Laporan Tetap Genetika,Ema

33
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gen adalah unit pewarisan sifat bagi organisme hidup. Batasan mod gen adalah suatu lokasi tertentu pada genom yang berhubungan dengan pewarisan sifat dan dapat dihubungkan dengan fungsi sebagai regulator (pengendali), sasaran transkripsi, atau peran-peran fungsional lainnya . Penggunaan "gen" dalam percakapan sehari-hari (misalnya "gen cerdas" at "gen warna rambut") sering kali dimaksudkan untuk alel: pilihan variasi tersedia oleh suatu gen. Meskipun ekspresi alel dapat serupa, sering menggunakan istilah alel untuk ekspresi gen yang secara fenotipik berbeda. Gen diwariskan oleh satu individu kepada keturunannya suatu proses reproduksi, bersama-sama dengan DNA yang membawanya. Persilangan monohibridaadalah persilangan sederhanayang hanya memperhatikan satu sifat atau tanda beda. Percobaan ini akan diujikan p lalat Drosophila dengan maksud untuk membuktikan Hukum Mendel I. Pada kasus dominant penuh, keturunan yang didapat pada F2 akan menu perbandingan fenotip dominan dan resesif 3 : 1 atau perbandingan genoti 2 : 1. Analisa dengan uji X2 hanya dilakukan untuk perbandingan fenotip Persilangan ini bersifat resiprokal, artinya penggunaan individu betina dengan satu tanda beda tertentu dapat sesuka hatitanpa ada pengaruhnya dalam rasio fenotip generasi kedua (F2). B. Tujuan Tujuan dari praktikum kali ini adalah mengamati, mempelajar membedakan sifat dari keturunan hasil persilangan monohibrid dan dihibr serta membuktikan Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II, mengenal suatu sifat yang disebabkan oleh gen-gen yang dipengaruhi seks dan m siklus hidup dan determinasi Drosophila sp.

Transcript of Laporan Tetap Genetika,Ema

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Gen adalah unit pewarisan sifat bagi organisme hidup. Batasan modern gen adalah suatu lokasi tertentu pada genom yang berhubungan dengan pewarisan sifat dan dapat dihubungkan dengan fungsi sebagai regulator (pengendali), sasaran transkripsi, atau peran-peran fungsional lainnya. Penggunaan "gen" dalam percakapan sehari-hari (misalnya "gen cerdas" atau "gen warna rambut") sering kali dimaksudkan untuk alel: pilihan variasi yang tersedia oleh suatu gen. Meskipun ekspresi alel dapat serupa, orang lebih sering menggunakan istilah alel untuk ekspresi gen yang secara fenotipik berbeda. Gen diwariskan oleh satu individu kepada keturunannya melalui suatu proses reproduksi, bersama-sama dengan DNA yang membawanya. Persilangan monohibrida adalah persilangan sederhana yang hanya

memperhatikan satu sifat atau tanda beda. Percobaan ini akan diujikan pada lalat Drosophila dengan maksud untuk membuktikan Hukum Mendel I. Pada kasus dominant penuh, keturunan yang didapat pada F2 akan menunjukkan perbandingan fenotip dominan dan resesif 3 : 1 atau perbandingan genotip 1 : 2 : 1. Analisa dengan uji X2 hanya dilakukan untuk perbandingan fenotipnya. Persilangan ini bersifat resiprokal, artinya penggunaan individu jantan dan betina dengan satu tanda beda tertentu dapat sesuka hati tanpa ada pengaruhnya dalam rasio fenotip generasi kedua (F2).

B. Tujuan Tujuan dari praktikum kali ini adalah mengamati, mempelajari, dan membedakan sifat dari keturunan hasil persilangan monohibrid dan dihibrid serta membuktikan Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II, mengenal suatu sifat yang disebabkan oleh gen-gen yang dipengaruhi seks dan mengetahui siklus hidup dan determinasi Drosophila sp.

2

BAB II ACARA PRAKTIKUM

A. ACARA I. IMITASI PERBANDINGAN GENETIK (Persilangan Monohibrid) 1. Tujuan: a. Mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen-gen yang di bawa oleh gamet-gamet akan bertemu secara acak. b. Melakukan pengujian X2 untuk mengetahuai apakah hasil persilangan yang di dapat di anggap baik atau tidak. 2. Kajian Pustaka Persilangan monohibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis dengan memperhatikan satu sifat beda.Misalnya persilangan antara rambutan yang berbuah manisdengan rambutan yang berbuah masam, persilangan antaraayam berbulu putih dengan ayam berbuluh hitam, manusia berkulit putih dengan manusia berkulit hitam, dan suami yang bertubuh tinggi dengan istriyang bertubuh rendah. Pada persilangan monohibrid, bila dominansi tampak sempurna atau penuh, maka persilangan monohibrid akan menghasilkan keturunan dengan rasio fenontipe 3:1. Akan tetapi, bila dominansi tidak sempurna (intermedier), maka rasio fenontipe yaitu menjadi 1:2:1. Dalam kenyataannya, hasil persilangan tidak selalu memperlihatkan rasio tersebut di atas secara tepat, sehingga perlu dilakukan pengujian statistik. Dalam2 hal ini pengujian x (dibaca Chi Sqauare) dapat digunakan untuk

menetapkan apakah penyimpangan yang terjadi itu hanya (signifikan) ataukah tidak nyata. Dengan kata lain, apakah hasil yang di peroleh dapat dianggap baik atau tidak. Sifat keturunan yang dapat kita amati/ lihat (warna, bentuk, ukuran) dinamakan fenotip. Sifat dasar yang tak tampak dan tetap (artinya tidak berubah-ubah karena lingkungan) pada suatu individu dinamakan genotip

3

(misalnya TT, tt). Anggota dari sepasang gen yang memiliki pengaruh berlawanan di sebut alel. Misalnya T menentukan sifat tinggi pada batang, sedangkan t menentukan batang kecil, maka T dan t merupakan alel. Tetapi andaikan R adalah gen yang menentukan warna merah pada bunga, maka T dan R bukan alel. Homozigot ialah individu yang genotipnya terdiri dari alel yang sama (misalnya TT, tt), sedangkan heterozigot adalah individu yang genontipnya terdiri dari pasangan alel yang tidak sama (misalnya Tt). Homozigot dapat dibedakan atas homozigot dominan (TT) dan homozigot resesip (tt). 3. Alat dan Bahan a. Alat: b. Bahan: Lembar tabel X2 Pasangan kantong dari kain Alat tulis menulis Kancing genetika

4

4. Hasil Pengamatan. a. Tabel 2.1 Hasil pengamatan 1) Dominanansi Sempurna M = MERAH m = PUTIH Perbandingan 3:1 1) Tabel data individu Pengambilan-ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2) Tabel data kelompok Individu-ke 1 2 3 4 5 Jumlah () MM/Mm 6 6 6 7 8 33 mm 4 4 4 3 2 17 1 3 3 4 1 1 1 1 1 1 1 1 MM Mm Mm 1

5

Tabel analisis data G/F MM dan Mm Mm Expected x50=37,5 observer 33(d=e-o)

4,5

X2 = 0,54

x50=12,5 50

17 50

-4,5 0

1,62 2,16

Contoh perhitungan

Dengan DB = N 1 = 2 1 = 1 Kesimpulan Dari hasil analisis data kelompk yang di hasilkan atau yang di proleh yaitu 2,16 di mana nilai rata-rata ini lebih dari 0,05, setelah di cocokkan di tabel ciskuer hasil yang di proleh tersebut dapat di katakana data ini adalah data baik. 3) Tabel data kelas. Kelomok-ke MM dan Mm I II III IV V VI VII VIII IX X 33 33 31 30 32 38 37 42 33 45 354 7 7 9 10 8 12 13 8 17 15 106 mm

6

Tabel analisis data G/F MM dan Mm Mm x460=115 460 106 460 9 0 0,7 0,93 E x460=345 O 354 d=e-o -9 X2 = 0,23

Dengan DB = N - 1 =21=1 Kesimpulan Pada hasil data yang di dapatkan yaitu 0,93, data yang di peroleh tersebut merupakan yang menunjukkan

bahwa hasil yang di dapatkan yaitu data yang baik. 2) Dominansi tidak sempurna Perbandingan 1:2:1 1) Tabel data indiviu Pengambilan-ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 | 3 3 4 | | | | | | | | MM Mm Mm |

7

2) Tabel data kelompok Individu-ke 1 2 3 4 5 2 4 10 MM 3 1 Mm 3 5 6 5 4 23 Mm 4 4 4 3 2 17

Tabel analisis data G/F MM Mm Mm E x50=12,5 x50=25 x50=12,5 50 O 12 21 17 50 d=e-o 0,5 4 -5,5 0 X2= 0,02 0,64 2,42 3,08

Dengan DB = N 1 =31=2 Kesimpulan Dari data kelompok yang di proleh yaitu termasukbaik, kenapa di katakana data yang baik karna data yang di proleh lebih dari 0,05 yaitu:3,06.

8

3) Tabel Data Kelas Kelompok-ke I II III IV V VI VII VIII IX X Tabel analisis data G/F MM Mm mm E x470=117,5 x470=235 x470=117,5 470 O 113 244 113 470 od=e-o 4,5 -9 4,5 0 X2= 0,17 0,34 0,17 0,68 MM 10 10 5 10 15 14 5 19 12 13 113 Mm 23 23 26 20 17 24 28 30 21 32 244 Mm 7 7 9 10 8 12 17 11 17 15 113

DB= N-1 =3-1=2 Kesimpulan Dari data kelas yang di hasilkan di proleh yaitu termasuk data yang baik, karna data yang di proleh lebih dari 0,05 yaitu:0,68.

9

B. ACARA II. IMITASI PERBANDINGAN GENETIK (Persilangan Dihibrid) 1. Tujuan: a. Mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen-gen yang di bawa oleh gamet-gamet akan bertemu secara acak. b. Melakukan pengujian X2 untuk mengetahui apakah hasil persilangan yang di dapat di anggap baik atau benar. 2. Kajian Pustaka Persilangan dihibrida merupakan perkawinan dua individu dengan dua tanda beda. Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. kenyataannya, seringkali terjadi penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan yang mungkin disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya interaksi gen, adanya gen yang bersifat homozigot letal dan sebagainya. Masalah penurunan sifat atau hereditas mendapat perhatian banyak peneliti. Peneliti yang paling popular adalah Gregor Johann Mendel yang lahir tahun 1822 di Cekoslovakia. Pada tahun 1842, Mendel mulai mengadakan penelitian dan meletakkan dasar-dasar hereditas. Ilmuwan dan biarawan ini menemukan prinsip-prinsip dasar pewarisan melalui percobaan yang dikendalikan dengan cermat dalam pembiakan silang. Penelitian-penelitian Mendel menghasilkan hukum Mendel I dan hukum Mendel II. Mendel melanjutkan persilangan dengan menyilangkan tanaman dengan dua sifat beda, misalnya warna bunga dan ukuran tanaman. Persilangan dihibrid juga merupakan bukti berlakunya hukum Mendel II berupa pengelompokkan gen secara bebas saat pembentukkan gamet. Persilangan dengan dua sifat beda yang lain juga memiliki perbandingan fenotip F2 sama, yaitu 9 : 3 : 3 : 1. persilangan dihibrid yang menghasilkan

10

keturunan dengan perbandingan F2, yaitu 9 : 3 : 3 : 1 merupakan bukti berlakunya Hukum Mendel II yang disebut Hukum Pengelompokkan Gen secara Bebas (The Law Independent Assortment of Genes) Pada semidominansi (artinya dominansi tidak nampak penuh, sehingga ada sifat intermedier), maka hasil perkawinan dihibrid akan menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1:2:1 x 1:2:1 =

1:2:1:2:4:2:1:2:1. Misalnya tanaman bunga pukul empat ada yang berdaun lebar (genotip LL) dan ada yang berdaun sempit (genotip ll), sedangkan yang berdaun sedang bersifat heterozigotik (genotip Ll). Bunganya ada yang berwarna merah (genotip MM), ada yang putih (genotip mm), dan ada yang merah jambu (genotip Mm). jika tanaman berdaun sempit bunga putih disilangkan dengan tanaman homozigot berdaun lebar bunga merah, maka tanaman F1 bersifat intermedier berdaun sedang dan berbunga merah jambu. Tanam-tanaman F2 akan memperlihatkan 16 kombinasi dengan perbandingan 1:2:1:2:4:2:1:2:1. 3. Alat dan Bahan a. Alat : Kancing genetika Alat tulis menulis

b. Bahan : Pasangan kantong dari kain Lembar tabel X2

4. Hasil Pengamatan a. Tabel 2.2 Tabel hasil pengamatan 1) Dominansi sempurna 4 Tangkup Merah-Hitam (MB) 4 Tangkup Merah-Hijau (Mb) 4 Tangkup Putih-Hitam (mB) 4 Tangkup Putih-Hijau (mb) Perbandingan :9:3:3:1

11

1) Tabel data individu. Pengambilan-ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 2) Tabel Data Kelompok Individu-ke 1 2 3 4 5 6 M-B13 10 8 10 5 11 57 M-bb 2 5 5 1 2 1 16 mmB1 0 1 2 7 4 15 mmbb 0 1 2 3 2 0 8 1 1 1 1 11 1 4 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 M-B M-bb mmB1 mmbb

12

Tabel analisis data G/F E M-B M-bb mmBmmbb x96=57 x96=16 x96=15 x96=8 96

O 57 16 15 8 96

d=e-o -3 2 3 -2 0

X2= 0,16 0,22 0,5 0,66 1,54

DB = N 1 =41=3 Kesimpulan Hasil dari analisis data kelompok jumlah nilai yang di proleh yaitu: 1,54, berarti dari hasil data yang di proleh tersebut merupakan termasuk data yang baik. 3) Tabel Data Kelas Kelompok-ke I II III IV V VI VII VIII IX X M-B 32 41 38 38 44 53 54 69 57 65 491 M-bb 19 5 11 14 11 16 10 17 16 16 135 mmB11 16 9 5 9 24 18 20 15 25 152 mmbb 2 2 6 7 0 3 14 6 8 6 54

DB = N 1 =41=3

13

Tabel Analisis Data G/F M-B M-bb mmBMmbb Kesimpulan Hasil dari analisis data kelas yang di dapatkan adalah termasuk data yang baik, karena nilainya (x2) lebih dari 0,05 di mana data yang di peroleh tersebut yaiu: 4,12. 2) Dominansi Tidak Sempurna a) Tabel Data Individu Pengambilan ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 MMBB MMBb MmBB MmBb MMbb Mmbb mmBB mmBb mmbb 1 E x832=468 x832=156 x832=156 x832=52 832 O 491 135 152 54 832 d=e-o -23 21 4 -2 0 X2= 1,13 2,82 0,10 0,07 4,12

14

15 16 1

1 1 1 3 5 0 2 1 3 0

Pengambilan ke 1 2 3 4 5 6

b) Tabel Data Kelompok MMBB MMBb MmBB MmBb MMbb Mmbb mmBB mmBb mmbb 1 0 1 2 1 1 6 1 0 1 1 0 4 7 3 6 3 1 1 3 17 5 4 8 4 3 2 29 0 1 0 0 0 1 2 2 0 2 5 2 4 15 1 2 0 1 3 0 7 x2 = d2/e 0 2,08 20,16 16,33 20,16 0,75 0,16 1,33 0,66 61,63 3 0 1 0 4 0 8 0 3 0 2 2 1 8

c) Tabel Analisis Data Kelompok G/F Expeoted Observed d= e-0 MMBB MMBb MmBB MmBb MMbb Mmbb mmBB mmBb mmbb 1/16 x 96 = 6 2/16 x 96 = 12 1/16 x 96 = 6 2/16 x 96 = 12 4/16 x 96 = 24 2/16 x 96 = 12 1/16 x 96 = 6 2/16 x 96 = 12 1/16 x 96 = 6 96 6 7 17 26 2 15 7 8 8 96 0 5 -11 -14 22 -3 -1 4 -2 0

=N1 =91 =8 d) Kesimpulan Dari data kelompok yang diperoleh yaitu data baik, karena nilai DB x2 yang didapatkan lebih dari 0,05 yaitu 61,63.

15

1) Tabel Data Kelas Kelompok ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 MMBB MMBb MmBB MmBb MMbb Mmbb mmBB mmBb mmbb 3 6 2 13 8 3 9 13 6 6 69 5 8 4 18 4 13 9 3 7 12 833 4 12 11 6 12 11 15 17 17 17 122 20 15 21 11 20 26 21 27 26 30 217 5 1 8 5 5 3 7 13 2 8 57 14 4 3 9 6 13 5 7 15 10 86 4 8 2 0 6 11 6 3 7 6 53 7 8 7 5 3 13 13 15 8 17 96 2 2 6 7 0 3 11 4 8 6 49

a) Tabel Analisis Data Kelas G F MMBB MMBb MmBB MmBb MMbb Mmbb mmBB mmBb mmbb Jumlah Expected 1/16 x 832 = 52 2/16 x 832 = 104 1/16 x 832 = 52 2/16 x 832 = 104 4/16 x 832 = 208 2/16 x 832 = 104 1/16 x 832 = 52 2/16 x 832 = 104 1/16 x 832 = 52 832 Observed 69 83 122 217 57 86 53 96 49 432 d=e-0 -17 21 -70 -113 151 18 -1 8 3 0 X2 = d2/e 5,5 4,2 94,2 122,7 109,6 3,1 0,01 0,6 0,17 340,08

DB = N - 1 =91 =8

16

b) Kesimpulan Pada data analisis kelas, nilai x2 yang diperoleh yaitu 340,08 berarti data tersebut termasuk data yang baik karena data tersebut lebih dari 0,05.

17

ACARA III PERANAN GEN YANG DIPENGARUHI SEKS

1. Tujuan Menetapkan genotif diri sendiri berdasarkan variabel ukuran telunjuk jari tangan. 2. Kajian Pustaka Gen (dari bahasa Belanda: gen) adalah unit pewarisan sifat bagi organisme hidup. Bentuk fisiknya adalah urutan DNA yang menyandi suatu protein, polipeptida, atau seuntai RNA yang memiliki fungsi bagi organisme yang memilikinya. Batasan modern gen adalah suatu lokasi tertentu pada genom yang berhubungan dengan pewarisan sifat dan dapat dihubungkan dengan fungsi sebagai regulator (pengendali), sasaran transkripsi, atau peran-peran fungsional lainnya[1][2]. Penggunaan "gen" dalam percakapan sehari-hari (misalnya "gen cerdas" atau "gen warna rambut") sering kali dimaksudkan untuk alel: pilihan variasi yang tersedia oleh suatu gen. Meskipun ekspresi alel dapat serupa, orang lebih sering menggunakan istilah alel untuk ekspresi gen yang secara fenotipik berbeda. Gen diwariskan oleh satu individu kepada keturunannya melalui suatu proses reproduksi, bersama-sama dengan DNA yang membawanya. Dengan demikian, informasi yang menjaga keutuhan bentuk dan fungsi kehidupan suatu organisme dapat terjaga. 3. Alat dan Bahan a. Jari tangan dan alat tulis b. Menulis praktikan

18

4. Hasil Pengamatan a. Tabel Hasil Pengamatan No 1 2 3 4 5 6 Nama Amirudin Bayan Sari Bq. Nilai Kusuma Bq. Rahmawati Bq. Indrawati Bq. Ismawati b. Pembahasan Dari hasil data di atas dihasilkan semua probundus rata-rata memiliki jari telunjuk pendek, yang dimana genotifnya dapat dituliskan atau disimbolkan dengan huruf yaitu TT, sehingga untuk mengetahui genotif dari kedua orang tua (induk) dapat diambil dari 5 kemungkinan genotif yaitu contohnya pada probundus Amiruddin : (TT) : 1) Parental (P) = TT x TT Genotif (G) = T x T Fenotif (F) = TT 2) P = TT x Tt G = TT x Tt F = TT, Tt 3) P = TT x tt G = Tt x Tt F = TT.Tt.tt Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Jari Telunjuk panjang kiri Jari telunjuk Pendek kiri

19

ACARA IV PENGAMATAN SIKLUS HIDUP DAN DETERMINASI DROSOPHILA S.P. ) A. Tujuan 1. Mengetahui tahapan-tahapan dalam siklus hidup Drosophila SP 2. Mengetahui waktu dari tiap tahapan dalam siklus hidup Drosophila SP 3. Membedakan lalat jantan dan lalat betina berdasarkan struktur tubuh dan ciri-ciri morfologi Drosophila SP B. Kajian Pustaka Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah yang dapat ditemukan di buah-buahan busuk. Drosophila telah digunakan secara bertahun-tahun dalam kajian genetika dan perilaku hewan. Berikut merupakan klasifikasi dari Drosophila melanogaster (Borror, 1992): Kingdom Phyllum Kelas Ordo Famili Genus Spesies Animalia Arthropoda Insecta Diptera Drosophilidae Drosophila Drosophila melanogaster

Selain itu, Drosophila juga diklasifikasikan ke dalam sub ordo Cyclophorpha (pengelompokan lalat yang pupanya terdapat kulit instar 3, mempunyai jaw hooks) dan termasuk ke dalam seri Acaliptrata yaitu imago menetas dengan keluar dari bagian anterior pupa (Wheeler, 1981). Lalat buah dan Artrophoda lainnya mempunyai kontruksi modular, suatu seri segmen yang teratur. segmen ini menyusun tiga bagian tubuh utama, ayitu; kepala, thoraks, dan abdomen. seperti hewan simetris bilateral lainnya, Drosophila ini mempunyai poros anterior dan posterior (kepala-ekor) dan

20

poros

dorsoventral

(punggung-perut).

Pada

Drosophila,

determinan

sitoplasmik yang sudah ada di dalam telur memberi informasi posisional untuk penempatan kedua poros ini bahkan sebelum fertilisasi. setelah fertilisasi, informasi dengan benar dan akhirnya akan memicu struktur yang khas dari setiap segmen. Adapun ciri umum lain dari Drosophila melanogaster diantaranya : Warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang. a. Berukuran kecil, antara 3-5 mm. b. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan tubuhnya. c. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan. d. Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung. Mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwana merah. e. Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding mata majemuk. f. Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan bergaris hitam Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax. Sedangkan ciri-ciri yang membedakan Drosophila jantan dan betina antara lain; Jantan Betina

1. Ukuran tubuh lebih kecil dari 1. Ukuran tubuh lebih besar dari betina jantan

2. Sayap lebih pendek dari sayap 2. Sayap lebih panjang dari sayap betina 3. Terdapat comb) sisir kelamin jantan (sex 3. Tidak terdapat sisir kelamin (sex comb)

4. Ujung abdomen tumpul dan lebih 4. Ujung abdomen runcing hitam

21

Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur larva instar I larva instar II larva instar III pupa imago. Fase perkembangan dari telur Drosophila melanogaster dapat dilihat lebih jelas pada gambar di bawah ini. Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan (Silvia, 2003) Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa (Silvia, 2003). Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari. (Silvia, 2003). Telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di anteriornya terdapat dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut (Borror, 1992). Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan menggali dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada trakea, terdapat sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan posterior (Silvia, 2003). Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk mencapai ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas dengan kecepatan makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva disebut instar. Instar pertama adalah larva sesudah menetas sampai

22

pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan berhenti bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada Drosophila, destruksi sel-sel larva terjadi pada prose pergantian kulit (molting) yang berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar : dari larva instar 1 ke instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan dari pupa ke imago (Ashburner, 1985). Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika terdapat banyak saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung baik. Larva yang dewasa biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas tissue dalam botol. Dan disini larva akan melekatkan diri pada tempat kering dengan cairan seperti lem yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk pupa. Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya

memendek, kutikula menjadi keras dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, Drosophila melanogaster dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva berganti menjadi lalat dewasa (Ashburner, 1985). Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan dorman yang sama seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult (sebelum dewasa) disebut anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah untuk perkembangan luar dari anlagen ke bentuk dewasa (Silvia, 2003). Dewasa pada dalam satu siklus hidupnya berusia sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari lalat buah jantan.

23

Pada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio. (Borror, 1992) Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup Drosophila melanogaster diantaranya sebagai berikut: Suhu Lingkungan Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi ideal. Kondisi ideal yang dimaksud adalah suhu sekitar 25-28C. Pada suhu ini lalat akan mengalami satu putaran siklus secara optimal. Sedangkan pada suhu rendah atau sekitar 180C, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus hidupnya relatif lebih lama dan lambat yaitu sekitar 18-20 hari. Pada suhu 30C, lalat dewasa yang tumbuh akan steril. Ketersediaan Media Makanan Jumlah telur Drosophila melanogaster yang dikeluarkan akan menurun apabila kekurangan makanan. Lalat buah dewasa yang kekurangan makanan akan menghasilkan larva berukuran kecil. Larva ini mampu membentuk pupa berukuran kecil, namun sering kali gagal berkembang menjadi individu dewasa. Beberapa dapat menjadi dewasa yang hanya dapat menghasilkan sedikit telur. Viabilitas dari telur-telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh larva betina (Shorrocks, 1972). Tingkat Kepadatan Botol Pemeliharaan Botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan tidak terlalu padat. Selain itu, lalat buah yang dikembangbiakan di dalam botol pun sebaiknya tidak terlalu banyak, cukup beberapa pasang saja. Pada Drosophila melanogaster dengan kondisi ideal dimana tersedia cukup ruang (tidak terlalu padat) individu dewasa dapat hidup sampai kurang lebih 40 hari. Namun apabila kondisi botol medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya produksi telur dan meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa

24

Intensitas Cahaya Drosophila melanogaster lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan mengalami pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat yang gelap. C. Alat dan Bahan a. Droshopila SP b. Tali Rapia c. Jilbab Paris d. Pisang e. Alat tulis menulis

25

D. Hasil Pengamatan a. Tabel Hasil Pengamatan Siklus Hidup Drosophila SP Stadium Perkembangan Bq. Rahmawati Tanggal Waktu Bq. Nila Kusumawati Tanggal Waktu Bq. Indrawati Tanggal Waktu Bayan Sari Tanggal Waktu Bq. Ismawati Tanggal Waktu 13.00 19.00 15.00 09.00 20.00 13.00 11.00

Mulai pengamatan 07-05-2012 14.22 Telur Larva Prepupa Pupa Imago Dewasa Rata-rata siklus hidp b. Kesimpulan 13-05-2012 11.06 14-05-2012 10.52 16-05-2012 09.25 17-05-2012 04.00 18-05-2012 02.04 20-05-2012 02.56 8 9 hari

07-05-2012 14.32 07-05-2012 12.00 7-05-2012 12.00 7-05-2012 11-05-2012 09.57 11-05-2012 11.00 10-05-2012 11.20 11-05-2012 12-05-2012 13.12 13-05-2012 10.00 12-05-2012 22.00 14-05-2012 13-05-2012 09.13 14-05-2012 14.00 14-05-2012 15.00 16-05-2012 14-05-2012 17.32 15-05-2012 07.30 16-05-2012 15.00 17-05-2012 17-05-2012 10.05 17-05-2012 08.00 18-05-2012 10.00 19-05-2012 19-05-2012 09.10 19-05-2012 09035 20-05-2012 04.45 20-05-2012

Hasil pengamatan dilakukan dapat disimpulkan bahwa lalat buah (Drosophil SP) stadium perkembangannya mulai dari keluarnya telur, larva, prepupa, pupa, imago sehingga menjadi dewasa sehingga dapat dibedakan lalat jantan dan lalat betina.

26

E. Pembahasan Drosophyla yang dimasukan ke dalam medium sebagai objek penelitian terdiri dari 15 ekor lalat buah. Pada hari pertama setelah lalat dimasukan ke dalam medium (10 mei 2012) jarak 1 hari tampak ada bintik-bintik putih kecil dan terlihat basah. Ternyata bintik-bintik tersebut adalah telur Drosophyla sp. Pada jarak 2 hari telur mulai ada yang menetas dan tampak banyak larva yang bergerak-gerak seperti belatung. Larva ini berwarna putih dan beruas-ruas dengan titik hitam di salah satu ujungnya, dan diperkirakan titik hitam ini adalah cikal bakal mata. Perkembangan larva dilanjutkan pada hari berikutnya yang ditandai dengan adanya pertambahan ukuran memanjang dan membesar. Pada jarak 1 hari , banyak larva yang tampak tidak bergerak, ternyata larva-larva tersebut tengah mengalami perubahan untuk menjadi pupa. Ukuran pupa lebih pendek dari ukuran larva sebelumnya, dan pupa yang masih muda warnanya tampak lebih muda daripada pupa yang sudah berusia 2 atau 3 hari. Pada pupa masih terlihat adanya ruas-ruas dan titik hitam yang terdapat di salah satu ujungnya pun masih jelas terlihat pada fase ini. Pada hari kesembilan, individu-individu baru Drosophyla sp muncul dari pupa-pupa yang sudah matang menjadi imago,dan proses imago menuju drosophila sp dewasa.

27

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari penelitian yang kami lakukan dapat kami tarik kesimpulan bahwa imitasi persilangan genetik (persilangan monohibrid) dan imitasi persilangan genetik (persilangan dihibrid), bila dominasi tampak sempurna atau penuh, maka persilangan monohobrid akan menghasilkan keturunan dengan rasio fenotif, sedangkan pada persilangan dihibrid, apabila dominasi tampak sempurna maka perkawinan dihibrid akan menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotif. B. Saran Kepada para Co. Ass, kami mengucapkan banyak terima kasih karena telah membantu membimbing praktikum yang kami lakukan pada semester I sampai sekarang ini dengan sabar, kami juga berharap agar semua Co. As jangan terlalu keras kepada adik-adik yang sedang dibimbing praktikumnya dan jangan lupa tidak usaha pelit sama nilai.

28

DAFTAR PUSTAKA

Dwijoseputro, 1997. Pengantar Genetika. Jakarta : Bharata. Fardiaz, Srikandi, 1992. Mutasi Genetika. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Peter H, Reven et al, 1986. Genetika Sains. New York : Water Publisher Inc Sumu, Usman F, dkk, 1985. Prinsip-prinsip Genetika. Jakarta : Gramedia Suryo, 1992. Genetika. Yogyakarta : Gajah Mada. University Press

29

LAMPIRAN-LAMPIRAN

30

LAPORAN TETAP GENETIKA

Di Susun Oleh NAMA NIM : BAIQ RAHMAWATI : 09.211.065

CLASS/SEMESTER : VI.A/BIOLOGI CO.ASS : JULIE HASNATA

LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN IKIP MATARAM 2012/2013

31

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan tetap praktikum genetika ini di buat untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian akhir praktikum genetika.

Di sahkan pada tanggal 27 Mei 2012

Nama

Tanda tangan

1) Co.Ass Kelas

(

)

2) Coordinator Praktikum

(

)

3) Dosen Pembimbing

(

)

Mengetahui Kepala laboratorium biologi Fakultas pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam IKIP Mataram

(Fahrul Yadi S.Pd)

32

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esakarena atas nikmat dan karunianya penulis dapat menyelsaikan laporan tetap GENETIKA ini tepat pada waktunya yang telah di tetapkan. Laporan tetap ini kami susun berasarkan hasil penelitaian atau hasil praktikum. Kegiatan praktikum tersebut berbobot satu (1) SKS bersifat wajib dan turut menentukan nilai dalam KHS. Dalam hal ini mahasiswa senantiasa di tuntut bersikap ilmiah yang kelak dapat di tunjukan oleh hasil evaluasi. Tidak lupa juga penulis mengucapkan banyak terimakasih kepaa para Co.Ass yang telah memberikan bimbingan selama penelitian, penulis juga sangat mengharapkan atau berharap usul koreksi dan kritik demi kesempurnaan dari laporan tetap genetika ini. Demikian laporan ini penulis buat atas perhatiannya penulis ucapkan banyak terimakasih.

Mataram, 27 Mei 2012

Penyusun

33

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii AFTAR ISI ....................................................................................................... iv BAB I. PENAHULUAN .................................................................................. A. Latar Belakang ............................................................................... B. Tujuan ............................................................................................ BAB II. ACARA PRAKTIKUM ..................................................................... B. ACARA I. IMITASI PERBANDINGAN GENETIK (Persilangan monohibrid) .................................................................................... C. ACARA II. IMITASI PERBANDINGAN GENETIK (Persilangan Dihibri) ........................................................................................... D. ACARA III. PERANAN GEN YANG DIPENGARUHI OLEH SEKS .................................................................................. E. ACARA IV. PENGAMATAN SIKLUS HIDUP DAN DETERMINASI Drosiphila sp ...................................................... BAB III. PENUTUP ....................................................................................... A. Kesimpulan ................................................................................... B. Saran-Saran ................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... LAMPIRAN-LAMPIRAN...............................................................................