Laporan Titrasi
description
Transcript of Laporan Titrasi
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
“TITRASI ASAM BASA”
Kelompok 1 :
1. Lucky Aditya Pratama
2. Ria Andani
3. Rissa Rochimah
BIOLOGI 1B
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
- Menentukan konsentrasi larutan NaOH dari larutan standar H2C2O4 dengan
metode titrasi.
- Menentukan konsentrasi larutan sampel HCL dari larutan NaOH yang telah
distandariasi dengan metode titrasi.
1.2 Dasar Teori
Zat yang akan ditentukan kadarnya sendiri disebut dengan titrasi (titran) dan
biasanyadiletakan di dalam tabung elenmeyer seangkan zat yang telah diketahui
senidri konsentrasinya disebut sebagai (titer) dan biasanya diletakkan didalam
buret baik titer ataupun titran biasanya didalam bentuk larutan.Suatu penerapan
stoikiometri dilaboratorium adalah analisa untuk unsur-unsur guna menentukan
komposisinya penguraian yang dilakukan atau yang digunakan berdasarkan
volumetrinya dan pengukuran yang dilakukan dinamakan volumetri atau
titrasi.Dalam percobaan ini teknik analitis volumetri ditetapkan pada analisis
contoh yang mengandung asam.Titrasi asam basa melibatkan asam dan basa
sebagai titer ataupun titran.Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan
kadar larutan asam ditentukan dengan menggunkan kelarutan bebas
sebagian,begitu juga sebaliknya.(Keenam.Kimia Universitas.1982 : 162).
Reaksi yang berlangsung sempurna apabila asam keras dinetralisasikan
dengan basa keras setelah jumlah ekuivalen bisa ditambahkan. Hidrolisis dari
garam yang terbentuk tidak terjadi atau sedikit, sehingga titik akhir reaksi atau
titrasi terjadi pada pH = 7. Untuk titrasi asam kuat dan basa kuat perubahan pH
mendadak titik kesetaraan mencakup suatu jangka yang luas. Indikator apa saja
yang merubah warna dalam batas ini akan menyatakan kapan titik kesetaraan itu
tercapai. Seperti ditunjukkan baik merah metal atau phenophtalein akan sama
memadai (Keenan, 1989).
Pengukuran atau perhitungan dalam titrasi volumetrik berdasarkan pada
pengukuran volume, sehingga dalam analisa titrasi volume konsentrasi
kebanyakan dinyatakan dalam molaritas atau normalitas. Normalitas
(kemolalan) adalah zat yang terlarut dalam setiap mili larutan (Anshori, 1997).
Titrasi sering disebut dengan titrasi volumetrik, karena diketahui volume
titrannya.Volumetrik terbagi menjadi beberapa kelompok, antara lain asidimetri
dan alkalimetri. Cara titrasi ini berdasarkan pada reaksi asam dan basa (Asikin,
1982).
Titrasi dapat mengetahui nilai dari suatu larutan yang belum kita ketahui
molaritasnya, yaitu melalui perhitungan dari hasil titrasi yang telah
terjadi. Selain itu juga dapat diketahui bahan-bahan apa saja yang dititrasi, yaitu
berat dari asam asetat dan persentase berat. Peristiwa titrasi asam basa terjadi
karena tercampurnya suatu senyawa kimia yang bersifat asam ke dalam senyawa
kimia lainnya yang bersifat basa atau sebaliknya, sehingga terjadi reaksi kimia
dari kedua senyawa tersebut yang dapat kita amati melalui terjadinya perubahan
warna dari kedua larutan senyawa yang telah dicampurkan (Gunawan, 1998).
BAB II
METODE
2.1 Alat dan Bahan
Alat Jumlah Bahan Jumlah
Erlenmeyer 2 buah NaOH 0,1 M 20 mL
Gelas kimia 1 buab HCL 10 mL
Pipet tetes 1 buah H2C2O4 0,05 M 10 mL
Corong pendek 1 buah Fenolftalein 3 tetes
Buret 50 mL 1 buah Akuades Secukupnya
Statif dan klem 2 buah
2.2 Cara Kerja
Standarisasi NaOH
Pertama alat-alat yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu. Buret
dibersihkan dengan larutan NaOH. Setelah alat-alat disiapkan dan
dibersihkan, isilah buret dengan larutan NaOH sebanyak 50 mL. Kemudian
H2C2O4 dipipet sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer,
setelah itu ditambahkan fenolflatein sebanyak 3 tetes. Kemudian larutan
H2C2O4 dititrasikan dengan NaOH.
Penetuan konsentrasi HCL
Pertama HCL dipipet sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam gelas
erlenmeyer, setelah itu ditambahkan fenolflatein sebanyak 3 tetes. Kemudian
HCL dititrasikan dengan NaOH.
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1 Hasil Pengamatan
a. Standarisasi NaOH
Titrasi ke- Volume Titrasi
V awal V akhir V pemakaian
1 0 mL 11,00 mL 11 mL
2 11,00 mL 21,70 mL 10,70 mL
Rata-rata 10,85 mL
b. Penentuan Konsentrasi HCL
Titrasi ke- Volume Titrasi
V awal V akhir V pemakaian
1 21,70 mL 30,10 mL 8,40 mL
2 30,10 mL 39,70 mL 9,60 mL
Rata-rata 9 mL
3.2 Perhitungan
Perlakuan Hasil
a.Standarisasi NaOH
- NaOH 50 mL
- H2C2O4 10 mL
- + fenolftalein 3 tetes
- Dititrasi
-.Larutan tidak berwarna
- Larutan tidak berwarna
- Larutan berwarna merah
- Larutan berwarna merah
b.Penentuan Konsentrasi HCL
- NaOH 50mL
- HCL 10 mL
- + fenolftalein 3 tetes
- Dititrasi
-.Larutan tidak berwarna
- Larutan tidak berwarna
- Larutan berwarna merah
- Larutan berwarna merah
a. Pembuatan larutan H2C2O4 0,05 M dalam 250 mL
M= grMr
×1000
V
0,05= gr126,08
×1000250
0,05= gr126,08
× 4
4 gr126,08
=0,05
4 gr=0,05 ×126,08
gr=6,3044
gr=1,576 gr
b. Standarisasi NaOH
2 mol NaOH=mol H 2C 2O 4
2 M 1. V 1=M 2.V 2
2 M 1.10,85=0,05.10
2 M 1= 0,510,85
M 1=0,0462
M 1=0,023 M
c. Konsentrasi HCL
mol NaOH=mol HCL
M 1.V 1=M 2.V 2
1,576.9=M 2.10
14,184=10 M 2
M 2=14,18410
M 2=1,418 M
3.3 Persamaan Reaksi
a. NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2 H2O
b. NaOH + HCL NaCl + H2O
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan Rissa Rochimah
Pada percobaan kali ini yaitu titrasi asama basa, kami menentukan
standarisasi NaOH dan konsentrasi HCL secara duplo atau dilakukan secara dua
kali.
Pada percobaan titrasi larutan yang akan dititrasikan yaitu larutan H2C2O4
(asam oksalat) dan HCL harus ditambahkan 3 tetes fenolftalein. Hal ini karena
untuk menetralkan larutan tersebut. Keadaan netral pada titrasi ditunjukkan oleh
indikator, yaitu dengan terjadinya perubahan warna pada suasana netral yaitu
dengan pH 7. Fenolftalein (pp) memiliki trayek pH 8,2-10 tetapi bisa digunakan
karena perubahan warnanya mudah diamati, yaitu dari tidak berwarna menjadi
merah.
Pada saat melakukan titrasi digunakan kertas putih sebagai alas. Kertas putih
ini berfungsi agar lebih teliti pada saat terjadi perubahan warna pada larutan
tersebut.
Pertama kami melakukan percobaan standarisasi NaOH, dengan cara
mentitrasika NaOH dengan H2C2O4 (asam oksalat). Pada percobaan ini
konsentrasi yang didapatkan adalah 0,023 M.
NaOH harus distandarisasikan oleh asam oksalat karena NaOH merupakan
larutan standar primer. NaOH perlu distandarisasi karena senyawa ini bersifat
higrokospis sehingga mudah mengikat air dan bereaksi dengan Co2 di udara.
Larutan NaOH tergolong dalam larutan baku sekunder yang bersifat basa.
Namun NaOH juga dikenal sebagai soda kaustik adalah sejenis logam kaustik.
Namun NaOH membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam
air Natrium Hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersesdia dalam bentuk
serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% dalam bentuk pelet, cair dan secara
spontan menyerap karbondioksida dari udara bebas, dan sangat larut dalam air
dan akan melepaskan padas pada saat dilarutkan.
Larutan baku primer adalah H2C2O4 (asam oksalat) adalah zat padat, halus,
putih, larut dalam air. Asam oksalat adalah asam divalent dan pada titrasinya
selalu sampai terbentuk garam normalnya.
NaOH tidak termasuk larutan baku primer karena NaOH bersifat higroskopis,
dan mudah mengikat Co2 pada waktu penimbangan.
Adapun syarat – syarat larutan baku primer yaitu :
1. Mudah diperoleh, dikeringkan, dimurnikan, dan disimpan dalam keadaan
murni.
2. Tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di
udara.
3. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
4. Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat
stoikiometrik dan langsung kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau
dapat ditentukan secara tepat dan mudah.
5. Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan
kepekaan tertentu.
Percobaan kedua yaitu penentuan konsentrasi HCL dengan cara NaOH yang
telah distandarisasi dengan HCL. Pada percobaan ini didapatkan konsentrasi
HCL sebesar 1,418 M.
Pada percobaan ini NaOH tidak langsung direaksikan dengan HCL karena zat
– zat yang sukar larut atau dapat bereaksi secara cepat dan kuantitatif bila
konsentrasinya tinggi dapat ditentukan kadarnya melalui titrasi secara tidak
langsung, zat-zat tersebut direaksikan dengan larutan baku dalam jumlah
berlebih dan kelebihan larutan baku tersebut dengan larutan baku lainnya.
HCL termasuk larutan baku sekunder. HCL (asam klorida) merupakan zat
cair yang tidak berwarna, tergolong asam kuat, bersifat racun, sangat korosit.
Jika terkena kulit dapat menimbulkan luka parah dan jika terkena kain dapat
merusak kain.
BAB V
KESIMPULAN
Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Konsentrasi NaOH yang didapatkan adalah 0,023 M.
Konsentrasi HCL yang didapatkan adalah 1,418 M.2. NaOH merupakan larutan sekunder.
3. H2C2O4 merupakan larutan primer.
DAFTAR PUSTAKA
Anshori. 1987. Penuntun pelajaran Kimia. Bandung : Ganesha Exact.
Asikin, Z. 1982. Penuntun Pelajaran Kimia Jilid I. Jakarta : Wijaya.
Gunawan, Adi. 1998. Tangkas Kimia.Surabaya : Kartika.
Keenan, K. W. 1989. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.