepada masyarakat Maluku Utara. Dana lain yang

belum tersalurkan, bisa jadi disalurkan ke daerah lain, atau menjadi dana menganggur yang alih-

alih memberikan keuntungan malah menjadi beban bagi bank.

Selain itu dominasi kredit konsumsi dalam struktur pembiayaan, juga menjadi penyebab kurangnya

peran perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Memang selama ini

pertumbuhan ekonomi Maluku Utara sangat didukung oleh konsumsi masyarakat, namun dalam

jangka panjang, pembentukan modal akan lebih berperan penting.

Kesimpulan

Peran bank dalam pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara tampaknya masih belum optimal,

dimana hasil granger causality test menunjukan bahwa arah hubungan antara dan pertumbuhan

56  

ekonomi di Maluku Utara, berlaku satu arah dimana perkembangan ekonomi akan mendorong

tumbuhnya perbankan. Kegiatan ekonomi yang semakin meningkat akan meningkatkan

permintaan terhadap jasa perbankan, dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan sektor

perbankan. Kedepan diharapkan perbankan akan lebih meningkatkan perannya dalam

perekonomian melalui penyaluran kredit produktif. Apalagi potensi Maluku Utara masih sangat

terbuka untuk dikembangkan, karena sumber daya alam yang masih belum secara maksimal

dikelola, terutama bagi wilayah diluar Kota Ternate.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

57

Perkembangan Keuangan Daerah

4.1. Gambaran Umum

Berdasarkan data Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Maluku

Utara, tingkat realisasi pendapatan daerah hingga triwulan I-2009 mencapai

19,31%.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Maluku Utara Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009 tanggal 21

Januari 2009 diketahui bahwa untuk tahun anggaran 2009 pendapatan daerah

Provinsi Maluku Utara ditargetkan sebesar 721,41 miliar rupiah sedangkan belanja

daerah dianggarkan sebesar 755,91 miliar rupiah. Dengan demikian anggaran

pembangunan daerah pada tahun 2009 mengalami defisit sebesar 34,5 miliar

rupiah. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, rencana pendapatan

daerah mengalami kenaikan sebesar 16,08% dimana pada tahun anggaran 2008

rencana pendapatan daerah adalah 621,47 miliar rupiah. Rencana belanja daerah

juga mengalami kenaikan sebesar 18,77% dimana pada tahun sebelumnya belanja

daerah yang direncanakan adalah sebesar 736,61 miliar rupiah.

Gambar 4.1 Perkembangan APBD Maluku Utara

Bab IV

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

58

4.2. Pendapatan Daerah

Berdasarkan data Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi

Maluku Utara, tingkat realisasi pendapatan daerah hingga triwulan I-20091

mencapai 19,31%. Realisasi pendapatan hingga bulan maret 2009 adalah Rp

139,3 milyar rupiah dimana target anggaran yang ditetapkan adalah 721,4 milyar

rupiah.

Komponen pendapatan asli daerah telah mencapai realisasi 23,2 miliar rupiah atau

sebesar 28,78% dari target anggaran PAD 2009. Secara lebih rinci realisasi ini

disumbang oleh pajak daerah sebesar 11,4 miliar rupiah, retribusi daerah sebesar

2,9 miliar rupiah, lain-lain pendapatan daerah yang sah mencapai 8,9 miliar rupiah.

Pada pos pendapatan pajak, pajak bahan bakar kendaraan bermotor memberikan

kontribusi terbesar dengan realisasi mencapai 6,4 miliar rupiah. Bea balik nama

kendaraan bermotor memberikan kontribusi sebesar 2,6 miliar rupiah, lalu pajak

kendaraan bermotor berkontribusi sebesar 2,5 miliar rupiah.

Untuk pos retribusi, retribusi jasa umum mendominasi penerimaan untuk pos

penerimaan ini dengan realisasi mencapai 2,2 miliar rupiah yang utamanya

merupakan kontribusi dari retribusi pelayanan kesehatan. Retribusi jasa usaha

terealisasi sebesar 0,6 miliar rupiah, dimana pos-pos yang memberikan kontribusi

adalah retribusi pemeriksaan, pengukuran dan pengujian hasil hutan (RP3HH),

retribusi pengujian dan pengawasan mutu hasil perikanan, retribusi pengawasan

mutu produk hasil perkebunan, dan retribusi pengawasan pengujian dan sertifikasi

benih tanaman pertanian. Untuk retribusi perijinan tertentu yang terdiri dari retribusi

ijin trayek dan retribusi ijin usaha perikanan nilai realisasinya sebesar 0,014 miliar

rupiah.

Lain-lain pendapatan daerah yang sah dapat terealisasi sebesar 8,9 miliar rupiah,

dimana sumbangan pihak ketiga merupakan pos penerimaan yang memberikan

kontribusi terbesar dengan realisasi sebesar 8,3 miliar rupiah. Jasa giro terealisasi

sebesar 0,4 miliar rupiah sedangkan pendapatan dari biaya administrasi terealisasi

sebesar 0,2 miliar rupiah.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

59

Pos dana perimbangan terealisasi sebesar 116,1 miliar rupiah, dimana pos dana

alokasi umum memberikan kontribusi terbesar dengan realisasi 114,6 miliar rupiah.

Untuk pos bagi hasil, bagi hasil pajak dapat terealisasi sebesar 1,5 miliar rupiah yang

bersumber dari penerimaan bagi hasil pajak bumi dan bangunan (PBB), bagi hasil

dari bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), serta bagi hasil dari pajak

penghasilan (PPh) pasal 25 dan pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan

PPh pasal 21.

4.3. Belanja Daerah

Realisasi belanja daerah biasanya baru terlaksana pada triwulan II, dimana periode

triwulan I masih merupakan tahap tender. Dengan demikian meskipun pembahasan

pendapatan daerah dilakukan untuk periode triwulan I-2009, namun untuk realisasi

belanja daerah akan dilakukan untuk periode triwulan II-2009.

Data komprehensif perihal realisasi belanja daerah pada triwulan II-2009 memang

belum tersedia, dengan demikian pembahasan pada bagian ini akan dilakukan

dengan melihat pelaksanaan proyek-proyek pemerintah.

Berdasarkan data Malut Post, pada triwulan II-2009 terdapat tujuh paket proyek

sekretariat DPRD Maluku Utara dengan nilai mencapai 3,61 miliar rupiah. Proyek

tersebut yaitu pencetakan kalender dan agenda sebesar 205 juta rupiah, pengadaan

mebeler paket I senilai 300 juta rupiah, pengadaan mebeler paket II senilai 225 juta

rupiah, pengadaan alat angkutan darat bermotor sebesar 2,23 miliar rupiah,

pengadaan angkutan darat sebesar 370 juta rupiah, pengadaan sepeda motor 100

juta rupiah serta pengadaan pakaian dinas sebesar 180 juta rupiah.

Untuk proyek yang memasuki tahap tender pada tanggal 28 Mei 2009, didominasi

oleh pembangunan infrastruktur baik itu berupa pemeliharaan infrastruktur yang

telah ada maupun pembangunan infrastruktur baru. Proyek-proyek tersebut

meliputi:

1. Pembangunan gedung kantor gubernur tahap VI

2. Pemeliharaan jalan Labuha-Babang (3km)

3. Pemeliharaan jalan Jailolo-Goal (2,5km)

1 Data realisasi pendapatan daerah triwulan II-2009 belum tersedia

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

60

4. Pemeliharaan berkala jalan Sidangoli-Jailolo (20km)

5. Pembangunan jalan Matuting-Saketa (7km)

6. Pembangunan jalan Saketa-Dehepoho (7km)

7. Pembangunan jembatan darurat (Babang Yaba 200m)

8. Pembangunan jalan Galela-Kedi (5km)

9. Pembangunan jalan Buli-Gotowase (4km)

10. Pembangunan jalan Sanana-Manaf (3km)

11. Peningkatan jalan dalam Kota Sofifi (4,5km)

12. Peningkatan jalan Guraping-Modayama (2km)

13. Peningkatan jalan keliling pulau Makean (2,5km)        

       

Untuk proyek yang belum memasuki tahap tender, nilainya mencapai 51 miliar

rupiah dan seluruhnya merupakan proyek pembangunan infrastruktur. Proyek-

proyek tersebut yaitu:

1. Pembangunan gedung DPRD tahap VII senilai Rp 2 miliar

2. Pembangunan Jembatan Kota Sofifi (50 meter) senilai Rp 4 miliar

3. Pembangunan gedung kantor gubernur tahap VII senilai Rp 20 miliar

4. Pembangunan jalan Sirtu (5km) Ibu-Kedi senilai Rp 3 miliar

5. Pembangunan jalan dalam kota Sofifi (4km) senilai Rp 2,4 miliar

6. Pembuatan saluran drainase (3.000 m) senilai Rp 4,35 miliar

7. Pembuatan trotoar jalan dalam kota Sofifi (3.000 m) senilai Rp 2,5 miliar

8. Pembangunan Land Mark kota Sofifi tahap II senilai Rp 1 miliar

9. Pembangunan taman kota Sofifi tahap II senilai Rp 1 miliar

10. Rehabilitasi Mesjid Raya Tobelo senilai Rp 1 miliar

11. Rehabilitasi Mesjid Raya Makian senilai Rp 1,75 miliar

12. Pembangunan kantor dinas PU tahap II senilai Rp 4 miliar

13. Pembangunan kantor dinas kesehatan senilai tahap II Rp 1 miliar

14. Pembangunan kantor Dikjar tahap II (1 unit) senilai Rp 2 miliar

15. Pembangunan kantor dinas perikanan tahap II senilai Rp 1 miliar

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Sistem Pembayaran 61

Perkembangan Sistem Pembayaran

5.1. Transaksi RTGS

Penyelesaian transaksi dengan menggunakan RTGS pada triwulan II-2009

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada periode

triwulan II-2009 tercatat jumlah transaksi sebesar 2,3 triliun rupiah atau tumbuh

sebesar 7,75% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya. Volume transaksi pada

triwulan II-2009 tercatat sebanyak 4.648 transaksi, atau tumbuh sebesar 22,16%.

Transaksi outflow tercatat sebesar 1,2 triliun rupiah atau mengalami pertumbuhan

7,42% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi pada triwulan laporan

mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana

pada triwulan I-2009 transaksi outflow tercatat mengalami kontraksi sebesar minus

33,83% (q-t-q). Volume transaksi outflow pada triwulan laporan sebanyak 2.335

transaksi yaitu tumbuh sebesar 17,16% (q-t-q), atau meningkat tajam dibandingkan

kinerja triwulan I-2009 yang mengalami kontraksi sebesar minus 41,28% (q-t-q).

Transaksi inflow tercatat sebesar 1,1 triliun rupiah, tumbuh sebesar 8,13% (q-t-q)

dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini jauh meningkat dibandingkan kinerja

triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar minus 38,17%. Jumlah

transaksi tercatat sebanyak 2.313, tumbuh sebesar 27,65% (q-t-q) dibandingkan

triwulan I-2009. Volume inflow pada triwulan laporan juga menunjukan terjadinya

lonjakan, dimana pada triwulan I-2009 kinerja volume inflow tercatat mengalami

kontraksi sebesar minus 40,20%.

Bab V

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Sistem Pembayaran 62

Gambar 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS Maluku Utara

Transaksi RTGS antar provinsi (from-to) mengalami peningkatan signifikan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan tercatat transaksi RTGS

antar pulau sebesar 464,8 miliar rupiah atau mengalami pertumbuhan sebesar

21,00%. Lonjakan ini disebabkan karena menurunnya transaksi antar pulau pada

triwulan I-2009 yang mengalami kontraksi hingga mencapai minus 52,49% (q-t-q).

Kondisi ini sejalan dengan peningkatan volume yang terjadi pada triwulan laporan,

dimana volume transaksi adalah 545 transaksi, atau tumbuh sebesar 27,65% (q-t-q)

dibandingkan triwulan I-2009, dimana pada periode tersebut volume transaksi

mengalami kontraksi hingga mencapai minus 63,61%.

Secara net, Maluku Utara terus mengalami outflow bahkan sejak triwulan III-2007.

Pada triwulan II-2009 net outflow tercatat sebesar 200,59 miliar rupiah, meningkat

dibandingkan triwulan I-2009 dimana net outflow tercatat sebesar 193,32 miliar

rupiah. Kondisi ini mengindikasikan bahwa dana yang ada di Maluku Utara banyak

digunakan di luar daerah, dan belum dioptimalkan untuk pembangunan lokal.

5.2. Transaksi Kliring

Rata-rata penyelesaian transaksi harian melalui kliring pada triwulan II-2009

mengalami peningkatan. Nilai rata-rata harian transaksi kliring pada triwulan

laporan tercatat sebesar 2,35 miliar rupiah, atau tumbuh sebesar 0,61% (q-t-q)

dimana pada triwulan I-2009 nilainya adalah 2,33 miliar rupiah. Jika dilihat rata-rata

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Sistem Pembayaran 63

harian jumlah warkat, tidak terdapat peningkatan yang signifikan dimana jumlahnya

pada triwulan I-2009 adalah 48 lembar, sedangkan pada triwulan II-2009 jumlahnya

49.

TRIWULAN Lembar Nominal

(satuan) (miliar Rp)

2007 I 38 1,20

II 46 1,47

III 49 1,65

IV 47 2,13

2008 I 49 1,92

II 48 2,43

III 49 2,10

IV 48 3,06

2009 I 48 2,33

II 49 2,35

Sumber: Bank Indonesia

Kualitas kliring di Ternate pada triwulan II-2009 mengalami penurunan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan

persentase rata-rata harian tolakan kliring terhadap total rata-rata harian kliring

yang mengalami peningkatan. Persentase volume tolakan pada triwulan II-2009

adalah 1,66% dimana pada triwulan sebelumnya volume tolakan tersebut sebesar

0,65%. Dari sisi nominal terjadi pula kenaikan tolakan dimana pada triwulan II-2009

nominal tolakan sebesar 3,19% sedangkan pada triwulan I-2009 tolakan sebesar

1,16%.

Tabel 5.2 Rata-rata Harian Penarikan Cek/BG Kosong

TRIWULAN Penarikan Cek/BG Kosong Kliring Total Persentase

Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal 2008 I 0,68 14,84 48,81 1.915,44 1,39% 0,77%

II 0,41 484,47 47,70 2.427,49 0,87% 19,96%III 0,51 36,33 48,62 2.100,51 1,04% 1,73%IV 0,39 37,21 48,22 3.056,40 0,81% 1,22%

2009 I 0,31 27,12 48,03 2.334,05 0,65% 1,16%II 0,81 74,86 48,75 2.348,36 1,66% 3,19%

Sumber: Bank Indonesia

Tabel 5.1 Rata-rata Transaksi Harian

Kli i

Gambar 5.2 Rata-rata Transaksi Kliring Harian

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Sistem Pembayaran 64

5.3. Transaksi Tunai

Pada triwulan II-2009 perkembangan total transaksi tunai di Ternate

mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Pada triwulan II-2009, total transaksi (inflow dan outflow) mencapai

279,47 miliar rupiah, dimana pada triwulan I-2009 total transaksinya adalah 207,63

miliar rupiah. Dengan kata lain pada triwulan II-2009 terjadi peningkatan total

transaksi tunai sebesar 34,60% (q-t-q). Jumlah dana yang keluar dari bank

Indonesia Ternate (outflow) mencapai Rp 241,71 miliar, sedangkan jumlah dana

yang masuk (inflow) hanya sebesar Rp 37,76 miliar. Tingginya outflow pada

triwulan laporan disebabkan oleh dua hal, yaitu peningkatan kebutuhan uang tunai

karena bertepatan dengan masa pemilu dan kenaikan pendapatan seiring terjadinya

panen hasil bumi dan panen tuna.

Jika dihitung secara net, kondisi yang terjadi pada triwulan laporan adalah net

outflow sebesar 203,95 miliar rupiah, sedangkan periode sebelumnya terjadi net

inflow sebesar 5,23 miliar rupiah. Jika dibandingkan antara inflow dana dengan

outflow dana, kondisi triwulan II-2009 menunjukan kontraksi inflow dana sebesar

minus 64,52%, sedangkan outflow dana tumbuh sebesar 138,85%.

Perubahan posisi dari net inflow menjadi net outflow menunjukan bahwa aktivitas

ekonomi yang terjadi pada triwulan II-2009 lebih tinggi intensitasnya, sehingga

menambah kebutuhan akan uang tunai. Apalagi hampir seluruh transaksi yang

terjadi pada perekonomian Ternate masih menggunakan media uang tunai.

Apabila ditelaah lebih dalam, kondisi outflow terbesar terjadi pada bulan April,

dimana terjadi outflow dana sebesar 111,72 miliar rupiah sedangkan inflow dana

hanya sebesar 12,81 miliar rupiah.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Sistem Pembayaran 65

Gambar 5.3 Arus Uang Tunai BI Ternate

Gambar 5.4

Perbandingan Inflow dengan Jumlah Kas Keliling

Total transaksi tunai pada triwulan II-2009 mengalami peningkatan apabila

dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008. Peningkatan jumlah

transaksi ini tercermin dari angka pertumbuhan sebesar 9,21% (y-o-y), sedangkan

pada triwulan I-2009 total transaksi tunai mengalami kontraksi sebesar minus

9,70% (y-o-y).

Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, kondisi inflow dana

mengalami peningkatan sebesar 66,87% (y-o-y), sedangkan outflow dana

mengalami peningkatan sebesar 3,61% (y-o-y). Dengan membandingkan kondisi

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Sistem Pembayaran 66

net outflow yang terjadi antara triwulan II-2009 dengan periode yang sama tahun

lalu, maka net outflow turun sebesar 3,18% (y-o-y).

5.4. Pemusnahan Uang Kartal

Pada triwulan II-2009 persentase uang tidak layak edar yang dimusnahkan

mengalami peningkatan, meskipun nilai nominalnya mengalami penurunan.

Uang tidak layak edar (UTLE) yang terdiri dari uang lusuh, uang cacat, uang rusak

dan uang yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran di Ternate pada triwulan II-

2009 tercatat sebanyak 26,75% dibandingkan dengan jumlah dana inflow yang

masuk ke Kantor Bank Indonesia Ternate. Jumlah ini menurun dibandingkan dengan

kondisi triwulan I-2009, dimana persentase uang tidak layak edar yang

dimusnahkan adalah 15,35%. Meskipun persentasenya meningkat, namun secara

nominal sebenanrnya mengalami penurunan. Jumlah uang tidak layak edar pada

triwulan II-2009 adalah 10,10 milyar rupiah sedangkan pada triwulan I-2009

jumlahnya 16,34 miliar rupiah.

Gambar 5.5 Persentase Uang yang Diracik Terhadap Uang Masuk

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Ketenagakerjaan Daerah 67

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

6.1 Kondisi Umum

Jumlah angkatan kerja dan penduduk yang bekerja di Ternate sampai dengan

bulan Februari 2009 secara tahunan mengalami peningkatan, serta diikuti

dengan penurunan tingkat pengangguran terbuka. Pada posisi bulan Februari

2009 jumlah angkatan kerja di Ternate adalah 440,66 ribu jiwa atau mengalami

kenaikan sebesar 5,56% (y-o-y) dimana jumlah angkatan kerja pada posisi Februari

2008 adalah 417,45 ribu jiwa.

Secara tahunan penyerapan tenaga kerja meningkat sebesar 6,04% dari 388,11

ribu jiwa pada posisi Februari 2008 menjadi 411,54 ribu jiwa pada posisi Februari

2009. Karena penyerapan tenaga kerja yang lebih tinggi dibandingkan

pertambahan angkatan kerja maka tingkat pengangguran terbuka mengalami

penurunan sebesar minus 5,97% (y-o-y) dari 7,03% pada Februari 2008 menjadi

6,61% pada Februari 2009 .

Gambar 6.1 Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Bab VI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Ketenagakerjaan Daerah 68

Apabila dibandingkan dengan posisi Agustus 2009, tingkat pengangguran

terbuka mengalami peningkatan sebesar 2,01%. Pada posisi Agustus 2008

tingkat pengangguran terbuka adalah 6,48% sedangkan posisi Februari 2009

menunjukan angka 6,61%. Jumlah angkatan kerja pada Februari 2009 mengalami

peningkatan 4,45% dimana pada posisi Agustus 2008 jumlahnya adalah 421,9 ribu

jiwa. Peningkatan jumlah pengangguran ini karena penambahan jumlah orang yang

bekerja dan yang menganggur pada posisi Februari 2009 mengalami peningkatan,

dimana persentase kenaikan masing-masing adalah sebesar 4,29% dan 6,67%

dimana posisinya pada Agustus 2008 adalah sebesar 394,6 ribu jiwa dan 27,3 ribu

jiwa.

Gambar 6.2 Tingkat Pengangguran Terbuka

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

6.2. Lapangan Pekerjaan Utama

Proporsi sektor primer dalam menyerap tenaga kerja secara tahunan

mengalami penurunan. Pada Februari 2008 sektor primer menyerap 62,46% dari

seluruh tenaga kerja yang ada di Maluku Utara sedangkan pada Februari 2009

penyerapan tenaga kerja di sektor ini sebesar 57,48%. Turunnya penyerapan tenaga

kerja pada sektor primer diikuti oleh peningkatan pada sektor sekunder dan tersier.

Pada periode Februari 2009 sektor sekunder menyerap 10,29% total tenaga kerja

sedangkan tingkat penyerapannya pada Februari 2008 adalah 7,71%. Sektor tersier

memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja sebesar 29,83% pada Februari 2008,

sedangkan pada Februari 2009 penyerapannya adalah 32,23%.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Ketenagakerjaan Daerah 69

Tabel 6.1 Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor di Ternate

Sektor  Lapangan Pekerjaan Utama 2008  2009  Share  

Februari Februari Feb 08  Feb 09 

Primer  Pertanian  234,57 228,56 60,44%  55,54%Pertambangan  7,84 7,99 2,02%  1,94%

Sekunder  Industri  16,70 24,99 4,30%  6,07%Listrik, Gas dan Air  0,43 3,61 0,11%  0,88%Bangunan  12,78 13,74 3,29%  3,34%

Tersier  Perdagangan  48,76 60,38 12,56%  14,67%Angkutan dan Pergudangan  23,36 24,19 6,02%  5,88%Keuangan dan Jasa Perusahaan 2,23 1,82 0,57%  0,44%Jasa Kemasyarakatan  41,45 46,25 10,68%  11,24%

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Pada sektor primer, baik untuk lapangan kerja bidang pertanian maupun

pertambangan keduanya mengalami penurunan. Krisis global memang sangat

dirasakan pengaruhnya terutama oleh sektor pertambangan, dimana pada akhir

tahun 2008 hampir 2 ribu tenaga kerja di sektor ini mengalami pemutusan

hubungan kerja (PHK) oleh beberapa perusahaan pertambangan di Maluku Utara.

Dalam situasi demikian mereka beralih bekerja dengan berusaha sendiri dan atau

pekerja bebas non pertanian pada pertambangan rakyat yang terdapat di beberapa

kawasan pulau Halmahera. Hingga triwulan II-2009 sektor pertambangan masih

mengalami kontraksi, seperti yang dapat dilihat secara lebih rinci pada pembahasan

mengenai perkembangan makro.

6.3. Status Pekerjaan Utama

Proporsi sektor formal dalam menyerap tenaga kerja mengalami peningkatan

dibandingkan sektor informal. Hal ini diduga karena adanya peningkatan

permintaan untuk posisi pegawai negeri sipil mengingat terjadi pemekaran daerah

di Maluku Utara. Pada Februari 2009 sektor formal mampu menyerap sebanyak

20,16% tenaga kerja, dimana pada posisi Februari 2008 tingkat penyerapannya

adalah 17,44%. Pertumbuhan ini terutama terjadi pada tenaga kerja yang statusnya

bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai dimana pada Februari 2008 tenaga kerja

yang memiliki status tersebut sejumlah 14,89% sedangkan pada Februari 2009

proporsinya menjadi 17,38%.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Utara

Ketenagakerjaan Daerah 70

Tabel 6.2 Tenaga Kerja Bedasarkan Status Pekerjaan (Ribu orang)

Status Pekerjaan Jumlah  Share 

Feb 08  Feb 09  Feb 08  Feb 09 

F o r m a l 

Berusaha dibantu buruh tetap  9,88 11,44 2,55%  2,78% Buruh/ Karyawan/ Pegawai  57,8 71,53 14,89%  17,38% 

I n f o r m a l  

Berusaha sendiri  89,08 98,80 22,95%  24,01% Berusaha dibantu buruh tidak tetap 111,39 101,67 28,70%  24,70% Pekerja bebas di pertanian  12,65 13,76 3,26%  3,34% Pekerja bebas di non pertanian  12,87 8,83 3,32%  2,15% Pekerja tak dibayar  94,44  105,51 24,33%  25,64% 

Sumber: BPS

Salah satu kondisi yang perlu mendapat perhatian adalah naiknya proporsi tenaga

kerja yang memiliki status pekerja tak dibayar. Kondisi ini tentu memprihatinkan,

dimana tenaga kerja dengan status ini hampir dapat dipastikan memiliki tingkat

kesejahteraan yang sangat rendah.

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

69

Prospek Perekonomian Daerah

7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan ekonomi di Maluku Utara pada triwulan II-2009 masih sejalan

dengan proyeksi ekonomi pada kajian ekonomi regional triwulan sebelumnya.

Dengan melihat kecenderungan dan arah perekonomian kedepan, pada triwulan III-

2009 perekonomian Maluku Utara diperkirakan akan mengalami pertumbuhan

sebesar 5,8% ± 1% (y-o-y).

Proyeksi ini searah dengan hasil survei kegiatan dunia usaha yang dilaksanakan Bank

Indonesia Ternate pada triwulan II-2009, dimana ekspektasi masyarakat terhadap

kegiatan usaha untuk periode triwulan III-2009 optimis akan mengalami

peningkatan.

Grafik 7.1 Ekspektasi Kegiatan Usaha

Dari sisi permintaan, sektor konsumsi diperkirakan masih akan menjadi motor

penggerak ekonomi daerah, apalagi pada triwulan III-2009 merupakan masa

ramadhan dan hari raya Idul Fitri.

Bab VII

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

Tw.II-2007 Tw.III-2007 Tw.IV-2007 Tw.I-2008 Tw.II-2008 Tw.III-2008 Tw.IV-2008 Tw.I-2009 Tw.II-2009 Tw.III-20090

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

Ekspektasi Keg. Usaha

Realisasi Keg. Usaha

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

70

Investasi masih akan tumbuh dimana pada periode triwulan III-2009 masih akan

didorong oleh proyek-proyek pembangunan infrastruktur, yang pada triwulan II-

2009 sudah ditenderkan sehingga komponen pengeluaran pemerintah juga akan

tumbuh.

Dari sisi penawaran, sektor pertanian masih akan tumbuh seiring berlangsungnya

panen hasil bumi sampai Juli serta tingginya produksi ikan laut hingga September.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan serta sektor

pengangkutan dan komunikasi juga diyakini akan mengalami ekspansi pada

Agustus dan September yang bersamaan dengan momen Ramadhan dan hari raya

Idul Fitri.

Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan akan mengalami peningkatan

karena telah masuknya maskapai penerbangan baru dan sudah mulai beroperasi.

Pertumbuhan ini akan didukung oleh tumbuhnya permintaan akan sektor ini

khususnya pada saat menjelang dan sesudah hari raya Idul Fitri.

7.2 Prospek Inflasi Daerah

Pada triwulan III-2009 inflasi diproyeksikan akan berada pada tingkat 5,17% ± 1%

(y-o-y). Tekanan inflasi pada triwulan III-2009 kemungkinan besar akan bersumber

dari kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan; kelompok bahan

makanan; serta kelompok makanan jadi, minuman dan rokok, seiring dengan

datangnya bulan ramadhan dan hari raya Idul Fitri.

Kenaikan harga ini juga sejalan dengan ekspektasi masyarakat menurut survei

konsumen (SK) dan survei penjualan eceran (SPE). Berdasarkan hasil SPE, responden

memperkirakan akan terjadi kenaikan harga pada 3 dan 6 bulan mendatang

sebagaimana terlihat pada indeks ekspektasi harga umum pada 3 dan 6 bulan

mendatang yang masing-masing mencapai 161,54 dan 160,00. Kenaikan harga

diperkirakan akan terjadi seiring tingginya permintaan masyarakat terhadap

barang/jasa. Pada 3 bulan mendatang, permintaan akan meningkat berkenaan

dengan datangnya Ramadhan dan Idul Fitri. Sedangkan dalam 6 bulan mendatang,

tingginya permintaannya disebabkan oleh datangnya Natal dan Tahun Baru (akhir

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara

71

tahun). Responden memperkirakan bahwa dalam 6 bulan kedepan akan terjadi

kenaikan harga barang/jasa rata-rata sebesar 8,27%.

Sementara ekspektasi responden terhadap suku bunga kredit menunjukkan bahwa

responden memperkirakan akan terjadi penurunan suku bunga kredit baik pada 3

maupun 6 bulan kedepan masing-masing dengan indeks sebesar 88,24 dan 82,35.

Hal ini merupakan respon dari sinyal yang diberikan oleh Bank Indonesia dengan

beberapa kali menurunkan suku bunga SBI belakangan ini.

Indeks Ekspektasi terhadap Harga Umum & Suku Bunga Kredit

Variabel Tw. I - 2009 Tw. II - 2009

Ekspektasi Harga Umum

Ekspektasi 3 bulan y.a.d. 134.38 161.54 Ekspektasi 6 bulan y.a.d. 150.00 160.00

Ekspektasi Suku Bunga

Ekspektasi 3 bulan y.a.d. 86.21 88.24

Ekspektasi 6 bulan 86.21 82.35

Indeks Ekspektasi terhadap Penjualan

Variabel Tw. I - 2009 Tw. II - 2009 Ekspektasi Penjualan

Ekspektasi 3 bulan y.a.d. 93.75 144.44

Ekspektasi 6 bulan 109.38 137.04

Responden optimis bahwa pada 3 bulan mendatang akan terjadi peningkatan

penjualan sebagaimana terlihat pada indeks ekspektasi penjualan sebesar 144,44.

Optimisme ini dilatarbelakangi oleh masih berlanjutnya panen hasil bumi sampai Juli

serta tingginya produksi ikan laut hingga September. Masyarakat juga optimis

bahwa penjualan mereka terus meningkat terutama menjelang Idul Fitri pada bulan

September serta menjelang akhir tahun. Hal ini dapat terlihat pada indeks

ekspektasi penjualan 6 bulan mendatang yang mencapai 137,04.