Laporan Tahunan 2006 -...
Transcript of Laporan Tahunan 2006 -...
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 1
Laporan Tahunan
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
Tahun anggaran 2006
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 2
I. PENDAHULUAN
Pascapanen merupakan salah satu subsistem agribisnis yang mempunyai peran
penting karena mempunyai peluang besar dalam upaya meningkatkan nilai tambah
produk agribisnis. Pemasaran hasil dalam bentuk bahan mentah, memiliki beberapa
kelemahan diantaranya: nilai tambahnya rendah, mudah rusak, daya simpan terbatas,
dan konsistensi mutu sulit dijamin. Tingkat pendapatan pelaku agribisnis, khususnya
petani dan pengolah skala kecil-menengah masih tergolong pada tingkat ekonomi lemah.
Penguasaan teknologi maupun level teknologinya sebagian besar masih tergolong
tradisional. Lemahnya adopsi teknologi baru, selain terbatasnya teknologi yang tersedia,
juga disebabkan rendahnya kemampuan petani mengakses teknologi baru. Dengan
memperhatikan issue dan tantangan dalam sistem dan usaha agribisnis, maka
keberadaan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen (BB-Pascapanen)
sebagai sumber inovasi teknologi pascapanen memegang peranan yang sangat penting.
Menteri Pertanian dalam beberapa kesempatan selalu mengingatkan bahwa
Departemen Pertanian sangat mengharapkan peran Badan Litbang Pertanian untuk
menghasilkan terobosan inovasi teknologi layak terap bagi para pengguna, yaitu petani
dan pengusaha agribisnis, dan kebijakan yang mampu mengatasi permasalahan
mendasar pembangunan sektor pertanian. Hal ini juga menjadi perhatian Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian sebagai salah satu institusi di bawah
Badan Litbang Pertanian. BB-Pascapanen sebagai institusi yang diberi mandat
melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen, diharapkan dapat
berperan dalam menyediakan teknologi dan memberikan masukan kepada Departemen
Pertanian, baik rekomendasi teknologi pascapanen maupun dalam hal kebijakan
pengembangan agroindustri.
Penerapan suatu teknologi pascapanen di lapangan membutuhkan biaya yang
relatif besar. Pengujian teknologi tersebut membutuhkan faktor pendukung, seperti
gudang untuk penempatan unit pengolahan, gudang penyimpanan (beberapa produk
memerlukan pendingin), pembentukan tata niaga dan promosi, lembaga pengolahannya
dan lain sebagainya. Hal ini tidak mungkin dibiayai sepenuhnya oleh anggaran BB-
Pascapanen. Oleh karena itu, kerjasama dengan Direktorat Teknis terkait, seperti
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Badan Ketahanan
Pangan, Pemerintah Daerah, Mitra Swasta dan lainnya menjadi faktor yang sangat
esensial dan merupakan keharusan.
Sejalan dengan kebijakan Badan Litbang bahwa paradigma penelitian bukan lagi
“penelitian dan pengembangan”, “tetapi penelitian untuk pengembangan” (research for
development) telah mewarnai kegiatan penelitian yang dilakukan oleh BB-Pascpanen yang
lebih mengutamakan kegiatan penelitian yang bersifat terapan dan diimplentasikan
langsung di lapangan. Kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen yang
dilakukan pada tahun 2006 sebagian besar dilaksanakan di sentra produksi bahan baku,
dan bekerjasama dengan pemerintah daerah, kelompok tani dan swasta/koperasi,
sehingga proses inovasi teknologi dan diseminasi dapat berjalan paralel, dengan
sendirinya akan mempercepat proses penyampaian inovasi teknologi ke pengguna.
Keuntungan lain, dengan adanya sharing pendanaan dan sumberdaya lainnya dari mitra
kerjasama akan mempercepat kinerja pencapaian sasaran, karena adanya sinergis dari
berbagai pihak yang berkepentingan dalam pengembangan agroindustri.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 3
Globalisasi ekonomi dan liberalisasi pasar membuka bagi persaingan produk
pertanian dalam hal mutu dan harga. Peningkatan perdagangan antar-kawasan menuntut
peningkatan daya saing produk pertanian Indonesia yang harus dicapai melalui
peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha, perbaikan kualitas, dan standarisasi
melalui penerapan teknologi produksi dan pengolahan pascapanen. Implikasi dari hal
tersebut adalah semakin besarnya tuntutan akan kontribusi BB-Pascapanen dalam
penyediaan teknologi yang diperlukan, yang inovatif, efisien dan aplikatif.
Pengembangan agribisnis juga mutlak harus memperhatikan perkembangan
pasar. Globalisasi pasar dunia telah membuka peluang bagi pemasaran produk pertanian
Indonesia. Namun pasar yang lebih luas tersebut juga menuntut adanya kemampuan
produsen untuk memenuhi preferensi konsumen yang lebih beragam. Pola pasar “buyer
market” dimana pembeli merupakan penentu pasar, seperti yang sekarang terjadi, perlu
diantisipasi dengan penyediaan teknologi maupun produk yang sesuai dengan selera
pasar. Kecenderungan konsumen saat ini yang menghendaki adanya jaminan kepuasan
serta jaminan keamanan pangan dan kesehatan konsumen merupakan isu yang perlu
diantisipasi dalam melahirkan inovasi teknologi pascapanen.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 4
II. PROGRAM PENELITIAN
A. VISI DAN MISI
Visi
Sebagai institusi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam penelitian dan
pengembangan teknologi pascapanen pertanian, BB-Pascapanen menetapkan visinya
sejalan dengan visi pembangunan pertanian dan visi Badan Litbang Pertanian. Visi BB-
Pascapanen dirumuskan berdasarkan kajian orientasi masa depan (future oriented),
perubahan paradigma pembangunan pertanian, serta kebutuhan institusi yang
profesional.
Visi BB-Pascapanen dirumuskan sebagai berikut :
Menjadi institusi litbang utama dan andalan nasional dalam inovasi teknologi pascapanen
pertanian
Visi tersebut merupakan pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana meletakkan
BB-Pascapanen pada landasan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kuat, disertai
kebijakan penelitian dan pengembangan yang jelas dan terarah agar BB-Pascapanen
memiliki posisi strategis bagi peningkatan daya saing sistem dan usaha agribisnis yang
berbasis inovasi teknologi. BB-Pascapanen harus mampu menjadi institusi yang memiliki
kompetensi di bidang penelitian dan pengembangan pascapanen untuk mendukung
dinamika dan nilai-nilai pembangunan pertanian. Harapan tersebut merupakan suatu
kondisi yang menantang di masa depan baik cita, citra yang ingin diwujudkan mengingat
situasi dan kondisi yang dihadapi saat ini.
Untuk mewujudkan visi yang telah dirumuskan, maka disusun misi sebagai suatu
kesatuan gerak dan langkah dalam mencapai visi. Dalam merumuskan misi ada 2 (dua)
kepentingan yang menjadi bahan pertimbangan, yaitu: (1) kepentingan internal
(competence quality dan commitment growth) dan, (2) kepentingan eksternal (masyarakat/
stakeholders). Misi yang dirumuskan berkaitan erat dengan lembaga, karena keberhasilan
organisasi akan diukur dari keberhasilan misinya.
Misi
Dalam mewujudkan visi tersebut, BB-Pascapanen melaksanakan misi sebagai
berikut :
1. Menciptakan inovasi teknologi pascapanen pertanian dalam rangka peningkatan nilai
tambah hasil pertanian;
2. Melakukan pengembangan dan penyebarluasan inovasi teknologi dan rekomendasi
kebijakan pascapanen pertanian sesuai dinamika kebutuhan pengguna;
3. Membangun jaringan kerjasama nasional dan internasional dalam rangka
peningkatan penguasaan IPTEK, peran dan citra BB-Pascapanen;
4. Mengembangkan sistem kelembagaan dan kompetensi sumberdaya untuk
meningkatkan kinerja institusi agar mampu memberikan pelayanan prima.
B. TUJUAN DAN SASARAN
Dalam jangka menengah (tahun 2005-2009) visi dan misi Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pascapanen Pertanian dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran
penelitian dan pengembangan pertanian.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 5
Tujuan
Sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian, BB-Pascapanen dalam lima tahun
menetapkan tujuan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian sebagai berikut :
1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi pengolahan untuk mendukung
tumbuhkembangnya agroindustri di perdesaan yang akan memacu aktivitas ekonomi
perdesaan, menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
2. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi pengolahan untuk
meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian ungggulan melalui
perbaikan mutu, pengembangan produk, pemanfaatan produk samping dan limbah.
3. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi untuk merevitalisasi sumber-
sumber pangan tradisional dan pemanfaatan sumber pangan baru dalam rangka
mendukung ketahanan pangan.
4. Menyediakan data base dan konsep kebijakan untuk rekomendasi kebijakan
penyusunan standar mutu, keamanan pangan dan harmonisasi standar mutu.
Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian baik yang dijabarkan dalam sasaran tahunan maupun sasaran
akhir rencana strategis yaitu :
1. Tersedia dan berfungsinya paket teknologi pengolahan pangan untuk mendukung
ketahanan pangan.
2. Tersedia dan berfungsinya paket teknologi pengolahan untuk meningkatkan nilai
tambah, perbaikan mutu dan peningkatan daya saing produk.
3. Tersedia dan berfungsinya, serta diadopsinya model agroindustri perdesaan berbasis
inovasi teknologi pengolahan.
4. Tersedia data base dan konsep kebijakan untuk rekomendasi kebijakan penyusunan
standar mutu, keamanan pangan dan harmonisasi standar mutu.
C. PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM
Sejalan dengan Program Utama Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Badan
Litbang Pertanian dan Tupoksi BB-Pascapanen, maka BB-Pascapanen memfokuskan pada
Program Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Nilai Tambah Pertanian
khususnya Subprogram Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian sebagai
landasan utama program Penelitian dan Pengembangan pascapanen yang akan
dilaksanakan selama periode 2005-2009. Rincian kegiatan keluaran dan sasarannya adalah
sebagai berikut :
1. Peningkatan Daya Saing Produk Pertanian Melalui Inovasi Teknologi Pengolahan
Ruang lingkup program ini meliputi inovasi komponen teknologi, perakitan
komponen teknologi, dan scaling-up teknologi sampai menjadi suatu model agroindustri
dengan peningkatan nilai tambah dan daya saing. Penelitian pengembangan model
agroindustri dan perbaikan teknologi tersebut diarahkan pada kegiatan agroindustri
skala kecil-menengah dan perdesaan.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6
2. Pengembangan Teknologi Pengolahan Pangan Tradisional Mendukung Ketahanan
Pangan
Ruang lingkup program ini adalah dapat memenuhi kebutuhan pangan melalui
diversifikasi produk, khususnya pangan berbahan baku non-beras. Sasaran yang ingin
dicapai adalah keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat. Program ini juga
diarahkan untuk mengangkat bahan pangan tradisional menjadi bahan pangan yang
bermutu dengan citra tinggi.
3. Penelitian Perbaikan Mutu dan Keamanan Pangan
Ruang lingkup program penelitian ini meliputi identifikasi kontaminan dan mutu
produk pertanian, pengembangan sistem mutu, pengembangan teknik-teknik analisis
mutu yang efektif dan rekomendasi teknologi untuk menekan kontaminan pada produk
pertanian.
4. Penelitian dan Pengembangan Berbasis Kemitraan dan Keperluan Pembangunan
Pertanian Berdasar Permintaan
Ruang lingkup program ini adalah melaksanakan kegiatan litbang pascapanen
atas dasar permintaan stakeholder dan adanya sharing dana dari stakeholder atau mitra.
Mitra dapat berasal dari instansi pemerintah (pusat dan daerah), badan usaha (BUMN,
BUMD, dan swasta), koperasi dan kelompok tani.
5. Pengembangan Sistem Informasi, Komunikasi, Diseminasi, dan Umpan Balik
Inovasi Teknologi Pascapanen
Ruang lingkup program ini meliputi kegiatan penyampaian inovasi teknologi
pascapanen yang dihasilkan kepada pengguna (petani, pengusaha, dan direktorat teknis)
melalui promosi, publikasi, gelar teknologi, ekspose, pameran, temu bisnis,
meningkatkan perolehan HaKI dan melakukan komersialisasi teknologi hasil penelitian.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 7
III. HASIL KEGIATAN PENELITIAN
A. Peningkatan Daya Saing Produk Pertanian Melalui Inovasi Teknologi Pengolahan
1. Pengembangan Teknologi Pengolahan Jeruk
Penelitian teknologi penanganan dan pengolahan jeruk telah dimulai pada tahun
2005. Kegiatan ini bekerja sama dengan Pemda Kabupaten Sambas dan Provinsi
Kalimantan Barat, serta BPTP Kalimantan Barat untuk mengembangkan agroindustri
penanganan dan pengolahan jeruk siem Pontianak. Pada tahun 2005 telah ditempatkan di
lapangan unit penanganan segar dan pengolahan jus jeruk sari murni/ pure–single-stregth-
juice skala pilot. Dalam tahun 2006, selain dilakukan optimalisasi line process pengolahan
jus jeruk sari murni, juga diperoleh paket teknologi pembuatan konsentrat, karakterisasi
bahan pahit pada jus jeruk siem dan pemanfaatan limbah pengolahan jeruk seperti
pengolahan minyak kulit jeruk dan ekstraksi pektin dari ampas/pulp jeruk skala
laboratorium.
Hasil optimalisasi teknologi pengolahan jus jeruk sari murni menghasilkan dua
formula yaitu :
a. Formula jus jeruk sari murni dengan komposisi : fruktosa 25%, CMC 0,7%, asam
sitrat 2,5%, vitamin C 1% dan asam sorbat 400 ppm dengan cara penyajian dapat
dengan diencerkan sesuai selera konsumen dengan menambah 1 bagian jus dan 1
bagian air.
b. Formula jus jeruk siap saji dengan komposisi : fruktosa 17,25%, CMC 0,23%, asam
sitrat 0,83%, vitamin C 1% dan asam sorbat 400 ppm dengan pengenceran 1 bagian
jus : 2 bagian air.
Untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan,
dilakukan uji preferensi konsumen di Kalimantan Barat. Dalam upaya menjamin
keamanan produk jus jeruk yang dihasilkan, penerapan HACCP dilakukan pada line
process pengolahannya, yaitu dengan mengendalikan setiap titik-titik kritis
pengolahannya. Dalam hal ini pasteurisasi, sterilisasi botol dan tutup botol serta
penyimpanan merupakan titik-titik kritis (CCP) pengolahan jus jeruk.
Teknologi pembuatan konsentrat telah dicoba dengan menggunakan evaporator.
Penggunaan metode ini kurang efektif karena waktu yang diperlukan cukup lama dan
menghasilkan konsentrat jeruk dengan kadar limonin yang cukup tinggi (108,69 µg/L).
Oleh karena itu dilakukan metode kombinasi penggunaan evaporator dan membran
ultrafiltrasi (UF) untuk menghasilkan produk konsentrat jeruk yang baik (warna dan
aroma lebih baik, rasa tidak pahit dan TSS mencapai 32obrix dalam waktu yang relatif
singkat).
Limonin dan naringin telah dikarakterisasi sebagai senyawa penyebab rasa pahit
pada jus jeruk. Teknologi pengurangan kepahitan jus jeruk dilakukan dengan beberapa
metode, yaitu dengan metode lye peeling, penambahan CMC, penambahan enzim
naringinase, dan kombinasi penambahan enzim nariginase dengan CMC. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kombinasi penambahan enzim naringinase (1 g/L)
dengan CMC (0,3%) terbukti paling efektif menurunkan narigin pada jus jeruk hingga
62,1% dari total narigin yang terkandung pada jus jeruk.
Dalam upaya pemanfaatan limbah pengolahan jus jeruk, dilakukan ekstraksi
pektin dari ampas jeruk dan teknologi pembuatan minyak kulit jeruk. Dengan ekstraksi
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 8
pektin pada suhu 950C selama 80 menit, diperoleh rendemen pektin sebanyak 13,67-
16,32% (bk). Teknologi pembuatan minyak kulit jeruk dilakukan dengan metode
pengepresan pada skala laboratorium. Teknologi ini masih perlu optimalisasi dan
perbaikan karena mutu minyak yang dihasilkan masih rendah, yaitu kandungan D-
Limonene sebagai penentu mutu masih rendah.
Dalam rangka mensosialisasikan teknologi pengolahan jeruk tersebut, pada
tanggal 4 Mei 2006 BB-Pascapanen bekerjasama dengan BPTP Kalimantan Barat dan
Pemda Kabupaten Sambas menyelenggarakan ekspose Agribisnis Jeruk di lokasi Citrus
Centre, Sambas, Kalimantan Barat. Ekspose tersebut dibuka oleh Menteri Pertanian dan
dihadiri oleh Dirjen Hortikultura, Gubernur Kalbar, Bupati Kabupaten Sambas.
Lap
oran
Tah
un
an
BB
-Pas
cap
anen
TA
20
06
9
Gam
bar
1. B
agan
ali
r p
eng
ola
han
jer
uk
di
Kal
bar
Degre
enin
g (
Eth
rel;
gas
Ase
tile
n)
Pelil
inan
Pengem
asa
n
Pela
bela
n
Grading
Pencucian
Buah J
eru
k
Produk buah
segar
Unit pulping,
mixing, dan
pasteurizer
Pencucian
Pengupasa
n
Lye p
eelin
g
Jus jeruk
Grade A&B Grade C
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
10
2. Teknologi Pemanfaatan Tanaman untuk Bahan Baku Industri Biofarmaka
Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai keanekaragaman hayati yang
cukup luas, terbesar kedua setelah Brazil, diperkirakan sekitar 30.000 jenis tumbuhan
yang bisa dimanfaatkan. Dari jenis tumbuhan tersebut, baru sekitar 940 jenis diketahui
berkhasiat sebagai obat, dan yang telah dimanfaatkan sebagai ramuan dan industri obat
tradisional sekitar 180 spesies. Sebagian besar para ahli mencoba menggali potensi alam
dalam upaya mendapatkan senyawa baru yang bermanfaat bagi kesehatan. Industri
farmasi juga berusaha mencari peluang pemanfaatan bahan alam dan turunannya sebagai
bahan untuk obat. Telah lama diketahui bahwa obat tradisional selain berkhasiat sebagai
obat, juga sangat jarang menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan seperti obat
modern.
Produk fitofarmaka adalah suatu produk yang dibuat dari tumbuhan atau bagian
dari tumbuhan, baik yang segar ataupun yang telah dikeringkan dan telah melalui proses
ekstraksi, distilasi atau proses lainnya. Spesifikasi produk fitofarmaka adalah senyawa
aktif yang terdapat didalamnya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi masih terdapat zat-zat
pendamping lainnya.
a. Lengkuas
Lengkuas (Alpinia galanga) adalah salah satu jenis tanaman dari famili
Zingiberaceae, yang secara tradisional sering digunakan sebagai obat untuk eksim, panu,
borok, koreng, radang anak telinga, radang lambung, obat rematik, karminatif, perut
kembung, anti jamur, anti bakteri dan malaria. Kegiatan penelitian ini merupakan
lanjutan dari kegiatan tahun 2005. Kegiatan tahun 2006 ini bertujuan untuk mendapatkan
teknologi proses ekstraksi dan pemurnian ekstrak lengkuas. Tahapan proses ekstraksi
lengkuas secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram alir pembuatan ekstrak rimpang lengkuas
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
11
Ekstrak lengkuas yang dihasilkan mempunyai karakteristik mutu : pH 5,01-5,35;
berat jenis 1,307-1,461; total padatan terlarut 16,93 - 24,88%; sisa pelarut 6,60 - 15,12% dan
kelarutan dalam alkohol 95% 1 : 7 sampai 1 : 11. Limpahan senyawa aktif (1’-
asetoksikhavikol asetat) mencapai 51,79 -85,30%. Nilai pH berguna untuk mengetahui
kemungkinan adanya kandungan komponen kimia yang terdapat didalamnya.
Hasil analisis fitokimia menunjukkan bahwa dalam ekstrak lengkuas telah
teridentifikasi adanya senyawa alkaloid (senyawa alkaloid akan memberikan kisaran nilai
pH antara 4 dan 5). Sisa pelarut sangat menentukan mutu suatu ekstrak karena ada
batasan untuk sisa pelarut terutama untuk pelarut yang beracun. Kelarutan dalam
alkohol merupakan salah satu cara untuk mengetahui larutnya bahan atau ekstrak
dengan perbandingan tertentu dalam satu jenis pelarut, dan alkohol merupakan pelarut
yang umum digunakan.
Dari analisis secara GCMS telah teridentifikasi senyawa aktif lengkuas yaitu 1’-
asetoksikhavikol asetat. Senyawa I-asetoksinkhavikol asetat diketahui mempunyai
banyak khasiat, diantaranya mampu untuk menghambat infeksi HIV-1 (human
immunodeviciency virus type 1) bila penggunaanya digabung dengan obat anti HIV, anti
jamur, anti inflamasi, dan anti oksidan. Selain itu, berpotensi juga untuk menurunkan
pertumbuhan kanker yang disebabkan oleh induksi senyawa karsinogen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan akan mempengaruhi limpahan
senyawa aktif yang terdapat di dalamnya. Konsentrasi pelarut dalam proses ekstraksi
sangat berpengaruh dalam mendapatkan banyaknya senyawa aktif yang terekstrak.
Senyawa 1’-asetoksikhavikol asetat ternyata lebih mudah larut dalam pelarut organik
yang polaritasnya rendah dibandingkan dalam pelarut polar. Tahapan proses pemurnian
ekstrak lengkuas dapat dilihat pada Gambar 3. Karakteristik mutu ekstrak lengkuas hasil
pemurnian menunjukkan : pH 3,94-6,28; total padatan terlarut sekitar 28,88-82,89% ; sisa
pelarut 0,24-1,60% ; limpahan bahan aktif 1’-asetoksikhavikol asetat sekitar 62,71 - 91,84%.
Uji anti jamur terhadap ekstrak murni lengkuas menunjukkan hasil terbaik dan
proporsional dari ekstrak hasil pemurnian menggunakan ekstrak heksan 60% untuk
jamur T. mentagrophyte dan ekstrak hasil pemurnian dengan heksan 70% untuk jamur
M.canis.
Gambar 3. Diagram alir teknologi pemurnian ekstrak lengkuas
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
12
b. Daun Belimbing Wuluh
Pada kegiatan tahun 2006 ini telah dihasilkan teknologi proses ekstraksi daun
belimbing wuluh dan analisis senyawa aktif. Tahapan proses ekstraksi daun belimbing
wuluh secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 4.
Karakteristik mutu hasil ekstrak daun belimbing wuluh adalah pH 5,90-6,62; berat
jenis 1,069-1,188; total padatan terlarut 20,54-23,305; sisa pelarut 4,15-14,23%; dan
kelarutan dalam alkohol 95% 1 : 2 – 1 : 5. Limpahan senyawa aktif (dietil phtalat dan phytol)
masing-masing berkisar antara 2,02 – 4,43% dan 9,75 – 12,64%.
Hasil analisis senyawa aktif dengan GCMS menunjukkan bahwa ekstrak daun
belimbing wuluh terdeteksi senyawa asam dikarboksilat yang mempunyai indeks
keasaman (SI) 92% dengan dietil phtalat. Dietil phtalat merupakan senyawa kelompok
karboksilat. Asam karboksilat biasanya berasal dari lemak dan merupakan turunan dari
asam-asam lemak. Selain itu, senyawa phytol juga terdeteksi dengan indeks keasaman (SI)
93%. Phytol merupakan senyawa alkohol diterpen asiklik, dan campuran dari bentuk cis
dan trans dari 3, 7, 11, 15 tetrametil -2-heksadesen-1-ol. Senyawa ini bisa digunakan
sebagai adjuvant yang cukup baik dan aman untuk memperbaharui komplemen antibodi.
Beberapa turunan diterpen memberikan aktivitas insektisida dan anti kanker.
Hasil kegiatan tahun 2006 diperoleh teknologi proses pemurnian ekstrak daun
belimbing wuluh. Karakteristik mutu hasil ekstrak murni daun belimbing wuluh: pH
4,01-8,91; total padatan terlarut 1,97-77,47%; sisa pelarut antara 0,20-2,46%; limpahan
bahan aktif dietil phtalat dan phytol masing-masing 1,41-22,76% dan 11,78-59,63%. Untuk
uji anti hipertensi ekstrak daun belimbing wuluh, hasil terbaik diperoleh dari ekstrak
hasil pemurnian metode adsorpsi diikuti oleh metode ekstraksi dan ekstrak kasar. Hal ini
sesuai dengan penurunan tekanan darah dan durasi penurunan dari berbagai dosis yang
dicobakan.
Gambar 4. Diagram alir pembuatan ekstrak daun belimbing wuluh
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
13
a b
Gambar 6. Ekstrak lengkuas (a) dan ekstrak daun belimbing wuluh (b)
3. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak Kelapa Murni dan Produk Hilirnya
Komoditas kelapa selama ini sebagian besar dimanfaatkan untuk kelapa sayur dan
minyak goreng. Pangsa pasar minyak kelapa dan kopra sebagai bahan baku minyak
kelapa untuk keperluan minyak makan, di masa datang akan mendapat tekanan dari
produk minyak makan dari sawit. Harga kelapa di tingkat petani saat ini Rp 500,- per
butir (1 liter minyak kelapa diperoleh dari 12 butir kelapa), sehingga sulit untuk bersaing
dengan minyak makan dari sawit dengan harga di pasaran Rp 6.000,- per kg. Dalam
upaya meningkatkan nilai tambah komoditas kelapa, telah dilakukan kegiatan penelitian
dan pengembangan pengolahan minyak kelapa murni dan produk turunannya yang
dimulai dari tahun 2004-2006.
Pada tahun 2004-2005 telah dihasilkan teknologi proses minyak kelapa murni dan
telah terpasang dan dioperasikan di Desa Agrabinta, Cianjur Selatan, bekerjasama dengan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cianjur dan Koperasi Mutiara Baru
Cianjur Selatan. Unit pengolahan minyak kelapa murni yang dibangun memiliki
kapasitas produksi 250 kg/jam kelapa parut. Teknologi pengolahan minyak kelapa murni
yang dikembangkan oleh BB-Pascapanen merupakan teknologi proses mekanis, dengan
penggunaan panas minimal. Keunggulan teknologi tersebut adalah waktu proses lebih
cepat ±3 jam (tradisional 24-26 jam), hemat energi (pemanasan minimal), kebutuhan air
lebih sedikit, dan tanpa penggunaan bahan kimia. Teknologi ini juga dilengkapi dengan
Gambar 5. Diagram alir teknologi pemurnian ekstrak daun belimbing wuluh
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
14
sistem purifikasi berbasis teknologi membran ultrafiltrasi. Produk minyak kelapa murni
yang dihasilkan mengandung kadar asam lemak bebas (FFA) 0,01 % (standar CODEX
maksimum 0,04%) dan kadar asam laurat 50% (komponen terpenting dalam minyak
kelapa murni). Produk minyak kelapa murni telah dipasarkan dengan nama Laurica
dengan harga Rp 120.000 per kg.
Limbah air kelapa sebagai produk samping dari pengolahan minyak kelapa
murni, telah dimanfaatkan sebagai minuman isotonik dan ampas kelapa dikonversi
menjadi pakan ternak. Proses pengolahan minuman isotonik air kelapa didesain
menggunakan metode membran ultrafiltrasi, teknologi ini selain mampu memisahkan
sejumlah mikroorganisme dan sporanya juga dapat mempertahankan nilai gizi, flavor dan
aroma khas air kelapa, serta kandungan mineral.
Pada tahun 2006, ditujukan untuk menghasilkan teknologi pengolahan minyak
kelapa murni berbasis teknologi membran ultrafiltrasi dan teknologi proses fraksionasi
produk MCT (Medium Chain Triglyceride) dari minyak kelapa. Kegiatan untuk
mendapatkan keluaran Teknologi Proses Pengolahan Minyak Kelapa Murni Berbasis
Teknologi Membran Ultrafiltrasi dilatarbelakangi oleh permintaan konsumen terhadap
kualitas minyak kelapa murni yang semakin tinggi seperti kandungan kadar air, kadar
asam lemak bebas, bebas dari kontaminan mikroba dan bakteri. Proses pengolahan
minyak kelapa murni yang berkembang saat ini belum mampu menghasilkan produk
dengan kadar air dan kadar asam lemak bebas yang sangat rendah, serta belum dapat
menjamin produk yang dihasilkan bebas dari kontaminan mikroba, bakteri, dan pengotor
lainnya. Karakteristik minyak kelapa murni tersebut dapat dicapai dengan menggunakan
teknologi membran. Karakteristik mutu minyak kelapa murni yang dihasilkan sebagai
berikut : kadar air (0,05 % bk), asam lemak bebas (0,01 %), dan bebas dari cemaran
mikroba.
Teknologi membran memegang peranan yang penting dalam proses pengolahan
minyak kelapa murni. Membran berfungsi sebagai penghalang selektif yang
memungkinkan lewatnya makromolekul dan berbagai komponen minyak seperti asam
kaprilat, asam miristat, asam kaprat, asam palmitat, asam laurat, dan asam stearat
sedangkan kekeruhan, padatan tersuspensi, koloid, bakteri, mikroorganisme patogen,
dan air akan tertahan oleh membran. Membran yang digunakan adalah membran hollow
fiber dengan selektivitas sangat tinggi. Desain tahapan proses pengolahan minyak kelapa
murni disajikan pada Gambar 7.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
15
Kegiatan untuk mendapatkan keluaran Teknologi Proses Fraksionasi Produk MCT
dari Minyak Kelapa Murni diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan nilai tambah
bagi petani. Pengembangan produk turunan (derivatif) dari minyak kelapa murni seperti
fraksionasi produk MCT melalui proses metanolisis mempunyai nilai ekonomi lebih
tinggi sehingga akan meningkatkan daya saing industri pengolahan kelapa yang dikelola
secara terintegrasi. Produk-produk turunan tersebut diarahkan sebagai bahan baku
industri kosmetik dan farmasi. Multi fungsi dari minyak kelapa murni dan ketersediaan
teknologi dapat membuka peluang pasar baru bagi produk-produk olahan kelapa.
Peningkatan nilai jual produk kelapa tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai jual
kelapa petani.
Teknologi proses fraksionasi produk MCT (Medium Chain Triglyceride) dari minyak
kelapa dilakukan melalui tahap unit proses metil ester (metanolisis), fraksionasi metil
ester, hidrolisis dan gliserolisis (MCT). Proses reaksi metanolisis dilakukan dalam dua
tahap karena waktu reaksi tahap pertama lebih cepat dari tahap kedua tetapi konversi
tahap pertama lebih rendah dari tahap kedua. Konversi tahap pertama mencapai 95%
sedangkan konversi tahap kedua mencapai konversi 99,87%. Untuk memperoleh produk
MCT hanya fraksi ester metil C6-C10 yang diproses lebih lanjut. Fraksi ester metil C6-C10
dihidrolisis pada tekanan 1 atm dan temperatur 120°C selama 6 jam, menggunakan
katalis Amberlite. Konversi reaksi hidrolisis (derajat hidrolisis) mencapai 97%, jika tidak
terdapat fasa ukuantik dalam campuran reaksi. Untuk itu, metanol yang terbentuk dari
reaksi ini, langsung teruapkan bersama dengan sisa air, kemudian metanol dan air
dikondensasi dan didistilasi untuk memisahkan metanol dan air.
Dampak dari pengolahan minyak kelapa murni di Cianjur, ditunjukkan dengan
adanya beberapa institusi yang mengajukan kerjasama dengan BB-Pascapanen baik
Pemda maupun pihak swasta, diantaranya Pemda Kabupaten Halmahera Utara Propinsi
Maluku Utara dan PT Surya Alam Global, Sumatera Utara. Kerjasama model agroindustri
pengolahan kelapa murni di Kabupaten Halmahera Utara telah dimantapkan dengan
ditandatangani naskah kerjasama pengembangan model agroindustri pengolahan kelapa
terpadu pada tanggal 27 Maret 2006. Kerjasama ini melibatkan Badan Litbang (BB-
Gambar 7. Tahapan pengolahan minyak kelapa murni berbasis membran
Ultrafiltrasi
Pemarutan
Pembuatan Santan
Pemecahan Emulsi
Penyaringan dengan
Membran Ultrafiltrasi
Minyak Kelapa Murni
Pembentukan Minyak
Unit membran ultrafiltrasi
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
16
Pascapanen dan BPTP Maluku Utara), Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara, Dinas
Perindustrian dan Dinas Koperasi Kabupaten Halmahera Utara.
Kerjasama pengembangan teknologi pengolahan minyak kelapa murni dengan PT
Surya Alam Global telah ditandatangani pada tanggal 8 Agustus 2006 yang bertujuan
untuk melakukan scalling up teknologi pengolahan minyak kelapa murni yang dihasilkan
oleh BB-Pascapanen dan akan dilakukan di lokasi PT Surya Alam Global.
4. Teknologi Sintesa Vanilin dan Optimasi Eugenol dari Minyak Daun Cengkeh
Minyak daun cengkeh merupakan produk hasil penyulingan dari daun tanaman
cengkeh (Eugenia caryophyllata Tumberg) yang telah gugur. Minyak yang dihasilkan
berwarna kuning pucat sesaat setelah disuling dan warnanya mudah berubah menjadi
coklat bila kontak dengan udara. Minyak daun cengkeh mengandung dua kelompok
komponen penyusun. Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan eugenol (80-
85%) sebagai komponen terbesar. Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat yang
meliputi β-karyofilen, α-kubeben, α-kopaen, humulen, delta kadinen, dan kadina 1,3,5
triena dengan β-karyofilen sebagai komponen terbesar. Penggunaan daun cengkeh
banyak dibutuhkan oleh industri farmasi, kosmetik dan industri flavor makanan dan
minuman.
Usaha produksi eugenol dari minyak daun cengkeh sudah dilakukan di
Indonesia, namun mutu eugenol yang dihasilkan tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan
dengan rendahnya harga eugenol Indonesia (US$ 5,15/kg) dibandingkan harga rataan di
pasaran dunia (US$ 7,0-7,5/kg). Mahalnya biaya produksi dan harga vanilin alami
menyebabkan industri pengguna vanilin (makanan, minuman, dan farmasi) di Indonesia
mengimpor vanilin sintetik. Pada tahun 2000-2004, Indonesia mengimpor vanilin
sebanyak 137,8-174,2 ton dengan nilai US$ 1,191-1,3 juta. Ironisnya, eugenol dan vanilin
merupakan isolat dan produk turunan dari minyak daun cengkeh yang ketersediaannya
melimpah di Indonesia. Masalah utamanya, yaitu masih terbatasnya ketersediaan
teknologi pemurnian eugenol dan sintesis vanilin, khususnya di dalam negeri.
Penelitian Teknologi Sintesa Vanilin dan Optimasi Eugenol dari Minyak Daun
Cengkeh telah menghasilkan teknologi pemurnian eugenol minyak daun cengkeh dan
sintesis vanilin dari eugenol yang efisien pada skala laboratorium. Kegiatan pertama
terdiri atas tiga rangkaian proses, yaitu (i) penyulingan minyak dari daun cengkeh gugur,
(ii) isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh, dan (iii) destilasi vakum eugenol hasil
isolasi. Isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh dilakukan dengan metode Sumangat et
al. (2003) yang dimodifikasi. Eugenol yang dihasilkan ditingkatkan kemurniannya
dengan cara destilasi vakum.
Pada proses isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh, penggunaan minyak daun
cengkeh hasil penyulingan BB-Pascapanen dengan perbandingan berat minyak dan
NaOH 10% sebesar 1 : 3 merupakan kondisi proses yang optimum dengan efisiensi proses
98,39%. Rendemen dan kemurnian eugenol yang dihasilkan yaitu 63,65% dan 97,94%.
Sifat fisiko-kimia eugenol yang dihasilkan memenuhi spesifikasi eugenol 90-935, namun
belum memenuhi spesifikasi eugenol USP-926 kecuali sifat kelarutan eugenol.
Pada proses pemurnian eugenol dengan destilasi vakum, penggunaan tekanan
vakum 10 mbar merupakan kondisi proses yang paling efisien. Kemurnian eugenol yang
dihasilkan 97,62%, meningkat dibandingkan dengan kemurnian bahan bakunya (96,10%).
Eugenol yang dihasilkan berwarna bening agak kekuningan dan jauh lebih baik
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
17
dibandingkan warna bahan bakunya (coklat tua kekuningan). Karakteristik eugenol hasil
pemurnian dapat dilihat dalam Tabel 1. Proses pemurnian eugenol dengan menggunakan
destilasi vakum dan eugenol hasil pemurnian dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar
9.
Tabel 1. Rendemen, kemurnian dan warna fraksi-fraksi hasil destilasi
Fraksi
Rendemen (%) Kemurnian (%) Warna*)
Tekanan vakum (mbar)
0 15 10 20 15 10 20 15 10
E1 7,56a 7,34a 7,60a 79,61a 77,97a 83,28a + + ++
E2 71,80a 72,80a 76,80a 97,24a 97,45a 97,62a + + ++
Residu 17,40a 17,76a 12,48a 90,22a 90,96a 93,06a +++ +++ +++
Hilang 3,24a 2,10a 3,12a - - -
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap baris tidak berbeda nyata menurut uji Tukey
pada selang kepercayaan 95% *) (+) bening, (++) bening agak kekuningan, dan (+++) coklat kehitaman
Eugenol kasar
Pemanasan
(Tekanan 10, 15, 20 mbar)
Dimasukkan ke dalam
“distillation flaks”
Rasio refluks 10/10
Pengambilan destilat
Air Pendingin
Eugenol Murni Residu
Senyawa
non eugenol
MINYAK DAUN CENGKEH
Pendiaman (12 jam) dalam tangki pemisahan
Pengadukan 30 menit
EUGENOL
Pencucian eugenol
Pemisahan eugenol
NaOH
Pengaturan pH
Eugenol (pH 6)
Pemisahan eugenol
EUGENOL
Heksan
HCl
Larutan
NaCl
Gambar 8. Proses pemurnian eugenol dengan menggunakan destilasi vakum
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
18
Sintesa vanilin dilakukan melalui dua tahapan proses, yaitu isomerisasi eugenol
menjadi isoeugenol dan oksidasi isoeugenol menjadi vanilin. Pada tahap oksidasi
isoeugenol menjadi vanillin dilakukan dengan dua cara pemanasan, yaitu konvensional
dan gelombang mikro. Tahapan sintesa vanilin dari eugenol dapat dilihat pada
Gambar 10.
Gambar 9. Tampilan bahan baku, eugenol, dan residu setelah
proses pemurnian
Produk mengkristal
pada suhu kamar
Vanillin
Eugenol
Perlakuan konsentrasi
katalis dan lama reaksi
+ Katalis RhCl3. 3H2O
dalam etanol
Gelombang mikro
Perlakuan daya dan
lama reaksi
Isoeugenol
Perlakuan nisbah mol
dan lama reaksi
Refluks 130oC Nitrobenzena/
DMSO/KOH
Pendinginan
HCl
Pendinginan
Ekstraksi dengan dietil eter
Penguapan pelarut
Gambar 10. Sintesa vanillin dari eugenol
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
19
Kondisi optimum proses isomerisasi eugenol menjadi isoeugenol, diperoleh pada
penggunaan katalis RhCl3.3H2O sebesar 0,24% dengan pemanasan gelombang mikro
selama 15 menit. Kemurnian isoeugenol yang dihasilkan mencapai 91,27% dengan
komposisi isomer cis isoeugenol 18,03% dan trans isoeugenol 73,24% atau rasio isomer cis
dan trans 1 : 4,1 (0,25). Jumlah bahan yang menguap mencapai 19,08% atau identik
dengan rendemen isoeugenol sebesar 80,92%.
Pada proses sintesa vanilin (oksidasi isoeugenol menjadi vanilin) dengan
pemanasan konvensional, kondisi proses yang optimum diperoleh pada nisbah mol
nitrobenzena dengan isoeugenol 2 : 1 dengan lama reaksi 2 jam. Rendemen dan
kemurnian vanilin yaitu 18,58% dan 98,32%. Kemurnian vanilin mendekati kemurnian
vanilin komersial (99,16%). Sifat fisiko-kimia vanilin kasar sebagai berikut : titik lebur
74,35oC, densitas kamba 0,3294 g/cm3, dan kelarutan dalam etanol 70% 1: 2. Pada proses
sintesa vanilin dengan menggunakan gelombang mikro, kondisi proses yang optimum
diperoleh pada tingkat daya 400 watt dengan lama reaksi 8 menit. Rendemen dan
kemurnian vanilin kasar yang dihasilkan yaitu 7,42% dan 98,91%. Kemurnian vanilin
kasar mendekati kemurnian vanilin komersial. Sifat fisiko-kimia vanilin kasar sebagai
berikut : titik lebur 62,10oC, densitas kamba 0,5920 g/cm3, dan kelarutan dalam etanol 70%
1: 2.
B. Pengembangan Teknologi Pengolahan Pangan Tradisional Mendukung Ketahanan
Pangan
1. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengolahan Jagung Terpadu
Jagung mempunyai potensi sebagai bahan baku berbagai industri makanan,
minuman, kimia farmasi dan industri lainnya. Dari 100 kg jagung dapat diperoleh 3,5-4
kg minyak jagung; 27-30 kg bungkil, makanan ternak, gluten, serat dan sebagainya, serta
64-67 kg pati. Sisanya 15-25 kg , hilang atau terbuang.
Kegiatan penelitian ini merupakan lanjutan kegiatan tahun 2005 yang bertujuan
untuk scalling up teknologi penepungan di tingkat pedesaan, menghasilkan teknologi
pengeringan dan penepungan jagung manis serta produk mie, sup dan es krim berbasis
tepung jagung. Teknologi tepung merupakan salah satu proses alternatif produk setengah
jadi yang disarankan, karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur (dibuat komposit
atau bahan makanan campuran), luwes dan mudah dibuat keanekaragaman
(diversifikasi), mudah ditambahkan zat gizi (fortifikasi) dan lebih cepat dimasak sesuai
keinginan konsumen dalam kehidupan modern dan praktis.
(b) (a)
Gambar 11. Produk vanilin komersial (a) dan
crude vanilin hasil penelitian (b)
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
20
Hasil kegiatan scalling up teknologi tepung untuk tingkat pedesaan berkapasitas
400 g/proses (1 kali proses sekitar 4,0-5,5 menit) kemudian ditingkatkan menjadi 2.000
g/proses (1 kali proses sekitar 7-10 menit). Teknologi yang digunakan untuk
menghasilkan tepung jagung menggunakan teknologi pembrondongan (popping
technology) yang dilengkapi bejana pembrondong. Brondong jagung merupakan bahan
baku dalam pembuatan tepung jagung instan. Setelah pembrondongan, dilakukan tahap
penepungan jagung. Dalam penelitian ini diperoleh penepungan dengan mesin penepung
tipe hammer mill yang mempunyai kapasitas 142,08 kg/jam dan rendemen 91,4%. Namun
untuk pengembangan scaling up ditingkat perdesaan dengan kapasitas 1 kuintal /hari
mesin penepung dish mill skala kecil (kapasitas 15 kg/jam) lebih sesuai dengan kebutuhan.
Dilihat dari aspek tingk kehalusan produk tepung yang dihasilkan, penepung tipe
hammer mill lebih baik dari pada yang dihasilkan penepung tipe dish mill.
Dari hasil analisis warna dengan menggunakan Chromameter menunjukkan tepung
brondong jagung yang diproses dengan menggunakan mesin penepung tipe dish mill
cenderung mempunyai nilai L yang lebih tinggi (4325,00 dan 4546,33) dibandingkan
mesin penepung tipe hammer mill (4201,00). Hal ini berarti tingkat kecerahan tepung
brondong yang dihasilkan melalui proses dish mill cenderung lebih tinggi dibandingkan
dengan hammer mill. Tepung brondong jagung yang dihasilkan mesin penepung dish mill
skala kecil mempunyai nilai L atau tingkat kecerahan yang lebih tinggi (4546,33)
dibandingkan dengan yang dihasilkan mesin penepung dish mill skala menengah
(4325,00). Namun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan.
Dilihat dari nilai a produk tepung brondong jagung yang dihasilkan oleh ketiga
jenis mesin penepung mempunyai nilai a positif atau menunjukkan kecenderungan
warna merah. Nilai a tepung jagung brondong yang dihasilkan penepung hammer mill
lebih besar (69,03) daripada yang dihasilkan mesin penepung dish mill skala menengah
65,83 dan skala kecil 59,75. Hal ini berarti tepung brondong jagung melalui proses hammer
mill cenderung berwarna lebih merah daripada tepung brondong melalui proses dish mill.
Namun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan.
Dilihat dari nilai b menunjukan produk brondong jagung yang dihasilkan ketiga
mesin penepung mempunyai nilai b positif atau kecenderungan warna kuning. Produk
tepung brondong jagung melalui proses penepungan dengan mesin penepung dish mill
skala kecil mempunyai nilai b paling besar (2706,67), diikuti oleh produk tepung
brondong jagung melalui proses penepungan dengan mesin penepung tipe hammer mill
(2497,00) dan dish mill skala kecil (2397,00). Namun secara statistik tidak menunjukkan
perbedaan.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
21
Dengan melakukan scaling up mesin pembrondong jagung dari 400 g menjadi
2.000 g per proses maka akan mendapatkan peningkatan keuntungan dari Rp 20.000,-
menjadi Rp 315,000,-per hari kerja.
PENGERINGAN
PENGAYAKAN
PEMBRONDONGAN
PENEPUNGAN
Jagung pipil kadar air 15-16%
Jagung pipil kering kadar air 12-13 %
Jagung brondong
Tepung jagung brondong kasar
Tepung jagung brondong halus
Gambar 12. Diagram alir proses pembuatan tepung jagung brondong
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
22
Jagung manis yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Thaisin dari
daerah Majalengka Jawa Barat yang dipanen pada umur 70 HST. Dalam proses
pengeringan diusahakan agar sweet corn flavor tidak hilang dalam proses pengeringan.
Untuk itu sebelum biji jagung manis dikeringkan maka dilakukan pre treatment dengan
blanching. Teknologi pengeringan jagung manis dengan teknologi FIR menghasilkan
rendemen biji jagung manis kering lebih tinggi (9,26%) dibanding dengan oven (8,62%)
dan penjemuran (8,12%).
PENGUPASAN
PEMBLANCHINGAN
PENDINGINAN
PEMIPILAN
PENGERINGAN
Jagung manis Klobot
Jagung manis tongkol
Jagung manis pipil (basah)
Jagung manis pipil kering
Gambar 13. Diagram alir proses pengeringan jagung manis
PENEPUNGAN
PENGAYAKAN
Jagung manis pipil kering
Tepung jagung manis
Gambar 14. Diagram alir proses penepungan jagung manis
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
23
Berdasarkan hasil analisis warna jagung manis varietas Hawaii menggunakan
Chromameter, dengan adanya perlakuan blanching warna kuning pada jagung manis lebih
dapat dipertahankan. Pengeringan dengan FIR menghasilkan produk dengan warna
kuning mengkilap karena proses pengeringan berlangsung relatif singkat. Pengeringan
dengan oven maupun penjemuran, meskipun diberi pre-treatment tetap menghasilkan
produk kurang mengkilap atau agak kusam karena terjadinya perubahan warna
(deteriorasi warna).
Pengeringan berpengaruh secara nyata terhadap kadar gula reduksi maupun
kadar sakarosa jagung manis pipil kering varietas Hawaii hasil pengeringan. Metode FIR
memberikan hasil kadar gula reduksi paling tinggi (12,53-12,90%), diikuti pengeringan
dengan oven (6,76-10,77%) dan kadar gula reduksi paling rendah pada hasil penjemuran
(7,66-7,95%)
Biji jagung manis kering apabila dimasukkan dalam air akan mengabsorpsi air
kembali (rehidrasi), sehingga kadar airnya meningkat dan bentuknya berubah
menyerupai bentuk jagung manis segar . Banyaknya air yang diserap oleh contoh biji
jagung manis kering dipengaruhi oleh metode pengeringan maupun pre-treatmen
sebelum pengeringan dilakukan.
Hasil analisis sifat rehidrasi dan kekerasan biji jagung manis kering varietas
Hawaii menunjukkan bahwa sifat rehidrasi jagung manis pipil kering hasil pengeringan
dengan ketiga metode pengeringan hampir sama yaitu rata-rata 0,80 g/g sampel (0,76-
0,84) pada metode FIR, 0,81 (0,65-1,01) pada oven dan 0,83 (0,75-0,89) pada hasil
penjemuran. Namun pengaruh pre-treatment dapat menurunkan sifat rehidrasi hasil
jagung manis pipil kering.
Pengukuran tingkat kekerasan/kerapuhan biji jagung manis dilakukan dengan
alat Rigiditymeter. Tingkat kekerasan/kerapuhan biji jagung manis kering dipengaruhi
metode pengeringan maupun pretreatmen yang dilakukan sebelum proses pengeringan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeringan dengan metode FIR menghasilkan biji
jagung manis kering yang paling renyah (britle) dengan tingkat kekerasan paling rendah
yaitu 3,03 kg/cm2 (2,88-3,26), diikuti dengan pengeringan metode oven 3,36 (3,21-3,56) dan
penjemuran menghasilkan biji yang tingkat kekerasannya paling tinggi yaitu 3,76 (3,07-
4,22).
Penepungan jagung manis dalam penelitian ini menggunakan unit proses
penepungan tipe hammer mill dan dish mill. Kapasitas unit proses penepungan tipe hammer
mill mempunyai kapasitas jauh lebih besar (149,60kg/jam) daripada dish mill skala kecil
(68,40 kg/jam). Rendemen tepung hasil proses tidak berbeda nyata antara dish mill skala
kecil (86,74%) dengan hammer mill (85,40). Sebaran tingkat kehalusan tepung hasil unit
proses penepungan dengan menggunakan kedua jenis mesin penepung terlihat pada
tingkat kehalusan 60 mess. Namun sebaran kehalusan pada tingkat kehalusan yang lebih
tinggi yaitu 70 dan 80 mess menunjukkan bahwa tepung jagung manis hasil penepungan
dengan unit proses penepung hammer mill lebih tinggi (27,13 dan 11,44%) dibandingkan
dish mill ( 13,43 dan 6,01).
Pembuatan mie jagung dari bahan dengan komposisi subtitusi 5% terigu terhadap
tepung jagung sosoh (190:10) dihasilkan produk yang memiliki rasa, warna, aroma dan
elastisitas yang tingkat preferensi panelisnya paling tinggi. Produk es krim tepung
brondong jagung dengan subtitusi tepung terigu 50% dan penambah cita rasa jus alpokad
dapat memperbaiki rasa, warna, aroma dan tekstur es krim. Dari uji organoleptik,
subtitusi terigu dengan tepung brondong jagung sebagai bahan pengental kuah sup,
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
24
dapat memperbaiki cita rasa kuah sup jagung manis, rasa yang tingkat kesukaannya
tertinggi.
2. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengolahan Beras Beriodium
Defisiensi iodium merupkan masalah gizi yang prevalensinya saat ini cenderung
meningkat di Indonesia maupun di dunia. Berbagai penelitian menunjukkan akibat
gangguan kekurangan kekurangan iodium (GAKI) yang paling serius antara lain adalah
kerusakan otak pada fetus yang sangat mempengaruhi perkembangan neurointelektual.
Hal ini tentu saja menghawatirkan perkembangan sumber daya menusia suatu bangsa.
Iodium merupakan salah satu unsur mikro yang dibutuhkan dalam jumlah sangat
sedikit di dalam tubuh yaitu 0,00004% dari berat tubuh, sehingga iodium disebut sebagai
mineral mikro. Kebutuhan iodium pada orang dewasa sebanyak 150 mikrogram per hari
(Untoro, 1999). Kebutuhan iodium bagi tubuh untuk hidup sehat adalah sebesar 50
µg/hari. Untuk orang hamil perlu penambahan 25 mikrogram lagi dan selama menyusui
perlu penambahan sebesar 50 mikrogram. Kebutuhan iodium sehari-hari untuk dapat
mencegah penyakit gondok adalah sebanyak 0,05-0,08 mikrogram atau 0,001 mikrogram
per kilogram berat badan.
Berdasarkan kenyataan tersebut perlu diupayakan fortifikasi iodium bahan
pangan lain yang umum di konsumsi masyarakat. Kegiatan pada tahun 2006 telah
menghasilkan teknologi pembuatan beras beriodium, jenis fortifikan yang tepat untuk
produksi beras beriodium, informasi sifat fisikokimia nasi beras beriodium dan daya
simpan beras beriodium.
Pemilihan beras sebagai bahan untuk difortifikasi iodium, karena beras
merupakan bahan pangan pokok yang dikonsumsi lebih dari 90% penduduk Indonesia.
Komponen utama dari beras ialah karbohidrat (85-90%, berat kering), yang mayoritas
adalah pati. Pati terdiri dari amilosa dan amilopektin, dan senyawa ini dapat berikatan
dengan iodium. Oleh karena itu beras berpeluang besar untuk difortifikasi dengan
iodium.
Untuk membuat beras beriodium dilakukan dengan cara pengkabutan fortifikan
kedalam ruang penyosoh sewaktu proses penyosohan berlangsung. Sebelum dilakukan
penyosohan terlebih dahulu gabah dibuang sekamnya dengan menggunakan alat
pemecah kulit. Alat pengkabut tersebut dilengkapi dengan kompresor agar kabut yang
terbentuk lebih sempurna. Diagram alir pembuatan beras beriodium dapat dilihat pada
Gambar 15.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
25
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fortifikan iodat + bahan pengikat (dextrosa
0.04% dan sodium bikarbonat 0,006%) terpilih untuk pembuatan beras beriodium.
Konsentrasi iodat + bahan pengikat (dextrosa 0,04% dan sodium bikarbonat 0,006%) yang
ada pada beras beriodium 7,47 ppm serta nasi beriodium tanpa cuci sebesar 4,6 ppm dan
nasi dari proses pencucian sebesar 2,65 ppm.
Selama dalam penyimpanan beras beriodium dengan menggunakan konsentrasi
1,0 ppm rasa nasi masih digemari dengan preferensi konsumen sebesar 90% menyatakan
suka, dan 10% menyatakan tidak suka. Selama dalam penyimpanan beras beriodium,
perkembangan asam lemak bebas dapat ditekan dengan menggunakan konsentrasi
fortifikan 1,15 ppm dalam wadah karung warna merah.
3. Teknologi Pemanfaatan Kacang-kacangan sebagai Subtitusi Kedelai untuk Produk
Tempe
Tempe merupakan salah satu pangan tradisional asli Indonesia. Tempe pada
umumnya dibuat dari kedelai melalui proses fermentasi oleh kapang Rhizopus sp. Rasa
tempe dapat diterima oleh berbagai kalangan masyarakat dan harganya relatif
terjangkau. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa tempe selain bergizi tinggi juga
mengandung berbagai senyawa aktif yang memiliki fungsi kesehatan tertentu. Oleh
karena itu, tidak mengherankan jika konsumsi tempe terus meningkat. Konsumsi tempe
sebesar 4,63 kg/kapita/tahun pada 1990 berubah menjadi 8,27 kg/kapita/tahun pada tahun
2002.
Gabah kering giling
Pecah Kulit I
Pecah Kulit II
Ayakan
Sosoh I
Sosoh II
Beras Pecah Kulit
BERAS IODIUM
Gabah Utuh
Pengkabut Iodium
Gambar 15. Diagram alir pembutan beras iodium
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
26
Kebutuhan kedelai di Indonesia terus meningkat. Diperkirakan 80% pasokan
kedelai dimanfaatkan oleh industri tempe dan tahu, sedangkan sisanya untuk susu
kedelai, kecap, dan makanan ringan lainnya. Kebutuhan kedelai belum dapat diimbangi
oleh produksi di dalam negeri. Pemanfaatan kacang-kacangan di luar kedelai sebagai
bahan baku tempe tampaknya merupakan upaya rasional untuk mengurangi
ketergantungan terhadap kedelai sebagai bahan baku tempe. Kacang tunggak memiliki
peluang cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku tempe. Kacang tunggak
mampu tumbuh di lahan marjinal seperti tanah sulfat masam, tahan terhadap kekeringan
dan serangan hama penyakit. Terdapat 112 aksesi kacang tunggak di bank gen Indonesia
dan sudah ada 17 aksesi yang dievaluasi karakternya. Bibit unggul kacang tunggak
mampu menghasilkan 0,9-2,0 ton biji/ha, tidak jauh berbeda dengan produktifitas kedelai
nasional yang mencapai sekitar 1,2 ton/ha.
Pada tahun 2006 telah dilakukan penelitian teknologi pemanfaatan kacang-
kacangan sebagai subtitusi kedelai untuk produk tempe. Penelitian dilaksanakan dalam
dua kegiatan. Pertama, karakterisasi biji kacang tunggak yang dilanjutkan dengan
fermentasi oleh beberapa jenis kapang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji kacang
tunggak sudah terpenetrasi oleh hifa/miselia R. oligosporus atau R. Oryzae pada periode
fermentasi sekitar 24 jam. Namun demikian, dinding sel biji kacang tunggak belum
sampai hancur, tetapi miselia sudah menutupi seluruh permukaan biji dan membentuk
warna putih. Secara umum, tampak bahwa aktifitas enzim endoglukanase, α-amilase dan
protease yang diperoleh dari biji kacang tunggak yang dikecambahkan relatif lebih tinggi
dibanding biji kacang tunggak yang tidak dikecambahkan. Hal ini tampak pada
pemakaian inokulum R. oligosporus, R. oryzae maupun ragi komersial.
Aktifitas enzim endoglukanase maksimal 0,027 U/g bahan (R. oligosporus), 0,052
U/g bahan (R. oryzae) dan 0,045 U/g bahan (ragi komersial) berturut-turut terjadi pada jam
ke 24, 16, dan 8. Aktifitas α-amilase maksimal yang dihasilkan oleh R. oligosporus, R.
oryzae dan ragi komersial masing-masing adalah 0,089 U/g bahan, 0,164 U/g bahan dan
0,104 U/g bahan dan dicapai pada jam yang sama (ke 32). Aktifitas protease dari ketiga
jenis inokulum adalah 0,205 U/g bahan (R. oligosporus), 0,290 U/g bahan (R. oryzae) dan
0,353 U/g bahan (ragi komersial) yang masing-masing dicapai pada jam ke 24, 32 dan 24.
Pembuatan tempe yang diawali oleh perlakuan perkecambahan mengakibatkan
penurunan nilai pH sekitar 5, sehingga ideal untuk pertumbuhan kapang. Oleh karena
itu, wajar jika aktifitas enzim hidrolase yang dihasilkannya juga relatif lebih tinggi
dibanding bila substrat kacang tunggak yang tidak dikecambahkan (kupas mesin). Tetapi
proses pembuatan tempe dari biji yang tidak dikecambahkan (kupas mesin) lebih praktis
dan memiliki peluang lebih besar untuk diterapkan oleh perajin. Tempe yang dibuat dari
biji kacang tunggak yang dikupas secara mekanis memiliki karakter lebih keras
dibanding tempe yang dihasilkan dari biji kacang tunggak yang dikupas secara manual
maupun yang dikecambahkan.
Hasil uji preferensi menunjukkan bahwa tempe kacang tunggak yang dibuat
dengan beberapa variasi dapat diterima dengan baik oleh responden dan dapat bersaing
dengan tempe kedelai dalam hal sifat sensorisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
karakteristik tempe kacang tunggak dapat bersaing dengan tempe kedelai, sehingga
memiliki peluang besar untuk dikembangkan lebih lanjut. Saat ini, harga kacang tunggak
lebih mahal dibanding dengan harga kedelai. Oleh karena itu, strategi khusus sangat
diperlukan agar tempe kacang tunggak mampu berperan sebagai substitusi tempe
kedelai.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
27
Tempe kacang tunggak memiliki manfaat seperti halnya tempe kedelai. Jika
kedelai mengandung komponen aktif isoflavon, maka kacang tunggak mengandung
senyawa phenol, seperti ferrulic acid, p-caumeric, dan lain-lain. Kacang tunggak
mengandung sekitar enam jenis senyawa phenol, sebagian besar berupa ferrulic acid dan p-
caumeric. Dueńas (2005) melaporkan bahwa senyawa phenol seperti ferrulic acid dan p-
caumeric acid merupakan antioksidan alami yang terdapat didalam tananam dan dapat
berperan sebagai komponen aktif dalam mencegah dan menghambat pertumbuhan sel
kanker. Tahapan proses pembuatan tempe kacang tunggak dapat dilihat pada Gambar16.
Kacang tunggak yang sudah disortasi
Direndam selama 7-8 jam
Dikeringkan sinar matahari selama 2 hari
Dikupas kulit dengan mesin
Direbus sampai mendidih (± 10 menit)
Dikukus selama 30 menit
Dicuci bersih
Ditiriskan dan didinginkan
Diberi ragi tempe komersial sebanyak 1 gr
(1 % dari berat kacang)
Ditimbang sebanyak 100 gram
Diaduk rata lalu dibungkus dengan plastik
berlubang atau dengan daun pisang
Dibiarkan dalam suhu ruang selama ± 24 jam
Direndam semalam (untuk menurunkan pH)
Direndam selama ± 4 – 5 jam
Tempe
Gambar 16. Diagram alir pembuatan tempe kacang tunggak
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
28
C. Penelitian Perbaikan Mutu dan Keamanan Pangan
1. Penelitian Identifikasi Kontaminan dan Perbaikan Mutu Produk Buah-buahan
Aspek mutu dan keamanan pangan merupakan masalah utama dalam produksi
dan pemasaran buah-buahan, khususnya terkait dengan kepedulian konsumen terhadap
mutu dan kesehatan yang terus meningkat. Secara spesifik dapat disebutkan bahwa
buah-buahan Indonesia umumnya mempunyai masalah dalam hal mutu yang tidak
konsisten dan tingkat kontaminan yang diduga cukup tinggi. Penerapan teknologi
produksi dan penanganan pascapanen yang seadanya, mengakibatkan inkonsistensi
mutu tersebut. Kedua faktor ini dan faktor penggunaan pupuk serta pestisida yang tidak
proporsional telah membawa produk buah-buahan Indonesia pada status jaminan
keamanan pangan yang rendah, dengan tingkat kontaminasi yang tinggi tersebut.
Penelitian mengenai kontaminan residu pestisida terutama pada buah impor dan
produk olahannya masih terbatas, sedangkan tentang mikotoksin pada buah-buahan di
Indonesia belum ada maka perlu dilakukan penelitian identifikasi kontaminan pada
buah-buahan. Pada tahun 2006 telah dilakukan analisis kontaminan residu pestisida dan
mikotoksin (aflatoksin dan patulin) pada komoditas buah-buahan segar dan olahan (apel
dan jeruk). Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kontaminasi residu
pestisida dan mikotoksin pada produk buah-buahan lokal maupun impor yaitu apel dan
jeruk, serta produk olahannya. Kedua jenis buah tersebut merupakan buah konsumsi
utama masyarakat Indonesia.
Pengambilan sampel dilakukan di tingkat petani dan pedagang di sentra produksi
buah-buahan apel dan jeruk di Jawa Timur dan Kalimantan Barat serta DKI Jakarta. Di
sentra produksi ini dilakukan pengambilan sampel dan wawancara. Di kelompok tani
diambil 5 orang responden yang mewakili 1 jenis buah. Kemudian di tingkat pasar lokal
juga dipilih 2 responden pedagang yang dominan pada sentra produksi buah-buahan
tersebut yang berfungsi juga sebagai ulangan.
a b
c d
Gambar 17. Penampilan hifa ragi tempe komersial pada kacang
tunggak yang mengalami fermentasi selama : (a) 8 jam,
(b) 16 jam, (c) 24 jam dan (d) 32 jam
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
29
Di tingkat pasar besar (supermarket) juga dipilih responden sebanyak 2 pedagang
besar dan diambil sampel masing-masing untuk jenis buah-buahan yang terkait. Selain
itu juga dilakukan identifikasi titik-titik kritis terjadinya kontaminasi baik pada tingkat
petani maupun off-farm terutama pada tahap pengolahan sari buah, dan dilakukan
kompilasi data kontaminan buah-buahan yang ada di berbagai instansi dan literatur.
Hasil penelitian menunjukkan kontaminasi patulin terdapat baik pada buah apel
segar maupun olahan dari jenis lokal maupun impor. Dari beberapa sampel buah apel
yang positif mengandung patulin menunjukkan kadar antara 0,015-1,686 ppm. Beberapa
sampel menunjukkan kadar patulin yang melebihi standar WHO (0,05 ppm). Hasil uji
aflatoksin pada semua sampel jeruk baik lokal maupun impor hasilnya negatif, atau tidak
terdeteksi adanya aflatoksin.
Sementara hasil identifikasi residu pestisida menunjukkan beberapa sampel buah
apel dan sari buahnya terdeteksi metidation, diazinon, dan propargit namun kadarnya
masih dibawah BMR, yaitu berkisar antara 0,011-0,044 ppm. Sedangkan pada buah jeruk
terdeteksi residu pestisida profenofos, sipermetrin dan lamdasihalotrin dengan kadar
antara 0,0021-0,0044 ppm. Secara umum dapat disimpulkan bahwa penanganan pasca
panen buah apel di tingkat petani sudah baik akan tetapi pada tahap selanjutnya yaitu
tingkat pedagang ada beberapa tahap yang menyebabkan timbulnya kontaminan
terutama mikroba dan patulin seperti pada pengemasan dan transportasi yang
menyebabkan buah memar atau luka sehingga terjadi infestasi mikroba termasuk kapang
penghasil patulin. Beberapa titik kritis pada penanganan buah apel segar antara lain pada
tahap penyimpanan.
Pada pengolahan sari buah apel, titik kritis pada tahap sortasi, pencucian,
penyaringan, perebusan dan pengemasan, sedangkan pada jeruk segar ada pada tahap
panen dan penyimpanan. Pada pengolahan sari buah jeruk titik kritis pada tahap
pasteurisasi, sterilisasi dan penyimpanan. Setelah dilakukan verifikasi diagram alir di
tempat, dan rancangan HACCP serta cara produksi makanan yang baik (GMP)
dilaksanakan dengan baik oleh pengolah sari apel dan jeruk, diperoleh hasil bahwa pada
sampel yang diambil dari tahapan yang diduga titik kritis (CCP) dan tahapan yang perlu
dikontrol (CP), Total Plate Count kapang dan khamirnya menurun serta E.coli-nya negatif
sehingga produk sari buah apel dan jeruk dapat memenuhi SNI 01-3719-1995 minuman
sari buah.
2. Penekanan Kehilangan Hasil Pascapanen Padi dan Penerapan GMP
Beras merupakan komoditas strategis dan politis bagi pemerintah Indonesia
karena sebagai sumber bahan pangan pokok masyarakat Indonesia. Varietas padi yang
ditanam pada saat ini adalah varietas unggul baru. Salah satu kelemahan dari varietas
unggul adalah mudah rontok, jumlah anakan banyak, sehingga menyebabkan kehilangan
pada saat panen dan perontokan tinggi.
Data kehilangan hasil yang menjadi acuan pemerintah dalam memprediksi
produksi, ketersediaan stok pangan/ beras maupun volume impor beras yang diperlukan
adalah angka kehilangan hasil yang dikeluarkan oleh BPS. Data tersebut merupakan
kompilasi data kehilangan hasil yang diamati di daerah-daerah, sehingga kemungkinan
akurasi datanya belum valid. Untuk menghasilkan data produksi secara nasional data
kehilangan hasil yang ditampilkan harus akurat. Kurang akuratnya data kehilangan hasil
dapat disebabkan oleh metode pengukuran yang kurang tepat, petugas lapang tidak
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
30
melaksanakan sesuai dengan metode pengukuran anjuran, sarana peralatan yang
digunakan tidak sesuai anjuran, dan teknologi anjuran untuk menekan kehilangan hasil
tidak tepat guna.
Pada tahun 2005 telah diperoleh data kehilangan hasil pascapanen padi pada
musim kemarau di tiga agroekosistem yaitu di lahan irigasi, tadah hujan dan dilahan
pasang surut, sehingga masih diperlukan data pengukuran kehilangan hasil pada musim
hujan tahun 2006. Penelitian ini bertujuan menerapkan GMP untuk menekan kehilangan
hasil pascapanen padi dan mendapatkan data dan metode pengukuran kehilangan hasil
pascapanen padi yang akurat.
Penelitian tahun 2006 ini terdiri dari dua kegiatan yaitu keragaan kehilangan hasil
pascapanen padi dengan metode yang diperbaiki dan penerapan GMP untuk menekan
kehilangan hasil pascapanen padi. Keragaan Kehilangan Hasil Pascapanen Padi
dilakukan dengan pengukuran kehilangan hasil pascapanen padi dilakukan pada setiap
tahap penanganan pascapanen padi yaitu panen/pemotongan, pengumpulan, penundaan
perontokan, perontokan, pengeringan, penggilingan dan penyimpanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehilangan hasil pascapanen padi sebesar
10,93%, dengan rincian pada tahap panen/pemotongan sebesar 0,087%, tahap
penumpukan sebesar 0,55%. tahap pengumpulan sebesar 0,48%, tahap penundaan
perontokan sebesar 0,55%, tahap perontokan sebesar 2,97%, tahap penjemuran sebesar
3,87%, tahap penyimpanan sebesar 0,046% dan tahap penggilingan sebesar 1,09%.
Kehilangan hasil pascapanen padi tergantung agroekosistem dan musim tanam.
Kehilangan hasil pascapanen padi pada musin hujan lebih tinggi dibanding pada musin
kemarau. Kehilangan hasil pascapanen pada lahan irigasi lebih tinggi dibanding pada
lahan tadah hujan. Kehilangan hasil tertinggi pada tahap panen dan perontokan sebesar
2–8%. Metode pengukuran kehilangan hasil pada tahap panen padi dengan metode
papan (0,086–1,57%) lebih akurat dibanding menggunakan metode petak kontrol (10,38-
14,76%). Paket teknologi menekan kehilangan hasil melalui penerapan GMP dituangkan
pada SOP Teknik Pemanenan, SOP Teknik Penjemuran dan SOP Teknik Penggilingan
pada lahan irigasi dan tadah hujan dapat menekan kehilangan hasil pascapanen padi
sebesar 2% pada lahan irigasi dan 5% pada lahan tadah hujan.
D. Penelitian dan Pengembangan Berbasis Kemitraan dan Keperluan Pembangunan
Pertanian Berdasarkan Permintaan
1. Pemanfaatan Minyak Jarak sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah
Kebutuhan bahan bakar yang bersumber dari minyak bumi saat ini meningkat
dengan sangat pesat, sedangkan cadangan minyak bumi terus mengalami penurunan.
Sejak krisis minyak bumi (tahun 1970 dan 1990) akibat meningkatnya harga, perhatian
terhadap perlunya eksploitasi sumber energi terbarukan semakin meningkat. Diantara
berbagai pilihan energi terbarukan, minyak nabati memiliki peranan yang sangat
potensial sebagai alternatif untuk memenuhi meningkatnya kebutuhan bahan bakar.
Salah satu tanaman sumber minyak nabati yang telah mendapat perhatian untuk diteliti
dan dikembangkan di daerah tropika adalah tanaman jarak pagar (Jatropha curcas) yang
dapat tumbuh di lahan kering iklim kering seperti halnya tanaman jarak biasa (Ricinus
communis).
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
31
Kegiatan penelitian ini pada tahun 2006 mencakup (a) karakterisasi sifat fisiko-
kimia minyak jarak pagar hasil ekstraksi biji jarak pagar, (b) pengujian minyak jarak
pagar sebagai bahan bakar kompor, (c) percobaan proses transesterifikasi minyak jarak
pagar pada skala laboratorium dan karakterisasi metil ester yang dihasilkannya. Hasil
karakterisasi sifat fisiko-kimia biji dan biji jarak pagar adalah kadar air biji jarak sebesar
8,55% sehingga minyak yang dihasilkan mengandung kadar air yang rendah sebesar
0,71% sehingga kadar asam lemak bebasnya (FFA) cukup rendah 2,03%. Dengan kadar
FFA yang lebih kecil dari 2,5% proses transesterifikasi minyak jarak pagar dapat secara
langsung dilakukan, tanpa perlu dilakukan netralisasi FFA-nya terlebih dahulu. Dilihat
dari bilangan iodnya 30,32, minyak jarak pagar ini termasuk mudah ditransesterifikasikan
karena bilangan iodnya < 115.
Viskositas minyak jarak pagar seperti halnya minyak nabati lainnya relatif tinggi
(58 cP) sehingga kurang baik digunakan secara langsung sebagai bahan bakar. Rendemen
metil ester kasar hasil proses transesterifikasi berkisar antara 87,92% sampai 88,58%
dengan rendemen gliserol kasar antara 20,33% sampai 25,91%. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa jumlah gliserol yang dihasilkan dari reaksi esterifikasi minyak
nabati umumnya mendekati 20% dari berat minyak yang digunakan sebagai bahan baku.
Viskositas metil ester yang dihasilkan dari kombinasi perlakuan nisbah mol
metanol terhadap minyak dan lama reaksi transesterifikasi berkisar antara 18,5-25,5 cP,
lebih rendah dibandingkan dengan viskositas minyak jarak pagar bahan bakunya (58,0
cP). Turunnya viskositas tersebut merupakan salah satu indikasi reaksi transesterifikasi
telah berjalan, karena penurunan viskositas sangat terkait dengan terkonversinya
trigliserida (minyak) yang berbobot molekul tinggi menjadi metil ester yang berbobot
molekul lebih rendah. Viskositas metil ester semakin menurun dengan semakin tingginya
nisbah mol sampai dengan 6 : 1, yang kemudian meningkat kembali pada nisbah mol
yang lebih tinggi. Viskositas metil ester yang lebih tinggi pada nisbah mol 4 : 1,
menunjukkan reaksi transesterifikasi yang belum sempurna sehingga masih banyak
trigliserida dan produk intermedietnya (mono- dan digliserida) yang tidak terkonversi
menjadi metil ester. Komponen trigliserida dan produk intermedietnya dalam metil ester
akan meningkatkan viskositas. Transesterifikasi merupakan reaksi reversibel yang
memerlukan ekses metanol untuk menggeser kesetimbangan reaksi ke arah pembentukan
ester. Nisbah mol metanol dengan minyak 6 : 1 atau identik dengan ekses metanol 100 %
dibandingkan perhitungan stokiometri merupakan nisbah mol yang paling optimal.
Viskositas yang rendah pada nisbah mol ini mengindikasikan terjadinya konversi yang
tinggi dari trigliserida menjadi metil ester. Viskositas metil ester yang dihasilkan dari
waktu reaksi transesterifikasi selama 30 menit menunjukkan nilai yang terbaik (19,8 cP).
Perpanjangan waktu reaksi transesterifikasi sampai dengan 60 menit tidak dapat
menurunkan viskositas metil ester.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
32
Bilangan asam metil ester yang dihasilkan kombinasi perlakuan nisbah mol
metanol terhadap minyak dan lama reaksi transesterifikasi berkisar antara 0,37-0,62 mg
KOH/g (Gambar 4), lebih rendah dibandingkan dengan bilangan asam bahan bakunya
(4,13 mg KOH/g). Menurunnya bilangan asam ini mengindikasikan terjadinya reaksi
penyabunan selama proses transesterifikasi seperti yang telah diduga sebelumnya.
Bilangan asam yang dihasilkan dari seluruh kombinasi perlakuan memenuhi standar
biodiesel (ASTM D-6751-02) yaitu maksimum 0,8 mg KOH/g.
Minyak tanah mampu merambat dalam sumbu setinggi 13 cm dalam waktu 10
menit. Untuk mendapatkan tinggi perambatan yang sama dengan minyak tanah, metil
ester memerlukan waktu selama 60 menit. Minyak jarak hanya mampu merambat
setinggi 5,6 cm dalam waktu 60 menit. Laju perambatan bahan bakar dalam sumbu
semakin rendah dengan semakin meningkatnya tinggi perambatan. Dari sisi praktis, laju
perambatan akan berkaitan dengan suplai minyak agar sumbu dapat mempertahankan
nyala api. Metil ester memiliki laju perambatan dalam sumbu yang lebih baik
dibandingkan minyak jarak, yang disebabkan oleh lebih rendahnya viskositas metil ester
(18,5-19,0 cP) dibandingkan dengan viskositas minyak jarak (58 cP). Hasil pengujian
minyak jarak pagar, metil ester, dan minyak tanah sebagai bahan bakar dalam lampu
sumbu disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengujian minyak jarak pagar, metil ester dan minyak tanah sebagai bahan
bakar dalam lampu sumbu
Karakteristik pengujian Minyak
jarak pagar
Metil ester
Dari minyak
jarak**)
Minyak
tanah
• Perambatan dalam sumbu
a. Setelah 10 menit
- Tinggi perambatan (cm) 2,6 6,0 13,0
- Laju perambatan (cm/menit) 0,26 0,60 1,3
b. Setelah 30 menit
- Tinggi perambatan (cm) 4,2 10,1 *
- Laju perambatan (cm/menit) 0,14 0,34 *
c. Setelah 60 menit
0
5
10
15
20
25
30
1 : 4 1 : 6 1 : 8
30 menit
45 menit
60 menit
Gambar 18. Pengaruh nisbah mol metanol terhadap minyak dan lama
reaksi transesterifikasi terhadap viskositas metil ester
Nisbah mol metanol/minyak Viskositas (cP)
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
33
- Tinggi perambatan (cm) 5,6 13,0 *
- Laju perambatan (cm/menit) 0,09 0,22 *
• Lama lampu menyala (menit)
a. Tanpa menaikan sumbu 3,0 124,5 263,0
b. Dengan menaikan sumbu * 282,0 *
• Laju konsumsi bahan bakar (ml/menit)
(nyala lampu selama 405 menit) * 0,08 0,09
• Warna api Kuning
kemerahan
Kuning
kemerahan
Kuning
kemerahan
Catatan : *) Tidak diamati
**) Diperoleh dari reaksi 6 mol metanol : 1 mol minyak jarak (volume metanol 20%)
Dengan tanpa menaikan sumbu, lampu berbahan bakar metil ester menghasilkan
waktu nyala (124,5 menit) yang jauh lebih lama dibandingkan dengan minyak jarak yang
hanya dapat menyala selama 3 menit. Minyak jarak tidak dapat digunakan sebagai bahan
bakar lampu sumbu tanpa melakukan modifikasi pada konstruksi lampunya.
Dibandingkan dengan minyak tanah, waktu nyala metil ester masih lebih singkat yang
disebabkan oleh terbentuknya deposit karbon pada ujung sumbu lampu dengan
dibuktikan oleh mengerasnya sumbu. Terbentuknya deposit karbon menyebabkan lampu
lebih cepat mati karena gaya kapiler terlalu kecil untuk dapat menyalurkan minyak
melalui deposit karbon. Berbeda dengan metil ester, ujung sumbu lampu berbahan bakar
minyak tanah tidak mengeras. Perbedaan tersebut diduga berkaitan dengan mekanisme
pembakaran sumbu.
Hasil pengujian minyak jarak pagar dan campurannya dengan minyak tanah
menunjukkan bahwa penggunaan minyak jarak pagar 100% tidak menghasilkan
karakteristik pembakaran yang baik, yang dicirikan dari lama mulai terbakar di burner,
lama nyala api dan warna nyala api serta kendala di kompor tekannya, karenanya tidak
dianjurkan. Pencampuran dengan minyak tanah dengan nisbah minyak tanah 25%
sampai 50% dapat meningkatkan karakteristik pembakarannya. Pencampuran dengan
nisbah minyak tanah 37,5% dan 50% menghasilkan karakteristik pembakaran yang cukup
baik, dengan waktu mendidihkan air antara 5,24-5,30 menit; lebih lama dibandingkan
minyak tanah 100% yaitu 2,58-3,20 menit. Lama nyala api kompor tekan pada volume
bahan bakar dalam kompor 800 ml berkisar antara 61-63 menit untuk campuran minyak
tanah dari 25% sampai 50%, dengan jumlah minyak terpakai antara 333-350 ml;
sedangkan lama nyala api minyak jarak pagar 100% hanya 2 menit untuk volume minyak
terpakai 100 ml. Untuk 100% minyak tanah, lamanya 65 menit, pada volume minyak yang
terpakai 310 ml.
2. Perbaikan Mutu dan Diversifikasi Produk Lada
Untuk meningkatkan nilai ekonomi dan daya saing lada Indonesia di pasar dunia,
perlu dilakukan perbaikan cara pengolahan di tingkat petani sehingga dihasilkan lada
dengan mutu yang konsisten dan sesuai standar ekspor. Sampai saat ini pengolahan lada
putih masih dilakukan secara tradisional dengan cara merendam buah lada di sungai
atau kolam selama 14 hari kemudian diinjak-injak untuk melepaskan kulitnya. Demikian
juga untuk pengolahan lada hitam, proses perontokannya masih dilakukan dengan cara
diinjak-injak dan lada hitam yang dihasilkan warnanya tidak cerah.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
34
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di desa Batuah, Kecamatan Loa Janan,
Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Kegiatan penelitian
dimulai pada tahun 2005 bekerjasama dengan FAO dan IPC (International Pepper
Community), dan juga melibatkan Dinas Perkebunan Provinsi Kaltim dan BPTP Kaltim.
Kegiatan pada tahun 2005 tersebut sebagian besar dibiayai oleh FAO (US $ 9 800) untuk
pembiayaan peralatan pengolahan lada dan operasional kegiatan. IPC disamping
bertindak sebagai Executing Agency dari FAO, juga menyediakan tenaga ahli dalam
bidang Pengawasan Mutu dan Pemasaran serta mendanai sendiri tenaga ahlinya. Dinas
Perkebunan Provinsi Kaltim menyediakan bangunan untuk penempatan unit pengolahan
lada. BB-Pascapanen bertindak sebagai koordinator pelaksana, sumber teknologi
pengolahan dan peralatan, dan penyedia tenaga ahli pengolahan lada. Pada tahun 2006,
kegiatan penelitian tersebut dilanjutkan dengan biaya sepenuhnya dari BB-Pascapanen.
Hasil yang telah dicapai pada tahun 2005 adalah terakitnya unit pengolahan lada
di lapangan dengan kapasitas 0,5 – 7,5 ton/hari. Pada tahun 2006, telah dilakukan
percobaan perbaikan pengolahan lada hitam dan lada putih dengan menggunakan unit
pengolahan tersebut. Paket teknologi pengolahan lada hitam dan lada putih yang
diperoleh dapat menghasilkan lada dengan mutu yang lebih baik daripada lada yang
diproduksi secara tradisional serta dapat memenuhi syarat mutu dari IPC (International
Pepper Community).
Tahapan proses pengolahan lada putih yang direkomendasikan terdiri dari:
pemisahan buah dari tangkai dengan mesin perontok, perendaman buah lada dalam air
selama 5 – 7 hari tergantung dari varietas buah lada (cara tradisional direndam 14 hari,
pemisahan kulit buah dengan mesin pengupas (cara tradisional diinjak-injak), dan
pengeringan dengan dijemur atau dengan mesin pengering pada suhu 60-70°C.
Keunggulan teknologi pengolahan lada putih yang dikembangkan selain proses
pengolahannya lebih cepat, Total Plate Count jauh lebih rendah dari lada putih hasil
pengolahan tradisional, aroma/kadar minyak atsiri lada lebih tinggi (2,5 - 3%), sedangkan
lada putih hasil pengolahan tradisional berbau lumpur dan kadar minyak atsirinya 1 -
2%.
Gambar 19. Bagan alir pengolahan lada putih
Perontokan Perendaman Pengupasan
Perendaman dalam
asam sitrat 2%
selama 11 jam Pengeringan
(Oven) Sortasi
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
35
Tahapan proses pengolahan lada hitam yang direkomendasikan terdiri dari
pemisahan tangkai dengan mesin perontok, blanching pada suhu 80°C selama 2,5 menit
dan pengeringan dengan dijemur atau dengan mesin pengering pada suhu 60-70°C.
Keunggulan teknologi pengolahan lada hitam yang dihasilkan yaitu : prosesnya lebih
higienis, pengeringannya lebih cepat dan efisien serta lada hitam yang dihasilkan lebih
mengkilat.
Dampak dari kegiatan penelitian ini adalah :
1. Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kaltim akan
mereplikasi unit pengolahan tersebut ke lokasi lain.
2. Telah ada perusahaan yang bersedia menjadi mitra, baik sebagai pembeli lada
hasil pengolahan tersebut atau memanfaatkan unit pengolahan tersebut.
3. Teknologi pengolahan lada tersebut telah diadopsi oleh FAO untuk
dikembangkan di Sri Lanka
3. Teknologi Pengolahan Pasta Tomat dan Cabai (dukungan kerjasama dengan Pemda
Kab. Garut)
Produksi sayuran di Indonesia mengalami kenaikan sekitar 10,8% yaitu dari 3 juta
ton menjadi 4,1 juta ton pada tahun 2002 (BPS, 2003). Impor cabe kering jauh lebih besar
dan ekspor cabe kering yakni lebih kurang 15 : 2 selama 5 tahun (Tahun 1994 –1998).
Indonesia mengimpor 15.492.234 kg cabe kering senilai $ 11.752.172. Industri pengolahan
Gambar 20. Bagan alir pengolahan lada hitam
Perontokan Blanching
Pengeringan
Sortasi Produk lada hitam
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
36
saos di Indonesia umumnya menggunakan pasta tomat import sebagai bahan baku
pembuatan saos tomat. Impor pasta dan puree tomat mencapai 5.956.578 kg dengan nilai
3.812.606 US$, sedangkan produk saos mencapai angka impor 22.179 kg dengan nilai
26.575 US$ (Anonymous, 2004).
Ketiadaan industri pasta tomat lokal dan tingginya harga pasta tomat impor,
menyebabkan hanya industri saos berskala besar saja yang benar-benar menggunakan
tomat sebagai bahan baku dalam pembuatan saos tomat. Industri kecil dan menengah
mensiasati kelangkaan pasta tomat dengan menggunakan bahan lain untuk membuat
saos, diantaranya labu, pepaya, dan tepung tapioka. Akibatnya terjadi penggunaan
pewarna sintetis untuk mendapatkan warna merah saos tomat.
Pada tahun 2006 telah selesai modifikasi komponen pilot pengolahan basah tomat
sehingga dihasilkan dari bubur tomat 10oBrix menjadi pasta medium tomat 14oBrix.
Komponen pilot yang dimodifikasi antara lain pulper dan evaporator dengan melalui
beberapa tahapan untuk mendapatkan efisiensi waktu dengan mencoba
mengkombinasikan berbagai kelengkapan komponen yang sudah ada di STA
sebelumnya. Dengan demikian waktu proses yang semula dibutuhkan kira-kira 35 jam
untuk membuat pasta tomat dapat ditekan menjadi hanya 12 jam.
Tahapan pengolahan bubur tomat adalah : tomat dari petani � disortasi dan
degrading dalam STA � diperam di dalam VECSR menggunakan Ethrel � diblanching
� diblender � disaring � diproses dalam tangki berjaket � pasta dipateurisasi �
pembotolan dangan hot filling. Tahapan pengolahan pasta Medium tomat adalah tomat
dari petani � disortasi dan degrading dalam STA � diperam di dalam VECSR
menggunakan Ethrel � diblanching � diPulper yang dilengkapi dengan penyaring �
dievaporasi menggunakan evaporator dengan Exhousted blower � Pasta medium
dipasteurisasi � pembotolan dengan hot filling.
Pada tahun 2006 juga dilaksanakan juga penelitian skala pilot untuk mendapatkan
Chilli-Powder (Chilpo) dan Capsio Mild (pasta cabe) yaitu mulai dari cabe diperam terlebih
dahulu sebelum diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan warna alami yang lebih baik.
Berdasarkan hasil analisa capsaisin dengan menggunakan HPLC ternyata kadar capsaisin
dari pasta kering (chilpo) cabe rawit dan cabe keriting relatif sama dan lebih tinggi
dibandingkan dengan cabe besar merah.
Berdasarkan hasil uji organoleptik terhadap warna, penampakan dan kegemaran,
terlihat bahwa pasta kering (chilpo) cabe keriting adalah yang paling digemari
dibandingkan dengan cabe besar atau cabe rawit. Tepung cabai ini merupakan bahan
baku (intermediate product) untuk pembuatan bumbu lain atau pasta cabai setelah
dilarutkan di dalam air dengan perbandingan 1 :3 = 1 kg chilpo : 3 liter air, akan menjadi
pasta yang juga sebagai intermediat produk untuk teknologi pengolahan saos yang
bermacam-macam sesuai dengan selera.
Tahapan pengolahan Chilpo cabe adalah cabe dari petani � diperam dalam
VECSR menggunakan ethrel � diblanching � dikeringkan dalam TFAD � ditepungkan
� pengemasan Chilpo dimasukkan di dalam botol plastik secara aseptis menggunakan
silika gel. Sedangkan tahapan pengolahan capsio mild cabe adalah cabe dari petani �
diperam dalam VECSR menggunakan ethrel � diblanching � dikeringkan dalam TFAD
� ditepungkan � chilpo diblanding dengan air (satu bagian chilpo : tiga bagian air)
dengan pasteurisasi � pengemasan dengan dimasukkan di dalam botol gelas secara
aseptis menggunakan hot filling.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
37
4. Penelitian dan Pengembangan Produk Gula Cair dari Pati Kasava
Kebutuhan gula nasional Indonesia mencapai 3,3 juta ton per tahun, sementara
produksi dalam negeri hanya 1,7 juta ton atau 51,51% dari kebutuhan nasional. Guna
memenuhi kekurangan gula di dalam negeri, perlu diupayakan alternatif bahan pemanis
lain sebagai substitusi gula tebu. Salah satu alternatif adalah pembuatan pemanis dari
bahan pati berupa sirup glukosa dan fruktosa. Industri yang memanfaatkan glukosa dan
fruktosa antara lain industri makanan seperti kembang gula, minuman, jamu, biskuit dan
farmasi. Kasava (ubikayu) merupakan salah satu sumber pati yang potensial untuk
dikonversi menjadi gula.
Sirup glukosa atau sering juga disebut gula cair mengandung D-glukosa, maltosa,
dan polimer D-glukosa yang dibuat melalui proses hidrolisis pati secara enzimatis atau
kimia. Perbedaannya dengan gula tebu (sukrosa), yaitu sukrosa merupakan gula
disakarida, terdiri atas ikatan glukosa dan fruktosa, sedangkan sirup glukosa adalah
monosakarida terdiri atas satu monomer yaitu glukosa. Pengolahan sirup glukosa dengan
cara enzimatis cocok untuk dikembangkan di perdesaan, karena teknologinya relatif
sederhana dan enzim amilase yang dibutuhkannya mudah diperoleh.
Kegiatan penelitian pengolahan glukosa cair dari pati kasava secara enzimatis
dimulai pada tahun 2005 pada skala laboratorium. Pada penelitian skala laboratorium
telah diperoleh optimasi proses pengolahan glukosa cair. Rendemen glukosa cair 70%
dari pati basah atau 93% dari pati kering. Rendemen pati kering (tapioka) dari ubi kayu
berkisar 15 - 25%. Pada tahun 2006, dilakukan penyempurnaan teknologi produksi sirup
glukosa, dan penerapan teknologi pengolahan sirup glukosa di sentra tapioka di
Lampung. Keuntungan implementasi teknologi gula cair di sentra produksi tapioka dapat
menghemat biaya pengeringan pati tapioka, karena bahan baku untuk produksi gula cair
dapat berupa pati basah.
Perbaikan sistem pemanasan dengan mengganti energi listrik yang telah
digunakan pada bioreaktor sebelumnya (tahun 2005) dengan bahan bakar gas dapat
mengurangi konsumsi energi 25%. Sistem penyaringan paling efisien ditunjukkan oleh
penggunaan filter press. Harga filter press yang relatif murah dan kapasitas penyaringan
yang besar memungkinkan alat tersebut dapat diaplikasikan untuk skala pedesaan
dengan kapasitas sampai 2 ton/hari. Uji penerimaan dilakukan di Desa Adirejo
Pekalongan Lampung Timur. Skala produksi yang diterapkan 100 liter dan mendapat
respon yang baik. Berdasarkan analisis finansial, produksi sirup glukosa ini layak untuk
dilakukan. Demikian juga untuk perhitungan finansial produksi sirup glukosa skala 2-20
ton/hari mempunyai NPV positif, B/C ratio 1,2 dan pengembalian modal sesudah 2 tahun
1 bulan.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
38
Selain penelitian sirup glukosa, pada tahun 2006 juga dilakukan penelitian untuk
mendapatkan teknologi produksi tepung gula kasava dan optimasi proses produksi sirup
fruktosa. Proses likuifikasi untuk produksi tepung kasava (enzim 1,0 ml/kg pati kering,
waktu 60 menit, substrat 30%), sakarifikasi (enzim 1,0 ml/kg, waktu 48 jam) dan proses
penetralan dengan penambahan arang aktif 0,5%. Proses menjadi tepung, dibutuhkan
waktu kristalisasi 12-24 jam pada suhu ruang dengan produk berwarna putih dan tekstur
yang lunak. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa tingkat kemanisan produk jelly
dengan gula kasava tidak berbeda secara signifikan dibandingkan penggunaan gula
pasir, dan layak dipakai sebagai substitusi gula pasir.
Pada kegiatan optimasi proses produksi sirup fruktosa, proses isomerisasi glukosa
menjadi fruktosa dilakukan dengan menggunakan enzim glukosa-isomerase pada kondisi
rendah oksigen. Berdasarkan uji tingkat kemanisan secara kualitatif menunjukkan bahwa
konsentrasi enzim glukosa-isomerase 1,5% menghasilkan kemanisan paling tinggi pada
waktu reaksi 24 jam dan suhu 50oC, dengan komposisi glukosa 49,85% dan fruktosa
48,75%.
Gambar 22. Bioreaktor dan produk sirup glukosa
Gambar 21. Tahapan proses pembuatan sirup glukosa
Sakarifikasi
48 jam
Pemanasan Pendinginan dan
Penyaringan
Penguapan (700C)
Sirup Glukosa 450 brix (28kg)
Amiloglukosidase 1% (24 ml)
α - amilase 1% (24 ml)
Air 80 liter
60 menit
Arang Aktif (150 g)
Bubur
Pati
Pati Kasava (40 kg dengan kadar
air 40%)
Likuifikasi Pemanasan
(950C)
Pendinginan (600C)
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
39
D. Pengembangan Sistem Informasi, Komunikasi, Diseminasi, Dan Umpan Balik
Inovasi Teknologi Pascapanen
1. Diseminasi dan Pendayagunaan Hasil Penelitian Pascapanen Pertanian
Pada tahun 2006 ini, Jurnal Pascapanen Volume III No 1 siap cetak, sedangkan
untuk No 2 masih dalam tahap editing. Buletin pada tahun 2006 hanya akan terbit 1
nomor dengan 10 naskah yang saat ini masih dalam tahap editing. Bentuk publikasi lain
yang dilakukan pada tahun 2006 adalah: Buku pedoman pengolahan dan beberapa
publikasi lainnya yang terdiri dari : Pedoman Pengolahan Sagu, Nilam, Jeruk, Mangga,
Renstra BB Pascapanen, Resep Hasil Lomba Aneka Tepung, Laporan Tahunan 2004 dan
2005, dan Profil BB-Pascapanen.
Seminar rutin sebanyak 12 kli sudah dilaksanakan pada tahun 2006. Seminar rutin
yang diselenggarakan pada tahun 2006 merupakan media komunikasi bagi para peneliti
untuk menyampaikan dan mendiskusikan hasil penelitiannya. Makalah terpilih hasil
seminar rutin sebagai bahan untuk Jurnal Pascapanen dan Buletin Teknologi Pascapanen
Pertanian maupun penerbitan lainnya. Materi seminar rutin adalah hasil penelitian
Balitpasca dan BB-Pascapanen sejak 2002-2005, dan beberapa topik penelitian terkait
teknologi pascapanen. Wahana seminar rutin juga ditujukan bagi para calon peneliti
untuk memulai kegiatan komunikasi ilmiah sesama peneliti. Untuk menambah masukan
bagi para pemakalah, maka pada seminar rutin juga diundang para peneliti dari Balit
lingkup Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, BP2TP dan BPTP terdekat.
Untuk tahun 2006, BB Pascapanen telah mendaftarkan 3 buah paten di Ditjen
Haki yaitu :
• Proses Purifikasi Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Berbasis Teknologi
Membran Ultrafiltrasi, No. S00200600206.
• Formula Sanitizer untuk Menghilangkan Kontaminan Mikroba dan Residu
Pestisida pada Sayuran Segar, No. S00200600207.
• Proses Pembuatan Minuman Isotonik Alami Air Kelapa Berbasis Teknologi
Membran Ultrafiltrasi, No. S00200600208.
Gambar 23. Beberapa publikasi BB-Pascapanen pada tahun 2006
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
40
Selain ketiga paten tersebut, satu paten lainnya yaitu : Formula penghilang pahit
pada jus jeruk didaftarkan patennya melalui KP Kiat. Untuk merek telah didaftarkan
satu merek yaitu Syva.
Pelaksanaan Pameran
a. Pameran Agro and Food
Pada kesempatan pameran Agro and Food tahun 2006, materi yang ditampilkan
oleh BB Pascapanen meliputi : a). Pemanfaatan Kasava : aneka olahan tepung kasava,
gula dan sirup kasava; b). Teknologi pembuatan mi sagu; c). Teknologi pembuatan sari
jeruk murni.
b. Pameran dalam rangka FAO-RAPA
Pameran FAO-RAPA dilaksanakan di Hotel Shangrila, Jakarta pada tanggal 18-19
Mei 2006 sebagai rangkaian dari kegiatan pertemuan negara-negara anggota FAO se Asia
Pasifik. Pertemuan tersebut dibuka langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono
yang juga berkesempatan meninjau langsung pameran tersebut. Materi yang ditampilkan
oleh BB Pascapanen pada pameran yang bertema : ”Energi yang terbarukan, ketahanan
pangan dan peningkatan kesejahteraan petani” adalah : model agroindustri padi terpadu,
teknologi gula kasava, teknologi mi sagu, pengolahan lada, minyak kelapa murni, dan
minuman isotonik air kelapa.
Gambar 24. Suasana Stand Badan Litbang pada Pameran Agro and Food Expo 2006
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
41
c. Pameran dalam rangka konferensi kelapa
Dalam rangka Konferensi Nasional Kelapa ke-6 di Gorontalo pada tanggal 16-18
Mei 2006, BB-Pascapanen ikut berpartisipasi dengan menampilkan teknologi pengolahan
minyak kelapa murni dan minuman isotonik air kelapa.
d. Pameran dalam rangka Lokakarya Beras di Bulog
Pameran pada acara Lokakarya Nasional bertajuk ”Peningkatan daya Saing Beras
Nasional Melalui Perbaikan Kualitas” berlangsung 13 – 14 September 2006 di Bulog.
Materi yang dipamerkan antara lain: kompor sekam, produk olahan mi sagu,
agroindustri padi, agroindustri kasava, VCO, olahan tepung kasava dan olahan tepung
pisang.
e. Pameran dalam rangka Gelar TTG nasional VIII di Pontianak
Gelar Teknologi Tepat Guna ke VIII di Pontianak pada tanggal 2-6 September 2006
diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa,
Departemen Dalam Negeri yang bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan
Barat. Acara Gelar Teknologi Tepat Guna dibuka pada tanggal 2 September 2006 oleh
wakil Presiden Bapak Yusuf Kalla, sedangkan penutupan dilakukan oleh Gubernur
Kalimantan Bara H. Usman Jafar pada tanggal 6 September 2006. Adapun materi yang
ditampilkan antara lain: aneka olahan dari tepung kasava, teknologi gula kasava,
teknologi bunga kering, model agroindustri padi terpadu, teknologi minyak kelapa
murni, teknologi sari jeruk murni dan teknologi pemanfaatan minyak jarak sebagai
pengganti minyak tanah.
f. Pameran dalam rangka Konferensi Ristek di Bandung
Rakornas Ristek dan Pameran Gelar Teknologi Ristek 2006 dilaksanakan selama
dua hari tanggal 22 sampai 23 November 2006, bertempat di Gedung Sasana Budaya
Ganesa (Sabuga) Bandung. Pameran Gelar Teknologi Ristek diikuti oleh 36 peserta yang
terdiri dari litbang pemerintah pusat, litbang daerah, litbang BUMN, litbang swasta,
Gambar 25. Materi BB Pascapanen pada Pameran dalam Rangka FAO-RAPA
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
42
perguruan tinggi negeri dan swasta. Pameran bisa menjadi salah satu indikator penting
perkembangan teknologi di Indonesia saat ini.
g. Pameran dalam rangka Expose Hortikultura di Taman Mini, Jakarta
Pameran diselenggarakan selama tiga hari mulai tanggal 23 – 25 November 2006
bertempat di Musium Purna Bhakti Pertiwi Taman Mini Jakarta. Materi pameran yang
ditampilkan antara lain teknologi pengolahan pisang, teknologi pengolahan puree buah-
buahan, teknologi pengolahan sari buah jeruk, teknologi pewarnaan bunga sedap malam,
teknologi bunga kering dan teknologi FIR.
Gambar 26. Kunjungan Kepala Badan Litbang Pertanian di Stand
Litbang Pertanian pada Pameran Ristek
Gambar 27. Ibu Yusuf Kalla didamping Menteri Pertanian beserta Ibu
pada peresmian Expose Hortikultura (Nopember 2006)
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
43
h. Pameran Hari Pangan Sedunia Ke XXVI
Penyelenggaraan peringatan Hari Pangan Sedunia merupakan konsekuensi
keiikutsertaan Indonesia sebagai anggota FAO. Kegiatan pameran dalam rangka
peringatan HPS baru dilaksanakan pada tanggal 26-29 November 2006 bertempat di
Lapangan Karebosi, Makasar. Adapun materi yang ditampilkan oleh BB Pascapanen pada
pameran HPS adalah : teknologi pengolahan mi sagu, teknologi pembuatan kacang
tunggak, teknologi beras iodium, dan aneka olahan kasava.
i. Pameran Mekanisasi Pertanian
Pameran diadakan dalam rangka menyemarakkan Seminar Nasional Mekanisasi
Pertanian dan Kongres Luar Biasa Perteta yang dilaksanakan pada tanggal 29-30
Nopember 2006. BB-Pascapanen memperagakan pembuatan mie sagu. Produk poster
yang ditampilkan antara lain teknologi pengolahan puree mangga, mi sagu, jarak pagar,
bunga kering, minyak kelapa murni, serta buku-buku yang telah diterbitkan.
j. Pameran dalam rangka Agroindustrial Day
Pameran ini diselenggarakan ole Program Studi Teknologi Industri Pertanian, IPB.
BB-Pascapanen menampilkan poster dan produk pengolahan tepung kasava, gula kasava,
tepung pisang, puree mangga, mie sagu, bunga kering, dan minyak kelapa murni.
Kegiatan Diseminasi Lainnya
a. Pelatihan/Magang
Pelatihan atau magang yang telah dilaksanakan pada tahun 2006, umumnya
merupakan permintaan dari para pengguna atau peminat teknologi. Beberapa
permintaan pelatihan yang dilakukan pada tahun 2006 adalah : (1) Pelatihan Pengawetan
Bunga Segar yang dilakukan bekerjasama dengan Trubus. Kegiatan ini dilakukan
sebanyak 2 kali yaitu pada bulan September bertempat di Trubus dan pada bulan
November bertempat di Museum Purnabakti Pertiwi, Taman Mini.; (2) Pelatihan Aneka
Olahan Buah yang juga bekerjasama dengan Trubus berlangsung pada bulan September
2006; (3) Teknologi Olahan Lidah Buaya pada bulan November 2006, Taman Mini dan
Teknologi Olahan Daging pada bulan Desember 2006 di Museum Purnabakti Pertiwi.
Gambar 28. Kepala BB-Pascapanen sedang menjelaskan kepada
Menteri Pertanian mengenai Tempe Kacang Tunggak
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
44
Selain pelatihan tersebut masih banyak pelatihan lain yang diadakan di BB
Pascapanen yaitu :
1. Pelatihan Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni, Produk samping dan
Turunan diikuti oleh peneliti dari BPTP NTT, BPTP Sulawesi Tenggara ( 5 orang)
2. Pelatihan HACCP Mendukung Pengembangan Usaha dan Pemasaran Tanaman
Pangan dan Hortikultura pesertanya dari Dinas Agribisnis Kota Bogor ( 25 orang)
3. Pelatihan Pengolahan Buah dan Sayuran pesertanya dari Dinas Agribisnis dan
Hortikultura Sumatera Selatan ( 15 orang)
4. Pelatihan Pembuatan Sirup Glukosa pesertanya BPTP (8 orang)
5. Studi Banding dari petani Binaan Dinas Perkebunan Riau (11 orang)
b. Mengisi Acara Karedok di Radio Pertanian Ciawi
Adapun materi yang telah disampaikan yaitu : Teknologi Pengolahan Pasta Tomat
dan Manfaatnya, Teknologi Kompor Sekam, Teknologi Minyak Atsiri, Teknologi Olahan
Daging, Teknologi Pewarnaan Bunga, Teknologi Puree Mangga, dan Teknologi
Pemanfaatan Kasava.
c. Mengisi Acara Dialog Interaktif di TVRI
Pada tahun 2006, BB Pascapanen mendapat kesempatan untuk mengisi acara
Dialog Interaktif di TVRI. Acara ini merupakan kerjasama Badan Litbang Pertanian
dalam hal ini Pustaka dengan Pihak TVRI.
2. Sosialisasi Teknologi dan Promosi Hasil Penelitian Pascapanen Pertanian
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi teknologi dan promosi hasil penelitian
pascapanen tahun anggaran 2006, meliputi (1) Sosialisasi teknologi dalam rangka promosi
yang sebagaian besar dilaksanakan melalui presentasi teknologi, peran aktif peneliti pada
pertemuan pengembangan komoditas dengan Direktorat Jenderal Teknis, dan Pelatihan
teknologi di lokasi pengguna, (2) Peragaan/Gelar Teknologi/Temu Bisnis, dan (3)
Pembuatan publikasi berupa leaflet dan poster teknologi sebagai pendukung promosi.
Sosialisasi Teknologi Pascapanen dalam Rangka Promosi
Kegiatan sosialisasi teknologi pascapanen merupakan kegiatan promosi untuk
pengenalan institusi BB-Pascapanen dan hasil penelitiannya kepada stakeholders dan
beneficiaries melalui tatap muka atau presentasi dan pertemuan-pertemuan. Topik
presentasi adalah profil institusi yang telah mencakup informasi tentang BB-Pascapanen
dan hasil hasil penelitian serta bentuk-bentuk kerja sama yang mungkin dapat dibangun
dalam mengembangkan agribisnis. Terkait dengan potensi spesifik suatu daerah, maka
presentasi dapat ditambah dengan teknologi pascapanen yang memiliki peluang untuk
dikembangkan di daerah tersebut. Kegiatan sosialisasi teknologi yang dilaksanakan pada
tahun 2006 meliputi:
a. Sosialisasi Teknologi dengan Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Karawang, tanggal 12 Januari 2006 di Laboratorium Karawang.
b. Sosialisasi Teknologi Pascapanen pada Sinkronisasi Program Ditjen PPHP
berlangsung di Yogyakarta, tanggal 23-24 Maret 2006.
c. Sosialisasi Teknologi pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian
Provinsi Maluku Utara, tanggal 27 Maret 2006.
d. Sosialisasi Teknologi di Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
45
e. Sosialisasi dan Koordinasi Pengembangan Industri Pengolahan Buah di Mamuju
Sulawesi Barat
f. Nara Sumber pada Pelatihan Pendampingan Usaha Pengolahan Produk Peternakan di
Merauke, tanggal 24-25 Agustus 2006.
g. Sosialisasi melalui TOT Pengolahan Hasil Bagi Penyuluh tanggal 29-30 Juli 2006 di
Malang atas permintaan Balai Besar Diklat Agribisnis Tanaman Pangan dan Tanaman
Obat.
h. Peran Serta pada Pelatihan Usaha Ternak Kelinci Jawa Barat, tanggal 13-14 September
2006 di Pangalengan, Kabupaten Bandung.
i. Peran Serta pada Sinkronisasi Pengembangan Pisang bersama Direktorat Buah, Ditjen
Hortikultura tanggal 11-14 Oktober 2006 di Mataram.
Promosi dan Gelar Teknologi/Temu Bisnis
a. Gelar Teknologi Pengolahan Buah Jeruk di Citrus Center, Tebas, Sambas.
Gelar teknologi penanganan segar dan pengolahan jeruk menjadi bagian penting
dari Ekspose Agribisnis Jeruk yang dilaksanakan tanggal 4 Mei 2006. Kegiatan tersebut
mengangkat tema “Mengantisipasi Booming Produksi Jeruk Nasional Melalui Pengembangan
Industri Penanganan Dan Pengolahan Hasil”. Acara dihadiri oleh Menteri Pertanian,
Gubernur Kalimantan Barat, Bupati Sambas. Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Jeruk
di Citrus Center tersebut telah menarik minat beberapa kabupaten penghasil jeruk siam
untuk melakukan kerja sama, antara lain yang sudah mengawali pembicaraan adalah
kabupaten Tarakan, Kalimantan Timur dan provinsi Kalimantan Selatan.
b. Peragaan Teknologi Pengolahan Tepung Kasava dan Pelatihan Tutor Rumah Pintar
Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan arahan Menteri Pertanian untuk
melaksanakan peragaan teknologi dan paket pelatihan bagi tutor Rumah Pintar. Rumah
Pintar adalah sebuah rumah gagasan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB).
Kegiatan pelatihan dilaksanakan bekerja sama dengan SIKIB, bertujuan untuk
memberikan pelatihan kepada tutor agar mampu mengembangkan pembuatan tepung
kasava dan pemanfaatannya dalam upaya pengembangan potensi lokal desa Cipambuan,
Gambar 29. Menteri Pertanian dan Dirjen Hortikultura sedang menerima
penjelasan Ka BB-Pascapanen tentang pengolahan sari murni dan jus
jeruk siam
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
46
kecamatan Babakan Madang, kabupaten Bogor. Salah satu potensi lokal tersebut adalah
singkong atau kasava. Rangkaian kegiatan berlangsung pada tanggal 24 - 29 Juni 2006.
c. Gelar Teknologi Pengolahan Mete
Kegiatan Gelar Teknologi dilaksanakan pada 20 September 2006, bertempat di
Dusun Taman, Desa Ketapang Laok, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang. Model
Agroindustri Mete Terpadu dari BB-Pascapanen diimplementasikan dalam bentuk Unit
Pengolahan Hasil (UPH) Kacang Mete. Pembangunan UPH tersebut merupakan realisasi
dari kerja sama ‘Pengembangan Model Agroindustri Mete Terpadu Berkualitas Ekspor’
Gambar 30. Para tutor foto bersama Ibu Rossi Anton Apriyantono, Kadis Pertanian
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bogor, pelatih, dan artis yang
berkunjung ke pelatihan. Gambar berikutnya pengajar dari
BB-Pascapanen sedang memberikan teori
Gambar 31. Ibu Ani Yudhoyono sedang berdialog dengan Tutor yang
memeragakan hasil pelatihan pembuatan tepung kasava
dan pemanfaatannya pada Kunjungan Presiden beserta
Ibu Ani Yudhoyono di Rumah Pintar
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
47
antara BB-Pascapanen dengan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur. Gelar Teknologi
diselenggarakan bersamaan dengan peresmian UPH Kacang Mete tersebut.
Gelar teknologi dan peresmian dihadiri oleh Bupati Kabupaten Sampang H.
Fadhilah Budiono, Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Sampang, Muspida
Kab. Sampang, BB-Pascapanen, Perwakilan dari BPTP Jawa Timur, Perwakilan dari
Disbun Propinsi Jawa Timur dan tokoh masyarakat serta para petani dan perwakilan
kelompok tani.
UPH yang dikembangkan oleh kelompok tani dan dikelola oleh koperasi
mengerjakan pengolahan gelondong mete mulai dari proses pengukusan, pengeringan,
pengacipan, pelepasan lapisan aleuron, pembersihan dan pengemasan. Dalam
perkembangannya masih dibutuhkan beberapa fasilitas seperti pergudangan dan
perluasan ruang kerja.
d. Sosialisasi Dan Pameran Pengolahan Pisang di Lokasi Eks PLG, Kalimantan Tengah.
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 30-31 Agustus 2006, bersamaan dengan
panen perdana padi dan temu wicara petani dengan Presiden.
e. Gelar Teknologi Mi Sagu di Kawasan Timur Indonesia
Kegiatan Gelar Teknologi Mi Sagu dilaksanakan terkait dengan Peringatan Hari
Pangan Sedunia (HPS) Provinsi Papua pada tanggal 18 Oktober 2006 di Jayapura.
Pelaksanaannya berkoordinasi dengan BPTP Papua, Dinas Pertanian kabupaten Jayapura
dan Seksi Seminar Panitia HPS Provinsi Papua. Gelar Teknologi dan Seminar ini
merupakan bagian dari rangkaian kegiatan peringatan HPS XXVI Provinsi Papua.
Gambar 32. Kunjungan Bupati Sampang pada acara Gelar Teknologi dan
peresmian UPH Kacang mete
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
48
f. Gelar Teknologi Pengolahan Puree Mangga di Cirebon
Kegiatan dilaksanakan bekerja sama dengan Pemda Kabupaten Cirebon,
berlangsung di Kantor Bupati Cirebon, tanggal 19 Desember 2006. Acara dibuka oleh
Bupati Cirebon.
Pencetakan publikasi pendukung promosi
a. Leaflet teknologi pascapanen.
Seri leaflet baru tahun 2006 yang merupakan perbaikan dari terbitan tahun 2005
yang telah dibuat dan masing-masing tersedia 1000 eksemplar adalah sebagai berikut:
1. Teknologi tepung kasava
2. Teknologi gula kasava (sirup dan tepung glukosa)
3. Model agroindustri padi terpadu
4. Pemanfaatan sekam segar untuk bahan kompor
5. Proses pengolahan tepung sukun
6. Pemanfaatan kacang tunggak
7. Teknologi tepung labu kuning
8. Mi eksotik
9. Teknologi ekstraksi minyak nilam
10. Teknologi pengolahan minyak kelapa murni
Gambar 33. Kunjungan Asda II Provinsi Papua dan para peserta Seminar saat
Gelar Teknologi
Gambar 34. Bupati Cirebon sedang membuka selubung tanda peresmian dan
kunjungan di Pabrik Mini Puree Mangga
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
49
11. Teknologi pengolahan gelondong mete
12. Pascapanen kelinci (daging)
13. Pascapanen kelinci (kulit bulu)
14. Teknologi minyak melati
15. Sayuran kering dengan teknologi far infra
16. Teknologi puree buah-buahan
17. Pewarnaan bunga sedapmalam
18. Teknologi pasta tomat
19. Teknologi bunga kering
b. Poster teknologi
- Teknologi pengolahan mi sagu
- Teknologi pembuatan beras Iodium
- Pemanfaatan kacang tunggak
- Pengolahan tepung pisang
- Pohon industri mete
- Pengolahan biji kacang mete
- Jarak sebagai pengganti minyak tanah
- Pemanfaatan sekam segar untuk bahan bakar kompor
c. Profil BB-Pascapanen dalam Kemasan CD
3. Lokakarya Nasional Teknologi Pascapanen
Lokakarya telah diselenggarakan di Auditorium Dr. Ismunadji, Jl. Tentara Pelajar
No. 3, Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor pada tanggal 12 September 2006,
yang membahas peran teknologi pascapanen dan sistem keamanan pangan dalam
meningkatkan nilai tambah hasil pertanian (khususnya produk nabati). Lokakarya
Nasional dibuka oleh Kepala Badan Litbang Pertanian mewakili Menteri Pertanian dan
dihadiri oleh Diputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan
POM, dan Sekjen JIP.
Gambar 35. Kepala Badan Litbang Pertanian sedang menyampaikan keynote speech
Menteri Pertanian pada pembukaan Lokakarya Nasional, dan Sekjen
JIP sedang memimpin Diskusi Panel
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
50
4. Pemantauan dan Pembinaan Kegiatan Kerjasama
Kegiatan kerja sama kemitraan harus didahului dengan adanya kesepakatan dan
kesepahaman antara pihak-pihak yang akan melaksanakan kerja sama dan diwujudkan
dalam bentuk nota kesepakatan (MOU). Secara teknis kegiatan yang dikerjasamakan
akan mengikuti kerangka acuan (TOR) yang ditetapkan bersama. Rekapitulasi kegiatan
kerja sama tahun 2006 yang telah memasuki fase pemantauan dan pembinaan dalam
pengelolaan kerja sama adalah seperti tertera pada Tabel 3.
Tabel 3. Daftar kegiatan kerja sama tahun 2006 yang telah memasuki phase
Pemantauan dan pembinaan
No Kegiatan kerjasama model Mitra Dasar
Kerja sama
1
2
3
4
5
6
7
Teknologi Pengolahan Minyak
Kelapa Murni (VCO). Cianjur.
Teknologi pengolahan puree
mangga. Kab.Cirebon.
Teknologi Tepung Kasava
Tegineneng, Lampung
Teknologi Pengolahan Minyak
Melati. Yogyakarta
Teknologi pengolahan Mie
Sagu. Sulawesi Selatan
Teknologi Mete Terpadu
Sampang , Madura
Pengembangan Manajemen
Mutu Penanganan Susu Sapi
Lokasi: Kec. Cisarua, Kab.
Bandung
Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kab. Cianjur dan
Koperasi Mutiara Baru
Dinas Pertanian dan Perkebunan
Kab. Cirebon dan CV Promindo
Utama,
Industri Tepung Tapioka Rakyat
(Ittara) Supar, dan PT Sentra
Food Indonusa
PT Rezeki Fortuna Andama,
Jakarta
Dinas tanaman pangan Kab.
Luwu Utara dan BPTP Sulawesi
Dinas Perkebunan Prov. Jatim
dan Dinas Hutbun Kab.
Sampang
Koperasi susu Lembang Jawa
Barat
MOU
MOU
MOU
MOU
MOU
MOU
Berita acara
5. Penjaringan Mitra dan Pengelolaan /Manajemen Kerjasama Penelitian
Kerja sama Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Lada.
Penelitian dan pengembangan Pengolahan Lada merupakan kegiatan yang
bermitra dengan Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Kertanegara, Kaltim dan Dinas
Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur. Naskah kesepahaman (MoU) kerjasama telah
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
51
ditandatangani tgl. 16 Mei 2006 dan akan ditindak lanjuti dengan penyusunan Kerangka
Acuan (TOR) kegiatan dengan topik teknologi penanganan dan pengolahan lada secara
semi-mekanis, penerapan GMP serta diversifikasi produk lada dalam usaha
mengembangkan produk lada Kaltim. Inisiasi kerja sama sebenarnya telah dimulai tahun
2005, melalui kerja sama dengan FAO dan IPC (International Pepper Community).
Kerja sama Pengembangan Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni (VCO)
Maluku Utara.
Pengembangan Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni (VCO) Maluku
Utara yang dilaksanakan BB Pascapanen mempunyai mitra Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Prop. Maluku Utara dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Halmahera Utara, Prop. Maluku Utara. Naskah kesempahaman (MOU) telah
ditandatangani tanggal 3 Mei 2006.
Kegiatan Kerja sama (Alih Teknologi) Pengolahan Makanan dan Minuman
Kerjasama (Alih Teknologi) Pengolahan Makanan dan Minuman yang dilakukan
BB Pascapanen bermitra dengan Dinas Agribisnis Kota Bogor. Naskah kesepahaman telah
ditandatangani pada bulan Juni 2006 dan akan ditindaklanjuti dengan penyusunan
kerangka acuan kegiatan yang lebih rinci untuk kegiatan 2006/2007.
Kerjasama Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengolahan Pasta Cabai dan
Tomat
Naskah kerja sama penelitian dan pengembangan Teknologi Pengolahan Pasta
Cabai dan Tomat telah ditandatangani pada tanggal 12 Mei 2006, dengan mitra Dinas
Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kab. Garut. Kegiatan yang telah
dilakukan adalah uji coba produksi, modifikasi alat, supervisi/pengawalan teknologi dan
pelatihan.
Kerja sama Pengembangan Teknologi Pemanfaatan Sekam Padi
Naskah Kerjasama pengembangan teknologi pemanfaatan sekam padi antara BB-
Pascapanen dengan Dinas Pertanian, kehutanan dan perkebunan Kabupaten Karawang
telah ditandatangani pada tanggal 16 Februari 2006, dengan ruang lingkup kerjasama
meliputi pengembangan dan sosialisasi teknologi pemanfaatan sekam padi untuk bahan
bakar kompor sekam, dan pemanfaatan lainnya.
Kerja sama pengembangan (Scaling up) teknologi pengolahan minyak kelapa murni
(VCO) dengan PT Surya Alam Global
Kerja sama pengembangan teknologi pengolahan minyak kelapa murni (VCO)
dengan PT Surya Alam Global yang telah ditandatangani 8 Agustus 2006 bertujuan untuk
melakukan scaling up teknologi pengolahan minyak kelapa murni yang dihasilkan oleh
Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, dan akan dilaksanakan di lokasi PT Surya
Alam Global, Sumatera Utara.
Kerja sama penelitian penyimpanan beras pecah kulit dengan International Rice
Research Institute (IRRI)
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
52
Kerja sama penelitian penyimpanan beras pecah kulit antara Balai Besar Litbang
Pascapanen Pertanian dengan International Rice Research International (IRRI) telah
disepakati tanggal 7 Maret 2006.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
53
IV. KELEMBAGAAN DAN SUMBERDAYA
A. Organisasi
Sesuai Keputusan Menteri Pertanian No. 632/Kpts/OT.140/12/2003 tanggal 30
Desember 2003, BB-Pascapanen mempunyai 3 Bagian/Bidang dan 7 Sub Bagian/Seksi
serta kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok fungsional yang mendukung kegiatan
penelitian dan pengembangan di BB-Pascapanen terdiri dari 4 kelompok, yaitu Kelompok
Peneliti (Kelti) Proses Kimia, Kelti Proses Fisika, Kelti Proses Biologi dan Kelti
Pengelolaan Sistem Mutu. Semakin luasnya jangkauan penelitian dan pengembangan,
makin besar pula kebutuhan sumber daya, dana, sarana dan prasarana yang perlu
dikembangkan. Oleh karena itu, BB-Pascapanen dalam kurun waktu tahun 2005-2009
akan meningkatkan sumber daya yang dimiliki untuk dapat menghasilkan teknologi
yang bermutu guna memberi keuntungan dan manfaat bagi petani dan pelaku agribisnis.
B. Sumber Daya Manusia
Untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya, BB-Pascapanen didukung oleh
Sumber Daya Manusia (SDM) sebanyak 144 tenaga yang terdiri dari 64 orang tenaga
peneliti; 21 orang tenaga teknisi dan 59 orang tenaga administrasi. Berdasarkan strata
pendidikan terdiri atas 7 orang S3; 32 orang S2; 34 orang S1; 10 orang S0 dan 53 orang
setingkat SLTA. Sebanyak 1 orang tenaga penelitinya masih menyelesaikan program S3 di
dalam negeri. Status SDM BB-Pascapanen pada tahun 2006 ditunjukkan pada Tabel 4.
Gambar 36. Struktur organisasi BB-Pascapanen
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
54
Tabel 4. Sumber Daya Manusia (SDM) BB-Pascapanen
Pendidikan Jumlah,
(orang)
Usia s/d 50 tahun,
(orang)
Usia 51 s/d 60
tahun,
(orang)
Fungsional
• S3 7 4 3
• S2 28 20 8
• S1 27 20 7
• S0 8 6 2
• SLA 16 12 4
Struktural
• S3 0 0 0
• S2 4 2 2
• S1 7 5 2
• S0 2 2 0
• SLTA 37 27 10
• SLTP 4 3 1
• SD 4 3 1
Jumlah 144 104 40
Pengembangan SDM
SDM merupakan aset yang sangat berharga bagi suatu organisasi. Tujuan suatu
organisasi tidak dapat tercapai tanpa memiliki SDM yang handal. Oleh karena itu, BB-
Pascapanen berupaya untuk selalu meningkatkan kemampuan dan profesionalisme SDM
yang dimilikinya. Upaya peningkatan kemampuan SDM dilakukan melalui training
jangka pendek, training jangka panjang, tugas belajar, magang, dan seminar. Kaderisasi
tenaga peneliti akan terus diupayakan, sehingga pada saat tenaga peneliti yang ada sudah
mencapai usia pensiun maka tugasnya dapat digantikan oleh tenaga peneliti yang lebih
muda. Kaderisasi disiapkan sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan litbang
pascapanen agar tidak terjadi stagnasi apabila terjadi alih tugas atau pensiun. BB-
Pascapanen merencanakan sistem kaderisasi dalam bentuk kerucut, dimana tenaga
peneliti yang berusia muda akan lebih banyak kuantitasnya daripada tenaga peneliti yang
berusia tua. Rencana pengembangan SDM 2005-2009 (Tabel 5) ditempuh dengan langkah-
langkah kebijakan sebagai berikut :
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
55
Tabel 5. Rencana pengembangan SDM tahun 2005 – 2009
Pendidikan
Kondisi
TA. 2006
(orang)
Pensiun
pada
T.A 2005 -
2009
(orang)
Rencana
Peningkatan
SDM
T.A 2005-2009
(orang)
Rencana
Rekruitment
(orang)
Kondisi
yang
diharapkan
Fungsional
• S3 7 2 7 0 12
• S2 28 1 15 5 36
• S1 27 2 0 11 21
• S0 8 0 4 5 17
• SLTA 16 0 0 13 25
Struktural
• S3 0 0 2 0 2
• S2 4 1 8 0 9
• S1 7 3 4 0 4
• S0 2 1 8 2 7
• SLTA 37 6 0 11 34
• SLTP 4 0 4
• SD 4 1 3
Jumlah 144 17 48 47 174
Dalam rangka mendukung program-program utama BB-Pascapanen, perlu
dilakukan pengembangan kebutuhan SDM fungsional maupun struktural baik kuantitas
maupun kualitasnya dengan langkah-langkahnya : peningkatan pendidikan dari S1 ke S2
dan S2 ke S3 atau dengan merekrut tenaga yang sudah berpendidikan S2 sesuai dengan
kebutuhan sampai 2009. Komposisi tenaga fungsional peneliti dengan litkayasa idealnya
adalah tenaga peneliti : litkayasa = 3 : 1, sedangkan untuk tenaga struktural disesuaikan
dengan kebutuhan.
Pelaksanaan Kegiatan Kepegawaian
Kenaikan Pangkat SDM lingkup BB-Pascapanen sebagai penghargaan terhadap
kinerja pegawai telah dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku dalam satu tahun dua
kali pengusulan yaitu periode bulan April 2006 berjumlah : 23 orang ( selesai diproses
tepat per 1 April 2006 ) dan bulan Oktober 2006 berjumlah 9 orang (selesai diproses per 1
Oktober 2006). Kenaikan Gaji Berkala direncanakan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun
mulai Januari s/d Desember 2006 berjumlah 60 orang pegawai. Pelaksanaan pemrosesnya
dilaksanakan secara bertahap. Sampai saat ini selesai diproses sebanyak 60 orang
pegawai yang naik gaji sampai bulan Desember 2006.
Pemrosesan Inpasing bidang kepakaran terhadap 41 peneliti Balai Besar Litbang
Pascapanen Pertanian telah dilaksanakan, Surat Keputusan inpasing bagi 32 peneliti
sudah diterima, sisanya sebanya 5 peneliti masih dalam proses.
Pengusulan mengikuti training jangka panjang dan jangka pendek luar dan dalam
negeri telah dikirimkan ke Badan Litbang Pertanian. Pengusulan training jangka panjang
berjumlah 17 orang terdiri dari 9 orang untuk program S3 dan 8 orang program S2. Dari
usulan tersebut hanya 1 orang yang disetujui untuk program S3, sedangkan sisanya
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
56
belum mendapat persetujuan. Sedang pengusulan petugas untuk training jangka pendek
berjumlah 25 orang, sampai saat ini masih dalam proses. Pengusulan Diklat Fungsional
Training Peneliti Tingkat Pertama telah di kirim ke Badan Litbang Pertanian. Pengusulan
Diklat berjumlah 17 orang calon pejabat fungsional peneliti. Yang dipanggil mengikuti
Diklat sebanyak 7 orang.
Pengusulan pegawai yang akan memasuki masa pensiun telah diinformasikan
satu tahun sebelum batas usia pensiun untuk memberi kesempatan kepada pegawai yang
bersangkutan melengkapi berkas persyaratan pensiun, sehingga masih mempunyai
waktu untuk melengkapi kekurangan persyaratan sebelum masa pensiun tiba. Pada
bulan Mei s/d Desember 2006 telah selesai turun SK pensiun sebanyak 4 orang.
C. Fasilitas Penelitian
BB-Pascapanen memiliki fasilitas laboratorium analisis dan bangsal pengolahan
hasil yang cukup memadai yang tersebar di dua lokasi yaitu Bogor dan Karawang.
Laboratorium Bogor merupakan laboratorium induk dengan akurasi tinggi yang
memiliki kompetensi di bidang analisis kimia dan biokimia, pengujian mutu dan
keamanan pangan, serta pengolahan produk aneka minuman, candy, dan baking dan
dilengkapi dengan fasilitas pengolahan bidang teknologi kimia dan bioproses.
Laboratoruim BB-Pascapanen Bogor saat ini sedang dalam proses akreditasi.
Laboratorium Karawang memiliki kompetensi di bidang pengujian mutu fisik dan
pengolahan aneka tepung.
Laboratorium Bogor
a. Laboratorium Analisis
Merupakan laboratorium utama (induk) BB-Pascapanen yang menangani aspek :
• Kimia, mikrobiologi, fraksinasi, fermentasi, dan organoleptik.
• Analisis keamanan pangan untuk produk makanan dan minuman (juice, sari
buah, campuran, dan produk turunannya, candy).
• Analisis proksimat untuk analisis mutu produk minuman dan produk
turunannya.
Fasilitas yang tersedia terdiri dari peralatan analisis dengan ketelitian tinggi untuk
identifikasi struktur dan isolasi senyawa dan lain sebagainya.
b. Bangsal Pengolahan Hasil
� Bangsal pengolahan minyak atsiri (aneka minyak atsiri; produk derivatnya
dan produk formulasinya).
� Bangsal pengolahan hasil ternak (daging: daging asap, sosis, dendeng, bakso,
karage, nugget, abon dan kornet; susu pasteurisasi dan produk olahan susu).
� Bangsal pengolahan tahu.
� Bangsal pengolahan sari buah dan produk turunannya, pasteurisasi, dan
canning (produk berbasis buah dan sayuran).
� Bangsal pengolahan produk roti berbasis aneka tepung.
Laboratorium Karawang
a. Laboratorium Analisis
� Mendukung analisis sifat-sifat rheology dan sifat fisik bahan (aneka tepung)
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
57
� Mendukung analisis proksimat hasil pertanian
b. Bangsal Pengolahan Hasil
� Bangsal pengolahan aneka tepung dan produk turunannya (proses kering dan
basah)
� Bangsal pengolahan beras
� Bengkel perekayasaan
D. Sarana Pendukung
Pada TA 2006 telah direalisasikan 1 unit kendaraan minibus merk Toyota Innova
tipe G untuk mendukung mobilitas Kepala BB-Pascapanen maupun peneliti/ staf dalam
melaksanakan tugasnya. Sampai dengan tahun 2006 BB-Pascapanen telah mempunyai 8
(delapan) unit kendaraan bermotor roda empat dan 2 (dua) unit kendaraan bermotor
roda dua seperti tercantum pada Tabel 6.
Tabel 6. Sarana Pendukung Kegiatan Operasional BB-Pascapanen
No. Jenis Kendaraan Tahun Jumlah
(unit) Lokasi
1. Jeep / Toyota Land Cruiser 1980 1 Bogor
2. Jeep / CJ 7 1983 1 Bogor
3. Minibus / Mitsubishi L300 1985 1 Bogor
4. Minibus / Toyota Kijang 2002 1 Bogor
5. Minibus / Toyota Kijang 2003 1 Karawang
6. Pick up / Toyota Kijang 2003 1 Bogor
7. Minibus / Mitsubishi Kuda 2004 1 Bogor
8. Minibus merk Toyota Innova tipe G 2006 1 Bogor
9. Sepeda Motor / Suzuki 2002 1 Bogor
10. Sepeda Motor / Honda 2003 1 Karawang
E. Pengembangan Sarana dan Prasarana
Pada tahun 2006 telah dilaksanakan pengadaan sarana dan prasarana, berupa
pembangunan dan pengadaan peralatan kantor, meubelair serta buku ilmiah. Guna
melengkapi kekurangan bangunan dan perbaikan/ pembuatan jalan aspal di lingkungan
kantor BB-Pascapanen telah dibangun pos jaga berukuran 7,25 m2, gasebu 115 m2, gudang
48 m2, selasar 163,5 m2, tempat parkir kendaraan roda 4 dan 2 41,2 m2, pelapisan/
pembuatan jalan aspal 1.138 m2 dan rumah panel 20 m2.
Pengadaan meubelair dan peralatan pengolahan data (komputer dan printer)
untuk melengkapi fasilitas kerja bagi pegawai BB-Pascapanen agar dapat bekerja secara
efektif dan efisien. Pengadaan buku ilmiah pada TA 2006 untuk perpustakaan telah
terealisasi sebanyak 8 judul buku, yaitu : Handbook of Postharvest Technology
(Pengarang : M. Shaflur Rahman), Flavor Chemistry and Technology (Pengarang : Gary
Reinnecius), The Chemistry of Oil and Fat (Pengarang : Frank D. Gunstone), Starch :
Advances in Structure and function (Pengarang : TL. Barsby, A.M. Donald and P.J.
Frazier), Aflatoxin and Food Safety (Pengarang : Abbas Hamed K), Handbook of Spices,
Seasoning and Flavoring (Pengarang : Susheela Raghaven), Food Shelf Life stability :
Chemical, Biochemical and Microbiological Changes (Pengarang : N.A. Michael Eskin),
Handbook of Food Enzymology (Pengarang : John Whitaker). Pengadaan buku tersebut
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
58
digunakan untuk menambah referensi dan memperkaya wawasan peneliti dalam
menghasilkan inovasi teknologi pescapanen.
F. Anggaran
Dana yang diperlukan BB-Pascapanen untuk melaksanakan tupoksinya berasal
dari APBN dan kerjasama dengan instansi pemerintah dan swasta. Guna mencapai
keberhasilan program penelitian dan pengembangan pascapanen, dukungan dana
merupakan komponen yang sangat penting, karena kegiatan penelitian dan
pengembangan pascapanen tidak dapat berjalan tanpa didukung dana yang memadai.
BB-Pascapanen berupaya mendapatkan dana penelitian dari instansi/lembaga
pemerintah maupun swasta melalui kerjasama penelitian dan pengembangan
pascapanen.
Anggaran berbasis kinerja adalah dasar dari pengembangan sistem penganggaran
masa depan. Sasaran dan indikator pencapaian hasil dari program penelitian dan
pengembangan pascapanen pertanian perlu dipersiapkan secara jelas dan terukur serta
digunakan dalam monitoring dan evaluasi secara konsisten. Alokasi anggaran dari BB-
Pascapanen berbasis kinerja kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen
pertanian yang mengarah kepada pencapaian cost effectiveness yang tinggi dan mampu
bersaing dengan instansi atau lembaga lain yang melakukan kegiatan penelitian dan
pengembangan pascapanen. Hal ini dimaksudkan untuk merespon pada anggaran
berbasis kinerja dan mekanisme block fund.
Pada tahun 2006, BB-Pascapanen memperoleh dana sebesar Rp 12.389.786.000,- ,
sedangkan realisasi sampai dengan 31 Desember 2006 sebesar Rp 12.038.561.604,-
( 97,17%). Alokasi dan realisasi dana dapat dilihat pada Tabel 7.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
59
Tabel 7. Alokasi Anggaran BB-Pascapanen Tahun 2006
No Kegiatan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %
A. Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian
2.005.863.000 1.984.266.989 98,92
B. Penyuluhan dan Penyebaran Informasi 1.074.908.000 1.037.318.790 96,50
- Diseminasi Hasil Penelitian 379.120.000 377.888.505 99,68
- Penjaringan mitra & pengelolaan manajemen
kerjasama penelitian
71.510.000 69.226.605 96,81
- Lokakarya Nasional Teknologi Pascapanen 92.350.000 89.373.375 96,78
- Sosialisasi teknologi dan promosi hasil
penelitian pascapanen
323.628.000 294.274.005 90,93
- Pemantauan dan Pembinaan Kegiatan
Penelitian Kerjasama
208.300.000 206.556.300 99,16
C. Pembinaan Dan Koordinasi Penyusunan
Kebijakan Dan Program Pembangunan
Pertanian
408.856.000 390.646.020 95,55
- Kebijakan dan Rekomendasi Teknologi
Pascapanen mendukung Ketahanan Pangan
di Papua
143.336.000 142.995.600 99,76
- Penyusunan Kebijakan Pengembangan
Teknologi Pascapanen Mendukung Kegiatan
Primatani
265.520.000 247.650.420 93,27
D. Penyusunan Program dan Rencana
Kerja/Teknis/ Program/ Evaluasi
1.186.685.000 1.185.385.047 99,89
- Perencanaan dan penyusunan program
penelitian Pascapanen
340.350.000 340.048.550 99,91
- Pemberdayaan SIM dan UAI 110.920.000 110.787.850 99,88
- Peningkatan mutu SDM 103.920.000 103.860.950 99,94
- Pengembangan Laboratorium 74.440.000 74.262.472 99,76
- Penyelenggaraan Raker BB-Pascapanen dan
Sosialisasi & Sinkronisasi Program &
Kebijakan Litbang Pascapanen
132.755.000 132.639.800 99,91
- Koordinasi Kelembagaan dan Litbang
Pascapanen
200.000.000 199.863.000 99,93
- Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Penelitian
Berjalan
224.300.000 223.922.425 99,83
E. Pengadaan sarana (gedung dan peralatan
lainnya)
2.186.222.000 2.166.425.893 99,09
F. Administrasi umum (gaji PNS, LTGA,
perawatan)
5.527.252.000 5.274.518.885 95,43
T o t a l 12.389.786.000 12.038.561.604 97,17
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
60
V. PROGRAM DAN EVALUASI
Kegiatan Program dan Evaluasi meliputi: Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.
Perencanaan (planning) adalah proses pengambilan keputusan yang menyangkut apa
yang akan dilakukan di masa mendatang, kapan, bagaimana dan siapa yang akan
melakukannya. Dalam setiap organisasi rencana disusun secara hierarki sejalan dengan
struktur organisasinya. Pada setiap jenjang, rencana mempunyai fungsi ganda: sebagai
sasaran yang harus dicapai oleh jenjang dibawahnya dan merupakan langkah yang harus
dilakukan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan oleh jenjang diatasnya. Ada dua jenis
rencana, yaitu : (1) rencana strategik (Renstra), yang disusun untuk mencapai tujuan
umum organisasi, yaitu melaksanakan misi organisasi, (2) rencana operasional, yang
merupakan rincian tentang bagaimana rencana strategik dilaksanakan. Renstra
BB-Pascapanen 2005 – 2009 telah diselesaikan pada tahun 2006.
A. Perencanaan dan Penyusunan Program
Rencana operasional disusun setiap tahunnya dengan mengacu pada Renstra BB-
Pascapanen dan kebijakan Badan Litbang Pertanian maupun Departemen Pertanian
Secara umum kegiatan perencanaan dan penyusunan program dapat dibagi dua yaitu: (1)
Pelaksanaan kegiatan TA. 2006 dan (2) Perencanaan kegiatan TA. 2007. Berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan TA. 2006 telah dilaksanakan sosialisasi DIPA/RKA-KL TA. 2006,
penyiapan ROK TA. 2006 (Rencana Operasional Kegiatan), finalisasi Proposal/TOR, serta
penyusunan data program dan anggaran dalam data base Sistem Informasi Manajemen
Program (SIMPROG). Berkaitan dengan perencanaan kegiatan TA. 2007 telah
dilaksanakan seleksi dan evaluasi usulan kegiatan TA. 2007, koordinasi dan singkronisasi
program kegiatan dengan direktorat jenderal teknis, penyusunan Daftar usulan
Pelaksanaan Anggara (DUP), RKA-KL, DIPA TA. 2007.
B. Rapat Kerja BB-Pascapanen
Kegiatan Rapat Kerja BB-Pascapanen dilaksanakan pada hari Selasa – Rabu,
tanggal 13 – 15 Maret 2006, di Hotel Megamendung Permai, Jl Raya Megamendung –
Cipayung Bogor 16750. Jumlah peserta yang hadir 82 orang, terdiri dari Pejabat
Struktural, Peneliti, Staf Struktural, Teknisi Senior, Undangan, dan Pembicara Tamu.
Tema Rapat Kerja BB-Pascapanen pada tahun 2006 adalah “Penetapan Strategi Penelitian
dan Pengembangan Pascapanen dalam Mensukseskan Revitalisasi Pertanian”. Rapat
Kerja dibuka oleh Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr. Ahcmad Suryana. Dalam
arahannya Kepala Badan menegaskan bahwa dalam pelaksanaan penelitian diharapkan
dapat memberikan perhatian utama pada 17 komoditas prioritas yang telah ditetapkan
Departemen Pertanian dalam kebijakan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
(RPPK). Pascapanen harus dapat menghasilkan terobosan inovasi teknologi yang layak
terap bagi petani dan pelaku agribisnis. Penting ditekankan pemahaman “penelitian
untuk pengembangan” (research for development), jangan hasil penelitian hanya sampai
pada jurnal, deseminasi penelitian dan prototipe saja, tetapi harus sampai scaling-up
dengan melibatkan BPTP, petani maupun pelaku agribisnis. Kegiatan penelitian harus
mempunyai time frame yang relatif singkat.
Dalam kata penutupnya, Kepala Badan Litbang Pertanian berharap BB-
Pascpaanen dapat mulai merumuskan program penelitian pascapanen yang bersifat
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
61
nasional, yang dapat menjadi program pengembangan daerah bagi Direktorat Teknis
terkait, seperti layaknya model P3T (Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu, SIPT
(Sistem Integrasi Padi Ternak), PTT Cabe dan banyak lagi lainnya, walaupun disadari hal
ini merupakan tantangan yang berat bagi BB-Pascapanen yang belum genap berusia tiga
tahun. Bersamaan dengan ini, Kepala Badan Litbang Pertanian beserta undangan yang
hadir juga berkesempatan meninjau hasil kegiatan penelitian unggulan BB-Pascapanen
tahun 2005-2006.
Penyampaian materi utama oleh Pembicara Tamu dimaksudkan untuk
meningkatkan wawasan dan pengetahuan bagi semua yang hadir, dengan harapan dapat
menjadi acuan dalam merencanakan program kegiatan penelitian dan pengembangan ke
depan. Topik yang disampaikan terdiri dari :
1. Kebutuhan Teknologi Untuk Pengembangan Agroindustri (Dirjen P2HP)
2. Strategi Pencapaian Visi “Menjadi Lembaga Litbang Pertanian Terunggul di Asia
Tenggara” (Dr. Haryono; Sekretaris Badan Litbang Pertanian)
3. Aplikasi Teknologi Membran untuk Agroindustri (Dr. Wenten; ITB)
4. Tren Pengembangan Agroindustri di Masa Datang (Ir. Suseno, MBA)
Materi bahasan lainnya diarahkan untuk mempertajam program kegiatan
penelitian pada tahun 2005-2009, Renstra BB-Pascapanen 2005-2009, serta rencana
kegiatan peneltiian dan diseminasi BB-Pascapanen TA. 2007. Materi yang disampaikan
terdiri dari :
1. Sosialisasi Renstra BB-Pascapanen, Lakip dan Monev (Dr. Risfaheri-Kepala Bidang
Program dan Evaluasi)
2. Penelaahan Sasaran dan Keluaran Program dan Pendayagunaan Hasil Penelitian TA.
2007-2009 (Ir. Sulusi Prabawati, MS – Kepala Bidang Kerjasama dan PHP)
3. Perencanaan Capacity Building 2007-2009 (Ir. Endang Kunwidayati, MS – Kepala
Bagian Tata Usaha)
Gambar 37. Pembukaan Raker oleh Kepala Badan Litbang Pertanian
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
62
4. Penelaahan Ruang Lingkup kegiatan dan Tupoksi Kelompok Peneliti lingkup BB-
Pascapanen (Ketua Kelompok Peneliti)
5. Penelaahan Sasaran dan Keluaran Program Penelitian 2007-2009, Roadmap Program
dan Matrik Kegiatan Penelitian Pascapanen (Penanggungjawab Program dan
Penanggungjawab Kegiatan Penelitian)
C. Evaluasi Dan Pelaporan
Kegiatan evaluasi dan pelaporan meliputi penyusunan Akuntabilitas Kinerja TA
2005 (LAKIP), Monitoring dan Evaluasi (Monev), Penyusunan Laporan Bulanan dan
Laporan Tahunan. Evaluasi merupakan proses untuk menentukan pelaksanaan kegiatan
sesuai tujuan yang akan dicapai secara sistematik dan objektif. Evaluasi sebagai salah satu
alat analisis apakah pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan perencanaan, gagal atau
berhasil. Pada tahun 2006 telah dilaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan evaluasi
kegiatan BB-Pascapanen, yaitu :
Laporan Akuntabilitas Kinerja dan SIMONEV
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah menjadi suatu kewajiban bagi
setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara untuk
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan
pengelolaan sumberdaya berdasarkan TAP MPR RI No. XI/MPR/1998 dan UU No.
28/1999 tentang Penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme serta Inpres No. 7/1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP). Laporan tersebut menjabarkan kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan
melalui Sistem Monitoring dan Evaluasi (SIMONEV) yang disampaikan setiap bulan.
LAKIP mencakup Perencanaan Kinerja yang komponennya meliputi: Sasaran
(sasaran tahun berjalan), Program (Renstra), Kegiatan dan Indikator Kinerja. Indikator
Kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang mengambarkan tingkat pencapaian
suatu kegiatan yang telah ditetapkan. Penetapan indikator kinerja kegiatan harus
didasarkan pada perkiraan yang realistis dengan memperhatikan tujuan dan sasaran
yang ditetapkan serta data pendukung yang harus diorganisasi. Indikator kinerja harus
spesifik dan jelas, dapat diukur secara objektif, relevan dengan tujuan dan sasaran yang
ingin dicapai dan tidak bias.
Selain itu LAKIP juga mencakup Pengukuran Kinerja yang meliputi : (1) Kinerja
kegiatan yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dari
masing-masing kelompok indikator kegiatan; (2) Tingkat pencapaian sasaran instansi
pemerintah yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dari
masing-masing indikator sasaran yang telah ditetapkan sebagaimana dituangkan dalam
dokumen Rencana Kinerja. Pengukuran tingkat pencapaian sasaran didasarkan pada data
hasil pengukuran kinerja kegiatan.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja dan capaian sasaran tahun 2005, terlihat
bahwa seluruh kegiatan BB-Pascapanen yang terdiri dari 11 (sebelas) kegiatan penelitian
dan 1 (satu) kegiatan diseminasi memiliki nilai capaian kinerja yang baik dan capaian
sasaran cukup baik.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
63
Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) ditujukan untuk mengendalikan
pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan proposal/ TOR, DIPA/ RKAKL yang telah
ditetapkan, baik pelaksanaan kegiatan dari segi teknis maupun dari segi administratif.
Kegiatan Monev dilaksanakan sebanyak tiga kali dalam setahun meliputi : Monev ex-ante,
on-going dan ex-post. Laporan Monev ex-ante, on-going maupun ex-post kegiatan BB-
Pascapanen TA 2006 memuat temuan yang perlu ditindaklanjuti oleh penanggungjawab
kegiatan agar tujuan dan sasaran dapat dicapai secara efisien dan efektif.
Laporan Bulanan
Selama periode Januari - Desember 2006, telah disusun laporan bulanan kegiatan
BB-Pascapanen yang disampaikan dalam Rapat Pimpinan (Rapim) lingkup Badan
Litbang Pertanian. Laporan bulanan kegiatan berisi kemajuan penyerapan anggaran dan
topik kegiatan yang menonjol pada periode bulan tersebut (Tabel 8).
Tabel 8. Topik Kegiatan BB-Pascapanen yang Disampaikan pada Rapim Lingkup
Badan Litbang Pertanian Januari – Desember 2006
No. Bulan Judul Laporan Bulanan
1. Januari • Teknologi Pemanfaatan Air Kelapa Untuk Minuman Isotonik
2. Pebruari • Identifikasi Kontaminan pada Sayuran
• Potensi Belimbing Wuluh sebagai Obat Anti Hipertensi
3.
Maret • Rapat Kerja Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian
• Beras Varietas IR 36 sebagai alternatif Pengganti Impor Beras
Taj Mahal
4. April • Perkembangan Kegiatan Kerjasama Teknologi Pengolahan
Jeruk
• Sinkronisasi Program Kegiatan BB-Pascapanen TA. 2007
• Rapat Perberasan
5. Mei • Ekpose Agribisnis Jeruk di Kabupaten Sambas, Kalimantan
Barat
• Perkembangan Kerjasama Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni di Cianjur
6. Juni • Kerjasama BB-Pascapanen dengan Koperasi Sarwa Mukti
dalam Meningkatkan Mutu Susu di Tingkat Peternak dan
Koperasi Susu
• Pengembangan Model Agroindustri Pengolahan Kelapa
Terpadu di Halmahera Utara (Maluku Utara)
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
64
No. Bulan Judul Laporan Bulanan
7. Juli • Partisipasi BB-Pascapanen pada Acara Rumah Pintar dan
Bedah Kampung di Desa Cipambuan, Kacamatan Babakan
Madang, Bogor
• Kegiatan Primatani dalam Rangka Menunjang Program
Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) Kakap Bangkit
di Kalimantan Barat
8. Agustus • Teknologi Pengolahan Tempe dari Kacang Tunggak
• Kegiatan Kerjasama Teknologi Pengolahan Lada antara
BB-Pascapanen dengan Pemerintah Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur
9. September • Peresmian Unit Pengolahan Hasil (UPH) Mete di Desa
Ketapang Laok, Kabupaten Sampang, Madura
• Lokakarya Nasional Strategi Peningkatan Nilai Tambah Hasil
Pertanian melalui Penerapan Teknologi Pascapanen dan
Sistem Keamanan Pangan
10. Oktober -
November
• Sosialisasi Teknologi Pengolahan Mi Sagu di Jayapura
11. Desember • Kerjasama Pengembangan Teknologi Pengolahan Minyak
Kelapa Murni (VCO) di Halmahera dan Sumatera Utara.
• Pengiriman Tenaga Ahli Pengolahan Lada ke Sri Lanka
dalam Rangka Kerjasama Teknologi Pengolahan Lada Antara
International Pepper Community (IPC) dengan Food and
Agriculture Organization (FAO) di Sri Lanka
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
65
VI. PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN
Dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen
pertanian tahun 2006, ditemui beberapa kendala baik teknis maupun non teknis. Secara
teknis permasalahan untuk menghasilkan inovasi teknologi pascapanen dalam skala
laboratorium dapat diatasi oleh BB-Pascapanen, namun ketika teknologi tersebut
diterapkan dalam skala yang lebih besar (perdesaan/UKM) di lapangan terdapat
beberapa kendala non teknis antara lain pembinaan kelembagaan yang melibatkan BB-
Pascapanen dengan stakeholders, kekurangan permodalan di tingkat pengrajin dan pangsa
pasar hasil produk pengolahan. Permasalahan pada agroindustri pengolahan minyak
kelapa murni (Virgin Coconut Oil/VCO) di Kecamatan Agrabinta, Cianjur Selatan adalah
menurunnya minat beli konsumen karena terlalu banyak produk yang beredar di pasaran
sehingga pasar sudah mencapai tingkat jenuh. Hal ini mengakibatkan proses produksi
VCO tidak dapat berjalan secara berkesinambungan, proses produksipun berjalan tidak
dalam kapasitas penuh (full capacity). Selain itu, hasil penjualan VCO tidak dapat
menutup biaya produksi karena kuantitas penjualan VCO lebih kecil daripada hasil
produksinya sehingga sediaan VCO menumpuk karena kesulitan menjualnya.
Permasalahan pada kerjasama pengolahan lada dengan International Pepper Community
(IPC) di Desa Loa Janan, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur adalah
ketersediaan lada sangat langka pada pada saat bukan musim panen, sehingga proses
produksi mengalami stagnan pada masa bukan musim panen. Kegiatan kerjasama
pengolahan jeruk di Kalimantan Barat (Sambas) sudah berjalan cukup baik, uji produksi
sudah dilakukan, bahkan launching produkpun sudah dilaksanakan oleh Menteri
Pertanian. Namun masih terdapat kendala yaitu kelembagaan yang terbentuk belum
dapat berjalan dengan baik karena belum semua mitra kerjasama menjalankan
kewajibannya seperti yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja (TOR). Meskipun ada
permintaan jus jeruk langsung kepada mitra (PT Sinar Karya Sakti) namun pemasarannya
belum optimal, karena PT Sinar Karya Sakti masih perlu bantuan pemasaran dari Badan
Koperasi UKM, Kerjasama, Promosi dan Investasi (Badan KOMAPIN).
Secara umum permasalahan yang selalu muncul dalam pengembangan teknologi
di lapangan adalah : kesiapan teknologi yang dikerjasamakan yang masih perlu
dievaluasi lebih serius, penempatan teknologi belum melalui pengkajian yang lebih
cermat sesuai kebutuhan mitra (kajian lokasi dan mitra), partisipasi dinas terkait perlu
dicermati.
Untuk kegiatan Pendayagunaan Hasil Penelitian (PHP), masalah yang sering
dihadapi adalah ketersediaan naskah hasil penelitian yang terbatas sehingga penerbitan
jurnal dan buletin tidak sesuai rencana, pameran yang direkomendasikan Badan Litbang
Pertanian kadang-kadang tidak jelas temanya, sehingga target group pameran tidak jelas.
Dalam pengembangan SDM, kendalanya adalah berkurangnya tenaga peneliti,
teknisi, analisis maupun tenaga administrasi karena memasuki usia purna tugas
(pensiun), sementara kaderisasi tenaga ahli, baik dari hasil rekruitmen maupun
pengembangan keahlian tidak dapat memenuhi kebutuhan secara cepat.
Langkah-langkah antisipasi ke depan yang dapat dilakukan BB-Pascapanen untuk
meminimalisasi kendala tersebut :
• Mendorong terbentuknya sistem networking dengan institusi lain yang terkait dengan
pengembangan agroindustri agar terjadi sinerginitas.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
66
• Mengintensifkan pertemuan-pertemuan dengan pihak pengguna untuk mempertajam
dan menyempurnakan program penelitian agar lebih berorientasi konsumen.
• Memacu dan mendorong kegiatan penelitian berorientasi HaKI yang bernilai
komersial.
• Diseminasi akan lebih difokuskan untuk mempercepat transfer teknologi kepada
pengguna dan komersialisasi teknologi.
• Meningkatkan kualitas dan menata secara proporsional sebaran SDM, dan melakukan
sosialisasi perubahan paradigma penelitian yang berorientasi agribisnis.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
67
VII. PENUTUP
Dinamika perkembangan lingkungan strategis yang terjadi di tingkat nasional
memaksa berbagai pihak untuk menyesuaiakan program penelitian dan pengembangan
pertanian sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Sering dengan perubahan
tersebut, BB-Pascapanen dituntut untuk dapat memberikan konstribusi dalam melahirkan
inovasi teknologi pascapanen sesuai dengan program Badan Litbang Pertanian yang
mengacu pada program Departemen Pertanian. Inovasi teknologi yang dihasilkan harus
dapat meningkatkan daya saing produk dan nilai tambah bagi petani maupun pelaku
agribisnis serta memperhatikan aspek ekonomi yang berdampak nasional, yaitu : a)
meningkatkan pendapatan masyarakat; b) mengurangi kemiskinan; c) menciptakan
lapangan kerja.
Pada tahun 2006, BB-Pascapanen telah mendapatkan teknologi dalam upaya
meningkatkan daya saing (pengolahan jeruk, pemanfaatan tanaman untuk bahan baku
industri biofarmaka, sintesa vanilin dan optimasi eugenol dari minyak daun cengkeh),
teknologi pengolahan pangan tradisional (teknologi pengolahan jagung, pengolahan
beras beriodium, pemanfaatan kacang-kacangan sebagai substitusi kedelai untuk tempe),
perbaikan mutu dan keamanan pangan (identifikasi kontaminan dan perbaikan mutu
produk buah-buahan, penekanan kehilangan hasil pascapanen padi dan penerapan GMP)
serta penelitian dan pengembangan berbasis kemitraan (pemanfaatan minyak jarak
sebagai alternatif pengganti minyak tanah, pengolahan pasta cabai dan tomat, perbaikan
mutu dan diversifikasi produk lada).
Sejalan dengan kebijakan Badan Litbang Pertanian bahwa paradigma “penelitian
untuk pengembangan” (research for development) yang lebih mengutamakan kegiatan
penelitian yang bersifat terapan dan diimplementasikan langsung di lapangan, BB-
Pascapanen telah dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan pertanian terutama
mendukung pembangunan agroindustri perdesaan dengan diterapkannya model
teknologi pengolahan jeruk siam di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, model
teknologi pengolahan mete di Kabupaten Sampang, Madura, teknologi pengolahan lada
di Desa Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur dan pengembangan
model pengolahan minyak kelapa murni. Unit pengolahan lada sudah diterapkan di Sri
Lanka, teknologi yang dipakai mengacu pada teknologi BB-Pascapanen yang telah
diterapkan di Kalimantan Timur. Selain itu, pada tahun 2007 model teknologi pengolahan
minyak kelapa murni dengan membran ultrafiltrasi akan diterapkan di provinsi
Halmahera Utara dan Sumatera Utara. Kerjasama pengembangan model agroindustri
pengolahan tersebut melibatkan pengusaha, petani/ kelompok tani dan instansi
pemerintah (Pemda dan Ditjen Teknis) dalam rangka pemanfaatan teknologi yang telah
dihasilkan melalui perolehan perlindungan terhadap temuan teknologi akan terus
ditingkatkan melalui perolehan HaKI sebagai tuntutan global dan peningkatan positioning
sebagai institusi penelitian.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
68
DAFTAR PUSTAKA
Hernani, dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Teknologi Pemanfaatan Tanaman Obat untuk
Bahan Baku Industri Biofarmaka. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.
Iriani, E.S., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Diseminasi Hasil Penelitian Pascapanen
Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian,
Departemen Pertanian.
Kunwidayati, E., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Administrasi Umum. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.
Lubis, S., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Pengolahan Beras Beriodium. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.
Martosuyono, P., dkk. 2006. Laporan Penelitian dan Pengembangan Produk Gula Cair
dari Pati Kasava. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian,
Departemen Pertanian.
Muhadjir, I., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Teknologi Pengolahan Pasta Tomat dan
Cabe . Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian,
Departemen Pertanian.
Mulyono, E., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Perbaikan Mutu dan Diversifikasi Produk
Lada. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian,
Departemen Pertanian.
Nelly, M.T., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Peningkatan Sumber Daya Manusia Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Tahun 2006. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen
Pertanian.
Prabawati, S., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Lokakarya Nasional Teknologi
Pascapanen. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian,
Departemen Pertanian.
Purwani, E.Y., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Teknologi Pemanfaatan Kacang-kacangan
sebagai Substitusi Kedelai untuk Produk Tempe. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.
Rachmat, R., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Pemantauan dan Pembinaaan Kegiatan
Kerjasama. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian,
Departemen Pertanian.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
69
Rachmat, R., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Penjaringan Mitra dan Pengelolaan/
Manajemen Kerjasama Penelitian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.
Renstra Badan Litbang Pertanian 2005 – 2009. Departemen Pertanian.
Renstra Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 2005 – 2009.
Departemen Pertanian.
Risfaheri, dkk. 2006. Penyelenggaraan Rapat Kerja BB-Pascapanen, Sosialisasi dan
Sinkronisasi Program dan Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Terapan. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen
Pertanian.
Sentot, M., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan
Penelitian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian,
Departemen Pertanian.
Setyadjit, dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Pengembangan Teknologi Pengolahan Jeruk.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen
Pertanian.
Sudaryono, dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Pengolahan Jagung Terpadu. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.
Suismono., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Penekanan Kehilangan Hasil Pascapanen
Padi melalui Penerapan GMP. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.
Sumangat, D., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Pemanfaatan Jarak Pagar (Jatropha curcas)
sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.
Syah, A.N.A., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Minyak Kelapa Murni dan Produk Hilirnya. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.
Winarti, C., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Penelitian Identifikasi Kontaminan dan
Perbaikan Mutu Produk Buah-buahan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.
Yulianingsih, dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Perencanaan dan Penyusunan Program
Penelitian Pascapanen. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian, Departemen Pertanian.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
70
Yulizar, S.Y., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Teknologi Sintesis Vanilin dan Optimasi
Pemurnian Eugenol dari Minyak Daun Cengkeh. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.