LAPORAN TEKNIS EKOLOGI, BIOLOGI DAN KAPASITAS PENANGKAPAN...

download LAPORAN TEKNIS EKOLOGI, BIOLOGI DAN KAPASITAS PENANGKAPAN ...bp3upalembang.kkp.go.id/assets/content_upload/files/Laptek Danau... · PENANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN ... LAPORAN TEKNIS

If you can't read please download the document

Transcript of LAPORAN TEKNIS EKOLOGI, BIOLOGI DAN KAPASITAS PENANGKAPAN...

  • EKOLOGI, BIOLOGI DAN KAPASITASPENANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN

    DI DANAU RANAU PROVINSI SUMATERA SELATAN

    LAPORAN TEKNIS

    Subagdja, Dina Muthmainnah, Sevi Sawestri, Dwi Atminarso,Makri & Agus Sudrajat

    Kementerian Kelautan Dan PerikananBadan Penelitian Dan Pengembangan Kelautan Dan Perikanan

    Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan Dan Konservasi Sumberdaya IkanBalai Penelitian Perikanan Perairan Umum

    2013

  • ii

    LEMBAR PENGESAHAN

    1. Judul Penelitian : Ekologi, Biologi Dan Kapasitas PenangkapanSumberdaya Ikan Di Danau Ranau ProvinsiSumatera Selatan

    2. Tim Penelitian : a. Subagdja, S.Si (Koordinator)b. Dr. Dina Muthmainnah, M.Si (Anggota)c. Sevi Sawestri, S.Si, M,Si (Anggota)d. Dwi Atminarso, S.Pi (Anggota)e. Makri, S.P(Anggota)f. Agus Sudrajat (Anggota)

    3. Jangka Waktu Penelitian : 1 (Satu) Tahun

    Palembang, Desember 2013

    Mengetahui,Kepala Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum Penangggung Jawab Kegiatan

    Drs. Budi Iskandar Pri Santoso Subagdja, S.SiNIP. 19580918 198603 1 003 NIP. 19710226 200003 1 002

  • iii

    Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di DanauRanau Provinsi Sumatera Selatan

    Oleh:

    Subagdja, Dina Muthmainnah, Sevi Sawestri, Dwi Atminarso, Makri,dan Agus Sudrajat

    ABSTRAK

    Danau Ranau merupakan danau terluas kedua di Pulau Sumatera setelah DanauToba dengan luas sekitar 128 km2 atau 12.800 Ha. Danau Ranau mempunyaipotensi perikanan yang cukup besar untuk jenis ikan konsumsi, baik ikanintroduksi maupun jenis ikan asli perairan tersebut. Tujuan utama dari penelitianini adalah untuk mengetahui kondisi terkini mengenai kualitas lingkunganperairan Danau Ranau, aspek biologi ikan dan kegiatan perikanan di DanauRanau. Penelitian dilakukan dengan pengamatan langsung sebanyak 8 kali dilapangan dan analisis di laboratorium. Data yang dikumpulkan meliputi dataprimer dan sekunder. Data yang diambil meliputi parameter fisika, kimia danbiologi perairan, data biologi dan morfologi ikan ekonomis penting, serta datakarakteristik kegiatan perikanan. Penentuan stasiun pengambilan contohditentukan secara purposif yang didasari pada keberadaan inlet/outlet,keterwakilan zona litoral dan zona tengah danau, serta berdasarkan keberadaanpopulasi ikan. Hasil pengamatan menunjukkan aktivitas perikanan di perairanDanau Ranau meliputi kegiatan penangkapan dan budidaya ikan. Wilayahpenangkapan umumnya berada di sekitar pemukiman atau di daerah litoraldanau. Wilayah penangkapan utama di perairan Danau Ranau berada diBanding Agung dan Talang Teluk, sedangkan kegiatan budidaya di daerahLumbok wilayah Lampung Barat. Aktivitas penangkapan di perairan DanauRanau masih dalam skala kecil. Jumlah jenis ikan hasil tangkapan nelayandengan beberapa alat tangkap di perairan Danau Ranau berjumlah 21 jenis.Jenis ikan yang mendominasi adalah ikan kemencut, arongan, sebarau(Hampala macrolepidota), mujaer (Oreochromis mossambicus), dan kepor(Pristolepis grooti). Dua jenis ikan yang populasinya masih cukup banyak yaitupalau (Osteochilus vittatus) dan nila (Oreochromis niloticus). Ikan lain yangpopulasinya sedikit atau jarang adalah ikan baung (Hemibagrus nemurus), putak(Notopterus notopterus), keperas, selibak (Puntius sp), sepat (Trichogaster sp),kepiat (Puntius sp), gabus (Channa striata), piluk (Macrognathus sp), kalang(Clarias sp), betok (Anabas testudineus), bawal air tawar (Colossomamacropomum), tawes (Puntius javanicus) dan ikan mas (Cyprinus carpio).Sedangkan ikan yang terancam punah adalah ikan semah (Tor sp). Hasilpengukuran parameter fisika dan kimia air seperti temperatur, kecerahan,alkalinitas, kesadahan, CO2, N-H3, HNO3, H-NO2, TDS, DHL, pH dan DOmenetapkan bahwa perairan Danau Ranau masih ideal untuk mendukungorganisme perairan termasuk ikan. Berdasarkan pengukuran indeks status tropikperairan, Danau Ranau tergolong perairan yang jernih dengan tingkat tropikeutrophik ringan hingga eutropik sedang (TSI 53,9-60,37). Nilai kelimpahan,indeks keanekaragaman dan dominansi fitoplankton di perairan Danau Ranauberkisar 68-2780 sel/L; 1,56-2,76 dan 0,08-0,42. Nilai kelimpahan, indekskeanekaragaman dan dominansi zooplankton di perairan Danau Ranau berkisar4-76 ind/L; 0,64-1,75 dan 0,21-1. Begitu juga dengan nilai kelimpahan, indekskeanekaragaman dan dominansi makrozoobentos di perairan Danau Ranauberkisar 844-32.756 ind/m2; 0,86-2,27 dan 0,12-0,37. Dari kajian potensi produksi

  • iv

    perikanan, Danau Ranau dengan luas lahan sebesar 12.800 ha memiliki potensiproduksi ikan sebesar 223.200 kg/tahun (223,2 ton/tahun).

    Kata Kunci: Ekologi, biologi, kapasitas penangkapan, Danau Ranau,Sumatera Selatan.

  • vi

    DAFTAR ISI

    HalamanHalaman Judul iLembar Pengesahan..................................................................................... iiAbstrak...................................................................................................... .... iiiKata Pengantar............................................................................................. vDaftar Isi....................................................................................................... viDaftar Tabel.................................................................................................. viiDaftar Gambar.............................................................................................. ixDaftar Lampiran............................................................................................. xiPendahuluan................................................................................................. 1Tujuan dan Sasaran...................................................................................... 2Metodologi..................................................................................................... 4Hasil dan Pembahasan................................................................................. 9Kesimpulan.................................................................................................... 53Daftar Pustaka............................................................................................... 55Lampiran........................................................................................................ 57

  • vii

    DAFTAR TABEL

    HalamanTabel 1 Parameter kualitas air yang diukur atau dianalisa serta metode

    alat mengukurnya.......................................................................... 6Tabel 2 Beberapa aspek biologi ikan ekonomis penting yang dianalisa

    serta metode analisanya................................................................ 6Tabel 3 Kategori status trofik perairan berdasarkan Indeks Status Trofik

    Carlson........................................................................................... 8Tabel 4 Nama, koordinat dan keterangan tujuh stasiun pengamatan di

    Danau Ranau tahun 2013.............................................................. 9Tabel 5 Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Ranau

    pada trip-1 (Maret)......................................................................... 11Tabel 6 Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Ranau

    pada trip-2 (April)........................................................................... 11Tabel 7 Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Ranau

    pada trip-3 (Mei)............................................................................. 11Tabel 8 Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Ranau

    pada trip-4 (Juni)............................................................................ 12Tabel 9 Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Ranau

    pada trip-5 (Agustus)...................................................................... 12Tabel 10 Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Ranau

    pada trip-6 (September)................................................................. 12Tabel 11 Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Ranau

    pada trip-7 (Oktober)...................................................................... 12Tabel 12 Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Ranau

    pada trip-8 (November).................................................................. 13Tabel 13 Hubungan konsentrasi fosfat (orthophosphat) dan kesuburan

    perairan.......................................................................................... 16Tabel 14 Tropik Status Indeks (Carlsons Trophic State Index, TSI, 1977)

    perairan Danau Ranau tahun 2013............................................... 18Tabel 15 Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan Danau

    Ranau berdasarkan MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip-1(Maret).......................................................................................... .. 21

    Tabel 16 Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan DanauRanau berdasarkan MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip-2(April)............................................................................................. . 21

    Tabel 17 Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan DanauRanau berdasarkan MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip-3(Mei)............................................................................................... 21

    Tabel 18 Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan DanauRanau berdasarkan MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip-4(Juni).............................................................................................. 22

    Tabel 19 Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan DanauRanau berdasarkan MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip-5(Agustus)............................................................................. ........... 22

    Tabel 20 Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan DanauRanau berdasarkan MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip-6(September).................................................................................... 22

    Tabel 21 Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan DanauRanau berdasarkan MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip-7(Oktober)........................................................................................ 22

  • viii

    Tabel 22 Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan DanauRanau berdasarkan MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip-8(November).......................................................................... .......... 23

    Tabel 23 Struktur komunitas fitoplankton perairan Danau Ranau Tahun2013............................................................................................... 25

    Tabel 24 Struktur komunitas zooplankton perairan Danau Ranau Tahun2013......................................................................................... ...... 27

    Tabel 25 Komposisi jenis ikan berdasarkan populasinya di perairan DanauRanau............................................................................................. 43

    Tabel 26 Komposisi Jenis ikan berdasarkan jenis alat tangkapnya.............. 45

  • ix

    DAFTAR GAMBAR

    HalamanGambar 1 Peta Danau Ranau dan stasiun pengambilan sampel.............. 4Gambar 2 Lokasi stasiun pengamatan Danau Ranau tahun 2013............ 10Gambar 3 Grafik nilai kecerahan perairan Danau Ranau tahun 2013....... 13Gambar 4 Persentase kelas fitoplankton perairan Danau Ranau Tahun

    2013........................................................................................... 24Gambar 5 Kelimpahan fitoplankton perairan Danau Ranau Tahun 2013.. 25Gambar 6 Persentase kelas zooplankton perairan Danau Ranau Tahun

    2013........................................................................................... 26Gambar 7 Kelimpahan zooplankton perairan Danau Ranau Tahun 2013. 26Gambar 8 Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi

    makrozoobentos perairan Danau Ranau bulan Maret (trip-1)... 28Gambar 9 Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi

    makrozoobentos perairan Danau Ranau bulan April (trip-2)..... 29Gambar 10 Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi

    makrozoobentos perairan Danau Ranau bulan Mei (trip-3)...... 30Gambar 11 Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi

    makrozoobentos perairan Danau Ranau bulan Juni (trip-4)..... 31Gambar 12 Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi

    makrozoobentos perairan Danau Ranau bulan Agustus (trip-5)............................................................................................... 32

    Gambar 13 Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansimakrozoobentos perairan Danau Ranau bulan September(trip-6)........................................................................................ 33

    Gambar 14 Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansimakrozoobentos perairan Danau Ranau bulan Oktober (trip-7)............................................................................................... 34

    Gambar 15 Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansimakrozoobentos perairan Danau Ranau bulan November(trip-8)........................................................................................ 35

    Gambar 16 Aktivitas nelayan di sekitar Kota Banding Agung...................... 36Gambar 17 Kegiatan perikanan keramba dan hampang di daerah

    Lumbok...................................................................................... 37Gambar 18 Jumlah nelayan berdasarkan jenis alat tangkap yang

    digunakan di Banding Agung.................................................... 38Gambar 19 Jaring insang............................................................................. 39Gambar 20 Jala............................................................................................ 40Gambar 21 Panah atau senapan (harpoon)................................................. 41Gambar 22 Kegiatan memancing di Danau Ranau...................................... 42Gambar 23 Bubu.......................................................................................... 42Gambar 24 Komposisi jumlah jenis ikan hasil eksperimental fishing

    dengan menggunakan jaring insang berukuran mata jaring1,5 inchi di stasiun Talang Teluk, Danau Ranau....................... 44

    Gambar 25 Komposisi jumlah jenis ikan hasil eksperimental fishingdengan jaring insang berukuran mata jaring 1,5 inchi distasiun Banding Agung, Danau Ranau..................................... 44

    Gambar 26 Hasil tangkapan nelayan Banding Agung, Danau Ranau......... 46Gambar 27 Persentase berat hasil eksperimental fishing dengan

    menggunakan jaring insang ukuran mata jaring 1,5 inchi distasiun Banding Agung, Danau Ranau..................................... 47

  • x

    Gambar 28 Persentase berat hasil tangkapan eksperimental fishingdengan menggunakan jaring insang ukuran mata jaring 1,5inchi di stasiun Talang Teluk, Danau Ranau............................. 48

    Gambar 29 Hasil tangkapan per hari ikan mujaer di Banding Agung,Danau Ranau............................................................................ 49

    Gambar 30 Komposisi ikan hasil tangkapan jaring...................................... 50Gambar 31 Hubungan panjang berat ikan kepor (Pristolepis grooti) hasil

    tangkapan dengan jaring insang mata jaring 1,5 inchi dan1,75 inchi di stasiun Banding Agung (BA) dan Talang Teluk(TT)............................................................................................ 51

    Gambar 32 Index of Preponderance (IP) ikan Hampala macrolepidota(n=225) di perairan Danau Ranau ditangkap dengan alattangkap jaring insang 1,5 inchi, 1,75 inchi, 2,5 inchi dantombak....................................................................................... 52

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    HalamanLampiran 1 Komposisi jenis tangkapan jaring 1 perairan Danau

    Ranau trip 1-Maret 2013......................................................... 58Lampiran 2 Komposisi jenis tangkapan jaring 1 3/4 perairan Danau

    Ranau trip 1-Maret 2013......................................................... 58Lampiran 3 Komposisi jenis tangkapan jaring 1 perairan Danau

    Ranau trip 2-April 2013......................................................... 58Lampiran 4 Komposisi jenis tangkapan jaring 1 3/4 perairan Danau

    Ranau trip 2-April 2013......................................................... 58Lampiran 5 Komposisi jenis tangkapan jaring 1 perairan Danau

    Ranau trip 3-Mei 2013.......................................................... 59Lampiran 6 Komposisi jenis tangkapan jaring 1 3/4 perairan Danau

    Ranau trip 3-Mei 2013.......................................................... 59Lampiran 7 Komposisi jenis tangkapan jaring 1 perairan Danau

    Ranau trip 4-Juni 2013.......................................................... 59Lampiran 8 Komposisi jenis tangkapan jaring 1 3/4 perairan Danau

    Ranau trip 4-Juni 2013........................................................... 59Lampiran 9 Komposisi jenis tangkapan jaring 1 perairan Danau

    Ranau trip 5-Agustus 2013................................................... 60Lampiran 10 Komposisi jenis tangkapan jaring 1 3/4 perairan Danau

    Ranau trip 5-Agustus 2013................................................... 60Lampiran 11 Komposisi jenis tangkapan jaring 1 perairan Danau

    Ranau trip 6-September 2013............................................... 60Lampiran 12 Komposisi jenis tangkapan jaring 1 3/4 perairan Danau

    Ranau trip 6-September 2013............................................... 60Lampiran 13 Komposisi jenis tangkapan jaring 1 perairan Danau

    Ranau trip 7-Oktober 2013.................................................... 61Lampiran 14 Komposisi jenis tangkapan jaring 1 3/4 perairan Danau

    Ranau trip 7-Oktober 2013..................................................... 61Lampiran 15 Komposisi jenis tangkapan jaring 1 perairan Danau

    Ranau trip 8-November 2013................................................ 61Lampiran 16 Komposisi jenis tangkapan jaring 1 3/4 perairan Danau

    Ranau trip 8-November 2013................................................. 61Lampiran 17 Jenis fitoplankton perairan Danau Ranau tahun 2013........... 62Lampiran 18 Kelimpahan fitoplankton perairan Danau Ranau tahun 2013. 63Lampiran 19 Jenis zooplankton perairan Danau Ranau tahun 2013.......... 63Lampiran 20 Kelimpahan zooplankton perairan Danau Ranau tahun 2013 63Lampiran 21 Jenis makrozoobentos perairan Danau Ranau tahun 2013... 64Lampiran 22 Kegiatan pengambilan sampel air........................................ 64Lampiran 23 Kegiatan pengambilan sampel plankton dan makrobentos.... 65Lampiran 24 Kegiatan pengamatan biologi ikan......................................... 66Lampiran 25 Beberapa jenis ikan perairan Danau Ranau.......................... 67

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    1

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangDanau Ranau yang terletak di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan

    dan Lampung Barat. Luas Danau Ranau sekitar 128 km2 atau 12.800 Ha dengan

    rata-rata panjang 16 km dan lebarnya 8 km. Secara Administratif wilayah danau

    yang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Banding Agung OKU Selatan

    Sumatera Selatan luasnya 8.533 Ha dan selebihnya 4.267 Ha arealnya masuk ke

    dalam wilayah administrasi Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung.

    Danau Ranau dengan latar belakang Gunung Seminung (ketinggian 1.880 m

    dpl), dikelilingi oleh bukit dan lembah. Terletak pada posisi 45145 bujur selatan

    dan 1035550 bujur timur. Secara geografis, topografi Danau Ranau adalah

    perbukitan berlembah, sehingga menjadikan Danau Ranau memiliki cuaca sejuk.

    Terdapat beberapa jenis ikan hidup di danau tersebut, antara lain mujair, nila,

    arongan, kepor, baung, kepiat, sepat, putak, piluk dan semah.

    Sumberdaya perikanan di perairan danau pada umumnya adalah jenis-

    jenis ikan sungai dan ikan-ikan introduksi. Berdasarkan Eidman (1989) dalam

    Baluyut (1999), sejarah introduksi ikan di Indonesia telah dimulai sebelum abad

    ke 20 atau sebelum tahun 1900 dimana jenis ikan Cyprinus carpio dan Carassius

    auratus di introduksi dari China ke Indonesia. Hingga tahun 1987 setidaknya ada

    19 spesies ikan yang telah di introduksi dari beberapa negara seperti China,

    Malaysia, Singapura, Belanda, Taiwan, Denmark, Selandia Baru, Jepang

    Thailand dan Amerika Serikat. Adaptasi ikan-ikan introduksi di perairan danau

    umumnya sangat baik, misalnya adaptasi ikan-ikan dari jenis Clupeids dan

    Cyprinids yang mempunyai pertumbuhan yang cepat dan dapat matang gonad

    pada umur yang masih muda (biasanya kurang dari setahun), serta mempunyai

    fekunditas yang besar. Kemampuan adaptasi yang baik tersebut menyebabkan

    ikan-ikan introduksi yang di tebar di danau-danau Indonesia pada umumnya

    menjadi species yang dominan. Hal tersebut terjadi juga di Danau Ranau dimana

    ikan mujaer yang di introduksi tahun 1957 saat ini juga merupakan ikan yang

    populasinya mendominasi di perairan tersebut.

    Kemampuan daya adaptasi yang baik dari beberapa jenis ikan introduksi

    mengakibatkan banyak jenis-jenis ikan asli perairan danau semakin tertekan

    populasinya, bahkan beberapa jenis ikan endemik dan ikan bernilai ekonomis

    lainnya sudah mulai langka dan jarang ditemukan lagi. Ikan-ikan introduksi

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    2

    selain menguntungkan dalam hal jumlah hasil tangkapan, ternyata membawa

    dampak yang sangat luas tidak hanya aspek bioekologi tetapi juga pada aspek

    sosial budaya masyarakat disekitar lokasi penebaran ikan tersebut. Sebagai

    contoh Danau Ranau di Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan yang

    mempunyai luas 128,13 km2. Di Danau Ranau hidup ikan semah (Tor sp), ikan

    tersebut mempunyai nilai ekonomis tinggi dan sering dijadikan menu utama untuk

    berbagai kegiatan dan acara adat seperti acara perkawinan. Setelah adanya

    penebaran ikan introduksi seperti ikan mujaer (O. Mossambicus) pada tahun

    1957 (Sarnita, 1999), saat ini populasi ikan semah semakin berkurang, bahkan

    ikan yang berukuran besar sulit didapatkan lagi. Pertumbuhan ikan introduksi

    umumnya eksponensial sehingga populasinya semakin berkembang.

    Kegiatan atau aktivitas perikanan di perairan danau umumnya tidak

    seintensif seperti di sungai atau estuari. Aktivitas penangkapan di danau

    umumnya sama seperti di perairan lainnya, hanya pada penggunaan alat

    tangkap di danau jenisnya lebih sedikit dibandingkan di sungai. Penangkapan

    ikan di perairan danau kebanyakan masih menggunakan alat tangkap dan cara-

    cara penangkapan yang tradisional. Alat tersebut bersifat sederhana dan

    biasanya dibuat sendiri oleh nelayan. Kurangnya aktivitas tersebut dikarenakan

    sumberdaya perikanan di perairan danau tidak sebanyak di perairan sungai dan

    estuari baik dari jumlah jenis maupun kuantitas hasil tangkapannya. Penggunaan

    alat tangkap di perairan danau juga tidak sebanyak di perairan sungai atau

    estuari baik jumlah maupun jenisnya. Walaupun demikian sumberdaya perikanan

    di perairan danau ada yang memiliki karaktersitik yang khas baik dari jenis ikan

    maupun penangkapannya, bahkan jenis ikan endemik justru lebih banyak

    ditemukan di perairan danau.

    Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi terkini

    mengenai kualitas lingkungan perairan Danau Ranau, aspek biologi ikan dan

    kegiatan perikanan di Danau Ranau. Sasaran yang ingin dicapai adalah

    tersedianya data dan informasi mengenai aspek ekologi, aspek biologi dan

    kegiatan perikanan di Danau Ranau Sumatera Selatan.

    B. Tujuan Dan Sasaran KegiatanTujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi terkini

    mengenai kualitas lingkungan perairan Danau Ranau, aspek biologi ikan dan

    kegiatan perikanan di Danau Ranau. Sasaran yang ingin dicapai adalah

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    3

    tersedianya data dan informasi mengenai aspek ekologi, aspek biologi dan

    kegiatan perikanan di Danau Ranau, Sumatera Selatan.

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    4

    II. METODOLOGI

    A. Lokasi dan Waktu PenelitianLokasi penelitian ini dilakukan di perairan Danau Ranau, Kabupaten OKU

    Selatan, Provinsi Sumatera Selatan. Waktu pelaksanaan adalah tahun 2013

    dengan delapan kali survei (pengambilan sampel) yaitu; survei I-Bulan Maret,

    survei II-Bulan April, survei III-Bulan Mei, survei IV-Bulan Juni, survei V-Bulan

    Agustus, survei VI-Bulan September, survei VII-Bulan Oktober, dan survei VIII-

    Bulan November 2013.

    Gambar 1. Peta Danau Ranau dan stasiun pengambilan sampel.

    B. Metode PenelitianPenelitian dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dan

    analisis di laboratorium. Data yang akan dikumpulkan meliputi data primer dan

    sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan langsung pada lapangan melalui

    survei dan wawancara. Kegiatan memonitor atau mengamati kegiatan nelayan di

    perairan Danau Ranau. Kegiatan tersebut merupakan kombinasi dari metode

    sampling dan wawancara kepada nelayan yang telah diseleksi secara random

    setiap sampling (McGath et al., 1998). Pengumpulan data langsung (data primer)

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    5

    di lapangan dan data sekunder yang diperoleh melalui studi pustaka dari instansi

    terkait. Pengambilan sampel ikan dari hasil tangkapan nelayan dengan berbagai

    macam alat tangkap. Sedangkan data sekunder didapat melalui pengumpulan

    berbagai referensi yang relevan. Penentuan stasiun pengambilan contoh

    ditentukan secara purposif yang didasari pada keberadaan inlet/outlet,

    keterwakilan zona litoral dan zona tengah danau, serta berdasarkan keberadaan

    populasi ikan.

    Pengambilan beberapa parameter fisika, kimia dan biologi perairan

    dilakukan berdasarkan stratifikasi kedalaman perairan danau. Data lingkungan

    perairan meliputi data parameter fisika, kimia dan biologi (Tabel 1), dianalisa

    menggunakan buku petunjuk yang dikemukakan oleh APHA (1981). Parameter

    fisika yang diambil adalah: temperatur, kecerahan, kedalaman, substrat dasar

    dan daya hantar listrik. Parameter kimia yang diambil yaitu: pH, DO, CO2,

    Phospat (PO4), Amoniak (NH3), Nitrat (NO3) Nitrit (NO2), kesadahan dan

    Alkalinitas. Parameter biologi yang diambil, yaitu plankton dan bentos.

    Data kegiatan perikanan di Danau Ranau diperoleh melalui pengamatan

    langsung di lapangan. Data tersebut antara lain aktifitas perikanan tangkap

    seperti waktu penangkapan, wilayah penangkapan, jenis dan kuantitas alat

    tangkap yang digunakan, hasil tangkapan yang meliputi komposisi jenis dan

    ukuran. Kegiatan budidaya, seperti jumlah keramba apung dan jenis ikan yang

    dikembangkan. Sosial dan ekonomi yang meliputi data nelayan dan konsumsi

    ikan yang di jual.

    Berdasarkan pengalaman dari beberapa penelitian sebelumnya bahwa

    beberapa jenis ikan di suatu perairan danau umumnya hidup di lokasi pinggir

    perairan danau atau di perairan yang relatif dangkal. Pengambilan sampling ikan

    dilakukan dengan melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat nelayan setempat

    sebagai enumerator. Sampel ikan yang didapatkan meliputi ikan dari jenis lokal

    dan ikan introduksi. Untuk sampel ikan yang didapat akan dilakukan identifikasi,

    beberapa sampel ikan diawetkan dan dibawa ke laboratorium untuk pengamatan

    morfometrik dan meristik, serta diidentifikasi sampai tingkat spesies berdasarkan

    Weber and Beaufort (1913) dan Kottelat et al. (1993). Selain itu sampel ikan yang

    didapat juga diamati dan dilakukan pembedahan untuk pengamatan aspek

    biologinya. Pengamatan aspek biologi ikan terdiri dari: hubungan panjang-berat,

    faktor kondisi, kebiasaan makan (food habit), aspek biologi reproduksi (TKG,

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    6

    IKG, fekunditas, diameter telur dan ukuran pertama kali ikan matang gonad)

    dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 1 Parameter kualitas air yang diukur atau dianalisa serta metode alatmengukurnya

    No Parameter Metode/ alat yang digunakanA FISIKA1 Temperatur YSI 600 QS2 Kecerahan Piring secchi (secchi disk)3 Kedalaman Deep Sounder4 Substrat dasar Ekman dredge5 Daya Hantar Listrik YSI 600 QSB KIMIA1 pH YSI 600 QS2 Oksigen (O2-terlarut) YSI 600 QS3 Karbondioksida (CO2) YSI 600 QS4 Alkalinitas Titrimetri5 Kesadahan Titrimetri6 Nitrat (NO3-N) Spektrofotometer7 Nitrit (NO2-N) Spektrofotometer8 Ammonia (NH3-N) Spektrofotometer9 Phosfat (PO4-P) SpektrofotometerC BIOLOGI1 Plankton Plankton-net2 Benthos Ekman dredge

    Tabel 2. Beberapa aspek biologi ikan ekonomis penting yang dianalisa sertametode analisanya

    Aspek Biologiyang dianalisa

    Metode analisa dan rumus yang digunakan

    Hubunganpanjang-berat

    Hubungan panjang-berat dihitung berdasarkan persamaanfungsional W= aLb , dimana W= berat ikan (gram), L=panjang total ikan (cm), a dan b = konstanta (Hile, 1936dalam Effendie, 1979). Untuk mengetahui nilai b sama/tidaksama dengan 3 dilakukan uji varian terhadap nilai b (PerSparre and Venema, 1993)

    Faktor kondisi Nilai faktor kondisi dihitung berdasarkan rumus Kn= W/(aLb)atau Kn= W/W, dimana W = berat aktual dan W = beratestimasi (Effendie, 1979)

    Kebiasaanmakanan

    (food habit)

    IP = [(Vi*Oi)/(Vi*Oi)]*100%, dimana IP= Indekspreponderan, Vi= persentase volume pakan ke-i, Oi=persentase kejadian pakan ke-i dan (Vi*Oi)= jumlah (Vi*Oi)dari semua macam makanan (Natarajan dan Jhingran, 1961dalam Effendie, 1979)

    TKG= TingkatKematanganGonad

    Tingkat kematangan gonad diamati secara visual dengan caramembedah perut ikan dan dilihat tingkat perkembangangonadnya berdasarkan modifikasi dari Cassie (Effendie,1979)

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    7

    IKG= IndeksKematanganGonad

    Indeks Kematangan Gonad dihitung dengan cara mengukurbobot gonad dan bobot tubuh ikan termasuk gonadmenggunakan timbangan yang mempunyai ketelitian 0,01gram. Gonad ditimbang dari masing-masing TKG. Nilai IKGdianalisis menggunakan rumus Effendie (1979) yaitupersentase dari bobot gonad terhadap bobot tubuh ikan((Bg/Bt)x 100%), dimana Bg= bobot gonad dan Bt= bobottubuh ikan

    Fekunditas Fekunditas telur (N) dihitung sebagai jumlah telur yangterdapat dalam ovari pada setiap tingkat kematangan gonadN= ((Bg/Bsg)xn), dimana N= fekunditas, Bg= berat gonadikan, Bsg= berat sampel gonad dan n= jumlah telur dalamBsg

    Ukuranpertama kalimatang gonad

    Ukuran petama kali matang gonad (M) diduga dengan caraSpearman-Karber (Udupa, 1986). Rumus yang digunakanadalah sebagai berikut : (1) m= (Xk + X/2) (X, pi), kisaranukuran panjang diduga dengan persamaan (2) antilog [m 1,96 (var (m))] dan (3) nilai var (m) = (X)2 x [(pixqi) / (ni1)],dimana : M= ukuran pertama kali matang gonad (anti log darim), m= log panjang ikan pada kematangan gonad yangpertama, Xk= log nilai tengah kelas panjang pada ikan 100%matang gonad, X= pertambahan log panjang nilai tengahkelas, pi= ri/ni = perbandingan jumlah ikan yang matanggonad pada tiap kelas panjang, ri= jumlah ikan yang matanggonad pada kelas ke-i, ni= jumlah contoh ikan pada kelas ke-i dan qi= 1-pi

    Untuk menentukan tingkat kesuburan perairan atau status trofik perairan

    dihitung memakai rumus index status trofik dari Carlson's (Carlson's trophic state

    index, TSI) (Carlson, 1977).

    1) TSI-TP = 14,42 * Ln [TP] + 4,15, di mana TP = total P dalam satuan g/l;

    2) TSI-SD = 60 14,41 * Ln [SD], di mana SD = kecerahan air dalam meter;

    3) TSI-Chl = 30,6 + 9,81 * Ln [Chl], di mana Chl = klorofil-a dalam satuan g/l;

    Dan Rataan TSI = (TSI-TP + TSI-SD + TSI-Chl) / 3

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    8

    Tabel 3. Kategori status trofik perairan berdasarkan Indeks Status Trofik Carlson

    Score Status Trophik Keterangan< 30 Ultraoligotrophik Air jernih, konsentrasi oksigen terlarut tinggi

    sepanjang tahun dan mencapai zona hypolimnion30 40 Oligotrophik Air jernih, dimungkinkan adanya pembatasan

    anoksik pada zona hypolimnetik secara periodik(DO= 0)

    40 - 50 Mesotrophik Kecerahan air sedang, peningkatan perubahansifat anoksik di zona hypolimnetik, secaraestetika masih mendukung untuk kegiatanolahraga air

    50 60 Eutrophikringan

    Penurunan kecerahan air, zona hypolimnetikbersifat anoksik, terjadi problem tanaman air,hanya ikan-ikan yang mampu hidup di air hangat,mendukung kegiatan olahraga air tetapi perlupenanganan

    60 70 Eutrophiksedang

    Didominasi oleh alga hijau-biru, terjadipenggumpalan, problem tanaman air sudahekstensif

    70 80 Eutrophik berat Terjadi blooming alga berat, tanaman airmembentuk lapisan bed seperti kondisihypereutrophik

    > 80 Hypereutrophik Terjadi gumpalan alga, ikan mati, tanaman airsedikit didominasi oleh alga

    Sumber : Carlsons (1977)

    Untuk menduga besarnya potensi produksi ikan (kg/ha/tahun) di Danau

    Ranau menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Henderson dan Welcomme

    (1974) dalam Moreau dan De Silva (1991) yaitu Y= 14,314 MEI 0,4681, dimana :

    Y= potensi produksi ikan dalam satuan kg/ha/tahun, MEI= Morpho Edhaphic

    Index yaitu besaran nilai daya hantar listrik (conductivity) dalam satuan

    umhos/cm dibagi dengan kedalaman rata-rata danau dalam satuan meter.

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    9

    III. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi dan Karakteristik Stasiun PengamatanDanau Ranau tergolong tipe danau vulkanik dengan luas permukaan air

    lebih kurang 12.590 hektar. Danau Ranau memiliki kedalaman maksimum lebih

    kurang 229 meter. Danau Ranau terletak pada ketinggian 540 meter diatas

    permukaan laut dengan volume air lebih kurang 21.950 x 106 m3 (Sulastri et al,

    1999). Secara Administratif luasan Danau Ranau terdiri dari dua wilayah, yaitu

    seluas 8.423 Ha masuk dalam wilayah Kecamatan Banding Agung, Kabupaten

    OKU Selatan Sumatera Selatan dan selebihnya 4.167 Ha arealnya masuk ke

    dalam wilayah administrasi Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung.

    Stasiun pengamatan untuk pengambilan sampel dan pengukuran

    parameter lingkungan pada penelitian ini terdiri atas enam stasiun. Berikut

    adalah deskripsi dari masing-masing stasiun pengamatan:

    Tabel 4. Nama, koordinat dan keterangan tujuh stasiun pengamatan di DanauRanau tahun 2013

    Stasiun NamaStasiun

    Koordinat Keterangan/Diskripsi

    1 Muara Silabung S 0448.920E 10355.193

    Daerah outlet atau muara SungaiSilabung; lokasi dekat denganpemukiman Banding Agung danmerupakan daerah penangkapanyang paling intensif; substratdasar campuran lumpur danpasir, serta banyak terdapattumbuhan tenggelam.

    2 Dermaga S 0448.758E 10355.643

    Dermaga utama Danau Ranau diKecamatan Banding Agung OKUSelatan, daerah lokasimerupakan jalur transportasi danpadat pemukiman; substrat dasarcampuran lumpur dan pasir, sertabanyak terdapat tumbuhantenggelam dan sampah.

    3 Way Maissin S 0451.784E 10400.976

    Daerah lokasi berbukit dengandasar berbatu dan dikelilingihutan; dekat dengan persawahandan pemukiman.

    4 Pemandian AirPanas

    S 0452.640E 10358.912

    Daerah lokasi merupakan obyekpariwisata serta dekat denganpemukiman; banyak terdapattumbuhan tenggelam.

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    10

    Lanjutan Tabel 4.

    Stasiun NamaStasiun

    Koordinat Keterangan/Diskripsi

    5 Desa Lumbok S 0456.863E 10355.122

    Daerah lokasi dekat denganpemukiman dan merupakandaerah penangkapan; banyakkeramba apung.

    6 Talang Teluk S 0449.318E 10354.769

    Daerah lokasi dekat denganpemukiman nelayan dan daerahpersawahan, serta merupakandaerah penangkapan utama.

    Gambar 2. Lokasi stasiun pengamatan Danau Ranau tahun 2013.

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    11

    B. Ekologi

    1. Kualitas Air dan Status Tropik Perairan Danau RanauHasil pengukuran beberapa parameter kualitas air di tujuh stasiun

    penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 (pengukuran Bulan Maret), Tabel 6

    (pengukuran Bulan April), Tabel 7 (pengukuran Bulan Mei), Tabel 8 (pengukuran

    Bulan Juni), Tabel 9 (pengukuran Bulan Agustus), Tabel 10 (pengukuran Bulan

    September), Tabel 11 (pengukuran Bulan Oktober) dan Tabel 12 (pengukuran

    Bulan November).

    Tabel 5. Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Ranau padatrip-1 (Maret)

    Tabel 6. Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Ranau padatrip-2 (April)

    Tabel 7. Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Ranau padatrip-3 (Mei)

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    12

    Tabel 8. Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Ranau padatrip-4 (Juni)

    Tabel 9. Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Ranau padatrip-5 (Agustus)

    Tabel 10. Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Ranau padatrip-6 (September)

    Tabel 11. Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Ranau padatrip-7 (Oktober)

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    13

    Tabel 12. Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air Danau Ranau padatrip-8 (November)

    Nilai kecerahan air Danau Ranau selama penelitian berkisar antara 3-6,5

    m. Rata-rata kecerahan tertinggi terjadi pada Bulan Mei yaitu berkisar 5-6,5 m,

    sedangkan terendah pada Bulan September yaitu berkisar 3-3,5 m. Berdasarkan

    grafik kecerahan (Gambar 3), terlihat nilai kecerahan tinggi perairan danau terjadi

    pada musim kering dan peralihan (Mei), sedangkan nilai kecerahan rendah

    terjadi pada musim hujan (September). Effendi (2003) menyatakan bahwa nilai

    kecerahan suatu perairan dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran,

    kekeruhan dan padatan tersuspensi. Penyebab rendahnya nilai kecerahan pada

    Danau Ranau adalah adanya pengadukan air oleh tiupan angin (hujan) yang

    menyebabkan air bergelombang sehingga tersebarnya partikel-partikel yang ada

    dalam air dan meningkatkan kekeruhan yang tinggi.

    Gambar 3. Grafik nilai kecerahan perairan Danau Ranau tahun 2013.

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    14

    Suhu merupakan faktor yang mempengaruhi proses kehidupan

    organisme di perairan. Perubahan suhu perairan sepanjang tahun dipengaruhi

    oleh intensitas radiasi matahari, kecepatan angin, musim (curah hujan dan

    penguapan) serta asal massa air. Suhu optimal kehidupan ikan berkisar antara

    20-28 oC (Nugroho, 2006). Hasil pengukuran suhu air pada beberapa stasiun

    pengamatan adalah berkisar 26-29 oC. Suhu perairan tertinggi terjadi pada Juni

    yaitu 27,5-29 oC, sedangkan terendah pada November yaitu 26-27 oC.

    Perubahan suhu air pada tiap waktu pengambilan sampel di setiap

    stasiun tidak terlalu berfluktuasi, kecuali pada stasiun pemandian air panas yang

    memiliki suhu perairan relatif lebih tinggi dibandingkan stasiun yang lain. Hal ini

    dipengaruhi oleh adanya sumber mata air panas yang berasal dari Pegunungan

    Seminung.

    Perbedaan yang kecil antara suhu air permukaan dengan suhu air di

    kedalaman serta dasar perairan mengindikasikan bahwa Danau Ranau tergolong

    danau oligomiktis. Danau oligomiktis merupakan jenis danau di daerah tropis

    yang jarang mengalami sirkulasi air sempurna (Whitten et al., 1987). Danau

    dengan tipe tersebut jarang terjadi peristiwa upwelling (arus balik) pada

    perairannya.

    Hasil pengukuran parameter kualitas air, menunjukkan bahwa perairan

    Danau Ranau memiliki kisaran kandungan pH sebesar 8-8,5 (Maret); 8,5 (April);

    8,5 (Mei), 8-8,5 (Juni), 8-8,5 (Agustus), 8-8,5 (September), 8,5 (Oktober) dan 8-

    8,5 (November). Nilai pH perairan sangat mempengaruhi proses biokimiawi

    perairan, bahkan banyak biota sangat sensitif pada perubahan komponen ini

    (Effendie, 1979). Di mana kisaran pH pada 69 merupakan nilai yang ideal untuk

    produksi perikanan (Ellis, 1973 dalam Boyd, 1979). Batas toleransi organisme

    perairan terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi banyak faktor antara lain suhu,

    oksigen terlarut, alkalinitas, serta adanya berbagai anion dan kation serta jenis

    dan stadia organisme (Pescod, 1973). Nilai pH rataan perairan Danau Ranau

    berkisar antara 8-8,5. Perairan demikian cukup ideal untuk mendukung

    kehidupan dan perkembangbiakan organisme perairan termasuk ikan serta

    organisme lainnya sebagai makanan ikan (Wardoyo, 1979).

    Nilai DO dalam suatu perairan juga merupakan senyawa penting dan

    komponen utama untuk pernapasan serta metabolisme organisme perairan.

    Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial gas-gas

    yang ada di udara dan air, serta senyawa yang terkandung dalam air. Kadar

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    15

    oksigen terlarut (DO) perairan Danau Ranau selama penelitian di semua stasiun

    penelitian terlihat cenderung mengalami penurunan seiring dengan

    bertambahnya kedalaman. Kadar DO perairan Danau Ranau berkisar 7,84-8,96

    mg/l (Maret); 7,84-9,28 mg/l (April); 8,96-9,92 mg/l (Mei), 7,6-8,7 mg/l (Juni), 6,4-

    8,32 mg/l (Agustus), 6,98-7,51 mg/l (September), 7,68-8,8 mg/l (Oktober) dan 8-

    8,5 mg/l (November). Menurut Pescod (1973), Swingle (1963) dan NTAC (1968),

    kadar DO dalam perairan minimal 2 mg/liter sudah cukup mendukung kehidupan

    organisme perairan secara normal dengan catatan tidak terdapat senyawa

    beracun (toxic) dalam perairan tersebut. Bila mengacu pada baku mutu yang

    ditetapkan oleh PP RI no. 82 (2001) maka hasil parameter DO menunjukkan

    bahwa perairan Danau Ranau termasuk dalam kategori normal untuk perikanan,

    yaitu >3 mg/L. Berdasarkan nilai DO, perairan Danau Ranau memiliki kandungan

    oksigen yang cukup mendukung bagi kehidupan ikan (nilainya masih di atas 4

    mg/liter).

    Karbondioksida bebas (CO2-bebas) dan senyawa ammoniak (NH3)

    merupakan senyawa yang akan menurunkan mutu atau kualitas suatu perairan

    jika nilainya di atas ambang batas bagi peruntukan perikanan. Semakin tinggi

    nilai pH dan suhu maka kadar anion ammonia semakin tinggi (Nugroho, 2006).

    Kandungan CO2-bebas di perairan danau selama penelitian mempunyai nilai

    rataan berkisar antara 0,026-1,32 mg/L. Menurut NTAC (1968), Pescod (1973),

    dan Swingle (1968), kandungan CO2-bebas di perairan yang dianjurkan atau

    aman bagi kehidupan ikan adalah di bawah 12 mg/L. Berdasarkan hal tersebut,

    maka perairan Danau Ranau masih aman bagi kehidupan ikan dan organisme air

    lainnya.

    Kandungan amonia (NH3) di perairan merupakan hasil dari pemecahan

    nitrogen organik dan nitrogen anorganik yang terdapat pada tanah dan air

    (Effendie, 2003). Kandungan NH3 di perairan Danau Ranau berkisar antara

    0,009-0,071 mg/L. Kandungan NH3 tertinggi terdapat di stasiun Banding Agung.

    Hal tersebut diduga banyaknya proses dekomposisi bahan organik sebagai

    bahan utama terbentuknya amonia dalam perairan Banding Agung. Kandungan

    NH3 tersebut menunjukkan bahwa perairan Danau Ranau masih dalam batas

    yang dapat ditoleransi bagi kehidupan ikan. Pescod (1973) menyatakan bahwa

    kandungan ammoniak yang diperuntukkan untuk kehidupan ikan adalah kurang

    dari 1 mg/L.

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    16

    Unsur fosfor merupakan salah satu unsur essensial bagi pembentukan

    protein, metabolisme sel organisme dan juga unsur penting bagi pertumbuhan

    tumbuhan tingkat tinggi dan alga, sehingga unsur fosfor dapat menjadi faktor

    pembatas bagi perkembangan tumbuhan akuatik khususnya fitoplankton yang

    tumbuh dalam perairan danau. Unsur fosfor di dalam perairan dijumpai dalam

    bentuk senyawaan fosfat (PO4-P) dan total fosfor (total-P).

    Tabel 13. Hubungan konsentrasi fosfat (orthophosphat) dan kesuburan perairanNo Konsentrasi fosfat (mg/L) Kesuburan perairan1 0,000 0,020 Rendah2 0,021 0,050 Cukup/sedang3 0,051 0,100 Baik4 0,101 0,200 Baik sekali5 0,201 + Sangat baik sekali

    Kandungan fosfat (PO4) yang terlarut dalam perairan Danau Ranau

    berkisar 0,061-0,092 mg/l (Maret); 0,078-0,120 mg/l (April); 0,075-0,107 mg/l

    (Mei), 0,112-0,127 mg/l (Juni), 0,072-0,112 mg/l (Agustus), 0,073-0,089 mg/l

    (September), 0,070-0,125 mg/l (Oktober) dan 0.094-0,135 mg/l (November).

    Berdasarkan kriteria yang dikemukakan oleh Liaw (1969) pada Tabel 13, maka

    kesuburan perairan Danau Ranau rata-rata tergolong dalam tingkatan baik.

    Nitrat (HNO3) merupakan bentuk utama nitrogen di perarian alami dan

    merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Senyawa ini

    merupakan senyawa stabil, yang dihasilkan dari proses oksidasi sempurna

    senyawa nitrogen di perarian (Effendie, 2003). Hasil pengukuran kandungan

    nitrat perairan danau berkisar antara 0,051-0,098 mg/L. Pengukuran nitrat

    tertinggi terdapat pada stasiun Way Maisin yaitu 0,098 mg/L. Mengacu pada

    kriteria kesuburan perairan yang dikemukakan Wetzel (1975), maka perairan

    Danau Ranau tergolong perairan dengan tingkat kesuburan rendah. Pada

    dasarnya kadar nitrat tidak perlah lebih dari 0,1 mg/L, dimana jika nilai nitrat lebih

    dari 0,2 mg/L maka akan terjadi proses pengkayaan perariran (Effendie, 2003).

    Kandungan Nitrit (NO2) merupakan ion minor hasil dari proses denitrifikasi

    pada kondisi anaerob, di mana kondisi ini tidak dalam keadaan stabil (Novonty &

    Olem, 1994). Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik.

    Kandungan nitrat pada perairan Danau Ranau berkisar antara 0,014-0,055 mg/L.

    Daya Hantar Listrik atau Konduktivitas berhubungan erat dengan kandungan

    unsur-unsur terionisasi dalam air, nilainya dapat memberikan gambaran

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    17

    banyaknya garam-garam yang terlarut atau terionisasi dalam suatu perairan.

    Batas toleransi ikan terhadap nilai DHL dipengaruhi oleh kesadahan perairan

    tersebut (APHA (1981) dan Boyd (1979)). Hasil pengukuran DHL pada perairan

    Danau Ranau berkisar antara 290-400 mg/L. Nilai rata-rata DHL tertinggi

    terdapat pada stasiun Way Maisin. Hal ini diduga karena adanya aktivitas

    pemukiman, persawahan dan perkebunan di sekitar stasiun tersebut.

    Total Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan suatu

    asam atau kuantitas anion dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen

    (Effendie, 2003). Sedangkan Wardoyo (1979) mendefinisikan alkalinitas sebagai

    kandungan basa yang dapat dititrasi dengan asam kuat, seperti basa dari kation

    Ca, Mg, K, Na, NH4 dan Fe yang umumnya bersenyawa dengan anion karbonat,

    bikarbonat, asam lemak dan hidroksil. Besaran nilai alkalinitas suatu perairan

    dapat menunjukkan kapasitas penyangga (buffer capacity) perairan itu dan bisa

    digunakan untuk menduga kesuburannya (Swingle, 1968). Nilai total alkalinitas

    perairan Danau Ranau berkisar 39-44 mg/l (Maret); 46-52 mg/l (April); 49-55 mg/l

    (Mei), 48-51 mg/l (Juni), 48-55 mg/l (Agustus), 42-50 mg/l (September), 56-62

    mg/l (Oktober) dan 58-65 mg/l (November).

    Kesadahan suatu perairan adalah gambaran mengenai kandungan

    garam-garam alkali tanah yang terdiri dari garam dapat dititrasi dengan asam

    kuat (alkalinitas) dan tidak dapat dititrasi, seperti garam-garam CaCl2 dan

    MgSO4. Nilai kesadahan yang diukur dalam perairan tawar menggambarkan

    keberadaan kation Ca dan Mg. Nilai kesadahan perairan Danau Ranau berkisar

    58-66 mg/l (Maret); 68-75 mg/l (April); 70-75 mg/l (Mei), 66-70 mg/l (Juni), 68-75

    mg/l (Agustus), 58-62 mg/l (September), 76-80 mg/l (Oktober) dan 78-80 mg/l

    (November). Swingle (1968) mengklasifikasi perairan menjadi perairan lunak

    (soft waters) dengan nilai kesadahan kurang dari 50 mg/l CaCO3 eq, dan

    perairan sadah (hard waters) dengan nilai kesadahan lebih dari 50 mg/l CaCO3eq. Berdasarkan pada kriteria tersebut maka perairan Danau Ranau tergolong

    perairan dengan tingkat kesadahan yang tinggi dan mengindikasikan tingginya

    kandungan garam-garam yang berasal dari kation alkali tanah yakni kation

    kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).

    TDS adalah padatan terlarut total dan koloid yang berupa senyawa-

    senyawa kimia serta bahan lain yang tidak tersaring pada kertas saring pada

    diameter 0,45 m (Rao, 1992). Nilai kesadahan perairan Danau Ranau berkisar

    150-200 mg/l. Nilai TDS yang tinggi dapat disebabkan oleh pengaruh pelapukan

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    18

    batuan, limpasan dari tanah, serta antropogenik berupa limbah domestik

    masyarakat (Effendie, 2003).

    Status tropik perairan dicirikan dengan tinggi-rendahnya kandungan unsur

    hara, seperti N dan P serta kelimpahan fitoplankton atau konsentrasi klorofilnya.

    Carlson (1977) mengajukan suatu indeks status tropik perairan yang didasarkan

    kepada kecerahan perairan dari hasil pembacaan keping secchi (secchi disk),

    kandungan total fosfor dan kandungana klorofil-a. Berdasarkan indeks status

    tropik yang diajukan Carlson (1977), maka indeks status tropik perairan Danau

    Ranau yang dihitung selama melakukan penelitian mulai dari trip 1 sampai trip

    VIII dapat dilihat pada Tabel 14.

    Tabel 14. Tropik Status Indeks (Carlsons Trophic State Index, TSI, 1977)perairan Danau Ranau tahun 2013

    TRIP 1 (MARET 2013)

    Stasiun Lokasi Skor Status Tropik1 Muara Silabung 55.14 Eutropik ringan2 Talang Teluk 57.36 Eutropik ringan3 Lumbok 54.66 Eutropik ringan4 Way Messin 54.93 Eutropik ringan5 Air Panas 54.94 Eutropik ringan6 Banding Agung 57.10 Eutropik ringan

    Nilai Rata-Rata 55.68 Eutropik ringanTRIP 2 (APRIL 2013)

    Stasiun Lokasi Skor Status Tropik1 Muara Silabung 56.08 Eutropik ringan2 Talang Teluk 56.51 Eutropik ringan3 Lumbok 57.02 Eutropik ringan4 Way Messin 57.86 Eutropik ringan5 Air Panas 56.96 Eutropik ringan6 Banding Agung 55.93 Eutropik ringan

    Nilai Rata-Rata 56.73 Eutropik ringanTRIP 3 (MEI 2013)

    Stasiun Lokasi Skor Status Tropik1 Muara Silabung 56.38 Eutropik ringan2 Talang Teluk 59.30 Eutropik ringan3 Lumbok 57.49 Eutropik ringan4 Way Messin 60.37 Eutropik sedang5 Air Panas 60.28 Eutropik sedang6 Banding Agung 59.81 Eutropik ringan

    Nilai Rata-Rata 58.94 Eutropik ringan

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    19

    Lanjutan Tabel 14.

    TRIP 4 (JUNI 2013)Stasiun Lokasi Skor Status Tropik

    1 Muara Silabung 54.32 Eutrophik ringan2 Talang Teluk 57.13 Eutrophik ringan3 Lumbok 57.06 Eutrophik ringan4 Way Messin 56.67 Eutrophik ringan5 Air Panas 56.90 Eutrophik ringan6 Banding Agung 55.93 Eutrophik ringan

    Nilai Rata-Rata 56.33 Eutrophik ringanTRIP 5 (AGUSTUS 2013)

    Stasiun Lokasi Skor Status Tropik1 Muara Silabung 58.05 Eutropik ringan2 Talang Teluk 56.42 Eutropik ringan3 Lumbok 57.01 Eutropik ringan4 Way Messin 57.08 Eutropik ringan5 Air Panas 57.28 Eutropik ringan6 Banding Agung 57.36 Eutropik ringan

    Nilai Rata-Rata 57.20 Eutropik ringanTRIP 6 (SEPTEMBER 2013)

    Stasiun Lokasi Skor Status Tropik1 Muara Silabung 58.29 Eutropik ringan2 Talang Teluk 58.84 Eutropik ringan3 Lumbok 57.08 Eutropik ringan4 Way Messin 58.64 Eutropik ringan5 Air Panas 56.59 Eutropik ringan6 Banding Agung 59.33 Eutropik ringan

    Nilai Rata-Rata 58.13 Eutropik ringanTRIP 7 (OKTOBER 2013)

    Stasiun Lokasi Skor Status Tropik1 Muara Silabung 55.73 Eutropik ringan2 Talang Teluk 55.93 Eutropik ringan3 Lumbok 54.17 Eutropik ringan4 Way Messin 56.58 Eutropik ringan5 Air Panas 56.31 Eutropik ringan6 Banding Agung 54.37 Eutropik ringan

    Nilai Rata-Rata 55.52 Eutropik ringanTRIP 8 (NOVEMBER 2013)

    Stasiun Lokasi Skor Status Tropik1 Muara Silabung 56.19 Eutrophik ringan2 Talang Teluk 56.39 Eutrophik ringan3 Lumbok 54.63 Eutrophik ringan4 Way Messin 56.12 Eutrophik ringan5 Air Panas 56.31 Eutrophik ringan6 Banding Agung 53.91 Eutrophik ringan

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    20

    Nilai Rata-Rata 55.59 Eutrophik ringan

    Dari tabel tersebut, nilai indeks status tropik (TSI) Danau Ranau berkisar

    antara 54,93-57,36 dengan nilai rata-rata 55,68 (hasil pengukuran trip-1), antara

    55,93-57,86 dengan nilai rata-rata 56,73 (hasil pengukuran trip-2), antara 56,38-

    60,37 dengan nilai rata-rata 58,94 (hasil pengukuran trip-3), antara 54,32-57,13

    dengan nilai rata-rata 56,33 (hasil pengukuran trip-4), antara 56,42-58,05 dengan

    nilai rata-rata 57,20 (hasil pengukuran trip-5), antara 56,59-59,33 dengan nilai

    rata-rata 58,13 (hasil pengukuran trip-6), antara 54,17-56,58 dengan nilai rata-

    rata 55,52 (hasil pengukuran trip-7), antara 53,91-56,39 dengan nilai rata-rata

    55,59 (hasil pengukuran trip-8). Nilai-nilai indeks status tropik yang ada dalam

    Tabel 14 tersebut telah disesuaikan dengan kriteria yang dikemukaan Carlson

    (1977). Berdasarkan kriteria Carlson (1977), perairan Danau Ranau mempunyai

    tingkat kesuburan eutrophik ringan hingga eutropik sedang (tingkat kesuburan

    rendah). Perairan eutrophik ringan merupakan perairan dengan kecerahan air

    yang sedang. Sedangkan perairan eutropik sedang merupakan perairan dengan

    kecerahan air yang lebih rendah dibandingkan eutrophik ringan. Tingkat

    kesuburan Danau Ranau diduga berasal dari beban unsur hara yang berasal dari

    aktifitas pemukiman penduduk dan juga aktifitas perkebunan dan persawahan

    yang ada di sekitar tepian perairan danau. Tingkat kesuburan perairan Danau

    Ranau juga dapat dilihat dari kandungan unsur hara Nitrat dan Phosfat,

    kelimpahan plankton dan bentos serta kosentrasi khlorofil-a.

    2. Potensi Produksi Perairan Danau RanauPengukuran potensi produksi ikan di Danau Ranau dengan menggunakan

    MEI (Morpho Edhapic Index) yang merupakan hasil dari nilai parameter

    conductivity atau daya hantar listrik (DHL) dibagi dengan kedalaman perairan

    danau. Hasil pengukuran kedalaman air danau dan nilai dari parameter DHL

    serta hasil perhitungan potensi produksi dari delapan kali survei dapat dilihat dari

    Tabel 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, dan 22.

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    21

    Tabel 15. Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan Danau Ranauberdasarkan MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip-1 (Maret)

    Stasiun DHL (umhos) MEI Potensi ProduksiIkan (kg/ha/tahun)Muara Silabung 320 1.45 17.06Talang Teluk 330 1.50 17.31Lumbok 310 1.41 16.81Way Messin 330 1.50 17.31Air Panas 350 1.59 17.79Banding Agung 320 1.45 17.06Nilai Rata-Rata 327 1.48 17.22

    Tabel 16. Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan Danau Ranauberdasarkan MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip-2 (April)

    Stasiun DHL (umhos) MEI Potensi ProduksiIkan (kg/ha/tahun)

    Muara Silabung 300 1.36 16.55Talang Teluk 330 1.50 17.31Lumbok 320 1.45 17.06Way Messin 290 1.32 16.29Air Panas 320 1.45 17.06Banding Agung 310 1.41 16.81Nilai Rata-Rata 311 1.42 16.85

    Tabel 17. Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan Danau Ranauberdasarkan MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip-3 (Mei)

    Stasiun DHL (umhos) MEI Potensi ProduksiIkan (kg/ha/tahun)Muara Silabung 340 1.55 17.55Talang Teluk 330 1.50 17.31Lumbok 300 1.36 16.55Way Messin 310 1.41 16.81Air Panas 340 1.55 17.55Banding Agung 330 1.50 17.31Nilai Rata-Rata 325 1.48 17.18

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    22

    Tabel 18. Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan Danau Ranauberdasarkan MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip-4 (Juni)

    Stasiun DHL (umhos) MEI Potensi ProduksiIkan (kg/ha/tahun)Muara Silabung 320 1.45 17.06Talang Teluk 310 1.41 16.81Lumbok 290 1.32 16.29Way Messin 310 1.41 16.81Air Panas 290 1.32 16.29Banding Agung 320 1.45 17.06Nilai Rata-Rata 306 1.39 16.72

    Tabel 19. Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan Danau Ranauberdasarkan MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip-5 (Agustus)

    Stasiun DHL (umhos) MEI Potensi ProduksiIkan (kg/ha/tahun)Muara Silabung 360 1.64 18.02Talang Teluk 340 1.55 17.55Lumbok 350 1.59 17.79Way Messin 370 1.68 18.26Air Panas 390 1.77 18.71Banding Agung 360 1.64 18.02Nilai Rata-Rata 361 1.64 18.06

    Tabel 20. Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan Danau Ranauberdasarkan MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip-6 (September)

    Stasiun DHL (umhos) MEI Potensi ProduksiIkan (kg/ha/tahun)Muara Silabung 290 1.32 16.29Talang Teluk 340 1.55 17.55Lumbok 320 1.45 17.06Way Messin 290 1.32 16.29Air Panas 320 1.45 17.06Banding Agung 330 1.50 17.31Nilai Rata-Rata 315 1.43 16.93

    Tabel 21. Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan Danau Ranauberdasarkan MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip-7 (Oktober)

    Stasiun DHL (umhos) MEI Potensi ProduksiIkan (kg/ha/tahun)Muara Silabung 360 1.64 18.02Talang Teluk 390 1.77 18.71Lumbok 390 1.77 18.71Way Messin 380 1.73 18.49Air Panas 400 1.82 18.94Banding Agung 370 1.68 18.26Nilai Rata-Rata 381 1.73 18.52

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    23

    Tabel 22. Hasil perhitungan potensi produksi ikan di perairan Danau Ranauberdasarkan MEI (Morpho Edhapic Index) pada trip-8 (November)

    Stasiun DHL (umhos) MEI Potensi ProduksiIkan (kg/ha/tahun)Muara Silabung 340 1.55 17.55Talang Teluk 360 1.64 18.02Lumbok 360 1.64 18.02Way Messin 390 1.77 18.71Air Panas 350 1.59 17.79Banding Agung 360 1.64 18.02Nilai Rata-Rata 360 1.64 18.02

    Berdasarkan potensi produksi ikan di Danau Ranau yang diukur di enam

    stasiun penelitian pada waktu survei pertama (trip-1, Maret) berkisar antara

    16,81-17,79 kg/ha/tahun dengan nilai rata-rata 17,22 kg/ha/tahun. Potensi

    produksi ikan pada survei kedua (trip-2, April) berkisar antara 16,29-17,32

    kg/ha/tahun dengan nilai rata-rata 16,85 kg/ha/tahun. Potensi produksi ikan pada

    survei ketiga (trip-3, Mei) berkisar antara 16,55-17,55 kg/ha/tahun dengan nilai

    rata-rata 17,18 kg/ha/tahun. Potensi produksi ikan pada survei keempat (trip-4,

    Juni) berkisar antara 16,29-17,06 kg/ha/tahun dengan nilai rata-rata 16,72

    kg/ha/tahun. Potensi produksi ikan pada survei kelima (trip-5, Agustus) berkisar

    antara 17,55-18,71 kg/ha/tahun dengan nilai rata-rata 18,06 kg/ha/tahun. Potensi

    produksi ikan pada survei keenam (trip-6, September) berkisar antara 16,29-

    17,55 kg/ha/tahun dengan nilai rata-rata 16,93 kg/ha/tahun. Potensi produksi ikan

    pada survei ketujuh (trip-7, Oktober) berkisar antara 18,02-18,94 kg/ha/tahun

    dengan nilai rata-rata 18,52 kg/ha/tahun. Potensi produksi ikan pada survei

    kedelapan (trip-8, November) berkisar antara 17,55-18,71 kg/ha/tahun dengan

    nilai rata-rata 18,02 kg/ha/tahun. Hasil integrasi selama penelitian (dari delapan

    kali survei pada tahun 2013), angka potensi produksi ikan di Danau Ranau

    berkisar antara 16,29-18,94 kg/ha/tahun dengan nilai rata-rata sebesar 17,44

    kg/ha/tahun. Luas perairan Danau Ranau sebesar 12.800 hektar. Berdasarkan

    luas perairan danau tersebut, maka produksi ikan di danau Ranau dalam kondisi

    normal sebesar 17,44 x 12.800 = 223200 kg/tahun (223,2 ton/tahun).

    3. PlanktonKeberadaan fitoplankton pada perairan danau memegang peranan

    penting sebagai penyedia oksigen terlarut melalui proses fotosintesis. Selain itu

    fitoplankton menempati posisi dasar dari trofik level yang menentukan

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    24

    produktivitas suatu danau secara keseluruhan. Struktur komunitas fitoplankton

    dan zooplankton dicirikan oleh indeks-indeks biologi berupa jumlah individu dan

    spesies, kelimpahan (K), indeks diversitas (H) dan dominansi (C) (Tabel 23 dan

    24).

    Fitoplankton yang ditemukan di perairan Danau Ranau pada keseluruhan

    7 trip didapatkan sejumlah empat kelas, yaitu Chlorophyceae, Bacillariophyceae,

    Cyanophyceae, dan Dinophyceae. Persentase kelas fitoplankton yang ditemukan

    di perairan Danau Ranau terdapat pada Gambar 4.

    Gambar 4. Persentase kelas fitoplankton perairan Danau Ranau Tahun 2013.

    Kelimpahan fitoplankton Danau Ranau menunjukkan peningkatan pada

    awal tahun (bulan Maret), kemudian menurun pada pertengahan tahun, lalu

    meningkat di perakhiran tahun (Oktober). Jenis fitoplankton yang dominan adalah

    Synedra sp. Peningkatan kelimpahan fitoplankton pada bulan Maret diduga ada

    kaitannya dengan ketersediaan cahaya matahari yang cukup untuk pertumbuhan

    fitoplankton. Lewis (1978) serta Astuti dan Hendra (2009), menyatakan bahwa

    kehidupan fitoplankton dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketersediaan

    unsur hara, cahaya matahari, dan suhu.

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    25

    Gambar 5. Kelimpahan fitoplankton perairan Danau Ranau Tahun 2013.

    Tabel 23. Struktur komunitas fitoplankton perairan Danau Ranau Tahun 2013Bulan Indeks

    Keanekaragaman (H)Indeks Dominansi (C)

    Maret 1,95 0,29April 2,65 0,10Mei 2,56 0,11Juni 2,25 0,17Agustus 2,02 0,20September 1,90 0,11Oktober 2,14 0,19Rataan 2,21 0,17

    Rata-rata nilai keanekaragaman (H) berdasarkan waktu pengambilan

    sampel fitoplankton menunjukkan bahwa stabilitas komunitas di semua stasiun

    tersebut adalah moderat atau sedang (H= 2,21). Kondisi komunitas yang

    moderat atau sedang adalah kondisi komunitas yang mudah berubah hanya

    dengan terjadinya pengaruh lingkungan yang relatif kecil. Berdasarkan nilai rata-

    rata indeks dominansi yaitu sebesar 0,17 yang menunjukkan bahwa tidak terjadi

    dominansi fitoplankton jenis tertentu di Danau Ranau. Hal ini juga menjadi

    indikasi bahwa di perairan Danau Ranau tidak terjadi tekanan ekologis pada

    biota yang ada di habitat tersebut.

    Zooplankton yang ditemukan di perairan Danau Ranau pada keseluruhan

    trip didapatkan sejumlah tiga kelas, yaitu Sarcodina, Monogononta dan

    Crustaceae. Persentase kelas zooplankton yang ditemukan di perairan Danau

    Ranau terdapat pada Gambar 6.

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    26

    Gambar 6. Persentase kelas zooplankton perairan Danau Ranau Tahun 2013.

    Kelimpahan zooplankton Danau Ranau menunjukkan peningkatan pada

    awal tahun (bulan Maret), kemudian menurun pada pertengahan tahun, lalu

    meningkat di perakhiran tahun (Oktober). Jenis zooplankton yang dominan

    adalah Euglypha sp.

    Gambar 7. Kelimpahan zooplankton perairan Danau Ranau Tahun 2013.

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    27

    Tabel 24. Struktur komunitas zooplankton perairan Danau Ranau Tahun 2013Bulan Indeks

    Keanekaragaman (H)Indeks Dominansi (C)

    Maret 0,66-1,15 0,33-1,00April 1,10-1,75 0,33Mei 0,60-1,21 0,33-1,00Juni 0,64 1,00Agustus 0,69 1,00September 0,50-1,10 1,00Oktober 0,60-1,68 0,21-1,00Rataan 0,62 0,51

    Rata-rata nilai keanekaragaman (H) berdasarkan waktu pengambilan

    sampel zooplankton menunjukkan bahwa stabilitas komunitas di semua stasiun

    tersebut adalah moderat atau sedang (H= 0,62). Kondisi komunitas yang

    rendah. Berdasarkan nilai rata-rata indeks dominansi yaitu sebesar 0,51 yang

    menunjukkan bahwa telah terjadi dominansi zooplankton jenis tertentu di Danau

    Ranau.

    4. MakrozoobentosBerdasarkan hasil pengamatan komposisi makrozoobentos, perairan

    Danau Ranau terdiri dari tiga filum, yaitu Annelida, Arthropoda dan Molluska.

    Filum Annelida terdiri dari 2 famili (Tubificidae dan Naididae); Filum Arthropoda 2

    famili (Chironomidae, Ephemeroptera); sedangkan Mollusca 4 famili (Thiaridae,

    Viviparidae, Scolioidae dan Corbiculidae). Filum Annelida memiliki kelimpahan

    dan dominansi yang lebih tinggi dibanding filum lainnya. Secara umum

    kelimpahan makrozoobentos tertinggi terjadi pada bulan November, sedangkan

    terendah terjadi pada bulan Maret.

    Makrozoobentos yang ditemukan pada bulan Maret (trip-I) didapatkan

    sejumlah 22 spesies yang terdiri dari empat kelas. Kelimpahan makrozoobentos

    perairan danau pada bulan Maret berkisar antara 844-27.689 ind/m2, indeks

    keanekaragaman (H) 1,4-2,26, serta dominansi (D) 0,16-0,36 (Gambar 8). Jenis

    makrozoobentos yang melimpah di perairan Danau Ranau berasal dari kelas

    Oligochaeta. Kelimpahan makrozoobentos tertinggi berada di stasiun Talang

    Teluk, sedangkan terendah berada di stasiun Way Mesin. Berdasarkan nilai

    indeks keanekaragaman makrozoobentos, perairan Danau Ranau memiliki nilai

    keanekaragaman makrozoobentos yang rendah hingga sedang. Sedangkan

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    28

    berdasarkan Indeks Dominansi, perairan Danau Ranau memiliki nilai dominansi

    yang rendah (Odum, 1971).

    Gambar 8. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi makrozoobentosperairan Danau Ranau bulan Maret (trip-1).

    Makrozoobentos yang ditemukan pada bulan April (trip-2) didapatkan

    sejumlah 22 spesies yang terdiri dari empat kelas. Kelimpahan makrozoobentos

    perairan danau pada bulan April berkisar antara 6.356-23.511 ind/m2, indeks

    keanekaragaman (H) 0,86-2,27, serta dominansi (D) 0,12-0,33 (Gambar 9).

    Jenis makrozoobentos yang melimpah di perairan Danau Ranau berasal dari

    kelas Oligochaeta. Kelimpahan makrozoobentos tertinggi berada di stasiun

    Talang Teluk, sedangkan terendah berada di stasiun Way Mesin. Berdasarkan

    nilai indeks keanekaragaman makrozoobentos, perairan Danau Ranau memiliki

    nilai keanekaragaman makrozoobentos yang rendah hingga sedang. Sedangkan

    berdasarkan Indeks Dominansi, perairan Danau Ranau memiliki nilai dominansi

    yang rendah (Odum, 1971).

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    29

    Gambar 9. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi makrozoobentosperairan Danau Ranau bulan April (trip-2).

    Makrozoobentos yang ditemukan pada bulan Mei (trip-3) didapatkan

    sejumlah 22 spesies yang terdiri dari empat kelas. Kelimpahan makrozoobentos

    perairan danau pada bulan Mei berkisar antara 8.711-26.089 ind/m2, indeks

    keanekaragaman (H) 1,82-2,18 serta dominansi (D) 0,16-0,24 (Gambar 10).

    Jenis makrozoobentos yang melimpah di perairan Danau Ranau berasal dari

    kelas Oligochaeta. Kelimpahan makrozoobentos tertinggi berada di stasiun

    Talang Teluk sedangkan terendah berada di stasiun Air Panas. Berdasarkan nilai

    indeks keanekaragaman makrozoobentos, perairan Danau Ranau memiliki nilai

    keanekaragaman makrozoobentos yang rendah hingga sedang. Sedangkan

    berdasarkan Indeks Dominansi, perairan Danau Ranau memiliki nilai Dominansi

    yang rendah (Odum, 1971).

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    30

    Gambar 10. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansimakrozoobentos perairan Danau Ranau bulan Mei (trip-3).

    Makrozoobentos yang ditemukan pada bulan Juni (trip-4) didapatkan

    sejumlah 22 spesies yang terdiri dari empat kelas. Kelimpahan makrozoobentos

    perairan danau pada bulan Juni berkisar antara 9.689-32.756 ind/m2, indeks

    keanekaragaman (H) 1,69-2,20 serta dominansi (D) 0,14-0,25 (Gambar 11).

    Jenis makrozoobentos yang melimpah di perairan Danau Ranau berasal dari

    kelas Oligochaeta. Kelimpahan makrozoobentos tertinggi berada di stasiun

    Talang Teluk sedangkan terendah berada di stasiun Air Panas. Berdasarkan nilai

    indeks keanekaragaman makrozoobentos, perairan Danau Ranau memiliki nilai

    keanekaragaman makrozoobentos yang rendah hingga sedang. Sedangkan

    berdasarkan Indeks Dominansi, perairan Danau Ranau memiliki nilai Dominansi

    yang rendah (Odum, 1971).

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    31

    Gambar 11. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansimakrozoobentos perairan Danau Ranau bulan Juni (trip-4).

    Makrozoobentos yang ditemukan pada bulan Agustus (trip-5) didapatkan

    sejumlah 22 spesies yang terdiri dari empat kelas. Kelimpahan makrozoobentos

    perairan danau pada bulan Agustus berkisar antara 9.956-25.556 ind/m2, indeks

    keanekaragaman (H) 1,5-2,26 serta dominansi (D) 0,13-0,32 (Gambar 12). Jenis

    makrozoobentos yang melimpah di perairan Danau Ranau berasal dari kelas

    Oligochaeta. Kelimpahan makrozoobentos tertinggi berada di stasiun Muara

    Silabung sedangkan terendah berada di stasiun Air Panas. Berdasarkan nilai

    indeks keanekaragaman makrozoobentos, perairan Danau Ranau memiliki nilai

    keanekaragaman makrozoobentos yang rendah hingga sedang. Sedangkan

    berdasarkan Indeks Dominansi, perairan Danau Ranau memiliki nilai Dominansi

    yang rendah (Odum, 1971).

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    32

    Gambar 12. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansimakrozoobentos perairan Danau Ranau bulan Agustus (trip-5).

    Makrozoobentos yang ditemukan pada bulan September (trip-6)

    didapatkan sejumlah 23 spesies yang terdiri dari empat kelas. Kelimpahan

    makrozoobentos perairan danau pada bulan Agustus berkisar antara 6.800-

    28.978 ind/m2, indeks keanekaragaman (H) 1,72-2,19 serta dominansi (D) 0,14-

    0,26 (Gambar 13). Jenis makrozoobentos yang melimpah di perairan Danau

    Ranau berasal dari kelas Gastropoda. Kelimpahan makrozoobentos tertinggi

    berada di stasiun Way Mesin sedangkan terendah berada di stasiun Air Panas.

    Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman makrozoobentos, perairan Danau

    Ranau memiliki nilai keanekaragaman makrozoobentos yang rendah hingga

    sedang. Sedangkan berdasarkan Indeks Dominansi, perairan Danau Ranau

    memiliki nilai Dominansi yang rendah (Odum, 1971).

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    33

    Gambar 13. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansimakrozoobentos perairan Danau Ranau bulan September (trip-6).

    Makrozoobentos yang ditemukan pada bulan Oktober (trip-7) didapatkan

    sejumlah 23 spesies yang terdiri dari empat kelas. Kelimpahan makrozoobentos

    perairan danau pada bulan Oktober berkisar antara 9.067-30.933 ind/m2, indeks

    keanekaragaman (H) 1,44-2,24 serta dominansi (D) 0,13-0,37, (Gambar 14).

    Jenis makrozoobentos yang melimpah di perairan Danau Ranau berasal dari

    kelas Oligochaeta. Kelimpahan makrozoobentos tertinggi berada di stasiun

    Talang Teluk sedangkan terendah berada di stasiun Way Mesin. Berdasarkan

    nilai indeks keanekaragaman makrozoobentos, perairan Danau Ranau memiliki

    nilai keanekaragaman makrozoobentos yang rendah hingga sedang. Sedangkan

    berdasarkan Indeks Dominansi, perairan Danau Ranau memiliki nilai Dominansi

    yang rendah (Odum, 1971).

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    34

    Gambar 14. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansimakrozoobentos perairan Danau Ranau bulan Oktober (trip-7).

    Makrozoobentos yang ditemukan pada bulan November (trip-8)

    didapatkan sejumlah 23 spesies yang terdiri dari empat kelas. Kelimpahan

    makrozoobentos perairan danau pada bulan November berkisar antara 10.489-

    30.622 ind/m2, indeks keanekaragaman (H) 1,4-2,15 serta dominansi (D) 0,15-

    0,35 (Gambar 15). Jenis makrozoobentos yang melimpah di perairan Danau

    Ranau berasal dari kelas Oligochaeta. Kelimpahan makrozoobentos tertinggi

    berada di stasiun Talang Teluk sedangkan terendah berada di stasiun Air Panas.

    Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman makrozoobentos, perairan Danau

    Ranau memiliki nilai keanekaragaman makrozoobentos yang rendah hingga

    sedang. Sedangkan berdasarkan Indeks Dominansi, perairan Danau Ranau

    memiliki nilai Dominansi yang rendah (Odum, 1971).

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    35

    Gambar 15. Indeks kelimpahan, keanekaragaman dan dominansimakrozoobentos perairan Danau Ranau bulan November (trip-8).

    C. Kegiatan Perikanan Danau Ranau dan Aspek Biologi Ikan

    1. Kegiatan Perikanan Danau RanauKegiatan perikanan di perairan Danau Ranau meliputi kegiatan

    penangkapan dan budidaya ikan. Kegiatan penangkapan dilakukan setiap hari

    dengan menggunakan berbagai alat tangkap terutama jaring insang dengan

    ukuran mata jaring yang bervariasi mulai dari ukuran 1,5; 1,75; 2,5; serta 5

    inchih. Wilayah penangkapan umumnya di sekitar pemukiman dan di daerah

    litoral danau. Wilayah penangkapan utama di perairan Danau Ranau adalah

    Banding Agung dan Talang Teluk. Kedua wilayah tersebut merupakan wilayah

    utama penangkapan dikarenakan daerah tersebut memiliki wilayah litoral yang

    luas. Selain itu, daerah tersebut merupakan wilayah yang dekat dengan outlet

    danau yaitu muara Sungai Silabung dan juga merupakan wilayah yang dekat

    dengan pemukiman utama yaitu kota kecamatan Banding Agung sehingga hasil

    tangkapan selain untuk dikonsumsi sendiri juga dapat langsung dipasarkan di

    pasar Banding Agung.

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    36

    Banding Agung merupakan kota paling ramai penduduknya di sekitar

    Danau Ranau sehingga kegiatan ekonomi seperti pasar selalu terjadi dan ramai

    terutama pada hari kalangan (hari sabtu). Sementara wilayah lain di samping

    bukan daerah penangkapan utama juga terlalu jauh untuk memasarkan hasil

    tangkapan sehingga secara ekonomis tidak menguntungkan nelayan.

    Gambar 16. Aktivitas nelayan di sekitar Kota Banding Agung.

    Kegiatan budidaya di perairan Danau Ranau sebagian besar terdapat di

    daerah Lumbok wilayah Lampung Barat. Kegiatan tersebut dilakukan dalam

    bentuk karamba apung. Keramba apung di wilayah Lumbok dan sekitarnya

    sekitar berjumlah lebih kurang 5 unit karamba. Jenis ikan yang dibudidayakan

    adalah mujaer dan mas. Umumnya kegiatan di Lumbok hanya proses

    pembesaran saja, di mana hasil budidaya tersebut sebagian besar dipasarkan ke

    Banding Agung. Selain keramba, kegiatan pembesaran juga dilakukan dengan

    menggunakan hampang atau sangkar di sekitar pemukiman pinggir danau yang

    banyak dilakukan di sekitar daerah Lumbok, Kota Batu dan Way Wangi.

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    37

    Gambar 17. Kegiatan perikanan keramba dan hampang di daerah Lumbok.

    a. Aktivitas PenangkapanAktivitas penangkapan di perairan Danau Ranau dilakukan hampir setiap

    hari oleh masyarakat dan nelayan di sekitar perairan tersebut. Aktivitas

    penangkapan umumnya masih dalam skala kecil dengan menggunakan

    peralatan yang sederhana. Aktivitas tersebut umumnya menggunakan perahu

    kayu kecil yang menggunakan dayung dengan jumlah nelayan 1 atau paling

    banyak 2 orang. Hasil tangkapan umumnya langsung di kumpulkan dalam bentuk

    ikatan ikatan kecil (tingkil). Di mana 1 tingkil biasanya berjumlah 2-10 ekor ikan

    tergantung besar kecil dan jenisnya.

    b. Alat TangkapAlat tangkap yang digunakan di perairan Danau Ranau yaitu: jaring

    insang, jala, panah/senapan, tombak, bubu dan pancing. Hasil penelitian

    sebelumnya (Gaffar dan Utomo, 1991), terdapat 5 jenis alat tangkap yang

    digunakan di perairan Danau Ranau, yaitu: panah, pancing, rawai, jala dan jaring

    insang. Dari 6 jenis alat tersebut lebih kurang 90% nelayan menggunakan jaring

    insang (gillnet), jala (castnet), senapan (harpoon) dan pancing atau tajur (fishing

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    38

    pole). Jumlah nelayan di sekitar Banding Agung yang menggunakan jaring

    insang sekitar 50 nelayan. Jaring insang tersebut dapat berupa jaring kerut,

    jaring kekap dan jaring rendam. Alat tangkap lain yang banyak digunakan

    nelayan adalah penggunaan jala sebanyak 15 nelayan, dan senapan sebanyak 6

    nelayan. Penggunaan bubu tidak terlalu banyak digunakan.

    Gambar 18. Jumlah nelayan berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan diBanding Agung.

    Penggunaan alat tangkap tergantung juga dari strategi penangkapannya.

    Sebagai contoh, untuk penangkapan berbagai jenis ikan nelayan lebih banyak

    menggunakan jaring insang atau jala, sedangkan jika ingin menangkap ikan

    tertentu misalnya ikan mujaer dalam ukuran besar nelayan menggunakan

    senapan (harpoon). Jika orientasi penangkapan untuk dijual, nelayan lebih

    memilih jaring insang dibandingkan jala atau senapan yang hasil tangkapannya

    lebih untuk dimakan sendiri. Deskripsi dan cara penggunaan beberapa alat

    tangkap di perairan Danau Ranau dijelaskan sebagai berikut:

    1) Jaring Insang (Gillnet)Jaring insang merupakan alat tangkap statis yang berbentuk empat

    persegi panjang dan mempunyai ukuran mata jaring yang sama pada seluruh

    jaring. Prinsip kerja jaring insang berupa perangkap, karena pemasangannya

    ditempatkan pada perairan yang sering dilewati ikan. Di perairan Danau Ranau

    terdapat 3 jenis jaring insang yang digunakan nelayan yaitu jaring kerut, jaring

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    Jaring insang Jala Senapan

    Jenis alat tangkap (buah)

    Jumlah nelayan (orang)

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    39

    kekap dan jaring rendam. Perbedaan di antara ketiga jaring tersebut adalah cara

    pengoperasian dan tujuan penangkapan.

    Jaring kerut biasanya mempunyai ukuran yang lebih panjang (sekitar 200

    m) dengan mata jaring mencapai 2-4 inchi, pemasangan berada di pinggir danau,

    lama pemasangan rata-rata 5 jam, biasanya di lakukan pada malam hari hingga

    menjelang pagi atau siang sampai menjelang malam. Hasil tangkapan berupa

    semua jenis ikan.

    Jaring kekap (top gillnet) dipasang pada permukaan danau, dengan

    panjang rata-rata jaring 100 meter lebar (tinggi) 3 meter, mata jaring rata-rata 2

    inchi. Tujuan penangkapan jaring kekap adalah jenis ikan permukaan seperti

    arongan, kepor dan palau.

    Jaring rendam (bottom gillnet) merupakan jenis yang paling banyak

    dipakai nelayan. Jaring ini dipasang di dasar danau pada bagian litoral atau

    sekitar kedalaman 3-5 meter. Panjang dan lebar serta mata jaring sama seperti

    jaring kekap, namun jaring rendam lebih bertujuan untuk menangkap ikan dasar

    sehingga pada jaring tersebut diberi pemberat pada bagian bawah jaring dan

    kedua ujung jaring diikat dengan bagian atasnya diberi pelampung. Pemasangan

    jaring rendam adalah dengan cara menurunkan jaring ke dalam air kemudian

    direntangkan sampai siap digunakan. Setelah lebih kurang 5-6 jam, jaring

    diangkat dari ujung-ujung jaring secara perlahan. Jenis ikan yang tertangkap

    jaring rendam adalah ikan kemencut, arongan, palau, selibak, kepor, putak,

    baung dan kepiat.

    Gambar 19. Jaring insang.

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    40

    2) Jala (Castnet)Jala adalah jenis alat tangkap yang menyungkupi dan mengurung,

    sehingga ikan tidak dapat melarikan diri serta terjerat dalam jala. Panjang jala

    berkisar antara 3-5 meter dengan meshsize 2-3 cm. Pada ujung kerucut jala

    diikatkan tali yang panjangnya 4-5 meter, sedangkan pada keliling kaki bagian

    bawah dilengkapi dengan pemberat berupa rantai dari besi atau timah. Jala di

    operasikan dengan cara melempar ke air yang diduga sebagai tempat berkumpul

    ikan dan dengan teknik tertentu jala akan membuka lebar. Penggunaan jala

    biasanya dilakukan oleh 2 orang, satu orang bertugas mengendalikan perahu

    dan yang lain mengoperasikan jala. Penangkapan ikan dengan jala dapat

    dilakukan setiap saat siang atau malam hari. Jenis ikan yg tertangkap alat

    tangkap jala adalah kemencut, arongan, palau, mujaer, kepor, kepiat, selibak.

    Gambar 20. Jala.

    3) Senapan, Tombak atau Panah (Harpoon)Senapan atau panah (harpoon) merupakan jenis alat untuk menangkap

    ikan secara individu dengan cara menancapkan atau memanahkan alat tersebut

    kesasaran. Penangkapan ikan yang unik ini masih banyak dilakukan nelayan di

    perairan Danau. Pemanah menyiapkan panah yang dilontarkan dengan tali ban

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    41

    yang dihubungkan dengan pelatuk bergagang kayu. Panjang alat ini sekitar 1,5

    meter serta panjang tali 1,5 meter. Mata panah disebut tempuling. Pemanah

    menyelam hingga dasar danau sedalam 7-10 meter selama 2-3 menit untuk

    menunggu dan memanah ikan besar yang melintas dengan cara menekan

    penjepit tempuling (mata panah) dan bergerak ke arah sasaran. Setelah

    mendapat ikan, pemanah kembali menyembul ke permukaan air. Kondisi air

    yang bening lebih memudahkan pengoperasian alat tangkap panah. Ikan hasil

    tangkapan dengan panah atau senapan ini biasanya berukuran besar seperti

    ikan mujaer dan sebarau. Umumnya pada ikan yang terpanah, terdapat luka

    bekas mata panah.

    Gambar 21. Panah atau senapan (harpoon).

    4) Pancing atau Tajur (Fishing Pole)Alat tangkap pancing atau tajur sangat umum digunakan oleh masyarakat

    untuk menangkap ikan. Alat tangkap ini sangat mudah dibuat atau diperoleh

    serta digunakan oleh siapapun. Tajur terdiri dari mata pancing yang diberi

    umpan. Umpan ikan berupa ikan, udang, cacing, keong atau katak.

    Perlengkapan tajur lainnya adalah tali pancing dari benang nilon, joran tangkai

    dari bambu, serta talinya diberi pemberat dan pelampung. Tajur atau pancing

    dipasang pada tepi perairan dengan joran mengarah ke air dalam posisi

    menggantung (Samuel et al. 1999).

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    42

    Gambar 22. Kegiatan memancing di Danau Ranau.

    5) BubuBubu merupakan jenis perangkap ikan yang terbuat dari bambu atau

    rotan. Umumnya bubu diberi umpan berupa ikan atau udang. Jenis ikan yang

    tertangkap oleh bubu, antara lain ikan mujaer, kemencut atau arongan dan

    kepor.

    Gambar 23. Bubu.

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    43

    c. Komposisi Hasil Tangkapan1) Komposisi Jenis

    Jumlah jenis ikan hasil tangkapan nelayan dengan beberapa alat tangkap

    di perairan Danau Ranau berjumlah 21 jenis. Namun jumlah tersebut didominasi

    oleh jenis ikan kemencut, arongan, sebarau (Hampala macrolepidota), mujaer

    (Oreochromis mossambicus), dan kepor (Pristolepis grooti). Dua jenis ikan yang

    populasinya masih cukup banyak yaitu palau (Osteochilus vittatus) dan nila

    (Oreochromis niloticus). Ikan lain yang populasinya sedikit atau jarang adalah

    ikan baung (Hemibagrus nemurus), putak (Notopterus notopterus), keperas,

    selibak (Puntius sp), sepat (Trichogaster sp), kepiat (Puntius sp), gabus (Channa

    striata), piluk (Macrognathus sp), kalang (Clarias sp), betok (Anabas

    testudineus), bawal air tawar (Colossoma macropomum), tawes (Puntius

    javanicus) dan ikan mas (Cyprinus carpio). Ikan yang terancam punah yaitu ikan

    semah (Tor sp). Berikut adalah komposisi jenis ikan di perairan Danau Ranau

    (Tabel 25).

    Tabel 25. Komposisi jenis ikan berdasarkan populasinya di perairan DanauRanau

    No Jenis ikanPopulasi

    Banyak Sedang Sedikit Jarang1 Mujaer (Oreochromis mossambicus) v2 Kemencut (Hampala macrolepidota) v3 Arongan (Hampala macrolepidota) v4 Sebarau (Hampala macrolepidota) v5 Palau (Osteochilus vittatus) v6 Kepor (Pristolepis grooti) v7 Nila (Oreochromis niloticus) v8 Selibak (Puntius sp) v9 Keperas v

    10 Baung (Hemibagrus nemurus) v11 Putak (Notopterus notopterus) v12 Sepat rawa (Trichogaster trichopterus) v13 Kepiat (Puntius sp) v14 Gabus (Channa striata) v15 Bawal air tawar (Colossoma macropomum) v16 Tawes (Puntius javanicus) v17 Piluk (Macrognathus sp) v18 Kalang (Clarias sp) v19 Mas (Cyprinus carpio) v20 Betok (Anabas testudineus) v21 Semah (Tor sp) v

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    44

    52%

    20%

    1%

    6%

    2%

    2%9%

    8%

    Kemencut Kepor KepiatSelibak Baung PutakMujaer Kepras

    3%

    1%2%1%

    32%

    10%

    51%

    Kemencut Palau Mujaer Baung Kepras Kepiat Kepor

    Hasil percobaan dengan menggunakan alat tangkap jaring insang

    berukuran mata jaring 1,5 inchi di dua stasiun menunjukkan komposisi jumlah

    ikan hampal (kemencut) di stasiun Talang Teluk mencapai 52% dan sebanyak

    20% ikan kepor. Sedangkan di Banding Agung dengan alat tangkap yang sama

    komposisi jumlah ikan kepor tertinggi 51% dan sebanyak 32% ikan hampal

    (kemencut).

    Gambar 24. Komposisi jumlah jenis ikan hasil eksperimental fishing denganmenggunakan jaring insang berukuran mata jaring 1,5 inchi distasiun Talang Teluk, Danau Ranau.

    Gambar 25. Komposisi jumlah jenis ikan hasil eksperimental fishing denganjaring insang berukuran mata jaring 1,5 inchi di stasiun BandingAgung, Danau Ranau.

  • Ekologi, Biologi Dan Kapasitas Penangkapan Sumberdaya Ikan Di Danau Ranau Sumatera Selatan

    45

    Berdasarkan jenis alat tangkap, jaring insang (jaring kerut, jaring rendam

    dan jaring kekap) merupakan jenis alat tangkap yang paling banyak menangkap

    ikan baik secara kuantitatif maupun kualitatif, karena hampir semua jenis ikan

    dapat tertangkap dengan alat tangkap tersebut. Alat tangkap jala merupakan

    jenis alat tangkap aktif yang umumnya menangkap jenis ikan yang sering berada

    di permukaan perairan seperti arongan dan palau. Sementara alat tangkap

    senapan biasanya hanya menangkap ikan yang berukuran besar dan bernilai

    ekonomis seperti mujaer dan sebarau.

    Tabel 26. Komposisi Jenis ikan berdasarkan jenis alat tangkapnya

    No Jenis IkanJenis Alat Tangkap

    Jaringinsang

    jala senapan pancing

    1 Mujaer (Oreochromis mossambicus) v v v2 Kemencut (Hampala macrolepidota) v v v v3 Arongan (Hampala macrolepidota) v v v v4 Sebarau (Hampala macrolepidota) v v v v5 Palau (Osteochilus vittatus) v v v6 Kepor (Pristolepis grooti) v v v7 Nila (Oreochromis niloticus) v v v8 Selibak (Puntius sp) v v9 Keperas v v

    10 Baung (Hemibagrus nemurus) v v11 Putak (Notopterus notopterus) v v12 Sepat rawa (Trichogaster trichopterus) v v13 Kepiat (Puntius sp) v v14 Gabus