Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

176
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting pada era global ini sebab pendidikan adalah kunci menuju perbaikan terhadap peradaban. Melalui pendidikan yang baik, akan terlahir manusia Indonesia yang mampu bersaing secara sehat dalam kehidupan di era globalisasi bercirikan high competition. Menurut Azyumardi Azra, (1998:3): ”Pendidikan merupakan proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya dalam menjalankan kehidupan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.” Pendidikan merupakan proses mendewasakan manusia untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidupnya. Diharapkan pendidikan membuat manusia mampu menemukan jati diri dan kehidupan sesungguhnya baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Kemudian berkaitan dengan pendidikan Agama Islam, H Abuddin Nata (2008:180) menjelaskan bahwa: Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang seimbang dalam mempersiapkan anak didik yaitu, anak didik yang tidak hanya mampu mengembangkan kreativitas intelektual dan imajinasi secara mandiri, tetapi juga memiliki ketahanan mental

Transcript of Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

Page 1: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran penting pada era global ini sebab

pendidikan adalah kunci menuju perbaikan terhadap peradaban.

Melalui pendidikan yang baik, akan terlahir manusia Indonesia

yang mampu bersaing secara sehat dalam kehidupan di era

globalisasi bercirikan  high competition. Menurut Azyumardi Azra,

(1998:3): ”Pendidikan merupakan proses dimana suatu bangsa mempersiapkan

generasi mudanya dalam menjalankan kehidupan untuk memenuhi tujuan hidup

secara efektif dan efisien.” Pendidikan merupakan proses mendewasakan manusia

untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidupnya. Diharapkan pendidikan

membuat manusia mampu menemukan jati diri dan kehidupan sesungguhnya baik

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara.

Kemudian berkaitan dengan pendidikan Agama Islam, H

Abuddin Nata (2008:180) menjelaskan bahwa:

Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang seimbang dalam mempersiapkan anak didik yaitu, anak didik yang tidak hanya mampu mengembangkan kreativitas intelektual dan imajinasi secara mandiri, tetapi juga memiliki ketahanan mental spiritual serta mampu beradaptasi dan merespons problematika yang dihadapinya sesuai kerangka dasar ajaran Islam.

Konsep pendidikan yang seimbang inilah maka Pendidikan

Agama Islam memiliki peluang yang amat luas sehingga mampu

mewujudkan manusia yang sanggup menghadapi tantangan,

peluang dan kendala dalam memasuki kehidupan masa depan.

Berikutnya Lailial Muhtifah dalam Gisela Webb dkk (2012:70)

menjelaskan:” Pendidikan Agama Islam dapat mengantarkan

Page 2: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

2

peserta didik menjadi “mukmin-ulul albab” dengan konsep zikir

(ketuhanan), pikir dan amal shaleh (kemanusiaan dan

kealaman)”. Konsep ini sebagai bekal dalam melaksanakan

fungsi dan perannya sebagai khalifah dan ‘abdullah di muka

bumi guna mewujudkan masyarakat madani yang bahagia hidup

di dunia dan di akhirat. Pendidikan Agama Islam selain dapat

mengembankan empat pilar pendidikan global seperti yang

dirumuskan oleh UNESCO, yang meliputi learning to think,

learning to do, learning tobe, dan learning to live together,

namun dapat juga mengembankan pilar learning lillahi ta’ala.

(Departemen Agama RI:2005:3). Pendidikan Agama Islam

sebagai proses pembentukan manusia Indonesia yang seutuhnya

karena dalam Pendidikan Agama Islam tidak sekedar mentransfer ilmu

pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga bermuara pada

proses pembinaan dan pembentukan sikap (behaviour) maupun

etika/moral dan mental generasi muda sebagai penerus bangsa.

Namun tingkat keberhasilan Pendidikan Agama Islam sesuai

yang diharapkan ditentukan tingkat kompetensi profesional dan

kinerja guru Pendidikan Agama Islam itu sendiri sebagai agen

pembelajaran.

Adapun kompetensi profesional dan kinerja guru merupakan dua hal

yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar. Dalam

Depdikbud, (1991/1992) dijelaskan bahwa:” proses pembelajaran

akan berlangsung dengan baik, apabila didukung oleh guru yang

mempunyai kompetensi dan kinerja yang tinggi karena guru

merupakan ujung tombak dan pelaksana terdepan pendidikan

anak-anak di sekolah dan sebagai pengembang kurikulum.”

Kompetensi profesional dan kinerja guru mempunyai pengaruh

secara bersama terhadap hasil belajar siswa. Hal ini

mengandung makna bahwa, apabila ada peningkatan

Page 3: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

3

kompetensi profesional dan kinerja guru maka hasil belajar akan

meningkat.

Peran guru Pendidikan Agama Islam secara kontinuitas

dan dengan sungguh-sungguh tidak dikhawatirkan meninggalkan

anak-anak yang lemah. firman Allah QS. An-Nisaa:9 yang

berbunyi:

Artinya: ”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”

Muhammad Sayyid Tanthawi Dalam tafsir Quraish Shihab (2002:

355) menjelaskan bahwa  ayat di atas ditujukan kepada semua pihak, siapapun,

karena semua diperintahkan untuk berlaku adil, berucap yang benar dan tepat, dan

semua khawatir akan mengalami apa yang digambarkan di atas. Ayat tersebut

diatas, berpesan agar umat islam menyiapkan generasi penerus yang berkualitas

sehingga mereka mampu mengaktualisasikan potensinya sebagai bekal kehidupan

dimasa mendatang. Selaras dengan ayat di atas keterkaitan peran

guru seorang filosof Cina, Lao Tzu terkenal dengan kata mutiara

abadinya:”Berikanlah seekor ikan pada seseorang, dan Anda

memberikan makanan kepadanya untuk sehari; ajarilah ia

bagaimana menangkap ikan dan Anda akan memberi makanan

untuk seumur hidupnya”.(Robert Heller, 2004:7). Arahan

normatif tersebut di atas apabila dikaitkan dengan kompetensi

profesional dan kinerja guru menunjukkan pada harapan, bahwa

dalm pendidikan formal guru merupakan pihak pertama yang

paling bertanggung jawab dalam meningkatkan hasil belajar

baik ranah kognitif, afektif maupun spikomotor yang pada

Page 4: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

4

akhirnya dapat menghasilkan aut put dan out come sesuai yang

diharapkan

Namun kenyataan terhadap pendidikan agama Islam

sekarang ini terdapat sejumlah kelemahan yang mengakibatkan

pendidikan agama Islam di sekolah tidak dapat memberikan hasil

yang optimal dalam pembentukan moral dan akhlak peserta

didik yang terefleksikan dalam kehidupan kesehariannya. Dalam

Didin Syafruddin dan Bahris, (2005:5) menyebutkan beberapa

alasan terhadap kelemahan pendidikan agama antara lain:

1. Bidang ibadah diajarkan sebagai kegiatan rutin agama dan kurang ditekankan sebagai proses pembentukan kepribadian;

2. Orientasi mempelajari al-Qur’an masih cenderung pada kemampuan membaca teks, belum mengarah kepada pemahaman arti dan penggalian makna.

Akibat kelemahan tersebut di atas tanpa disadari dalam

era modern, remajalah yang banyak menjadi korban yang

diistilahkan dengan penyimpangan perilaku remaja karena masa

remaja termasuk dalam tahap perkembangan individu. Menurut

Abu Al-Ghifari (2003:14) masa remaja mnerupakan masa transisi

sehingga berdampak besar pada remaja korban mode seperti

remaja berprilaku instan; umumnya orang ingin cepat dan

mudah dalam hal makanan dan begitu juga dalam perilaku,

banyak yang mengambil jalan pintas agar mudah mencapai

tujuan dan remaja berperilaku imitasi; munculnya trend tindik

telinga, hidung dan bibir, sek bebas, narkoba, miras, fornografi

dan forno aksi. Kondisi seperti ini telah menghantui remaja masa

kini. Berdasarkan temuan ketika pihak kepolisian merazia sekitar

250 orang pelajar ibu kota, hampir 50% dari mereka membawa

senjata tajam dalam berbagai bentuk. Sehingga menurut I

Noman Naya MA, berpendapat bahwa kenakalan remaja kini,

Page 5: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

5

bukan lagi kenakalan biasa, tapi sudah menjurus tingkat

kriminalitas. (Abu Al-Ghifari, 2003:25)

Merebaknya perilaku remaja korban mode menurut

pendapat Kartini Kartono dalam Abu Al-Ghifari, (2003:24):”

Bahwa akar permasalahannya adalah krisis moral atau krisis

akhlakul karimah dalam jiwa remaja masa kini. Dalam kondisi

seperti itu, remaja memerlukan “subyek moral” orang dewasa

yang dikaguminya. Maka dalam dunia pendidikan peran guru

umumnya dan peran guru Pendidikan Agama Islam khususnya

masa kini sangat diperlukan dalam memberikan arahan dan

petunjuk ke arah identitas yang Islami secara kontinuitas dan

dengan sungguh-sungguh.

Sementara kenyataan yang terjadi khususnya di

Kabupaten Kapuas Hulu dari hasil observasi beberapa sekolah

pada bulan Desember tahun 2012 dapat disimpulkan sebagai

berikut: Perangkat pembelajaran Guru Pendidikan Agama Islam

(GPAI) tidak lengkap berdasarkan data kelengkapan administrasi

guru, rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) berdasarkan daftar nilai murni,

metode pembelajaran Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI)

masih konvesional berdasarkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan data supervisi guru, program harian

guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) tidak ada berdasarkan

wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Putussibau

Selatan pada hari senin tanggal 4 Pebruari 2013, siswa belum

bisa shalat berdasarkan buku praktikum siswa, adanya kasus

siswa yang beragama Islam seperti tidak jujur, berkelahi,

merokok, terlibat pornografi dan porno aksi berdasarkan data

kasus pada guru Bimbingan Konseling (BK).

Page 6: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

6

Secara subtansial yang menjadi faktor kesenjangan

antara harapan dan kenyataan antara lain:

1. Kurikulum pendidikan agama Islam hanya di alokasi waktu

2 jam pelajaran perminggu.

2. Guru sebagai agen pembelajaran yang kurang mau dan

mampu untuk mengembangkan diri karena masih

menyambil dengan pekerjaan lain

3. Pemerintah dalam hal ini instansi terkait seperti pengawas

kurang intensif dalam melakukan pembinaan.

Oleh karena itu yang menjadi fokus penelitian ini adalah

Kompetensi Profesional, Kinerja Guru dan Hasil Belajar Siswa

terhadap Pendidikan Agama Islam pada ruang lingkup Akhlak.

Standar kompetensi akhlak membiasakan prilaku terpuji dan

menghindari prilaku tercela.

Dengan demikian, peneliti merasa penting untuk meneliti

sehingga dapat mengungkapkan secara empiris tentang

“Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kinerja Guru terhadap

Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu”.

Adapun harapan terhadap masalah yang diangkat dalam

penelitian ini adalah: Pertama; Guru Pendidikan Agama Islam di

SMP se Kabupaten Kapuas Hulu, senantiasa mengembangkan

kemampuan profesional dalam melaksanakan tugasnya sebagai

pendidik. Kedua; Guru Pendidikan Agama Islam di SMP se

Kabupaten Kapuas Hulu selalu meningkatkan kinerja yang

optimal dalam melaksaanakan tugas sebagi pendidik. Ketiga;

Kompetensi profesional dan kinerja guru Pendidikan Agama

Islam di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu dapat memberi

pengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa pada

Page 7: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

7

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP se Kabupaten

Kapuas Hulu.

B. Masalah dan Pembatasan Masalah

1. Identifikiasi Masalah

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada bulan

Desember tahun 2012 pada peran Guru Pendidikan Agama

Islam (GAI) di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu menunjukkan

adanya kesenjangan antara harapan (idealitas/das sollen)

dan kenyataan atau fakta (fenomena yang ada /das sein sbb:

a. Kompetensi profesional guru yang belum memadai

misalnya: metode pembelajaran Guru Pendidikan Agama

Islam (GPAI) masih konvesional, referensi masih terbatas

pada buku paket, belum memanfaatkan Teknologi,

Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai media

berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

dan data supervisi guru.

b. Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) yang belum

optimal antara lain; daftar hadir tidak maksimal,

perangkat pembelajaran tidak lengkap, nilai ulangan

harian, tugas dan praktek siswa belum terisi sesuai

dengan daftar nilai yang ada. Berdasar data kelengkapan

administrasi guru.

c. Hasil belajar siswa yang beragama Islam belum sesuai

yang diharapkan berdasarkam leger murni, buku

praktikum siswa dan data kasus pada guru Bimbingan

Konseling (BK).

Page 8: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

8

2. Pembatasan Masalah

“Pengaruh Kompetensi Profesional dan Kinerja Guru

terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran PAI Kelas VIII

di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu”.

3. Perumusan Masalah

1) Bagaimanakah kompetensi profesional guru pada

pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu?

2) Bagaimana kinerja guru pada pembelajaran PAI di SMP

se Kabupaten Kapuas Hulu?

3) Bagaimana hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI

di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu?

4) Bagaimana pengaruh kompetensi profesional guru

terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di

SMP se Kabupaten Kapuas Hulu?

5) Bagaimana pengaruh kinerja guru terhadap hasil

belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP

Kabupaten Kapuas Hulu ?.

6) Bagaimana pengaruh kompetensi profesional dan

kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada

pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu ?.

7) Bagaimana tingkat signifikansi kompetensi profesional

dan kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada

pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu ?

C. Kajian Pustaka

Setelah peneliti melakukan penelusuran terhadap

beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan ternyata ada

Page 9: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

9

yang memilki relevansi dengan penelitian ini. Pada bagian

tinjauan penelitian terdahulu ada beberapa komponen yang

relevan yaitu:

Penelitian yang dilakukan Syarifah Zahara Al-Qadri (2009)

berJudul:”Pengaruh Kemampuan Guru Melaksanakan

Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Mata

Pelajaran PAI di SDN 01 Pontianak Timur.” Hasil Penelitiananya

adalah: Kemampuan guru melaksanakan Pendidikan agama

Islam di SDN 01 Pontianak Timur tergolong baik yaitu 0,75. Hasil

belajar tergolong baik 0, 76. Terdapat pengaruh yang signifikan

kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran terhadap

hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran PAI di SDN 01

Pontianak Timur r: 0,775 lebih besar (R=0,775 > r tabel 0,0229)

Penelitian yang dilakukan Eva Ranilah (2009) yang

berjudul:”Hubungan Kemampuan Mengajar Guru Dengan Prestasi

Belajar Siswa Kelas XI pada Mata Pelajaran PAI di SMA Pelangi

Nusantara Punggur Kecamatan Sungai Kakap.” Hasil Penelitian

adalah: Kemampuan guru dinilai baik yaitu 0,76. Prestasi belajar

siswa tergolong baik hasil hitung 0,78. Terdapat hubungan yang

signifikan antara kemampuan mengajar guru dengan prestasi

belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran PAI bukti r: 0,785

lebih besar (R=0,785 > r tabel 0,0227)

Penelitian yang dilakukan oleh Diyan Maya Shofiana ( 2008 :

68) yang berjudul Profesionalisme Guru dan Hubungannya dengan

prestasi belajar siswa di Mts Al-Jaamiyah Tegal Cidolog Sukabumi. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa hasil hitung dengan menggunakan

rumus koefesien determinasi yaitu KD=r2 x 100%. KD=r2 x 100%

=(0,710)2 x 100% = 0,50 x 100 = 50%. Dari hasil perhitungan tersebut

dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa ditentukan atau

dipengaruhi oleh profesionalisme guru sebesar 50%.

Page 10: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

10

Penelitian yang dilakukan Risminawati, (2000 : 152) dalam

penelitiannya yanng berjudul Konstribusi Gaya Kepemimpinan

Demokrasi Kepala Sekolah dan Kompetensi Profesional Guru Terhadap

Keberhasilan SLTP Muhammadiyah di Kota Surakarta. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa uji T yang berkaitan dengan kontribusi

kompetensi profesional terhadap keberhasilan sekolah diperoleh T

hitung 0,006 dengan taraf signifikan 5% dengan N 130 ditemukan

Ttabel 1,655. Dengan demikian Thitung 6, 006 > Ttabel 1,655 maka

ada kontribusi yang signifikan antara kompetensi profesional guru

dengan keberhasilan sekolah.

Penelitian yang dilakukan Rosma (2010 : 2) dalam

penelitiannya “pengaruh profesionalitas dan kinerja guru

terhadadp hasil belajar Akuntansi di Sekolah Menengah Atas

Nurul Iman Palembang.” Dengan mengambil taraf signifikansi

sebesar 5% maka dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000

(P<0,05) karena Fhitung > Ftabel yaitu 370,666 maka H0 ditolak

dan HA diterima. Artinya dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan secara linear antara kompetensi profesional (X1) dan

kinerja guru (X2) terhadap hasil belajar (Y). Pengolahan

kompetensi profesional yang baik dan adanya kinerja guru yang

optimal secara bersama-sama dapat menciptakan proses belajar

mengajar yang sesuai dengan yang diharapkan yaitu

penyampaian materi akan sesuai dengan tujuan, dan hasil

belajar akan meningkat. Rosma (2010 : 2)

Setelah melihat hasil penelitian terdahulu, ada beberapa

komponen penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan

dilakukan misalnya: Pengaruh Kemampuan Guru Melaksanakan

Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

PAI, Hubungan Kemampuan Mengajar Guru Dengan Prestasi

Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI, Pengaruh Tingkat

Pendidikan Guru Agama Islam terhadap Hasil Belajar Siswa, dan

Page 11: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

11

pengaruh profesionalitas dan kinerja guru terhadadp hasil belajar

Akuntansi . Adapun beberapa teori dari penelitian terdahulu yang

bisa dijadikan sebagai landasan dalam penelitian yang akan

dilakukan ini antara lain:

1. Tentang kompetensi profesional. Menurut E.Mulyasa

(2007:135) kompetensi profesional adalah:”Kemampuan

guru dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas

dan mendalam yang meningkatkan, membimbing peserta

didik untuk memenuhi standar kompetensi yang

ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan”.

2. Tentang Kinerja guru. Menurut Purwodarminto (1996)

dalam Udiyono, (2010:3) menjelaskan bahwa:”kinerja atau

performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja,

melaksanakan kerja atau unjuk kerja yaitu kemampuan

yang telah dicapai seseorang dalam melaksanakan kerja.”

3. Tentang kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap hasil

belajar, dalam Depdikbud (1991/1992) menjelaskan bahwa:

Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila didukung oleh guru yang mempunyai kompetensi dan kinerja yang tinggi karena guru merupakan ujung tombak dan pelaksana terdepan pendidikan anak-anak di sekolah dan sebagai pengembang kurikulum.

Adapun kedudukan penelitian yang akan dilakukan ini,

memperkuat penelitian terdahulu dalam hal menguji teori

kompetensi profesional, teori kinerja, teori kompetensi

profesional dan kinerja guru secara bersama-sama. Hal yang

membedakan antara penelitian terdahulu dengan penelitian

yang akan dilakukan yaitu tempat yang akan dilakukan

penelitian dan judul penelitian. Dari penelitian terdahulu yang

relevan ini belum ada diantara kajian ini yang membahas judul

yang sama tentang pengaruh kompetensi dan kinerja guru

Page 12: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

12

terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI SMP se

Kabupaten Kapuas Hulu. Kesenjangan akademis ini yang akan

diisi dalam penelitian ini. Kompetensi dan kinerja guru

merupakan dua hal yang mutlak diperlukan secara terpadu

dalam mencapai hasil belajar yang lebih baik. Guru

berkompetensi namun tidak mempunyai kinerja dalam

memcapai hasil belajar yang diharapkan adalah yang merupakan

harapan yang sia-sia dan begitu juga sebaliknya.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk menemukan secara empiris bagaimana kompetensi

profesional guru pada pembelajaran PAI di SMP se

Kabupaten Kapuas Hulu?

2. Untuk menemukan secara empiris bagaimana kinerja

guru pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas

Hulu?

3. Untuk menemukan secara empiris bagaimana hasil

belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se

Kabupaten Kapuas Hulu?

4. Untuk menemukan secara empiris bagaimana pengaruh

kompetensi profesional guru terhadap hasil belajar siswa

pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas

Hulu?

5. Untuk menemukan secara empiris bagaimana pengaruh

kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada

pembelajaran PAI di SMP Kabupaten Kapuas Hulu?

6. Untuk menemukan secara empiris bagaimana pengaruh

kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap hasil

Page 13: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

13

belajar siswa pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten

Kapuas Hulu?

7. Untuk menemukan secara empiris bagaimana tingkat

signifikansi kompetensi profesional dan kinerja guru

terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI di

SMP se Kabupaten Kapuas Hulu?

E. Manfaat dan Signifikansi Penelitian.

Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan, maka hasil

penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademis

dan para praktisi pendidikan.

1. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan serta meemberi

masukan dalam rangka penyusunan teori atau konsep-

konsep baru terutama untuk pengembangan pemikiran

dalam memecahkan permasalahan yang berhubungan

dengan pengaruh kompetensi profesional dan kinerja guru

terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI bagi para

peneliti berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

serta Kementerian Agama Kabupaten Kapuas Hulu,

memberikan masukan sebagai pertimbangan dalam

menentukan kebijakan yang berhubungan dengan

upaya meningkatkan kualitas kompetensi profesional

dan kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada

pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu

Page 14: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

14

b. Bagi guru memberi masukan untuk selalu

meningkatkan kompetensi profesional dan kinerja

guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada

pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu

c. Bagi peneliti dapat memperluas pengetahuan dan

mampu melaksanakan kompetensi profesional dan

kinerja guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa

pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas

Hulu.

d. Bagi Pembaca dapat menambah pengetahuan tentang

kompetensi profesional dan kinerja guru terhadap

hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI dan dapat

menjadi rujukan apabila melakukan penelitian yang

sejenis.

F. Hipotesis Penelitian

Menurut Arikunto (1995:62) mendefinisikan hipotesis

sebagai “suatu jawaban yang besifat sementara terhadap

masalah penelitian sampai terbukti melalui data yang akan

terkumpul”. Berdasarkan pendapat diatas maka akan peneliti

rumuskan bahwa:

1. Terdapat pengaruh kompetensi profesional dan kinerja

guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI

di SMP se-Kabupaten Kapuas Hulu

2. Tidak terdapat pengaruh kompetensi profesional dan

kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada

pembelajaran PAI di SMP se-Kabupaten Kapuas Hulu.

G. Tempat dan Waktu Penelitian

Page 15: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

15

Rencana waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan

penelitian ini selama 6 bulan, mulai dari bulan Januari 2013 dan

berakhir pada bulan Juni 2013. Penelitian ini bertempat di SMP

se Kabupaten Kapuas Hulu

H. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada SMP se Kabupaten

Kapuas Hulu yang terdiri dari 54 (lima puluh empat) sekolah.

yaitu : SMPN 1 Putussibau, SMPN 2 SMPN 3 Putussibau, SMPN 4

Putussibau, SMPN 5 Putussibau, SMPN 7 Putussibau, SMPN 8

Putussibau, SMPN 9 Putussibau, SMPN 10 Putussibau, SMPN 12

Putussibau SMP PGRI Putussibau, SMP Panca Utama Putussibau,

SMPN 1 Kalis, SMPN 2 Kalis, SMPN 1 Mentebah, SMPN 2

Mentebah, SMPN 1 Bunut Hulu, SMPN 2 Bunut Hulu, SMPN 3

Bunut Hulu, SMPN 4 Bunut Hulu SMPN 5 Bunut Hulu, SMPN 1

Boyan Tanjung, SMPN 2 Boyan Tanjung, SMPN 3 Boyan Tanjung,

SMPN 4 Boyan Tanjung, SMPN 5 Boyang Tanjung, SMPN 1 Hulu

Gurung, SMPN 2 Hulu Gurung, SMPN 3 Hulu Gurung, SMPN 4 Hulu

Gurung, SMPN 1 Pengkadan, SMPN 2 Pengkadan, SMPN 3

Pengkadan, SMPN 1 Silat Hulu, SMPN 2 Silat Hulu, SMPN 1 Silat

Hilir, SMPN 2 Silat Hilir, SMPN 4 Silat Hilir, SMPN 2 Semitau, SMPN

1 Suhaid, SMPN 1 Selimbau, SMPN 2 Selimbau, SMPN 4 Selimbau,

SMPN 5 Selimbau, SMPN 1 Jongkong, SMPN 2 Jongkong, SMPN 3

Jongkong, SMPN 4 Jongkong, SMPN 1 Bunut Hilir, SMPN 2 Bunut

Hilir, SMPN 1 Embaloh Hilir, SMPN 1 Badau, SMPN 1 Batang

Lupar,

Dipilihnya tempat tersebut sebagai objek penelitian

dengan pertimbangan lokasi tersebut belum

ada yang meneliti tentang adanya pengaruh kompetensi

Page 16: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

16

profesional dan kinerja guru terhadap hasil belajar siswa pada

pembelajaran pendidikan agama Islam.

I. Definisi Operasional

1. Kompetensi Profesional

Adapun yang dimasksud dengan kompetensi profesional

dalam penelitian ini adalah sejumlah kemampuan akademik

dalam mendesain silabus, mendesain RPP, dan mendesain

penilaian serta kemampuan mengimplementasi dalam

penerapan silabus, penerapan RPP dan penerapan penilaian

terhadap pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas

Hulu.

2. Kinerja Guru

Adapun yang dimasksud dengan kinerja guru dalam

penelitian ini adalah wujud kerja yang ditampilkan guru

dalam melaksanakan tiga tugas utamanya seperti:

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan

pembelajaran yang aktif dan efektif yang terdiri dari

kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup

serta penilaian pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten

Kapuas Hulu.

3. Hasil Belajar Siswa

Adapun yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini

adalah penilaian hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor

terhadap Standar kompetensi Akhlak membiasakan prilaku

terpuji dan menghindari prilaku tercela pada pembelajaran

PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu.

Page 17: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

Kompetensi Profesional (X1)

Hasil Belajar Siswa (Y)

Kinerja Guu (X2)

17

J. Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir merupakan alur penalaran yang

didasarkan pada tema masalah penelitian yang digambarkan

secara menyeluruh dan sistematis setelah mempelajari teori

yang mendukung judul penelitian. Menurut Sugiono (2003:47)

kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang

bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah

diidentifikasikan sebagai masalah yang penting

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Gambar 1.1

Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Kompetensi profesional (X1) mempunyai pengaruh terhadap

hasil belajar siswa (Y) Kinerja guru (X2) mempunyai pengaruh

terhadap dan hasil belajar siswa (Y) Kompetensi profesional

(X1) dan kinerja guru (X2) mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap hasil belajar siswa (Y)

Page 18: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

15

18

BAB II

KOMPETENSI PROFESIONAL DAN KINERJA GURU

DALAM PEMBELAJARAN PAI

A. Konsep Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, dalam

Hasan Langgulung (1975) mendefinisikan:”pendidikan agama

Islam sebagai proses mengubah tingkah laku yang terjadi

pada diri individu maupun masyarakat”.

Menurut Majid Abdul ( 2005:130) Pendidikan Agama

Islam adalah :

Upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

Menurut Zakiyah Daradjat dalam Majid, Abdul, (2005:130)

pendidikan agama Islam adalah: “suatu usaha untuk

membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat

memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati

tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta

menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”.

Menurut Omar al-Syaibani, (1991) Pendidikan Agama

Islam adalah :

Merupakan sebuah sistem yang berusaha mengembangkan dan mendidik segala aspek pribadi manusia dengan segala kemampuannya. Termasuklah kedalamnya pengembangan segala segi kehidupan manusia/masyarakat misalnya sosial

Page 19: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

19

budaya, ekonomi dan politik; serta bersedia menyelesaikan problema masyarakat masa kini dalam menghadapi tuntutan-tuntutan masa depan dan memilihara sejarah dan kebudayaannya.

Menurut Zakiyah Daradjat (2008 : 86) Pendidikan Agama

Islam adalah :

Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikannya sebagai pandangan hidup demi mencapai keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.

Menurut Mustofa Al-Ghulayani (1368 H/1949 M) Bahwa

Pendidikan Islam adalah :

Menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga ahklak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.

Secara sederhana pendidikan agama Islam menurut H.

Abuddin Nata (2008:173) dapat diartikan:”sebagai pendidikan

yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana

yang tercantum dalam Al-Qur’an dan al-Hadits serta dalam

pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah umat Islam.”

Muhammad Fadhil Al Jamaly (1993: 135) menegaskan

bahwa:”Salah satu faktor yang mempunyai pengaruh

terhadap pendidikan dan dalam kehidupan manusia sehari-

hari adalah, uswatun hasanah atau suri teladan.”

Kemudian ditafsirkan oleh Baidhawi, menjelaskan

bahwa:”Uswatun hasanah yang dimaksud adalah perbuatan

baik yang dapat dicontoh (Al-Baidhawi,1999: 81).

Page 20: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

20

Pendidikan Agama Islam menurut Mohd Kamal Hasan,

(2003) lebih banyak dihadapkan kepada akhlak dan sopan

santun serta penghayatan nilai-nilai Islam dalam kehidupan

sehari-hari. Pendidikan Islam sangat dibutuhkan untuk

mengantisipasi keruntuhan moral, penangkalan aqidah,

budaya korup dan sejenisnya karena dalam Pendidikan

Agama Islam ada nilai karakter. Nilai karakter dalam

Pendidikan Agama Islam menurut Lailial Muhtifah, (2012:34)

adalah:”Religius, jujur, santun, disiplin, bertanggung jawab,

cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai

keberagaman, patuh pada aturan social, bergaya hidup

sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras, peduli.

Dari beberapa pengertian Pendidikan Agama Islam dapat

disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan

wahana pembentukan manusia yang berbudi luhur. Dalam

ajaran Islam masalah akhlak tidak dapat dipisahkan dari

iman, keimanan merupakan hati, akhlak adalah pantulan

iman yang berupa prilaku, ucapan dan sikap. Ainur rofiq

Dawam, (2003) menjelaskan bahwa:”Akhlak adalah amal

shaleh, iman adalah maknawi (abstrak) sedangkan akhlak

adalah bukti keimanan dalam bentuk perbuatan yang

dilakukan dengan kesadaran karena Allah semata”.

Dalam Pendidikan Agama Islam yang mengarahkan pada

pembentukan akhlak maka perlu pembelajaran dengan

hikmah. Guru harus dapat menjadi teladan yang baik bagi

peserta didik. Mengenai suri teladan dijelaskan dalam firman

Allah Qs. Al Ahzab ayat 21 berbunyi:

Artinya: ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu

suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang

Page 21: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

21

mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari

kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

Berkaitan dengan ayat Al-Qur’an di atas tugas seorang

guru pada hakikatnya bukan sekedar transfer of knowladge

(mentransfer ilmu) bagi para siswanya melainkan juga harus

mampu merubah kepribadiannya dan membentuk karakter

yang baik. Karena tugas seorang guru bukan hanya mengajar

tapi juga mendidik. Dengan demikian perlu dipahami oleh

para pendidik dan orang tua seperti yang dijelaskan Abdullah

Nashih Ulwan, (1995:37) bahwa:”Mendidik dengan cara

memberi teladan yang baik, sesungguhnya penopang utama

dan dasar dalam meningkatkan keutamaan, kemuliaan dan

etika sosial yang terpuji”.

Kualitas pendidikan seringkali dipandang  tergantung

kepada peran  guru  dalam  pengelolaan  komponen-

komponen  pengajaran  yang  digunakan dalam  proses 

belajar mengajar dengan hikmah. Allah SWT berfirman dalam

Qs. An-Nahl ayat 125 berbunyi :

Artinya ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan

hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah

mereka dengan cara yang baik....”

Dalam kajian ilmu dakwah maka ada prinsip-prinsip dalam

menggunakan metode dakwah yang meliputi hikmah,

mauizhah hasanah, mujadalah. Metode ini menyebar menjadi

prinsip dari berbagai sistem, berbagai metode termasuk

komunikasi juga pendidikan. Seluruh dakwah, komunikasi dan

Page 22: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

22

pendidikan biasanya merujuk dan bersumber pada ayat ini

sebagai prinsip dasar sehingga terkenal menjadi sebuah

“metode”. (Ibrahim: 1995). Jamaluddin Kafie berpendapat,

bahwa dakwah adalah suatu sistem kegiatan dari seseorang,

sekelompok, segolongan ummat Islam sebagai aktualisasi

imaniyah yang dimanifestasikan dalam bentuk seruan,

ajakan, panggilan, undangan, dan do’a yang disampaikan

dengan ikhlas dan menggunakan metode, sistem, dan teknik

tertentu agar mampu menyentuh qolbu dan fitrah seseorang,

keluarga, kelompok, massa, dan masyarakat manusia supaya

dapat mempengaruhi tingkah lakunya untuk mencapai suatu

tujuan tertentu (Fathul Bahri An-Nabiry; 2008:21)

Dari beberapa definisi mengenai dakwah dan pendidikan

di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses dakwah dan

pendidikan terdapat kesamaan dalam masing-masing

komponennya antara lain adanya subjek dan objek, materi

dan tujuan Sehingga metode yang menjadi sarana dakwah ini

juga dapat diterapkan dalam dunia pendidikan. Kaitan

pendidikan dan dakwah memiliki hubungan fungsional yang

amat erat, karena kedua-duanya memiliki sasaran yang

sama, yaitu pembinaan seluruh aspek kehidupan manusia.

(Qurais Shihab 2002:125)

2. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

a.Visi dan Misi Pendidikan Agama Islam

Menurut Departemen Agama RI. (2005:8) visi dan misi

pembelajaran pendidikan agama Islam terwujudnya

lulusan sekolah yang berakhlak mulia, beretos kerja

tinggi, berpikir kritis terhadap perkembangan peradaban

Islam. Untuk mendapatkan hasil sebagaimana yang

digambarkan di atas, maka misi PAI di SMP meliputi :

Page 23: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

23

1. Mengembangkan kemampuan dasar peserta didik

menjadi muslim yang taat beribadah dan memilki

kepedulian sosial yang tinggi;

2. Mengembangkan pemahaman keagamaan yang

toleran, inklusif, dan demokratik;

3. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan

sistematik dalam memahami peradaban Islam;

4. Memberikan landasan metodologi dalam

memahami ajaran Islam;

5. Membangun budaya sekolah sebagai lembaga

pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai Islam.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Menurut Mujtahid (20011) secara filosofis pendidikan

bertujuan :

Untuk mengembangkan potensi manusia ke arah yang

maksimal. Potensi yang diberikan oleh Tuhan tidak akan

berkembang sendirinya tanpa dukungan pendidikan yang

memadahi. Sehingga orientasi pendidikan tidak hanya

memasuki wilayah fisiologis, melainkan juga harus

merambah kawasan spiritual, psikologis serta nilai-nilai

etis (akhlak).

Menurut Ahmad Arifin (2009: 36) menjelaskan bahwa

pendidikan agama Islam bertujuan sebagai berikut:

a. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah di muka bumi dengan sebaik-baiknya, yaitu melaksanakan tugas memakmurkan dan mengolah bumi sesuai dengan aturan-aturan dan kehendak Tuhan.

b. Mengarahkan manusia agar tugas kekhalifahannya di muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Tuhan SWT.

Page 24: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

24

c. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga  ia tidak menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya.

d. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya, sehingga ia memiliki ilmu, akhlak dan ketrampilan untuk mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahanya.

e. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat”

Menurut Al-Abrasyi Muhammad ‘Athiyah adalah (1970:129)

tujuan pokok dari Pendidikan Agama Islam adalah:

Mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa dan merupakan alat pengontrol dan pengendali hidup manusia, yakni agama yang memberikan pedoman dan petunjuk sebagai syarat yang harus dilaksanakan didalam menciptakan sikap dan perilaku yang baik sesuai ajaran agama Islam serta mempunyai akhlak mulia. Sebagaimana ditegaskan oleh M. Athiyah Al Abrasy yang menyatakan bahwa “jiwa dari pendidikan agama Islam ialah pendidikan moral dan akhlaq”

Menurut M. Rivai (1980:17) yang mengatakan bahwa agama itu

sangat berfaedah bagi umat manusia terutama siapa yang memeluknya,

sebab agama adalah:

a. Mendidik manusia supaya mempunyai pendirian yang tertentu dan terang, manusia hendaklah mempunyai sikap yang positif dan tepat.

b. Agama mendidik manusia supaya tahu mencari, memiliki ketentraman jiwa.

c. Membebaskan manusia dari perbudakan materi.

d. Mendidik manusia agar berani menegakkan kebenaran.

e. Agama mendidik agar supaya tercipta kemakmuran masyarakat dan negara”

Menurut Departemen Agama RI. (2005:9) bahwa

Pendidikan Agama Islam di SMP mempunyai fungsi dan

tujuan. Fungsi pendidikan agama Islam di SMP sebagai

berikut:

Page 25: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

25

a. Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga;

b. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui pendidikan agama Islam;

c. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari;

d. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif budaya asing yang akan di hadapinya sehari-hari;

e. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan non nyata), sistem dan fungsionalnya;

f. Penyaluran siswa untuk mendalami pendidikan agama ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.

Sedang tujuan pendidikan agama Islam memberikan

bekal kemampuan dasar kepada peserta didik meliputi:

a. Memiliki dasar-dasar keimanan yang mantap;b. Mengetahui ketentuan dasar beribadah;c. Gemar membaca dan menulis huruf Al-Qur’an;d. Melaksanakan shalat, puasa, infak dan sedekah;e. Bertatakrama dan berprilaku terpuji;f. Menghayati nila-nilai keteladanan para rasul dan

sahabat.

Selain adanya visi, misi dan tujuan Pendidikan Agama

Islam yang tersebut di atas, H Abuddin Nata (2008:180)

menjelaskan bahwa pendidikan agama Islam mempunyai

peluang untuk persiapan kehidupan masa depan. Masa

depan umat manusia di abad XXI atau milenium ketiga

sangat ditentukan oleh seberapa jauh ia mampu eksis

secara fungsional di tengah-tengah kehidupan global yang

amat kompetitif. Dalam situasi tersebut manusia yang

Page 26: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

26

akan survie adalah yang dapat mengubah tantangan

menjadi peluang, dan dapat mengisi peluang tersebut

secara produktif. Sementara itu, faktor kepribadian atau

moralitas yang baik akan menjadi salah satu daya tarik

dalam berkomunikasi dengan sesama manusia. Masa

depan membutuhkan manusia-manusia yang kreatif,

inovatif, dinamis, terbuka, bermoral baik mandiri atau

penuh percaya diri, menghargai waktu, mampu

berkomunikasi dan memanfaatkan peluang, serta

menjadikan orang lain sebagai mitra.

Selanjutnya sikap berpegang teguh kepada nilai-nilai

spiritual yang bersumberkan pada agama semakin

dibutuhkan masyarakat masa depan. Hal yang demikian

diperlukan untuk mengatasi berbagai goncangan jiwa atau

stres yang diakibatkan kekalahan atau keterbatasan daya dalam bersaing

dengan orang lain.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Menurut Departemen Agama RI (2005:23) ruang lingkup Pendidikan

Agama Islam terdiri dari Al-Qur’an, Akidah (keimanan), Akhlak,

Fiqih/ibadah, dan Tarikh

4. Pendidikan Agama Islam Standar Kompetensi Akhlak

a. Pengertian Akhlak

Pengertian Akhlak dari segi bahasa, “Akhlak ialah kata jama’ dari

“Al Khulq”. Dalam lisan ‘Arab ia bermakna tabiat atau watak .Ia juga

bermakna maru’ah, addin atau fitrah (Ahmad Amin.1975:7)

Menurut Imam Al Ghazali, dalam Muhammad Mu’arif (1962:13) dengan terjemahannya bahwa Al-Khulq ialah suasana kejiwaan yang mantap yang menerbitkan perbuatan, perbuatan itu terbit begitu sahaja tanpa berfikir dan merenung panjang. Sekiranya suasana kejiwaan yang

Page 27: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

27

menjadi sumber perbuatan itu memerlukan tindak-tanduk yang baik. Tetapi kalau muncul yang sebaliknya, maka suasana kejiwaan itu dinamakan sebagai akhlaq yang buruk.

Para filosof dari aliran sosialisme positif seperti Livi Brill,

sebagaimana yang dikutip oleh O. Hashem, ada tiga pengertian akhlak,

yaitu gagasan yang mengandung konsep, hukum dan adat istiadat baik

yang berkaitan dengan hak-hak manusia, kewajiban manusia antara satu

sama lain yang diakui dan diterima oleh tiap-tiap individu pada

umumnya pada masa tertentu atau peradaban tertentu (O.Hashem.

1965:56)

b. Ruang Lingkup Akhlak

Adapun Ruang Lingkup akhlak dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam kelas VIII semester ganjil adalah:

1) Membiasakan prilaku terpuji

(1) Zuhud

Dalam islam Zuhud mempunyai pengertian khusus, zuhud

bukanlah kependetaan atau terputusnya hubungan duniawi. Akan

tetapi ia adalah hikamh, pemahaman yang membuat para

penganutnya mempunyai pandangan khusus terhadap kehidupan

duniawi, dimana mereka tetap bekerja dan berusaha, akan tetapi

kehidupan duniawi itu tidak menguasai kecenderungan kalbu

mereka, serta tidak membuat mereka mengingkari Tuhannya. (Abu

al-Wafa al-Ghannimi al-Taftazani, 1985 : 54).

Ada tiga tanda Zuhud yang dirasakan dalam batin seseorang :

1. seseorang tidak merasa gembira terhadap sesuatu yang ada di depannya ( harta dan sebagainya) dan tidak akan sedih jika sesuatu itu tidak ada di depannya.

2. seseorang tidak risau jika dicela dan tidak berbangga hati jika dipuji. Mendapat pujian atau hinaan sama saja dalam

Page 28: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

28

bersikap. (Abu Fajar al-Qalami, Ringkasan IHYA’ ULUMUDDIN (imam al-Ghazali) 2003: 343)

Berkenaan dengan zuhud Allah SWT berfirman

dalam Qs. Ali Imran, 3 :196-197

Artinya: ”Janganlah sekali-kali kamu terperdaya

oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.”

Ayat di atas merupakan perintah Allah agar kita

bersifat zuhud, yakni tidak silau melihat kehidupan.

Kita pun tidak boleh terpedaya dan tidak boleh iri

melihat keberhasilan orang-orang kafir dalam hal

duniawi, (Muhammad Nasikin dkk;2007:25)

(2) Tawakal

Beberapa para ulama menjelaskan makna

Tawakal, diantaranya adalah Al Munawi. Beliau

mengatakan, “Tawakal adalah menampakkan

kelemahan serta penyandaran (diri) kepada yang

diTawakkali.” (Faidhul Qadir, 5/311). Ibnu ‘Abbas

radhiyAllahu’anhuma mengatakan bahwa Tawakkal

bermakna percaya sepenuhnya kepada Allah Ta’ala.

Imam Ahmad mengatakan, “Tawakkal berarti

memutuskan pencarian disertai keputus-asaan

terhadap makhluk.” Al Hasan Al Bashri pernah ditanya

tentang Tawakkal, maka beliau menjawab, “Ridho

kepada Allah Ta’ala”, Ibnu Rojab Al Hanbali

Page 29: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

29

mengatakan, “Tawakkal adalah bersandarnya hati

dengan sebenarnya kepada Allah Ta’ala dalam

memperoleh kemashlahatan dan menolak bahaya,

baik urusan dunia maupun akhirat secara

keseluruhan.” (R. Indra Pratomo P. Sumber: Buletin At-

Tauhid. Artikel www.muslim.or.id/download

10/05/2013). Berkaitan dengan tawakal Allah SWT

berfirman dalam Qs. At-talaq 65:3 berbunyi:

Artinya: ”Dan memberinya rezki dari arah yang

tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”

Ayat tersebut menjelasklan wajibnya bertawakal

kepada Allah dan memasrahkan segala perkara

kepada-Nya. Wahbah al-Zuhailî, al- Tafsîr al-Munîr

(Damaskus: Dâr al-Fikr, 2005, vol. 3, 110.). Syaikh

Ahmad al-Shâwî al-Mâlikî menjelaskan makna dari

tawakal adalah memberi/memasrahkan masalah-

masalah kepada Allah. Selanjutnya, al-Shâwî

menjelaskan bahwa melakukan beberapa sebab

(usaha) agar tercapai apa yang diingini, itu tidak

bertentangan dengan tawakal, karena sesungguhnnya

melakukan sebab (usaha) di sini adalah yang

diperintah. (Ahmad al-Shâwî al-Mâlikî, Hâsyiyyah

Page 30: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

30

al-‘Alâmah al-Shâwî ‘alâ Tafsîr al-Jalâlain (Semarang:

Maktabah Thaha, t.t.), vol. 4, 215.)

2) Menghindari prilaku tercela

(1) Ananiyyah

Kata Ananiah berasal dari bahasa Arab “ana” yang

berarti saya atau aku, kemudian mendapat tambahan

iayah. Ananiyah berarti ‘keakuan’ yaitu mementingkan

diri sendiri atau disebut juga egois adalah orang yang

selalu mementingkan diri sendiri. Islam melarang

berbuat merusak diri sendiri. (Tim Abdi Guru, 2006:

35)

Firman Allah SWT yang menjelaskan tentang

ananiyyah terdapat dalam Al-Qur’an QS.Al-

Mukminuun:71 yaitu:

...

Artinya: ”Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya...”

Ayat di atas menjelaskan tentang sifat ananiyyah

yang hanya memperturutkan hawa nafsunya sendiri

akan lahir sifat-sifat lain yang berdampak negatif dan

merusak, misalnya, sifat bakhil, tamak, mau menang

sendiri, dhalim, meremehkan orang lain dan ifsad

(meru-sak). Jika tidak segera ditanggulangi sifat

ananiyah akan berkembang menjadi sifat congkak dan

kibir dengan ciri khasnya Bathrul Haq menolak

kebenaran, Ghomtun Nas dan meremehkan manusia.

(H.R. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud)

(AsepSyaefurrachmanSumber:

Page 31: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

31

EmailBlogThis!http://kbmpaispensa.

blogspot.com/10/05/2013/ananiyah-ghadab-hasad-

ghibah.html

(2) Ghadhab

Menurut bahasa, ghadhab artinya marah atau

murka. Sedangkan menurut istilah, ghadhab adalah

sikap atau perilaku marah kepada orang lain. Marah

sebenarnya merupakan salah satu sifat yang ada

dalam diri setiap manusia. Walaupun demikian, bukan

berarti kita boleh marah kepada siapa saja tanpa

alasan. Untuk itu, kita harus mampu mengendalikan

diri agar tidak mudah marah. Orang yang mudah

marah, disebut pemarah. (Tim Abdi Guru, 2006: 38)

Tentang Ghadab Allah berfirmn dalam Q.S Ali

Imran ayat 134 yang berbunyi:

tûïÏ%©!$# tbqà)ÏÿZム’Îû Ïä!#§Žœ£9$# Ïä!#§ŽœØ9$#ur tûüÏJÏà»x6ø9$#ur xáø‹tóø9$# tûüÏù$yèø9$#ur Ç`tã Ĩ$¨ 9Y $# 3 ª!$#ur =Ïtä†

šúüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊÌÍÈ Artinya: ”(yaitu) orang-orang yang menafkahkan

(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Ayat tersebut di atas berkaitan dengan hadist

Rasulullah SAW :

صلى : الله رسول قال قال عنه الله رضي هريراة ابي عن

يملك : اشديدالدي انما بالصرعة اشديد ليس وسلم عليه الله

( عليه ( متفق الغضب عندل نفسه

Page 32: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

32

Artinya: ”Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA katanya : sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : Kekuatan itu tidak di buktikan dengan kemenangan dalam bergulat. Tetapi orang yang ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika sedang marah (H.R. Bukhari dan Muslim) Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar al-Asqalany,2008 : 302.

(3) Hasad

Hasad artinya menaruh perasaan marah (benci,

tidak suka) yang berlarut-larut terhadap

keberuntungan orang lain. Sikap dengki biasanya

merupakan akibat dari memelihara sifat iri, sehingga

sifat dengki ini sudah mengarah kepada perbuatan

yang mencerminkan kemarahan dan perselisihan.

Orang yang terjangkit penyakit hati dengki mengarah

kepada tindakan memusuhi, menjelek-jelekkan, dan

menjatuhkan nama baik orang yang dengki. (Tim Abdi

Guru, 200: 42)

Sifat dengki berkakibat buruk bagi kehidupan

pribadi seseorang dan sekaligus dapat merusak

tatanan hidup yang rukun dan harmonis di

masyarakat. Di samping itu perbuatan hasad akan

menghapus kebaikan dan pahala yang kita miliki.

Sebagaimana hadist Rasulullah SAW :

� : الله صلى ¡ه  الل رس¢ول¢ قال قال عنه الله رضي £رة ه¢ري  ي أب عن£

وسلم عليه

¡ار¢ ) الن ¢ل¢ £ك تأ كما £حسنات  ال ¢ل¢ £ك يأ £حسد ال  ن¡ فإ £حسد وال ¢م£ ¡اك  ي إ

£حطب  ( ال

داو¢د ¢و أب  رواه¢

Page 33: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

33

Artinya: ”Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu'alaihi wa Sallam bersabda: "Jauhilah sifat hasad karena hasad itu memakan (pahala) kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar." Riwayat Abu Dawud.” (Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar al-Asqalany, 2008:304)

(4) Ghibah

Ghibah artinya mengumpat atau menggunjing

orang lain, atau membicarakan keburukan orang lain

di hadapan orang banyak. Perbuatan ini sangat

dilarang oleh Islam, karena dapat merugikan orang

lain. Tidak ada manusia yang senang kalau aibnya

atau kekurangannya dibicarakan oleh orang lain.

Begitu juga tidak ada yang rela jika dirinya difitnah,

sebab fitnah itu lebih kejam dan sadis daripada

pembunuhan. (Tim Abdi Guru, 200: 45)

Firman Allah SWT yang menjelaskan tentang

ghibah terdapat dalam Al-Qur’an QS.Al-Hujraat:12

yaitu:

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”

Page 34: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

34

Ayat ini mengandung larangan berbuat ghibah

atau menggunjing. Begitu pula seperti yang telah

ditafsirkan pengertiannya oleh Rasulullah SAW.,

sebagaimana yang terdapat di dalam hadits yang

diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwa Abu Hurairah r.a.

berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud

dengan ghibah itu?” Rasulullah menjawab, “Kamu

menceritakan perihal saudaramu yang tidak

disukainya. ”Ditanyakan lagi, “Bagaimanakah bila

keadaan saudaraku itu sesuai dengan yang aku

katakan?” Rasulullah menjawab, “Bila keadaan

saudaramu itu sesuai dengan yang kamu katakan,

maka itulah ghibah terhadapnya. Bila tidak terdapat

apa yang kamu katakan maka kamu telah berdusta.

(Rini Hardiyanti. Sumber: www.wikimu.com

http://noerolfebrian. blogspot.com/15/5/2013

penjelasan-tentangananiyah ghadabhasadg. html)

Ghibah tidak terbatas hanya pada ucapan lidah

akan tetapi setiap gerakan isyarat, ungkapan,

sindiran, celaan, tulisan, dan segala sesuatu yang di

pahami sebagai hinaan, maka hal itu haram dan

termasuk ghibah. (Ibrahim M. al-Jalal, 1995: 86)

(5) Namimah

Menurut bahasa, namimah artinya adu domba.

Sedangkan menurut istilah, namimah ialah menyebar

berita dusta dengan tujuan agar terjadi perpecahan

dan permusuhan di antara kedua belah pihak.(Tim

Abdi Guru, 2006: 49)

Page 35: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

35

Firman Allah SWT yang menjelaskan tentang

namimah terdapat dalam Al-Qur’an QS. Al-Qalam: 10-

11 yaitu:

Artinya: ”Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah.”

Imam Munziri rahimahullah berkata: "Telah

sepakat dan Ijma' para ulama bahwa Namimah

hukumnya haram dan ia merupakan sebesar-besarnya

dosa di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. (Rini

Hardiyanti. Sumber:

www.wikimu.comhttp://noerolfebrian.blogspot.

com15/5/2013 penjelasan-

tentangananiyahghadabhasadg.html)

Dewasa ini, namimah sama artinya dengan

perbuatan provokasi. Orangnya disebut provokator.

Provokasi ialah sikap perbuatan yang menyebarkan

isu atau fitnah kepada orang lain, dengan tujuan agar

terjadi permusuhan atau sengketa di antara mereka.

Para provokator selalu berusaha mempengaruhi dan

memanas-manasi hati orang lain, agar membenci satu

pihak dan mencintai pihak lain.

Namimah atau provokasi merupakan salah satu

sikap perbuatan tercela dan keji, yang harus dihindari

oleh setiap muslim. Sebab, selain dilarang oleh agama

Islam, juga dapat mendatangkan malapetaka, baik

bagi korbannya maupun bagi diri pelakunya. Orang

Page 36: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

36

yang menjadi korban namimah atau provokasi,

tentunya merasa dirugikan. Ia menderita lahir batin.

B. Konsep Kompetensi Profesional Guru

1. Kompetensi Guru.

Berkaitan dengan guru, istilah kompetensi guru

mempunyai banyak makna, Charles (1994) dalam Mulyasa,

(2007:25) mengemukakan bahwa:”competency as rational

performance which satisfactorily meets the objective for a

desired condition”. (kompetensi merupakan perilaku yang

rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai

dengan kondisi yang diharapkan). Sedangkan dalam Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa:”kompetensi adalah

seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang

harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen

dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.”

Menurut Usman (2005) dalam Kunandar (2011)

kompetensi adalah:” suatu hal yang menggambarkan

kualifikasi dan kemampuan seseorang, baik yang kualitatif

maupun yang kuantitatif.” Kompetensi juga dapat diartikan

sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang

direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dengan

demikian kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan

menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya.

Menurut Purwanto dalam Ma’ruf, (2002) kompetensi-

kompetensi penting jabatan guru meliputi: kompetensi

bidang substansi atau bidang studi, kompetensi bidang

pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan, nilai dan

bimbingan serta kompetensi bidang hubungan dan

Page 37: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

37

pelayanan/pengabdian masyarakat. Kompetensi-kompetensi

tersebut kini menjadi standar kompetensi guru yang nota-

bone sekaligus menjadi profil guru profesional.

Kemudian kompetensi guru harus selalu dikembangkan

dan ditingkatkan (UU RI No 9 tahun 2009 pasal 47 ayat 4)

dijelaskan bahwa:

Pengembangan dan peningkatan kompetensi guru dilakukan dalam berbagai kegiatan keprofesionalan yang diselenggarakan antara lain melalui Kelompok Kerja Guru, Musyawarah Guru, Mata Pelajaran, Kelompok Kerja Pengawasan Sekolah, dan Musyawarah kerja Pengawas Sekolah.

Brake Stone dalam Agus Wibowo dan Hamrin, (2012:103)

mendefenisikan kompetensi sebagai berikut: “Descriptive of

qualitative nature or teacher behaviour appear to be entirely

meaningful.” Artinya, komnpetensi itu merupakan ganbaran

hakikat kualitatif dari prilaku guru yang tampak sangat

berarti. Menurut Teven dan Hanson.Menurut Teven dan

Hanson, dalam Agus Wibowo dan Hamrin, (2012:105)

“kompetensi terdiri dari kepemilikan pengetahuan atau

keahlian dari pelajaran tertentu. Jika guru dianggap

berkompeten, dia dianggap mengetahui apa yang dia

bicarakan.”

Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh Tahir

Kaleem Siddiqui (2010:22) didalam penelitiannya yang

berjudul a study of teacher competencies and teaching

practice for school effectiveness in workers welfare model

schools di sampaikannya bahwa:” to understands a

competence of teacher, we have to see what extend they

apply and integrated knowladgethat they have in planning

implementing their teaching and revise the contens of the

Page 38: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

38

leasson.” (Untuk mengetahui kompetensi guru didalam

mengajar, kita harus mengetahui apakah pembelajaran yang

di berikan terintegrasi langsung dengan ilmu yang sedang

dipelajari, serta memperhatikan apa yang sudah di

rencanakan oleh guru tersebut sebelmunya apakah sejalan

dengan apa yang di praktekannya didalam kelas dan guru

tersebut selalu mencoba untuk memperbaiki setiap

kekurangank-kurangannya yang ada pada media yang

digunakan dalam mengajar.

Menurut Daryanto (1997:373) dalam Agus Wibowo,

(2012:102) kata kompetensi berasal dari bahasa Inggris yakni

“competence” yang berarti kecakapan, kemampuan dan

kesanggupan. Sementara dalam Kamus Bahasa Indonesia

Lengkap,”kompetensi adalah kewenangan atau kekuasaan

untuk menentukan suatu hal”.

Menurut Majid (2005:5) kompetensi adalah :

Seperangkat tindakan inteligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam pekerjaan tertentu. Sikap inteligen harus ditunjukkan sebagai kemahiran, ketepatan dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggungjawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika.

Menurut UU No 14 tahun 2005 (Pasal 1:10) tentang Guru

dan dosen dijelaskan kompetensi adalah:”seperangkat

pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki,

dihayati dan dikuasai guru atau dosen dalam melaksanakan

tugas keprofesionalan”.

Menurut Permindiknas RI No.16 Tahun 2007 hal: 35

tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

dijelaskan standar kompetensi inti guru adalah:” Kompetensi

Page 39: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

39

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan

kompetensi profesional”.

2. Profesional Guru

Menurut Webstar (1989) dalam Kunandar, (20011:43) profesionalisme

berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau

yangakan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu

jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan

keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif.

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan

keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau

norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. (Menurut UU Nomor 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).

Beberapa pakar menjelaskan profesional guru antara lain: Menurut

Mukhtar dan Iskandar (2009:120) “seorang guru dikatakan profesional bila

guru tersebut memilki kualitas mengajar yang tinggi, dan melaksanakan

tugasnya dengan penuh tanggung jawab.”

Dengan kata lain secara lebih luas profesional guru tidak hanya sekedar

berkualitas tinggi tetapi juga mempunyai makna tanggung jawab

(responsibility), baik tanggung jawab intelektual maupun tanggung jawab

moral.

Adapun ciri-ciri Profesional Guru Berdasarkan UU No. 14 Tahun

2005

tentang Guru dan Dosen (UUGD) pasal 10 ayat 1 ciri-ciri guru profesional

sebagai berikut:

a. Mempunyai kompetensi pedagogik; yaitu meyangkut kemampuan mengelola pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran yang dimaksudkan tidak terlepas dari tugas pokok yang harus dikerjakan guru. Tugas-tugas tersebut menyangkut: Merencanakan

Page 40: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

40

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran. Selain tugas pokok dalam pengelolaan pembelajaran, guru juga melakukan bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstrakulikuler, serta melaksanakan tugas tambahan yang diamanahkan oleh lembaga pendidikan.

b. Mempunyai kompetensi kepribadian; Yaitu menyangkut kepribadian yang mantap, berahlak mulia, arif, berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta didik. 

c. Mempunyai kompetensi profesional; Kompetensi profesional menyangkut penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Sebagai tenaga pendidik dalam bidang tertentu sudah merupakan kewajiban untuk menguasai materi yang menyangkut bidang tugas yang diampu. Apabila seorang guru tidak menguasai materi secara luas dan mendalam, bagaimana mungkin mampu memahami persoalan pembelajaran yang dihadapi di sekolah. Oleh karena itu, untuk menjadi profesional dalam bidang tugas yang diampu harus mempelajari perkembangan pengetahuan yang berkaitan dengan hal tersebut.

d. Mempunyai kompetensi sosial; yaitu menyangkut kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik, sesama guru, wali murid dan masyarakat. Kemampuan berkomunikasi dengan baik merupakan salah satu penentu keberhasilan seseorang dalam kehidupan. Komunikasi dan interaksi yang diharapkan muncul antara guru dengan siswa berkaitan dengan interaksi yang akrab dan bersahabat. Dengan demikian diharapkan peserta didik memiliki keterbukaan dengan gurunya.

3. Kompetensi Profesional Guru

Menurut Uzer Usman ( 2007:17) Kompetensi profesional  yang harus

dipenuhi atau dimiliki seorang guru atau calon guru adalah:

a. Menguasai landasan pendidikan, yakni mengenal tujuan pendidikan nasional untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, mengenal fungsi sekolah dalam masyarkat, mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar,

b. Menguasai bahan pengajaran, yakni menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah, menguasai bahan pengayaan,

c. Menyusun program pengajaran, yakni menetapkan tujuan pembelajaran, memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran, memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar,memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai, memilih dan memanfaatkan sumber belajar,

Page 41: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

41

d. Melaksanakan program pengajaran, yakni menciptakan iklim belajar yang tepat, mengatur ruangan belajar, mengelola interaksi belajar mengajar,

e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, yakni menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran, menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

Sementara menurut Buchari Alm dalam Agus Wibowo

2012: 118) kemampuan profesional adalah:”Kemampuan

penguasaan materi perlajaran secara luas dan mendalam,

serta metode dan teknik mengajar yang sesuai yang difahami

oleh murid, mudah ditangkap, tidak menimbulkan kesulitan

dan keraguan. Kemampuan guru dalam mengembangkan

materi studi yang diajarkan dalam bentuk penelitian, dan

secara nyata menghasilkan karya-karya produktif seperti

penulisan bahan ajar, termasuk menulis buku yang berkaitan

dengan materi yang diajarkan.

Kedudukan guru menurut UU RI No 9 tahun 2009 pasal 2)

adalah:”Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga

profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan

menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur

pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan”.

Dalam sistem pendidikan nasional, eksistensi guru sangat

penting, guru merupakan jabatan atau profesi yang

memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Menurut UU No.

14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah:

Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini di jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Pasal 1 ayat 1). Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang

Page 42: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

42

memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Pasal 1 ayat 2).

Adapun kedudukan guru menurut UU RI No 9 tahun 2009

pasal 2) adalah:”Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga

profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan

menengah dan pendidikan anaka usia dini pada jalur

pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan”

Keterkaitan kompetensi profesional guru, para ahli

pendidikan pada umumnya memasukkan guru sebagai

tenaga profesional, yaitu pekerjaan yang hanya dapat

dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu

dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang

karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Sebagai

pendidik profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan

tugasnya secara profesional tetapi juga harus memiliki

pengetahuan dan kemampuan profesional. Menurut Abuddin

Nata, (2008:156) untuk profesi seorang guru dalam garis

besarnya ada tiga yaitu:

Pertama; seorang guru yang profesional harus menguasai

bidang ilmu pengetahuan yang akan diajarkannya dengan

baik, harus terus menerus meningkatkan dan

mengembangkan ilmu yang diajarkannya dan untuk

melakukan peningkatan dan pengembangan ilmu yang

diajarkannya, seorang guru harus secara terus menerus

melakukan penelitian dengan menggunakan berbagai

metode.

Kedua; Seorang guru yang profesional harus memiliki

kemampuan menyampaikan atau mengajarkan ilmu yang

Page 43: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

43

dimilikinya (transfer of knowledge) kepada murid-muridnya

secara efektif dan efisien. Seorang guru harus memiliki ilmu

keperguruan. Dahulu ilmu keguruan ini terdiri dari tiga bidang

keilmuan, yaitu pedagogik, didaktik dan metodik. Istilah

pedagogik diterjemahkan dengan kata ilmu mendidik , dan yang dibahas

ialah bagaimana mengasuh dan membesarkan seorang anak. Sedangkan,

didaktik adalah pengetahuan tentang interaksi belajar mengajar secara

umum. Yang diajarkan di sini antara lain cara membuat persiapan pengajaran

sesuatu yang sangat perlu, cara menjalin bahan-bahan pelajaran, dan cara

menilai hasil pelajaran. Adapun metodik adalah pengetahuan tentang cara

mengajarkan sesuatu bidang pengetahuan.

Ketiga, seorang guru yang profesional harus berpegang teguh dengan kode

etik profesional. Kode etik di sini lebih dikhususkan lagi tekanannya pada

perlunya memiliki akhlak yang mulia. Demikian akhlak yang demikian itu,

maka seorang guru akan dijadikan panutan, contoh, dan teladan.

Sebagai seorang pendidik profesional, maka seorang guru dituntut untuk

memiliki kualifikasi pendidikan khusus sehingga guru memiliki kemampuan

untuk menjalankan profesinya tersebut sehingga akan mencerminkan guru

yang profesional. Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan

pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi

maupun metode. Guru yang profesional diyakini mampu memotivasi siswa

untuk mengoptimalkan potensinya dalam kerangka pencapaian standar

pendidikan yang ditetapkan.

Adapun kemampuan dasar profesionalisme guru menurut Kunandar,

(2011:63) adalah sebagai berikut:

a. Menguasai bahan

b. Mengelola program pembelajaran

c. Mengelola kelas

d. Menggunakan media sumber

e. Menguasai landasan kependidikan

Page 44: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

44

f. Mengelola interaksi belajar mengajar

g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran

h. Mengenal funsi dan program pelayanan BP

i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.

Menurut Mulyasa (2007:135) kompetensi profesional secara umum dapat

diidentifikasikan dan disarikan sebagai berikut:

a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan.

b. Mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.

c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawab.

d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.

e. Mampu mengembangkan dan menggunakan alat, media dan sumber belajar yang relevan.

f. Mampu mengorganisasi dan melaksanakan program pembelajaran.

g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.

h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.

Menurut M.Furqon Hidayartullah dalam Agus Wibowo dan Hamrin

(2012:106) seorang guru yang memiliki kompetensi diantaranya:

a. Senantiasa mengembangkan potensi dan kemampuan diri. Guru yang memiliki kompetensi, akan memiliki motivasi yang kuat dalam meningkatkan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pengetahuannya selalu terbaru atau up to date. Gurupun akan semakin berwibawa lantara percara diri (pede) memiliki pengetahuan yang luas dan keahlian yang selalu bertambah.

b. Ahli dibidangnya. Guru yang berkompeten itu sangat menguasai bidang tugasnya seperti mendidik, mengajar, membangun karakter anak didik, mengadakan evaluasi hasil pengajaran, interaksi dengan rekan kerja sesame guru dan sebagainya.

c. Menjiwai profesinya. Guru yang kompeten akan menjiwai pekerjaan atau profesinya secara mendalam. Laksana seorang actor yang menjiwai tokoh cerita, guru kompeten akan menjiwai bagaimana menjadi seorang pendidik sejati; baik dalam olah tingkah, olah rasa,

Page 45: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

45

dan olah wicara. Penjiwaan guru yang sempurna pada prpfesinya, akan berkontribusi positif tidak saja bagi anak didik, guru bersangkutan, tetapi juga dalam pencapaian tujuan pendidikan.

d. Memiliki kompetensi pedagogic, kepribadian/personal, sosial dan professional.

C. Konsep Kinerja Guru

1. Kinerja Guru

Kinerja dalam perspektif Islam dengan segala akal dan pikirannya,

manusia harus berusaha mencari solusi hidup yaitu dengan bekerja keras

mengharapkan Ridho Allah SWT. Dengan bekerja kita akan mendapatkan

balasan yang akan kita terima, apabila seseorang memposisikan pekerjaannya

dalam dua konteks, yaitu kebaikan dunia dan kebaikan akhirat, maka hal itu

disebut rizeki dan berkah dan hasil pekerjaan yang baik adalah yang

dikerjakan dengan penuh tanggung jawab dan sesuai dengan ajaran-ajaran

Rasulullah SAW. Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl: 93

Artinya: “Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu

kerjakan...”

Tentang Kinerja, Thomas Alva Edison dalam Agus Wibowo dan Hamrin,

(2012:127) kata bijaknya:”Kejeniusan itu hanya satu persen saja, 99

persennya adalah inspirasi dan keringat”.

Pengertian kinerja menurut Lan (1992) dalam Rusman, (2011:50)

kinerja adalah performance atau unjuk kerja. Sementara itu, menurut

Augustust W.Smith, performance is output derives from proceses, human or

therwise, yaitu kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia.

Sementara itu, menurut August W. Smith dalam Rusman (2011:50)

performance is output derives from proceses, human or therwise, yaitu kinerja

adalah hasil dari suatu wujud perilaku seseorang atau organisasai dengan

orientasi prestasi.

Page 46: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

46

Menurut Wibowo (2007:2) Pengertian performance sering diartikan

sebagai kinerja, hasil kerja atau prestasi kerja.”

Menurut The Scribner-Bantam English Distionary, terbitan Amerika

Serikat dan Canada (1979), performance berasal dari akar kata “to perform”

dengan beberapa “entries” yaitu: (1) melakukan, menjalankan, melaksanakan

(to do or carry out, execute); (2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban

suatu niat atau nazar ( to discharge of fulfill; as vow); (3) melaksanakan atau

menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete an understaking);

dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do

what is expected of a person machine).

Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat

tercapai dengan baik (Gibson and Ivancevich Donnelly: 1996).

Kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A),

motivasiatau motivation (M) dan kesempatan atau opportunity (O), yaitu

kinerja = ƒ (A x M x O). Artinya: kinerja merupakan fungsi dari kemampuan,

motivasi dan kesempatan (Robbins: 2001).

Sehubungan dengan produktivitas kinerja seseorang dipaparkan oleh

Sutermaister (1976) dalam Rusman. (2011: 52) bahwa:

a. Produktivitas itu kira-kira 90% bergantung pada prestasi kerja dan 10% tergantung pada teknologi dan bahan yang digunakan.

b. Prestasi kerja itu sendiri untuk 80-90% bergantung pada motivasinya untuk berkerja, 10-20% bergantung pada kemampuannya.

c. Motivasi kerja 50% bergantung pada kondisi sosial, 40% bergantung pada kebutuhan-kebutuhannya, 10% bergantung pada kondisi-kondisi fisik.

Menurut Amstromg dan Baron kinerja adalah tentang apa yang

dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya (Wibowo, 2007:2). Hadari

Nawawi (2006:64-65) mengemukakan kinerja merupakan gabungan dari tiga

faktor yang terdiri dari :

a. Pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dalam bekerja. Faktor ini mencakup jenis

Page 47: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

47

dan jenjang pendidikan serta pelatihan yang pernah diikuti di bidangnya.

b. Pengalaman, yang tidak sekadar berarti jumlah waktu atau lamanya dalam bekerja, tetapi berkenaan juga dengan substansi yang dikerjakan yang jika dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama akan meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan sesuatu bidang tertentu.

c. Kepribadian, berupa kondisi di dalam diri seseorang dalam menghadapi bidang kerjanya, seperti, minat, bakat, kemampuan kerja sama/keterbukaan, ketekunan, kejujuran, motivasi kerja, dan sikap terhadap pekerjaan.

Menurut Supriyadi mengutip pendapat Mohammad Mahsun (2009)

kinerja adalah: “Gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan program kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan v

isi organisasi yang tertuang dalam strategie planning suatu organisasi

(Supriyadi, Tesis 2011:9)

Menurut A. Dale Timpe dalam Mukhtar dan Iskandar (2009:129)

dijelaskan tiga teori yang berkenaan dengan kinerja (performance) yaitu:

a. Tiori kebutuhan dari Maslow: Setiap manusia memiliki kebutuhan dalam hidupnya. Dalam teori ini kebutuhan diartikan sebagai kekuatan atau tenaga yang menghasilkan dorongan bagi individu untuk melakukan kegiatan, agar dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan tersebut.

b. Teori Dorongan: Teori dorongan kadang disebut juga dengan teori insentif, teori persiapan atau belajar. Teori ini menunjukan bahwa prilaku dipengaruhi oleh insentif prilaku. Bila manajemen menghargai prilaku-prilaku tertentu seperti pekerjaan berkualitas tinggi, produktivitas tinggi, laporan tepat waktu, prilaku ini mungkin meningkat.

c. Teori Harapan (Expectancy): Teori ini berpegang pada prinsip yang mengatakan:”terdapat hubungan yang erat antara pengertian seseorang mengenai suatu tingkah laku, dengan hasil yang diperolehnya sebagai harapan”.Dengan demikian berarti juga harapan merupakan energi penggerak untuk melakukan sesuatu kegiatan yang karena terarah untuk mencapai suatu yang diinginkan disebut “usaha”.Usaha dilingkungan para pekerja dilakukan berupa kegiatan yang disebut bekerja, pada dasarnya didorong oleh harapan tertentu.

Page 48: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

48

Dalam kinerja ada beberapa rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam (Alfianoor Rahman:2010) yaitu:

a. Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik, profesional, dan tidak asal-asalan. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja, maka hendaklah meningkatkan kualitasnya”.

b. Dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik, perencanaan yang jelas, pentahapan aksi, dan adanya penetapan skala prioritas.

c. Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun. “Barangsiapa yang dibukakan pintu kebaikan, hendaknya dia mampu memanfaatkannya, karena ia tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya,” demikian beliau bersabda.

d. dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan. Beliau adalah sosok yang visioner, sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus.

e. Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan. Beliau bekerja secara tuntas dan berkualitas.

f. Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim yang solid yang percaya pada cita-cita bersama.

g. Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu. Tidak berlalu sedetik pun waktu, kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya. Dan yang terakhir, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam .menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih keridhaan Allah SWT. Inilah kunci terpenting.

Kinerja guru pada dasarnya unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam

melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat

menentukan kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang

paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses

pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah.

Kinerja guru menurut Sudirman yang dikutif AKSI, (2006 : 75) dapat

dinilai dari aspek kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru,

yang dikenal dengan istilah kompetensi guru, yang meliputi hal-hal sebagai

berikut :

Page 49: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

49

a. Menguasai bahan atau materi pembelajaran, yang pada dasarnya berupa bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah dan bahan pengayaan/penunjang bidang studi.

b. Mengelola program belajar mengajar, dengan cara merumuskan tujuan instruksional/pembelajaran, menggunakan proses instruksional dengan tepat, melaksanakan program belajar mengajar, mengenal kemampuan anak didik serta merencanakan dan melaksanakan program remidial

c. Mengelola kelas, dengan menciptakan suasana kondusif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar

d. Menggunakan media/sumber, dengan mampu mengenal, memilih dan menggunakan mendukung pembelajaran, berupa alat bantu, perpustakaan, teknologi komputer, atau laboraturium secara baik sesuai dengan kebutuhan.

e. Menguasai landasan kependidikan, sebagai landasan berpijak dan bertindak edukatif disetiap situasi dalam usaha mengelola interaksi belajar mengajar.

f. Mengelola interaksi belajar mengajar, merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam upaya transformasi pengetahuan dan internalisasi nilai kepada peserta didik. Keterampilan guru, metode mengajar, sarana dan alat atau teknologi pendukung merupakan komponen penting bagi keberhasilan pengelolaan

g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran merupakan kemampuan untuk memenuhi potensi siswa, menganalisis, dan menggunakan data hasil belajar siswa sebagai umpan balik bagi setiap siswa

h. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah merupakan pemahaman mengenai fungsi dan peranan program ini untuk kepentingan proses belajar mengajar

i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah merupakan kemampuan untuk melakukan kegiatan administatif seperti pencatatan dan pelaporan hasil belajar siswa.

j. Memahami prinsip-prinsip dan menapsirkan hasil penelitian guru keperluan pengajaran, merupakan kemampuan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan penalaran untuk menumbuhkan penalaran siswa dan mengembangkan proses belajar mengajar.

Adapun ukuran dari kinerja menurut T.R. Mitchell (1989) dalam

Rusman, (2011:50) dapat dilihat dari quality of works, promthness, initiative

and communication. Keempat komponen tersebut adalah ukuran standar

kinerja yang dapat dijadikan dasar untuk mengetahui baik-buruknya atau

efektif tidaknya kinerja seorang guru.

Page 50: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

50

Berkenaan dengan standar kinerja guru, Piet A. Sahertian dalam Rusman,

(2011:51) menjelaskan bahwa: Standar kinerja guru itu berhubungan dengan

kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti:

a. Bekerja dengan siswa secara individual;

b. Persiapan dengan perencanaan pembelajaran;

c. Pendayagunaan media pembelajaran;

d. Melibatkan siswa dalam berbagai pengelaman belajar; dan

e. Kepemimpinan yang aktif dari guru.

Di kutip dari teacher performance handbook oleh bedford

country public school (2006:6) di jelaskan bahwa ada 7

standar untuk menulai kinerja dari guru yaitu:

a. Data–driven planning ( perencanaan dan pelaksanaan),

b. Instructional delivery(perintah langsung),

c. Assessment (penilaian),

d. Learning environment (ruang lingkup pembelajaran),

e. Communication (komunikasi),

f. Professionalism (profesionalitas)

g. Students achievement (hasil dari pencapaian pembelajaran)

Menurut Jeffrey S. Kane (2004:6) dimensi kinerja adalah

a. Quality (kualitas)

b. Quantity (kuantitas)

c. Timeliness (aktualitas)

d. Cost Effectiveness ( biaya efektifitas)

e. Need for Supervision (perlu pengawasan)

f. Interpersonal Impact (dampak interpersonal)

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Kinerja Guru

merupakan prestasi atau pencapaian hasil kerja yang dicapai guru berdasarkan

standar dan ukuran penilaian yang ditetapkan. Standar dan alat ukur tersebut

Page 51: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

51

merupakan indikator untuk menentukan apakah seorang guru berkinerja

tinggi atau rendah. Berdasarkan sifat dan jenis pekerjaannya, standar tersebut

berfungsi pula sebagai alat ukur pertanggungjawaban.

2. Indikator Kinerja Guru

Menurut Muhammad hamzah (Alfianoor Rahman:2010)

seorang pengajar atau guru itu harus mempunyai 5 Prinsip

Etos Kerja, yaitu:

a. Kerja, aktifitas, ‘amal dalam Islam adalah perwujudan rasa syukur kita kepada ni’mat Allah SWT. Al-Qur’an Saba’ ayat 13 berbunyi:

Artinya: ”...Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih”.

b. Seorang Muslim hendaknya berorientasi pada pencapaian hasil: hasanah fi ad-dunyaa dan hasanah fi al-akhirah. Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 201 berbunyi:

Artinya: ”Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan

kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.

c. Dua karakter utama yang hendaknya kita miliki: al-qawiyy dan al-amiin. Al-Qur’an Surah A- Qashash ayat 26 berbunyi:

Artinya: ”Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku

ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya."

d. Al-qawiyy merujuk kepada : reliability, dapat diandalkan. Juga berarti, memiliki kekuatan fisik dan mental (emosional, intelektual,

Page 52: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

52

spiritual). Sementara al-amiin, merujuk kepada integrity, satunya kata dengan perbuatan alias jujur, dapat memegang amanah.

e. Kerja keras. Ciri pekerja keras adalah sikap pantang menyerah; terus mencoba hingga berhasil. Kita dapat meneladani ibunda Ismail a.s. Sehingga seorang pekerja keras tidak mengenal kata “gagal” (atau memandang kegagalan sebagai sebuah kesuksesan yang tertunda). Kerja dengan cerdas. Cirinya: memiliki pengetahuan dan keterampilan; terencana; memanfaatkan segenap sumberdaya yang ada.

Berdasarkan Permendiknas nomor 16 tahun 2009. Secara garis besar

penilaian kinerja guru digunakan untuk menilai 14 indikator dengan butir-

butir kinerja yang telah ditentukan. Butir penilaian yang akan dinilai

diperjelas melalui rubrik penilaian. Berikut penjelasannya.

a. Perencanaan Pembelajaran

1) Guru memformulasikan tujuan pembelajaran dalam RPP sesuai

dengan kurikulum/silabus dan memperhatikan karakteristik

peserta didik.

(1) Tujuan pembelajaran dirumuskan dan dikembangkan

berdasarkan SK/KD yang akan dicapai.

(2) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan di RPP telah

mencakup semua indikator ketercapaian hasil belajar.

(3) Tujuan pembelajaran memuat gambaran proses dan hasil

belajar yang dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan

kebutuhan belajarnya.

(4) Tujuan pembelajaran dalam RPP dirumuskan dengan kata

kerja yang jelas (tidak menimbulkan penafsiran ganda),

dapat dikerjakan (peserta didik dapat melakukannya) dan

terukur (dapat dinilai hasilnya baik secara tertulis, lisan

maupun bentuk hasil kerja peserta didik lainnya.

Page 53: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

53

(5) Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan belajar

peserta didik. Tujuan pembelajaran di RPP dijenjangkan

sesuai dengan tingkat an kelas.

2) Guru menyusun bahan ajar secara runut, logis, kontekstual dan

mutakhir.

(1) Bahan ajar disusun dari yang sederhana ke kompleks,

mudah ke sulit dan/atau konkrit ke abstrak sesuai dengan

tujuan pembelajaran. Bahan ajar disusun dari yang

sederhana ke kompleks, mudah ke sulit dan/atau konkrit ke

abstrak sesuai dengan tujuan pembelajaran.

(2) Keluasan dan kedalaman bahan ajar disusun dengan

memperhatikan potensi peserta didik (termasuk yang cepat

dan lambat,motivasi tinggi dan rendah). Keluasan dan

kedalaman bahan ajar disusun dengan memperhatikan

potensi peserta didik, misalnya peserta didik yang

belajarnya cepat atau lambat, peserta didik yang memiliki

motivasi tinggi dan rendah.

(3) Bahan ajar dirancang sesuai dengan konteks kehidupan dan

perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.Bahan ajar

dirancang sesuai dengan konteks kehidupan dan

perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.

(4) Bahan ajar dirancang sesuai dengan konteks kehidupan

danperkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahan

ajar dirancang dengan menggunakan sumber yang

bervariasi atau guru mengajar tidak hanya menggunakan

buku pegangan peserta didik tetapi juga sumber-sumber lain

yang relevan

3) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang efektif

Page 54: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

54

(1) Strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran relevan

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai /

kompetensi harus dikuasai peserta didik. Strategi,

pendekatan, dan metode pembelajaran relevan untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai /

kompetensi harus dikuasai peserta didik.

(2) Strategi dan metode pembelajaran yang dipilih

dapat memudahkan pemahaman peserta didik.

Strategi dan metode pembelajaran yang dipilih

dapat memudahkan pemahaman peserta didik.

(3) Strategi dan metode pembelajaran yang dipilih sesuai

dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan

psikomotor peserta didik. Strategi dan metode pembelajaran

yang dipilih sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif,

afektif, dan psikomotor peserta didik.

(4) Setiap tahapan pembelajaran diberi alokasi waktu secara

proporsional dengan memperhatikan tingkat kompleksitas

materi dan/atau kebutuhan belajar peserta didik. Setiap

tahapan pembelajaran diberi alokasi waktu secara

proporsional dengan memperhatikan tingkat kompleksitas

materi dan/atau kebutuhan belajar peserta didik.

4) Guru memilih sumber belajar/ media pembelajaran sesuai

dengan materi dan strategi pembelajaran

(1) Sumber belajar/media pembelajaran yang dipilih dapat

dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran atau

kompetensi yang ingin dicapai (misalnya buku, modul

untuk kompetensi kognitif; media audio visual, Komputer

untuk kompetensi keterampilan). Sumber belajar/media

pembelajaran yang dipilih (misalnya buku, modul untuk

kompetensi kognitif; media audio visual, Komputer untuk

Page 55: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

55

kompetensi keterampilan) dapat dipakai untuk mencapai

tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.

(2) Sumber belajar/media pembelajaran termasuk TIK yang

dipilih dapat memudahkan pemahaman peserta didik

(misalnya lidi/sempoa digunakan untuk operasi hitung

matematika, lampu senter, globe, dan bola untuk

mengilustrasikan proses terjadinya gerhana). Sumber

belajar/media pembelajaran termasuk TIK yang dipilih

dapat memudahkan pemahaman peserta didik (misalnya

lidi/sempoa digunakan untuk operasi hitung matematika,

lampu senter, globe, dan bola untuk mengilustrasikan proses

terjadinya gerhana).

(3) Sumber belajar/media pembelajaran yang dipilih sesuai

dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan

psikomotor peserta didik. Sumber belajar/media

pembelajaran yang dipilih sesuai dengan tingkat

perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta

didik.

b. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran yang Aktif dan Efektif

1) Kemampuan Memulai Pembelajaran yang Efektif Membuka

Proses Pembelajaran

(1) Melakukan apersepsi mengaitkan materi pembelajaran

sekarang dengan pengalaman atau pembelajaran

sebelumnya (termasuk kemampuan prasyarat), mengajukan

pertanyaan menantang, menyampaikan manfaat materi

pembelajaran, mendemonstrasikan sesuatu yang terkait

dengan materi pembelajaran.

(2) Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dalam

rencana kegiatan menyampaikan kemampuan yang akan

dicapai dengan bahasa peserta didik, misalnya dengan

Page 56: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

56

mengatakan bahwa setelah pembelajaran selesai siswa dapat

menjelaskan faktor-faktor penyebab gempa bumi. Rencana

kegiatan misalnya, individual, kerja kelompok, dan

melakukan observasi.

2) Penguasaan Materi Pelajaran

(1) Kemampuan menyesuiakan materi dengan tujuan

pembelajaran materi yang disampaikan sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam RPP.

(2) Kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan lain

yang perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata, materi

yang disampaikan dikaitkan dengan bidang studi lainnya,

misalnya mengaitkan aristmatik (operasi bilangan) dengan

IPS (transaksi ekonomi).

(3) Tingkat ketepatan pembahasan dengan materi

pembelajaran,. materi ajar sesuai dengan topik yang

dibahas.

(4) Kemampuan menyajikan materi secara sistematis (mudah

ke sulit, dari konkrit ke abstrak) materi disampaikan secara

sistematis (mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak).

3) Pendekatan/Strategi pembelajaran

(1) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi

yang akan dicapai. Materi, strategi dan kegiatan belajar

sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai (kognitif,

psikomotor, dan afektif).

(2) Melaksanakan pembelajaran secara runtut Materi disajikan

sistematis dengan menggunakan stragi pembelajaran yang

tepat. Perhatian peserta didik terfokus pada belajar, disiplin

kelas terpelihara, dan kelas terkendali.

Page 57: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

57

(3) Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual

materi ajar disampaikan sesuai dengan kondisi kehidupan

nyata dan memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari

peserta didik.

(4) Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan

tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect). Kegiatan

belajar dapat mendorong kebiasaan peserta didik untuk

bekerjasama, saling menghargai, bertanggung-jawab

berpikir kritis, dsb.

(5) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu

yang direncanakan. Pembelajaran dimulai dan diakhiri

sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan.

4) Pemanfaatan sumber belajar /media pembelajaran

(1) Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber

belajar/media pembelajaran. Guru terampil memanfaatkan

lingkungan dan sumber belajar lainnya serta dapat

menggunakan media pembelajaran (alat laboratorium, TIK,

media lainnya) untuk mencapai target sesuai dengan alokasi

waktu.

(2) Menghasilkan pesan yang menarik.Media yang digunakan

dapat menusatkan perhatian peserta didik, sehingga pesan

dapat ditangkap dengan jelas.

(3) Melibatkan siswa dalam pembuatan dan pemanfaatan

sumber belajar/media pembelajaran. Peserta didik

dilibatkan dalam pembuatan dan pemanfaatan sumber

belajar/media pembelajaran.

5) Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa

(1) Menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui interaksi

guru, siswa, sumber belajar. Kegiatan pembelajaran yang

Page 58: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

58

dilaksanakan mendorong interaksi aktif antara guru dengan

peserta didik antar peserta didik secara mental, emosional,

maupun fisik.

(2) Merespon positif partisipasi siswa.Guru merespon positif

terhadap aktifitas peserta didik (misalnya memberikan

pujian, meminta peserta didik lain untuk menanggapi

peserta didik lain, menegur yang melanggar disipilin tanpa

harus merendah harga diri yang ditegur, dsb).

(3) Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa.Guru

menghargai pendapat peserta didik, mengakui kebenaran

dan mengakui keterbatasan diri peserta didik.

(4) Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif.

Menunjukkan sikap ramah, luwes, hangat, sopan,

menghargai keragaman budaya dan latar belakang peserta

didik.

(5) Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam

belajar. Suasana belajar yang menyenang dan menarik.

6) Penggunaan bahasa

(1) Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar

bahasa lisan yang digunakan guru mudah,jelas dan tidak

menimbulkan salah tafsir serta dapat dimengerti oleh

peserta didik sesuai tingkat perkembangannya.

(2) Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar

bahasa tulisan (misalnya RKS, soal, modul, dsb) yang

digunakan memenuhi kaidah bahasa yang benar,

mudah,jelas dan tidak menimbulkan salah tafsir serta dapat

dimengerti oleh peserta didik sesuai tingkat

perkembangannyaa.

Page 59: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

59

(3) Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai

informasi disampaikan dengan ekspresi wajah, intonasi

suara, gerak tubuh sesuai dengan pesan yang disampaikan.

7) Kemampuan Mengakhiri Pembelajaran yang Efektif

(1) Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan

melibatkan siswa guru mengajak siswa mengingat kembali

hal-hal penting yang sudah terjadi dalam kegiatan belajar

(misalnya mengajukan pertanyaan tentang proses, materi

dan kejadian lainnya) dan menfasilitasi peserta didik dalam

membuat rangkuman.

(2) Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan,

atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.

c. Penilaian Pembelajaran

1) Guru merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan

keberhasilan belajar peserta didik

(1) Kesesuaian teknik dan jenis penilaian (tes lisan, tes tertulis,

tes perbuatan) sesuai dengan tujuan pembelajaran. Apakah

jenis dan teknik penilai yang direncanakan dalam RPP sesai

dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

(2) Alat tes dirancang untuk dapat mengukur kemajuan belajar

peserta didik dari aspek kognitif, afektif dan/atau

psikomotorik. Apakah alat tes yang dikembangkan dapat

mengukur kemajuan belajar peserta didik dari berbagai

aspek kognitif, psikomotor dan afektif.

(3) Rancangan penilaian portofolio peserta didik minimal 1 kali

per semester apakah guru merancang penilaian portofolio

dalam bentuk pemberian tugas terstruktur (misalnya

menulis resensi buku, membuat laporan kerja

lapangan/studi banding, penelitian kecil, tugas proyek, dsb).

Page 60: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

60

(4) Hasil analisis penilaian sebelumnya (UH, UAS, UN)

digunakan untuk keperluan program perbaikan (remedial,

pengayaan, dan/atau menyempurnakan rancangan dan/atau

pelaksanaan pembelajaran). Apakah guru melakukan

analisis hasil penilaian (lihat hasil analisisnya) dan

menggunakannya untuk penyempurnaan rancangan

dan/atau pelaksanaan pembelajaran.

2) Guru menggunakan berbagai strategi dan metode penilaian

untuk memantau kemajuan dan hasil belajar peserta didik dalam

mencapai kompetensi tertentu sebagaimana yang tertulis dalam

RPP.

(1) Menggunakan teknik penilaian otentik (kuis, pertanyaan

lisan, pemberian tugas, dsb.) untuk memantau kemajuan

belajar peserta didik. apakah selama proses pembelajaran

guru melaksanakan aktifitas penilaian proses untuk

mengukur kemajuan belajar dengan menggunakan berbagai

teknik penilaian (misalnya kuis, pertanyaan lisan,

pemberian tugas, dsb).

(2) Menggunakan teknik penilaian (ulangan harian, tengah

semester, dan ulangan semester) disusun untuk mengukur

hasil belajar peserta didik dalam aspek kognitif, afektif

dan/atau psikomotor. Apakah diakhir pembelajaran guru

melaksanakan aktifitas penilaian berkala untuk mengukur

hasil belajar dengan menggunakan berbagai teknik

penilaian (misalnya ulangan harian, tengah semester, dan

ulangan semester).

(3) Menerapkan penilaian portofolio dalam bentuk tugas

terstruktur. Apakah guru melaksanakan penilaian portofolio

peserta didik yang dibuktikan dengan hasil tugas-tugas

terstruktur (misalnya resensi buku, laporan kerja

Page 61: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

61

lapangan/studi banding, laporan pelaksanaan penelitian

kecil, laporan tugas proyek, dsb).

(4) Menggunakan alat penilaian yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran dan materi ajar sebagaimana disusun dalam

RPP. Apakah alat dan teknik pelaksanaan penilaian tersebut

di atas sesuai dengan materi dan dapat mengukur

ketercapaian tujuan pembelajaran.

3) Guru memanfatkan berbagai hasil penilaian untuk memberikan

umpan balik bagi peserta didik tentang kemajuan belajarnya dan

bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya

(1) Menggunakan hasil analisis penilaian untuk

mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang mudah,

sedang dan sulit sehingga diketahui kekuatan dan

kelemahan masing-masing peserta didik untuk keperluan

remedial dan pengayaan. napakah guru melakukan dan

memiliki hasil analisis penilaian untuk mengidentifikasi

topik/kompetensi dasar yang mudah, sedang dan sulit untuk

kegiatan remedial dan pengayaan.

(2) Menggunakan hasil penilaian untuk menyempurnakan

rancangan dan/atau pelaksanaan pembelajaran. Apakah

hasil penilaian digunakan guru dalam penyempurnakan

rancangan dan pelaksanaan pembelajaran (diskusikan dan

minta guru menjelaskannya dengan menggunakan RPP).

(3) Melaporkan kemajuan dan hasil belajar peserta didik

kepada orang tua, teman guru dan bagi peserta didik sebagai

refleksi belajarnya apakah guru memiliki catatan kemajuan

dan hasil belajar peserta didik dan catatan hasil

diskusiorang tua dan teman sejawat. Guru juga

mengembalikan hasil hasil penilaian yang telah diberikan

komentar kepada peserta didik sebagai refleksi (dapat

Page 62: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

62

dilakukan melalui wawancara dengan peserta didik, orang

tua, dan teman sejawat serta menunjukkan hasil tes yang

telah dikoreksi dan diberikan komentar).

(4) Memanfaatkan hasil penilaian secara efektif untuk

mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, tantangan dan

masalah potensial untuk peningkatan keprofesian dalam

menunjang proses pembelajaran guru dapat membuktikan

kegiatan pengembangan keprofesian yang telah diikutinya

didasarkan pada hasil penilaian belajar peserta didik.

D. Konsep Hasil Belajar

1. Hasil Belajar

Hasil Belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran

dan  berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap

atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan. 

Menurut Ali Muhammad, (2004 : 14) belajar 

adalah:”perubahan perilaku, akibat interaksi dengan

lingkungannya." Perubahan perilaku dalam proses belajar

terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi

biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian

belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam

diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri

individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3) hasil belajar

adalah:” merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar

dan tindak mengajar.  Dari sisi guru, tindakan mengajar

diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa

hasil belajar merupakan puncak proses belajar”.

Menurut (Ahmadi 1984:35 dalam http://wawan-

junaidi.blogspot. com/2011/02/hasil-belajar.html)

Page 63: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

63

bahwa:“Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu

usaha, dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi

belajar siswa yang dilihat pada setiap mengikuti tes”. 

Menurut (Hamalik 2006:122) hasil belajar adalah:” Suatu

bentuk perubahan atau pertumbuhan dalam diri siswa yang

dinyatakan dalam cara berprilaku baru berkat pengelaman

dan latihan. Prilaku ini dapat berupa pengertian, sikap,

penghargaan, kecakapan dan lain sebagainya”. Menurut

pendapat Suryabrata (2000:54), bahwa:”hasil belajar

merupakan hasil evaluasi dari suatu proses yang biasanya

dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, yang harus

dipersiapkan untuk proses evaluasi, misalnya rapor”. Dari

uraian tersebut tampak bahwa hasil belajar merupakan

derajat keberhasilan seorang siswa dalam semua mata

pelajaran yang diajarkan di sekolah yang berbentuk angka-

angka kuantitatif yang tercantum dalam rapor.

Hasil belajar pada dasarnya perubahan kemampuan yang

diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar. Hasil

belajar pada diri seseorang tidak langsung nampak tanpa

seseorang tadi melakukan kegiatan untuk memperlihat

kemampuan yang diperolehnya. Kemampuan yang diperoleh

tersebut dapat berupa kemampuan di bidang kognitif, afektif,

maupun psikomotorik. Berbagai perubahan yang terjadi pada

diri siswa sebagai hasil proses pembelajaran dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu output dan outcome. Output merupakan

kecakapan yang dikuasai siswa yang segera dapat diketahui

setelah mengikuti serangkaian proses pembelajaran,

sedangkan outcome merupakan prestasi sosial siswa dalam

masyarakat sebagai hasil pembelajaran yang bersifat jangka

panjang.(Jurnal Teknologi, 2011:47).

2. Aspek Hasil Belajar

Page 64: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

64

Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi

tiga aspek hasil belajar mengajar :”1) Keterampilan dan kebiasaan, 3)

Pengetahuan dan pengarahan, 4) Sikap dan cita-cita.”

Menurut Winkel (1996:51) dalam Purwanto (2011:45) belajar dilakukan

utnuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar.

Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar.

Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam

sikap dan tingkah lakuknya. Winkel, melanjutkan bahwa aspek perubahan

mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang kembangkan oleh Bloom,

Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Bloom membagi dan menyusun secara hirarkhis tingkat hasil belajar

kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai

yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Makin tinggi tingkat maka

makin kompleks dan penguasaan suatu tingkat mempersyaratkan penguasaan

tingkat sebelumnya. Enam tingkat itu adalah hafalan (C1), pemahaman (C2),

penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). (Purwanto,

2011:45).

Krathwohl membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat yaitu

penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Hasil belajar

disusun secara hirarkhis mulai dari tingkatan yang paling rendah dan

sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks. Penerimaan (receiving)

atau menaruh perhatian (at-tending) adalah kesediaan menerima rangsangan

dengan memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang kepadanya.

Partisipasi atau merespons (responding) adalah kesediaan memberikan

respons dengan berpartisipasi. Penilaian atau penentuan sikap (valuing)

adalah kesediaan untuk menntukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan

tersebut. Organisasai adalah kesediaan mengorganisasikan nilai-nilai yang

dipilihnya untuk menjadi pedoman yang mantap dalam perilaku. Internalisasi

nilai atau karaterisasi (characterization) adalah menjadikan nilai-nilai yang

Page 65: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

65

diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga

menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari. (Purwanto, 2011:52).

Winkel (1996: 249-250; Gronlund dan Linn, 1990:510)

mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam: persepsi,

kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan komplek dan

kreativitas. Persepsi (perception) adalah kemampuan hasil belajar

psikomotorik yang paling rendah. Persepsi adalah kemampuan membedakan

suatu gejala dengan gejala lain. Kesiapan (set) adalah kemampuan

menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan. Misalnya kesiapan

menempatkan diri sebelum lari, menari, mengetik, memperagakan shalat,

mendemonrtasikan penggunaan termometer dan sebagainya.Gerakan

terbimbing (guided response) adalah kemampuan melakukan gerakan meniru

model yang dicontohkan. Gerakan terbiasa (mechanism) adalah kemampuan

melakukan gerakan tanpa ada model contoh. Kemampuan dicapai karena

latihan berulang-ulang, sehingga menjadi kebiasaan. Gerakan kompleks

(adaptation) adalah kemampuan melakukan serangkaian gerakan dengan cara,

urutan dan irama yang tepat. Kreativitas (origination) adalah kemampuan

menciptakan gerakan-gerakan baru yang tidak ada sebelumnya atau

mengkombinasikan gerakan-gerakan yang ada menjadi kombinasi gerakan

baru yang orisinal. (Purwanto, 2011:53).

Page 66: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

59

66

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian diskriptif dan

pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap

keberadaan suatu variabel dengan menggunakan instrumen penelitian. Setelah itu

peneliti melanjutkan analisis untuk mencari hubungan satu variabel lain. Variabel

ini merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati.

Beberapa alasan penelitian ini menggunkan pendekatan kuantitatif

antara lain: Pertama; lebih bersifat independen karena hubungan peneliti dengan

yang diteliti harus dijaga jaraknya, kedua; dalam melihat hubungan variabel

terhadap obyek yang diteliti lebih bersifat sebab akibat (kausal), sehingga ada

variabel independen dan dependen, ketiga; lebih menekan pada keluasan

informasi, (bukan kedalaman).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011: 80) populasi merupakan wilayah generalisasi

yang terdiri ats subyek/obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.pengertian populasi yang lain adalah sekelompok individu

tertentu atau bagian dari kelompok itu. Populasi penelitian merupakan

keseluruhan subyek penelitian, baik manusia, gejala, nilai-nilai benda maupun

peristiwa. Untuk meneliti seemua elemen yang ada dalam wilayah.

Selanjutnya (Santosa Murwani S, 2008:21) mengemukakan: Siapa yang

menjadi populasi dan sampel dan berapa jumlahnya. Misalnya, jika populasi

sangat besar jumlahnya dan tersebar di daerah yang sangat luas, sedangkan

Page 67: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

67

peneliti mempunyai keterbatasan sumber penelitian, perlu mendefenisikan

populasi target dan populasi terjangkau dan bagaimana memilih populasi

yang terjangkau.

Selanjutnya Santosa Murwani (2008) Dalam (Supriyadi,2011:65)

mengemukakan: “Populasi adalah sejumlah objek dengan sifat tertentu yang

menjadi saran penelitian.Jadi populasi adalah objek atau subjek yang telah

ditetapkan peneliti untuk dijadikan sumber data dalam Penelitian”.

Dalam penelitian ini, populasi tersebar di seluruh Kabupaten Kapuas

Hulu.Homogenitas responden dapat terdiri dari kualifikasi pendidikan yaitu

Guru agama Islam berpendidikan Sarjana (Strata Satu).

2. Sampel

Untuk menentukan sampel dari populasi dapat dipergunakan formula dan

tabel yang dikembangnkan oleh para pakar.Secara garis besar Sudiman

mengutip pendapat Walter R.Borg & Meredeth D. Gall (1991) dalam Sentosa

Murwani, 2008:22) mengemukakan bahwa:”Jumlah sampel dalam penelitian

korelasional minimum 30.Dalam penelitian eksperimen masing-masing

kelompok minimum 15 dan untuk penelitian survai sampelnya minimum

100”. Sedangkan menurut Roscoe dalam buku Research Methods For

Business (1982:253) dalam (Sugiyono,2011:90) memberikan saran-saran

tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini:

a. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.

b. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya:pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.

c. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multinariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen+dependen), maka jumlah anggota sampel =10x5=50.

Page 68: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

68

d. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 s/d 20.

Sampel (Sugiyono, 2008: 118) adalah:”Bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Dengan demikian sampel adalah

bagian atau sampel dari populasi yang akan diteliti. Sampel dalam penelitian

ini adalah guru agama Islam di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu. Penentuan

jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin dalam

(Santosa Murwani,2008:22) mengembangkan rumor untuk menarik sampel

dari populasi sebagai berikut:

N =

Keterangan :

n = sampel

N = populasi

e = Margin kesalahan (0,05)

Untuk merumuskan tabel penarikan sampel dengan mengambil tingkat

kesalahan 0,05. Jika jumlah populasi guru 71 orang maka jumlah sampel

yang diambil dengan presentasi tingkat kesalahan 0,05 sebanyak 60 orang.

Kemudian dalam menentukan sampel untuk responden penelitian,

Santosa Murwani (2008:22) menjelaskan dalam menarik sampel, peneliti

harus memperhatikan sampel yang akan digunakan untuk menguji coba

instrumen. Untuk menguji coba instrumen diperlukan minimal 30 sampel

yang berbeda dengan sampel yang akan digunakan sebagai responden

penelitian. Sehingga dalam penelitian ini terdiri dari 30 orang sampel untuk

uji coba dan 30 orang sampel untuk final.

Dalam menentukan sampel penelitian untuk masing masing sekolah

dilakukan memggunakan teknik acak sederhana dengan cara diundi, dimana

dibuat nama guru pada secarik kertas dan digulung dikelompokan pada

masing-masing sekolah kemudian dikocok.

N

1 +Ne2

Page 69: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

69

Tabel 3.1

Data Guru Agama Islam SMPSe Kabupaten Kapuas Hulu

No. Nama Guru Nama Sekolah

1 2 3

1. Nurhayati, S.Pdi SMPN 1 Putussibau2. Ghulam Muhammad Irsyad, SMPN 2 Putussibau3. Dewi Artini, S.Pdi SMPN 2 Putussibau4. Khusnul Khatimah, S.Pdi SMPN 2 Putussibau5. Nurhalimah, S.Pdi SMPN 3 Putussibau6. Basuki, S.Pdi SMPN 4 Putussibau7. Saiful Bakhri, S.Pdi SMPN 5 Putussibau8. Mariani, S.Pdi SMPN 7 Puitussibau9. Trie Wahyuni, S.Pdi SMPN 7 Putussibau

10. Yasir Hadi Brata, S.Pdi SMPN 7 Putussibau11. Nursanti, S.Pdi SMPN 8 Putussibau12. Kurniawati Hakim, S.Pdi SMPN 9 Putussibau13. Tri Handayani, S.Pdi SMPN 10 Putussibau14. Wendy Irawan, S.Pdi SMPN 12 Putussibau 15. Wajidah, S.Pdi SMP PGRI Putussibau16. Heri, S.Pdi SMP Panca Utama Putussibau17. Umi Choiriyah, S.Pdi SMPN 1 Kalis18. Khairul, S.Ag SMPN 1 Kalis19. Tuti Awakiyah, S.Pdi SMPN 2 Kalis20. Nurbaiti, S.Pdi SMPN 2 Kalis21. Sholihin, S.Pdi SMPN 1 Mentebah22. Burhanudin, S.Pdi SMPN 2 Mentebah23. Masnun, S.Ag SMPN 1 Bunut Hulu24. Sri Hidayati Serli, S.Pdi SMPN 2 Bunut Hulu25. Hajijah, S.Pdi SMPN 3 Bunut Hulu26. Nurmala, S.Pdi SMPN 4 Bunut Hulu27. Ali Marzuki, S.Pdi SMPN 5 Bunut Hulu 28. Hermaniah,. S.Pdi SMPN 5 Bunut Hulu29. Syabirin, S.Pdi SMPN 1 Boyan Tanjung30. Dasmiwati, S.Pdi SMPN 1 Boyan Tanjung31. Sabihati, S.Pdi SMPN 2 Boyan Tanjung32. Norman, S.Pdi SMPN 3 Boyan Tanjung33. Sulastri, S.Pdi SMPN 4 Boyan Tanjung34. Sifra Hasbullah, Hasbulla SMPN 5 Boyang Tanjung35. Widiawati Hastuti, S.Pdi SMPN 1 Hulu Gurung36. Turiman, S.Pdi SMPN 1 Hulu Gurung37. Muslim, S.Ag SMPN 2 Hulu Gurung38. Rabeyah, S.Ag SMPN 2 Hulu Gurung

Page 70: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

70

No. Nama Guru Nama Sekolah

1 2 339. Srie Susanty, S.Pdi SMPN 2 Hulu Gurung40. Hermansyah, S.Pdi SMPN 3 Hulu Gurung41. Hamidi, S.Pdi SMPN 3 Hulu Gurung42. Dedy Jumadi, S.Pdi SMPN 4 Hulu Gurung43. Dra.Sri Hartini SMPN 1 Pengkadan44. Zahara, S.Pdi SMPN 2 Pengkadan45. Anita, S.Pdi SMPN 3 Pengkadan46. Esta Royani, S.Ag SMPN 1 Silat Hulu47. Asiah Usman, S,Pdi SMPN 2 Silat Hulu48. Ahmad Buang, S.Pdi SMPN 1 Silat Hilir49. Karmilawati, S.Pdi SMPN 1 Silat Hilir50. Utin Rabiussani, S.Pdi SMPN 2 Silat Hilir51. Sulinah, S.Pdi SMPN 4 Silat Hilir52. Zuriyati, S.Hi SMPN 2 Semitau53. Jumaidah, S.Pdi SMPN 1 Suhaid54. Fatmawati, S.Pdi SMPN 1 Selimbau55. Drs. Sukarmen SMPN 2 Selimbau56. Martina, S.Pdi SMPN 4 Selimbau57. Hendri, S.Pdi SMPN 5 Selimbau58. Dayang Nur’aini, S.Pdi SMPN 5 Selimbau59. Drs. Sahari SMPN 1 Jongkong60. Eti Purwanti, S.Ag SMPN 1 Jongkong61. Etik Sumadi, S.Ag SMPN 2 Jongkong62. Sukardi, S.Pdi SMPN 2 Jongkong63. Nen Fatimah, S.Pdi SMPN 3 Jongkong64. Nuraini, S.Pdi SMPN 3 Jongkong65. Nuraida, S.Ag SMPN 4 Jongkong66. Sumiyati, S.Ag SMPN 1 Bunut Hilir67. Syarfini, S.Ag SMPN 2 Bunut Hilir68. Nurasiah, S.Pdi SMPN 1 Embaloh Hilir69. Nurfadhila, S.,Pdi SMPN 2 Embaloh Hilir70. Firman Adi Wibowo, S.Pdi SMPN 1 Badau71. Kemi Norvida Nurviah, S.P SMPN 1 Batang Lupar

Tabel 3.2

Page 71: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

71

Perhitungan Proporsi Sampel Penelitian

Guru Agama Islam SMP Se Kabupaten Kapuas Hulu

No Kecamatan Jumlah ProporsiJumlah Sampel

1 2 3 4 51. Kecamatan Putussibau Utara dan Selatan 16 16/71 x 60 132. Kecamatan Kalis 4 4/71 x 60 33. Mentebah 2 3/71 x 60 24. Bunut Hulu 6 6/71 x 60 55. Boyan Tanjung 6 6/71 x 60 56. Hulu Gurung 8 8/71 x 60 77. Pengkadan 3 2/71 x 60 28. Silat Hulu 2 2/71 x 60 29. Silat Hilir 4 4/71 x 60 3

10. Semitau 1 1/71 x 60 111. Suhaid 1 1/71 x 60 112. Selimbau 5 5/71 x 60 413. Jongkong 7 7/71 x 60 614. Bunut Hilir 2 2/71 x 60 215. Embaloh Hilir 2 2/71 x 60 216. Badau 1 1/71 x 60 117. Batang Lupar 1 1/71 x 60 1

Jumlah Total 71 Jumlah 60Sumber dari: data pokok guru agama Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga

Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2012.

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian, maka

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Metode Angket (Quisioner)

Menurut Suharsini Arikunto (2006:151) “angket adalah sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden, dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang

diketahui”. Menurut Sugiyono (2011:93) “Penelitian angket mengacu

pada skala likert 1 sampai 4 yang dikelompokan menjadi, fovarable dan

unfovarable”. Dalam penelitian ini metode angket digunakan untuk

Page 72: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

72

mengumpulkan data tentang Kompetensi Profesional dan Kinerja Guru

serta Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran PAI di SMP se-Kabupaten

Kapuas Hulu. Angket tersebut terdiri atas pertanyaan dengan empat

pilihan jawaban responden yang dikenai angket harus memilih salah satu

jawaban yang telah disediakan dalam angket.

Skor diatur berdasarkn skala Likert yang dimplikasikan dalam empat

opsi. Untuk pernyataan positif maka pilihan dan skornya adalah sebagai

berikut:

Pilihan jawaban Artinya Skor

SL Selalu 4

SR Sering 3

KK Kadang-kadang 2

TP Tidak pernah 1

Untuk pernyataan negatif maka pilihan dan skornya adalah sebagai

berikut:

Pilihan Jawaban Artinya Skor

SL Selalu 1

SR Sering 2

KK Kadang-kadang 3

TP Tidak pernah 4

b. Metode dokumentasi

Menurut Suharsimi arikunto (2006:154) “dokumentasi adalah

mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal atau variable yang

berupa catatan, transkrip nilai, buku, agenda, notulan rapat dan

sebagainya”. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa transkip nilai

ulangan harian, nilai ulangan umum Pendidikan Agama Islam serta

berupa catatan yang mendukung.

2. Instrumen Penelitian

Page 73: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

73

Instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa tes, pedoman

wawancara, pedoman observasi dan kuesioner (Sugiyono, 2011:222)

Adapun Instrumen dalam penelitian Pengaruh Kompetensi profesioanl

dan Kinerja Guru terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran PAI di

SMP se Kabupaten Kapuas Hulu adalah dalam bentuk angket. Angket yang

dipakai dalam penelitaian ini ada tiga angket. Tiga angket tersebut yaitu

angket untuk menguji kompetensi guru dan angket untuk menguji kinerja

guru dan angket menguji hasil belajar siswa. Memakai angket dalam

penelitian ini karena angket merupakan penggali data yang cukup fleksibel

dan karena penelitian ini dilakukan di seluruh SMP yang berada di Kabupaten

Kapuas Hulu yang merupakan daerah yang cukup luas. Dilihat dari segi data,

biaya, waktu, dan hasilnya akan lebih efektif dan efisien apabila

menggunakan angket.

3. Uji Coba Instrumen

Intrumen variabel Kompetensi Profesional sebanyak 30 butir, sementara

instrumen variabel Kinerja Guru terdiri dari 30 butir, sedangkan instrumen

variabel Hasil Belajar Siswa sebanyak 33 butir. Instrumen-instrumen tersebut

diujicobakan kepada 30 guru sebagai responden yang masuk dalam sampel

penelitian SMP se Kabupaten Kapuas Hulu. Uji coba instrumen ini

dimaksudkan untuk menguji keabsahan (validasi) dan kehandalan

(reliabilitas) butir-butir instrumen yang digunakan dalam penelitian. Untuk

itu dilakukan analisis hubungan antara suatu butir dengan indikator dan

dengan variabel.

Uji coba instrumen ini dimaksudkan untuk menguji keabsahan (validitas)

dan kehandalan butir-butir instrumen yang digunakan dalam penelitian.

Untuk itu dilakukan analisis hubungan antara satu butir dengan indikator dan

dengan variabel.

a. Validitas Instrumen

Page 74: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

74

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data (mengukur) itu valid. Menurut Sugiono ”Valid berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur.” Validitas instrumen diuji dengan menggunakan

korelasi skor butir dengan total product moment. Analisis dilakukan

terhadap semua butir instrumen kriteria pengujiannya dilakukan dengan

cara membandingkan r hitung dengan r tabel pada taraf α = 0,05, jika

rhitung > rtabel maka butir soal dinyatakan valid atau sahih, sedangkan

jika rhitung > rtabel maka butir dianggap tidak absah dan selanjutnya

drop atau tidak digunakan. Validitas yang digunakan adalah validitas isi

(content validity). Untuk mengukur validitas ini digunakan metode

internal konsistensi yaitu mengukur besarnya korelasi antara tiap-tiap

butir dengan semua butir pertanyaan adalah validitas isi (content

validity). Untuk mengukur validitas ini digunakan metode internal

konsistensi yang mengukur besarnya korelasi antara tiap butir dengan

semua butir pertanyaan menggunakan rumus korelasi product moment

dan uji signifikasi dengan uji-t. Suatu butir soal ditentukan oleh besarnya

harga rhitung pada = 0,05, jika rhitung > rtabel maka butir soal

dinyatakan valid atau sahih, dengan rumus sebagai berikut :

rxy =

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi skor butir (x) dengan skor total (y)

n = ukuran sampel (responden)

x = ukuran butir

y = skor total

Syarat korelasi pearson:

a. Sampel diambil secara acak

b. Ukuran sampel minimum dipenuhi

n∑ X Y−(∑ X ) (∑ Y )

√(n∑ X2− (∑ X )2)(n∑Y 2

− (∑ X )2)

Page 75: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

75

c. Data sampel masing-masing variabel berdistribusi normal

d. Bentuk regresi linier

Kriteria yang digunakan untuk uji-keabsahan butir adalah r tabel

dengan = 0,05 dan n= 30, artinya jika rhitung > rtabel maka butir

dianggap sah dan selanjutnya didrop atau tidak digunakan.

b. Reliabilitas

Hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam

waktu yang berbeda. Menurut Sugiono Instrumen yang reliabel adalah

instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek

yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Koefisien reliabelitas

instrumen dimaksud untuk melihat konsistensi jawaban yang diberikan

oleh responden atau guru untuk dianalisis. Butir yang valid selanjutnya

dihitung reliabilitasnya dengan menggunakan rumus koefisien alpha

(alpa cronbach) dengan rumus :

r11 =

Keterangan :

r11 = reabilitas instrumen

k = banyaknya butir pernyataan yang valid

Σo2b = jumlah varian butir

Dicari dengan rumus : = + +

..... +

Ο21 = varian butir ke-1

Dicari dengan rumus :

Ο2 t =

[ kk−1 ] [1−Σo

2b

o2 1 ]

Σo2 2Σo2 1Σo2 b Σo2 n

∑ ¿ X2−[ Σ X 1

n ]n−1

2

¿

Page 76: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

76

X1 = skor butir ke-1

Ο2 t = varians total, dicari dengan rumus:

Ο2 t = , Y : skor total,

sedangkan n : Ukuran

sampel.

c. Hipotesis Statistik

Berdasarkan masalah penelitian yang telah ditetapkan

pada bagian ebelumnya, maka hipotesis statistik yang

akan diuji adalah sebagai berikut :

Hipotesis pertama :

H0 : py1 = 0

H1 : py1 > 0

Hipotesis Kedua :

H0 : py2 = 0

H1 : py2 > 0

Hipotesis Ketiga :

H0 : py12 = 0

H1 : py12 > 0

Keterangan :

H0 : Hipotesis Nol

H1 : Hipotesis Alternatif

py1 : Koefisien korelasi antara kompetensi

profesional terhadap hasil belajar siswa

∑ ¿Y2−[ ΣY

n ]n−1

2

¿

Page 77: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

77

py2 : Koefisien kolerasi antara kinerja guru terhadap

hasil belajar siswa

py12 : Koefisien korelasi antara kompetensi

profesional dan kinerja guru secara bersama

terhadap hasil belajar siswa

D. Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisis terhadap data dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan teknik analisis regresi linier yaitu

untuk mengetahui derajat kualitas pengaruh kompetensi

profesional (X1) hasil belajar siswa (Y), pengaruh kinerja guru X2)

terhadap hasil belajar siswa (Y), dan pengaruh kompetensi

profesional (X1) terhadap kinerja guru (X2) dengan hasil belajar

siswa (Y) pada pembelajaran PAI di SMP se-Kabupaten Kapuas

Hulu

Untuk mengetahui apakah data tersebut normal,

homogen, dan persamaan regresi linier, maka teknik analisis

data yang digunakan melalui Uji persyaratan analisis yang

digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas data, uji

homogenitas data, dan linieritas regresi. uji persyaratan analisis

dan uji hipotesis homogenitas data yang akan dibandingkan

sebagai berikut.

1. Diskriptif Frekwensi

1) Rentang (r)

= data terbesar – data terkecil

2) Banyaknya Kelas (k)

= 1 + 3,3 log n

3) Panjang Kelas (p)rk

Page 78: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

78

=

4) Mean

=

5) Modus

= b + p

6) Median

= b + p

2. Uji Normalitas

Tujuan dilakukan uji normalitas adalah untuk mengetahui

normal tidaknya distribusi frekuensi data sampel dalam

penelitian, dimana pengujinya dengan menggunakan uji

liliefros dan uji shi-kuadrat. Dalam uji liliefors dikatakan

bahwa data sampel berasal dari populasi yang didistribusikan

normal apabila Lhitung < Ltabel, diuji pada tarap signifikan =

0,05. sedangkan pada uji chi-kuadrat bahwa data sampel

berasal dari populasi distribusi normal apabila : χ2hitung <

χ2tabel, diuji pada taraf signifikasi = 0,05.

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk pengujian terhadap

kesamaan beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya

sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Uji

homogenitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Bartleth,

dimana dalam uji homogenitas sampel, pengetesan

didasarkan atas asumsi bahwa apabila varian yang dimiliki

∑ X 3

n

[ b 1b 1 +b 2 ]

[ 12

n - F

f ]

Page 79: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

79

oleh sampel-sampel yang bersangkutan tidak jauh berbeda,

maka sampel-sampel tersebut cukup homogen, dengan

ketentuan data sampel homogen apabila : χ2hitung < χ2tabel,

untuk = 0,05.

4. Uji Linieritas Regresi

Uji linieritas regresi adalah untuk mengetahui ada

hubungan atau tidak antara kompetensi profesional (X1)

terhadap hasil belajar siswa (Y), kinerja guru (X2), terhadap

hasil belajar siswa (Y), dan antara kompetensi profesional

(X1)terhadap kinerja guru (X2) dengan menggunakan analisis

varian melalui tabel ANAVA. Adapun rumus regresi sederhana

yang digunakan sebagai berikut :

Model Regresi : Ŷ = a + bx

a. =

=

b. =

=

JK(s) =

JK(G) =

JK(TC) = JK(S) – JK(G)

∑ xy

∑ x2

n∑ XY−(∑ X )(∑ Y )

n∑ X2−(∑ X )2

Y−b X

(∑ X 2) (∑ XY 2 )−(∑ X )(∑Y )n∑ X2−(∑ X )2

∑ y2−(∑ xy )2

∑ x2

∑ {ΣY k

2

−(∑ Y k )2

nk}

Page 80: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

80

5. Uji Koefisien Product Moment

Untuk melihat adanya kekuatan hubungan antara

kompetensi profesional (X1) dengan hasil belajar siswa (Y),

kinerja guru (X2) dengan hasil belajar siswa (Y), kompetensi

profesional (X1) dan kinerja guru (X2) secara bersama-sama

terhadap hasil belajar siswa (Y) digunakan rumus koefisien

product moment sebagai berikut :

Dengan rumus =

Dimana rxy = koefisien Korelasi skor butir (X) dengan

skor total (y)

X = Skor butir

Y = Skor total

n = ukuran sampel (Responden)

6. Uji Determinasi

Untuk melihat adanya pengaruh antara kompetensi

profesional (X1) terhadap hasil belajar siswa (Y), dan kinerja

guru (X2) dengan hasil belajar siswa (Y) digunakan rumus

koefisien determinasi sebagai berikut :

R2 = (R3.12)2 =

7. Uji t

Untuk melihat signifikan pengaruh antara kompetensi

profesional (X1) terhadap hasil belajar siswa (Y) dan

n∑ xy−(∑ x ) (∑ y )

√( {n∑ x2− (∑ X )2 }{n∑ y2− (∑ y )2 })

JK (R 3 g )=α 1∑ X 1 X 3+α . 2∑ X 2 X 3

JK (R)∑ y 2

Page 81: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

81

terhadap kinerja guru (X2) terhadap hasil belajar siswa (Y),

pengaruh antara kompetensi profesional (X1) dan kinerja guru

(X2) secara bersama-sama hasil belajar siswa (Y ) digunakan

uji t dengan rumus sebagai berikut :

t =

E. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini ditempuh melalui

prosedur sebagai berikut:

1. Melakukan survei awal untuk mengetahui data guru

Pendidikan Agama Islam di SMP baik pengangkatan dari

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga maupun

pengangkatan Kementerian Agama se Kabupaten Kapuas

Hulu. Peneliti mendatangi Kantor Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga

2. Mengajukan Outline atau Proposal Penelitian dan

mengikuti seminar Proposal Penelitian serta melakukan

perbaikan setelah seminar.

3. Meminta izin atau rekomendasi pelaksanaan penelitian

kepada pihak-pihak yang terkait.

4. Melakukan pendekatan dan penelitian kepada guru Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP se Kabupaten

Kapuas Hulu.

5. Meminta surat keterangan telah melakukan penelitian

kepada Kepala Kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga.

r √n−2

√n−(r )2

Page 82: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

75

82

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini dideskripsikan dalam beberapa pembahasan yaitu

tentang data populasi dan sampel penelitian, deskripsi data, pengujian persyaratan

analisis meliputi uji normalitas data, uji homogenitas data dan jumlah kuadrat

galat, berikutnya dilanjutkan dengan pengujian hipotesis dan diakhiri dengan

keterbatasan penelitian.

A. Hasil Penelitian

Hasil data penelitian ini dihimpun dari hasil pengisian kuesioner yang telah di

dibagikan kepada responden dimana isinya berupa pertanyaan dari instrumen-instrumen

yang telah dikembangkan. Penelitian ini meliputi tiga variabel, diantaranya Kompetensi

Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam, Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama

Islam, dan Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam.

1. Deskripsi Data

a. Data Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan

Agama Islam

Data Kompetensi Profesional (X1) Pendidikan Agama

Islam yang disajikan dalam penelitian ini berupa sebaran

skor, tabel distribusi frekwensi skor, historgam, tabel

distribusi klasifikasi skor. Kesemua hasil tersebut telah

melalui perhitungan pengujian dengan menggunakan

analisis korelasi dan regresi secara sederhana. Sebelum

melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu diadakan

pengujian data dengan uji normalitas dan homogenitas

data pada setiap variabel.

Pada Perhitungan hasil sebaran skor implementatif

dari 30 responden, skor minimal 30 dan skor maksimalnya

Page 83: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

83

120. Untuk skor empirik menyebar mulai dari 60 sampai

106. Setelah dilakukan perhitungan statistik diperoleh

jumlah 2522, dengan rerata 84,07 modus 85,70, median

84,96, standar deviasi 9,56, dan simpangan (varian)

88,26.

Distribusi frekwensi skor Kompetensi Profesional (X1)

Guru Pendidikan Agama Islam dapat dilihat pada tabel

4.1, diagram histrogram skor dari Kompetensi Profesional

terlihat pada gambar 4.1.

Tabel 4.1

Distribusi Frekwensi Skor

Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan

Agama Islam

No. Kelas IntervalFrekwensi

Absolut

RelatifKomulat

if

1 60 − 67 1 3,33% 3,33%

2 68 − 75 4 13,33% 16,67%

3 76 − 83 9 30,00% 46,67%

4 84 − 91 11 36,67% 83,33%

5 92 − 99 3 10,00% 83,33%

6 100 − 107 2 6,67% 100,00%

∑ 30 100%

Gambar 4.1

Histogram Skor

Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan

Agama Islam

59.5 67.5 75.5 83.5 91.5 99.50

2

4

6

8

10

12

1

4

9

11

32

f

Page 84: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

84

Perhitungan hasil menunjukkan bahwa guru yang

berada pada posisi kategori tinggi hanya 16,67%, jumlah

ini menunjukan hasil yang sebanding dengan guru pada

posisi kategori rendah berjumlah 10,00%. Sedangkan

guru yang berada pada kategori sedang berjumlah

73,33%. Data klasifikasi tersebut sebarannya dapat dilihat

dalam bentuk pada tabel 4.2 dan diagram pie pada

gambar 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2

Distribusi Klasifikasi Skor

Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan

Agama Islam

No. Kategori KlasifikasiFrekwen

si Absolut

Frekwensi Relatif

(%)

1 Tinggi 95– 107 5 16,67

2 Sedang 75 – 94 22 73,33

3 Rendah 59 – 74 3 10,00

∑ 30 100

Gambar 4.2

Diagram Pie Distribusi Klasifikasi Skor

X1

59.5 67.5 75.5 83.5 91.5 99.50

2

4

6

8

10

12

1

4

9

11

32

f

Page 85: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

85

Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan

Agama Islam

b. Data Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam

Data Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam yang

disajikan dalam penelitian ini berupa sebaran skor, tabel

distribusi frekwensi skor, historgam, tabel distribusi

klasifikasi skor. Kesemua hasil tersebut telah melalui

perhitungan pengujian dengan menggunakan analisis

korelasi dan regresi secara sederhana. Sebelum

melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu diadakan

pengujian data dengan uji normalitas dan homogenitas

data pada setiap variabel.

Dari hasil perhitungan jawaban yang diberikan oleh 30

orang guru sebagai sampel penelitian, diperoleh rentang

skor implementatif setiap responden minimal 30 dan skor

maksimal 120. Sedangkan untuk rentang skor empiriknya

mulai dari 64 sampai 110. Setelah dilakukan perhitungan

statistik diperoleh jumlah 2683, rerata 89,43, modus

Rendah 10.00%

Sedang 73.33%

Tinggi 16.67%

Page 86: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

86

83,90, median 86,88, standar deviasi 11,47 dengan

simpangannya (varian) 127,11.

Distribusi hasil dari perhitungan frekwensi skor Kinerja

Guru (X2) Pendidikan Agama Islam terlihat pada tabel 4.3,

diagram histogram Kinerja Guru pada gambar 4.3

halaman berikutnya.

Tabel 4.3

Distribusi Frekwensi Skor

Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam

No. Kelas IntervalFrekwensi

Absolut

RelatifKomulat

if

1 64 − 71 1 3,33% 3,33%

2 72 − 79 2 6,67% 10,00%

3 80 − 87 13 43,33% 53,33%

4 88 − 95 4 13,33% 66,67%

5 96 − 103 5 16,67% 83,33%

6 104 − 111 5 16,67% 100,00%

∑ 30 100%

Gambar 4.3

Histogram Skor

Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam

63.5 71.5 79.5 87.5 95.5 103.50

2

4

6

8

10

12

14

12

13

45 5

f

Page 87: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

87

Hasilnya menunjukkan bahwa guru yang berada pada

posisi kategori tinggi hanya 26,67% hasil tersebut

menunjukan jumlah yang sebanding dengan guru yang

berada pada posisi kategori rendah berjumlah 10,00%,

sedangkan selebihnya yang berjumlah 63,33% guru pada

diposisi kategori sedang. Untuk data klasifikasi tersebut

sebarannya diperlihatkan dalam bentuk pada tabel 4.4

dan diagram pie pada gambar 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4

Distribusi Klasifikasi Skor

Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam

No. Kategori KlasifikasiFrekwen

si Absolut

Frekwensi Relatif

(%)

1 Tinggi102 –111

5 26,67

2 Sedang78 –

10122 63,33

3 Rendah 63 – 77 3 10,00

∑ 30 100

Gambar 4.4

Diagram Pie Distribusi Klasifikasi Skor

Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam

Rendah 10.00%

Sedang 63.33%

Tinggi 26.67%

X2

Page 88: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

88

c. Data Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam

Data Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam

yang disajikan dalam penelitian ini berupa sebaran skor,

tabel distribusi frekwensi skor, historgam, tabel distribusi

klasifikasi skor. Kesemua hasil tersebut telah melalui

perhitungan pengujian dengan menggunakan analisis

korelasi dan regresi secara sederhana. Sebelum

melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu diadakan

pengujian data dengan uji normalitas dan homogenitas

data pada setiap variabel.

Perhitungan yang diperoleh dari hasil jawaban yang

telah diberikan oleh 30 orang guru yang dihimpun sebagai

sampel penelitian menghasilkan rentang skor

implementatif dari setiap responden, dengan skor minimal

33 dan skor maksimal 132. Sedangkan rentang skor

empirik menyebar mulai dari 66 sampai 121. Hasil

perhitungan secara statistik dihasilkan nilai sejumlah

2951, rerata 98,37, modus 98,00, median 98,50, standar

diviasi 12,08, dan simpangan (varian) 140,97. Dalam

bentuk distribusi frekwensi skor Hasil Belajar Siswa dapat

dilihat pada tabel 4.5, dan untuk histogramnya dapat

dilihat pada gambar 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5

Distribusi Frekwensi Skor

Rendah 10.00%

Sedang 63.33%

Tinggi 26.67%

Page 89: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

89

Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam

No. Kelas IntervalFrekwensi

Absolut

RelatifKomulat

if

1 66 − 75 1 3,33% 3,33%

2 76 − 85 2 6,67% 10,00%

3 86 − 95 9 30,00% 40,00%

4 96 − 105 12 40,00% 80,00%

5 106 − 115 2 6,67% 86,67%

6 116 − 125 4 13,33% 100,00%

∑ 30 100%

Gambar 4.5

Histogram Skor

Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa hasil belajar

siswa yang menempati posisi kategori tinggi sebesar

20,00%. Sedangkan untuk kategori rendah sebesar

10,00%, hal ini menunjukkan bahwa guru yang memiliki

65.5 75.5 85.5 95.5 105.5 115.50

2

4

6

8

10

12

14

12

9

12

2

4

f

Y

Page 90: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

90

kategori rendah lebih sedikit jumlahnya dari guru yang

berada pada kategori tinggi. Sedangkan sisanya sebesar

70,00%. merupakan guru yang berada pada kategori

sedang. Dari sebaran data tersebut klasifikasinya dapat

dilihat pada tabel 4.6 dan diagram pie pada gambar 4.6

berikut ini.

Tabel 4.6

Distribusi Klasifikasi Skor

Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam

No.

Kategori KlasifikasiFrekwen

si Absolut

Frekwensi Relatif

(%)

1 Tinggi 111 – 122 6 20,00

2 Sedang 86 – 110 21 70,00

3 Rendah 65 – 85 3 10,00

∑ 30 100

Gambar 4.6

Diagram Pie Distribusi Klasifikasi Skor

Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam

2. Uji Normalitas

Rendah 10.00%

Sedang 70.00%

Tinggi 20.00%

Page 91: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

91

Pada persyaratan Uji Normalitas dilakukan di setiap

variabel, sehingga dapat mengetahui sampel yang telah

dilakukan perhitungan apakah berdistribusi normal atau

tidak. Pengujian persyaratan ini dilakukan dengan Uji Lilliefors

dan menggunakan bantuan program Microsoft Office Excel

versi 2007. Kriteria pengujian adalah jika Lhitung lebih kecil dari

Ltabel maka H0 diterima artinya sampel berdistribusi normal,

dengan taraf signifikansi yang digunakan = 0,05.

Data perolehan hasil Uji Normalitas variabel Kompetensi

Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam, variabel

Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam, dan variabel Hasil

Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam, dengan jumlah

sampel n = 30 (0,886/ = 0,1618) dapat dilihat pada

tabel 4.7 pada berikut ini.

Tabel 4.7

Rangkuman Analisis Uji Normalitas

No. Variabel Lhitung Ltabel Keterangan

1 X1 0,1450 0,1618 Distribusi Normal

2 X2 0,1517 0,1618 Distribusi Normal

3 Y 0,0912 0,1618 Distribusi Normal

Hasil ketiga variabel yaitu, variabel Kompetensi

Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam Lhitung = 0,1450,

variabel Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam Lhitung =

0,1517, dan variabel Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan

Agama Islam Lhitung = 0,0912, dengan nilai Ltabel = 0,1618.

Sebagai kesimpulannya bahwa ketiga sampel (X1, X2 dan Y,)

dapat dikatakan berdistribusi normal.

√30

Page 92: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

92

3. Uji Homogenitas

Persyatan kedua adalah Uji Homogenitas, pengujian

persyaratan ini dilakukan dengan Uji Bartlett menggunakan

bantuan operasi sistem Microsoft Office Excel versi 2007.

Persyaratan ini dilakukan untuk mengetahui apakah varian

populasi bersifat homogen atau tidak.

Hasil perhitungan diperoleh varian skor Hasil Belajar

Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam berdasarkan data

Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam

dengan nilai 2hitung sebesar 6,303 sedangkan 2tabel dengan

taraf signifikan = 0,05 dengan derajat kebebasan (db) = 5

adalah 11,070 Sehingga dapat disimpulkan bahwa 2hitung <

2tabel berarti H0 diterima artinya data berasal dari populasi

yang homogen.

Selanjutnya pada skor Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan

Agama Islam berdasarkan data Kinerja Guru (X2) Pendidikan

Agama Islam didapatkan hasil 2hitung sebesar 5,144

sedangkan 2tabel dengan taraf signifikan = 0,05 dengan

derajat kebebasan (db) = 4 adalah 9,488. Kesimpulannya

bahwa 2hitung < 2tabel berarti Ho diterima artinya data berasal

dari populasi yang homogen, lebih jelasnya hasil Uji

Homogenitas varian Y atas X1, dan varian Y atas X2 dapat

dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8

Rangkuman Analisis Uji Homogenitas

Page 93: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

93

No.Variabel yang

diujin db 2hitung 2tabel

Kesimpulan

1 Varian Y atas X1 30 96

,29511,070 Homogen

2 Varian Y atas X2 30 85

,1449,488 Homogen

Kesimpulan hasil perhitungan Uji Homogenitas dapat

dikatakan bahwa pasangan data masing-masing variabel

yaitu Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama

Islam dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam

variannya homogen, karena nilai 2hitung < 2tabel pada masing-

masing derajat kebebasan (db) dengan taraf signifikansi =

0,05.

4. Uji Linieritas

a) Uji Linieritas Kompetensi Profesional (X1) Guru

Pendidikan Agama Islam terhadadp Hasil Belajar

Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam

Teknik statistik analisis regresi yang digunakan untuk

menguji pengaruh atas variabel harus memenuhi

persyaratan antara lain bahwa setiap variabel-variabel

tersebut harus bersifat linier. Jika sifat hubungan ini tidak

terpenuhi, maka teknis analisis regresi dan korelasi tidak

dapat dilakukan.

Berdasarkan hasil perhitungan Uji Signifikansi

diperoleh harga Fhitung sebesar 25,63 sedangkan harga Ftabel

dengan db pembilang 1 dan db penyebut 28 pada taraf

signifikansi = 0,05 sebesar 4,20 Dengan demikian Fhitung

lebih besar dari Ftabel, maka regresi tersebut signifikan

atau berarti. Untuk Uji Linieritas Regresi menghasilkan

harga Fhitung sebesar 1,58 sedangkan Ftabel dengan db

Page 94: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

94

pembilang 19 dan db penyebut 9 pada taraf signifikansi

= 0,05 sebesar 2,95. Dengan demikian karena Fhitung

lebih kecil dari Ftabel, maka persamaan Ŷ = 24,923 +

0,874 X1 adalah linier. Untuk lebih jelasnya rangkuman

Uji Linieritas ini dapat dilihat pada tabel 4.9 halaman

berikutnya.

Tabel 4.9

ANAVA untuk Regresi Linier Ŷ = 24,923 + 0,874

X1

S. Varian db JK RJK FhFt

0,05Total 30 294509 9816,97 - -

Reg.a 1 290280,03290280,0

3   

Reg.b 1 2020,95 2020,95 25,63** 4,20Sisa 28 2208,02 78,86    

Tidak Cocok 19 1699,02 89,421,58ns 2,95

Galat 9 509,00 56,56Keterangan :

** = Regresi sangat berarti (Fhitung = 25,628 > Ftabel = 4,20)

ns = Regresi berbentuk linier (Fhitung = 1,58 < Ftabel = 2,95)

Page 95: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

95

b) Uji Linieritas Kinerja Guru (X2) Pendidikan

Agama Islam terhadap Hasil Belajar Siswa (Y)

Pendidikan Agama Islam

Berdasarkan hasil perhitungan Uji Signifikansi Regresi

diperoleh harga Fhitung sebesar 38,60 sedangkan harga Ftabel

dengan db pembilang 1 dan db penyebut 28 pada taraf

signifikansi = 0,05 sebesar 4,20. Sehingga Fhitung lebih

besar dari Ftabel, maka regresi tersebut signifikan atau

berarti. Untuk Uji Linieritas Regresi diperoleh harga Fhitung

sebesar 0,90, sedangkan harga Ftabel dengan db pembilang

21 dan db penyebut 7 pada taraf signifikansi = 0,05

sebesar 3,43. Dengan demikian karena Fhitung lebih kecil

dari Ftabel, maka persamaan Ŷ = 26,667 + 0,802 X2

adalah linier. Untuk lebih jelasnya rangkuman Uji

Linieritas ini dapat dilihat pada tabel 4.10 halaman

berikutnya.

Tabel 4.10

ANAVA untuk Regresi Linier Ŷ = 26,667 + 0,802 X2

S. Varian db JK RJK FhFt

0,05Total 30 294509 9816,97 - -

Reg.a 1 290280,03290280,0

3   

Reg.b 1 2451,03 2451,03 38,60** 4,20Sisa 28 1777,94 63,50    

Tidak Cocok 21 1298,11 61,81 0,90ns 3,43

Page 96: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

96

Galat 7 479,83 68,55Keterangan :

** = Regresi sangat berarti (Fhitung = 38,60 > Ftabel = 4,2)

ns = Regresi berbentuk linier (Fhitung = 0,90 < Ftabel = 3,43)

5. Uji Hipotesis dan Koefesien Korelasi

a. Pengujian Hipotesis Pengaruh Kompetensi

Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam

terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan

Agama Islam

Untuk yang pertama ini menguji hipotesis alternatif

(X1) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara

Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam

terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam

melawan Hipotesis nol (H0), dimana pada pernyataannya

tidak terdapat pengaruh yang menyatakan bahwa tidak

terdapat pengaruh antara Kompetetnsi Profesional (X1)

Guru Pendidikan Agama Islam dengan Hasil Belajar Siswa

(Y) Pendidikan Agama Islam. Pengujian hipotesis tersebut

dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi

dan korelasi sederhana.

Pengaruh antara Kompetensi Profesional (X1) Guru

Pendidikan Agama Islam Hasil Belajar Siswa (Y)

Pendidikan Agama Islam menggunakan regresi Ŷ =

24,923 + 0,874 X1 dapat dilihat pada grafik, gambar 4.7

halaman berikutya.

Gambar 4.7

Grafik Garis Regresi Ŷ = 24,923 + 0,874 X1

Page 97: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

97

Pada persamaan Ŷ = 24,923 + 0,874 X1

diinterprestasikan bahwa variabel Kompetetnsi Profesional

(X1) Guru Pendidikan Agama Islam terhadadp Hasil Belajar

Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam diukur dengan

instrumen yang telah diuji validitas dan rehabilitasnya,

maka setiap kejadian perubahan skor variabel (X1)

sebesar 1 unit diestimasikan skor Kinerja Guru (Y) akan

berubah sebesar 0,874 pada arah yang sama konstanta

sebesar 24,923.

Dari hasil perhitungan korelasi Product Moment

didapat korelasi antara Kompetetnsi Profesional (X1) Guru

Pendidikan Agama Islam Hasil Belajar Siswa (Y)

Pendidikan Agama Islam dengan koefisien korelasi ry1 =

0,691 (secara rinci dapat dilihat pada lampiran 7 halaman

….). Uji signifikansi koefisien korelasi tersebut dituangkan

dalam tabel 4.11 berikut ini.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1100

20

40

60

80

100

120Ŷ

X1

Ŷ = 24,923 + 0,874 X1

Page 98: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

98

Tabel 4.11

Uji Signifikansi Koefisien Korelasi

Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam dengan

Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam

Korelasi AntaraKoefisien Korelasi

Koefisien Determin

asithitung

ttabel

0,05

X1 dan Y 0,691 0,478 5,062 1,70

Berdasarkan hasil perhitungan uji signifikansi koefisien

korelasi thitung lebih besar dari ttabel yaitu : 5,062 > 1,70

maka koefisien korelasi antara Kompetensi Profesional

(X1) Guru Pendidikan Agama Islam dengan Hasil Belajar

Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam signifikan pada taraf

nyata 0,05. Dengan demikian Hipotesis nol (H0)

sebagaimana dinyatakan di atas di tolak. Sebaliknya

Hipotesis Alternatif diterima. Sebagai kesimpulannya

bahwa terdapat pengaruh secara positif yang signifikan

antara Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan

Agama Islam dengan Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan

Agama Islam. Penjelasan lainnya dapat diasumsikan

bahwa semakin tinggi Kompetensi Profesional (X1) Guru

Pendidikan Agama Islam, maka peningkatan akan Hasil

Belajar Siswa pada Pembelajaran PAI dalam lingkup SMP

se-Kabupaten Kapuas Hulu semakin membaik. Apabila

terjadi sebaliknya, makin menurun Kompetensi

Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam dalam

lingkup SMP se-Kabupaten Kapuas Hulu, maka semakin

rendah Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran PAI di

lingkungan tersebut.

Page 99: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

99

Berdasarkan tabel yang ada di atas, dihasilkan

koefisien determinasi (r2) antara Kompetetnsi Profesional

(X1) Guru Pendidikan Agama Islam dengan Kinerja Guru

(Y) Pendidikan Agama Islam sebesar 0,478 atau berarti

47,79% variasi kecenderungan Hasil Belajar Siswa (Y)

Pendidikan Agama Islam diperngaruhi oleh Kompetensi

Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam. Sehingga

Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam

mengkontribusikan dukungan sebesar 47,79% terhadap

Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam dan

kontribusi faktor lainnya sebesar 52,21%.

b. Pengujian Hipotesis Pengaruh Kinerja Guru (X2)

Pendidikan Agama Islam terhadap Hasil Belajar

Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam

Hipotesis alternatif (Hi) merupakan hipotesis bentuk

pengujian yang kedua, dalam pernyataan ini bahwa

terdapat pengaruh positif antara Kinerja Guru (X2)

Pendidikan Agama Islam terhadadp Hasil Belajar Siswa (Y)

Pendidikan Agama Islam melawan Hipotesis nol (H0) yang

menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh positif

Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam terhadadp Hasil

Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam. Untuk

melakukan pengujian hipotesis ini dengan penggunaan

teknik analisis regresi dan korelasi sederhana.

Dalam pengaruhnya antara Kinerja Guru (X2)

Pendidikan Agama Islam dengan Hasil Belajar Siswa (Y)

Pendidikan Agama Islam menggunakan persamaan Ŷ =

26,667 + 0,802 X2 berikut ini dapat dilihat pada grafik

gambar 4.8 halaman berikutnya.

Page 100: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

100

Gambar 4.8

Grafik Garis Regresi Ŷ = 26,667 + 0,802 X2

Pada persamaan regresi Ŷ = 26,667 + 0,802 X2

diinterprestasikan bahwa variabel Kinerja Guru (X2)

Pendidikan Agama Islam terhadadp Hasil Belajar Siswa (Y)

Pendidikan Agama Islam diukur dengan instrumen yang

telah diuji validitas dan rehabilitasnya, maka setiap

perubahan skor variabel Kinerja Guru (X2) Pendidikan

Agama Islam sebesar 1 unit dapat diestimasikan sekor

Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam akan

berubah sebesar 0,802 pada arah yang sama dengan

konstanta 26,667.

Dari hasil perhitungan korelasi Product Moment

didapat korelasi antara Kinerja Guru (X2) Pendidikan

Agama Islam terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan

Agama Islam koefisien korelasi ry2 = 0,761 (lihat Lampiran

7 halaman …). Uji signifikansi koefisien tersebut

tercantum dalam tabel 4.12 berikut ini.

Tabel 4.12

Uji Signifikansi Koefisien Korelasi

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1100

20

40

60

80

100

120Ŷ

X2

Ŷ = 26,667 + 0,802 X2

Page 101: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

101

Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam dangan

Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam

Korelasi AntaraKoefisien Korelasi

Koefisien Determin

asithitung

ttabel

0,05

X2 dan Y 0,761 0,580 6,213 1,70

Berdasarkan tabel di atas uji signifikansi korelasi

thitung lebih besar dari ttabel yaitu : 6,213 > 1,70, maka

koefisien korelasi antara Kinerja Guru (X2) Pendidikan

Agama Islam terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan

Agama Islam signifikan pada taraf 0,05. Dengan demikian

Hipotesis nol (H0) sebagaimana pernyataan di atas ditolak.

Namun sebaliknya Hipotesis Alternatif (Hi) dapat

dinyatakan diterima. Dengan hasil tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positif yang

signifikansi antara Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama

Islam terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama

Islam. Dengan pemahaman lainnya dapat kita katakan

bahwa semakin tinggi Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama

Islam dalam lingkungan SMP se-Kabupaten Kapuas Hulu

akan mendukung peningkatan Hasil Belajar Siswa (Y)

Pendidikan Agama Islam. Sebaliknya, apabila kurang

Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam dalam

lingkungan SMP se-Kabupaten Kapuas Hulu,

mengakibatkan penurunan akan Hasil Belajar Siswa (Y)

Pendidikan Agama Islam.

Sebagai pengamatan dari tabel di atas diperoleh

koefisien determinasi (r2) antara Kinerja Guru (X2)

Pendidikan Agama Islam terhadadp Hasil Belajar Siswa (Y)

Pendidikan Agama Islam sebesar 0,580 atau dapat

diartikan 57,96% variasi kecenderungan Hasil Belajar

Page 102: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

102

Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam mendapat pengaruh

dari Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam.

Pernyataan lain dikatakan bahwa Kinerja Guru (X2)

memberikan dukungan sebesar 57,96% terhadap

Kedisplinan Hasil Belajar Siswa (Y) dan 42,04% dianggap

sebagai kontribusi faktor dari faktor lain.

c. Pengujian Hipotesis Pengaruh Kompetensi

Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam

dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam

terhadadp Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan

Agama Islam

Pada hipotesis ketiga yang menjadi fokus ujinya

adalah hipotesis alteratif (Hi), dimana dalam

pernyataannya bahwa terdapat pengaruh positif antara

Kompetetnsi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama

Islam dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam

terhadadp Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam

dalam melawan pernyataan Hipotesis nol (H0), yang

dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan positif antara

Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam

dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam terhadap

Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam.

Pengaruh antara Kompetensi Profesional (X1) Guru

Pendidikan Agama Islam dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan

Agama Islam dengan Kinerja Guru (Y) Pendidikan Agama

Islam menggunakan persamaan regresi Ŷ = 4,526 +

0,577 X1 + 0,502 X2. Sehingga akan menghasilkan uji

signifikansi regresi ganda, dan dapat dilihat pada tabel

4.13 pada halaman berikutnya.

Page 103: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

103

Tabel 4.13

Uji Signifikansi Regresi Ganda

S. Varian db JK RJK Fhitung

Ftabel

0,05

Regresi 2 2926,50 1463,2530,33** 3,35

Sisa 27 1302,47 48,24

Keterangan :db = Derajat KebebasanJK = Jumlah KuadratRJK = Rerata Jumlah Kuadrat** = Signifikan (Fhitung = 30,33 > Ftabel = 3,35)

Kesimpulan akhir dapat dinyatakan bahwa persamaan

regresi ganda : Ŷ = 4,526 + 0,577 X1 + 0,520 X2

adalah signifikan sehingga dapat dipertanggung jawabkan

dalam mengambil kesimpulan mengenai pengaruh antara

Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam

Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam terhadap Hasil

Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam.

Hasil yang ditunjukkan dari persamaan Ŷ = 4,526 +

0,577 X1 + 0,502 X2 bahwa apabila secara bersama-

sama antara Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan

Agama Islam dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama

Islam ditingkatkan dalam penggabungan satu unit, maka

akan memberikan peningkatan dalam memacu Hasil

Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam sebesar 1,079

(0,577 X1 + 0,502 X2) unit dengan konstanta 4,526

Dari hasil perhitungan korelasi ganda antara (X1) dan

(X2) terhadadp (Y) dihasilkan korelasi (Ry.12) adalah sebesar

0,832 (perhitungannya secara spesifik pada Lampiran 7

halaman 229). Untuk diketahui pengujian keberartian

Page 104: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

104

koefisien korelasi ganda tersebut dapat dilihat pada tabel

4.14.

Tabel 4.14

Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda

Sampel (n)Koefisien Korelasi Ganda

(Ry.12)Fhitung

Ftabel

(0,05)

30 0,832 66,796 3,35

Dari hasil di atas Fhitung sebesar 66,796 dan dari daftar

distribusi F dengan db pembilang 2 dan db penyebut 7

pada taraf nyata 0,05 diperoleh Ftabel sebesar 3,35. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa nilai Fhitung lebih besar dari

Ftabel, maka koefisien korelasi Ry.12 dapat dikatakan berarti

atau signifikan. Kesimpulannya bahwa terdapat penmgaruh

positif antara Kompetetnsi Profesional (X1) Guru Pendidikan

Agama Islam dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam

terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam.

Dalam pengertian lainnya, bahwa semakin tinggi dan

Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam

dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam di

lingkungan Sekolah Menengah pertama, maka Hasil Belajar

Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam akan semakin

meningkat dan membaik.

Koefisien korelasi di atas juga menghasilkan koefisien

determinasi pengaruh antara Kompetensi Profesional (X1)

Guru Pendidikan Agama Islam dan Kinerja Guru (X2)

Pendidikan Agama Islam secara bersama-sama terhadap

Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam sebesar

0,692. Hal ini menunjukkan 0,692 variasinya dalam Hasil

Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam dapat dijelaskan

Page 105: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

105

oleh variabel Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan

Agama Islam dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam

secara bersama-sama memberikan sumbangan sebesar

69,20% terhadap perhatian dan peningkatan Hasil Belajar

Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam.

Kelanjutan dari hasil perhitungan tersebut diperoleh

sumbangan efektif masing-masing variabel bebas terhadap

bariabel terikat Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama

Islam dimana sumbangan efektif paling besar diberikan

oleh variabel Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam

sebesar 69,20% kemudian variabel Kompetensi Profesional

(X1) Guru Pendidikan Agama Islam sebesar 30,80%

Perbandingan kekuatan hubungan masing-masing

variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui

dalam sajian tabel 4.15 (rincian perhitungannya pada

lampiran 7 halaman 236).

Tabel 4.15

Perbandingan Kekuatan Hubungan antara (X1) dan (X2)

Secara bersama-sama dengan (Y)

Korelasi Persial Koefesien Korelasi

Ry1.2 0,369

Ry2.1 0,434

Tabel di atas menunjukkan bahwa korelasi persial

pengaruh antara Kompetensi Profesional (X1) Guru

Pendidikan Agama Islam dan Hasil Belajar Siswa (Y)

Pendidikan Agama Islam terhadap kontrol untuk Kinerja

Guru (X2) Pendidikan Agama Islam tidak mengalami

perbedaan perbandingan yang jauh terhadap pengaruh

Page 106: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

106

Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam terhadap Hasil

Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam terhadap adanya

kontrol Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam. Pada

akhirnya penelitian ini menunjukkan bahwa variabel

Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam

dan variabel Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam

memberikan kontribusi relatif hampir sama terhadap

pelayanan dan peningkatan Hasil Belajar Siswa (Y)

Pendidikan Agama Islam dalam lingkungan SMP se-

Kabupaten Kapuas Hulu.

Selanjutnya mengenai besarnya sumbangan efektif

dari masing-masing variabel bebas disajikan pada tabel

4.16.

Tabel 4.16

Hasil Perhitungan Besarnya Sumbangan Efektif

Variabel Sumbangan Efektif

X1 27,46%

X2 41,74%

Y 69,20%

Sementara itu Sumbangan efektif variabel Kompetensi

Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam terhadap

Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam adalah

27,46% sedangkan variabel Kinerja Guru (X2) Pendidikan

Agama Islam adalah 41,74% sedangkan sumbangan

efektif atau konstribusi secara bersama-sama antara

Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam

dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam terhadap

Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam adalah

Page 107: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

107

sebesar 69,20%, sedangkan selebihnya 30,80%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. dengan

kata lain makin membaik Kompetensi Profesional dan

Kinerja Guru maka Hasil Belajar Siswa semakin

meningkat.

Pola hubungan antara ketiga variabel tersebut

ditunjukan oleh persamaan regresi linier multiple Ŷ =

4,526 + 0,577 X1 + 0,502 X2. Dari persaamaan regresi

ini diinterpretasikan bahwa Hasil Belajar Siswa Pendidikan

Agama Islam akan berubah sebesar 0,577 atau 0,502 jika

terjadi perubahan sebesar satu unit skor Kompetensi

Profesional Guru Pendidikan Agama Islam atau Kinerja

Guru Pendidikan Agama Islam, berarti semakin baik

Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

atau Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam maka semakin

baik pula Hasil Belajar Siswa Pendidikan Agama Islam.

Demikian pula sebaliknya semakin buruk Kompetensi

Profesional Guru Pendidikan Agama Islam atau Kinerja

Guru Pendidikan Agama Islam, maka semakin menurun

pula Hasil Belajar Siswa Pendidikan Agama Islam.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan

Agama Islam se-Kabupaten Kapuas Hulu

Berdistribusi Normal

Dengan perolehan Lhitung = 0,1450 < Lhitung 0,1618.Dari hasil

perhitungan menggunakan Uji Lilliefors dan tabel nilai kritis L

dengan tararf nyata (α) 0,05 dengan ukuran sampel n (30).

Page 108: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

108

2. Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam se-

Kabupaten Kapuas Hulu Berdistribusi Normal

Dengan perolehan Lhitung = 0,1517 < Lhitung 0,1618. Dari

hasil perhitungan menggunakan Uji Lilliefors dan tabel nilai

kritis L dengan taraf nyata (α) 0,05 dengan ukuran sampel n

(30).

3. Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam se-

Kabupaten Kapuas Hulu Berdistribusi Normal

Dengan perolehan Lhitung = 0,0912 < Lhitung 0,1618. Dari hasil

perhitungan menggunakan Uji Lilliefors dan tabel nilai kritis L

dengan tararf nyata (α) 0,05 dengan ukuran sampel n (30).

4. Pengaruh Kompetensi Profesional (X1) Guru

Pendidikan Agama Islam terhadap Hasil Belajar

Siswa (Y) pada Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu

Berdasarkan dari hasil uji signifikansi koefisien korelasi

Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam

terhadap Y, thitung lebih besar dari ttabel yaitu : 5,062 > 1,70 maka

koefisien korelasi antara Kompetensi Profesional (X1) Guru

Pendidikan Agama Islam dengan Hasil Belajar Siswa (Y)

signifikan pada taraf nyata 0,05. Penjelasan lainnya dapat

diasumsikan bahwa semakin tinggi Kompetensi Profesional

(X1) Guru Pendidikan Agama Islam, maka peningkatan akan

Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran PAI dalam lingkup SMP

se Kabupaten Kapuas Hulu semakin membaik.

Hasil temuan ini didukung pernyataan Muhibinsyah (2007)

menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi

Page 109: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

109

tinggi rendahnya hasil belajar siswa adalah peran guru yang

mempunyai kompetensi rofesional di dalam kelas yang dapat

mempengaruhi semangat belajar seorang siswa

Temuan ini tidak berbeda dengan temuan Syarifah

Zaharah Al-Qadri 2009 dengan judul Pengaruh Kompetensi

Guru Melaksanakan Pembelajaran terhadap Hasil Belajar

Siswa di SDN 1 Pontianak Timur. Hasil Penelitian menunjukan

terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan guru dalam

melaksanakan pembelajaran terhadap hasil belajar siswa.

Dapat diambil kesimpulan semakin tinggi kompetensi guru,

maka semakin tinggi hasil belajar siswa.

Temuan yang serupa dalam penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Diyan Maya Shofiana ( 2008 : 68) yang

berjudul Profesionalisme Guru dan Hubungannya dengan

prestasi belajar siswa di Mts Al-Jaamiyah Tegal Cidolog

Sukabumi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil

hitung dengan menggunakan rumus koefesien determinasi

yaitu KD=r2 x 100%. KD=r2 x 100% =(0,710)2 x 100% = 0,50

x 100 = 50%. Dari hasil perhitungan tersebut dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa ditentukan atau

dipengaruhi oleh profesionalisme guru sebesar 50%.

Kemudian Risminawati, (2000 : 152) dalam penelitiannya

yanng berjudul Konstribusi Gaya Kepemimpinan Demokrasi

Kepala Sekolah dan Kompetensi Profesional Guru Terhadap

Keberhasilan SLTP Muhammadiyah di Kota Surakarta. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa uji T yang berkaitan dengan

kontribusi kompetensi profesional terhadap keberhasilan

sekolah diperoleh thitung 0,006 dengan taraf signifikan 5%

dengan N 130 ditemukan ttabel 1,655. Dengan demikian thitung

6, 006 > ttabel 1,655 maka ada kontribusi yang signifikan

Page 110: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

110

antara kompetensi profesional guru dengan keberhasilan

sekolah.

Kemudian Eva Ranilah (2009) dalam skripsinya yang

berjudul : ”Hubungan Kemampuan Mengajar Guru Dengan

Prestasi Belajar Siswa Kelas XI pada Mata Pelajaran PAI di

SMA Pelangi Nusantara Punggur Kecamatan Sungai Kakap.

Hasil Penelitiannya adalah: Kemampuan guru dinilai baik

yaitu 0,76. Prestasi belajar siswa tergolong baik hasil hitung

0,78. Terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan

mengajar guru dengan prestasi belajar siswa kelas XI pada

mata pelajaran PAI bukti r: 0,785 lebih besar (R=0,785 > r

tabel 0,0227).

Hal yang senada di kemukakan Armai Arief (2013:26)

membuktikan bahwa dampak keberhasilan guru pendidikan

agama Islam yang mempunyai kompetensi profesional

terhadap peserta adalah :

1. Melahirkan siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT

2. Melahirkan siswa yang taat beribadah

3. Terciptanya lingkungan sekolah yang akademis dan kondusif

4. Melahirkan siswa yang mempunyai semangat etos kerja dan keterampilan

5. Melahirkan siswa yang sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

6. Melahirkan siswa yang cinta tanah air, bangsa, negara dan agamanya yang menguasai bahasa asing dan teknologi serta berwawasan global.

Menurut Kymet Selvi (2008) mengatakan bahwa dengan adanya

kompetensi guru maka guru tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam

bidang pendidikan. Hal ini seperti yang diungkapkan nya sebagai beriku:

Page 111: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

111

“Teachers’ competencies have been broadening with respect to reform studies

in education, development of. Teacher education, scientific results of

educational science and other fields”

Kemudian Gusky (2002:381) mengatakan :”High quality

professional development is a central component in nearly

modern proposal of improving education.” (kualitas

pengembangan professional yang tinggi merupakan

komponen utama untuk meningkatkan pendidikan.)

Kompetensi Profesional memberi pengaruh yang

bermakna dalam meningkatkan hasil belajar. Oleh karena itu

Guru Pendidikan Agama Islam dituntut memiliki Kompetensi

Profesional yang memadai untuk melaksnakan tugasnya

karena guru memegang peranan penting dalam menunjang

keberhasilan pendidikan dalam pendidikan formal.

5. Pengaruh Kinerja Guru (X2) terhadap Hasil Belajar

Siswa (Y) pada Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMP se-Kabupaten Kapuas Hulu

Berdasarkan dari hasil uji signifikansi korelasi thitung lebih

besar dari ttabel yaitu : 6,213 > 1,70, maka koefisien korelasi

antara Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam terhadap

Hasil Belajar Siswa (Y) signifikan pada taraf 0,05. Penjelasan

lain dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi Kinerja Guru

(X2) Pendidikan Agama Islam dalam lingkungan SMP se-

Kabupaten Kapuas Hulu akan mendukung peningkatan Hasil

Belajar Siswa (Y). Sebaliknya, apabila kurang Kinerja Guru

(X2) Pendidikan Agama Islam dalam lingkungan SMP se-

Kabupaten Kapuas Hulu, mengakibatkan penurunan akan

Hasil Belajar Siswa (Y).

Page 112: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

112

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang

dikemukakan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Nana Sudjana

(2002:42), nilai yang dihasilkan menunjukkan bahwa 76,6% hasil belajar

siswa dipengaruhi oleh kinerja guru, dengan rincian: kemampuan guru

mengajar memberikan sumbangan 32,43%, penguasaan materi pelajaran

memberikan sumbangan 32,38% dan sikap guru terhadap mata pelajaran

memberikan sumbangan 8,60%. Harus diakui bahwa kinerja guru merupakan

faktor utama dalam proses pendidikan.

Pendapat yang senada dikemukankan oleh Dedi Supriadi (1999: 178).

Menurutnya di antara berbagai masukan (input) yang menentukan mutu

pendidikan (yang ditunjukkan oleh prestasi belajar siswa) sepertiganya

ditentukan oleh guru. Faktor guru yang paling dominan mempengaruhi

kualitas pembelajaran adalah kinerja guru.

Sutermaister (1976) dalam Rusman. (2011: 52) bahwa:

d. Produktivitas itu kira-kira 90% bergantung pada prestasi kerja dan 10% tergantung pada teknologi dan bahan yang digunakan.

e. Prestasi kerja itu sendiri untuk 80-90% bergantung pada motivasinya untuk berkerja, 10-20% bergantung pada kemampuannya.

f. Motivasi kerja 50% bergantung pada kondisi sosial, 40% bergantung pada kebutuhan-kebutuhannya, 10% bergantung pada kondisi-kondisi fisik.

Kemudian Cruickshank (1990:5) menambahkan kinerja guru mempunyai

yang pengaruh secara langsung terhadap proses pembelajaran adalah kinerja

guru dalam kelas atau teacher classrroom performance

Menurut Bernardin and Russel (1998: 239), kinerja dapat didefinisikan

sebagai berikut: “Performance is defined as the record of outcomes produced

on a specified job function or activity during a time period“. Berdasarkan

pendapat Bernardin and Russel, kinerja cenderung dilihat sebagai hasil dari

suatu proses pekerjaan yang pengukurannya dilakukan dalam kurun waktu

tertentu.

Page 113: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

113

Menurut Ilgen and Schneider (Williams, 2002: 94): “Performance is

what the person or system does”. Hal senada dikemukakan oleh Mohrman et

al (Williams, 2002: 94) sebagai berikut: “A performance consists of a

performer engaging in behavior in a situation to achieve results”. Dari kedua

pendapat ini, terlihat bahwa kinerja dilihat sebagai suatu proses bagaimana

sesuatu dilakukan. Jadi, pengukuran kinerja dilihat dari baik-tidaknya

aktivitas tertentu untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam

melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan

sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan

baik (Gibson and Ivancevich Donnelly, (1994).

Menurut Gary A. Davis dan Margaret A Thomas dalam

Suyanto (2000:27-28) menjelaskan bahwa sekolah akan

berhasil apabila memiliki guru efektif dengan ciri-ciri :

a. memiliki kemampuan interpersonal khususnya rasa empati, apresiasi, dan ketulusan;

b. memiliki kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen seperti mengatasi konflik antara siswa, siswa yang koferatif, minat dan bakat siswa yang beragam;

c. memiliki kemampuan yang terkait dengan strategi pemberian umpan balik dan penguatan;

d. memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri seperti menerapkan media, metode belajar yang inovatif, mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan tuntutan zaman.

Dapat disimpulkan bahawa kinerja guru merupakan faktor yang

dominan dalam menentukan kualitas pembelajaran. Artinya kalau guru yang

terlibat dalam kegiatan pembelajaran mempunyai kinerja yang bagus, akan

mampu meningkatkan sikap dan motivasi belajar siswa yang pada akhirnya

akan meningkatkan kualitas pembelajaran, begitu juga sebaliknya. Kinerja

Page 114: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

114

guru yang berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa adalah kinerja guru

dalam kelas. Meningkatnya kualitas pembelajaran, akan mampu

meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dipahami karena guru yang

mempunyai kinerja bagus dalam kelas akan mampu menjelaskan pelajaran

dengan baik, mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan baik,

mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik, mampu

membimbing dan mengarahkan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa

akan memiliki semangat dalam belajar, senang dengan kegiatan pembelajaran

yang diikuti, dan merasa mudah memahami materi yang disajikan oleh guru.

6. Pengaruh Kompetensi Profesional (X1) dan Kinerja

Guru (X2) terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) pada

Pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas

Hulu

Berdasarkan dari hasil uji signifikansi korelasi ganda fhitung

lebih besar dari ftabel yaitu: 66,796 > 3,35, maka koefisien

korelasi antara Kompetensi Profesional (X1) dan Kinerja Guru

(X2) terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) signifikan pada taraf

0,05 maka koefesien korelasi korelasi Ry.12 dapat dikatakan

berarti atau signifikan. Penjelasan lain dapat diasumsikan

bahwa semakin tinggi dan Kompetensi Profesional (X1) dan

Kinerja Guru (X2) , maka Hasil Belajar Siswa pada

Pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu semakin

meningkat

Dalam paparan pengujian hipotesis di atas, koefisien

korelasi antara Kompetensi Profesional dengan Hasil Belajar

Siswa (ry1) sebesar 0,691, dan pada Kinerja Guru dengan Hasil

Belajar Siswa (ry2) sebesar 0,761 Kompetensi Profesional dan

Kinerja Guru secara bersama-sama dengan Hasil Belajar

Page 115: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

ry1 = 0,691

ry.12 = 0,832

ry2 = 0,760

Kompetensi Profesional

(X1)

Hasil Belajar Siswa

(Y)

Kinerja Guru (X2)

115

Siswa (ry12) sebesar 0,832. Katiga variabel tersebut pada pola

hubungan dapat dilihat pada gamber 4.9.

Gambar 4.9

Pola Pengaruh Antar Ketiga Variabel

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang

dikemukakan Uzer Usman dalam Meliani (20907:43)

menjelaskan bahwa proses belajar mengajar dan hasil belajar

sebagian besar ditentukan oleh peran dan kemampuan guru.

Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan

lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu

mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada

tingkat optimal.

Pendapat lain dikemukan oleh Muhammad Arifin (2004:9)

bahwa kinerja dipandang sebagai hasil perkalian antara

kemampuan dan motivasi. Kemampuan menunjukan

kecakapan seseorang dalam mengerjakan tugas-tugas

tertentu, sementara motivasi menunjukan pada keinginan

(desire) individu untuk menunjukan prilaku dan kesediaan

berusaha.

Page 116: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

116

Mukhtar dan Iskandar (2009:125) menjelaskan ada

beberapa alasan penting perlu adanya Kompetensi

Profesional dan Kinerja Guru dalam kegiatan proses belajar

dan mengajar sebagai berikut:

1. Karena guru bertanggung jawab menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan serta memahami teknologi.

2. Karena guru bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup suatu bangsa. Menyiapkan seorang pelajar untuk menjadi seorang pemimpin masa depan. Student today leader tomoro.

3. Karena guru bertanggung jawab atas keberlangsungan budaya dan peradaban suatu generasi. Change of attitude and behavior.

Berdasarkan penelitian terdahulu Rosma (2010 : 2) dalam

penelitiannya Pengaruh Profesionalitas dan Kinerja Guru

terhadadp hasil belajar Akuntansi di Sekolah Menengah Atas

Nurul Iman Palembang. Dengan mengambil taraf signifikansi

sebesar 5% maka dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000

(P<0,05) karena Fh >Ftabel yaitu 370,666 maka H0 ditolak

dan HA diterima. Artinya dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan secara linear antara kompetensi profesional (X1)

dan kinerja guru (X2) terhadap hasil belajar (Y). Pengolahan

kompetensi profesional (X1) yang baik dan adanya kinerja

guru secara bersama-sama dapat menciptakan proses belajar

yang sesuai dengan yang diharapkan, jika terus-menerus

berjalan dengan baik maka sebuah pencapaian seorang guru

untuk mencapai penyampaian materi akan sesuai dengan

tujuan, dan hasil belajar akan meningkat.

Kemudian proses pembelajaran akan berlangsung dengan

baik apabila didukung oleh guru yang mempunyai

Page 117: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

117

kompetensi dan kinerja yang tinggi karena guru merupakan

ujung tombak dan pelaksana terdepan pendidikan anak-anak

di sekolah dan sebagai pengembang kurikulum (Depdikbud,

1991/1992).

Kinerja guru adalah kemampuan guru untuk

mendemontrasikan berbagai kecakapan dan kompetensi

yang dimiliki dalam dunia kerja yang sebenarnya. Dunia kerja

yang sebenarnya adalah membelajarkan siswa dalam

kegiatan pembelajaran di kelas (Depdiknas, 2004:11)

Berdasarkan ungkapan di atas, berarti Kompetensi

Profesional dan Kinerja Guru (teacher performance) memberi

pengaruh secara bersama-sama dalam meningkatkan hasil

belajar, artinya Guru Pendidikan Agama Islam yang

mempunyai Kompetensi Profesional yang memadai dan

Kinerja Guru yang optimal berdampak pada peningkatan hasil

belajar.

7. Tingkat Signifikansi Kompetensi Profesional (X1)

Guru Pendidikan Agama Islam dan Kinerja Guru (X2)

Pendidikan Agama Islam terhadap Hasil Belajar

Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam di SMP se-

Kabupaten Kapuas Hulu

Berdasarkan Dari hasil Fhitung sebesar 66,796 dan dari

daftar distribusi F dengan db pembilang 2 dan db penyebut 7

pada taraf nyata 0,05 diperoleh Ftabel sebesar 3,35. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa nilai Fhitung lebih besar dari

Ftabel, maka koefisien korelasi Ry.12 dapat dikatakan berarti

atau signifikan.

Page 118: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

118

Hasil perhitungan menggunakan Uji Signifikansi

Koefisien Korelasi Ganda dengan menggunakan tabel

Distribusi F. Dengan hasil terdapat tingkat signifikansi

Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam

dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam terhadap Hasil

Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam di SMP se

Kabupaten Kapuas Hulu dengan perolehan nilai Fhitung sebesar

66,796>Ftabel 3,35 sehingga hasilnya dikatakan signifikan.

Sehingga dapat disimpulkan semakin tinggi Kompetensi

Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam dan Kinerja

Guru (X2) Pendidikan Agama Islam, maka Hasil Belajar Siswa

pada Pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu

semakin meningkat

C. Keterbatasan Penelitian

Dengan memperhatikan hasil penelitian ini, penulis

merasa masih terdapat kekurangan meskipun sudah diupayakan

secara maksimal untuk menekan sekecil mungkin berbagai

faktor yang dapat mengurangi makna dari temuan penelitian

yang akan di capai. Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa

kelemahan-kelmehanan dan keterbatasan yang secara umum

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Instrument yang digunakan tidak utuh karena masih ada

instrument yang drop setelah diujicobakan dan tidak bisa

digunakan dalam instrument penelitian

2. Peneliti belum mendapatkan kriteria validitas ideal, hal ini

terlihat dari beberapa ketiga kelompok instrument masih

ada yang baru mencapai 21 butir yang valid.

Page 119: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

119

3. Dalam pengumpulan data melalui angket, masih terdapat

kelemahan dimana responden masih kurang memahami

makna pertanyaan .

4. Peneliti masih memiliki keterbatasan dalam melakukan

penelaahan. Hal ini disebabkan keterbatasan literatur,

dana maupun waktu yang peneliti miliki.

5. Faktor responden yang dimungkinkan belum memberikan

jawaban yang sesuai dengan kenyataan yang ada.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa untuk

Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam di SMP se

Kabupaten Kapuas Hulu berdistribusi normal, Kinerja Guru (X2) Pendidikan

Agama Islam di SMP se-Kabupaten Kapuas Hulu berdistribusi normal dan Hasil

Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu

berdistribusi normal. Terdapat pengaruh yang cukup bermakna antara Kompetensi

Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam terhadap Hasil Belajar Siswa (Y)

pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu. Terdapat pengaruh

yang yang cukup bermakna antara Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam

terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten

Kapuas Hulu. Terdapat pengaruh yang cukup bermakna antara Kompetensi

Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam dan Kinerja Guru (X2)

Pendidikan Agama Islam secara bersama-sama terhadap Hasil Belajar Siswa (Y)

pada pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu. Terdapat signifikansi

Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam dan Kinerja Guru

Page 120: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

120

(X2) Pendidikan Agama Islam terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) pada

pembelajaran PAI di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu.

Kesimpulan tersebut di atas berdasasrkan jawaban rumusan masalah

dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam berdistribusi

normal dengan perolehan Lhitung = 0,1450 < Lhitung 0,1618.

2. Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam dengan perolehan Lhitung =

0,1517 < Lhitung 0,1618.

3. Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam berdistribusi normal.

dengan perolehan Lhitung = 0,0912 < Lhitung 0,1618.

4. Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam di SMP se

Kabupaten Kapuas Hulu mempunyai pengaruh yang cukup bermakna

terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam. Sebesar

47,79% variabel terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama

Islam dapat dijelaskan oleh variabel Kompetensi Profesional (X1) Guru

Pendidikan Agama Islam. Sedangkan 52,21% variabel Hasil Belajar

Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam disebabkan oleh faktor lain.

5. Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam di SMP se Kabupaten

Kapuas Hulu mempunyai pengaruh yang cukup bermakna terhadap

Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam. Sebesar 57,96%

variabel dalam Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam dapat

dijelaskan oleh variabel Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam.

Sedangkan 42,04% variabel Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama

Islam disebabkan oleh faktor lain.

6. Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam dan Kinerja

Guru (X2) Pendidikan Agama Islam secara bersama-sama cukup

mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap Hasil Belajar Siswa (Y)

Pendidikan Agama Islam di SMP se Kabupaten Kapuas Hulu. Sebesar

69,20% variabel Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam dapat

Page 121: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

121

dijelaskan oleh variabel Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan

Agama Islam dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam.

Sedangkan 30,80% variabel Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama

Islam disebabkan oleh faktor lain.

7. Terdapat tingkat signifikansi Kompetensi Profesional (X1) Guru

Pendidikan Agama Islam dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama

Islam terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) Pendidikan Agama Islam di SMP

se Kabupaten Kapuas Hulu dengan perolehan nilai Fhitung sebesar 66,796 <

Ftabel 3,35 sehingga hasilnya dikatakan signifikan.

B. Saran-saran

Berdasarkan temuan dan hasil analisis data penelitian,

terutama yang berkaitan dengan konstribusi Kompetensi

Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam dan Kinerja Guru

(X2) Pendidikan Agama Islam terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) di

SMP se Kabupaten Kapuas Hulu, peneliti mengajukan beberapa

saran, yaitu:

1. Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam

merupakan variabel yang sangat penting dalam

meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Dari hasil statistik

pengaruh yang cukup bermakna antara Kompetensi

Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam terhadap

Hasil Belajar Siswa (Y) sebesar 47,79% maka perlu

dilakukan peningkatan Kompetensi Profesional (X1) Guru

Pendidikan Agama Islam. Hal ini dapat dilakukan

peningkatan wawasan mengenai Kompetensi Profesional

(X1) Guru Pendidikan Agama Islam. Namun, upaya lain

juga perlu dilakukan mengingat sebesar 52,21% variabel

Hasil Belajar Siswa (Y) disebabkan oleh faktor lain. Oleh

karena itu Guru Pendidikan Agama Islam diharapkan

selalu mengembangkan dan meningkatkan Kompetensi

Page 122: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

122

Profesional dalam melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya sebagai seorang pendidik.

2. Kinerja guru (X2) Pendidikan Agama Isam merupakan

merupakan variabel yang tidak kalah penting dalam

meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Dari hasil statistik

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup

bermakna antara Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama

Islam terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) sebesar 57,96%.

Maka perlu peningkatan Kinerja Guru (X2) Pendidikan

Agana Islam untuk peningkatan Hasil Belajar Siswa (Y) di

SMP se Kabupaten Kapuas Hulu. Hal ini bisa dilakukan,

yaitu dengan meningkatkan Kinerja Guru dan Kinerja Guru

diharapkan mampu memberi pengaruh langsung baik

dalam menetapkan fungsi planning, organizing, actuating

maupun controlling dalam pencapaian mutu Pendidikan

Agama Islam. Selain itu, upaya lainnya sangat perlu

dilakukan mengingat 42,04% variabel Hasil Belajar Siswa

(Y) disebabkan oleh faktor lain.

3. Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan Agama Islam

dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama Islam merupakan

dua komponen yang mutlak ada pada seorang pendidik

dalam meaksanakan tugasnya. Hasil statistik juga

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

antara Kompetensi Profesional (X1) Guru Pendidikan

Agama Islam dan Kinerja Guru (X2) Pendidikan Agama

Islam secara bersamaan dengan Hasil Belajar Siswa (Y)

sebesar 69,20%. Oleh karena itu Guru Pendidikan Agama

Islam diharapkan memiliki Kompetensi Profesional dan

Kinerja optimal yang diwujudkan secara nyata dalam

kegiatan pembelajaran. Sedangkan upaya lainnya juga

Page 123: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

123

perlu dilakukan mengingat sebesar 30,80% variabel Hasil

Belajar Siswa disebabkan oleh faktor lain.

4. Guru Pendidikan Agama Islam yang berkompetensi

profesional dengan kinerja yang optimal akan berdampak

baik pada output dan outcome insan Indonesia cerdas,

berimam, berilmu, berakhlak dan kompetitif secara adil,

bermutu, dan relevan untuk kebutuhan masyarakat

Indonesia dan global. Oleh karena itu untuk

mengantarkan dampak positif tersebut, perlu peningkatan

Kompetensi Profesional dan Kinerja Guru. Selain itu perlu

kesadaran pemerintah, sekolah, masyarakat dan orang

tua secara menyeluruh untuk memahami akan

pentingnya memperhatikan peningkatan mutu Pendidikan

Agama Islam.

Page 124: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

111

124

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hadis dan Nurhayati. 2010. Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta, cv

Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyat al- Aulad Fi al- Islam, terj. Jamaluddin Miri. 1995. Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta: Pustaka Amani

Abuddin Nata. 2008. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Abu Al Ghifari. 2003. Remaja Korban Mode. Bandung: Mujahid.

Abu al-Wafa al-Ghanimi, Sufi dari Zaman ke Zaman, (1985) Al-Taftazani Bandung: Pustaka

Abu Fajar, Al-Qalami (2003) Ringkasan IHYA’ ULUMUDDIN (Imam al- Ghazali) Surabaya : Gitamedia Press

Ahmad Arifin. 2009. Politik Pendidikan Islam: Menelusuri Ideologi dan Aktualisasi Pendidikan Islam di Tengah Arus Globalisasi. Yogyakarta: Teras.

Ahmad Amin. 1975. Akhlak. Jakarta : Bulan Bintang

Ahmad al-Shâwî al-Mâlikî, Hâsyiyyah al-‘Alâmah al-Shâwî ‘alâ Tafsîr al-Jalâlain (Semarang: Maktabah Thaha, t.t.), vol. 4, 215.

Al-Abrasyi Muhammad ‘Athiyah.1970. Al-Tarbiyah Al-Islamiyah, terj.Abdullah Zakiy al-Kaaf, “Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Agama Islam”, Bandung:Pustaka Setia.

Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar al-Asqalany. 2008. Bulughul maram. Surabaya : Pustaka al-Hidayah.

Ali Muhammad Syaikh Quthb, 2005. Amal Shaleh Pengantar ke Surga dan Penyelamat dari Neraka,  Jakarta Timur : Pustaka al-Kautsar

Agus Wibowo dan Hamrin. 2012. Menjadi Guru Berkarakter.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ainurrofiq Dawam  dalam  Muhammad AR. 2003. Pendidikan di Alaf Baru:  Rekonstruksi atas Moralitas Pendidikan. Jogyakarta: Prismasophie. 

AKSI, 2006, Peran Strategis Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, Sumedang : Alqaprint Jatinangor,

Page 125: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

125

Al-Syaibany, at-Toumy, omar Muhammad.1975. Falsafah Pendidikan Islam. alih Bahasa oleh Hasan Langgulung. Jakarta: Bulan Bintang.

Antologi Artikel. 2006-2007. Teropong Pendidikan Kita. Pusat Informasi dan Humas Departemen Pendidikan Nasional.

Armai Arief. 2013. Guru Peendidikan Agama Islam Profesional. Makalah Hal: 26

Aswandi dan M. Sukri. 2008. Modul Umum Untuk Pendidikan dan Latihan Profesional Guru (PLPG/DPG. Pontianak: Dosen FKIP Untan.

Azyumardi Azra, 1998. Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam Jakarta: Logos Wacana Ilmu, .

Bernardin, H.J. and Russel, J.E.A. 1998. Human Resource Management 2nd Edition – An Experiental Approach. Singapore: McGraw-Hill.

Binti Maunah. 2009. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Yogyakarta: Sukses Offset.

Budiyono. 2000. Statistika Dasar untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press

Burhan Bungin. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Fajar Inerpratama Offset

Cruickshank, D.R. 1990. Research That Informs Teachers and Teacher Educators. Bloomington: Phi Delta Kappa Educational Foundation.

Dedi Supriadi. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Departemen Agama RI. 2005. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tingkat Dasar (SD dan SMP) Direktorat Jenderal Kelembagaan Keagama Islam Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum.

Departemen pendidikan dan kebudayaan, 1991/1992

Dewey, J.,1897. My Pedagogic Creed, in the Ryan, K. and Cooper, J. M., Kalaidoscope : Reading in Education. Bostom : Hougton Miftlin Company.

Didin Syafruddin dan Bahris, 2005, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tingkat Dasar (SD dan SMP). Departemen Agama RI

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta

Page 126: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

126

Diyan Maya Shofiana (skripsi).2008. Profesionalisme Guru dan Hubungannya dengan prestasi belajar siswa di Mts Al-Jaamiyah Tegal Cidolog Sukabumi.

Eva Ranilah (skripsi).2009. Hubungan Kemampuan Mengajar Guru Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI pada Mata Pelajaran PAI di SMA Pelangi Nusantara Punggur Kecamatan Sungai Kakap.

Fadhil al-Jamaly Muhammad. Al-Falsafah at-Tarbawiyyah Fil Qur’an. diterjemahkan Judi al-Falasani. 1993. Konsep Pendidikan Qur’ani. Solo: Ramadhani.

Fathul Bahri An-Nabiry. 2008. Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i, Jakarta: Amzah

Gibson, James L., John M. Ivancevich dan James H. Donnelly, Jr.1996. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses, (Alih Bahasa Nunuk Adiarni), Jakarta: Aksara.

Gisela Webb, dkk. 2012. Opportunitties and Challanges Of Religious In The Global Era : Solution and Action. Pontianak: STAIN Pontianak Press

Gusky. T.R. 2002. professional development and teacher cange. Teachers and Teaching”. Teory and Practice, www sciedu.ca/Wje. World Journal of Education. Vol.1, N0 1 Aprilo 2011

Hadari Nawawi, 2006, Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan Perusahaan dan Industri,Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, hal. 64-65.

Hamalik Omar. 2006. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hoyle, E. and Megarry, J. 1980. World Yearbook of Education Professional Development of Teachers. New York : Kogan Page.

Hussin dan Sufean. 1996. Pendidikan di Malaysia: Sejarah, Sistem dan Falsafah. Kuala Lumpur:  Dewan Bahasa dan Pustaka. 

Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2012. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalli dan Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar As-Suyuti. 1414H. Tafsir Al-Jalâlain, Surabaya: Maktabah Dâr Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyyah Indonesia

Page 127: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

127

James H. Stronge, 2006. Teacher Performance Evaluation Handbook. Editor: Lesli Grant, Ph.D., Teacher quiality Resources, LLC

Jeffrey S. Kane, Ph.D. (2004:6) Performance Distribution Assessment: A New Method for M easuring and Managing Performance

Jurnal Teknologi Pendidikan, Jakarta : Program Studi Pendidikan PPs Universitas Negeri Jakarta Bekerjasama dengan Ikatan Pengembangan Teknologi Pendidikan Indonesia (IPTPI) Vol 13, No. 1, April 20011

Kunandar. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Kymet Selvi .2008. “Teacher Competencies Culrura”. Interpersonal of Philosophy of culture and Axiology, vol.VII, No 1/2010

Ibrahim M. al-Jalal. 1995. Penyakit-penyakit hati. Bandung : Pustaka Hidayah.

Imam Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughiroh bin Barzhabah al Bukhori al-ja’fi, Shohih Bukhori, juz 1(Darul Fikr.1819 M/1014H), hal.21

Lailial Muhtifah. 2012. Membangun Budaya Mutu Berkarakter Mukmin Ulul Albab di Perguruan Tinggi Bebasis Total Quality Manajemen (Studi kasus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang). Belum dipublikasikan

Lailial Muhtifah. 2012. PAI Berbasis Karakter ( Makalah Hal: 34)

Long, Atan. 1988.  Psikologi Pendidikan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka

Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya

M. Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Kasir, jilid 3 (Jakarta: Gema Insani, 1999), h. 841.

Mohd Kamal Hasan dalam Muhammad AR. 2003. Pendidikan di Alaf Baru:  Rekonstruksi atas Moralitas Pendidikan. Jogyakarta

Muhaimin. 1996. Strategi Belajar Mengajar.Surabaya: Citra Media

Muhammad AR. 2003. Pendidikan di Alaf Baru:  Rekonstruksi atas Moralitas Pendidikan. Jogyakarta: Prismasophie. 

Muhammad Nasikin dkk. 2007.Agama Islam untuk Kelas VIII.Jakarta:Erlangga

Page 128: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

128

Muhammad Mu’arif. 1962. Pembebas Dari Kesesatan. Jakarta: Tinta Mas.

Muhtar.1992. Pedoman Bimbingan Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PGK & PTK Dep.Dikbud

Mukhtar dan Iskandar.2009.Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada (GP Press)

Mulyasa. 2007.Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mustofa Ghalayaini, 1368 H/1949 M Idhatun Nasihiin, (Shaida : Mathba’ah Ashriyah)

M.Quraish Shihab.2002.Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an.Volume 2.Surah Ali Imran, Surah Annisa’. Jakarta : lentera Hati

Nana Sudjana. 1998. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar  Baru algesindo

Nana Sudjana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

National Board For Professional Teaching Standards. 2000. Accomplished Teaching Validation Studi. Arlington, VA: NBPTS

O.Hashem. 1965. Marxisme dan Agama. Surabaya: Yayasan Pendidikan Islam.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik IndonesiaNomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta.

Purwanto.2011.Evaluasi Hasil Belajar.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Risminawati (Skripsi).2000. Konstribusi Gaya Kepemimpinan Demokrasi Kepala Sekolah dan Kompetensi Profesional Guru Terhadap Keberhasilan SLTP Muhammadiyah di Kota Surakarta.

Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 1.

Robbins, Stephen P. 2001. Organizational Behavior. New Jersey: Pearson Education International.

Robert Heller. Stephen Covey; alih bahasa, Izam Hardiansyah: editor, Theresia Vini. 2004. Jakarta: Erlangga

Page 129: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

129

Rosma (Skripsi).2010.Pengaruh profesionalitas dan kinerja guru terhadadp hasil belajar Akuntansi di Sekolah Menengah Atas Nurul Iman Palembang.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan profesoinalisme guru. Jakarta: rajawali Pers.

Santosa Murwani S. 2008. Pedoman Tesis dan Desertasi. Jakarta: Uhamka Press

Sarlito Wirawan Sarwono. 2001. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Setyaningsih. 2008. Metodologi Penelitian. Malang: Stie Indonesia

Slide Armai Arief. 2012. Metode Pembelajaran PAI dan Penerapannya. Kuliah Perdana Pasca STAIN Pontianak.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alpabeta

Suharsimi Arikunto. 1995. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensido Offset.

Supriyadi (Tesis), 2011.Pengaruh Efektifitas Kerja Kepala Sekolah dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Manajemen Kinerja Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Putussibau Kabupaten Kapuas Hulu-Kalimantan Barat, Jakarta.

Suryabrata, Sumadi. 2000.Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Andi

Suyanto.2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Milinium III. Yogyakarta: Adi Cipta.

Stonge, J.H and Helm, V.M. 1992. A Performance Evaluation System for Profesional Support Personel, in the Educational Evaluation and Policy Analysis, Summer, 1992 Vol. 14 No.2.

Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Syarifah Zahara Al-Qadri (skripsi). 2009. Pengaruh Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Mata Pelajaran PAI di SDN 01 Pontianak Timur.”

Page 130: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

130

Tahir Kaleem Siddiqui. 2010. A Study Of Teacher Competencies And Teaching Practice For School Effectiveness In Workers Welfare Model Schools

The Scribner-Bantam English Distionary, terbitan Amerika Serikat dan Canada (1979),

Tim Abdi Guru Muhammad Nasikin dkk. 2002. Ayo Belajar Agama Islam untuk SMP Kelas VIII. Erlangga.

Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 39

UU No. 14 tahun 2005. tentang Guru dan Dosen

UU. RI. No. 19 pasal 23. 2005. Sistem Pendidikan Nasional

UU No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kyalifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. BSNP.

Undang-Undang R.I Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan; Surabaya, Kesindo Utama

Permendiknas RI Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Jakarta.

Vollmer, H.M. and Mills, D.L. 1966. Professionalization. New Jersey : Prentice-Hall, Inc

Wahbah al-Zuhailî. 2005. al- Tafsîr al-Munîr. Damaskus: Dâr al-Fikr. vol. 3, 110.

Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Williams, Richard, R. 2002. Managing Employee Performance: Design and Implementation in Organizations. London: Thomson Learning.

Wina Sanjaya.2005.Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

Zakiah Daradjat.1984. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Angkasa

Zakiah Daradjat,dkk; 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Ahmadi. 1984. Hasil Belajar. Sumber: http://wawan-junaidi.blogspot.com/ download/2/1/2013

Al-Baidhawi, Tafsir Baidhawi, Juz 5 h.9, baca An-Naisaburi, Tafsir An-Naisaburi, juz 1 h81.http://www.Altafsir.com/11/download/11/3/2013

Page 131: Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan

131

Alfianoorrahman. /2010/07/ etos-kerja-guru-menurut pandangan Islam. Sumber: http://blogspot.com/download/17/1/2013

AsepSyaefurrachmanSumber:EmailBlogThis!http://kbmpaispensa.blogspot.com/10/05/2013/ananiyah-ghadab-hasad-ghibah.html

http : www. Com/Browse/Bookdetail/24595/Managing Performance Managing People, html

Ibrahim /2009/04/27 “Metode Pembelajaran dan Pengajaran dalam Surat Al-Qur’an (Kajian Surat Al-Maidah Ayat 67 dan An-Nahl ayat 125),” metode pembelajaran-kajian-tafsir-tarbawi/, http://ibrohimnaw.w com/ download /2/2/2013

JokoWinarto. 341610 Peran Kinerja Guru dalam Meningkatkan Kwalitas Pendidikan Ditinjau dari Input Proses dan Output. Sumber: http://JokoWinarto com/11/ download/11/1/2013

R. Indra Pratomo P. Sumber: Buletin At-Tauhid. Artikel www.muslim. or.id/download 10/05/2013

Rini Hardiyanti. Sumber: www.wikimu.com http://noerolfebrian.blogspot. com/15/5/2013 penjelasan-tentang ananiyah ghadabhasadg. html