Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
-
Upload
bang-mohtar -
Category
Education
-
view
3.273 -
download
19
Transcript of Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peran penting pada era global ini sebab
pendidikan adalah kunci menuju perbaikan terhadap peradaban.
Melalui pendidikan yang baik, akan terlahir manusia Indonesia
yang mampu bersaing secara sehat dalam kehidupan di era
globalisasi bercirikan high competition. Menurut Azyumardi Azra,
(1998:3): ”Pendidikan merupakan proses dimana suatu bangsa mempersiapkan
generasi mudanya dalam menjalankan kehidupan untuk memenuhi tujuan hidup
secara efektif dan efisien.” Pendidikan merupakan proses mendewasakan manusia
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidupnya. Diharapkan pendidikan
membuat manusia mampu menemukan jati diri dan kehidupan sesungguhnya baik
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara.
Kemudian berkaitan dengan pendidikan Agama Islam, H
Abuddin Nata (2008:180) menjelaskan bahwa:
Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang seimbang dalam mempersiapkan anak didik yaitu, anak didik yang tidak hanya mampu mengembangkan kreativitas intelektual dan imajinasi secara mandiri, tetapi juga memiliki ketahanan mental spiritual serta mampu beradaptasi dan merespons problematika yang dihadapinya sesuai kerangka dasar ajaran Islam.
Konsep pendidikan yang seimbang inilah maka Pendidikan
Agama Islam memiliki peluang yang amat luas sehingga mampu
mewujudkan manusia yang sanggup menghadapi tantangan,
peluang dan kendala dalam memasuki kehidupan masa depan.
Berikutnya Lailial Muhtifah dalam Gisela Webb dkk (2012:70)
menjelaskan:” Pendidikan Agama Islam dapat mengantarkan
2
peserta didik menjadi “mukmin-ulul albab” dengan konsep zikir
(ketuhanan), pikir dan amal shaleh (kemanusiaan dan
kealaman)”. Konsep ini sebagai bekal dalam melaksanakan
fungsi dan perannya sebagai khalifah dan ‘abdullah di muka
bumi guna mewujudkan masyarakat madani yang bahagia hidup
di dunia dan di akhirat. Pendidikan Agama Islam selain dapat
mengembankan empat pilar pendidikan global seperti yang
dirumuskan oleh UNESCO, yang meliputi learning to think,
learning to do, learning tobe, dan learning to live together,
namun dapat juga mengembankan pilar learning lillahi ta’ala.
(Departemen Agama RI:2005:3). Pendidikan Agama Islam
sebagai proses pembentukan manusia Indonesia yang seutuhnya
karena dalam Pendidikan Agama Islam tidak sekedar mentransfer ilmu
pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga bermuara pada
proses pembinaan dan pembentukan sikap (behaviour) maupun
etika/moral dan mental generasi muda sebagai penerus bangsa.
Namun tingkat keberhasilan Pendidikan Agama Islam sesuai
yang diharapkan ditentukan tingkat kompetensi profesional dan
kinerja guru Pendidikan Agama Islam itu sendiri sebagai agen
pembelajaran.
Adapun kompetensi profesional dan kinerja guru merupakan dua hal
yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar. Dalam
Depdikbud, (1991/1992) dijelaskan bahwa:” proses pembelajaran
akan berlangsung dengan baik, apabila didukung oleh guru yang
mempunyai kompetensi dan kinerja yang tinggi karena guru
merupakan ujung tombak dan pelaksana terdepan pendidikan
anak-anak di sekolah dan sebagai pengembang kurikulum.”
Kompetensi profesional dan kinerja guru mempunyai pengaruh
secara bersama terhadap hasil belajar siswa. Hal ini
mengandung makna bahwa, apabila ada peningkatan
3
kompetensi profesional dan kinerja guru maka hasil belajar akan
meningkat.
Peran guru Pendidikan Agama Islam secara kontinuitas
dan dengan sungguh-sungguh tidak dikhawatirkan meninggalkan
anak-anak yang lemah. firman Allah QS. An-Nisaa:9 yang
berbunyi:
Artinya: ”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
Muhammad Sayyid Tanthawi Dalam tafsir Quraish Shihab (2002:
355) menjelaskan bahwa ayat di atas ditujukan kepada semua pihak, siapapun,
karena semua diperintahkan untuk berlaku adil, berucap yang benar dan tepat, dan
semua khawatir akan mengalami apa yang digambarkan di atas. Ayat tersebut
diatas, berpesan agar umat islam menyiapkan generasi penerus yang berkualitas
sehingga mereka mampu mengaktualisasikan potensinya sebagai bekal kehidupan
dimasa mendatang. Selaras dengan ayat di atas keterkaitan peran
guru seorang filosof Cina, Lao Tzu terkenal dengan kata mutiara
abadinya:”Berikanlah seekor ikan pada seseorang, dan Anda
memberikan makanan kepadanya untuk sehari; ajarilah ia
bagaimana menangkap ikan dan Anda akan memberi makanan
untuk seumur hidupnya”.(Robert Heller, 2004:7). Arahan
normatif tersebut di atas apabila dikaitkan dengan kompetensi
profesional dan kinerja guru menunjukkan pada harapan, bahwa
dalm pendidikan formal guru merupakan pihak pertama yang
paling bertanggung jawab dalam meningkatkan hasil belajar
baik ranah kognitif, afektif maupun spikomotor yang pada
4
akhirnya dapat menghasilkan aut put dan out come sesuai yang
diharapkan
Namun kenyataan terhadap pendidikan agama Islam
sekarang ini terdapat sejumlah kelemahan yang mengakibatkan
pendidikan agama Islam di sekolah tidak dapat memberikan hasil
yang optimal dalam pembentukan moral dan akhlak peserta
didik yang terefleksikan dalam kehidupan kesehariannya. Dalam
Didin Syafruddin dan Bahris, (2005:5) menyebutkan beberapa
alasan terhadap kelemahan pendidikan agama antara lain:
1. Bidang ibadah diajarkan sebagai kegiatan rutin agama dan kurang ditekankan sebagai proses pembentukan kepribadian;
2. Orientasi mempelajari al-Qur’an masih cenderung pada kemampuan membaca teks, belum mengarah kepada pemahaman arti dan penggalian makna.
Akibat kelemahan tersebut di atas tanpa disadari dalam
era modern, remajalah yang banyak menjadi korban yang
diistilahkan dengan penyimpangan perilaku remaja karena masa
remaja termasuk dalam tahap perkembangan individu. Menurut
Abu Al-Ghifari (2003:14) masa remaja mnerupakan masa transisi
sehingga berdampak besar pada remaja korban mode seperti
remaja berprilaku instan; umumnya orang ingin cepat dan
mudah dalam hal makanan dan begitu juga dalam perilaku,
banyak yang mengambil jalan pintas agar mudah mencapai
tujuan dan remaja berperilaku imitasi; munculnya trend tindik
telinga, hidung dan bibir, sek bebas, narkoba, miras, fornografi
dan forno aksi. Kondisi seperti ini telah menghantui remaja masa
kini. Berdasarkan temuan ketika pihak kepolisian merazia sekitar
250 orang pelajar ibu kota, hampir 50% dari mereka membawa
senjata tajam dalam berbagai bentuk. Sehingga menurut I
Noman Naya MA, berpendapat bahwa kenakalan remaja kini,
5
bukan lagi kenakalan biasa, tapi sudah menjurus tingkat
kriminalitas. (Abu Al-Ghifari, 2003:25)
Merebaknya perilaku remaja korban mode menurut
pendapat Kartini Kartono dalam Abu Al-Ghifari, (2003:24):”
Bahwa akar permasalahannya adalah krisis moral atau krisis
akhlakul karimah dalam jiwa remaja masa kini. Dalam kondisi
seperti itu, remaja memerlukan “subyek moral” orang dewasa
yang dikaguminya. Maka dalam dunia pendidikan peran guru
umumnya dan peran guru Pendidikan Agama Islam khususnya
masa kini sangat diperlukan dalam memberikan arahan dan
petunjuk ke arah identitas yang Islami secara kontinuitas dan
dengan sungguh-sungguh.
Sementara kenyataan yang terjadi khususnya di
Kabupaten Kapuas Hulu dari hasil observasi beberapa sekolah
pada bulan Desember tahun 2012 dapat disimpulkan sebagai
berikut: Perangkat pembelajaran Guru Pendidikan Agama Islam
(GPAI) tidak lengkap berdasarkan data kelengkapan administrasi
guru, rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) berdasarkan daftar nilai murni,
metode pembelajaran Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI)
masih konvesional berdasarkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan data supervisi guru, program harian
guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) tidak ada berdasarkan
wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Putussibau
Selatan pada hari senin tanggal 4 Pebruari 2013, siswa belum
bisa shalat berdasarkan buku praktikum siswa, adanya kasus
siswa yang beragama Islam seperti tidak jujur, berkelahi,
merokok, terlibat pornografi dan porno aksi berdasarkan data
kasus pada guru Bimbingan Konseling (BK).
6
Secara subtansial yang menjadi faktor kesenjangan
antara harapan dan kenyataan antara lain:
1. Kurikulum pendidikan agama Islam hanya di alokasi waktu
2 jam pelajaran perminggu.
2. Guru sebagai agen pembelajaran yang kurang mau dan
mampu untuk mengembangkan diri karena masih
menyambil dengan pekerjaan lain
3. Pemerintah dalam hal ini instansi terkait seperti pengawas
kurang intensif dalam melakukan pembinaan.
Oleh karena itu yang menjadi fokus penelitian ini adalah
Kompetensi Profesional, Kinerja Guru dan Hasil Belajar Siswa
terhadap Pendidikan Agama Islam pada ruang lingkup Akhlak.
Standar kompetensi akhlak membiasakan prilaku terpuji dan
menghindari prilaku tercela.
Dengan demikian, peneliti merasa penting untuk meneliti
sehingga dapat mengungkapkan secara empiris tentang
“Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kinerja Guru terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu”.
Adapun harapan terhadap masalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah: Pertama; Guru Pendidikan Agama Islam di
SMP se Kabupaten Kapuas Hulu, senantiasa mengembangkan
kemampuan profesional dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik. Kedua; Guru Pendidikan Agama Islam di SMP se
Kabupaten Kapuas Hulu selalu meningkatkan kinerja yang
optimal dalam melaksaanakan tugas sebagi pendidik. Ketiga;
Kompetensi profesional dan kinerja guru Pendidikan Agama
Islam di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu dapat memberi
pengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa pada
7
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP se Kabupaten
Kapuas Hulu.
B. Masalah dan Pembatasan Masalah
1. Identifikiasi Masalah
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada bulan
Desember tahun 2012 pada peran Guru Pendidikan Agama
Islam (GAI) di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu menunjukkan
adanya kesenjangan antara harapan (idealitas/das sollen)
dan kenyataan atau fakta (fenomena yang ada /das sein sbb:
a. Kompetensi profesional guru yang belum memadai
misalnya: metode pembelajaran Guru Pendidikan Agama
Islam (GPAI) masih konvesional, referensi masih terbatas
pada buku paket, belum memanfaatkan Teknologi,
Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai media
berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dan data supervisi guru.
b. Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) yang belum
optimal antara lain; daftar hadir tidak maksimal,
perangkat pembelajaran tidak lengkap, nilai ulangan
harian, tugas dan praktek siswa belum terisi sesuai
dengan daftar nilai yang ada. Berdasar data kelengkapan
administrasi guru.
c. Hasil belajar siswa yang beragama Islam belum sesuai
yang diharapkan berdasarkam leger murni, buku
praktikum siswa dan data kasus pada guru Bimbingan
Konseling (BK).
8
2. Pembatasan Masalah
“Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kinerja Guru
terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran PAI Kelas VIII
di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu”.
3. Perumusan Masalah
1) Bagaimanakah kompetensi profesional guru pada
pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu?
2) Bagaimana kinerja guru pada pembelajaran PAI di SMP
se Kabupaten Kapuas Hulu?
3) Bagaimana hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI
di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu?
4) Bagaimana pengaruh kompetensi profesional guru
terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di
SMP se Kabupaten Kapuas Hulu?
5) Bagaimana pengaruh kinerja guru terhadap hasil
belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP
Kabupaten Kapuas Hulu ?.
6) Bagaimana pengaruh kompetensi profesional dan
kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada
pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu ?.
7) Bagaimana tingkat signifikansi kompetensi profesional
dan kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada
pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu ?
C. Kajian Pustaka
Setelah peneliti melakukan penelusuran terhadap
beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan ternyata ada
9
yang memilki relevansi dengan penelitian ini. Pada bagian
tinjauan penelitian terdahulu ada beberapa komponen yang
relevan yaitu:
Penelitian yang dilakukan Syarifah Zahara Al-Qadri (2009)
berJudul:”Pengaruh Kemampuan Guru Melaksanakan
Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Mata
Pelajaran PAI di SDN 01 Pontianak Timur.” Hasil Penelitiananya
adalah: Kemampuan guru melaksanakan Pendidikan agama
Islam di SDN 01 Pontianak Timur tergolong baik yaitu 0,75. Hasil
belajar tergolong baik 0, 76. Terdapat pengaruh yang signifikan
kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran terhadap
hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran PAI di SDN 01
Pontianak Timur r: 0,775 lebih besar (R=0,775 > r tabel 0,0229)
Penelitian yang dilakukan Eva Ranilah (2009) yang
berjudul:”Hubungan Kemampuan Mengajar Guru Dengan Prestasi
Belajar Siswa Kelas XI pada Mata Pelajaran PAI di SMA Pelangi
Nusantara Punggur Kecamatan Sungai Kakap.” Hasil Penelitian
adalah: Kemampuan guru dinilai baik yaitu 0,76. Prestasi belajar
siswa tergolong baik hasil hitung 0,78. Terdapat hubungan yang
signifikan antara kemampuan mengajar guru dengan prestasi
belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran PAI bukti r: 0,785
lebih besar (R=0,785 > r tabel 0,0227)
Penelitian yang dilakukan oleh Diyan Maya Shofiana ( 2008 :
68) yang berjudul Profesionalisme Guru dan Hubungannya dengan
prestasi belajar siswa di Mts Al-Jaamiyah Tegal Cidolog Sukabumi. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa hasil hitung dengan menggunakan
rumus koefesien determinasi yaitu KD=r2 x 100%. KD=r2 x 100%
=(0,710)2 x 100% = 0,50 x 100 = 50%. Dari hasil perhitungan tersebut
dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa ditentukan atau
dipengaruhi oleh profesionalisme guru sebesar 50%.
10
Penelitian yang dilakukan Risminawati, (2000 : 152) dalam
penelitiannya yanng berjudul Konstribusi Gaya Kepemimpinan
Demokrasi Kepala Sekolah dan Kompetensi Profesional Guru Terhadap
Keberhasilan SLTP Muhammadiyah di Kota Surakarta. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa uji T yang berkaitan dengan kontribusi
kompetensi profesional terhadap keberhasilan sekolah diperoleh T
hitung 0,006 dengan taraf signifikan 5% dengan N 130 ditemukan
Ttabel 1,655. Dengan demikian Thitung 6, 006 > Ttabel 1,655 maka
ada kontribusi yang signifikan antara kompetensi profesional guru
dengan keberhasilan sekolah.
Penelitian yang dilakukan Rosma (2010 : 2) dalam
penelitiannya “pengaruh profesionalitas dan kinerja guru
terhadadp hasil belajar Akuntansi di Sekolah Menengah Atas
Nurul Iman Palembang.” Dengan mengambil taraf signifikansi
sebesar 5% maka dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000
(P<0,05) karena Fhitung > Ftabel yaitu 370,666 maka H0 ditolak
dan HA diterima. Artinya dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan secara linear antara kompetensi profesional (X1) dan
kinerja guru (X2) terhadap hasil belajar (Y). Pengolahan
kompetensi profesional yang baik dan adanya kinerja guru yang
optimal secara bersama-sama dapat menciptakan proses belajar
mengajar yang sesuai dengan yang diharapkan yaitu
penyampaian materi akan sesuai dengan tujuan, dan hasil
belajar akan meningkat. Rosma (2010 : 2)
Setelah melihat hasil penelitian terdahulu, ada beberapa
komponen penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan misalnya: Pengaruh Kemampuan Guru Melaksanakan
Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
PAI, Hubungan Kemampuan Mengajar Guru Dengan Prestasi
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI, Pengaruh Tingkat
Pendidikan Guru Agama Islam terhadap Hasil Belajar Siswa, dan
11
pengaruh profesionalitas dan kinerja guru terhadadp hasil belajar
Akuntansi . Adapun beberapa teori dari penelitian terdahulu yang
bisa dijadikan sebagai landasan dalam penelitian yang akan
dilakukan ini antara lain:
1. Tentang kompetensi profesional. Menurut E.Mulyasa
(2007:135) kompetensi profesional adalah:”Kemampuan
guru dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam yang meningkatkan, membimbing peserta
didik untuk memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan”.
2. Tentang Kinerja guru. Menurut Purwodarminto (1996)
dalam Udiyono, (2010:3) menjelaskan bahwa:”kinerja atau
performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja,
melaksanakan kerja atau unjuk kerja yaitu kemampuan
yang telah dicapai seseorang dalam melaksanakan kerja.”
3. Tentang kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap hasil
belajar, dalam Depdikbud (1991/1992) menjelaskan bahwa:
Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila didukung oleh guru yang mempunyai kompetensi dan kinerja yang tinggi karena guru merupakan ujung tombak dan pelaksana terdepan pendidikan anak-anak di sekolah dan sebagai pengembang kurikulum.
Adapun kedudukan penelitian yang akan dilakukan ini,
memperkuat penelitian terdahulu dalam hal menguji teori
kompetensi profesional, teori kinerja, teori kompetensi
profesional dan kinerja guru secara bersama-sama. Hal yang
membedakan antara penelitian terdahulu dengan penelitian
yang akan dilakukan yaitu tempat yang akan dilakukan
penelitian dan judul penelitian. Dari penelitian terdahulu yang
relevan ini belum ada diantara kajian ini yang membahas judul
yang sama tentang pengaruh kompetensi dan kinerja guru
12
terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI SMP se
Kabupaten Kapuas Hulu. Kesenjangan akademis ini yang akan
diisi dalam penelitian ini. Kompetensi dan kinerja guru
merupakan dua hal yang mutlak diperlukan secara terpadu
dalam mencapai hasil belajar yang lebih baik. Guru
berkompetensi namun tidak mempunyai kinerja dalam
memcapai hasil belajar yang diharapkan adalah yang merupakan
harapan yang sia-sia dan begitu juga sebaliknya.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk menemukan secara empiris bagaimana kompetensi
profesional guru pada pembelajaran PAI di SMP se
Kabupaten Kapuas Hulu?
2. Untuk menemukan secara empiris bagaimana kinerja
guru pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas
Hulu?
3. Untuk menemukan secara empiris bagaimana hasil
belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se
Kabupaten Kapuas Hulu?
4. Untuk menemukan secara empiris bagaimana pengaruh
kompetensi profesional guru terhadap hasil belajar siswa
pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas
Hulu?
5. Untuk menemukan secara empiris bagaimana pengaruh
kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada
pembelajaran PAI di SMP Kabupaten Kapuas Hulu?
6. Untuk menemukan secara empiris bagaimana pengaruh
kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap hasil
13
belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten
Kapuas Hulu?
7. Untuk menemukan secara empiris bagaimana tingkat
signifikansi kompetensi profesional dan kinerja guru
terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di
SMP se Kabupaten Kapuas Hulu?
E. Manfaat dan Signifikansi Penelitian.
Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan, maka hasil
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademis
dan para praktisi pendidikan.
1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan serta meemberi
masukan dalam rangka penyusunan teori atau konsep-
konsep baru terutama untuk pengembangan pemikiran
dalam memecahkan permasalahan yang berhubungan
dengan pengaruh kompetensi profesional dan kinerja guru
terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI bagi para
peneliti berikutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
serta Kementerian Agama Kabupaten Kapuas Hulu,
memberikan masukan sebagai pertimbangan dalam
menentukan kebijakan yang berhubungan dengan
upaya meningkatkan kualitas kompetensi profesional
dan kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada
pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu
14
b. Bagi guru memberi masukan untuk selalu
meningkatkan kompetensi profesional dan kinerja
guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu
c. Bagi peneliti dapat memperluas pengetahuan dan
mampu melaksanakan kompetensi profesional dan
kinerja guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas
Hulu.
d. Bagi Pembaca dapat menambah pengetahuan tentang
kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap
hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI dan dapat
menjadi rujukan apabila melakukan penelitian yang
sejenis.
F. Hipotesis Penelitian
Menurut Arikunto (1995:62) mendefinisikan hipotesis
sebagai “suatu jawaban yang besifat sementara terhadap
masalah penelitian sampai terbukti melalui data yang akan
terkumpul”. Berdasarkan pendapat diatas maka akan peneliti
rumuskan bahwa:
1. Terdapat pengaruh kompetensi profesional dan kinerja
guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI
di SMP se-Kabupaten Kapuas Hulu
2. Tidak terdapat pengaruh kompetensi profesional dan
kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada
pembelajaran PAI di SMP se-Kabupaten Kapuas Hulu.
G. Tempat dan Waktu Penelitian
15
Rencana waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
penelitian ini selama 6 bulan, mulai dari bulan Januari 2013 dan
berakhir pada bulan Juni 2013. Penelitian ini bertempat di SMP
se Kabupaten Kapuas Hulu
H. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada SMP se Kabupaten
Kapuas Hulu yang terdiri dari 54 (lima puluh empat) sekolah.
yaitu : SMPN 1 Putussibau, SMPN 2 SMPN 3 Putussibau, SMPN 4
Putussibau, SMPN 5 Putussibau, SMPN 7 Putussibau, SMPN 8
Putussibau, SMPN 9 Putussibau, SMPN 10 Putussibau, SMPN 12
Putussibau SMP PGRI Putussibau, SMP Panca Utama Putussibau,
SMPN 1 Kalis, SMPN 2 Kalis, SMPN 1 Mentebah, SMPN 2
Mentebah, SMPN 1 Bunut Hulu, SMPN 2 Bunut Hulu, SMPN 3
Bunut Hulu, SMPN 4 Bunut Hulu SMPN 5 Bunut Hulu, SMPN 1
Boyan Tanjung, SMPN 2 Boyan Tanjung, SMPN 3 Boyan Tanjung,
SMPN 4 Boyan Tanjung, SMPN 5 Boyang Tanjung, SMPN 1 Hulu
Gurung, SMPN 2 Hulu Gurung, SMPN 3 Hulu Gurung, SMPN 4 Hulu
Gurung, SMPN 1 Pengkadan, SMPN 2 Pengkadan, SMPN 3
Pengkadan, SMPN 1 Silat Hulu, SMPN 2 Silat Hulu, SMPN 1 Silat
Hilir, SMPN 2 Silat Hilir, SMPN 4 Silat Hilir, SMPN 2 Semitau, SMPN
1 Suhaid, SMPN 1 Selimbau, SMPN 2 Selimbau, SMPN 4 Selimbau,
SMPN 5 Selimbau, SMPN 1 Jongkong, SMPN 2 Jongkong, SMPN 3
Jongkong, SMPN 4 Jongkong, SMPN 1 Bunut Hilir, SMPN 2 Bunut
Hilir, SMPN 1 Embaloh Hilir, SMPN 1 Badau, SMPN 1 Batang
Lupar,
Dipilihnya tempat tersebut sebagai objek penelitian
dengan pertimbangan lokasi tersebut belum
ada yang meneliti tentang adanya pengaruh kompetensi
16
profesional dan kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada
pembelajaran pendidikan agama Islam.
I. Definisi Operasional
1. Kompetensi Profesional
Adapun yang dimasksud dengan kompetensi profesional
dalam penelitian ini adalah sejumlah kemampuan akademik
dalam mendesain silabus, mendesain RPP, dan mendesain
penilaian serta kemampuan mengimplementasi dalam
penerapan silabus, penerapan RPP dan penerapan penilaian
terhadap pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas
Hulu.
2. Kinerja Guru
Adapun yang dimasksud dengan kinerja guru dalam
penelitian ini adalah wujud kerja yang ditampilkan guru
dalam melaksanakan tiga tugas utamanya seperti:
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan
pembelajaran yang aktif dan efektif yang terdiri dari
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup
serta penilaian pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten
Kapuas Hulu.
3. Hasil Belajar Siswa
Adapun yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini
adalah penilaian hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor
terhadap Standar kompetensi Akhlak membiasakan prilaku
terpuji dan menghindari prilaku tercela pada pembelajaran
PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu.
Kompetensi Profesional (X1)
Hasil Belajar Siswa (Y)
Kinerja Guu (X2)
17
J. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir merupakan alur penalaran yang
didasarkan pada tema masalah penelitian yang digambarkan
secara menyeluruh dan sistematis setelah mempelajari teori
yang mendukung judul penelitian. Menurut Sugiono (2003:47)
kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasikan sebagai masalah yang penting
Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
Keterangan :
Kompetensi profesional (X1) mempunyai pengaruh terhadap
hasil belajar siswa (Y) Kinerja guru (X2) mempunyai pengaruh
terhadap dan hasil belajar siswa (Y) Kompetensi profesional
(X1) dan kinerja guru (X2) mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap hasil belajar siswa (Y)
15
18
BAB II
KOMPETENSI PROFESIONAL DAN KINERJA GURU
DALAM PEMBELAJARAN PAI
A. Konsep Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, dalam
Hasan Langgulung (1975) mendefinisikan:”pendidikan agama
Islam sebagai proses mengubah tingkah laku yang terjadi
pada diri individu maupun masyarakat”.
Menurut Majid Abdul ( 2005:130) Pendidikan Agama
Islam adalah :
Upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Menurut Zakiyah Daradjat dalam Majid, Abdul, (2005:130)
pendidikan agama Islam adalah: “suatu usaha untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati
tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”.
Menurut Omar al-Syaibani, (1991) Pendidikan Agama
Islam adalah :
Merupakan sebuah sistem yang berusaha mengembangkan dan mendidik segala aspek pribadi manusia dengan segala kemampuannya. Termasuklah kedalamnya pengembangan segala segi kehidupan manusia/masyarakat misalnya sosial
19
budaya, ekonomi dan politik; serta bersedia menyelesaikan problema masyarakat masa kini dalam menghadapi tuntutan-tuntutan masa depan dan memilihara sejarah dan kebudayaannya.
Menurut Zakiyah Daradjat (2008 : 86) Pendidikan Agama
Islam adalah :
Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikannya sebagai pandangan hidup demi mencapai keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.
Menurut Mustofa Al-Ghulayani (1368 H/1949 M) Bahwa
Pendidikan Islam adalah :
Menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga ahklak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.
Secara sederhana pendidikan agama Islam menurut H.
Abuddin Nata (2008:173) dapat diartikan:”sebagai pendidikan
yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana
yang tercantum dalam Al-Qur’an dan al-Hadits serta dalam
pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah umat Islam.”
Muhammad Fadhil Al Jamaly (1993: 135) menegaskan
bahwa:”Salah satu faktor yang mempunyai pengaruh
terhadap pendidikan dan dalam kehidupan manusia sehari-
hari adalah, uswatun hasanah atau suri teladan.”
Kemudian ditafsirkan oleh Baidhawi, menjelaskan
bahwa:”Uswatun hasanah yang dimaksud adalah perbuatan
baik yang dapat dicontoh (Al-Baidhawi,1999: 81).
20
Pendidikan Agama Islam menurut Mohd Kamal Hasan,
(2003) lebih banyak dihadapkan kepada akhlak dan sopan
santun serta penghayatan nilai-nilai Islam dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan Islam sangat dibutuhkan untuk
mengantisipasi keruntuhan moral, penangkalan aqidah,
budaya korup dan sejenisnya karena dalam Pendidikan
Agama Islam ada nilai karakter. Nilai karakter dalam
Pendidikan Agama Islam menurut Lailial Muhtifah, (2012:34)
adalah:”Religius, jujur, santun, disiplin, bertanggung jawab,
cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai
keberagaman, patuh pada aturan social, bergaya hidup
sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras, peduli.
Dari beberapa pengertian Pendidikan Agama Islam dapat
disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan
wahana pembentukan manusia yang berbudi luhur. Dalam
ajaran Islam masalah akhlak tidak dapat dipisahkan dari
iman, keimanan merupakan hati, akhlak adalah pantulan
iman yang berupa prilaku, ucapan dan sikap. Ainur rofiq
Dawam, (2003) menjelaskan bahwa:”Akhlak adalah amal
shaleh, iman adalah maknawi (abstrak) sedangkan akhlak
adalah bukti keimanan dalam bentuk perbuatan yang
dilakukan dengan kesadaran karena Allah semata”.
Dalam Pendidikan Agama Islam yang mengarahkan pada
pembentukan akhlak maka perlu pembelajaran dengan
hikmah. Guru harus dapat menjadi teladan yang baik bagi
peserta didik. Mengenai suri teladan dijelaskan dalam firman
Allah Qs. Al Ahzab ayat 21 berbunyi:
Artinya: ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
21
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Berkaitan dengan ayat Al-Qur’an di atas tugas seorang
guru pada hakikatnya bukan sekedar transfer of knowladge
(mentransfer ilmu) bagi para siswanya melainkan juga harus
mampu merubah kepribadiannya dan membentuk karakter
yang baik. Karena tugas seorang guru bukan hanya mengajar
tapi juga mendidik. Dengan demikian perlu dipahami oleh
para pendidik dan orang tua seperti yang dijelaskan Abdullah
Nashih Ulwan, (1995:37) bahwa:”Mendidik dengan cara
memberi teladan yang baik, sesungguhnya penopang utama
dan dasar dalam meningkatkan keutamaan, kemuliaan dan
etika sosial yang terpuji”.
Kualitas pendidikan seringkali dipandang tergantung
kepada peran guru dalam pengelolaan komponen-
komponen pengajaran yang digunakan dalam proses
belajar mengajar dengan hikmah. Allah SWT berfirman dalam
Qs. An-Nahl ayat 125 berbunyi :
Artinya ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik....”
Dalam kajian ilmu dakwah maka ada prinsip-prinsip dalam
menggunakan metode dakwah yang meliputi hikmah,
mauizhah hasanah, mujadalah. Metode ini menyebar menjadi
prinsip dari berbagai sistem, berbagai metode termasuk
komunikasi juga pendidikan. Seluruh dakwah, komunikasi dan
22
pendidikan biasanya merujuk dan bersumber pada ayat ini
sebagai prinsip dasar sehingga terkenal menjadi sebuah
“metode”. (Ibrahim: 1995). Jamaluddin Kafie berpendapat,
bahwa dakwah adalah suatu sistem kegiatan dari seseorang,
sekelompok, segolongan ummat Islam sebagai aktualisasi
imaniyah yang dimanifestasikan dalam bentuk seruan,
ajakan, panggilan, undangan, dan do’a yang disampaikan
dengan ikhlas dan menggunakan metode, sistem, dan teknik
tertentu agar mampu menyentuh qolbu dan fitrah seseorang,
keluarga, kelompok, massa, dan masyarakat manusia supaya
dapat mempengaruhi tingkah lakunya untuk mencapai suatu
tujuan tertentu (Fathul Bahri An-Nabiry; 2008:21)
Dari beberapa definisi mengenai dakwah dan pendidikan
di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses dakwah dan
pendidikan terdapat kesamaan dalam masing-masing
komponennya antara lain adanya subjek dan objek, materi
dan tujuan Sehingga metode yang menjadi sarana dakwah ini
juga dapat diterapkan dalam dunia pendidikan. Kaitan
pendidikan dan dakwah memiliki hubungan fungsional yang
amat erat, karena kedua-duanya memiliki sasaran yang
sama, yaitu pembinaan seluruh aspek kehidupan manusia.
(Qurais Shihab 2002:125)
2. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
a.Visi dan Misi Pendidikan Agama Islam
Menurut Departemen Agama RI. (2005:8) visi dan misi
pembelajaran pendidikan agama Islam terwujudnya
lulusan sekolah yang berakhlak mulia, beretos kerja
tinggi, berpikir kritis terhadap perkembangan peradaban
Islam. Untuk mendapatkan hasil sebagaimana yang
digambarkan di atas, maka misi PAI di SMP meliputi :
23
1. Mengembangkan kemampuan dasar peserta didik
menjadi muslim yang taat beribadah dan memilki
kepedulian sosial yang tinggi;
2. Mengembangkan pemahaman keagamaan yang
toleran, inklusif, dan demokratik;
3. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan
sistematik dalam memahami peradaban Islam;
4. Memberikan landasan metodologi dalam
memahami ajaran Islam;
5. Membangun budaya sekolah sebagai lembaga
pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai Islam.
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Menurut Mujtahid (20011) secara filosofis pendidikan
bertujuan :
Untuk mengembangkan potensi manusia ke arah yang
maksimal. Potensi yang diberikan oleh Tuhan tidak akan
berkembang sendirinya tanpa dukungan pendidikan yang
memadahi. Sehingga orientasi pendidikan tidak hanya
memasuki wilayah fisiologis, melainkan juga harus
merambah kawasan spiritual, psikologis serta nilai-nilai
etis (akhlak).
Menurut Ahmad Arifin (2009: 36) menjelaskan bahwa
pendidikan agama Islam bertujuan sebagai berikut:
a. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah di muka bumi dengan sebaik-baiknya, yaitu melaksanakan tugas memakmurkan dan mengolah bumi sesuai dengan aturan-aturan dan kehendak Tuhan.
b. Mengarahkan manusia agar tugas kekhalifahannya di muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Tuhan SWT.
24
c. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga ia tidak menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya.
d. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya, sehingga ia memiliki ilmu, akhlak dan ketrampilan untuk mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahanya.
e. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat”
Menurut Al-Abrasyi Muhammad ‘Athiyah adalah (1970:129)
tujuan pokok dari Pendidikan Agama Islam adalah:
Mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa dan merupakan alat pengontrol dan pengendali hidup manusia, yakni agama yang memberikan pedoman dan petunjuk sebagai syarat yang harus dilaksanakan didalam menciptakan sikap dan perilaku yang baik sesuai ajaran agama Islam serta mempunyai akhlak mulia. Sebagaimana ditegaskan oleh M. Athiyah Al Abrasy yang menyatakan bahwa “jiwa dari pendidikan agama Islam ialah pendidikan moral dan akhlaq”
Menurut M. Rivai (1980:17) yang mengatakan bahwa agama itu
sangat berfaedah bagi umat manusia terutama siapa yang memeluknya,
sebab agama adalah:
a. Mendidik manusia supaya mempunyai pendirian yang tertentu dan terang, manusia hendaklah mempunyai sikap yang positif dan tepat.
b. Agama mendidik manusia supaya tahu mencari, memiliki ketentraman jiwa.
c. Membebaskan manusia dari perbudakan materi.
d. Mendidik manusia agar berani menegakkan kebenaran.
e. Agama mendidik agar supaya tercipta kemakmuran masyarakat dan negara”
Menurut Departemen Agama RI. (2005:9) bahwa
Pendidikan Agama Islam di SMP mempunyai fungsi dan
tujuan. Fungsi pendidikan agama Islam di SMP sebagai
berikut:
25
a. Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga;
b. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui pendidikan agama Islam;
c. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari;
d. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif budaya asing yang akan di hadapinya sehari-hari;
e. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan non nyata), sistem dan fungsionalnya;
f. Penyaluran siswa untuk mendalami pendidikan agama ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.
Sedang tujuan pendidikan agama Islam memberikan
bekal kemampuan dasar kepada peserta didik meliputi:
a. Memiliki dasar-dasar keimanan yang mantap;b. Mengetahui ketentuan dasar beribadah;c. Gemar membaca dan menulis huruf Al-Qur’an;d. Melaksanakan shalat, puasa, infak dan sedekah;e. Bertatakrama dan berprilaku terpuji;f. Menghayati nila-nilai keteladanan para rasul dan
sahabat.
Selain adanya visi, misi dan tujuan Pendidikan Agama
Islam yang tersebut di atas, H Abuddin Nata (2008:180)
menjelaskan bahwa pendidikan agama Islam mempunyai
peluang untuk persiapan kehidupan masa depan. Masa
depan umat manusia di abad XXI atau milenium ketiga
sangat ditentukan oleh seberapa jauh ia mampu eksis
secara fungsional di tengah-tengah kehidupan global yang
amat kompetitif. Dalam situasi tersebut manusia yang
26
akan survie adalah yang dapat mengubah tantangan
menjadi peluang, dan dapat mengisi peluang tersebut
secara produktif. Sementara itu, faktor kepribadian atau
moralitas yang baik akan menjadi salah satu daya tarik
dalam berkomunikasi dengan sesama manusia. Masa
depan membutuhkan manusia-manusia yang kreatif,
inovatif, dinamis, terbuka, bermoral baik mandiri atau
penuh percaya diri, menghargai waktu, mampu
berkomunikasi dan memanfaatkan peluang, serta
menjadikan orang lain sebagai mitra.
Selanjutnya sikap berpegang teguh kepada nilai-nilai
spiritual yang bersumberkan pada agama semakin
dibutuhkan masyarakat masa depan. Hal yang demikian
diperlukan untuk mengatasi berbagai goncangan jiwa atau
stres yang diakibatkan kekalahan atau keterbatasan daya dalam bersaing
dengan orang lain.
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Menurut Departemen Agama RI (2005:23) ruang lingkup Pendidikan
Agama Islam terdiri dari Al-Qur’an, Akidah (keimanan), Akhlak,
Fiqih/ibadah, dan Tarikh
4. Pendidikan Agama Islam Standar Kompetensi Akhlak
a. Pengertian Akhlak
Pengertian Akhlak dari segi bahasa, “Akhlak ialah kata jama’ dari
“Al Khulq”. Dalam lisan ‘Arab ia bermakna tabiat atau watak .Ia juga
bermakna maru’ah, addin atau fitrah (Ahmad Amin.1975:7)
Menurut Imam Al Ghazali, dalam Muhammad Mu’arif (1962:13) dengan terjemahannya bahwa Al-Khulq ialah suasana kejiwaan yang mantap yang menerbitkan perbuatan, perbuatan itu terbit begitu sahaja tanpa berfikir dan merenung panjang. Sekiranya suasana kejiwaan yang
27
menjadi sumber perbuatan itu memerlukan tindak-tanduk yang baik. Tetapi kalau muncul yang sebaliknya, maka suasana kejiwaan itu dinamakan sebagai akhlaq yang buruk.
Para filosof dari aliran sosialisme positif seperti Livi Brill,
sebagaimana yang dikutip oleh O. Hashem, ada tiga pengertian akhlak,
yaitu gagasan yang mengandung konsep, hukum dan adat istiadat baik
yang berkaitan dengan hak-hak manusia, kewajiban manusia antara satu
sama lain yang diakui dan diterima oleh tiap-tiap individu pada
umumnya pada masa tertentu atau peradaban tertentu (O.Hashem.
1965:56)
b. Ruang Lingkup Akhlak
Adapun Ruang Lingkup akhlak dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam kelas VIII semester ganjil adalah:
1) Membiasakan prilaku terpuji
(1) Zuhud
Dalam islam Zuhud mempunyai pengertian khusus, zuhud
bukanlah kependetaan atau terputusnya hubungan duniawi. Akan
tetapi ia adalah hikamh, pemahaman yang membuat para
penganutnya mempunyai pandangan khusus terhadap kehidupan
duniawi, dimana mereka tetap bekerja dan berusaha, akan tetapi
kehidupan duniawi itu tidak menguasai kecenderungan kalbu
mereka, serta tidak membuat mereka mengingkari Tuhannya. (Abu
al-Wafa al-Ghannimi al-Taftazani, 1985 : 54).
Ada tiga tanda Zuhud yang dirasakan dalam batin seseorang :
1. seseorang tidak merasa gembira terhadap sesuatu yang ada di depannya ( harta dan sebagainya) dan tidak akan sedih jika sesuatu itu tidak ada di depannya.
2. seseorang tidak risau jika dicela dan tidak berbangga hati jika dipuji. Mendapat pujian atau hinaan sama saja dalam
28
bersikap. (Abu Fajar al-Qalami, Ringkasan IHYA’ ULUMUDDIN (imam al-Ghazali) 2003: 343)
Berkenaan dengan zuhud Allah SWT berfirman
dalam Qs. Ali Imran, 3 :196-197
Artinya: ”Janganlah sekali-kali kamu terperdaya
oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.”
Ayat di atas merupakan perintah Allah agar kita
bersifat zuhud, yakni tidak silau melihat kehidupan.
Kita pun tidak boleh terpedaya dan tidak boleh iri
melihat keberhasilan orang-orang kafir dalam hal
duniawi, (Muhammad Nasikin dkk;2007:25)
(2) Tawakal
Beberapa para ulama menjelaskan makna
Tawakal, diantaranya adalah Al Munawi. Beliau
mengatakan, “Tawakal adalah menampakkan
kelemahan serta penyandaran (diri) kepada yang
diTawakkali.” (Faidhul Qadir, 5/311). Ibnu ‘Abbas
radhiyAllahu’anhuma mengatakan bahwa Tawakkal
bermakna percaya sepenuhnya kepada Allah Ta’ala.
Imam Ahmad mengatakan, “Tawakkal berarti
memutuskan pencarian disertai keputus-asaan
terhadap makhluk.” Al Hasan Al Bashri pernah ditanya
tentang Tawakkal, maka beliau menjawab, “Ridho
kepada Allah Ta’ala”, Ibnu Rojab Al Hanbali
29
mengatakan, “Tawakkal adalah bersandarnya hati
dengan sebenarnya kepada Allah Ta’ala dalam
memperoleh kemashlahatan dan menolak bahaya,
baik urusan dunia maupun akhirat secara
keseluruhan.” (R. Indra Pratomo P. Sumber: Buletin At-
Tauhid. Artikel www.muslim.or.id/download
10/05/2013). Berkaitan dengan tawakal Allah SWT
berfirman dalam Qs. At-talaq 65:3 berbunyi:
Artinya: ”Dan memberinya rezki dari arah yang
tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
Ayat tersebut menjelasklan wajibnya bertawakal
kepada Allah dan memasrahkan segala perkara
kepada-Nya. Wahbah al-Zuhailî, al- Tafsîr al-Munîr
(Damaskus: Dâr al-Fikr, 2005, vol. 3, 110.). Syaikh
Ahmad al-Shâwî al-Mâlikî menjelaskan makna dari
tawakal adalah memberi/memasrahkan masalah-
masalah kepada Allah. Selanjutnya, al-Shâwî
menjelaskan bahwa melakukan beberapa sebab
(usaha) agar tercapai apa yang diingini, itu tidak
bertentangan dengan tawakal, karena sesungguhnnya
melakukan sebab (usaha) di sini adalah yang
diperintah. (Ahmad al-Shâwî al-Mâlikî, Hâsyiyyah
30
al-‘Alâmah al-Shâwî ‘alâ Tafsîr al-Jalâlain (Semarang:
Maktabah Thaha, t.t.), vol. 4, 215.)
2) Menghindari prilaku tercela
(1) Ananiyyah
Kata Ananiah berasal dari bahasa Arab “ana” yang
berarti saya atau aku, kemudian mendapat tambahan
iayah. Ananiyah berarti ‘keakuan’ yaitu mementingkan
diri sendiri atau disebut juga egois adalah orang yang
selalu mementingkan diri sendiri. Islam melarang
berbuat merusak diri sendiri. (Tim Abdi Guru, 2006:
35)
Firman Allah SWT yang menjelaskan tentang
ananiyyah terdapat dalam Al-Qur’an QS.Al-
Mukminuun:71 yaitu:
...
Artinya: ”Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya...”
Ayat di atas menjelaskan tentang sifat ananiyyah
yang hanya memperturutkan hawa nafsunya sendiri
akan lahir sifat-sifat lain yang berdampak negatif dan
merusak, misalnya, sifat bakhil, tamak, mau menang
sendiri, dhalim, meremehkan orang lain dan ifsad
(meru-sak). Jika tidak segera ditanggulangi sifat
ananiyah akan berkembang menjadi sifat congkak dan
kibir dengan ciri khasnya Bathrul Haq menolak
kebenaran, Ghomtun Nas dan meremehkan manusia.
(H.R. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud)
(AsepSyaefurrachmanSumber:
31
EmailBlogThis!http://kbmpaispensa.
blogspot.com/10/05/2013/ananiyah-ghadab-hasad-
ghibah.html
(2) Ghadhab
Menurut bahasa, ghadhab artinya marah atau
murka. Sedangkan menurut istilah, ghadhab adalah
sikap atau perilaku marah kepada orang lain. Marah
sebenarnya merupakan salah satu sifat yang ada
dalam diri setiap manusia. Walaupun demikian, bukan
berarti kita boleh marah kepada siapa saja tanpa
alasan. Untuk itu, kita harus mampu mengendalikan
diri agar tidak mudah marah. Orang yang mudah
marah, disebut pemarah. (Tim Abdi Guru, 2006: 38)
Tentang Ghadab Allah berfirmn dalam Q.S Ali
Imran ayat 134 yang berbunyi:
tûïÏ%©!$# tbqà)ÏÿZム’Îû Ïä!#§Žœ£9$# Ïä!#§ŽœØ9$#ur tûüÏJÏà»x6ø9$#ur xáø‹tóø9$# tûüÏù$yèø9$#ur Ç`tã Ĩ$¨ 9Y $# 3 ª!$#ur =Ïtä†
šúüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊÌÍÈ Artinya: ”(yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Ayat tersebut di atas berkaitan dengan hadist
Rasulullah SAW :
صلى : الله رسول قال قال عنه الله رضي هريراة ابي عن
يملك : اشديدالدي انما بالصرعة اشديد ليس وسلم عليه الله
( عليه ( متفق الغضب عندل نفسه
32
Artinya: ”Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA katanya : sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : Kekuatan itu tidak di buktikan dengan kemenangan dalam bergulat. Tetapi orang yang ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika sedang marah (H.R. Bukhari dan Muslim) Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar al-Asqalany,2008 : 302.
(3) Hasad
Hasad artinya menaruh perasaan marah (benci,
tidak suka) yang berlarut-larut terhadap
keberuntungan orang lain. Sikap dengki biasanya
merupakan akibat dari memelihara sifat iri, sehingga
sifat dengki ini sudah mengarah kepada perbuatan
yang mencerminkan kemarahan dan perselisihan.
Orang yang terjangkit penyakit hati dengki mengarah
kepada tindakan memusuhi, menjelek-jelekkan, dan
menjatuhkan nama baik orang yang dengki. (Tim Abdi
Guru, 200: 42)
Sifat dengki berkakibat buruk bagi kehidupan
pribadi seseorang dan sekaligus dapat merusak
tatanan hidup yang rukun dan harmonis di
masyarakat. Di samping itu perbuatan hasad akan
menghapus kebaikan dan pahala yang kita miliki.
Sebagaimana hadist Rasulullah SAW :
� : الله صلى ¡ه الل رس¢ول¢ قال قال عنه الله رضي £رة ه¢ري ي أب عن£
وسلم عليه
¡ار¢ ) الن ¢ل¢ £ك تأ كما £حسنات ال ¢ل¢ £ك يأ £حسد ال ن¡ فإ £حسد وال ¢م£ ¡اك ي إ
£حطب ( ال
داو¢د ¢و أب رواه¢
33
Artinya: ”Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu'alaihi wa Sallam bersabda: "Jauhilah sifat hasad karena hasad itu memakan (pahala) kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar." Riwayat Abu Dawud.” (Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar al-Asqalany, 2008:304)
(4) Ghibah
Ghibah artinya mengumpat atau menggunjing
orang lain, atau membicarakan keburukan orang lain
di hadapan orang banyak. Perbuatan ini sangat
dilarang oleh Islam, karena dapat merugikan orang
lain. Tidak ada manusia yang senang kalau aibnya
atau kekurangannya dibicarakan oleh orang lain.
Begitu juga tidak ada yang rela jika dirinya difitnah,
sebab fitnah itu lebih kejam dan sadis daripada
pembunuhan. (Tim Abdi Guru, 200: 45)
Firman Allah SWT yang menjelaskan tentang
ghibah terdapat dalam Al-Qur’an QS.Al-Hujraat:12
yaitu:
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”
34
Ayat ini mengandung larangan berbuat ghibah
atau menggunjing. Begitu pula seperti yang telah
ditafsirkan pengertiannya oleh Rasulullah SAW.,
sebagaimana yang terdapat di dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwa Abu Hurairah r.a.
berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud
dengan ghibah itu?” Rasulullah menjawab, “Kamu
menceritakan perihal saudaramu yang tidak
disukainya. ”Ditanyakan lagi, “Bagaimanakah bila
keadaan saudaraku itu sesuai dengan yang aku
katakan?” Rasulullah menjawab, “Bila keadaan
saudaramu itu sesuai dengan yang kamu katakan,
maka itulah ghibah terhadapnya. Bila tidak terdapat
apa yang kamu katakan maka kamu telah berdusta.
(Rini Hardiyanti. Sumber: www.wikimu.com
http://noerolfebrian. blogspot.com/15/5/2013
penjelasan-tentangananiyah ghadabhasadg. html)
Ghibah tidak terbatas hanya pada ucapan lidah
akan tetapi setiap gerakan isyarat, ungkapan,
sindiran, celaan, tulisan, dan segala sesuatu yang di
pahami sebagai hinaan, maka hal itu haram dan
termasuk ghibah. (Ibrahim M. al-Jalal, 1995: 86)
(5) Namimah
Menurut bahasa, namimah artinya adu domba.
Sedangkan menurut istilah, namimah ialah menyebar
berita dusta dengan tujuan agar terjadi perpecahan
dan permusuhan di antara kedua belah pihak.(Tim
Abdi Guru, 2006: 49)
35
Firman Allah SWT yang menjelaskan tentang
namimah terdapat dalam Al-Qur’an QS. Al-Qalam: 10-
11 yaitu:
Artinya: ”Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah.”
Imam Munziri rahimahullah berkata: "Telah
sepakat dan Ijma' para ulama bahwa Namimah
hukumnya haram dan ia merupakan sebesar-besarnya
dosa di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. (Rini
Hardiyanti. Sumber:
www.wikimu.comhttp://noerolfebrian.blogspot.
com15/5/2013 penjelasan-
tentangananiyahghadabhasadg.html)
Dewasa ini, namimah sama artinya dengan
perbuatan provokasi. Orangnya disebut provokator.
Provokasi ialah sikap perbuatan yang menyebarkan
isu atau fitnah kepada orang lain, dengan tujuan agar
terjadi permusuhan atau sengketa di antara mereka.
Para provokator selalu berusaha mempengaruhi dan
memanas-manasi hati orang lain, agar membenci satu
pihak dan mencintai pihak lain.
Namimah atau provokasi merupakan salah satu
sikap perbuatan tercela dan keji, yang harus dihindari
oleh setiap muslim. Sebab, selain dilarang oleh agama
Islam, juga dapat mendatangkan malapetaka, baik
bagi korbannya maupun bagi diri pelakunya. Orang
36
yang menjadi korban namimah atau provokasi,
tentunya merasa dirugikan. Ia menderita lahir batin.
B. Konsep Kompetensi Profesional Guru
1. Kompetensi Guru.
Berkaitan dengan guru, istilah kompetensi guru
mempunyai banyak makna, Charles (1994) dalam Mulyasa,
(2007:25) mengemukakan bahwa:”competency as rational
performance which satisfactorily meets the objective for a
desired condition”. (kompetensi merupakan perilaku yang
rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai
dengan kondisi yang diharapkan). Sedangkan dalam Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa:”kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.”
Menurut Usman (2005) dalam Kunandar (2011)
kompetensi adalah:” suatu hal yang menggambarkan
kualifikasi dan kemampuan seseorang, baik yang kualitatif
maupun yang kuantitatif.” Kompetensi juga dapat diartikan
sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dengan
demikian kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan
menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya.
Menurut Purwanto dalam Ma’ruf, (2002) kompetensi-
kompetensi penting jabatan guru meliputi: kompetensi
bidang substansi atau bidang studi, kompetensi bidang
pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan, nilai dan
bimbingan serta kompetensi bidang hubungan dan
37
pelayanan/pengabdian masyarakat. Kompetensi-kompetensi
tersebut kini menjadi standar kompetensi guru yang nota-
bone sekaligus menjadi profil guru profesional.
Kemudian kompetensi guru harus selalu dikembangkan
dan ditingkatkan (UU RI No 9 tahun 2009 pasal 47 ayat 4)
dijelaskan bahwa:
Pengembangan dan peningkatan kompetensi guru dilakukan dalam berbagai kegiatan keprofesionalan yang diselenggarakan antara lain melalui Kelompok Kerja Guru, Musyawarah Guru, Mata Pelajaran, Kelompok Kerja Pengawasan Sekolah, dan Musyawarah kerja Pengawas Sekolah.
Brake Stone dalam Agus Wibowo dan Hamrin, (2012:103)
mendefenisikan kompetensi sebagai berikut: “Descriptive of
qualitative nature or teacher behaviour appear to be entirely
meaningful.” Artinya, komnpetensi itu merupakan ganbaran
hakikat kualitatif dari prilaku guru yang tampak sangat
berarti. Menurut Teven dan Hanson.Menurut Teven dan
Hanson, dalam Agus Wibowo dan Hamrin, (2012:105)
“kompetensi terdiri dari kepemilikan pengetahuan atau
keahlian dari pelajaran tertentu. Jika guru dianggap
berkompeten, dia dianggap mengetahui apa yang dia
bicarakan.”
Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh Tahir
Kaleem Siddiqui (2010:22) didalam penelitiannya yang
berjudul a study of teacher competencies and teaching
practice for school effectiveness in workers welfare model
schools di sampaikannya bahwa:” to understands a
competence of teacher, we have to see what extend they
apply and integrated knowladgethat they have in planning
implementing their teaching and revise the contens of the
38
leasson.” (Untuk mengetahui kompetensi guru didalam
mengajar, kita harus mengetahui apakah pembelajaran yang
di berikan terintegrasi langsung dengan ilmu yang sedang
dipelajari, serta memperhatikan apa yang sudah di
rencanakan oleh guru tersebut sebelmunya apakah sejalan
dengan apa yang di praktekannya didalam kelas dan guru
tersebut selalu mencoba untuk memperbaiki setiap
kekurangank-kurangannya yang ada pada media yang
digunakan dalam mengajar.
Menurut Daryanto (1997:373) dalam Agus Wibowo,
(2012:102) kata kompetensi berasal dari bahasa Inggris yakni
“competence” yang berarti kecakapan, kemampuan dan
kesanggupan. Sementara dalam Kamus Bahasa Indonesia
Lengkap,”kompetensi adalah kewenangan atau kekuasaan
untuk menentukan suatu hal”.
Menurut Majid (2005:5) kompetensi adalah :
Seperangkat tindakan inteligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam pekerjaan tertentu. Sikap inteligen harus ditunjukkan sebagai kemahiran, ketepatan dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggungjawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika.
Menurut UU No 14 tahun 2005 (Pasal 1:10) tentang Guru
dan dosen dijelaskan kompetensi adalah:”seperangkat
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati dan dikuasai guru atau dosen dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan”.
Menurut Permindiknas RI No.16 Tahun 2007 hal: 35
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
dijelaskan standar kompetensi inti guru adalah:” Kompetensi
39
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi profesional”.
2. Profesional Guru
Menurut Webstar (1989) dalam Kunandar, (20011:43) profesionalisme
berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau
yangakan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu
jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan
keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. (Menurut UU Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).
Beberapa pakar menjelaskan profesional guru antara lain: Menurut
Mukhtar dan Iskandar (2009:120) “seorang guru dikatakan profesional bila
guru tersebut memilki kualitas mengajar yang tinggi, dan melaksanakan
tugasnya dengan penuh tanggung jawab.”
Dengan kata lain secara lebih luas profesional guru tidak hanya sekedar
berkualitas tinggi tetapi juga mempunyai makna tanggung jawab
(responsibility), baik tanggung jawab intelektual maupun tanggung jawab
moral.
Adapun ciri-ciri Profesional Guru Berdasarkan UU No. 14 Tahun
2005
tentang Guru dan Dosen (UUGD) pasal 10 ayat 1 ciri-ciri guru profesional
sebagai berikut:
a. Mempunyai kompetensi pedagogik; yaitu meyangkut kemampuan mengelola pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran yang dimaksudkan tidak terlepas dari tugas pokok yang harus dikerjakan guru. Tugas-tugas tersebut menyangkut: Merencanakan
40
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran. Selain tugas pokok dalam pengelolaan pembelajaran, guru juga melakukan bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstrakulikuler, serta melaksanakan tugas tambahan yang diamanahkan oleh lembaga pendidikan.
b. Mempunyai kompetensi kepribadian; Yaitu menyangkut kepribadian yang mantap, berahlak mulia, arif, berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta didik.
c. Mempunyai kompetensi profesional; Kompetensi profesional menyangkut penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Sebagai tenaga pendidik dalam bidang tertentu sudah merupakan kewajiban untuk menguasai materi yang menyangkut bidang tugas yang diampu. Apabila seorang guru tidak menguasai materi secara luas dan mendalam, bagaimana mungkin mampu memahami persoalan pembelajaran yang dihadapi di sekolah. Oleh karena itu, untuk menjadi profesional dalam bidang tugas yang diampu harus mempelajari perkembangan pengetahuan yang berkaitan dengan hal tersebut.
d. Mempunyai kompetensi sosial; yaitu menyangkut kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik, sesama guru, wali murid dan masyarakat. Kemampuan berkomunikasi dengan baik merupakan salah satu penentu keberhasilan seseorang dalam kehidupan. Komunikasi dan interaksi yang diharapkan muncul antara guru dengan siswa berkaitan dengan interaksi yang akrab dan bersahabat. Dengan demikian diharapkan peserta didik memiliki keterbukaan dengan gurunya.
3. Kompetensi Profesional Guru
Menurut Uzer Usman ( 2007:17) Kompetensi profesional yang harus
dipenuhi atau dimiliki seorang guru atau calon guru adalah:
a. Menguasai landasan pendidikan, yakni mengenal tujuan pendidikan nasional untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, mengenal fungsi sekolah dalam masyarkat, mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar,
b. Menguasai bahan pengajaran, yakni menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah, menguasai bahan pengayaan,
c. Menyusun program pengajaran, yakni menetapkan tujuan pembelajaran, memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran, memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar,memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai, memilih dan memanfaatkan sumber belajar,
41
d. Melaksanakan program pengajaran, yakni menciptakan iklim belajar yang tepat, mengatur ruangan belajar, mengelola interaksi belajar mengajar,
e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, yakni menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran, menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Sementara menurut Buchari Alm dalam Agus Wibowo
2012: 118) kemampuan profesional adalah:”Kemampuan
penguasaan materi perlajaran secara luas dan mendalam,
serta metode dan teknik mengajar yang sesuai yang difahami
oleh murid, mudah ditangkap, tidak menimbulkan kesulitan
dan keraguan. Kemampuan guru dalam mengembangkan
materi studi yang diajarkan dalam bentuk penelitian, dan
secara nyata menghasilkan karya-karya produktif seperti
penulisan bahan ajar, termasuk menulis buku yang berkaitan
dengan materi yang diajarkan.
Kedudukan guru menurut UU RI No 9 tahun 2009 pasal 2)
adalah:”Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga
profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan”.
Dalam sistem pendidikan nasional, eksistensi guru sangat
penting, guru merupakan jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Menurut UU No.
14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah:
Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini di jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Pasal 1 ayat 1). Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
42
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Pasal 1 ayat 2).
Adapun kedudukan guru menurut UU RI No 9 tahun 2009
pasal 2) adalah:”Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga
profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan anaka usia dini pada jalur
pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan”
Keterkaitan kompetensi profesional guru, para ahli
pendidikan pada umumnya memasukkan guru sebagai
tenaga profesional, yaitu pekerjaan yang hanya dapat
dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu
dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang
karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Sebagai
pendidik profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan
tugasnya secara profesional tetapi juga harus memiliki
pengetahuan dan kemampuan profesional. Menurut Abuddin
Nata, (2008:156) untuk profesi seorang guru dalam garis
besarnya ada tiga yaitu:
Pertama; seorang guru yang profesional harus menguasai
bidang ilmu pengetahuan yang akan diajarkannya dengan
baik, harus terus menerus meningkatkan dan
mengembangkan ilmu yang diajarkannya dan untuk
melakukan peningkatan dan pengembangan ilmu yang
diajarkannya, seorang guru harus secara terus menerus
melakukan penelitian dengan menggunakan berbagai
metode.
Kedua; Seorang guru yang profesional harus memiliki
kemampuan menyampaikan atau mengajarkan ilmu yang
43
dimilikinya (transfer of knowledge) kepada murid-muridnya
secara efektif dan efisien. Seorang guru harus memiliki ilmu
keperguruan. Dahulu ilmu keguruan ini terdiri dari tiga bidang
keilmuan, yaitu pedagogik, didaktik dan metodik. Istilah
pedagogik diterjemahkan dengan kata ilmu mendidik , dan yang dibahas
ialah bagaimana mengasuh dan membesarkan seorang anak. Sedangkan,
didaktik adalah pengetahuan tentang interaksi belajar mengajar secara
umum. Yang diajarkan di sini antara lain cara membuat persiapan pengajaran
sesuatu yang sangat perlu, cara menjalin bahan-bahan pelajaran, dan cara
menilai hasil pelajaran. Adapun metodik adalah pengetahuan tentang cara
mengajarkan sesuatu bidang pengetahuan.
Ketiga, seorang guru yang profesional harus berpegang teguh dengan kode
etik profesional. Kode etik di sini lebih dikhususkan lagi tekanannya pada
perlunya memiliki akhlak yang mulia. Demikian akhlak yang demikian itu,
maka seorang guru akan dijadikan panutan, contoh, dan teladan.
Sebagai seorang pendidik profesional, maka seorang guru dituntut untuk
memiliki kualifikasi pendidikan khusus sehingga guru memiliki kemampuan
untuk menjalankan profesinya tersebut sehingga akan mencerminkan guru
yang profesional. Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan
pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi
maupun metode. Guru yang profesional diyakini mampu memotivasi siswa
untuk mengoptimalkan potensinya dalam kerangka pencapaian standar
pendidikan yang ditetapkan.
Adapun kemampuan dasar profesionalisme guru menurut Kunandar,
(2011:63) adalah sebagai berikut:
a. Menguasai bahan
b. Mengelola program pembelajaran
c. Mengelola kelas
d. Menggunakan media sumber
e. Menguasai landasan kependidikan
44
f. Mengelola interaksi belajar mengajar
g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
h. Mengenal funsi dan program pelayanan BP
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
Menurut Mulyasa (2007:135) kompetensi profesional secara umum dapat
diidentifikasikan dan disarikan sebagai berikut:
a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan.
b. Mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.
c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawab.
d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.
e. Mampu mengembangkan dan menggunakan alat, media dan sumber belajar yang relevan.
f. Mampu mengorganisasi dan melaksanakan program pembelajaran.
g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.
h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.
Menurut M.Furqon Hidayartullah dalam Agus Wibowo dan Hamrin
(2012:106) seorang guru yang memiliki kompetensi diantaranya:
a. Senantiasa mengembangkan potensi dan kemampuan diri. Guru yang memiliki kompetensi, akan memiliki motivasi yang kuat dalam meningkatkan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pengetahuannya selalu terbaru atau up to date. Gurupun akan semakin berwibawa lantara percara diri (pede) memiliki pengetahuan yang luas dan keahlian yang selalu bertambah.
b. Ahli dibidangnya. Guru yang berkompeten itu sangat menguasai bidang tugasnya seperti mendidik, mengajar, membangun karakter anak didik, mengadakan evaluasi hasil pengajaran, interaksi dengan rekan kerja sesame guru dan sebagainya.
c. Menjiwai profesinya. Guru yang kompeten akan menjiwai pekerjaan atau profesinya secara mendalam. Laksana seorang actor yang menjiwai tokoh cerita, guru kompeten akan menjiwai bagaimana menjadi seorang pendidik sejati; baik dalam olah tingkah, olah rasa,
45
dan olah wicara. Penjiwaan guru yang sempurna pada prpfesinya, akan berkontribusi positif tidak saja bagi anak didik, guru bersangkutan, tetapi juga dalam pencapaian tujuan pendidikan.
d. Memiliki kompetensi pedagogic, kepribadian/personal, sosial dan professional.
C. Konsep Kinerja Guru
1. Kinerja Guru
Kinerja dalam perspektif Islam dengan segala akal dan pikirannya,
manusia harus berusaha mencari solusi hidup yaitu dengan bekerja keras
mengharapkan Ridho Allah SWT. Dengan bekerja kita akan mendapatkan
balasan yang akan kita terima, apabila seseorang memposisikan pekerjaannya
dalam dua konteks, yaitu kebaikan dunia dan kebaikan akhirat, maka hal itu
disebut rizeki dan berkah dan hasil pekerjaan yang baik adalah yang
dikerjakan dengan penuh tanggung jawab dan sesuai dengan ajaran-ajaran
Rasulullah SAW. Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl: 93
Artinya: “Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu
kerjakan...”
Tentang Kinerja, Thomas Alva Edison dalam Agus Wibowo dan Hamrin,
(2012:127) kata bijaknya:”Kejeniusan itu hanya satu persen saja, 99
persennya adalah inspirasi dan keringat”.
Pengertian kinerja menurut Lan (1992) dalam Rusman, (2011:50)
kinerja adalah performance atau unjuk kerja. Sementara itu, menurut
Augustust W.Smith, performance is output derives from proceses, human or
therwise, yaitu kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia.
Sementara itu, menurut August W. Smith dalam Rusman (2011:50)
performance is output derives from proceses, human or therwise, yaitu kinerja
adalah hasil dari suatu wujud perilaku seseorang atau organisasai dengan
orientasi prestasi.
46
Menurut Wibowo (2007:2) Pengertian performance sering diartikan
sebagai kinerja, hasil kerja atau prestasi kerja.”
Menurut The Scribner-Bantam English Distionary, terbitan Amerika
Serikat dan Canada (1979), performance berasal dari akar kata “to perform”
dengan beberapa “entries” yaitu: (1) melakukan, menjalankan, melaksanakan
(to do or carry out, execute); (2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban
suatu niat atau nazar ( to discharge of fulfill; as vow); (3) melaksanakan atau
menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete an understaking);
dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do
what is expected of a person machine).
Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat
tercapai dengan baik (Gibson and Ivancevich Donnelly: 1996).
Kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A),
motivasiatau motivation (M) dan kesempatan atau opportunity (O), yaitu
kinerja = ƒ (A x M x O). Artinya: kinerja merupakan fungsi dari kemampuan,
motivasi dan kesempatan (Robbins: 2001).
Sehubungan dengan produktivitas kinerja seseorang dipaparkan oleh
Sutermaister (1976) dalam Rusman. (2011: 52) bahwa:
a. Produktivitas itu kira-kira 90% bergantung pada prestasi kerja dan 10% tergantung pada teknologi dan bahan yang digunakan.
b. Prestasi kerja itu sendiri untuk 80-90% bergantung pada motivasinya untuk berkerja, 10-20% bergantung pada kemampuannya.
c. Motivasi kerja 50% bergantung pada kondisi sosial, 40% bergantung pada kebutuhan-kebutuhannya, 10% bergantung pada kondisi-kondisi fisik.
Menurut Amstromg dan Baron kinerja adalah tentang apa yang
dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya (Wibowo, 2007:2). Hadari
Nawawi (2006:64-65) mengemukakan kinerja merupakan gabungan dari tiga
faktor yang terdiri dari :
a. Pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dalam bekerja. Faktor ini mencakup jenis
47
dan jenjang pendidikan serta pelatihan yang pernah diikuti di bidangnya.
b. Pengalaman, yang tidak sekadar berarti jumlah waktu atau lamanya dalam bekerja, tetapi berkenaan juga dengan substansi yang dikerjakan yang jika dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama akan meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan sesuatu bidang tertentu.
c. Kepribadian, berupa kondisi di dalam diri seseorang dalam menghadapi bidang kerjanya, seperti, minat, bakat, kemampuan kerja sama/keterbukaan, ketekunan, kejujuran, motivasi kerja, dan sikap terhadap pekerjaan.
Menurut Supriyadi mengutip pendapat Mohammad Mahsun (2009)
kinerja adalah: “Gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan program kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan v
isi organisasi yang tertuang dalam strategie planning suatu organisasi
(Supriyadi, Tesis 2011:9)
Menurut A. Dale Timpe dalam Mukhtar dan Iskandar (2009:129)
dijelaskan tiga teori yang berkenaan dengan kinerja (performance) yaitu:
a. Tiori kebutuhan dari Maslow: Setiap manusia memiliki kebutuhan dalam hidupnya. Dalam teori ini kebutuhan diartikan sebagai kekuatan atau tenaga yang menghasilkan dorongan bagi individu untuk melakukan kegiatan, agar dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan tersebut.
b. Teori Dorongan: Teori dorongan kadang disebut juga dengan teori insentif, teori persiapan atau belajar. Teori ini menunjukan bahwa prilaku dipengaruhi oleh insentif prilaku. Bila manajemen menghargai prilaku-prilaku tertentu seperti pekerjaan berkualitas tinggi, produktivitas tinggi, laporan tepat waktu, prilaku ini mungkin meningkat.
c. Teori Harapan (Expectancy): Teori ini berpegang pada prinsip yang mengatakan:”terdapat hubungan yang erat antara pengertian seseorang mengenai suatu tingkah laku, dengan hasil yang diperolehnya sebagai harapan”.Dengan demikian berarti juga harapan merupakan energi penggerak untuk melakukan sesuatu kegiatan yang karena terarah untuk mencapai suatu yang diinginkan disebut “usaha”.Usaha dilingkungan para pekerja dilakukan berupa kegiatan yang disebut bekerja, pada dasarnya didorong oleh harapan tertentu.
48
Dalam kinerja ada beberapa rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam (Alfianoor Rahman:2010) yaitu:
a. Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik, profesional, dan tidak asal-asalan. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja, maka hendaklah meningkatkan kualitasnya”.
b. Dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik, perencanaan yang jelas, pentahapan aksi, dan adanya penetapan skala prioritas.
c. Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun. “Barangsiapa yang dibukakan pintu kebaikan, hendaknya dia mampu memanfaatkannya, karena ia tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya,” demikian beliau bersabda.
d. dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan. Beliau adalah sosok yang visioner, sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus.
e. Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan. Beliau bekerja secara tuntas dan berkualitas.
f. Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim yang solid yang percaya pada cita-cita bersama.
g. Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu. Tidak berlalu sedetik pun waktu, kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya. Dan yang terakhir, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam .menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih keridhaan Allah SWT. Inilah kunci terpenting.
Kinerja guru pada dasarnya unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat
menentukan kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang
paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses
pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah.
Kinerja guru menurut Sudirman yang dikutif AKSI, (2006 : 75) dapat
dinilai dari aspek kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru,
yang dikenal dengan istilah kompetensi guru, yang meliputi hal-hal sebagai
berikut :
49
a. Menguasai bahan atau materi pembelajaran, yang pada dasarnya berupa bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah dan bahan pengayaan/penunjang bidang studi.
b. Mengelola program belajar mengajar, dengan cara merumuskan tujuan instruksional/pembelajaran, menggunakan proses instruksional dengan tepat, melaksanakan program belajar mengajar, mengenal kemampuan anak didik serta merencanakan dan melaksanakan program remidial
c. Mengelola kelas, dengan menciptakan suasana kondusif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar
d. Menggunakan media/sumber, dengan mampu mengenal, memilih dan menggunakan mendukung pembelajaran, berupa alat bantu, perpustakaan, teknologi komputer, atau laboraturium secara baik sesuai dengan kebutuhan.
e. Menguasai landasan kependidikan, sebagai landasan berpijak dan bertindak edukatif disetiap situasi dalam usaha mengelola interaksi belajar mengajar.
f. Mengelola interaksi belajar mengajar, merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam upaya transformasi pengetahuan dan internalisasi nilai kepada peserta didik. Keterampilan guru, metode mengajar, sarana dan alat atau teknologi pendukung merupakan komponen penting bagi keberhasilan pengelolaan
g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran merupakan kemampuan untuk memenuhi potensi siswa, menganalisis, dan menggunakan data hasil belajar siswa sebagai umpan balik bagi setiap siswa
h. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah merupakan pemahaman mengenai fungsi dan peranan program ini untuk kepentingan proses belajar mengajar
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah merupakan kemampuan untuk melakukan kegiatan administatif seperti pencatatan dan pelaporan hasil belajar siswa.
j. Memahami prinsip-prinsip dan menapsirkan hasil penelitian guru keperluan pengajaran, merupakan kemampuan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan penalaran untuk menumbuhkan penalaran siswa dan mengembangkan proses belajar mengajar.
Adapun ukuran dari kinerja menurut T.R. Mitchell (1989) dalam
Rusman, (2011:50) dapat dilihat dari quality of works, promthness, initiative
and communication. Keempat komponen tersebut adalah ukuran standar
kinerja yang dapat dijadikan dasar untuk mengetahui baik-buruknya atau
efektif tidaknya kinerja seorang guru.
50
Berkenaan dengan standar kinerja guru, Piet A. Sahertian dalam Rusman,
(2011:51) menjelaskan bahwa: Standar kinerja guru itu berhubungan dengan
kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti:
a. Bekerja dengan siswa secara individual;
b. Persiapan dengan perencanaan pembelajaran;
c. Pendayagunaan media pembelajaran;
d. Melibatkan siswa dalam berbagai pengelaman belajar; dan
e. Kepemimpinan yang aktif dari guru.
Di kutip dari teacher performance handbook oleh bedford
country public school (2006:6) di jelaskan bahwa ada 7
standar untuk menulai kinerja dari guru yaitu:
a. Data–driven planning ( perencanaan dan pelaksanaan),
b. Instructional delivery(perintah langsung),
c. Assessment (penilaian),
d. Learning environment (ruang lingkup pembelajaran),
e. Communication (komunikasi),
f. Professionalism (profesionalitas)
g. Students achievement (hasil dari pencapaian pembelajaran)
Menurut Jeffrey S. Kane (2004:6) dimensi kinerja adalah
a. Quality (kualitas)
b. Quantity (kuantitas)
c. Timeliness (aktualitas)
d. Cost Effectiveness ( biaya efektifitas)
e. Need for Supervision (perlu pengawasan)
f. Interpersonal Impact (dampak interpersonal)
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Kinerja Guru
merupakan prestasi atau pencapaian hasil kerja yang dicapai guru berdasarkan
standar dan ukuran penilaian yang ditetapkan. Standar dan alat ukur tersebut
51
merupakan indikator untuk menentukan apakah seorang guru berkinerja
tinggi atau rendah. Berdasarkan sifat dan jenis pekerjaannya, standar tersebut
berfungsi pula sebagai alat ukur pertanggungjawaban.
2. Indikator Kinerja Guru
Menurut Muhammad hamzah (Alfianoor Rahman:2010)
seorang pengajar atau guru itu harus mempunyai 5 Prinsip
Etos Kerja, yaitu:
a. Kerja, aktifitas, ‘amal dalam Islam adalah perwujudan rasa syukur kita kepada ni’mat Allah SWT. Al-Qur’an Saba’ ayat 13 berbunyi:
Artinya: ”...Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih”.
b. Seorang Muslim hendaknya berorientasi pada pencapaian hasil: hasanah fi ad-dunyaa dan hasanah fi al-akhirah. Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 201 berbunyi:
Artinya: ”Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan
kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.
c. Dua karakter utama yang hendaknya kita miliki: al-qawiyy dan al-amiin. Al-Qur’an Surah A- Qashash ayat 26 berbunyi:
Artinya: ”Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya."
d. Al-qawiyy merujuk kepada : reliability, dapat diandalkan. Juga berarti, memiliki kekuatan fisik dan mental (emosional, intelektual,
52
spiritual). Sementara al-amiin, merujuk kepada integrity, satunya kata dengan perbuatan alias jujur, dapat memegang amanah.
e. Kerja keras. Ciri pekerja keras adalah sikap pantang menyerah; terus mencoba hingga berhasil. Kita dapat meneladani ibunda Ismail a.s. Sehingga seorang pekerja keras tidak mengenal kata “gagal” (atau memandang kegagalan sebagai sebuah kesuksesan yang tertunda). Kerja dengan cerdas. Cirinya: memiliki pengetahuan dan keterampilan; terencana; memanfaatkan segenap sumberdaya yang ada.
Berdasarkan Permendiknas nomor 16 tahun 2009. Secara garis besar
penilaian kinerja guru digunakan untuk menilai 14 indikator dengan butir-
butir kinerja yang telah ditentukan. Butir penilaian yang akan dinilai
diperjelas melalui rubrik penilaian. Berikut penjelasannya.
a. Perencanaan Pembelajaran
1) Guru memformulasikan tujuan pembelajaran dalam RPP sesuai
dengan kurikulum/silabus dan memperhatikan karakteristik
peserta didik.
(1) Tujuan pembelajaran dirumuskan dan dikembangkan
berdasarkan SK/KD yang akan dicapai.
(2) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan di RPP telah
mencakup semua indikator ketercapaian hasil belajar.
(3) Tujuan pembelajaran memuat gambaran proses dan hasil
belajar yang dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan
kebutuhan belajarnya.
(4) Tujuan pembelajaran dalam RPP dirumuskan dengan kata
kerja yang jelas (tidak menimbulkan penafsiran ganda),
dapat dikerjakan (peserta didik dapat melakukannya) dan
terukur (dapat dinilai hasilnya baik secara tertulis, lisan
maupun bentuk hasil kerja peserta didik lainnya.
53
(5) Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan belajar
peserta didik. Tujuan pembelajaran di RPP dijenjangkan
sesuai dengan tingkat an kelas.
2) Guru menyusun bahan ajar secara runut, logis, kontekstual dan
mutakhir.
(1) Bahan ajar disusun dari yang sederhana ke kompleks,
mudah ke sulit dan/atau konkrit ke abstrak sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Bahan ajar disusun dari yang
sederhana ke kompleks, mudah ke sulit dan/atau konkrit ke
abstrak sesuai dengan tujuan pembelajaran.
(2) Keluasan dan kedalaman bahan ajar disusun dengan
memperhatikan potensi peserta didik (termasuk yang cepat
dan lambat,motivasi tinggi dan rendah). Keluasan dan
kedalaman bahan ajar disusun dengan memperhatikan
potensi peserta didik, misalnya peserta didik yang
belajarnya cepat atau lambat, peserta didik yang memiliki
motivasi tinggi dan rendah.
(3) Bahan ajar dirancang sesuai dengan konteks kehidupan dan
perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.Bahan ajar
dirancang sesuai dengan konteks kehidupan dan
perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.
(4) Bahan ajar dirancang sesuai dengan konteks kehidupan
danperkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahan
ajar dirancang dengan menggunakan sumber yang
bervariasi atau guru mengajar tidak hanya menggunakan
buku pegangan peserta didik tetapi juga sumber-sumber lain
yang relevan
3) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang efektif
54
(1) Strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran relevan
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai /
kompetensi harus dikuasai peserta didik. Strategi,
pendekatan, dan metode pembelajaran relevan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai /
kompetensi harus dikuasai peserta didik.
(2) Strategi dan metode pembelajaran yang dipilih
dapat memudahkan pemahaman peserta didik.
Strategi dan metode pembelajaran yang dipilih
dapat memudahkan pemahaman peserta didik.
(3) Strategi dan metode pembelajaran yang dipilih sesuai
dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan
psikomotor peserta didik. Strategi dan metode pembelajaran
yang dipilih sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif,
afektif, dan psikomotor peserta didik.
(4) Setiap tahapan pembelajaran diberi alokasi waktu secara
proporsional dengan memperhatikan tingkat kompleksitas
materi dan/atau kebutuhan belajar peserta didik. Setiap
tahapan pembelajaran diberi alokasi waktu secara
proporsional dengan memperhatikan tingkat kompleksitas
materi dan/atau kebutuhan belajar peserta didik.
4) Guru memilih sumber belajar/ media pembelajaran sesuai
dengan materi dan strategi pembelajaran
(1) Sumber belajar/media pembelajaran yang dipilih dapat
dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran atau
kompetensi yang ingin dicapai (misalnya buku, modul
untuk kompetensi kognitif; media audio visual, Komputer
untuk kompetensi keterampilan). Sumber belajar/media
pembelajaran yang dipilih (misalnya buku, modul untuk
kompetensi kognitif; media audio visual, Komputer untuk
55
kompetensi keterampilan) dapat dipakai untuk mencapai
tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.
(2) Sumber belajar/media pembelajaran termasuk TIK yang
dipilih dapat memudahkan pemahaman peserta didik
(misalnya lidi/sempoa digunakan untuk operasi hitung
matematika, lampu senter, globe, dan bola untuk
mengilustrasikan proses terjadinya gerhana). Sumber
belajar/media pembelajaran termasuk TIK yang dipilih
dapat memudahkan pemahaman peserta didik (misalnya
lidi/sempoa digunakan untuk operasi hitung matematika,
lampu senter, globe, dan bola untuk mengilustrasikan proses
terjadinya gerhana).
(3) Sumber belajar/media pembelajaran yang dipilih sesuai
dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan
psikomotor peserta didik. Sumber belajar/media
pembelajaran yang dipilih sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta
didik.
b. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran yang Aktif dan Efektif
1) Kemampuan Memulai Pembelajaran yang Efektif Membuka
Proses Pembelajaran
(1) Melakukan apersepsi mengaitkan materi pembelajaran
sekarang dengan pengalaman atau pembelajaran
sebelumnya (termasuk kemampuan prasyarat), mengajukan
pertanyaan menantang, menyampaikan manfaat materi
pembelajaran, mendemonstrasikan sesuatu yang terkait
dengan materi pembelajaran.
(2) Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dalam
rencana kegiatan menyampaikan kemampuan yang akan
dicapai dengan bahasa peserta didik, misalnya dengan
56
mengatakan bahwa setelah pembelajaran selesai siswa dapat
menjelaskan faktor-faktor penyebab gempa bumi. Rencana
kegiatan misalnya, individual, kerja kelompok, dan
melakukan observasi.
2) Penguasaan Materi Pelajaran
(1) Kemampuan menyesuiakan materi dengan tujuan
pembelajaran materi yang disampaikan sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam RPP.
(2) Kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan lain
yang perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata, materi
yang disampaikan dikaitkan dengan bidang studi lainnya,
misalnya mengaitkan aristmatik (operasi bilangan) dengan
IPS (transaksi ekonomi).
(3) Tingkat ketepatan pembahasan dengan materi
pembelajaran,. materi ajar sesuai dengan topik yang
dibahas.
(4) Kemampuan menyajikan materi secara sistematis (mudah
ke sulit, dari konkrit ke abstrak) materi disampaikan secara
sistematis (mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak).
3) Pendekatan/Strategi pembelajaran
(1) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
yang akan dicapai. Materi, strategi dan kegiatan belajar
sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai (kognitif,
psikomotor, dan afektif).
(2) Melaksanakan pembelajaran secara runtut Materi disajikan
sistematis dengan menggunakan stragi pembelajaran yang
tepat. Perhatian peserta didik terfokus pada belajar, disiplin
kelas terpelihara, dan kelas terkendali.
57
(3) Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
materi ajar disampaikan sesuai dengan kondisi kehidupan
nyata dan memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari
peserta didik.
(4) Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan
tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect). Kegiatan
belajar dapat mendorong kebiasaan peserta didik untuk
bekerjasama, saling menghargai, bertanggung-jawab
berpikir kritis, dsb.
(5) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
yang direncanakan. Pembelajaran dimulai dan diakhiri
sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan.
4) Pemanfaatan sumber belajar /media pembelajaran
(1) Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber
belajar/media pembelajaran. Guru terampil memanfaatkan
lingkungan dan sumber belajar lainnya serta dapat
menggunakan media pembelajaran (alat laboratorium, TIK,
media lainnya) untuk mencapai target sesuai dengan alokasi
waktu.
(2) Menghasilkan pesan yang menarik.Media yang digunakan
dapat menusatkan perhatian peserta didik, sehingga pesan
dapat ditangkap dengan jelas.
(3) Melibatkan siswa dalam pembuatan dan pemanfaatan
sumber belajar/media pembelajaran. Peserta didik
dilibatkan dalam pembuatan dan pemanfaatan sumber
belajar/media pembelajaran.
5) Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa
(1) Menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui interaksi
guru, siswa, sumber belajar. Kegiatan pembelajaran yang
58
dilaksanakan mendorong interaksi aktif antara guru dengan
peserta didik antar peserta didik secara mental, emosional,
maupun fisik.
(2) Merespon positif partisipasi siswa.Guru merespon positif
terhadap aktifitas peserta didik (misalnya memberikan
pujian, meminta peserta didik lain untuk menanggapi
peserta didik lain, menegur yang melanggar disipilin tanpa
harus merendah harga diri yang ditegur, dsb).
(3) Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa.Guru
menghargai pendapat peserta didik, mengakui kebenaran
dan mengakui keterbatasan diri peserta didik.
(4) Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif.
Menunjukkan sikap ramah, luwes, hangat, sopan,
menghargai keragaman budaya dan latar belakang peserta
didik.
(5) Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam
belajar. Suasana belajar yang menyenang dan menarik.
6) Penggunaan bahasa
(1) Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar
bahasa lisan yang digunakan guru mudah,jelas dan tidak
menimbulkan salah tafsir serta dapat dimengerti oleh
peserta didik sesuai tingkat perkembangannya.
(2) Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar
bahasa tulisan (misalnya RKS, soal, modul, dsb) yang
digunakan memenuhi kaidah bahasa yang benar,
mudah,jelas dan tidak menimbulkan salah tafsir serta dapat
dimengerti oleh peserta didik sesuai tingkat
perkembangannyaa.
59
(3) Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
informasi disampaikan dengan ekspresi wajah, intonasi
suara, gerak tubuh sesuai dengan pesan yang disampaikan.
7) Kemampuan Mengakhiri Pembelajaran yang Efektif
(1) Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa guru mengajak siswa mengingat kembali
hal-hal penting yang sudah terjadi dalam kegiatan belajar
(misalnya mengajukan pertanyaan tentang proses, materi
dan kejadian lainnya) dan menfasilitasi peserta didik dalam
membuat rangkuman.
(2) Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan,
atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.
c. Penilaian Pembelajaran
1) Guru merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan
keberhasilan belajar peserta didik
(1) Kesesuaian teknik dan jenis penilaian (tes lisan, tes tertulis,
tes perbuatan) sesuai dengan tujuan pembelajaran. Apakah
jenis dan teknik penilai yang direncanakan dalam RPP sesai
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
(2) Alat tes dirancang untuk dapat mengukur kemajuan belajar
peserta didik dari aspek kognitif, afektif dan/atau
psikomotorik. Apakah alat tes yang dikembangkan dapat
mengukur kemajuan belajar peserta didik dari berbagai
aspek kognitif, psikomotor dan afektif.
(3) Rancangan penilaian portofolio peserta didik minimal 1 kali
per semester apakah guru merancang penilaian portofolio
dalam bentuk pemberian tugas terstruktur (misalnya
menulis resensi buku, membuat laporan kerja
lapangan/studi banding, penelitian kecil, tugas proyek, dsb).
60
(4) Hasil analisis penilaian sebelumnya (UH, UAS, UN)
digunakan untuk keperluan program perbaikan (remedial,
pengayaan, dan/atau menyempurnakan rancangan dan/atau
pelaksanaan pembelajaran). Apakah guru melakukan
analisis hasil penilaian (lihat hasil analisisnya) dan
menggunakannya untuk penyempurnaan rancangan
dan/atau pelaksanaan pembelajaran.
2) Guru menggunakan berbagai strategi dan metode penilaian
untuk memantau kemajuan dan hasil belajar peserta didik dalam
mencapai kompetensi tertentu sebagaimana yang tertulis dalam
RPP.
(1) Menggunakan teknik penilaian otentik (kuis, pertanyaan
lisan, pemberian tugas, dsb.) untuk memantau kemajuan
belajar peserta didik. apakah selama proses pembelajaran
guru melaksanakan aktifitas penilaian proses untuk
mengukur kemajuan belajar dengan menggunakan berbagai
teknik penilaian (misalnya kuis, pertanyaan lisan,
pemberian tugas, dsb).
(2) Menggunakan teknik penilaian (ulangan harian, tengah
semester, dan ulangan semester) disusun untuk mengukur
hasil belajar peserta didik dalam aspek kognitif, afektif
dan/atau psikomotor. Apakah diakhir pembelajaran guru
melaksanakan aktifitas penilaian berkala untuk mengukur
hasil belajar dengan menggunakan berbagai teknik
penilaian (misalnya ulangan harian, tengah semester, dan
ulangan semester).
(3) Menerapkan penilaian portofolio dalam bentuk tugas
terstruktur. Apakah guru melaksanakan penilaian portofolio
peserta didik yang dibuktikan dengan hasil tugas-tugas
terstruktur (misalnya resensi buku, laporan kerja
61
lapangan/studi banding, laporan pelaksanaan penelitian
kecil, laporan tugas proyek, dsb).
(4) Menggunakan alat penilaian yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan materi ajar sebagaimana disusun dalam
RPP. Apakah alat dan teknik pelaksanaan penilaian tersebut
di atas sesuai dengan materi dan dapat mengukur
ketercapaian tujuan pembelajaran.
3) Guru memanfatkan berbagai hasil penilaian untuk memberikan
umpan balik bagi peserta didik tentang kemajuan belajarnya dan
bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya
(1) Menggunakan hasil analisis penilaian untuk
mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang mudah,
sedang dan sulit sehingga diketahui kekuatan dan
kelemahan masing-masing peserta didik untuk keperluan
remedial dan pengayaan. napakah guru melakukan dan
memiliki hasil analisis penilaian untuk mengidentifikasi
topik/kompetensi dasar yang mudah, sedang dan sulit untuk
kegiatan remedial dan pengayaan.
(2) Menggunakan hasil penilaian untuk menyempurnakan
rancangan dan/atau pelaksanaan pembelajaran. Apakah
hasil penilaian digunakan guru dalam penyempurnakan
rancangan dan pelaksanaan pembelajaran (diskusikan dan
minta guru menjelaskannya dengan menggunakan RPP).
(3) Melaporkan kemajuan dan hasil belajar peserta didik
kepada orang tua, teman guru dan bagi peserta didik sebagai
refleksi belajarnya apakah guru memiliki catatan kemajuan
dan hasil belajar peserta didik dan catatan hasil
diskusiorang tua dan teman sejawat. Guru juga
mengembalikan hasil hasil penilaian yang telah diberikan
komentar kepada peserta didik sebagai refleksi (dapat
62
dilakukan melalui wawancara dengan peserta didik, orang
tua, dan teman sejawat serta menunjukkan hasil tes yang
telah dikoreksi dan diberikan komentar).
(4) Memanfaatkan hasil penilaian secara efektif untuk
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, tantangan dan
masalah potensial untuk peningkatan keprofesian dalam
menunjang proses pembelajaran guru dapat membuktikan
kegiatan pengembangan keprofesian yang telah diikutinya
didasarkan pada hasil penilaian belajar peserta didik.
D. Konsep Hasil Belajar
1. Hasil Belajar
Hasil Belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran
dan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap
atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan.
Menurut Ali Muhammad, (2004 : 14) belajar
adalah:”perubahan perilaku, akibat interaksi dengan
lingkungannya." Perubahan perilaku dalam proses belajar
terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi
biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian
belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam
diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri
individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3) hasil belajar
adalah:” merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar
dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa
hasil belajar merupakan puncak proses belajar”.
Menurut (Ahmadi 1984:35 dalam http://wawan-
junaidi.blogspot. com/2011/02/hasil-belajar.html)
63
bahwa:“Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu
usaha, dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi
belajar siswa yang dilihat pada setiap mengikuti tes”.
Menurut (Hamalik 2006:122) hasil belajar adalah:” Suatu
bentuk perubahan atau pertumbuhan dalam diri siswa yang
dinyatakan dalam cara berprilaku baru berkat pengelaman
dan latihan. Prilaku ini dapat berupa pengertian, sikap,
penghargaan, kecakapan dan lain sebagainya”. Menurut
pendapat Suryabrata (2000:54), bahwa:”hasil belajar
merupakan hasil evaluasi dari suatu proses yang biasanya
dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, yang harus
dipersiapkan untuk proses evaluasi, misalnya rapor”. Dari
uraian tersebut tampak bahwa hasil belajar merupakan
derajat keberhasilan seorang siswa dalam semua mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah yang berbentuk angka-
angka kuantitatif yang tercantum dalam rapor.
Hasil belajar pada dasarnya perubahan kemampuan yang
diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar. Hasil
belajar pada diri seseorang tidak langsung nampak tanpa
seseorang tadi melakukan kegiatan untuk memperlihat
kemampuan yang diperolehnya. Kemampuan yang diperoleh
tersebut dapat berupa kemampuan di bidang kognitif, afektif,
maupun psikomotorik. Berbagai perubahan yang terjadi pada
diri siswa sebagai hasil proses pembelajaran dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu output dan outcome. Output merupakan
kecakapan yang dikuasai siswa yang segera dapat diketahui
setelah mengikuti serangkaian proses pembelajaran,
sedangkan outcome merupakan prestasi sosial siswa dalam
masyarakat sebagai hasil pembelajaran yang bersifat jangka
panjang.(Jurnal Teknologi, 2011:47).
2. Aspek Hasil Belajar
64
Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi
tiga aspek hasil belajar mengajar :”1) Keterampilan dan kebiasaan, 3)
Pengetahuan dan pengarahan, 4) Sikap dan cita-cita.”
Menurut Winkel (1996:51) dalam Purwanto (2011:45) belajar dilakukan
utnuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar.
Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar.
Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam
sikap dan tingkah lakuknya. Winkel, melanjutkan bahwa aspek perubahan
mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang kembangkan oleh Bloom,
Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Bloom membagi dan menyusun secara hirarkhis tingkat hasil belajar
kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai
yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Makin tinggi tingkat maka
makin kompleks dan penguasaan suatu tingkat mempersyaratkan penguasaan
tingkat sebelumnya. Enam tingkat itu adalah hafalan (C1), pemahaman (C2),
penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). (Purwanto,
2011:45).
Krathwohl membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat yaitu
penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Hasil belajar
disusun secara hirarkhis mulai dari tingkatan yang paling rendah dan
sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks. Penerimaan (receiving)
atau menaruh perhatian (at-tending) adalah kesediaan menerima rangsangan
dengan memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang kepadanya.
Partisipasi atau merespons (responding) adalah kesediaan memberikan
respons dengan berpartisipasi. Penilaian atau penentuan sikap (valuing)
adalah kesediaan untuk menntukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan
tersebut. Organisasai adalah kesediaan mengorganisasikan nilai-nilai yang
dipilihnya untuk menjadi pedoman yang mantap dalam perilaku. Internalisasi
nilai atau karaterisasi (characterization) adalah menjadikan nilai-nilai yang
65
diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga
menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari. (Purwanto, 2011:52).
Winkel (1996: 249-250; Gronlund dan Linn, 1990:510)
mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam: persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan komplek dan
kreativitas. Persepsi (perception) adalah kemampuan hasil belajar
psikomotorik yang paling rendah. Persepsi adalah kemampuan membedakan
suatu gejala dengan gejala lain. Kesiapan (set) adalah kemampuan
menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan. Misalnya kesiapan
menempatkan diri sebelum lari, menari, mengetik, memperagakan shalat,
mendemonrtasikan penggunaan termometer dan sebagainya.Gerakan
terbimbing (guided response) adalah kemampuan melakukan gerakan meniru
model yang dicontohkan. Gerakan terbiasa (mechanism) adalah kemampuan
melakukan gerakan tanpa ada model contoh. Kemampuan dicapai karena
latihan berulang-ulang, sehingga menjadi kebiasaan. Gerakan kompleks
(adaptation) adalah kemampuan melakukan serangkaian gerakan dengan cara,
urutan dan irama yang tepat. Kreativitas (origination) adalah kemampuan
menciptakan gerakan-gerakan baru yang tidak ada sebelumnya atau
mengkombinasikan gerakan-gerakan yang ada menjadi kombinasi gerakan
baru yang orisinal. (Purwanto, 2011:53).
59
66
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian diskriptif dan
pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap
keberadaan suatu variabel dengan menggunakan instrumen penelitian. Setelah itu
peneliti melanjutkan analisis untuk mencari hubungan satu variabel lain. Variabel
ini merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati.
Beberapa alasan penelitian ini menggunkan pendekatan kuantitatif
antara lain: Pertama; lebih bersifat independen karena hubungan peneliti dengan
yang diteliti harus dijaga jaraknya, kedua; dalam melihat hubungan variabel
terhadap obyek yang diteliti lebih bersifat sebab akibat (kausal), sehingga ada
variabel independen dan dependen, ketiga; lebih menekan pada keluasan
informasi, (bukan kedalaman).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2011: 80) populasi merupakan wilayah generalisasi
yang terdiri ats subyek/obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.pengertian populasi yang lain adalah sekelompok individu
tertentu atau bagian dari kelompok itu. Populasi penelitian merupakan
keseluruhan subyek penelitian, baik manusia, gejala, nilai-nilai benda maupun
peristiwa. Untuk meneliti seemua elemen yang ada dalam wilayah.
Selanjutnya (Santosa Murwani S, 2008:21) mengemukakan: Siapa yang
menjadi populasi dan sampel dan berapa jumlahnya. Misalnya, jika populasi
sangat besar jumlahnya dan tersebar di daerah yang sangat luas, sedangkan
67
peneliti mempunyai keterbatasan sumber penelitian, perlu mendefenisikan
populasi target dan populasi terjangkau dan bagaimana memilih populasi
yang terjangkau.
Selanjutnya Santosa Murwani (2008) Dalam (Supriyadi,2011:65)
mengemukakan: “Populasi adalah sejumlah objek dengan sifat tertentu yang
menjadi saran penelitian.Jadi populasi adalah objek atau subjek yang telah
ditetapkan peneliti untuk dijadikan sumber data dalam Penelitian”.
Dalam penelitian ini, populasi tersebar di seluruh Kabupaten Kapuas
Hulu.Homogenitas responden dapat terdiri dari kualifikasi pendidikan yaitu
Guru agama Islam berpendidikan Sarjana (Strata Satu).
2. Sampel
Untuk menentukan sampel dari populasi dapat dipergunakan formula dan
tabel yang dikembangnkan oleh para pakar.Secara garis besar Sudiman
mengutip pendapat Walter R.Borg & Meredeth D. Gall (1991) dalam Sentosa
Murwani, 2008:22) mengemukakan bahwa:”Jumlah sampel dalam penelitian
korelasional minimum 30.Dalam penelitian eksperimen masing-masing
kelompok minimum 15 dan untuk penelitian survai sampelnya minimum
100”. Sedangkan menurut Roscoe dalam buku Research Methods For
Business (1982:253) dalam (Sugiyono,2011:90) memberikan saran-saran
tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini:
a. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.
b. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya:pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.
c. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multinariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen+dependen), maka jumlah anggota sampel =10x5=50.
68
d. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 s/d 20.
Sampel (Sugiyono, 2008: 118) adalah:”Bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Dengan demikian sampel adalah
bagian atau sampel dari populasi yang akan diteliti. Sampel dalam penelitian
ini adalah guru agama Islam di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu. Penentuan
jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin dalam
(Santosa Murwani,2008:22) mengembangkan rumor untuk menarik sampel
dari populasi sebagai berikut:
N =
Keterangan :
n = sampel
N = populasi
e = Margin kesalahan (0,05)
Untuk merumuskan tabel penarikan sampel dengan mengambil tingkat
kesalahan 0,05. Jika jumlah populasi guru 71 orang maka jumlah sampel
yang diambil dengan presentasi tingkat kesalahan 0,05 sebanyak 60 orang.
Kemudian dalam menentukan sampel untuk responden penelitian,
Santosa Murwani (2008:22) menjelaskan dalam menarik sampel, peneliti
harus memperhatikan sampel yang akan digunakan untuk menguji coba
instrumen. Untuk menguji coba instrumen diperlukan minimal 30 sampel
yang berbeda dengan sampel yang akan digunakan sebagai responden
penelitian. Sehingga dalam penelitian ini terdiri dari 30 orang sampel untuk
uji coba dan 30 orang sampel untuk final.
Dalam menentukan sampel penelitian untuk masing masing sekolah
dilakukan memggunakan teknik acak sederhana dengan cara diundi, dimana
dibuat nama guru pada secarik kertas dan digulung dikelompokan pada
masing-masing sekolah kemudian dikocok.
N
1 +Ne2
69
Tabel 3.1
Data Guru Agama Islam SMPSe Kabupaten Kapuas Hulu
No. Nama Guru Nama Sekolah
1 2 3
1. Nurhayati, S.Pdi SMPN 1 Putussibau2. Ghulam Muhammad Irsyad, SMPN 2 Putussibau3. Dewi Artini, S.Pdi SMPN 2 Putussibau4. Khusnul Khatimah, S.Pdi SMPN 2 Putussibau5. Nurhalimah, S.Pdi SMPN 3 Putussibau6. Basuki, S.Pdi SMPN 4 Putussibau7. Saiful Bakhri, S.Pdi SMPN 5 Putussibau8. Mariani, S.Pdi SMPN 7 Puitussibau9. Trie Wahyuni, S.Pdi SMPN 7 Putussibau
10. Yasir Hadi Brata, S.Pdi SMPN 7 Putussibau11. Nursanti, S.Pdi SMPN 8 Putussibau12. Kurniawati Hakim, S.Pdi SMPN 9 Putussibau13. Tri Handayani, S.Pdi SMPN 10 Putussibau14. Wendy Irawan, S.Pdi SMPN 12 Putussibau 15. Wajidah, S.Pdi SMP PGRI Putussibau16. Heri, S.Pdi SMP Panca Utama Putussibau17. Umi Choiriyah, S.Pdi SMPN 1 Kalis18. Khairul, S.Ag SMPN 1 Kalis19. Tuti Awakiyah, S.Pdi SMPN 2 Kalis20. Nurbaiti, S.Pdi SMPN 2 Kalis21. Sholihin, S.Pdi SMPN 1 Mentebah22. Burhanudin, S.Pdi SMPN 2 Mentebah23. Masnun, S.Ag SMPN 1 Bunut Hulu24. Sri Hidayati Serli, S.Pdi SMPN 2 Bunut Hulu25. Hajijah, S.Pdi SMPN 3 Bunut Hulu26. Nurmala, S.Pdi SMPN 4 Bunut Hulu27. Ali Marzuki, S.Pdi SMPN 5 Bunut Hulu 28. Hermaniah,. S.Pdi SMPN 5 Bunut Hulu29. Syabirin, S.Pdi SMPN 1 Boyan Tanjung30. Dasmiwati, S.Pdi SMPN 1 Boyan Tanjung31. Sabihati, S.Pdi SMPN 2 Boyan Tanjung32. Norman, S.Pdi SMPN 3 Boyan Tanjung33. Sulastri, S.Pdi SMPN 4 Boyan Tanjung34. Sifra Hasbullah, Hasbulla SMPN 5 Boyang Tanjung35. Widiawati Hastuti, S.Pdi SMPN 1 Hulu Gurung36. Turiman, S.Pdi SMPN 1 Hulu Gurung37. Muslim, S.Ag SMPN 2 Hulu Gurung38. Rabeyah, S.Ag SMPN 2 Hulu Gurung
70
No. Nama Guru Nama Sekolah
1 2 339. Srie Susanty, S.Pdi SMPN 2 Hulu Gurung40. Hermansyah, S.Pdi SMPN 3 Hulu Gurung41. Hamidi, S.Pdi SMPN 3 Hulu Gurung42. Dedy Jumadi, S.Pdi SMPN 4 Hulu Gurung43. Dra.Sri Hartini SMPN 1 Pengkadan44. Zahara, S.Pdi SMPN 2 Pengkadan45. Anita, S.Pdi SMPN 3 Pengkadan46. Esta Royani, S.Ag SMPN 1 Silat Hulu47. Asiah Usman, S,Pdi SMPN 2 Silat Hulu48. Ahmad Buang, S.Pdi SMPN 1 Silat Hilir49. Karmilawati, S.Pdi SMPN 1 Silat Hilir50. Utin Rabiussani, S.Pdi SMPN 2 Silat Hilir51. Sulinah, S.Pdi SMPN 4 Silat Hilir52. Zuriyati, S.Hi SMPN 2 Semitau53. Jumaidah, S.Pdi SMPN 1 Suhaid54. Fatmawati, S.Pdi SMPN 1 Selimbau55. Drs. Sukarmen SMPN 2 Selimbau56. Martina, S.Pdi SMPN 4 Selimbau57. Hendri, S.Pdi SMPN 5 Selimbau58. Dayang Nur’aini, S.Pdi SMPN 5 Selimbau59. Drs. Sahari SMPN 1 Jongkong60. Eti Purwanti, S.Ag SMPN 1 Jongkong61. Etik Sumadi, S.Ag SMPN 2 Jongkong62. Sukardi, S.Pdi SMPN 2 Jongkong63. Nen Fatimah, S.Pdi SMPN 3 Jongkong64. Nuraini, S.Pdi SMPN 3 Jongkong65. Nuraida, S.Ag SMPN 4 Jongkong66. Sumiyati, S.Ag SMPN 1 Bunut Hilir67. Syarfini, S.Ag SMPN 2 Bunut Hilir68. Nurasiah, S.Pdi SMPN 1 Embaloh Hilir69. Nurfadhila, S.,Pdi SMPN 2 Embaloh Hilir70. Firman Adi Wibowo, S.Pdi SMPN 1 Badau71. Kemi Norvida Nurviah, S.P SMPN 1 Batang Lupar
Tabel 3.2
71
Perhitungan Proporsi Sampel Penelitian
Guru Agama Islam SMP Se Kabupaten Kapuas Hulu
No Kecamatan Jumlah ProporsiJumlah Sampel
1 2 3 4 51. Kecamatan Putussibau Utara dan Selatan 16 16/71 x 60 132. Kecamatan Kalis 4 4/71 x 60 33. Mentebah 2 3/71 x 60 24. Bunut Hulu 6 6/71 x 60 55. Boyan Tanjung 6 6/71 x 60 56. Hulu Gurung 8 8/71 x 60 77. Pengkadan 3 2/71 x 60 28. Silat Hulu 2 2/71 x 60 29. Silat Hilir 4 4/71 x 60 3
10. Semitau 1 1/71 x 60 111. Suhaid 1 1/71 x 60 112. Selimbau 5 5/71 x 60 413. Jongkong 7 7/71 x 60 614. Bunut Hilir 2 2/71 x 60 215. Embaloh Hilir 2 2/71 x 60 216. Badau 1 1/71 x 60 117. Batang Lupar 1 1/71 x 60 1
Jumlah Total 71 Jumlah 60Sumber dari: data pokok guru agama Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga
Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2012.
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian, maka
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Metode Angket (Quisioner)
Menurut Suharsini Arikunto (2006:151) “angket adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden, dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahui”. Menurut Sugiyono (2011:93) “Penelitian angket mengacu
pada skala likert 1 sampai 4 yang dikelompokan menjadi, fovarable dan
unfovarable”. Dalam penelitian ini metode angket digunakan untuk
72
mengumpulkan data tentang Kompetensi Profesional dan Kinerja Guru
serta Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran PAI di SMP se-Kabupaten
Kapuas Hulu. Angket tersebut terdiri atas pertanyaan dengan empat
pilihan jawaban responden yang dikenai angket harus memilih salah satu
jawaban yang telah disediakan dalam angket.
Skor diatur berdasarkn skala Likert yang dimplikasikan dalam empat
opsi. Untuk pernyataan positif maka pilihan dan skornya adalah sebagai
berikut:
Pilihan jawaban Artinya Skor
SL Selalu 4
SR Sering 3
KK Kadang-kadang 2
TP Tidak pernah 1
Untuk pernyataan negatif maka pilihan dan skornya adalah sebagai
berikut:
Pilihan Jawaban Artinya Skor
SL Selalu 1
SR Sering 2
KK Kadang-kadang 3
TP Tidak pernah 4
b. Metode dokumentasi
Menurut Suharsimi arikunto (2006:154) “dokumentasi adalah
mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal atau variable yang
berupa catatan, transkrip nilai, buku, agenda, notulan rapat dan
sebagainya”. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa transkip nilai
ulangan harian, nilai ulangan umum Pendidikan Agama Islam serta
berupa catatan yang mendukung.
2. Instrumen Penelitian
73
Instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa tes, pedoman
wawancara, pedoman observasi dan kuesioner (Sugiyono, 2011:222)
Adapun Instrumen dalam penelitian Pengaruh Kompetensi profesioanl
dan Kinerja Guru terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran PAI di
SMP se Kabupaten Kapuas Hulu adalah dalam bentuk angket. Angket yang
dipakai dalam penelitaian ini ada tiga angket. Tiga angket tersebut yaitu
angket untuk menguji kompetensi guru dan angket untuk menguji kinerja
guru dan angket menguji hasil belajar siswa. Memakai angket dalam
penelitian ini karena angket merupakan penggali data yang cukup fleksibel
dan karena penelitian ini dilakukan di seluruh SMP yang berada di Kabupaten
Kapuas Hulu yang merupakan daerah yang cukup luas. Dilihat dari segi data,
biaya, waktu, dan hasilnya akan lebih efektif dan efisien apabila
menggunakan angket.
3. Uji Coba Instrumen
Intrumen variabel Kompetensi Profesional sebanyak 30 butir, sementara
instrumen variabel Kinerja Guru terdiri dari 30 butir, sedangkan instrumen
variabel Hasil Belajar Siswa sebanyak 33 butir. Instrumen-instrumen tersebut
diujicobakan kepada 30 guru sebagai responden yang masuk dalam sampel
penelitian SMP se Kabupaten Kapuas Hulu. Uji coba instrumen ini
dimaksudkan untuk menguji keabsahan (validasi) dan kehandalan
(reliabilitas) butir-butir instrumen yang digunakan dalam penelitian. Untuk
itu dilakukan analisis hubungan antara suatu butir dengan indikator dan
dengan variabel.
Uji coba instrumen ini dimaksudkan untuk menguji keabsahan (validitas)
dan kehandalan butir-butir instrumen yang digunakan dalam penelitian.
Untuk itu dilakukan analisis hubungan antara satu butir dengan indikator dan
dengan variabel.
a. Validitas Instrumen
74
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Menurut Sugiono ”Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur.” Validitas instrumen diuji dengan menggunakan
korelasi skor butir dengan total product moment. Analisis dilakukan
terhadap semua butir instrumen kriteria pengujiannya dilakukan dengan
cara membandingkan r hitung dengan r tabel pada taraf α = 0,05, jika
rhitung > rtabel maka butir soal dinyatakan valid atau sahih, sedangkan
jika rhitung > rtabel maka butir dianggap tidak absah dan selanjutnya
drop atau tidak digunakan. Validitas yang digunakan adalah validitas isi
(content validity). Untuk mengukur validitas ini digunakan metode
internal konsistensi yaitu mengukur besarnya korelasi antara tiap-tiap
butir dengan semua butir pertanyaan adalah validitas isi (content
validity). Untuk mengukur validitas ini digunakan metode internal
konsistensi yang mengukur besarnya korelasi antara tiap butir dengan
semua butir pertanyaan menggunakan rumus korelasi product moment
dan uji signifikasi dengan uji-t. Suatu butir soal ditentukan oleh besarnya
harga rhitung pada = 0,05, jika rhitung > rtabel maka butir soal
dinyatakan valid atau sahih, dengan rumus sebagai berikut :
rxy =
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi skor butir (x) dengan skor total (y)
n = ukuran sampel (responden)
x = ukuran butir
y = skor total
Syarat korelasi pearson:
a. Sampel diambil secara acak
b. Ukuran sampel minimum dipenuhi
n∑ X Y−(∑ X ) (∑ Y )
√(n∑ X2− (∑ X )2)(n∑Y 2
− (∑ X )2)
75
c. Data sampel masing-masing variabel berdistribusi normal
d. Bentuk regresi linier
Kriteria yang digunakan untuk uji-keabsahan butir adalah r tabel
dengan = 0,05 dan n= 30, artinya jika rhitung > rtabel maka butir
dianggap sah dan selanjutnya didrop atau tidak digunakan.
b. Reliabilitas
Hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam
waktu yang berbeda. Menurut Sugiono Instrumen yang reliabel adalah
instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek
yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Koefisien reliabelitas
instrumen dimaksud untuk melihat konsistensi jawaban yang diberikan
oleh responden atau guru untuk dianalisis. Butir yang valid selanjutnya
dihitung reliabilitasnya dengan menggunakan rumus koefisien alpha
(alpa cronbach) dengan rumus :
r11 =
Keterangan :
r11 = reabilitas instrumen
k = banyaknya butir pernyataan yang valid
Σo2b = jumlah varian butir
Dicari dengan rumus : = + +
..... +
Ο21 = varian butir ke-1
Dicari dengan rumus :
Ο2 t =
[ kk−1 ] [1−Σo
2b
o2 1 ]
Σo2 2Σo2 1Σo2 b Σo2 n
∑ ¿ X2−[ Σ X 1
n ]n−1
2
¿
76
X1 = skor butir ke-1
Ο2 t = varians total, dicari dengan rumus:
Ο2 t = , Y : skor total,
sedangkan n : Ukuran
sampel.
c. Hipotesis Statistik
Berdasarkan masalah penelitian yang telah ditetapkan
pada bagian ebelumnya, maka hipotesis statistik yang
akan diuji adalah sebagai berikut :
Hipotesis pertama :
H0 : py1 = 0
H1 : py1 > 0
Hipotesis Kedua :
H0 : py2 = 0
H1 : py2 > 0
Hipotesis Ketiga :
H0 : py12 = 0
H1 : py12 > 0
Keterangan :
H0 : Hipotesis Nol
H1 : Hipotesis Alternatif
py1 : Koefisien korelasi antara kompetensi
profesional terhadap hasil belajar siswa
∑ ¿Y2−[ ΣY
n ]n−1
2
¿
77
py2 : Koefisien kolerasi antara kinerja guru terhadap
hasil belajar siswa
py12 : Koefisien korelasi antara kompetensi
profesional dan kinerja guru secara bersama
terhadap hasil belajar siswa
D. Teknik Analisis Data
Dalam melakukan analisis terhadap data dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan teknik analisis regresi linier yaitu
untuk mengetahui derajat kualitas pengaruh kompetensi
profesional (X1) hasil belajar siswa (Y), pengaruh kinerja guru X2)
terhadap hasil belajar siswa (Y), dan pengaruh kompetensi
profesional (X1) terhadap kinerja guru (X2) dengan hasil belajar
siswa (Y) pada pembelajaran PAI di SMP se-Kabupaten Kapuas
Hulu
Untuk mengetahui apakah data tersebut normal,
homogen, dan persamaan regresi linier, maka teknik analisis
data yang digunakan melalui Uji persyaratan analisis yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas data, uji
homogenitas data, dan linieritas regresi. uji persyaratan analisis
dan uji hipotesis homogenitas data yang akan dibandingkan
sebagai berikut.
1. Diskriptif Frekwensi
1) Rentang (r)
= data terbesar – data terkecil
2) Banyaknya Kelas (k)
= 1 + 3,3 log n
3) Panjang Kelas (p)rk
78
=
4) Mean
=
5) Modus
= b + p
6) Median
= b + p
2. Uji Normalitas
Tujuan dilakukan uji normalitas adalah untuk mengetahui
normal tidaknya distribusi frekuensi data sampel dalam
penelitian, dimana pengujinya dengan menggunakan uji
liliefros dan uji shi-kuadrat. Dalam uji liliefors dikatakan
bahwa data sampel berasal dari populasi yang didistribusikan
normal apabila Lhitung < Ltabel, diuji pada tarap signifikan =
0,05. sedangkan pada uji chi-kuadrat bahwa data sampel
berasal dari populasi distribusi normal apabila : χ2hitung <
χ2tabel, diuji pada taraf signifikasi = 0,05.
3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk pengujian terhadap
kesamaan beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya
sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Uji
homogenitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Bartleth,
dimana dalam uji homogenitas sampel, pengetesan
didasarkan atas asumsi bahwa apabila varian yang dimiliki
∑ X 3
n
[ b 1b 1 +b 2 ]
[ 12
n - F
f ]
79
oleh sampel-sampel yang bersangkutan tidak jauh berbeda,
maka sampel-sampel tersebut cukup homogen, dengan
ketentuan data sampel homogen apabila : χ2hitung < χ2tabel,
untuk = 0,05.
4. Uji Linieritas Regresi
Uji linieritas regresi adalah untuk mengetahui ada
hubungan atau tidak antara kompetensi profesional (X1)
terhadap hasil belajar siswa (Y), kinerja guru (X2), terhadap
hasil belajar siswa (Y), dan antara kompetensi profesional
(X1)terhadap kinerja guru (X2) dengan menggunakan analisis
varian melalui tabel ANAVA. Adapun rumus regresi sederhana
yang digunakan sebagai berikut :
Model Regresi : Ŷ = a + bx
a. =
=
b. =
=
JK(s) =
JK(G) =
JK(TC) = JK(S) – JK(G)
∑ xy
∑ x2
n∑ XY−(∑ X )(∑ Y )
n∑ X2−(∑ X )2
Y−b X
(∑ X 2) (∑ XY 2 )−(∑ X )(∑Y )n∑ X2−(∑ X )2
∑ y2−(∑ xy )2
∑ x2
∑ {ΣY k
2
−(∑ Y k )2
nk}
80
5. Uji Koefisien Product Moment
Untuk melihat adanya kekuatan hubungan antara
kompetensi profesional (X1) dengan hasil belajar siswa (Y),
kinerja guru (X2) dengan hasil belajar siswa (Y), kompetensi
profesional (X1) dan kinerja guru (X2) secara bersama-sama
terhadap hasil belajar siswa (Y) digunakan rumus koefisien
product moment sebagai berikut :
Dengan rumus =
Dimana rxy = koefisien Korelasi skor butir (X) dengan
skor total (y)
X = Skor butir
Y = Skor total
n = ukuran sampel (Responden)
6. Uji Determinasi
Untuk melihat adanya pengaruh antara kompetensi
profesional (X1) terhadap hasil belajar siswa (Y), dan kinerja
guru (X2) dengan hasil belajar siswa (Y) digunakan rumus
koefisien determinasi sebagai berikut :
R2 = (R3.12)2 =
7. Uji t
Untuk melihat signifikan pengaruh antara kompetensi
profesional (X1) terhadap hasil belajar siswa (Y) dan
n∑ xy−(∑ x ) (∑ y )
√( {n∑ x2− (∑ X )2 }{n∑ y2− (∑ y )2 })
JK (R 3 g )=α 1∑ X 1 X 3+α . 2∑ X 2 X 3
JK (R)∑ y 2
81
terhadap kinerja guru (X2) terhadap hasil belajar siswa (Y),
pengaruh antara kompetensi profesional (X1) dan kinerja guru
(X2) secara bersama-sama hasil belajar siswa (Y ) digunakan
uji t dengan rumus sebagai berikut :
t =
E. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini ditempuh melalui
prosedur sebagai berikut:
1. Melakukan survei awal untuk mengetahui data guru
Pendidikan Agama Islam di SMP baik pengangkatan dari
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga maupun
pengangkatan Kementerian Agama se Kabupaten Kapuas
Hulu. Peneliti mendatangi Kantor Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga
2. Mengajukan Outline atau Proposal Penelitian dan
mengikuti seminar Proposal Penelitian serta melakukan
perbaikan setelah seminar.
3. Meminta izin atau rekomendasi pelaksanaan penelitian
kepada pihak-pihak yang terkait.
4. Melakukan pendekatan dan penelitian kepada guru Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP se Kabupaten
Kapuas Hulu.
5. Meminta surat keterangan telah melakukan penelitian
kepada Kepala Kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga.
r √n−2
√n−(r )2
75
82
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini dideskripsikan dalam beberapa pembahasan yaitu
tentang data populasi dan sampel penelitian, deskripsi data, pengujian persyaratan
analisis meliputi uji normalitas data, uji homogenitas data dan jumlah kuadrat
galat, berikutnya dilanjutkan dengan pengujian hipotesis dan diakhiri dengan
keterbatasan penelitian.
A. Hasil Penelitian
Hasil data penelitian ini dihimpun dari hasil pengisian kuesioner yang telah di
dibagikan kepada responden dimana isinya berupa pertanyaan dari instrumen-instrumen
yang telah dikembangkan. Penelitian ini meliputi tiga variabel, diantaranya Kompetensi
Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam, Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama
Islam, dan Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam.
1. Deskripsi Data
a. Data Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan
Agama Islam
Data Kompetensi Profesional (X1) Pendidikan Agama
Islam yang disajikan dalam penelitian ini berupa sebaran
skor, tabel distribusi frekwensi skor, historgam, tabel
distribusi klasifikasi skor. Kesemua hasil tersebut telah
melalui perhitungan pengujian dengan menggunakan
analisis korelasi dan regresi secara sederhana. Sebelum
melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu diadakan
pengujian data dengan uji normalitas dan homogenitas
data pada setiap variabel.
Pada Perhitungan hasil sebaran skor implementatif
dari 30 responden, skor minimal 30 dan skor maksimalnya
83
120. Untuk skor empirik menyebar mulai dari 60 sampai
106. Setelah dilakukan perhitungan statistik diperoleh
jumlah 2522, dengan rerata 84,07 modus 85,70, median
84,96, standar deviasi 9,56, dan simpangan (varian)
88,26.
Distribusi frekwensi skor Kompetensi Profesional (X1)
Guru Pendidikan Agama Islam dapat dilihat pada tabel
4.1, diagram histrogram skor dari Kompetensi Profesional
terlihat pada gambar 4.1.
Tabel 4.1
Distribusi Frekwensi Skor
Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan
Agama Islam
No. Kelas IntervalFrekwensi
Absolut
RelatifKomulat
if
1 60 − 67 1 3,33% 3,33%
2 68 − 75 4 13,33% 16,67%
3 76 − 83 9 30,00% 46,67%
4 84 − 91 11 36,67% 83,33%
5 92 − 99 3 10,00% 83,33%
6 100 − 107 2 6,67% 100,00%
∑ 30 100%
Gambar 4.1
Histogram Skor
Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan
Agama Islam
59.5 67.5 75.5 83.5 91.5 99.50
2
4
6
8
10
12
1
4
9
11
32
f
84
Perhitungan hasil menunjukkan bahwa guru yang
berada pada posisi kategori tinggi hanya 16,67%, jumlah
ini menunjukan hasil yang sebanding dengan guru pada
posisi kategori rendah berjumlah 10,00%. Sedangkan
guru yang berada pada kategori sedang berjumlah
73,33%. Data klasifikasi tersebut sebarannya dapat dilihat
dalam bentuk pada tabel 4.2 dan diagram pie pada
gambar 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Distribusi Klasifikasi Skor
Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan
Agama Islam
No. Kategori KlasifikasiFrekwen
si Absolut
Frekwensi Relatif
(%)
1 Tinggi 95– 107 5 16,67
2 Sedang 75 – 94 22 73,33
3 Rendah 59 – 74 3 10,00
∑ 30 100
Gambar 4.2
Diagram Pie Distribusi Klasifikasi Skor
X1
59.5 67.5 75.5 83.5 91.5 99.50
2
4
6
8
10
12
1
4
9
11
32
f
85
Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan
Agama Islam
b. Data Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam
Data Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam yang
disajikan dalam penelitian ini berupa sebaran skor, tabel
distribusi frekwensi skor, historgam, tabel distribusi
klasifikasi skor. Kesemua hasil tersebut telah melalui
perhitungan pengujian dengan menggunakan analisis
korelasi dan regresi secara sederhana. Sebelum
melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu diadakan
pengujian data dengan uji normalitas dan homogenitas
data pada setiap variabel.
Dari hasil perhitungan jawaban yang diberikan oleh 30
orang guru sebagai sampel penelitian, diperoleh rentang
skor implementatif setiap responden minimal 30 dan skor
maksimal 120. Sedangkan untuk rentang skor empiriknya
mulai dari 64 sampai 110. Setelah dilakukan perhitungan
statistik diperoleh jumlah 2683, rerata 89,43, modus
Rendah 10.00%
Sedang 73.33%
Tinggi 16.67%
86
83,90, median 86,88, standar deviasi 11,47 dengan
simpangannya (varian) 127,11.
Distribusi hasil dari perhitungan frekwensi skor Kinerja
Guru (X2) Pendidikan Agama Islam terlihat pada tabel 4.3,
diagram histogram Kinerja Guru pada gambar 4.3
halaman berikutnya.
Tabel 4.3
Distribusi Frekwensi Skor
Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam
No. Kelas IntervalFrekwensi
Absolut
RelatifKomulat
if
1 64 − 71 1 3,33% 3,33%
2 72 − 79 2 6,67% 10,00%
3 80 − 87 13 43,33% 53,33%
4 88 − 95 4 13,33% 66,67%
5 96 − 103 5 16,67% 83,33%
6 104 − 111 5 16,67% 100,00%
∑ 30 100%
Gambar 4.3
Histogram Skor
Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam
63.5 71.5 79.5 87.5 95.5 103.50
2
4
6
8
10
12
14
12
13
45 5
f
87
Hasilnya menunjukkan bahwa guru yang berada pada
posisi kategori tinggi hanya 26,67% hasil tersebut
menunjukan jumlah yang sebanding dengan guru yang
berada pada posisi kategori rendah berjumlah 10,00%,
sedangkan selebihnya yang berjumlah 63,33% guru pada
diposisi kategori sedang. Untuk data klasifikasi tersebut
sebarannya diperlihatkan dalam bentuk pada tabel 4.4
dan diagram pie pada gambar 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4
Distribusi Klasifikasi Skor
Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam
No. Kategori KlasifikasiFrekwen
si Absolut
Frekwensi Relatif
(%)
1 Tinggi102 –111
5 26,67
2 Sedang78 –
10122 63,33
3 Rendah 63 – 77 3 10,00
∑ 30 100
Gambar 4.4
Diagram Pie Distribusi Klasifikasi Skor
Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam
Rendah 10.00%
Sedang 63.33%
Tinggi 26.67%
X2
88
c. Data Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam
Data Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam
yang disajikan dalam penelitian ini berupa sebaran skor,
tabel distribusi frekwensi skor, historgam, tabel distribusi
klasifikasi skor. Kesemua hasil tersebut telah melalui
perhitungan pengujian dengan menggunakan analisis
korelasi dan regresi secara sederhana. Sebelum
melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu diadakan
pengujian data dengan uji normalitas dan homogenitas
data pada setiap variabel.
Perhitungan yang diperoleh dari hasil jawaban yang
telah diberikan oleh 30 orang guru yang dihimpun sebagai
sampel penelitian menghasilkan rentang skor
implementatif dari setiap responden, dengan skor minimal
33 dan skor maksimal 132. Sedangkan rentang skor
empirik menyebar mulai dari 66 sampai 121. Hasil
perhitungan secara statistik dihasilkan nilai sejumlah
2951, rerata 98,37, modus 98,00, median 98,50, standar
diviasi 12,08, dan simpangan (varian) 140,97. Dalam
bentuk distribusi frekwensi skor Hasil Belajar Siswa dapat
dilihat pada tabel 4.5, dan untuk histogramnya dapat
dilihat pada gambar 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5
Distribusi Frekwensi Skor
Rendah 10.00%
Sedang 63.33%
Tinggi 26.67%
89
Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam
No. Kelas IntervalFrekwensi
Absolut
RelatifKomulat
if
1 66 − 75 1 3,33% 3,33%
2 76 − 85 2 6,67% 10,00%
3 86 − 95 9 30,00% 40,00%
4 96 − 105 12 40,00% 80,00%
5 106 − 115 2 6,67% 86,67%
6 116 − 125 4 13,33% 100,00%
∑ 30 100%
Gambar 4.5
Histogram Skor
Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa hasil belajar
siswa yang menempati posisi kategori tinggi sebesar
20,00%. Sedangkan untuk kategori rendah sebesar
10,00%, hal ini menunjukkan bahwa guru yang memiliki
65.5 75.5 85.5 95.5 105.5 115.50
2
4
6
8
10
12
14
12
9
12
2
4
f
Y
90
kategori rendah lebih sedikit jumlahnya dari guru yang
berada pada kategori tinggi. Sedangkan sisanya sebesar
70,00%. merupakan guru yang berada pada kategori
sedang. Dari sebaran data tersebut klasifikasinya dapat
dilihat pada tabel 4.6 dan diagram pie pada gambar 4.6
berikut ini.
Tabel 4.6
Distribusi Klasifikasi Skor
Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam
No.
Kategori KlasifikasiFrekwen
si Absolut
Frekwensi Relatif
(%)
1 Tinggi 111 – 122 6 20,00
2 Sedang 86 – 110 21 70,00
3 Rendah 65 – 85 3 10,00
∑ 30 100
Gambar 4.6
Diagram Pie Distribusi Klasifikasi Skor
Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam
2. Uji Normalitas
Rendah 10.00%
Sedang 70.00%
Tinggi 20.00%
91
Pada persyaratan Uji Normalitas dilakukan di setiap
variabel, sehingga dapat mengetahui sampel yang telah
dilakukan perhitungan apakah berdistribusi normal atau
tidak. Pengujian persyaratan ini dilakukan dengan Uji Lilliefors
dan menggunakan bantuan program Microsoft Office Excel
versi 2007. Kriteria pengujian adalah jika Lhitung lebih kecil dari
Ltabel maka H0 diterima artinya sampel berdistribusi normal,
dengan taraf signifikansi yang digunakan = 0,05.
Data perolehan hasil Uji Normalitas variabel Kompetensi
Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam, variabel
Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam, dan variabel Hasil
Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam, dengan jumlah
sampel n = 30 (0,886/ = 0,1618) dapat dilihat pada
tabel 4.7 pada berikut ini.
Tabel 4.7
Rangkuman Analisis Uji Normalitas
No. Variabel Lhitung Ltabel Keterangan
1 X1 0,1450 0,1618 Distribusi Normal
2 X2 0,1517 0,1618 Distribusi Normal
3 Y 0,0912 0,1618 Distribusi Normal
Hasil ketiga variabel yaitu, variabel Kompetensi
Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam Lhitung = 0,1450,
variabel Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam Lhitung =
0,1517, dan variabel Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan
Agama Islam Lhitung = 0,0912, dengan nilai Ltabel = 0,1618.
Sebagai kesimpulannya bahwa ketiga sampel (X1, X2 dan Y,)
dapat dikatakan berdistribusi normal.
√30
92
3. Uji Homogenitas
Persyatan kedua adalah Uji Homogenitas, pengujian
persyaratan ini dilakukan dengan Uji Bartlett menggunakan
bantuan operasi sistem Microsoft Office Excel versi 2007.
Persyaratan ini dilakukan untuk mengetahui apakah varian
populasi bersifat homogen atau tidak.
Hasil perhitungan diperoleh varian skor Hasil Belajar
Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam berdasarkan data
Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam
dengan nilai 2hitung sebesar 6,303 sedangkan 2tabel dengan
taraf signifikan = 0,05 dengan derajat kebebasan (db) = 5
adalah 11,070 Sehingga dapat disimpulkan bahwa 2hitung <
2tabel berarti H0 diterima artinya data berasal dari populasi
yang homogen.
Selanjutnya pada skor Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan
Agama Islam berdasarkan data Kinerja Guru (X2) Pendidikan
Agama Islam didapatkan hasil 2hitung sebesar 5,144
sedangkan 2tabel dengan taraf signifikan = 0,05 dengan
derajat kebebasan (db) = 4 adalah 9,488. Kesimpulannya
bahwa 2hitung < 2tabel berarti Ho diterima artinya data berasal
dari populasi yang homogen, lebih jelasnya hasil Uji
Homogenitas varian Y atas X1, dan varian Y atas X2 dapat
dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8
Rangkuman Analisis Uji Homogenitas
93
No.Variabel yang
diujin db 2hitung 2tabel
Kesimpulan
1 Varian Y atas X1 30 96
,29511,070 Homogen
2 Varian Y atas X2 30 85
,1449,488 Homogen
Kesimpulan hasil perhitungan Uji Homogenitas dapat
dikatakan bahwa pasangan data masing-masing variabel
yaitu Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama
Islam dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam
variannya homogen, karena nilai 2hitung < 2tabel pada masing-
masing derajat kebebasan (db) dengan taraf signifikansi =
0,05.
4. Uji Linieritas
a) Uji Linieritas Kompetensi Profesional (X1) Guru
Pendidikan Agama Islam terhadadp Hasil Belajar
Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam
Teknik statistik analisis regresi yang digunakan untuk
menguji pengaruh atas variabel harus memenuhi
persyaratan antara lain bahwa setiap variabel-variabel
tersebut harus bersifat linier. Jika sifat hubungan ini tidak
terpenuhi, maka teknis analisis regresi dan korelasi tidak
dapat dilakukan.
Berdasarkan hasil perhitungan Uji Signifikansi
diperoleh harga Fhitung sebesar 25,63 sedangkan harga Ftabel
dengan db pembilang 1 dan db penyebut 28 pada taraf
signifikansi = 0,05 sebesar 4,20 Dengan demikian Fhitung
lebih besar dari Ftabel, maka regresi tersebut signifikan
atau berarti. Untuk Uji Linieritas Regresi menghasilkan
harga Fhitung sebesar 1,58 sedangkan Ftabel dengan db
94
pembilang 19 dan db penyebut 9 pada taraf signifikansi
= 0,05 sebesar 2,95. Dengan demikian karena Fhitung
lebih kecil dari Ftabel, maka persamaan Ŷ = 24,923 +
0,874 X1 adalah linier. Untuk lebih jelasnya rangkuman
Uji Linieritas ini dapat dilihat pada tabel 4.9 halaman
berikutnya.
Tabel 4.9
ANAVA untuk Regresi Linier Ŷ = 24,923 + 0,874
X1
S. Varian db JK RJK FhFt
0,05Total 30 294509 9816,97 - -
Reg.a 1 290280,03290280,0
3
Reg.b 1 2020,95 2020,95 25,63** 4,20Sisa 28 2208,02 78,86
Tidak Cocok 19 1699,02 89,421,58ns 2,95
Galat 9 509,00 56,56Keterangan :
** = Regresi sangat berarti (Fhitung = 25,628 > Ftabel = 4,20)
ns = Regresi berbentuk linier (Fhitung = 1,58 < Ftabel = 2,95)
95
b) Uji Linieritas Kinerja Guru (X2) Pendidikan
Agama Islam terhadap Hasil Belajar Siswa (Y)
Pendidikan Agama Islam
Berdasarkan hasil perhitungan Uji Signifikansi Regresi
diperoleh harga Fhitung sebesar 38,60 sedangkan harga Ftabel
dengan db pembilang 1 dan db penyebut 28 pada taraf
signifikansi = 0,05 sebesar 4,20. Sehingga Fhitung lebih
besar dari Ftabel, maka regresi tersebut signifikan atau
berarti. Untuk Uji Linieritas Regresi diperoleh harga Fhitung
sebesar 0,90, sedangkan harga Ftabel dengan db pembilang
21 dan db penyebut 7 pada taraf signifikansi = 0,05
sebesar 3,43. Dengan demikian karena Fhitung lebih kecil
dari Ftabel, maka persamaan Ŷ = 26,667 + 0,802 X2
adalah linier. Untuk lebih jelasnya rangkuman Uji
Linieritas ini dapat dilihat pada tabel 4.10 halaman
berikutnya.
Tabel 4.10
ANAVA untuk Regresi Linier Ŷ = 26,667 + 0,802 X2
S. Varian db JK RJK FhFt
0,05Total 30 294509 9816,97 - -
Reg.a 1 290280,03290280,0
3
Reg.b 1 2451,03 2451,03 38,60** 4,20Sisa 28 1777,94 63,50
Tidak Cocok 21 1298,11 61,81 0,90ns 3,43
96
Galat 7 479,83 68,55Keterangan :
** = Regresi sangat berarti (Fhitung = 38,60 > Ftabel = 4,2)
ns = Regresi berbentuk linier (Fhitung = 0,90 < Ftabel = 3,43)
5. Uji Hipotesis dan Koefesien Korelasi
a. Pengujian Hipotesis Pengaruh Kompetensi
Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam
terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan
Agama Islam
Untuk yang pertama ini menguji hipotesis alternatif
(X1) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara
Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam
terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam
melawan Hipotesis nol (H0), dimana pada pernyataannya
tidak terdapat pengaruh yang menyatakan bahwa tidak
terdapat pengaruh antara Kompetetnsi Profesional (X1)
Guru Pendidikan Agama Islam dengan Hasil Belajar Siswa
(Y) Pendidikan Agama Islam. Pengujian hipotesis tersebut
dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi
dan korelasi sederhana.
Pengaruh antara Kompetensi Profesional (X1) Guru
Pendidikan Agama Islam Hasil Belajar Siswa (Y)
Pendidikan Agama Islam menggunakan regresi Ŷ =
24,923 + 0,874 X1 dapat dilihat pada grafik, gambar 4.7
halaman berikutya.
Gambar 4.7
Grafik Garis Regresi Ŷ = 24,923 + 0,874 X1
97
Pada persamaan Ŷ = 24,923 + 0,874 X1
diinterprestasikan bahwa variabel Kompetetnsi Profesional
(X1) Guru Pendidikan Agama Islam terhadadp Hasil Belajar
Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam diukur dengan
instrumen yang telah diuji validitas dan rehabilitasnya,
maka setiap kejadian perubahan skor variabel (X1)
sebesar 1 unit diestimasikan skor Kinerja Guru (Y) akan
berubah sebesar 0,874 pada arah yang sama konstanta
sebesar 24,923.
Dari hasil perhitungan korelasi Product Moment
didapat korelasi antara Kompetetnsi Profesional (X1) Guru
Pendidikan Agama Islam Hasil Belajar Siswa (Y)
Pendidikan Agama Islam dengan koefisien korelasi ry1 =
0,691 (secara rinci dapat dilihat pada lampiran 7 halaman
….). Uji signifikansi koefisien korelasi tersebut dituangkan
dalam tabel 4.11 berikut ini.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1100
20
40
60
80
100
120Ŷ
X1
Ŷ = 24,923 + 0,874 X1
98
Tabel 4.11
Uji Signifikansi Koefisien Korelasi
Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam dengan
Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam
Korelasi AntaraKoefisien Korelasi
Koefisien Determin
asithitung
ttabel
0,05
X1 dan Y 0,691 0,478 5,062 1,70
Berdasarkan hasil perhitungan uji signifikansi koefisien
korelasi thitung lebih besar dari ttabel yaitu : 5,062 > 1,70
maka koefisien korelasi antara Kompetensi Profesional
(X1) Guru Pendidikan Agama Islam dengan Hasil Belajar
Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam signifikan pada taraf
nyata 0,05. Dengan demikian Hipotesis nol (H0)
sebagaimana dinyatakan di atas di tolak. Sebaliknya
Hipotesis Alternatif diterima. Sebagai kesimpulannya
bahwa terdapat pengaruh secara positif yang signifikan
antara Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan
Agama Islam dengan Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan
Agama Islam. Penjelasan lainnya dapat diasumsikan
bahwa semakin tinggi Kompetensi Profesional (X1) Guru
Pendidikan Agama Islam, maka peningkatan akan Hasil
Belajar Siswa pada Pembelajaran PAI dalam lingkup SMP
se-Kabupaten Kapuas Hulu semakin membaik. Apabila
terjadi sebaliknya, makin menurun Kompetensi
Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam dalam
lingkup SMP se-Kabupaten Kapuas Hulu, maka semakin
rendah Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran PAI di
lingkungan tersebut.
99
Berdasarkan tabel yang ada di atas, dihasilkan
koefisien determinasi (r2) antara Kompetetnsi Profesional
(X1) Guru Pendidikan Agama Islam dengan Kinerja Guru
(Y) Pendidikan Agama Islam sebesar 0,478 atau berarti
47,79% variasi kecenderungan Hasil Belajar Siswa (Y)
Pendidikan Agama Islam diperngaruhi oleh Kompetensi
Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam. Sehingga
Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam
mengkontribusikan dukungan sebesar 47,79% terhadap
Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam dan
kontribusi faktor lainnya sebesar 52,21%.
b. Pengujian Hipotesis Pengaruh Kinerja Guru (X2)
Pendidikan Agama Islam terhadap Hasil Belajar
Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam
Hipotesis alternatif (Hi) merupakan hipotesis bentuk
pengujian yang kedua, dalam pernyataan ini bahwa
terdapat pengaruh positif antara Kinerja Guru (X2)
Pendidikan Agama Islam terhadadp Hasil Belajar Siswa (Y)
Pendidikan Agama Islam melawan Hipotesis nol (H0) yang
menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh positif
Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam terhadadp Hasil
Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam. Untuk
melakukan pengujian hipotesis ini dengan penggunaan
teknik analisis regresi dan korelasi sederhana.
Dalam pengaruhnya antara Kinerja Guru (X2)
Pendidikan Agama Islam dengan Hasil Belajar Siswa (Y)
Pendidikan Agama Islam menggunakan persamaan Ŷ =
26,667 + 0,802 X2 berikut ini dapat dilihat pada grafik
gambar 4.8 halaman berikutnya.
100
Gambar 4.8
Grafik Garis Regresi Ŷ = 26,667 + 0,802 X2
Pada persamaan regresi Ŷ = 26,667 + 0,802 X2
diinterprestasikan bahwa variabel Kinerja Guru (X2)
Pendidikan Agama Islam terhadadp Hasil Belajar Siswa (Y)
Pendidikan Agama Islam diukur dengan instrumen yang
telah diuji validitas dan rehabilitasnya, maka setiap
perubahan skor variabel Kinerja Guru (X2) Pendidikan
Agama Islam sebesar 1 unit dapat diestimasikan sekor
Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam akan
berubah sebesar 0,802 pada arah yang sama dengan
konstanta 26,667.
Dari hasil perhitungan korelasi Product Moment
didapat korelasi antara Kinerja Guru (X2) Pendidikan
Agama Islam terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan
Agama Islam koefisien korelasi ry2 = 0,761 (lihat Lampiran
7 halaman …). Uji signifikansi koefisien tersebut
tercantum dalam tabel 4.12 berikut ini.
Tabel 4.12
Uji Signifikansi Koefisien Korelasi
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1100
20
40
60
80
100
120Ŷ
X2
Ŷ = 26,667 + 0,802 X2
101
Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam dangan
Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam
Korelasi AntaraKoefisien Korelasi
Koefisien Determin
asithitung
ttabel
0,05
X2 dan Y 0,761 0,580 6,213 1,70
Berdasarkan tabel di atas uji signifikansi korelasi
thitung lebih besar dari ttabel yaitu : 6,213 > 1,70, maka
koefisien korelasi antara Kinerja Guru (X2) Pendidikan
Agama Islam terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan
Agama Islam signifikan pada taraf 0,05. Dengan demikian
Hipotesis nol (H0) sebagaimana pernyataan di atas ditolak.
Namun sebaliknya Hipotesis Alternatif (Hi) dapat
dinyatakan diterima. Dengan hasil tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positif yang
signifikansi antara Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama
Islam terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama
Islam. Dengan pemahaman lainnya dapat kita katakan
bahwa semakin tinggi Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama
Islam dalam lingkungan SMP se-Kabupaten Kapuas Hulu
akan mendukung peningkatan Hasil Belajar Siswa (Y)
Pendidikan Agama Islam. Sebaliknya, apabila kurang
Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam dalam
lingkungan SMP se-Kabupaten Kapuas Hulu,
mengakibatkan penurunan akan Hasil Belajar Siswa (Y)
Pendidikan Agama Islam.
Sebagai pengamatan dari tabel di atas diperoleh
koefisien determinasi (r2) antara Kinerja Guru (X2)
Pendidikan Agama Islam terhadadp Hasil Belajar Siswa (Y)
Pendidikan Agama Islam sebesar 0,580 atau dapat
diartikan 57,96% variasi kecenderungan Hasil Belajar
102
Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam mendapat pengaruh
dari Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam.
Pernyataan lain dikatakan bahwa Kinerja Guru (X2)
memberikan dukungan sebesar 57,96% terhadap
Kedisplinan Hasil Belajar Siswa (Y) dan 42,04% dianggap
sebagai kontribusi faktor dari faktor lain.
c. Pengujian Hipotesis Pengaruh Kompetensi
Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam
dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam
terhadadp Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan
Agama Islam
Pada hipotesis ketiga yang menjadi fokus ujinya
adalah hipotesis alteratif (Hi), dimana dalam
pernyataannya bahwa terdapat pengaruh positif antara
Kompetetnsi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama
Islam dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam
terhadadp Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam
dalam melawan pernyataan Hipotesis nol (H0), yang
dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan positif antara
Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam
dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam terhadap
Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam.
Pengaruh antara Kompetensi Profesional (X1) Guru
Pendidikan Agama Islam dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan
Agama Islam dengan Kinerja Guru (Y) Pendidikan Agama
Islam menggunakan persamaan regresi Ŷ = 4,526 +
0,577 X1 + 0,502 X2. Sehingga akan menghasilkan uji
signifikansi regresi ganda, dan dapat dilihat pada tabel
4.13 pada halaman berikutnya.
103
Tabel 4.13
Uji Signifikansi Regresi Ganda
S. Varian db JK RJK Fhitung
Ftabel
0,05
Regresi 2 2926,50 1463,2530,33** 3,35
Sisa 27 1302,47 48,24
Keterangan :db = Derajat KebebasanJK = Jumlah KuadratRJK = Rerata Jumlah Kuadrat** = Signifikan (Fhitung = 30,33 > Ftabel = 3,35)
Kesimpulan akhir dapat dinyatakan bahwa persamaan
regresi ganda : Ŷ = 4,526 + 0,577 X1 + 0,520 X2
adalah signifikan sehingga dapat dipertanggung jawabkan
dalam mengambil kesimpulan mengenai pengaruh antara
Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam
Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam terhadap Hasil
Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam.
Hasil yang ditunjukkan dari persamaan Ŷ = 4,526 +
0,577 X1 + 0,502 X2 bahwa apabila secara bersama-
sama antara Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan
Agama Islam dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama
Islam ditingkatkan dalam penggabungan satu unit, maka
akan memberikan peningkatan dalam memacu Hasil
Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam sebesar 1,079
(0,577 X1 + 0,502 X2) unit dengan konstanta 4,526
Dari hasil perhitungan korelasi ganda antara (X1) dan
(X2) terhadadp (Y) dihasilkan korelasi (Ry.12) adalah sebesar
0,832 (perhitungannya secara spesifik pada Lampiran 7
halaman 229). Untuk diketahui pengujian keberartian
104
koefisien korelasi ganda tersebut dapat dilihat pada tabel
4.14.
Tabel 4.14
Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda
Sampel (n)Koefisien Korelasi Ganda
(Ry.12)Fhitung
Ftabel
(0,05)
30 0,832 66,796 3,35
Dari hasil di atas Fhitung sebesar 66,796 dan dari daftar
distribusi F dengan db pembilang 2 dan db penyebut 7
pada taraf nyata 0,05 diperoleh Ftabel sebesar 3,35. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa nilai Fhitung lebih besar dari
Ftabel, maka koefisien korelasi Ry.12 dapat dikatakan berarti
atau signifikan. Kesimpulannya bahwa terdapat penmgaruh
positif antara Kompetetnsi Profesional (X1) Guru Pendidikan
Agama Islam dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam
terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam.
Dalam pengertian lainnya, bahwa semakin tinggi dan
Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam
dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam di
lingkungan Sekolah Menengah pertama, maka Hasil Belajar
Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam akan semakin
meningkat dan membaik.
Koefisien korelasi di atas juga menghasilkan koefisien
determinasi pengaruh antara Kompetensi Profesional (X1)
Guru Pendidikan Agama Islam dan Kinerja Guru (X2)
Pendidikan Agama Islam secara bersama-sama terhadap
Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam sebesar
0,692. Hal ini menunjukkan 0,692 variasinya dalam Hasil
Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam dapat dijelaskan
105
oleh variabel Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan
Agama Islam dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam
secara bersama-sama memberikan sumbangan sebesar
69,20% terhadap perhatian dan peningkatan Hasil Belajar
Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam.
Kelanjutan dari hasil perhitungan tersebut diperoleh
sumbangan efektif masing-masing variabel bebas terhadap
bariabel terikat Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama
Islam dimana sumbangan efektif paling besar diberikan
oleh variabel Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam
sebesar 69,20% kemudian variabel Kompetensi Profesional
(X1) Guru Pendidikan Agama Islam sebesar 30,80%
Perbandingan kekuatan hubungan masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui
dalam sajian tabel 4.15 (rincian perhitungannya pada
lampiran 7 halaman 236).
Tabel 4.15
Perbandingan Kekuatan Hubungan antara (X1) dan (X2)
Secara bersama-sama dengan (Y)
Korelasi Persial Koefesien Korelasi
Ry1.2 0,369
Ry2.1 0,434
Tabel di atas menunjukkan bahwa korelasi persial
pengaruh antara Kompetensi Profesional (X1) Guru
Pendidikan Agama Islam dan Hasil Belajar Siswa (Y)
Pendidikan Agama Islam terhadap kontrol untuk Kinerja
Guru (X2) Pendidikan Agama Islam tidak mengalami
perbedaan perbandingan yang jauh terhadap pengaruh
106
Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam terhadap Hasil
Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam terhadap adanya
kontrol Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam. Pada
akhirnya penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam
dan variabel Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam
memberikan kontribusi relatif hampir sama terhadap
pelayanan dan peningkatan Hasil Belajar Siswa (Y)
Pendidikan Agama Islam dalam lingkungan SMP se-
Kabupaten Kapuas Hulu.
Selanjutnya mengenai besarnya sumbangan efektif
dari masing-masing variabel bebas disajikan pada tabel
4.16.
Tabel 4.16
Hasil Perhitungan Besarnya Sumbangan Efektif
Variabel Sumbangan Efektif
X1 27,46%
X2 41,74%
Y 69,20%
Sementara itu Sumbangan efektif variabel Kompetensi
Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam terhadap
Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam adalah
27,46% sedangkan variabel Kinerja Guru (X2) Pendidikan
Agama Islam adalah 41,74% sedangkan sumbangan
efektif atau konstribusi secara bersama-sama antara
Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam
dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam terhadap
Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam adalah
107
sebesar 69,20%, sedangkan selebihnya 30,80%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. dengan
kata lain makin membaik Kompetensi Profesional dan
Kinerja Guru maka Hasil Belajar Siswa semakin
meningkat.
Pola hubungan antara ketiga variabel tersebut
ditunjukan oleh persamaan regresi linier multiple Ŷ =
4,526 + 0,577 X1 + 0,502 X2. Dari persaamaan regresi
ini diinterpretasikan bahwa Hasil Belajar Siswa Pendidikan
Agama Islam akan berubah sebesar 0,577 atau 0,502 jika
terjadi perubahan sebesar satu unit skor Kompetensi
Profesional Guru Pendidikan Agama Islam atau Kinerja
Guru Pendidikan Agama Islam, berarti semakin baik
Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
atau Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam maka semakin
baik pula Hasil Belajar Siswa Pendidikan Agama Islam.
Demikian pula sebaliknya semakin buruk Kompetensi
Profesional Guru Pendidikan Agama Islam atau Kinerja
Guru Pendidikan Agama Islam, maka semakin menurun
pula Hasil Belajar Siswa Pendidikan Agama Islam.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan
Agama Islam se-Kabupaten Kapuas Hulu
Berdistribusi Normal
Dengan perolehan Lhitung = 0,1450 < Lhitung 0,1618.Dari hasil
perhitungan menggunakan Uji Lilliefors dan tabel nilai kritis L
dengan tararf nyata (α) 0,05 dengan ukuran sampel n (30).
108
2. Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam se-
Kabupaten Kapuas Hulu Berdistribusi Normal
Dengan perolehan Lhitung = 0,1517 < Lhitung 0,1618. Dari
hasil perhitungan menggunakan Uji Lilliefors dan tabel nilai
kritis L dengan taraf nyata (α) 0,05 dengan ukuran sampel n
(30).
3. Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam se-
Kabupaten Kapuas Hulu Berdistribusi Normal
Dengan perolehan Lhitung = 0,0912 < Lhitung 0,1618. Dari hasil
perhitungan menggunakan Uji Lilliefors dan tabel nilai kritis L
dengan tararf nyata (α) 0,05 dengan ukuran sampel n (30).
4. Pengaruh Kompetensi Profesional (X1) Guru
Pendidikan Agama Islam terhadap Hasil Belajar
Siswa (Y) pada Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu
Berdasarkan dari hasil uji signifikansi koefisien korelasi
Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam
terhadap Y, thitung lebih besar dari ttabel yaitu : 5,062 > 1,70 maka
koefisien korelasi antara Kompetensi Profesional (X1) Guru
Pendidikan Agama Islam dengan Hasil Belajar Siswa (Y)
signifikan pada taraf nyata 0,05. Penjelasan lainnya dapat
diasumsikan bahwa semakin tinggi Kompetensi Profesional
(X1) Guru Pendidikan Agama Islam, maka peningkatan akan
Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran PAI dalam lingkup SMP
se Kabupaten Kapuas Hulu semakin membaik.
Hasil temuan ini didukung pernyataan Muhibinsyah (2007)
menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
109
tinggi rendahnya hasil belajar siswa adalah peran guru yang
mempunyai kompetensi rofesional di dalam kelas yang dapat
mempengaruhi semangat belajar seorang siswa
Temuan ini tidak berbeda dengan temuan Syarifah
Zaharah Al-Qadri 2009 dengan judul Pengaruh Kompetensi
Guru Melaksanakan Pembelajaran terhadap Hasil Belajar
Siswa di SDN 1 Pontianak Timur. Hasil Penelitian menunjukan
terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran terhadap hasil belajar siswa.
Dapat diambil kesimpulan semakin tinggi kompetensi guru,
maka semakin tinggi hasil belajar siswa.
Temuan yang serupa dalam penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Diyan Maya Shofiana ( 2008 : 68) yang
berjudul Profesionalisme Guru dan Hubungannya dengan
prestasi belajar siswa di Mts Al-Jaamiyah Tegal Cidolog
Sukabumi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil
hitung dengan menggunakan rumus koefesien determinasi
yaitu KD=r2 x 100%. KD=r2 x 100% =(0,710)2 x 100% = 0,50
x 100 = 50%. Dari hasil perhitungan tersebut dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa ditentukan atau
dipengaruhi oleh profesionalisme guru sebesar 50%.
Kemudian Risminawati, (2000 : 152) dalam penelitiannya
yanng berjudul Konstribusi Gaya Kepemimpinan Demokrasi
Kepala Sekolah dan Kompetensi Profesional Guru Terhadap
Keberhasilan SLTP Muhammadiyah di Kota Surakarta. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa uji T yang berkaitan dengan
kontribusi kompetensi profesional terhadap keberhasilan
sekolah diperoleh thitung 0,006 dengan taraf signifikan 5%
dengan N 130 ditemukan ttabel 1,655. Dengan demikian thitung
6, 006 > ttabel 1,655 maka ada kontribusi yang signifikan
110
antara kompetensi profesional guru dengan keberhasilan
sekolah.
Kemudian Eva Ranilah (2009) dalam skripsinya yang
berjudul : ”Hubungan Kemampuan Mengajar Guru Dengan
Prestasi Belajar Siswa Kelas XI pada Mata Pelajaran PAI di
SMA Pelangi Nusantara Punggur Kecamatan Sungai Kakap.
Hasil Penelitiannya adalah: Kemampuan guru dinilai baik
yaitu 0,76. Prestasi belajar siswa tergolong baik hasil hitung
0,78. Terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan
mengajar guru dengan prestasi belajar siswa kelas XI pada
mata pelajaran PAI bukti r: 0,785 lebih besar (R=0,785 > r
tabel 0,0227).
Hal yang senada di kemukakan Armai Arief (2013:26)
membuktikan bahwa dampak keberhasilan guru pendidikan
agama Islam yang mempunyai kompetensi profesional
terhadap peserta adalah :
1. Melahirkan siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT
2. Melahirkan siswa yang taat beribadah
3. Terciptanya lingkungan sekolah yang akademis dan kondusif
4. Melahirkan siswa yang mempunyai semangat etos kerja dan keterampilan
5. Melahirkan siswa yang sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
6. Melahirkan siswa yang cinta tanah air, bangsa, negara dan agamanya yang menguasai bahasa asing dan teknologi serta berwawasan global.
Menurut Kymet Selvi (2008) mengatakan bahwa dengan adanya
kompetensi guru maka guru tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam
bidang pendidikan. Hal ini seperti yang diungkapkan nya sebagai beriku:
111
“Teachers’ competencies have been broadening with respect to reform studies
in education, development of. Teacher education, scientific results of
educational science and other fields”
Kemudian Gusky (2002:381) mengatakan :”High quality
professional development is a central component in nearly
modern proposal of improving education.” (kualitas
pengembangan professional yang tinggi merupakan
komponen utama untuk meningkatkan pendidikan.)
Kompetensi Profesional memberi pengaruh yang
bermakna dalam meningkatkan hasil belajar. Oleh karena itu
Guru Pendidikan Agama Islam dituntut memiliki Kompetensi
Profesional yang memadai untuk melaksnakan tugasnya
karena guru memegang peranan penting dalam menunjang
keberhasilan pendidikan dalam pendidikan formal.
5. Pengaruh Kinerja Guru (X2) terhadap Hasil Belajar
Siswa (Y) pada Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMP se-Kabupaten Kapuas Hulu
Berdasarkan dari hasil uji signifikansi korelasi thitung lebih
besar dari ttabel yaitu : 6,213 > 1,70, maka koefisien korelasi
antara Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam terhadap
Hasil Belajar Siswa (Y) signifikan pada taraf 0,05. Penjelasan
lain dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi Kinerja Guru
(X2) Pendidikan Agama Islam dalam lingkungan SMP se-
Kabupaten Kapuas Hulu akan mendukung peningkatan Hasil
Belajar Siswa (Y). Sebaliknya, apabila kurang Kinerja Guru
(X2) Pendidikan Agama Islam dalam lingkungan SMP se-
Kabupaten Kapuas Hulu, mengakibatkan penurunan akan
Hasil Belajar Siswa (Y).
112
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Nana Sudjana
(2002:42), nilai yang dihasilkan menunjukkan bahwa 76,6% hasil belajar
siswa dipengaruhi oleh kinerja guru, dengan rincian: kemampuan guru
mengajar memberikan sumbangan 32,43%, penguasaan materi pelajaran
memberikan sumbangan 32,38% dan sikap guru terhadap mata pelajaran
memberikan sumbangan 8,60%. Harus diakui bahwa kinerja guru merupakan
faktor utama dalam proses pendidikan.
Pendapat yang senada dikemukankan oleh Dedi Supriadi (1999: 178).
Menurutnya di antara berbagai masukan (input) yang menentukan mutu
pendidikan (yang ditunjukkan oleh prestasi belajar siswa) sepertiganya
ditentukan oleh guru. Faktor guru yang paling dominan mempengaruhi
kualitas pembelajaran adalah kinerja guru.
Sutermaister (1976) dalam Rusman. (2011: 52) bahwa:
d. Produktivitas itu kira-kira 90% bergantung pada prestasi kerja dan 10% tergantung pada teknologi dan bahan yang digunakan.
e. Prestasi kerja itu sendiri untuk 80-90% bergantung pada motivasinya untuk berkerja, 10-20% bergantung pada kemampuannya.
f. Motivasi kerja 50% bergantung pada kondisi sosial, 40% bergantung pada kebutuhan-kebutuhannya, 10% bergantung pada kondisi-kondisi fisik.
Kemudian Cruickshank (1990:5) menambahkan kinerja guru mempunyai
yang pengaruh secara langsung terhadap proses pembelajaran adalah kinerja
guru dalam kelas atau teacher classrroom performance
Menurut Bernardin and Russel (1998: 239), kinerja dapat didefinisikan
sebagai berikut: “Performance is defined as the record of outcomes produced
on a specified job function or activity during a time period“. Berdasarkan
pendapat Bernardin and Russel, kinerja cenderung dilihat sebagai hasil dari
suatu proses pekerjaan yang pengukurannya dilakukan dalam kurun waktu
tertentu.
113
Menurut Ilgen and Schneider (Williams, 2002: 94): “Performance is
what the person or system does”. Hal senada dikemukakan oleh Mohrman et
al (Williams, 2002: 94) sebagai berikut: “A performance consists of a
performer engaging in behavior in a situation to achieve results”. Dari kedua
pendapat ini, terlihat bahwa kinerja dilihat sebagai suatu proses bagaimana
sesuatu dilakukan. Jadi, pengukuran kinerja dilihat dari baik-tidaknya
aktivitas tertentu untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam
melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan
sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan
baik (Gibson and Ivancevich Donnelly, (1994).
Menurut Gary A. Davis dan Margaret A Thomas dalam
Suyanto (2000:27-28) menjelaskan bahwa sekolah akan
berhasil apabila memiliki guru efektif dengan ciri-ciri :
a. memiliki kemampuan interpersonal khususnya rasa empati, apresiasi, dan ketulusan;
b. memiliki kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen seperti mengatasi konflik antara siswa, siswa yang koferatif, minat dan bakat siswa yang beragam;
c. memiliki kemampuan yang terkait dengan strategi pemberian umpan balik dan penguatan;
d. memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri seperti menerapkan media, metode belajar yang inovatif, mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan tuntutan zaman.
Dapat disimpulkan bahawa kinerja guru merupakan faktor yang
dominan dalam menentukan kualitas pembelajaran. Artinya kalau guru yang
terlibat dalam kegiatan pembelajaran mempunyai kinerja yang bagus, akan
mampu meningkatkan sikap dan motivasi belajar siswa yang pada akhirnya
akan meningkatkan kualitas pembelajaran, begitu juga sebaliknya. Kinerja
114
guru yang berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa adalah kinerja guru
dalam kelas. Meningkatnya kualitas pembelajaran, akan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dipahami karena guru yang
mempunyai kinerja bagus dalam kelas akan mampu menjelaskan pelajaran
dengan baik, mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan baik,
mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik, mampu
membimbing dan mengarahkan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa
akan memiliki semangat dalam belajar, senang dengan kegiatan pembelajaran
yang diikuti, dan merasa mudah memahami materi yang disajikan oleh guru.
6. Pengaruh Kompetensi Profesional (X1) dan Kinerja
Guru (X2) terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) pada
Pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas
Hulu
Berdasarkan dari hasil uji signifikansi korelasi ganda fhitung
lebih besar dari ftabel yaitu: 66,796 > 3,35, maka koefisien
korelasi antara Kompetensi Profesional (X1) dan Kinerja Guru
(X2) terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) signifikan pada taraf
0,05 maka koefesien korelasi korelasi Ry.12 dapat dikatakan
berarti atau signifikan. Penjelasan lain dapat diasumsikan
bahwa semakin tinggi dan Kompetensi Profesional (X1) dan
Kinerja Guru (X2) , maka Hasil Belajar Siswa pada
Pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu semakin
meningkat
Dalam paparan pengujian hipotesis di atas, koefisien
korelasi antara Kompetensi Profesional dengan Hasil Belajar
Siswa (ry1) sebesar 0,691, dan pada Kinerja Guru dengan Hasil
Belajar Siswa (ry2) sebesar 0,761 Kompetensi Profesional dan
Kinerja Guru secara bersama-sama dengan Hasil Belajar
ry1 = 0,691
ry.12 = 0,832
ry2 = 0,760
Kompetensi Profesional
(X1)
Hasil Belajar Siswa
(Y)
Kinerja Guru (X2)
115
Siswa (ry12) sebesar 0,832. Katiga variabel tersebut pada pola
hubungan dapat dilihat pada gamber 4.9.
Gambar 4.9
Pola Pengaruh Antar Ketiga Variabel
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan Uzer Usman dalam Meliani (20907:43)
menjelaskan bahwa proses belajar mengajar dan hasil belajar
sebagian besar ditentukan oleh peran dan kemampuan guru.
Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu
mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada
tingkat optimal.
Pendapat lain dikemukan oleh Muhammad Arifin (2004:9)
bahwa kinerja dipandang sebagai hasil perkalian antara
kemampuan dan motivasi. Kemampuan menunjukan
kecakapan seseorang dalam mengerjakan tugas-tugas
tertentu, sementara motivasi menunjukan pada keinginan
(desire) individu untuk menunjukan prilaku dan kesediaan
berusaha.
116
Mukhtar dan Iskandar (2009:125) menjelaskan ada
beberapa alasan penting perlu adanya Kompetensi
Profesional dan Kinerja Guru dalam kegiatan proses belajar
dan mengajar sebagai berikut:
1. Karena guru bertanggung jawab menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan serta memahami teknologi.
2. Karena guru bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup suatu bangsa. Menyiapkan seorang pelajar untuk menjadi seorang pemimpin masa depan. Student today leader tomoro.
3. Karena guru bertanggung jawab atas keberlangsungan budaya dan peradaban suatu generasi. Change of attitude and behavior.
Berdasarkan penelitian terdahulu Rosma (2010 : 2) dalam
penelitiannya Pengaruh Profesionalitas dan Kinerja Guru
terhadadp hasil belajar Akuntansi di Sekolah Menengah Atas
Nurul Iman Palembang. Dengan mengambil taraf signifikansi
sebesar 5% maka dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000
(P<0,05) karena Fh >Ftabel yaitu 370,666 maka H0 ditolak
dan HA diterima. Artinya dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan secara linear antara kompetensi profesional (X1)
dan kinerja guru (X2) terhadap hasil belajar (Y). Pengolahan
kompetensi profesional (X1) yang baik dan adanya kinerja
guru secara bersama-sama dapat menciptakan proses belajar
yang sesuai dengan yang diharapkan, jika terus-menerus
berjalan dengan baik maka sebuah pencapaian seorang guru
untuk mencapai penyampaian materi akan sesuai dengan
tujuan, dan hasil belajar akan meningkat.
Kemudian proses pembelajaran akan berlangsung dengan
baik apabila didukung oleh guru yang mempunyai
117
kompetensi dan kinerja yang tinggi karena guru merupakan
ujung tombak dan pelaksana terdepan pendidikan anak-anak
di sekolah dan sebagai pengembang kurikulum (Depdikbud,
1991/1992).
Kinerja guru adalah kemampuan guru untuk
mendemontrasikan berbagai kecakapan dan kompetensi
yang dimiliki dalam dunia kerja yang sebenarnya. Dunia kerja
yang sebenarnya adalah membelajarkan siswa dalam
kegiatan pembelajaran di kelas (Depdiknas, 2004:11)
Berdasarkan ungkapan di atas, berarti Kompetensi
Profesional dan Kinerja Guru (teacher performance) memberi
pengaruh secara bersama-sama dalam meningkatkan hasil
belajar, artinya Guru Pendidikan Agama Islam yang
mempunyai Kompetensi Profesional yang memadai dan
Kinerja Guru yang optimal berdampak pada peningkatan hasil
belajar.
7. Tingkat Signifikansi Kompetensi Profesional (X1)
Guru Pendidikan Agama Islam dan Kinerja Guru (X2)
Pendidikan Agama Islam terhadap Hasil Belajar
Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam di SMP se-
Kabupaten Kapuas Hulu
Berdasarkan Dari hasil Fhitung sebesar 66,796 dan dari
daftar distribusi F dengan db pembilang 2 dan db penyebut 7
pada taraf nyata 0,05 diperoleh Ftabel sebesar 3,35. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa nilai Fhitung lebih besar dari
Ftabel, maka koefisien korelasi Ry.12 dapat dikatakan berarti
atau signifikan.
118
Hasil perhitungan menggunakan Uji Signifikansi
Koefisien Korelasi Ganda dengan menggunakan tabel
Distribusi F. Dengan hasil terdapat tingkat signifikansi
Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam
dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam terhadap Hasil
Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam di SMP se
Kabupaten Kapuas Hulu dengan perolehan nilai Fhitung sebesar
66,796>Ftabel 3,35 sehingga hasilnya dikatakan signifikan.
Sehingga dapat disimpulkan semakin tinggi Kompetensi
Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam dan Kinerja
Guru (X2) Pendidikan Agama Islam, maka Hasil Belajar Siswa
pada Pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu
semakin meningkat
C. Keterbatasan Penelitian
Dengan memperhatikan hasil penelitian ini, penulis
merasa masih terdapat kekurangan meskipun sudah diupayakan
secara maksimal untuk menekan sekecil mungkin berbagai
faktor yang dapat mengurangi makna dari temuan penelitian
yang akan di capai. Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa
kelemahan-kelmehanan dan keterbatasan yang secara umum
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Instrument yang digunakan tidak utuh karena masih ada
instrument yang drop setelah diujicobakan dan tidak bisa
digunakan dalam instrument penelitian
2. Peneliti belum mendapatkan kriteria validitas ideal, hal ini
terlihat dari beberapa ketiga kelompok instrument masih
ada yang baru mencapai 21 butir yang valid.
119
3. Dalam pengumpulan data melalui angket, masih terdapat
kelemahan dimana responden masih kurang memahami
makna pertanyaan .
4. Peneliti masih memiliki keterbatasan dalam melakukan
penelaahan. Hal ini disebabkan keterbatasan literatur,
dana maupun waktu yang peneliti miliki.
5. Faktor responden yang dimungkinkan belum memberikan
jawaban yang sesuai dengan kenyataan yang ada.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa untuk
Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam di SMP se
Kabupaten Kapuas Hulu berdistribusi normal, Kinerja Guru (X2) Pendidikan
Agama Islam di SMP se-Kabupaten Kapuas Hulu berdistribusi normal dan Hasil
Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu
berdistribusi normal. Terdapat pengaruh yang cukup bermakna antara Kompetensi
Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam terhadap Hasil Belajar Siswa (Y)
pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu. Terdapat pengaruh
yang yang cukup bermakna antara Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam
terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten
Kapuas Hulu. Terdapat pengaruh yang cukup bermakna antara Kompetensi
Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam dan Kinerja Guru (X2)
Pendidikan Agama Islam secara bersama-sama terhadap Hasil Belajar Siswa (Y)
pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu. Terdapat signifikansi
Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam dan Kinerja Guru
120
(X2) Pendidikan Agama Islam terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) pada
pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu.
Kesimpulan tersebut di atas berdasasrkan jawaban rumusan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam berdistribusi
normal dengan perolehan Lhitung = 0,1450 < Lhitung 0,1618.
2. Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam dengan perolehan Lhitung =
0,1517 < Lhitung 0,1618.
3. Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam berdistribusi normal.
dengan perolehan Lhitung = 0,0912 < Lhitung 0,1618.
4. Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam di SMP se
Kabupaten Kapuas Hulu mempunyai pengaruh yang cukup bermakna
terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam. Sebesar
47,79% variabel terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama
Islam dapat dijelaskan oleh variabel Kompetensi Profesional (X1) Guru
Pendidikan Agama Islam. Sedangkan 52,21% variabel Hasil Belajar
Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam disebabkan oleh faktor lain.
5. Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam di SMP se Kabupaten
Kapuas Hulu mempunyai pengaruh yang cukup bermakna terhadap
Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam. Sebesar 57,96%
variabel dalam Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam dapat
dijelaskan oleh variabel Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam.
Sedangkan 42,04% variabel Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama
Islam disebabkan oleh faktor lain.
6. Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam dan Kinerja
Guru (X2) Pendidikan Agama Islam secara bersama-sama cukup
mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap Hasil Belajar Siswa (Y)
Pendidikan Agama Islam di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu. Sebesar
69,20% variabel Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam dapat
121
dijelaskan oleh variabel Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan
Agama Islam dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam.
Sedangkan 30,80% variabel Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama
Islam disebabkan oleh faktor lain.
7. Terdapat tingkat signifikansi Kompetensi Profesional (X1) Guru
Pendidikan Agama Islam dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama
Islam terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam di SMP
se Kabupaten Kapuas Hulu dengan perolehan nilai Fhitung sebesar 66,796 <
Ftabel 3,35 sehingga hasilnya dikatakan signifikan.
B. Saran-saran
Berdasarkan temuan dan hasil analisis data penelitian,
terutama yang berkaitan dengan konstribusi Kompetensi
Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam dan Kinerja Guru
(X2) Pendidikan Agama Islam terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) di
SMP se Kabupaten Kapuas Hulu, peneliti mengajukan beberapa
saran, yaitu:
1. Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam
merupakan variabel yang sangat penting dalam
meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Dari hasil statistik
pengaruh yang cukup bermakna antara Kompetensi
Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam terhadap
Hasil Belajar Siswa (Y) sebesar 47,79% maka perlu
dilakukan peningkatan Kompetensi Profesional (X1) Guru
Pendidikan Agama Islam. Hal ini dapat dilakukan
peningkatan wawasan mengenai Kompetensi Profesional
(X1) Guru Pendidikan Agama Islam. Namun, upaya lain
juga perlu dilakukan mengingat sebesar 52,21% variabel
Hasil Belajar Siswa (Y) disebabkan oleh faktor lain. Oleh
karena itu Guru Pendidikan Agama Islam diharapkan
selalu mengembangkan dan meningkatkan Kompetensi
122
Profesional dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya sebagai seorang pendidik.
2. Kinerja guru (X2) Pendidikan Agama Isam merupakan
merupakan variabel yang tidak kalah penting dalam
meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Dari hasil statistik
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup
bermakna antara Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama
Islam terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) sebesar 57,96%.
Maka perlu peningkatan Kinerja Guru (X2) Pendidikan
Agana Islam untuk peningkatan Hasil Belajar Siswa (Y) di
SMP se Kabupaten Kapuas Hulu. Hal ini bisa dilakukan,
yaitu dengan meningkatkan Kinerja Guru dan Kinerja Guru
diharapkan mampu memberi pengaruh langsung baik
dalam menetapkan fungsi planning, organizing, actuating
maupun controlling dalam pencapaian mutu Pendidikan
Agama Islam. Selain itu, upaya lainnya sangat perlu
dilakukan mengingat 42,04% variabel Hasil Belajar Siswa
(Y) disebabkan oleh faktor lain.
3. Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam
dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam merupakan
dua komponen yang mutlak ada pada seorang pendidik
dalam meaksanakan tugasnya. Hasil statistik juga
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan
Agama Islam dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama
Islam secara bersamaan dengan Hasil Belajar Siswa (Y)
sebesar 69,20%. Oleh karena itu Guru Pendidikan Agama
Islam diharapkan memiliki Kompetensi Profesional dan
Kinerja optimal yang diwujudkan secara nyata dalam
kegiatan pembelajaran. Sedangkan upaya lainnya juga
123
perlu dilakukan mengingat sebesar 30,80% variabel Hasil
Belajar Siswa disebabkan oleh faktor lain.
4. Guru Pendidikan Agama Islam yang berkompetensi
profesional dengan kinerja yang optimal akan berdampak
baik pada output dan outcome insan Indonesia cerdas,
berimam, berilmu, berakhlak dan kompetitif secara adil,
bermutu, dan relevan untuk kebutuhan masyarakat
Indonesia dan global. Oleh karena itu untuk
mengantarkan dampak positif tersebut, perlu peningkatan
Kompetensi Profesional dan Kinerja Guru. Selain itu perlu
kesadaran pemerintah, sekolah, masyarakat dan orang
tua secara menyeluruh untuk memahami akan
pentingnya memperhatikan peningkatan mutu Pendidikan
Agama Islam.
111
124
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hadis dan Nurhayati. 2010. Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta, cv
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyat al- Aulad Fi al- Islam, terj. Jamaluddin Miri. 1995. Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta: Pustaka Amani
Abuddin Nata. 2008. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Abu Al Ghifari. 2003. Remaja Korban Mode. Bandung: Mujahid.
Abu al-Wafa al-Ghanimi, Sufi dari Zaman ke Zaman, (1985) Al-Taftazani Bandung: Pustaka
Abu Fajar, Al-Qalami (2003) Ringkasan IHYA’ ULUMUDDIN (Imam al- Ghazali) Surabaya : Gitamedia Press
Ahmad Arifin. 2009. Politik Pendidikan Islam: Menelusuri Ideologi dan Aktualisasi Pendidikan Islam di Tengah Arus Globalisasi. Yogyakarta: Teras.
Ahmad Amin. 1975. Akhlak. Jakarta : Bulan Bintang
Ahmad al-Shâwî al-Mâlikî, Hâsyiyyah al-‘Alâmah al-Shâwî ‘alâ Tafsîr al-Jalâlain (Semarang: Maktabah Thaha, t.t.), vol. 4, 215.
Al-Abrasyi Muhammad ‘Athiyah.1970. Al-Tarbiyah Al-Islamiyah, terj.Abdullah Zakiy al-Kaaf, “Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Agama Islam”, Bandung:Pustaka Setia.
Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar al-Asqalany. 2008. Bulughul maram. Surabaya : Pustaka al-Hidayah.
Ali Muhammad Syaikh Quthb, 2005. Amal Shaleh Pengantar ke Surga dan Penyelamat dari Neraka, Jakarta Timur : Pustaka al-Kautsar
Agus Wibowo dan Hamrin. 2012. Menjadi Guru Berkarakter.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ainurrofiq Dawam dalam Muhammad AR. 2003. Pendidikan di Alaf Baru: Rekonstruksi atas Moralitas Pendidikan. Jogyakarta: Prismasophie.
AKSI, 2006, Peran Strategis Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, Sumedang : Alqaprint Jatinangor,
125
Al-Syaibany, at-Toumy, omar Muhammad.1975. Falsafah Pendidikan Islam. alih Bahasa oleh Hasan Langgulung. Jakarta: Bulan Bintang.
Antologi Artikel. 2006-2007. Teropong Pendidikan Kita. Pusat Informasi dan Humas Departemen Pendidikan Nasional.
Armai Arief. 2013. Guru Peendidikan Agama Islam Profesional. Makalah Hal: 26
Aswandi dan M. Sukri. 2008. Modul Umum Untuk Pendidikan dan Latihan Profesional Guru (PLPG/DPG. Pontianak: Dosen FKIP Untan.
Azyumardi Azra, 1998. Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam Jakarta: Logos Wacana Ilmu, .
Bernardin, H.J. and Russel, J.E.A. 1998. Human Resource Management 2nd Edition – An Experiental Approach. Singapore: McGraw-Hill.
Binti Maunah. 2009. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Yogyakarta: Sukses Offset.
Budiyono. 2000. Statistika Dasar untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press
Burhan Bungin. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Fajar Inerpratama Offset
Cruickshank, D.R. 1990. Research That Informs Teachers and Teacher Educators. Bloomington: Phi Delta Kappa Educational Foundation.
Dedi Supriadi. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Departemen Agama RI. 2005. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tingkat Dasar (SD dan SMP) Direktorat Jenderal Kelembagaan Keagama Islam Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum.
Departemen pendidikan dan kebudayaan, 1991/1992
Dewey, J.,1897. My Pedagogic Creed, in the Ryan, K. and Cooper, J. M., Kalaidoscope : Reading in Education. Bostom : Hougton Miftlin Company.
Didin Syafruddin dan Bahris, 2005, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tingkat Dasar (SD dan SMP). Departemen Agama RI
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta
126
Diyan Maya Shofiana (skripsi).2008. Profesionalisme Guru dan Hubungannya dengan prestasi belajar siswa di Mts Al-Jaamiyah Tegal Cidolog Sukabumi.
Eva Ranilah (skripsi).2009. Hubungan Kemampuan Mengajar Guru Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI pada Mata Pelajaran PAI di SMA Pelangi Nusantara Punggur Kecamatan Sungai Kakap.
Fadhil al-Jamaly Muhammad. Al-Falsafah at-Tarbawiyyah Fil Qur’an. diterjemahkan Judi al-Falasani. 1993. Konsep Pendidikan Qur’ani. Solo: Ramadhani.
Fathul Bahri An-Nabiry. 2008. Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i, Jakarta: Amzah
Gibson, James L., John M. Ivancevich dan James H. Donnelly, Jr.1996. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses, (Alih Bahasa Nunuk Adiarni), Jakarta: Aksara.
Gisela Webb, dkk. 2012. Opportunitties and Challanges Of Religious In The Global Era : Solution and Action. Pontianak: STAIN Pontianak Press
Gusky. T.R. 2002. professional development and teacher cange. Teachers and Teaching”. Teory and Practice, www sciedu.ca/Wje. World Journal of Education. Vol.1, N0 1 Aprilo 2011
Hadari Nawawi, 2006, Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan Perusahaan dan Industri,Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, hal. 64-65.
Hamalik Omar. 2006. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.
Hoyle, E. and Megarry, J. 1980. World Yearbook of Education Professional Development of Teachers. New York : Kogan Page.
Hussin dan Sufean. 1996. Pendidikan di Malaysia: Sejarah, Sistem dan Falsafah. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2012. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalli dan Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar As-Suyuti. 1414H. Tafsir Al-Jalâlain, Surabaya: Maktabah Dâr Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyyah Indonesia
127
James H. Stronge, 2006. Teacher Performance Evaluation Handbook. Editor: Lesli Grant, Ph.D., Teacher quiality Resources, LLC
Jeffrey S. Kane, Ph.D. (2004:6) Performance Distribution Assessment: A New Method for M easuring and Managing Performance
Jurnal Teknologi Pendidikan, Jakarta : Program Studi Pendidikan PPs Universitas Negeri Jakarta Bekerjasama dengan Ikatan Pengembangan Teknologi Pendidikan Indonesia (IPTPI) Vol 13, No. 1, April 20011
Kunandar. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Kymet Selvi .2008. “Teacher Competencies Culrura”. Interpersonal of Philosophy of culture and Axiology, vol.VII, No 1/2010
Ibrahim M. al-Jalal. 1995. Penyakit-penyakit hati. Bandung : Pustaka Hidayah.
Imam Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughiroh bin Barzhabah al Bukhori al-ja’fi, Shohih Bukhori, juz 1(Darul Fikr.1819 M/1014H), hal.21
Lailial Muhtifah. 2012. Membangun Budaya Mutu Berkarakter Mukmin Ulul Albab di Perguruan Tinggi Bebasis Total Quality Manajemen (Studi kasus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang). Belum dipublikasikan
Lailial Muhtifah. 2012. PAI Berbasis Karakter ( Makalah Hal: 34)
Long, Atan. 1988. Psikologi Pendidikan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya
M. Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Kasir, jilid 3 (Jakarta: Gema Insani, 1999), h. 841.
Mohd Kamal Hasan dalam Muhammad AR. 2003. Pendidikan di Alaf Baru: Rekonstruksi atas Moralitas Pendidikan. Jogyakarta
Muhaimin. 1996. Strategi Belajar Mengajar.Surabaya: Citra Media
Muhammad AR. 2003. Pendidikan di Alaf Baru: Rekonstruksi atas Moralitas Pendidikan. Jogyakarta: Prismasophie.
Muhammad Nasikin dkk. 2007.Agama Islam untuk Kelas VIII.Jakarta:Erlangga
128
Muhammad Mu’arif. 1962. Pembebas Dari Kesesatan. Jakarta: Tinta Mas.
Muhtar.1992. Pedoman Bimbingan Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PGK & PTK Dep.Dikbud
Mukhtar dan Iskandar.2009.Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada (GP Press)
Mulyasa. 2007.Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mustofa Ghalayaini, 1368 H/1949 M Idhatun Nasihiin, (Shaida : Mathba’ah Ashriyah)
M.Quraish Shihab.2002.Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an.Volume 2.Surah Ali Imran, Surah Annisa’. Jakarta : lentera Hati
Nana Sudjana. 1998. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru algesindo
Nana Sudjana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
National Board For Professional Teaching Standards. 2000. Accomplished Teaching Validation Studi. Arlington, VA: NBPTS
O.Hashem. 1965. Marxisme dan Agama. Surabaya: Yayasan Pendidikan Islam.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik IndonesiaNomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta.
Purwanto.2011.Evaluasi Hasil Belajar.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Risminawati (Skripsi).2000. Konstribusi Gaya Kepemimpinan Demokrasi Kepala Sekolah dan Kompetensi Profesional Guru Terhadap Keberhasilan SLTP Muhammadiyah di Kota Surakarta.
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 1.
Robbins, Stephen P. 2001. Organizational Behavior. New Jersey: Pearson Education International.
Robert Heller. Stephen Covey; alih bahasa, Izam Hardiansyah: editor, Theresia Vini. 2004. Jakarta: Erlangga
129
Rosma (Skripsi).2010.Pengaruh profesionalitas dan kinerja guru terhadadp hasil belajar Akuntansi di Sekolah Menengah Atas Nurul Iman Palembang.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan profesoinalisme guru. Jakarta: rajawali Pers.
Santosa Murwani S. 2008. Pedoman Tesis dan Desertasi. Jakarta: Uhamka Press
Sarlito Wirawan Sarwono. 2001. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Setyaningsih. 2008. Metodologi Penelitian. Malang: Stie Indonesia
Slide Armai Arief. 2012. Metode Pembelajaran PAI dan Penerapannya. Kuliah Perdana Pasca STAIN Pontianak.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alpabeta
Suharsimi Arikunto. 1995. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensido Offset.
Supriyadi (Tesis), 2011.Pengaruh Efektifitas Kerja Kepala Sekolah dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Manajemen Kinerja Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Putussibau Kabupaten Kapuas Hulu-Kalimantan Barat, Jakarta.
Suryabrata, Sumadi. 2000.Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Andi
Suyanto.2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Milinium III. Yogyakarta: Adi Cipta.
Stonge, J.H and Helm, V.M. 1992. A Performance Evaluation System for Profesional Support Personel, in the Educational Evaluation and Policy Analysis, Summer, 1992 Vol. 14 No.2.
Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Syarifah Zahara Al-Qadri (skripsi). 2009. Pengaruh Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Mata Pelajaran PAI di SDN 01 Pontianak Timur.”
130
Tahir Kaleem Siddiqui. 2010. A Study Of Teacher Competencies And Teaching Practice For School Effectiveness In Workers Welfare Model Schools
The Scribner-Bantam English Distionary, terbitan Amerika Serikat dan Canada (1979),
Tim Abdi Guru Muhammad Nasikin dkk. 2002. Ayo Belajar Agama Islam untuk SMP Kelas VIII. Erlangga.
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 39
UU No. 14 tahun 2005. tentang Guru dan Dosen
UU. RI. No. 19 pasal 23. 2005. Sistem Pendidikan Nasional
UU No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kyalifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. BSNP.
Undang-Undang R.I Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan; Surabaya, Kesindo Utama
Permendiknas RI Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Jakarta.
Vollmer, H.M. and Mills, D.L. 1966. Professionalization. New Jersey : Prentice-Hall, Inc
Wahbah al-Zuhailî. 2005. al- Tafsîr al-Munîr. Damaskus: Dâr al-Fikr. vol. 3, 110.
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Williams, Richard, R. 2002. Managing Employee Performance: Design and Implementation in Organizations. London: Thomson Learning.
Wina Sanjaya.2005.Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Zakiah Daradjat.1984. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Angkasa
Zakiah Daradjat,dkk; 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Ahmadi. 1984. Hasil Belajar. Sumber: http://wawan-junaidi.blogspot.com/ download/2/1/2013
Al-Baidhawi, Tafsir Baidhawi, Juz 5 h.9, baca An-Naisaburi, Tafsir An-Naisaburi, juz 1 h81.http://www.Altafsir.com/11/download/11/3/2013
131
Alfianoorrahman. /2010/07/ etos-kerja-guru-menurut pandangan Islam. Sumber: http://blogspot.com/download/17/1/2013
AsepSyaefurrachmanSumber:EmailBlogThis!http://kbmpaispensa.blogspot.com/10/05/2013/ananiyah-ghadab-hasad-ghibah.html
http : www. Com/Browse/Bookdetail/24595/Managing Performance Managing People, html
Ibrahim /2009/04/27 “Metode Pembelajaran dan Pengajaran dalam Surat Al-Qur’an (Kajian Surat Al-Maidah Ayat 67 dan An-Nahl ayat 125),” metode pembelajaran-kajian-tafsir-tarbawi/, http://ibrohimnaw.w com/ download /2/2/2013
JokoWinarto. 341610 Peran Kinerja Guru dalam Meningkatkan Kwalitas Pendidikan Ditinjau dari Input Proses dan Output. Sumber: http://JokoWinarto com/11/ download/11/1/2013
R. Indra Pratomo P. Sumber: Buletin At-Tauhid. Artikel www.muslim. or.id/download 10/05/2013
Rini Hardiyanti. Sumber: www.wikimu.com http://noerolfebrian.blogspot. com/15/5/2013 penjelasan-tentang ananiyah ghadabhasadg. html