Laporan Tahunan 2006 -...

70
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 1 Laporan Tahunan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Tahun anggaran 2006

Transcript of Laporan Tahunan 2006 -...

Page 1: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 1

Laporan Tahunan

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Tahun anggaran 2006

Page 2: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 2

I. PENDAHULUAN

Pascapanen merupakan salah satu subsistem agribisnis yang mempunyai peran

penting karena mempunyai peluang besar dalam upaya meningkatkan nilai tambah

produk agribisnis. Pemasaran hasil dalam bentuk bahan mentah, memiliki beberapa

kelemahan diantaranya: nilai tambahnya rendah, mudah rusak, daya simpan terbatas,

dan konsistensi mutu sulit dijamin. Tingkat pendapatan pelaku agribisnis, khususnya

petani dan pengolah skala kecil-menengah masih tergolong pada tingkat ekonomi lemah.

Penguasaan teknologi maupun level teknologinya sebagian besar masih tergolong

tradisional. Lemahnya adopsi teknologi baru, selain terbatasnya teknologi yang tersedia,

juga disebabkan rendahnya kemampuan petani mengakses teknologi baru. Dengan

memperhatikan issue dan tantangan dalam sistem dan usaha agribisnis, maka

keberadaan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen (BB-Pascapanen)

sebagai sumber inovasi teknologi pascapanen memegang peranan yang sangat penting.

Menteri Pertanian dalam beberapa kesempatan selalu mengingatkan bahwa

Departemen Pertanian sangat mengharapkan peran Badan Litbang Pertanian untuk

menghasilkan terobosan inovasi teknologi layak terap bagi para pengguna, yaitu petani

dan pengusaha agribisnis, dan kebijakan yang mampu mengatasi permasalahan

mendasar pembangunan sektor pertanian. Hal ini juga menjadi perhatian Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian sebagai salah satu institusi di bawah

Badan Litbang Pertanian. BB-Pascapanen sebagai institusi yang diberi mandat

melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen, diharapkan dapat

berperan dalam menyediakan teknologi dan memberikan masukan kepada Departemen

Pertanian, baik rekomendasi teknologi pascapanen maupun dalam hal kebijakan

pengembangan agroindustri.

Penerapan suatu teknologi pascapanen di lapangan membutuhkan biaya yang

relatif besar. Pengujian teknologi tersebut membutuhkan faktor pendukung, seperti

gudang untuk penempatan unit pengolahan, gudang penyimpanan (beberapa produk

memerlukan pendingin), pembentukan tata niaga dan promosi, lembaga pengolahannya

dan lain sebagainya. Hal ini tidak mungkin dibiayai sepenuhnya oleh anggaran BB-

Pascapanen. Oleh karena itu, kerjasama dengan Direktorat Teknis terkait, seperti

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Badan Ketahanan

Pangan, Pemerintah Daerah, Mitra Swasta dan lainnya menjadi faktor yang sangat

esensial dan merupakan keharusan.

Sejalan dengan kebijakan Badan Litbang bahwa paradigma penelitian bukan lagi

“penelitian dan pengembangan”, “tetapi penelitian untuk pengembangan” (research for

development) telah mewarnai kegiatan penelitian yang dilakukan oleh BB-Pascpanen yang

lebih mengutamakan kegiatan penelitian yang bersifat terapan dan diimplentasikan

langsung di lapangan. Kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen yang

dilakukan pada tahun 2006 sebagian besar dilaksanakan di sentra produksi bahan baku,

dan bekerjasama dengan pemerintah daerah, kelompok tani dan swasta/koperasi,

sehingga proses inovasi teknologi dan diseminasi dapat berjalan paralel, dengan

sendirinya akan mempercepat proses penyampaian inovasi teknologi ke pengguna.

Keuntungan lain, dengan adanya sharing pendanaan dan sumberdaya lainnya dari mitra

kerjasama akan mempercepat kinerja pencapaian sasaran, karena adanya sinergis dari

berbagai pihak yang berkepentingan dalam pengembangan agroindustri.

Page 3: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 3

Globalisasi ekonomi dan liberalisasi pasar membuka bagi persaingan produk

pertanian dalam hal mutu dan harga. Peningkatan perdagangan antar-kawasan menuntut

peningkatan daya saing produk pertanian Indonesia yang harus dicapai melalui

peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha, perbaikan kualitas, dan standarisasi

melalui penerapan teknologi produksi dan pengolahan pascapanen. Implikasi dari hal

tersebut adalah semakin besarnya tuntutan akan kontribusi BB-Pascapanen dalam

penyediaan teknologi yang diperlukan, yang inovatif, efisien dan aplikatif.

Pengembangan agribisnis juga mutlak harus memperhatikan perkembangan

pasar. Globalisasi pasar dunia telah membuka peluang bagi pemasaran produk pertanian

Indonesia. Namun pasar yang lebih luas tersebut juga menuntut adanya kemampuan

produsen untuk memenuhi preferensi konsumen yang lebih beragam. Pola pasar “buyer

market” dimana pembeli merupakan penentu pasar, seperti yang sekarang terjadi, perlu

diantisipasi dengan penyediaan teknologi maupun produk yang sesuai dengan selera

pasar. Kecenderungan konsumen saat ini yang menghendaki adanya jaminan kepuasan

serta jaminan keamanan pangan dan kesehatan konsumen merupakan isu yang perlu

diantisipasi dalam melahirkan inovasi teknologi pascapanen.

Page 4: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 4

II. PROGRAM PENELITIAN

A. VISI DAN MISI

Visi

Sebagai institusi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam penelitian dan

pengembangan teknologi pascapanen pertanian, BB-Pascapanen menetapkan visinya

sejalan dengan visi pembangunan pertanian dan visi Badan Litbang Pertanian. Visi BB-

Pascapanen dirumuskan berdasarkan kajian orientasi masa depan (future oriented),

perubahan paradigma pembangunan pertanian, serta kebutuhan institusi yang

profesional.

Visi BB-Pascapanen dirumuskan sebagai berikut :

Menjadi institusi litbang utama dan andalan nasional dalam inovasi teknologi pascapanen

pertanian

Visi tersebut merupakan pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana meletakkan

BB-Pascapanen pada landasan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kuat, disertai

kebijakan penelitian dan pengembangan yang jelas dan terarah agar BB-Pascapanen

memiliki posisi strategis bagi peningkatan daya saing sistem dan usaha agribisnis yang

berbasis inovasi teknologi. BB-Pascapanen harus mampu menjadi institusi yang memiliki

kompetensi di bidang penelitian dan pengembangan pascapanen untuk mendukung

dinamika dan nilai-nilai pembangunan pertanian. Harapan tersebut merupakan suatu

kondisi yang menantang di masa depan baik cita, citra yang ingin diwujudkan mengingat

situasi dan kondisi yang dihadapi saat ini.

Untuk mewujudkan visi yang telah dirumuskan, maka disusun misi sebagai suatu

kesatuan gerak dan langkah dalam mencapai visi. Dalam merumuskan misi ada 2 (dua)

kepentingan yang menjadi bahan pertimbangan, yaitu: (1) kepentingan internal

(competence quality dan commitment growth) dan, (2) kepentingan eksternal (masyarakat/

stakeholders). Misi yang dirumuskan berkaitan erat dengan lembaga, karena keberhasilan

organisasi akan diukur dari keberhasilan misinya.

Misi

Dalam mewujudkan visi tersebut, BB-Pascapanen melaksanakan misi sebagai

berikut :

1. Menciptakan inovasi teknologi pascapanen pertanian dalam rangka peningkatan nilai

tambah hasil pertanian;

2. Melakukan pengembangan dan penyebarluasan inovasi teknologi dan rekomendasi

kebijakan pascapanen pertanian sesuai dinamika kebutuhan pengguna;

3. Membangun jaringan kerjasama nasional dan internasional dalam rangka

peningkatan penguasaan IPTEK, peran dan citra BB-Pascapanen;

4. Mengembangkan sistem kelembagaan dan kompetensi sumberdaya untuk

meningkatkan kinerja institusi agar mampu memberikan pelayanan prima.

B. TUJUAN DAN SASARAN

Dalam jangka menengah (tahun 2005-2009) visi dan misi Balai Besar Penelitian

dan Pengembangan Pascapanen Pertanian dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran

penelitian dan pengembangan pertanian.

Page 5: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 5

Tujuan

Sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian, BB-Pascapanen dalam lima tahun

menetapkan tujuan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian sebagai berikut :

1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi pengolahan untuk mendukung

tumbuhkembangnya agroindustri di perdesaan yang akan memacu aktivitas ekonomi

perdesaan, menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

2. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi pengolahan untuk

meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian ungggulan melalui

perbaikan mutu, pengembangan produk, pemanfaatan produk samping dan limbah.

3. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi untuk merevitalisasi sumber-

sumber pangan tradisional dan pemanfaatan sumber pangan baru dalam rangka

mendukung ketahanan pangan.

4. Menyediakan data base dan konsep kebijakan untuk rekomendasi kebijakan

penyusunan standar mutu, keamanan pangan dan harmonisasi standar mutu.

Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pascapanen Pertanian baik yang dijabarkan dalam sasaran tahunan maupun sasaran

akhir rencana strategis yaitu :

1. Tersedia dan berfungsinya paket teknologi pengolahan pangan untuk mendukung

ketahanan pangan.

2. Tersedia dan berfungsinya paket teknologi pengolahan untuk meningkatkan nilai

tambah, perbaikan mutu dan peningkatan daya saing produk.

3. Tersedia dan berfungsinya, serta diadopsinya model agroindustri perdesaan berbasis

inovasi teknologi pengolahan.

4. Tersedia data base dan konsep kebijakan untuk rekomendasi kebijakan penyusunan

standar mutu, keamanan pangan dan harmonisasi standar mutu.

C. PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM

Sejalan dengan Program Utama Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Badan

Litbang Pertanian dan Tupoksi BB-Pascapanen, maka BB-Pascapanen memfokuskan pada

Program Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Nilai Tambah Pertanian

khususnya Subprogram Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian sebagai

landasan utama program Penelitian dan Pengembangan pascapanen yang akan

dilaksanakan selama periode 2005-2009. Rincian kegiatan keluaran dan sasarannya adalah

sebagai berikut :

1. Peningkatan Daya Saing Produk Pertanian Melalui Inovasi Teknologi Pengolahan

Ruang lingkup program ini meliputi inovasi komponen teknologi, perakitan

komponen teknologi, dan scaling-up teknologi sampai menjadi suatu model agroindustri

dengan peningkatan nilai tambah dan daya saing. Penelitian pengembangan model

agroindustri dan perbaikan teknologi tersebut diarahkan pada kegiatan agroindustri

skala kecil-menengah dan perdesaan.

Page 6: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6

2. Pengembangan Teknologi Pengolahan Pangan Tradisional Mendukung Ketahanan

Pangan

Ruang lingkup program ini adalah dapat memenuhi kebutuhan pangan melalui

diversifikasi produk, khususnya pangan berbahan baku non-beras. Sasaran yang ingin

dicapai adalah keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat. Program ini juga

diarahkan untuk mengangkat bahan pangan tradisional menjadi bahan pangan yang

bermutu dengan citra tinggi.

3. Penelitian Perbaikan Mutu dan Keamanan Pangan

Ruang lingkup program penelitian ini meliputi identifikasi kontaminan dan mutu

produk pertanian, pengembangan sistem mutu, pengembangan teknik-teknik analisis

mutu yang efektif dan rekomendasi teknologi untuk menekan kontaminan pada produk

pertanian.

4. Penelitian dan Pengembangan Berbasis Kemitraan dan Keperluan Pembangunan

Pertanian Berdasar Permintaan

Ruang lingkup program ini adalah melaksanakan kegiatan litbang pascapanen

atas dasar permintaan stakeholder dan adanya sharing dana dari stakeholder atau mitra.

Mitra dapat berasal dari instansi pemerintah (pusat dan daerah), badan usaha (BUMN,

BUMD, dan swasta), koperasi dan kelompok tani.

5. Pengembangan Sistem Informasi, Komunikasi, Diseminasi, dan Umpan Balik

Inovasi Teknologi Pascapanen

Ruang lingkup program ini meliputi kegiatan penyampaian inovasi teknologi

pascapanen yang dihasilkan kepada pengguna (petani, pengusaha, dan direktorat teknis)

melalui promosi, publikasi, gelar teknologi, ekspose, pameran, temu bisnis,

meningkatkan perolehan HaKI dan melakukan komersialisasi teknologi hasil penelitian.

Page 7: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 7

III. HASIL KEGIATAN PENELITIAN

A. Peningkatan Daya Saing Produk Pertanian Melalui Inovasi Teknologi Pengolahan

1. Pengembangan Teknologi Pengolahan Jeruk

Penelitian teknologi penanganan dan pengolahan jeruk telah dimulai pada tahun

2005. Kegiatan ini bekerja sama dengan Pemda Kabupaten Sambas dan Provinsi

Kalimantan Barat, serta BPTP Kalimantan Barat untuk mengembangkan agroindustri

penanganan dan pengolahan jeruk siem Pontianak. Pada tahun 2005 telah ditempatkan di

lapangan unit penanganan segar dan pengolahan jus jeruk sari murni/ pure–single-stregth-

juice skala pilot. Dalam tahun 2006, selain dilakukan optimalisasi line process pengolahan

jus jeruk sari murni, juga diperoleh paket teknologi pembuatan konsentrat, karakterisasi

bahan pahit pada jus jeruk siem dan pemanfaatan limbah pengolahan jeruk seperti

pengolahan minyak kulit jeruk dan ekstraksi pektin dari ampas/pulp jeruk skala

laboratorium.

Hasil optimalisasi teknologi pengolahan jus jeruk sari murni menghasilkan dua

formula yaitu :

a. Formula jus jeruk sari murni dengan komposisi : fruktosa 25%, CMC 0,7%, asam

sitrat 2,5%, vitamin C 1% dan asam sorbat 400 ppm dengan cara penyajian dapat

dengan diencerkan sesuai selera konsumen dengan menambah 1 bagian jus dan 1

bagian air.

b. Formula jus jeruk siap saji dengan komposisi : fruktosa 17,25%, CMC 0,23%, asam

sitrat 0,83%, vitamin C 1% dan asam sorbat 400 ppm dengan pengenceran 1 bagian

jus : 2 bagian air.

Untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan,

dilakukan uji preferensi konsumen di Kalimantan Barat. Dalam upaya menjamin

keamanan produk jus jeruk yang dihasilkan, penerapan HACCP dilakukan pada line

process pengolahannya, yaitu dengan mengendalikan setiap titik-titik kritis

pengolahannya. Dalam hal ini pasteurisasi, sterilisasi botol dan tutup botol serta

penyimpanan merupakan titik-titik kritis (CCP) pengolahan jus jeruk.

Teknologi pembuatan konsentrat telah dicoba dengan menggunakan evaporator.

Penggunaan metode ini kurang efektif karena waktu yang diperlukan cukup lama dan

menghasilkan konsentrat jeruk dengan kadar limonin yang cukup tinggi (108,69 µg/L).

Oleh karena itu dilakukan metode kombinasi penggunaan evaporator dan membran

ultrafiltrasi (UF) untuk menghasilkan produk konsentrat jeruk yang baik (warna dan

aroma lebih baik, rasa tidak pahit dan TSS mencapai 32obrix dalam waktu yang relatif

singkat).

Limonin dan naringin telah dikarakterisasi sebagai senyawa penyebab rasa pahit

pada jus jeruk. Teknologi pengurangan kepahitan jus jeruk dilakukan dengan beberapa

metode, yaitu dengan metode lye peeling, penambahan CMC, penambahan enzim

naringinase, dan kombinasi penambahan enzim nariginase dengan CMC. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kombinasi penambahan enzim naringinase (1 g/L)

dengan CMC (0,3%) terbukti paling efektif menurunkan narigin pada jus jeruk hingga

62,1% dari total narigin yang terkandung pada jus jeruk.

Dalam upaya pemanfaatan limbah pengolahan jus jeruk, dilakukan ekstraksi

pektin dari ampas jeruk dan teknologi pembuatan minyak kulit jeruk. Dengan ekstraksi

Page 8: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 8

pektin pada suhu 950C selama 80 menit, diperoleh rendemen pektin sebanyak 13,67-

16,32% (bk). Teknologi pembuatan minyak kulit jeruk dilakukan dengan metode

pengepresan pada skala laboratorium. Teknologi ini masih perlu optimalisasi dan

perbaikan karena mutu minyak yang dihasilkan masih rendah, yaitu kandungan D-

Limonene sebagai penentu mutu masih rendah.

Dalam rangka mensosialisasikan teknologi pengolahan jeruk tersebut, pada

tanggal 4 Mei 2006 BB-Pascapanen bekerjasama dengan BPTP Kalimantan Barat dan

Pemda Kabupaten Sambas menyelenggarakan ekspose Agribisnis Jeruk di lokasi Citrus

Centre, Sambas, Kalimantan Barat. Ekspose tersebut dibuka oleh Menteri Pertanian dan

dihadiri oleh Dirjen Hortikultura, Gubernur Kalbar, Bupati Kabupaten Sambas.

Page 9: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Lap

oran

Tah

un

an

BB

-Pas

cap

anen

TA

20

06

9

Gam

bar

1. B

agan

ali

r p

eng

ola

han

jer

uk

di

Kal

bar

Degre

enin

g (

Eth

rel;

gas

Ase

tile

n)

Pelil

inan

Pengem

asa

n

Pela

bela

n

Grading

Pencucian

Buah J

eru

k

Produk buah

segar

Unit pulping,

mixing, dan

pasteurizer

Pencucian

Pengupasa

n

Lye p

eelin

g

Jus jeruk

Grade A&B Grade C

Page 10: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

10

2. Teknologi Pemanfaatan Tanaman untuk Bahan Baku Industri Biofarmaka

Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai keanekaragaman hayati yang

cukup luas, terbesar kedua setelah Brazil, diperkirakan sekitar 30.000 jenis tumbuhan

yang bisa dimanfaatkan. Dari jenis tumbuhan tersebut, baru sekitar 940 jenis diketahui

berkhasiat sebagai obat, dan yang telah dimanfaatkan sebagai ramuan dan industri obat

tradisional sekitar 180 spesies. Sebagian besar para ahli mencoba menggali potensi alam

dalam upaya mendapatkan senyawa baru yang bermanfaat bagi kesehatan. Industri

farmasi juga berusaha mencari peluang pemanfaatan bahan alam dan turunannya sebagai

bahan untuk obat. Telah lama diketahui bahwa obat tradisional selain berkhasiat sebagai

obat, juga sangat jarang menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan seperti obat

modern.

Produk fitofarmaka adalah suatu produk yang dibuat dari tumbuhan atau bagian

dari tumbuhan, baik yang segar ataupun yang telah dikeringkan dan telah melalui proses

ekstraksi, distilasi atau proses lainnya. Spesifikasi produk fitofarmaka adalah senyawa

aktif yang terdapat didalamnya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi masih terdapat zat-zat

pendamping lainnya.

a. Lengkuas

Lengkuas (Alpinia galanga) adalah salah satu jenis tanaman dari famili

Zingiberaceae, yang secara tradisional sering digunakan sebagai obat untuk eksim, panu,

borok, koreng, radang anak telinga, radang lambung, obat rematik, karminatif, perut

kembung, anti jamur, anti bakteri dan malaria. Kegiatan penelitian ini merupakan

lanjutan dari kegiatan tahun 2005. Kegiatan tahun 2006 ini bertujuan untuk mendapatkan

teknologi proses ekstraksi dan pemurnian ekstrak lengkuas. Tahapan proses ekstraksi

lengkuas secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram alir pembuatan ekstrak rimpang lengkuas

Page 11: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

11

Ekstrak lengkuas yang dihasilkan mempunyai karakteristik mutu : pH 5,01-5,35;

berat jenis 1,307-1,461; total padatan terlarut 16,93 - 24,88%; sisa pelarut 6,60 - 15,12% dan

kelarutan dalam alkohol 95% 1 : 7 sampai 1 : 11. Limpahan senyawa aktif (1’-

asetoksikhavikol asetat) mencapai 51,79 -85,30%. Nilai pH berguna untuk mengetahui

kemungkinan adanya kandungan komponen kimia yang terdapat didalamnya.

Hasil analisis fitokimia menunjukkan bahwa dalam ekstrak lengkuas telah

teridentifikasi adanya senyawa alkaloid (senyawa alkaloid akan memberikan kisaran nilai

pH antara 4 dan 5). Sisa pelarut sangat menentukan mutu suatu ekstrak karena ada

batasan untuk sisa pelarut terutama untuk pelarut yang beracun. Kelarutan dalam

alkohol merupakan salah satu cara untuk mengetahui larutnya bahan atau ekstrak

dengan perbandingan tertentu dalam satu jenis pelarut, dan alkohol merupakan pelarut

yang umum digunakan.

Dari analisis secara GCMS telah teridentifikasi senyawa aktif lengkuas yaitu 1’-

asetoksikhavikol asetat. Senyawa I-asetoksinkhavikol asetat diketahui mempunyai

banyak khasiat, diantaranya mampu untuk menghambat infeksi HIV-1 (human

immunodeviciency virus type 1) bila penggunaanya digabung dengan obat anti HIV, anti

jamur, anti inflamasi, dan anti oksidan. Selain itu, berpotensi juga untuk menurunkan

pertumbuhan kanker yang disebabkan oleh induksi senyawa karsinogen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan akan mempengaruhi limpahan

senyawa aktif yang terdapat di dalamnya. Konsentrasi pelarut dalam proses ekstraksi

sangat berpengaruh dalam mendapatkan banyaknya senyawa aktif yang terekstrak.

Senyawa 1’-asetoksikhavikol asetat ternyata lebih mudah larut dalam pelarut organik

yang polaritasnya rendah dibandingkan dalam pelarut polar. Tahapan proses pemurnian

ekstrak lengkuas dapat dilihat pada Gambar 3. Karakteristik mutu ekstrak lengkuas hasil

pemurnian menunjukkan : pH 3,94-6,28; total padatan terlarut sekitar 28,88-82,89% ; sisa

pelarut 0,24-1,60% ; limpahan bahan aktif 1’-asetoksikhavikol asetat sekitar 62,71 - 91,84%.

Uji anti jamur terhadap ekstrak murni lengkuas menunjukkan hasil terbaik dan

proporsional dari ekstrak hasil pemurnian menggunakan ekstrak heksan 60% untuk

jamur T. mentagrophyte dan ekstrak hasil pemurnian dengan heksan 70% untuk jamur

M.canis.

Gambar 3. Diagram alir teknologi pemurnian ekstrak lengkuas

Page 12: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

12

b. Daun Belimbing Wuluh

Pada kegiatan tahun 2006 ini telah dihasilkan teknologi proses ekstraksi daun

belimbing wuluh dan analisis senyawa aktif. Tahapan proses ekstraksi daun belimbing

wuluh secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 4.

Karakteristik mutu hasil ekstrak daun belimbing wuluh adalah pH 5,90-6,62; berat

jenis 1,069-1,188; total padatan terlarut 20,54-23,305; sisa pelarut 4,15-14,23%; dan

kelarutan dalam alkohol 95% 1 : 2 – 1 : 5. Limpahan senyawa aktif (dietil phtalat dan phytol)

masing-masing berkisar antara 2,02 – 4,43% dan 9,75 – 12,64%.

Hasil analisis senyawa aktif dengan GCMS menunjukkan bahwa ekstrak daun

belimbing wuluh terdeteksi senyawa asam dikarboksilat yang mempunyai indeks

keasaman (SI) 92% dengan dietil phtalat. Dietil phtalat merupakan senyawa kelompok

karboksilat. Asam karboksilat biasanya berasal dari lemak dan merupakan turunan dari

asam-asam lemak. Selain itu, senyawa phytol juga terdeteksi dengan indeks keasaman (SI)

93%. Phytol merupakan senyawa alkohol diterpen asiklik, dan campuran dari bentuk cis

dan trans dari 3, 7, 11, 15 tetrametil -2-heksadesen-1-ol. Senyawa ini bisa digunakan

sebagai adjuvant yang cukup baik dan aman untuk memperbaharui komplemen antibodi.

Beberapa turunan diterpen memberikan aktivitas insektisida dan anti kanker.

Hasil kegiatan tahun 2006 diperoleh teknologi proses pemurnian ekstrak daun

belimbing wuluh. Karakteristik mutu hasil ekstrak murni daun belimbing wuluh: pH

4,01-8,91; total padatan terlarut 1,97-77,47%; sisa pelarut antara 0,20-2,46%; limpahan

bahan aktif dietil phtalat dan phytol masing-masing 1,41-22,76% dan 11,78-59,63%. Untuk

uji anti hipertensi ekstrak daun belimbing wuluh, hasil terbaik diperoleh dari ekstrak

hasil pemurnian metode adsorpsi diikuti oleh metode ekstraksi dan ekstrak kasar. Hal ini

sesuai dengan penurunan tekanan darah dan durasi penurunan dari berbagai dosis yang

dicobakan.

Gambar 4. Diagram alir pembuatan ekstrak daun belimbing wuluh

Page 13: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

13

a b

Gambar 6. Ekstrak lengkuas (a) dan ekstrak daun belimbing wuluh (b)

3. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak Kelapa Murni dan Produk Hilirnya

Komoditas kelapa selama ini sebagian besar dimanfaatkan untuk kelapa sayur dan

minyak goreng. Pangsa pasar minyak kelapa dan kopra sebagai bahan baku minyak

kelapa untuk keperluan minyak makan, di masa datang akan mendapat tekanan dari

produk minyak makan dari sawit. Harga kelapa di tingkat petani saat ini Rp 500,- per

butir (1 liter minyak kelapa diperoleh dari 12 butir kelapa), sehingga sulit untuk bersaing

dengan minyak makan dari sawit dengan harga di pasaran Rp 6.000,- per kg. Dalam

upaya meningkatkan nilai tambah komoditas kelapa, telah dilakukan kegiatan penelitian

dan pengembangan pengolahan minyak kelapa murni dan produk turunannya yang

dimulai dari tahun 2004-2006.

Pada tahun 2004-2005 telah dihasilkan teknologi proses minyak kelapa murni dan

telah terpasang dan dioperasikan di Desa Agrabinta, Cianjur Selatan, bekerjasama dengan

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cianjur dan Koperasi Mutiara Baru

Cianjur Selatan. Unit pengolahan minyak kelapa murni yang dibangun memiliki

kapasitas produksi 250 kg/jam kelapa parut. Teknologi pengolahan minyak kelapa murni

yang dikembangkan oleh BB-Pascapanen merupakan teknologi proses mekanis, dengan

penggunaan panas minimal. Keunggulan teknologi tersebut adalah waktu proses lebih

cepat ±3 jam (tradisional 24-26 jam), hemat energi (pemanasan minimal), kebutuhan air

lebih sedikit, dan tanpa penggunaan bahan kimia. Teknologi ini juga dilengkapi dengan

Gambar 5. Diagram alir teknologi pemurnian ekstrak daun belimbing wuluh

Page 14: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

14

sistem purifikasi berbasis teknologi membran ultrafiltrasi. Produk minyak kelapa murni

yang dihasilkan mengandung kadar asam lemak bebas (FFA) 0,01 % (standar CODEX

maksimum 0,04%) dan kadar asam laurat 50% (komponen terpenting dalam minyak

kelapa murni). Produk minyak kelapa murni telah dipasarkan dengan nama Laurica

dengan harga Rp 120.000 per kg.

Limbah air kelapa sebagai produk samping dari pengolahan minyak kelapa

murni, telah dimanfaatkan sebagai minuman isotonik dan ampas kelapa dikonversi

menjadi pakan ternak. Proses pengolahan minuman isotonik air kelapa didesain

menggunakan metode membran ultrafiltrasi, teknologi ini selain mampu memisahkan

sejumlah mikroorganisme dan sporanya juga dapat mempertahankan nilai gizi, flavor dan

aroma khas air kelapa, serta kandungan mineral.

Pada tahun 2006, ditujukan untuk menghasilkan teknologi pengolahan minyak

kelapa murni berbasis teknologi membran ultrafiltrasi dan teknologi proses fraksionasi

produk MCT (Medium Chain Triglyceride) dari minyak kelapa. Kegiatan untuk

mendapatkan keluaran Teknologi Proses Pengolahan Minyak Kelapa Murni Berbasis

Teknologi Membran Ultrafiltrasi dilatarbelakangi oleh permintaan konsumen terhadap

kualitas minyak kelapa murni yang semakin tinggi seperti kandungan kadar air, kadar

asam lemak bebas, bebas dari kontaminan mikroba dan bakteri. Proses pengolahan

minyak kelapa murni yang berkembang saat ini belum mampu menghasilkan produk

dengan kadar air dan kadar asam lemak bebas yang sangat rendah, serta belum dapat

menjamin produk yang dihasilkan bebas dari kontaminan mikroba, bakteri, dan pengotor

lainnya. Karakteristik minyak kelapa murni tersebut dapat dicapai dengan menggunakan

teknologi membran. Karakteristik mutu minyak kelapa murni yang dihasilkan sebagai

berikut : kadar air (0,05 % bk), asam lemak bebas (0,01 %), dan bebas dari cemaran

mikroba.

Teknologi membran memegang peranan yang penting dalam proses pengolahan

minyak kelapa murni. Membran berfungsi sebagai penghalang selektif yang

memungkinkan lewatnya makromolekul dan berbagai komponen minyak seperti asam

kaprilat, asam miristat, asam kaprat, asam palmitat, asam laurat, dan asam stearat

sedangkan kekeruhan, padatan tersuspensi, koloid, bakteri, mikroorganisme patogen,

dan air akan tertahan oleh membran. Membran yang digunakan adalah membran hollow

fiber dengan selektivitas sangat tinggi. Desain tahapan proses pengolahan minyak kelapa

murni disajikan pada Gambar 7.

Page 15: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

15

Kegiatan untuk mendapatkan keluaran Teknologi Proses Fraksionasi Produk MCT

dari Minyak Kelapa Murni diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan nilai tambah

bagi petani. Pengembangan produk turunan (derivatif) dari minyak kelapa murni seperti

fraksionasi produk MCT melalui proses metanolisis mempunyai nilai ekonomi lebih

tinggi sehingga akan meningkatkan daya saing industri pengolahan kelapa yang dikelola

secara terintegrasi. Produk-produk turunan tersebut diarahkan sebagai bahan baku

industri kosmetik dan farmasi. Multi fungsi dari minyak kelapa murni dan ketersediaan

teknologi dapat membuka peluang pasar baru bagi produk-produk olahan kelapa.

Peningkatan nilai jual produk kelapa tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai jual

kelapa petani.

Teknologi proses fraksionasi produk MCT (Medium Chain Triglyceride) dari minyak

kelapa dilakukan melalui tahap unit proses metil ester (metanolisis), fraksionasi metil

ester, hidrolisis dan gliserolisis (MCT). Proses reaksi metanolisis dilakukan dalam dua

tahap karena waktu reaksi tahap pertama lebih cepat dari tahap kedua tetapi konversi

tahap pertama lebih rendah dari tahap kedua. Konversi tahap pertama mencapai 95%

sedangkan konversi tahap kedua mencapai konversi 99,87%. Untuk memperoleh produk

MCT hanya fraksi ester metil C6-C10 yang diproses lebih lanjut. Fraksi ester metil C6-C10

dihidrolisis pada tekanan 1 atm dan temperatur 120°C selama 6 jam, menggunakan

katalis Amberlite. Konversi reaksi hidrolisis (derajat hidrolisis) mencapai 97%, jika tidak

terdapat fasa ukuantik dalam campuran reaksi. Untuk itu, metanol yang terbentuk dari

reaksi ini, langsung teruapkan bersama dengan sisa air, kemudian metanol dan air

dikondensasi dan didistilasi untuk memisahkan metanol dan air.

Dampak dari pengolahan minyak kelapa murni di Cianjur, ditunjukkan dengan

adanya beberapa institusi yang mengajukan kerjasama dengan BB-Pascapanen baik

Pemda maupun pihak swasta, diantaranya Pemda Kabupaten Halmahera Utara Propinsi

Maluku Utara dan PT Surya Alam Global, Sumatera Utara. Kerjasama model agroindustri

pengolahan kelapa murni di Kabupaten Halmahera Utara telah dimantapkan dengan

ditandatangani naskah kerjasama pengembangan model agroindustri pengolahan kelapa

terpadu pada tanggal 27 Maret 2006. Kerjasama ini melibatkan Badan Litbang (BB-

Gambar 7. Tahapan pengolahan minyak kelapa murni berbasis membran

Ultrafiltrasi

Pemarutan

Pembuatan Santan

Pemecahan Emulsi

Penyaringan dengan

Membran Ultrafiltrasi

Minyak Kelapa Murni

Pembentukan Minyak

Unit membran ultrafiltrasi

Page 16: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

16

Pascapanen dan BPTP Maluku Utara), Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara, Dinas

Perindustrian dan Dinas Koperasi Kabupaten Halmahera Utara.

Kerjasama pengembangan teknologi pengolahan minyak kelapa murni dengan PT

Surya Alam Global telah ditandatangani pada tanggal 8 Agustus 2006 yang bertujuan

untuk melakukan scalling up teknologi pengolahan minyak kelapa murni yang dihasilkan

oleh BB-Pascapanen dan akan dilakukan di lokasi PT Surya Alam Global.

4. Teknologi Sintesa Vanilin dan Optimasi Eugenol dari Minyak Daun Cengkeh

Minyak daun cengkeh merupakan produk hasil penyulingan dari daun tanaman

cengkeh (Eugenia caryophyllata Tumberg) yang telah gugur. Minyak yang dihasilkan

berwarna kuning pucat sesaat setelah disuling dan warnanya mudah berubah menjadi

coklat bila kontak dengan udara. Minyak daun cengkeh mengandung dua kelompok

komponen penyusun. Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan eugenol (80-

85%) sebagai komponen terbesar. Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat yang

meliputi β-karyofilen, α-kubeben, α-kopaen, humulen, delta kadinen, dan kadina 1,3,5

triena dengan β-karyofilen sebagai komponen terbesar. Penggunaan daun cengkeh

banyak dibutuhkan oleh industri farmasi, kosmetik dan industri flavor makanan dan

minuman.

Usaha produksi eugenol dari minyak daun cengkeh sudah dilakukan di

Indonesia, namun mutu eugenol yang dihasilkan tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan

dengan rendahnya harga eugenol Indonesia (US$ 5,15/kg) dibandingkan harga rataan di

pasaran dunia (US$ 7,0-7,5/kg). Mahalnya biaya produksi dan harga vanilin alami

menyebabkan industri pengguna vanilin (makanan, minuman, dan farmasi) di Indonesia

mengimpor vanilin sintetik. Pada tahun 2000-2004, Indonesia mengimpor vanilin

sebanyak 137,8-174,2 ton dengan nilai US$ 1,191-1,3 juta. Ironisnya, eugenol dan vanilin

merupakan isolat dan produk turunan dari minyak daun cengkeh yang ketersediaannya

melimpah di Indonesia. Masalah utamanya, yaitu masih terbatasnya ketersediaan

teknologi pemurnian eugenol dan sintesis vanilin, khususnya di dalam negeri.

Penelitian Teknologi Sintesa Vanilin dan Optimasi Eugenol dari Minyak Daun

Cengkeh telah menghasilkan teknologi pemurnian eugenol minyak daun cengkeh dan

sintesis vanilin dari eugenol yang efisien pada skala laboratorium. Kegiatan pertama

terdiri atas tiga rangkaian proses, yaitu (i) penyulingan minyak dari daun cengkeh gugur,

(ii) isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh, dan (iii) destilasi vakum eugenol hasil

isolasi. Isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh dilakukan dengan metode Sumangat et

al. (2003) yang dimodifikasi. Eugenol yang dihasilkan ditingkatkan kemurniannya

dengan cara destilasi vakum.

Pada proses isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh, penggunaan minyak daun

cengkeh hasil penyulingan BB-Pascapanen dengan perbandingan berat minyak dan

NaOH 10% sebesar 1 : 3 merupakan kondisi proses yang optimum dengan efisiensi proses

98,39%. Rendemen dan kemurnian eugenol yang dihasilkan yaitu 63,65% dan 97,94%.

Sifat fisiko-kimia eugenol yang dihasilkan memenuhi spesifikasi eugenol 90-935, namun

belum memenuhi spesifikasi eugenol USP-926 kecuali sifat kelarutan eugenol.

Pada proses pemurnian eugenol dengan destilasi vakum, penggunaan tekanan

vakum 10 mbar merupakan kondisi proses yang paling efisien. Kemurnian eugenol yang

dihasilkan 97,62%, meningkat dibandingkan dengan kemurnian bahan bakunya (96,10%).

Eugenol yang dihasilkan berwarna bening agak kekuningan dan jauh lebih baik

Page 17: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

17

dibandingkan warna bahan bakunya (coklat tua kekuningan). Karakteristik eugenol hasil

pemurnian dapat dilihat dalam Tabel 1. Proses pemurnian eugenol dengan menggunakan

destilasi vakum dan eugenol hasil pemurnian dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar

9.

Tabel 1. Rendemen, kemurnian dan warna fraksi-fraksi hasil destilasi

Fraksi

Rendemen (%) Kemurnian (%) Warna*)

Tekanan vakum (mbar)

0 15 10 20 15 10 20 15 10

E1 7,56a 7,34a 7,60a 79,61a 77,97a 83,28a + + ++

E2 71,80a 72,80a 76,80a 97,24a 97,45a 97,62a + + ++

Residu 17,40a 17,76a 12,48a 90,22a 90,96a 93,06a +++ +++ +++

Hilang 3,24a 2,10a 3,12a - - -

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap baris tidak berbeda nyata menurut uji Tukey

pada selang kepercayaan 95% *) (+) bening, (++) bening agak kekuningan, dan (+++) coklat kehitaman

Eugenol kasar

Pemanasan

(Tekanan 10, 15, 20 mbar)

Dimasukkan ke dalam

“distillation flaks”

Rasio refluks 10/10

Pengambilan destilat

Air Pendingin

Eugenol Murni Residu

Senyawa

non eugenol

MINYAK DAUN CENGKEH

Pendiaman (12 jam) dalam tangki pemisahan

Pengadukan 30 menit

EUGENOL

Pencucian eugenol

Pemisahan eugenol

NaOH

Pengaturan pH

Eugenol (pH 6)

Pemisahan eugenol

EUGENOL

Heksan

HCl

Larutan

NaCl

Gambar 8. Proses pemurnian eugenol dengan menggunakan destilasi vakum

Page 18: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

18

Sintesa vanilin dilakukan melalui dua tahapan proses, yaitu isomerisasi eugenol

menjadi isoeugenol dan oksidasi isoeugenol menjadi vanilin. Pada tahap oksidasi

isoeugenol menjadi vanillin dilakukan dengan dua cara pemanasan, yaitu konvensional

dan gelombang mikro. Tahapan sintesa vanilin dari eugenol dapat dilihat pada

Gambar 10.

Gambar 9. Tampilan bahan baku, eugenol, dan residu setelah

proses pemurnian

Produk mengkristal

pada suhu kamar

Vanillin

Eugenol

Perlakuan konsentrasi

katalis dan lama reaksi

+ Katalis RhCl3. 3H2O

dalam etanol

Gelombang mikro

Perlakuan daya dan

lama reaksi

Isoeugenol

Perlakuan nisbah mol

dan lama reaksi

Refluks 130oC Nitrobenzena/

DMSO/KOH

Pendinginan

HCl

Pendinginan

Ekstraksi dengan dietil eter

Penguapan pelarut

Gambar 10. Sintesa vanillin dari eugenol

Page 19: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

19

Kondisi optimum proses isomerisasi eugenol menjadi isoeugenol, diperoleh pada

penggunaan katalis RhCl3.3H2O sebesar 0,24% dengan pemanasan gelombang mikro

selama 15 menit. Kemurnian isoeugenol yang dihasilkan mencapai 91,27% dengan

komposisi isomer cis isoeugenol 18,03% dan trans isoeugenol 73,24% atau rasio isomer cis

dan trans 1 : 4,1 (0,25). Jumlah bahan yang menguap mencapai 19,08% atau identik

dengan rendemen isoeugenol sebesar 80,92%.

Pada proses sintesa vanilin (oksidasi isoeugenol menjadi vanilin) dengan

pemanasan konvensional, kondisi proses yang optimum diperoleh pada nisbah mol

nitrobenzena dengan isoeugenol 2 : 1 dengan lama reaksi 2 jam. Rendemen dan

kemurnian vanilin yaitu 18,58% dan 98,32%. Kemurnian vanilin mendekati kemurnian

vanilin komersial (99,16%). Sifat fisiko-kimia vanilin kasar sebagai berikut : titik lebur

74,35oC, densitas kamba 0,3294 g/cm3, dan kelarutan dalam etanol 70% 1: 2. Pada proses

sintesa vanilin dengan menggunakan gelombang mikro, kondisi proses yang optimum

diperoleh pada tingkat daya 400 watt dengan lama reaksi 8 menit. Rendemen dan

kemurnian vanilin kasar yang dihasilkan yaitu 7,42% dan 98,91%. Kemurnian vanilin

kasar mendekati kemurnian vanilin komersial. Sifat fisiko-kimia vanilin kasar sebagai

berikut : titik lebur 62,10oC, densitas kamba 0,5920 g/cm3, dan kelarutan dalam etanol 70%

1: 2.

B. Pengembangan Teknologi Pengolahan Pangan Tradisional Mendukung Ketahanan

Pangan

1. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengolahan Jagung Terpadu

Jagung mempunyai potensi sebagai bahan baku berbagai industri makanan,

minuman, kimia farmasi dan industri lainnya. Dari 100 kg jagung dapat diperoleh 3,5-4

kg minyak jagung; 27-30 kg bungkil, makanan ternak, gluten, serat dan sebagainya, serta

64-67 kg pati. Sisanya 15-25 kg , hilang atau terbuang.

Kegiatan penelitian ini merupakan lanjutan kegiatan tahun 2005 yang bertujuan

untuk scalling up teknologi penepungan di tingkat pedesaan, menghasilkan teknologi

pengeringan dan penepungan jagung manis serta produk mie, sup dan es krim berbasis

tepung jagung. Teknologi tepung merupakan salah satu proses alternatif produk setengah

jadi yang disarankan, karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur (dibuat komposit

atau bahan makanan campuran), luwes dan mudah dibuat keanekaragaman

(diversifikasi), mudah ditambahkan zat gizi (fortifikasi) dan lebih cepat dimasak sesuai

keinginan konsumen dalam kehidupan modern dan praktis.

(b) (a)

Gambar 11. Produk vanilin komersial (a) dan

crude vanilin hasil penelitian (b)

Page 20: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

20

Hasil kegiatan scalling up teknologi tepung untuk tingkat pedesaan berkapasitas

400 g/proses (1 kali proses sekitar 4,0-5,5 menit) kemudian ditingkatkan menjadi 2.000

g/proses (1 kali proses sekitar 7-10 menit). Teknologi yang digunakan untuk

menghasilkan tepung jagung menggunakan teknologi pembrondongan (popping

technology) yang dilengkapi bejana pembrondong. Brondong jagung merupakan bahan

baku dalam pembuatan tepung jagung instan. Setelah pembrondongan, dilakukan tahap

penepungan jagung. Dalam penelitian ini diperoleh penepungan dengan mesin penepung

tipe hammer mill yang mempunyai kapasitas 142,08 kg/jam dan rendemen 91,4%. Namun

untuk pengembangan scaling up ditingkat perdesaan dengan kapasitas 1 kuintal /hari

mesin penepung dish mill skala kecil (kapasitas 15 kg/jam) lebih sesuai dengan kebutuhan.

Dilihat dari aspek tingk kehalusan produk tepung yang dihasilkan, penepung tipe

hammer mill lebih baik dari pada yang dihasilkan penepung tipe dish mill.

Dari hasil analisis warna dengan menggunakan Chromameter menunjukkan tepung

brondong jagung yang diproses dengan menggunakan mesin penepung tipe dish mill

cenderung mempunyai nilai L yang lebih tinggi (4325,00 dan 4546,33) dibandingkan

mesin penepung tipe hammer mill (4201,00). Hal ini berarti tingkat kecerahan tepung

brondong yang dihasilkan melalui proses dish mill cenderung lebih tinggi dibandingkan

dengan hammer mill. Tepung brondong jagung yang dihasilkan mesin penepung dish mill

skala kecil mempunyai nilai L atau tingkat kecerahan yang lebih tinggi (4546,33)

dibandingkan dengan yang dihasilkan mesin penepung dish mill skala menengah

(4325,00). Namun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan.

Dilihat dari nilai a produk tepung brondong jagung yang dihasilkan oleh ketiga

jenis mesin penepung mempunyai nilai a positif atau menunjukkan kecenderungan

warna merah. Nilai a tepung jagung brondong yang dihasilkan penepung hammer mill

lebih besar (69,03) daripada yang dihasilkan mesin penepung dish mill skala menengah

65,83 dan skala kecil 59,75. Hal ini berarti tepung brondong jagung melalui proses hammer

mill cenderung berwarna lebih merah daripada tepung brondong melalui proses dish mill.

Namun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan.

Dilihat dari nilai b menunjukan produk brondong jagung yang dihasilkan ketiga

mesin penepung mempunyai nilai b positif atau kecenderungan warna kuning. Produk

tepung brondong jagung melalui proses penepungan dengan mesin penepung dish mill

skala kecil mempunyai nilai b paling besar (2706,67), diikuti oleh produk tepung

brondong jagung melalui proses penepungan dengan mesin penepung tipe hammer mill

(2497,00) dan dish mill skala kecil (2397,00). Namun secara statistik tidak menunjukkan

perbedaan.

Page 21: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

21

Dengan melakukan scaling up mesin pembrondong jagung dari 400 g menjadi

2.000 g per proses maka akan mendapatkan peningkatan keuntungan dari Rp 20.000,-

menjadi Rp 315,000,-per hari kerja.

PENGERINGAN

PENGAYAKAN

PEMBRONDONGAN

PENEPUNGAN

Jagung pipil kadar air 15-16%

Jagung pipil kering kadar air 12-13 %

Jagung brondong

Tepung jagung brondong kasar

Tepung jagung brondong halus

Gambar 12. Diagram alir proses pembuatan tepung jagung brondong

Page 22: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

22

Jagung manis yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Thaisin dari

daerah Majalengka Jawa Barat yang dipanen pada umur 70 HST. Dalam proses

pengeringan diusahakan agar sweet corn flavor tidak hilang dalam proses pengeringan.

Untuk itu sebelum biji jagung manis dikeringkan maka dilakukan pre treatment dengan

blanching. Teknologi pengeringan jagung manis dengan teknologi FIR menghasilkan

rendemen biji jagung manis kering lebih tinggi (9,26%) dibanding dengan oven (8,62%)

dan penjemuran (8,12%).

PENGUPASAN

PEMBLANCHINGAN

PENDINGINAN

PEMIPILAN

PENGERINGAN

Jagung manis Klobot

Jagung manis tongkol

Jagung manis pipil (basah)

Jagung manis pipil kering

Gambar 13. Diagram alir proses pengeringan jagung manis

PENEPUNGAN

PENGAYAKAN

Jagung manis pipil kering

Tepung jagung manis

Gambar 14. Diagram alir proses penepungan jagung manis

Page 23: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

23

Berdasarkan hasil analisis warna jagung manis varietas Hawaii menggunakan

Chromameter, dengan adanya perlakuan blanching warna kuning pada jagung manis lebih

dapat dipertahankan. Pengeringan dengan FIR menghasilkan produk dengan warna

kuning mengkilap karena proses pengeringan berlangsung relatif singkat. Pengeringan

dengan oven maupun penjemuran, meskipun diberi pre-treatment tetap menghasilkan

produk kurang mengkilap atau agak kusam karena terjadinya perubahan warna

(deteriorasi warna).

Pengeringan berpengaruh secara nyata terhadap kadar gula reduksi maupun

kadar sakarosa jagung manis pipil kering varietas Hawaii hasil pengeringan. Metode FIR

memberikan hasil kadar gula reduksi paling tinggi (12,53-12,90%), diikuti pengeringan

dengan oven (6,76-10,77%) dan kadar gula reduksi paling rendah pada hasil penjemuran

(7,66-7,95%)

Biji jagung manis kering apabila dimasukkan dalam air akan mengabsorpsi air

kembali (rehidrasi), sehingga kadar airnya meningkat dan bentuknya berubah

menyerupai bentuk jagung manis segar . Banyaknya air yang diserap oleh contoh biji

jagung manis kering dipengaruhi oleh metode pengeringan maupun pre-treatmen

sebelum pengeringan dilakukan.

Hasil analisis sifat rehidrasi dan kekerasan biji jagung manis kering varietas

Hawaii menunjukkan bahwa sifat rehidrasi jagung manis pipil kering hasil pengeringan

dengan ketiga metode pengeringan hampir sama yaitu rata-rata 0,80 g/g sampel (0,76-

0,84) pada metode FIR, 0,81 (0,65-1,01) pada oven dan 0,83 (0,75-0,89) pada hasil

penjemuran. Namun pengaruh pre-treatment dapat menurunkan sifat rehidrasi hasil

jagung manis pipil kering.

Pengukuran tingkat kekerasan/kerapuhan biji jagung manis dilakukan dengan

alat Rigiditymeter. Tingkat kekerasan/kerapuhan biji jagung manis kering dipengaruhi

metode pengeringan maupun pretreatmen yang dilakukan sebelum proses pengeringan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeringan dengan metode FIR menghasilkan biji

jagung manis kering yang paling renyah (britle) dengan tingkat kekerasan paling rendah

yaitu 3,03 kg/cm2 (2,88-3,26), diikuti dengan pengeringan metode oven 3,36 (3,21-3,56) dan

penjemuran menghasilkan biji yang tingkat kekerasannya paling tinggi yaitu 3,76 (3,07-

4,22).

Penepungan jagung manis dalam penelitian ini menggunakan unit proses

penepungan tipe hammer mill dan dish mill. Kapasitas unit proses penepungan tipe hammer

mill mempunyai kapasitas jauh lebih besar (149,60kg/jam) daripada dish mill skala kecil

(68,40 kg/jam). Rendemen tepung hasil proses tidak berbeda nyata antara dish mill skala

kecil (86,74%) dengan hammer mill (85,40). Sebaran tingkat kehalusan tepung hasil unit

proses penepungan dengan menggunakan kedua jenis mesin penepung terlihat pada

tingkat kehalusan 60 mess. Namun sebaran kehalusan pada tingkat kehalusan yang lebih

tinggi yaitu 70 dan 80 mess menunjukkan bahwa tepung jagung manis hasil penepungan

dengan unit proses penepung hammer mill lebih tinggi (27,13 dan 11,44%) dibandingkan

dish mill ( 13,43 dan 6,01).

Pembuatan mie jagung dari bahan dengan komposisi subtitusi 5% terigu terhadap

tepung jagung sosoh (190:10) dihasilkan produk yang memiliki rasa, warna, aroma dan

elastisitas yang tingkat preferensi panelisnya paling tinggi. Produk es krim tepung

brondong jagung dengan subtitusi tepung terigu 50% dan penambah cita rasa jus alpokad

dapat memperbaiki rasa, warna, aroma dan tekstur es krim. Dari uji organoleptik,

subtitusi terigu dengan tepung brondong jagung sebagai bahan pengental kuah sup,

Page 24: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

24

dapat memperbaiki cita rasa kuah sup jagung manis, rasa yang tingkat kesukaannya

tertinggi.

2. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengolahan Beras Beriodium

Defisiensi iodium merupkan masalah gizi yang prevalensinya saat ini cenderung

meningkat di Indonesia maupun di dunia. Berbagai penelitian menunjukkan akibat

gangguan kekurangan kekurangan iodium (GAKI) yang paling serius antara lain adalah

kerusakan otak pada fetus yang sangat mempengaruhi perkembangan neurointelektual.

Hal ini tentu saja menghawatirkan perkembangan sumber daya menusia suatu bangsa.

Iodium merupakan salah satu unsur mikro yang dibutuhkan dalam jumlah sangat

sedikit di dalam tubuh yaitu 0,00004% dari berat tubuh, sehingga iodium disebut sebagai

mineral mikro. Kebutuhan iodium pada orang dewasa sebanyak 150 mikrogram per hari

(Untoro, 1999). Kebutuhan iodium bagi tubuh untuk hidup sehat adalah sebesar 50

µg/hari. Untuk orang hamil perlu penambahan 25 mikrogram lagi dan selama menyusui

perlu penambahan sebesar 50 mikrogram. Kebutuhan iodium sehari-hari untuk dapat

mencegah penyakit gondok adalah sebanyak 0,05-0,08 mikrogram atau 0,001 mikrogram

per kilogram berat badan.

Berdasarkan kenyataan tersebut perlu diupayakan fortifikasi iodium bahan

pangan lain yang umum di konsumsi masyarakat. Kegiatan pada tahun 2006 telah

menghasilkan teknologi pembuatan beras beriodium, jenis fortifikan yang tepat untuk

produksi beras beriodium, informasi sifat fisikokimia nasi beras beriodium dan daya

simpan beras beriodium.

Pemilihan beras sebagai bahan untuk difortifikasi iodium, karena beras

merupakan bahan pangan pokok yang dikonsumsi lebih dari 90% penduduk Indonesia.

Komponen utama dari beras ialah karbohidrat (85-90%, berat kering), yang mayoritas

adalah pati. Pati terdiri dari amilosa dan amilopektin, dan senyawa ini dapat berikatan

dengan iodium. Oleh karena itu beras berpeluang besar untuk difortifikasi dengan

iodium.

Untuk membuat beras beriodium dilakukan dengan cara pengkabutan fortifikan

kedalam ruang penyosoh sewaktu proses penyosohan berlangsung. Sebelum dilakukan

penyosohan terlebih dahulu gabah dibuang sekamnya dengan menggunakan alat

pemecah kulit. Alat pengkabut tersebut dilengkapi dengan kompresor agar kabut yang

terbentuk lebih sempurna. Diagram alir pembuatan beras beriodium dapat dilihat pada

Gambar 15.

Page 25: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

25

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fortifikan iodat + bahan pengikat (dextrosa

0.04% dan sodium bikarbonat 0,006%) terpilih untuk pembuatan beras beriodium.

Konsentrasi iodat + bahan pengikat (dextrosa 0,04% dan sodium bikarbonat 0,006%) yang

ada pada beras beriodium 7,47 ppm serta nasi beriodium tanpa cuci sebesar 4,6 ppm dan

nasi dari proses pencucian sebesar 2,65 ppm.

Selama dalam penyimpanan beras beriodium dengan menggunakan konsentrasi

1,0 ppm rasa nasi masih digemari dengan preferensi konsumen sebesar 90% menyatakan

suka, dan 10% menyatakan tidak suka. Selama dalam penyimpanan beras beriodium,

perkembangan asam lemak bebas dapat ditekan dengan menggunakan konsentrasi

fortifikan 1,15 ppm dalam wadah karung warna merah.

3. Teknologi Pemanfaatan Kacang-kacangan sebagai Subtitusi Kedelai untuk Produk

Tempe

Tempe merupakan salah satu pangan tradisional asli Indonesia. Tempe pada

umumnya dibuat dari kedelai melalui proses fermentasi oleh kapang Rhizopus sp. Rasa

tempe dapat diterima oleh berbagai kalangan masyarakat dan harganya relatif

terjangkau. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa tempe selain bergizi tinggi juga

mengandung berbagai senyawa aktif yang memiliki fungsi kesehatan tertentu. Oleh

karena itu, tidak mengherankan jika konsumsi tempe terus meningkat. Konsumsi tempe

sebesar 4,63 kg/kapita/tahun pada 1990 berubah menjadi 8,27 kg/kapita/tahun pada tahun

2002.

Gabah kering giling

Pecah Kulit I

Pecah Kulit II

Ayakan

Sosoh I

Sosoh II

Beras Pecah Kulit

BERAS IODIUM

Gabah Utuh

Pengkabut Iodium

Gambar 15. Diagram alir pembutan beras iodium

Page 26: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

26

Kebutuhan kedelai di Indonesia terus meningkat. Diperkirakan 80% pasokan

kedelai dimanfaatkan oleh industri tempe dan tahu, sedangkan sisanya untuk susu

kedelai, kecap, dan makanan ringan lainnya. Kebutuhan kedelai belum dapat diimbangi

oleh produksi di dalam negeri. Pemanfaatan kacang-kacangan di luar kedelai sebagai

bahan baku tempe tampaknya merupakan upaya rasional untuk mengurangi

ketergantungan terhadap kedelai sebagai bahan baku tempe. Kacang tunggak memiliki

peluang cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku tempe. Kacang tunggak

mampu tumbuh di lahan marjinal seperti tanah sulfat masam, tahan terhadap kekeringan

dan serangan hama penyakit. Terdapat 112 aksesi kacang tunggak di bank gen Indonesia

dan sudah ada 17 aksesi yang dievaluasi karakternya. Bibit unggul kacang tunggak

mampu menghasilkan 0,9-2,0 ton biji/ha, tidak jauh berbeda dengan produktifitas kedelai

nasional yang mencapai sekitar 1,2 ton/ha.

Pada tahun 2006 telah dilakukan penelitian teknologi pemanfaatan kacang-

kacangan sebagai subtitusi kedelai untuk produk tempe. Penelitian dilaksanakan dalam

dua kegiatan. Pertama, karakterisasi biji kacang tunggak yang dilanjutkan dengan

fermentasi oleh beberapa jenis kapang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji kacang

tunggak sudah terpenetrasi oleh hifa/miselia R. oligosporus atau R. Oryzae pada periode

fermentasi sekitar 24 jam. Namun demikian, dinding sel biji kacang tunggak belum

sampai hancur, tetapi miselia sudah menutupi seluruh permukaan biji dan membentuk

warna putih. Secara umum, tampak bahwa aktifitas enzim endoglukanase, α-amilase dan

protease yang diperoleh dari biji kacang tunggak yang dikecambahkan relatif lebih tinggi

dibanding biji kacang tunggak yang tidak dikecambahkan. Hal ini tampak pada

pemakaian inokulum R. oligosporus, R. oryzae maupun ragi komersial.

Aktifitas enzim endoglukanase maksimal 0,027 U/g bahan (R. oligosporus), 0,052

U/g bahan (R. oryzae) dan 0,045 U/g bahan (ragi komersial) berturut-turut terjadi pada jam

ke 24, 16, dan 8. Aktifitas α-amilase maksimal yang dihasilkan oleh R. oligosporus, R.

oryzae dan ragi komersial masing-masing adalah 0,089 U/g bahan, 0,164 U/g bahan dan

0,104 U/g bahan dan dicapai pada jam yang sama (ke 32). Aktifitas protease dari ketiga

jenis inokulum adalah 0,205 U/g bahan (R. oligosporus), 0,290 U/g bahan (R. oryzae) dan

0,353 U/g bahan (ragi komersial) yang masing-masing dicapai pada jam ke 24, 32 dan 24.

Pembuatan tempe yang diawali oleh perlakuan perkecambahan mengakibatkan

penurunan nilai pH sekitar 5, sehingga ideal untuk pertumbuhan kapang. Oleh karena

itu, wajar jika aktifitas enzim hidrolase yang dihasilkannya juga relatif lebih tinggi

dibanding bila substrat kacang tunggak yang tidak dikecambahkan (kupas mesin). Tetapi

proses pembuatan tempe dari biji yang tidak dikecambahkan (kupas mesin) lebih praktis

dan memiliki peluang lebih besar untuk diterapkan oleh perajin. Tempe yang dibuat dari

biji kacang tunggak yang dikupas secara mekanis memiliki karakter lebih keras

dibanding tempe yang dihasilkan dari biji kacang tunggak yang dikupas secara manual

maupun yang dikecambahkan.

Hasil uji preferensi menunjukkan bahwa tempe kacang tunggak yang dibuat

dengan beberapa variasi dapat diterima dengan baik oleh responden dan dapat bersaing

dengan tempe kedelai dalam hal sifat sensorisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

karakteristik tempe kacang tunggak dapat bersaing dengan tempe kedelai, sehingga

memiliki peluang besar untuk dikembangkan lebih lanjut. Saat ini, harga kacang tunggak

lebih mahal dibanding dengan harga kedelai. Oleh karena itu, strategi khusus sangat

diperlukan agar tempe kacang tunggak mampu berperan sebagai substitusi tempe

kedelai.

Page 27: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

27

Tempe kacang tunggak memiliki manfaat seperti halnya tempe kedelai. Jika

kedelai mengandung komponen aktif isoflavon, maka kacang tunggak mengandung

senyawa phenol, seperti ferrulic acid, p-caumeric, dan lain-lain. Kacang tunggak

mengandung sekitar enam jenis senyawa phenol, sebagian besar berupa ferrulic acid dan p-

caumeric. Dueńas (2005) melaporkan bahwa senyawa phenol seperti ferrulic acid dan p-

caumeric acid merupakan antioksidan alami yang terdapat didalam tananam dan dapat

berperan sebagai komponen aktif dalam mencegah dan menghambat pertumbuhan sel

kanker. Tahapan proses pembuatan tempe kacang tunggak dapat dilihat pada Gambar16.

Kacang tunggak yang sudah disortasi

Direndam selama 7-8 jam

Dikeringkan sinar matahari selama 2 hari

Dikupas kulit dengan mesin

Direbus sampai mendidih (± 10 menit)

Dikukus selama 30 menit

Dicuci bersih

Ditiriskan dan didinginkan

Diberi ragi tempe komersial sebanyak 1 gr

(1 % dari berat kacang)

Ditimbang sebanyak 100 gram

Diaduk rata lalu dibungkus dengan plastik

berlubang atau dengan daun pisang

Dibiarkan dalam suhu ruang selama ± 24 jam

Direndam semalam (untuk menurunkan pH)

Direndam selama ± 4 – 5 jam

Tempe

Gambar 16. Diagram alir pembuatan tempe kacang tunggak

Page 28: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

28

C. Penelitian Perbaikan Mutu dan Keamanan Pangan

1. Penelitian Identifikasi Kontaminan dan Perbaikan Mutu Produk Buah-buahan

Aspek mutu dan keamanan pangan merupakan masalah utama dalam produksi

dan pemasaran buah-buahan, khususnya terkait dengan kepedulian konsumen terhadap

mutu dan kesehatan yang terus meningkat. Secara spesifik dapat disebutkan bahwa

buah-buahan Indonesia umumnya mempunyai masalah dalam hal mutu yang tidak

konsisten dan tingkat kontaminan yang diduga cukup tinggi. Penerapan teknologi

produksi dan penanganan pascapanen yang seadanya, mengakibatkan inkonsistensi

mutu tersebut. Kedua faktor ini dan faktor penggunaan pupuk serta pestisida yang tidak

proporsional telah membawa produk buah-buahan Indonesia pada status jaminan

keamanan pangan yang rendah, dengan tingkat kontaminasi yang tinggi tersebut.

Penelitian mengenai kontaminan residu pestisida terutama pada buah impor dan

produk olahannya masih terbatas, sedangkan tentang mikotoksin pada buah-buahan di

Indonesia belum ada maka perlu dilakukan penelitian identifikasi kontaminan pada

buah-buahan. Pada tahun 2006 telah dilakukan analisis kontaminan residu pestisida dan

mikotoksin (aflatoksin dan patulin) pada komoditas buah-buahan segar dan olahan (apel

dan jeruk). Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kontaminasi residu

pestisida dan mikotoksin pada produk buah-buahan lokal maupun impor yaitu apel dan

jeruk, serta produk olahannya. Kedua jenis buah tersebut merupakan buah konsumsi

utama masyarakat Indonesia.

Pengambilan sampel dilakukan di tingkat petani dan pedagang di sentra produksi

buah-buahan apel dan jeruk di Jawa Timur dan Kalimantan Barat serta DKI Jakarta. Di

sentra produksi ini dilakukan pengambilan sampel dan wawancara. Di kelompok tani

diambil 5 orang responden yang mewakili 1 jenis buah. Kemudian di tingkat pasar lokal

juga dipilih 2 responden pedagang yang dominan pada sentra produksi buah-buahan

tersebut yang berfungsi juga sebagai ulangan.

a b

c d

Gambar 17. Penampilan hifa ragi tempe komersial pada kacang

tunggak yang mengalami fermentasi selama : (a) 8 jam,

(b) 16 jam, (c) 24 jam dan (d) 32 jam

Page 29: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

29

Di tingkat pasar besar (supermarket) juga dipilih responden sebanyak 2 pedagang

besar dan diambil sampel masing-masing untuk jenis buah-buahan yang terkait. Selain

itu juga dilakukan identifikasi titik-titik kritis terjadinya kontaminasi baik pada tingkat

petani maupun off-farm terutama pada tahap pengolahan sari buah, dan dilakukan

kompilasi data kontaminan buah-buahan yang ada di berbagai instansi dan literatur.

Hasil penelitian menunjukkan kontaminasi patulin terdapat baik pada buah apel

segar maupun olahan dari jenis lokal maupun impor. Dari beberapa sampel buah apel

yang positif mengandung patulin menunjukkan kadar antara 0,015-1,686 ppm. Beberapa

sampel menunjukkan kadar patulin yang melebihi standar WHO (0,05 ppm). Hasil uji

aflatoksin pada semua sampel jeruk baik lokal maupun impor hasilnya negatif, atau tidak

terdeteksi adanya aflatoksin.

Sementara hasil identifikasi residu pestisida menunjukkan beberapa sampel buah

apel dan sari buahnya terdeteksi metidation, diazinon, dan propargit namun kadarnya

masih dibawah BMR, yaitu berkisar antara 0,011-0,044 ppm. Sedangkan pada buah jeruk

terdeteksi residu pestisida profenofos, sipermetrin dan lamdasihalotrin dengan kadar

antara 0,0021-0,0044 ppm. Secara umum dapat disimpulkan bahwa penanganan pasca

panen buah apel di tingkat petani sudah baik akan tetapi pada tahap selanjutnya yaitu

tingkat pedagang ada beberapa tahap yang menyebabkan timbulnya kontaminan

terutama mikroba dan patulin seperti pada pengemasan dan transportasi yang

menyebabkan buah memar atau luka sehingga terjadi infestasi mikroba termasuk kapang

penghasil patulin. Beberapa titik kritis pada penanganan buah apel segar antara lain pada

tahap penyimpanan.

Pada pengolahan sari buah apel, titik kritis pada tahap sortasi, pencucian,

penyaringan, perebusan dan pengemasan, sedangkan pada jeruk segar ada pada tahap

panen dan penyimpanan. Pada pengolahan sari buah jeruk titik kritis pada tahap

pasteurisasi, sterilisasi dan penyimpanan. Setelah dilakukan verifikasi diagram alir di

tempat, dan rancangan HACCP serta cara produksi makanan yang baik (GMP)

dilaksanakan dengan baik oleh pengolah sari apel dan jeruk, diperoleh hasil bahwa pada

sampel yang diambil dari tahapan yang diduga titik kritis (CCP) dan tahapan yang perlu

dikontrol (CP), Total Plate Count kapang dan khamirnya menurun serta E.coli-nya negatif

sehingga produk sari buah apel dan jeruk dapat memenuhi SNI 01-3719-1995 minuman

sari buah.

2. Penekanan Kehilangan Hasil Pascapanen Padi dan Penerapan GMP

Beras merupakan komoditas strategis dan politis bagi pemerintah Indonesia

karena sebagai sumber bahan pangan pokok masyarakat Indonesia. Varietas padi yang

ditanam pada saat ini adalah varietas unggul baru. Salah satu kelemahan dari varietas

unggul adalah mudah rontok, jumlah anakan banyak, sehingga menyebabkan kehilangan

pada saat panen dan perontokan tinggi.

Data kehilangan hasil yang menjadi acuan pemerintah dalam memprediksi

produksi, ketersediaan stok pangan/ beras maupun volume impor beras yang diperlukan

adalah angka kehilangan hasil yang dikeluarkan oleh BPS. Data tersebut merupakan

kompilasi data kehilangan hasil yang diamati di daerah-daerah, sehingga kemungkinan

akurasi datanya belum valid. Untuk menghasilkan data produksi secara nasional data

kehilangan hasil yang ditampilkan harus akurat. Kurang akuratnya data kehilangan hasil

dapat disebabkan oleh metode pengukuran yang kurang tepat, petugas lapang tidak

Page 30: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

30

melaksanakan sesuai dengan metode pengukuran anjuran, sarana peralatan yang

digunakan tidak sesuai anjuran, dan teknologi anjuran untuk menekan kehilangan hasil

tidak tepat guna.

Pada tahun 2005 telah diperoleh data kehilangan hasil pascapanen padi pada

musim kemarau di tiga agroekosistem yaitu di lahan irigasi, tadah hujan dan dilahan

pasang surut, sehingga masih diperlukan data pengukuran kehilangan hasil pada musim

hujan tahun 2006. Penelitian ini bertujuan menerapkan GMP untuk menekan kehilangan

hasil pascapanen padi dan mendapatkan data dan metode pengukuran kehilangan hasil

pascapanen padi yang akurat.

Penelitian tahun 2006 ini terdiri dari dua kegiatan yaitu keragaan kehilangan hasil

pascapanen padi dengan metode yang diperbaiki dan penerapan GMP untuk menekan

kehilangan hasil pascapanen padi. Keragaan Kehilangan Hasil Pascapanen Padi

dilakukan dengan pengukuran kehilangan hasil pascapanen padi dilakukan pada setiap

tahap penanganan pascapanen padi yaitu panen/pemotongan, pengumpulan, penundaan

perontokan, perontokan, pengeringan, penggilingan dan penyimpanan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehilangan hasil pascapanen padi sebesar

10,93%, dengan rincian pada tahap panen/pemotongan sebesar 0,087%, tahap

penumpukan sebesar 0,55%. tahap pengumpulan sebesar 0,48%, tahap penundaan

perontokan sebesar 0,55%, tahap perontokan sebesar 2,97%, tahap penjemuran sebesar

3,87%, tahap penyimpanan sebesar 0,046% dan tahap penggilingan sebesar 1,09%.

Kehilangan hasil pascapanen padi tergantung agroekosistem dan musim tanam.

Kehilangan hasil pascapanen padi pada musin hujan lebih tinggi dibanding pada musin

kemarau. Kehilangan hasil pascapanen pada lahan irigasi lebih tinggi dibanding pada

lahan tadah hujan. Kehilangan hasil tertinggi pada tahap panen dan perontokan sebesar

2–8%. Metode pengukuran kehilangan hasil pada tahap panen padi dengan metode

papan (0,086–1,57%) lebih akurat dibanding menggunakan metode petak kontrol (10,38-

14,76%). Paket teknologi menekan kehilangan hasil melalui penerapan GMP dituangkan

pada SOP Teknik Pemanenan, SOP Teknik Penjemuran dan SOP Teknik Penggilingan

pada lahan irigasi dan tadah hujan dapat menekan kehilangan hasil pascapanen padi

sebesar 2% pada lahan irigasi dan 5% pada lahan tadah hujan.

D. Penelitian dan Pengembangan Berbasis Kemitraan dan Keperluan Pembangunan

Pertanian Berdasarkan Permintaan

1. Pemanfaatan Minyak Jarak sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah

Kebutuhan bahan bakar yang bersumber dari minyak bumi saat ini meningkat

dengan sangat pesat, sedangkan cadangan minyak bumi terus mengalami penurunan.

Sejak krisis minyak bumi (tahun 1970 dan 1990) akibat meningkatnya harga, perhatian

terhadap perlunya eksploitasi sumber energi terbarukan semakin meningkat. Diantara

berbagai pilihan energi terbarukan, minyak nabati memiliki peranan yang sangat

potensial sebagai alternatif untuk memenuhi meningkatnya kebutuhan bahan bakar.

Salah satu tanaman sumber minyak nabati yang telah mendapat perhatian untuk diteliti

dan dikembangkan di daerah tropika adalah tanaman jarak pagar (Jatropha curcas) yang

dapat tumbuh di lahan kering iklim kering seperti halnya tanaman jarak biasa (Ricinus

communis).

Page 31: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

31

Kegiatan penelitian ini pada tahun 2006 mencakup (a) karakterisasi sifat fisiko-

kimia minyak jarak pagar hasil ekstraksi biji jarak pagar, (b) pengujian minyak jarak

pagar sebagai bahan bakar kompor, (c) percobaan proses transesterifikasi minyak jarak

pagar pada skala laboratorium dan karakterisasi metil ester yang dihasilkannya. Hasil

karakterisasi sifat fisiko-kimia biji dan biji jarak pagar adalah kadar air biji jarak sebesar

8,55% sehingga minyak yang dihasilkan mengandung kadar air yang rendah sebesar

0,71% sehingga kadar asam lemak bebasnya (FFA) cukup rendah 2,03%. Dengan kadar

FFA yang lebih kecil dari 2,5% proses transesterifikasi minyak jarak pagar dapat secara

langsung dilakukan, tanpa perlu dilakukan netralisasi FFA-nya terlebih dahulu. Dilihat

dari bilangan iodnya 30,32, minyak jarak pagar ini termasuk mudah ditransesterifikasikan

karena bilangan iodnya < 115.

Viskositas minyak jarak pagar seperti halnya minyak nabati lainnya relatif tinggi

(58 cP) sehingga kurang baik digunakan secara langsung sebagai bahan bakar. Rendemen

metil ester kasar hasil proses transesterifikasi berkisar antara 87,92% sampai 88,58%

dengan rendemen gliserol kasar antara 20,33% sampai 25,91%. Beberapa hasil penelitian

menunjukkan bahwa jumlah gliserol yang dihasilkan dari reaksi esterifikasi minyak

nabati umumnya mendekati 20% dari berat minyak yang digunakan sebagai bahan baku.

Viskositas metil ester yang dihasilkan dari kombinasi perlakuan nisbah mol

metanol terhadap minyak dan lama reaksi transesterifikasi berkisar antara 18,5-25,5 cP,

lebih rendah dibandingkan dengan viskositas minyak jarak pagar bahan bakunya (58,0

cP). Turunnya viskositas tersebut merupakan salah satu indikasi reaksi transesterifikasi

telah berjalan, karena penurunan viskositas sangat terkait dengan terkonversinya

trigliserida (minyak) yang berbobot molekul tinggi menjadi metil ester yang berbobot

molekul lebih rendah. Viskositas metil ester semakin menurun dengan semakin tingginya

nisbah mol sampai dengan 6 : 1, yang kemudian meningkat kembali pada nisbah mol

yang lebih tinggi. Viskositas metil ester yang lebih tinggi pada nisbah mol 4 : 1,

menunjukkan reaksi transesterifikasi yang belum sempurna sehingga masih banyak

trigliserida dan produk intermedietnya (mono- dan digliserida) yang tidak terkonversi

menjadi metil ester. Komponen trigliserida dan produk intermedietnya dalam metil ester

akan meningkatkan viskositas. Transesterifikasi merupakan reaksi reversibel yang

memerlukan ekses metanol untuk menggeser kesetimbangan reaksi ke arah pembentukan

ester. Nisbah mol metanol dengan minyak 6 : 1 atau identik dengan ekses metanol 100 %

dibandingkan perhitungan stokiometri merupakan nisbah mol yang paling optimal.

Viskositas yang rendah pada nisbah mol ini mengindikasikan terjadinya konversi yang

tinggi dari trigliserida menjadi metil ester. Viskositas metil ester yang dihasilkan dari

waktu reaksi transesterifikasi selama 30 menit menunjukkan nilai yang terbaik (19,8 cP).

Perpanjangan waktu reaksi transesterifikasi sampai dengan 60 menit tidak dapat

menurunkan viskositas metil ester.

Page 32: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

32

Bilangan asam metil ester yang dihasilkan kombinasi perlakuan nisbah mol

metanol terhadap minyak dan lama reaksi transesterifikasi berkisar antara 0,37-0,62 mg

KOH/g (Gambar 4), lebih rendah dibandingkan dengan bilangan asam bahan bakunya

(4,13 mg KOH/g). Menurunnya bilangan asam ini mengindikasikan terjadinya reaksi

penyabunan selama proses transesterifikasi seperti yang telah diduga sebelumnya.

Bilangan asam yang dihasilkan dari seluruh kombinasi perlakuan memenuhi standar

biodiesel (ASTM D-6751-02) yaitu maksimum 0,8 mg KOH/g.

Minyak tanah mampu merambat dalam sumbu setinggi 13 cm dalam waktu 10

menit. Untuk mendapatkan tinggi perambatan yang sama dengan minyak tanah, metil

ester memerlukan waktu selama 60 menit. Minyak jarak hanya mampu merambat

setinggi 5,6 cm dalam waktu 60 menit. Laju perambatan bahan bakar dalam sumbu

semakin rendah dengan semakin meningkatnya tinggi perambatan. Dari sisi praktis, laju

perambatan akan berkaitan dengan suplai minyak agar sumbu dapat mempertahankan

nyala api. Metil ester memiliki laju perambatan dalam sumbu yang lebih baik

dibandingkan minyak jarak, yang disebabkan oleh lebih rendahnya viskositas metil ester

(18,5-19,0 cP) dibandingkan dengan viskositas minyak jarak (58 cP). Hasil pengujian

minyak jarak pagar, metil ester, dan minyak tanah sebagai bahan bakar dalam lampu

sumbu disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengujian minyak jarak pagar, metil ester dan minyak tanah sebagai bahan

bakar dalam lampu sumbu

Karakteristik pengujian Minyak

jarak pagar

Metil ester

Dari minyak

jarak**)

Minyak

tanah

• Perambatan dalam sumbu

a. Setelah 10 menit

- Tinggi perambatan (cm) 2,6 6,0 13,0

- Laju perambatan (cm/menit) 0,26 0,60 1,3

b. Setelah 30 menit

- Tinggi perambatan (cm) 4,2 10,1 *

- Laju perambatan (cm/menit) 0,14 0,34 *

c. Setelah 60 menit

0

5

10

15

20

25

30

1 : 4 1 : 6 1 : 8

30 menit

45 menit

60 menit

Gambar 18. Pengaruh nisbah mol metanol terhadap minyak dan lama

reaksi transesterifikasi terhadap viskositas metil ester

Nisbah mol metanol/minyak Viskositas (cP)

Page 33: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

33

- Tinggi perambatan (cm) 5,6 13,0 *

- Laju perambatan (cm/menit) 0,09 0,22 *

• Lama lampu menyala (menit)

a. Tanpa menaikan sumbu 3,0 124,5 263,0

b. Dengan menaikan sumbu * 282,0 *

• Laju konsumsi bahan bakar (ml/menit)

(nyala lampu selama 405 menit) * 0,08 0,09

• Warna api Kuning

kemerahan

Kuning

kemerahan

Kuning

kemerahan

Catatan : *) Tidak diamati

**) Diperoleh dari reaksi 6 mol metanol : 1 mol minyak jarak (volume metanol 20%)

Dengan tanpa menaikan sumbu, lampu berbahan bakar metil ester menghasilkan

waktu nyala (124,5 menit) yang jauh lebih lama dibandingkan dengan minyak jarak yang

hanya dapat menyala selama 3 menit. Minyak jarak tidak dapat digunakan sebagai bahan

bakar lampu sumbu tanpa melakukan modifikasi pada konstruksi lampunya.

Dibandingkan dengan minyak tanah, waktu nyala metil ester masih lebih singkat yang

disebabkan oleh terbentuknya deposit karbon pada ujung sumbu lampu dengan

dibuktikan oleh mengerasnya sumbu. Terbentuknya deposit karbon menyebabkan lampu

lebih cepat mati karena gaya kapiler terlalu kecil untuk dapat menyalurkan minyak

melalui deposit karbon. Berbeda dengan metil ester, ujung sumbu lampu berbahan bakar

minyak tanah tidak mengeras. Perbedaan tersebut diduga berkaitan dengan mekanisme

pembakaran sumbu.

Hasil pengujian minyak jarak pagar dan campurannya dengan minyak tanah

menunjukkan bahwa penggunaan minyak jarak pagar 100% tidak menghasilkan

karakteristik pembakaran yang baik, yang dicirikan dari lama mulai terbakar di burner,

lama nyala api dan warna nyala api serta kendala di kompor tekannya, karenanya tidak

dianjurkan. Pencampuran dengan minyak tanah dengan nisbah minyak tanah 25%

sampai 50% dapat meningkatkan karakteristik pembakarannya. Pencampuran dengan

nisbah minyak tanah 37,5% dan 50% menghasilkan karakteristik pembakaran yang cukup

baik, dengan waktu mendidihkan air antara 5,24-5,30 menit; lebih lama dibandingkan

minyak tanah 100% yaitu 2,58-3,20 menit. Lama nyala api kompor tekan pada volume

bahan bakar dalam kompor 800 ml berkisar antara 61-63 menit untuk campuran minyak

tanah dari 25% sampai 50%, dengan jumlah minyak terpakai antara 333-350 ml;

sedangkan lama nyala api minyak jarak pagar 100% hanya 2 menit untuk volume minyak

terpakai 100 ml. Untuk 100% minyak tanah, lamanya 65 menit, pada volume minyak yang

terpakai 310 ml.

2. Perbaikan Mutu dan Diversifikasi Produk Lada

Untuk meningkatkan nilai ekonomi dan daya saing lada Indonesia di pasar dunia,

perlu dilakukan perbaikan cara pengolahan di tingkat petani sehingga dihasilkan lada

dengan mutu yang konsisten dan sesuai standar ekspor. Sampai saat ini pengolahan lada

putih masih dilakukan secara tradisional dengan cara merendam buah lada di sungai

atau kolam selama 14 hari kemudian diinjak-injak untuk melepaskan kulitnya. Demikian

juga untuk pengolahan lada hitam, proses perontokannya masih dilakukan dengan cara

diinjak-injak dan lada hitam yang dihasilkan warnanya tidak cerah.

Page 34: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

34

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di desa Batuah, Kecamatan Loa Janan,

Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Kegiatan penelitian

dimulai pada tahun 2005 bekerjasama dengan FAO dan IPC (International Pepper

Community), dan juga melibatkan Dinas Perkebunan Provinsi Kaltim dan BPTP Kaltim.

Kegiatan pada tahun 2005 tersebut sebagian besar dibiayai oleh FAO (US $ 9 800) untuk

pembiayaan peralatan pengolahan lada dan operasional kegiatan. IPC disamping

bertindak sebagai Executing Agency dari FAO, juga menyediakan tenaga ahli dalam

bidang Pengawasan Mutu dan Pemasaran serta mendanai sendiri tenaga ahlinya. Dinas

Perkebunan Provinsi Kaltim menyediakan bangunan untuk penempatan unit pengolahan

lada. BB-Pascapanen bertindak sebagai koordinator pelaksana, sumber teknologi

pengolahan dan peralatan, dan penyedia tenaga ahli pengolahan lada. Pada tahun 2006,

kegiatan penelitian tersebut dilanjutkan dengan biaya sepenuhnya dari BB-Pascapanen.

Hasil yang telah dicapai pada tahun 2005 adalah terakitnya unit pengolahan lada

di lapangan dengan kapasitas 0,5 – 7,5 ton/hari. Pada tahun 2006, telah dilakukan

percobaan perbaikan pengolahan lada hitam dan lada putih dengan menggunakan unit

pengolahan tersebut. Paket teknologi pengolahan lada hitam dan lada putih yang

diperoleh dapat menghasilkan lada dengan mutu yang lebih baik daripada lada yang

diproduksi secara tradisional serta dapat memenuhi syarat mutu dari IPC (International

Pepper Community).

Tahapan proses pengolahan lada putih yang direkomendasikan terdiri dari:

pemisahan buah dari tangkai dengan mesin perontok, perendaman buah lada dalam air

selama 5 – 7 hari tergantung dari varietas buah lada (cara tradisional direndam 14 hari,

pemisahan kulit buah dengan mesin pengupas (cara tradisional diinjak-injak), dan

pengeringan dengan dijemur atau dengan mesin pengering pada suhu 60-70°C.

Keunggulan teknologi pengolahan lada putih yang dikembangkan selain proses

pengolahannya lebih cepat, Total Plate Count jauh lebih rendah dari lada putih hasil

pengolahan tradisional, aroma/kadar minyak atsiri lada lebih tinggi (2,5 - 3%), sedangkan

lada putih hasil pengolahan tradisional berbau lumpur dan kadar minyak atsirinya 1 -

2%.

Gambar 19. Bagan alir pengolahan lada putih

Perontokan Perendaman Pengupasan

Perendaman dalam

asam sitrat 2%

selama 11 jam Pengeringan

(Oven) Sortasi

Page 35: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

35

Tahapan proses pengolahan lada hitam yang direkomendasikan terdiri dari

pemisahan tangkai dengan mesin perontok, blanching pada suhu 80°C selama 2,5 menit

dan pengeringan dengan dijemur atau dengan mesin pengering pada suhu 60-70°C.

Keunggulan teknologi pengolahan lada hitam yang dihasilkan yaitu : prosesnya lebih

higienis, pengeringannya lebih cepat dan efisien serta lada hitam yang dihasilkan lebih

mengkilat.

Dampak dari kegiatan penelitian ini adalah :

1. Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kaltim akan

mereplikasi unit pengolahan tersebut ke lokasi lain.

2. Telah ada perusahaan yang bersedia menjadi mitra, baik sebagai pembeli lada

hasil pengolahan tersebut atau memanfaatkan unit pengolahan tersebut.

3. Teknologi pengolahan lada tersebut telah diadopsi oleh FAO untuk

dikembangkan di Sri Lanka

3. Teknologi Pengolahan Pasta Tomat dan Cabai (dukungan kerjasama dengan Pemda

Kab. Garut)

Produksi sayuran di Indonesia mengalami kenaikan sekitar 10,8% yaitu dari 3 juta

ton menjadi 4,1 juta ton pada tahun 2002 (BPS, 2003). Impor cabe kering jauh lebih besar

dan ekspor cabe kering yakni lebih kurang 15 : 2 selama 5 tahun (Tahun 1994 –1998).

Indonesia mengimpor 15.492.234 kg cabe kering senilai $ 11.752.172. Industri pengolahan

Gambar 20. Bagan alir pengolahan lada hitam

Perontokan Blanching

Pengeringan

Sortasi Produk lada hitam

Page 36: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

36

saos di Indonesia umumnya menggunakan pasta tomat import sebagai bahan baku

pembuatan saos tomat. Impor pasta dan puree tomat mencapai 5.956.578 kg dengan nilai

3.812.606 US$, sedangkan produk saos mencapai angka impor 22.179 kg dengan nilai

26.575 US$ (Anonymous, 2004).

Ketiadaan industri pasta tomat lokal dan tingginya harga pasta tomat impor,

menyebabkan hanya industri saos berskala besar saja yang benar-benar menggunakan

tomat sebagai bahan baku dalam pembuatan saos tomat. Industri kecil dan menengah

mensiasati kelangkaan pasta tomat dengan menggunakan bahan lain untuk membuat

saos, diantaranya labu, pepaya, dan tepung tapioka. Akibatnya terjadi penggunaan

pewarna sintetis untuk mendapatkan warna merah saos tomat.

Pada tahun 2006 telah selesai modifikasi komponen pilot pengolahan basah tomat

sehingga dihasilkan dari bubur tomat 10oBrix menjadi pasta medium tomat 14oBrix.

Komponen pilot yang dimodifikasi antara lain pulper dan evaporator dengan melalui

beberapa tahapan untuk mendapatkan efisiensi waktu dengan mencoba

mengkombinasikan berbagai kelengkapan komponen yang sudah ada di STA

sebelumnya. Dengan demikian waktu proses yang semula dibutuhkan kira-kira 35 jam

untuk membuat pasta tomat dapat ditekan menjadi hanya 12 jam.

Tahapan pengolahan bubur tomat adalah : tomat dari petani � disortasi dan

degrading dalam STA � diperam di dalam VECSR menggunakan Ethrel � diblanching

� diblender � disaring � diproses dalam tangki berjaket � pasta dipateurisasi �

pembotolan dangan hot filling. Tahapan pengolahan pasta Medium tomat adalah tomat

dari petani � disortasi dan degrading dalam STA � diperam di dalam VECSR

menggunakan Ethrel � diblanching � diPulper yang dilengkapi dengan penyaring �

dievaporasi menggunakan evaporator dengan Exhousted blower � Pasta medium

dipasteurisasi � pembotolan dengan hot filling.

Pada tahun 2006 juga dilaksanakan juga penelitian skala pilot untuk mendapatkan

Chilli-Powder (Chilpo) dan Capsio Mild (pasta cabe) yaitu mulai dari cabe diperam terlebih

dahulu sebelum diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan warna alami yang lebih baik.

Berdasarkan hasil analisa capsaisin dengan menggunakan HPLC ternyata kadar capsaisin

dari pasta kering (chilpo) cabe rawit dan cabe keriting relatif sama dan lebih tinggi

dibandingkan dengan cabe besar merah.

Berdasarkan hasil uji organoleptik terhadap warna, penampakan dan kegemaran,

terlihat bahwa pasta kering (chilpo) cabe keriting adalah yang paling digemari

dibandingkan dengan cabe besar atau cabe rawit. Tepung cabai ini merupakan bahan

baku (intermediate product) untuk pembuatan bumbu lain atau pasta cabai setelah

dilarutkan di dalam air dengan perbandingan 1 :3 = 1 kg chilpo : 3 liter air, akan menjadi

pasta yang juga sebagai intermediat produk untuk teknologi pengolahan saos yang

bermacam-macam sesuai dengan selera.

Tahapan pengolahan Chilpo cabe adalah cabe dari petani � diperam dalam

VECSR menggunakan ethrel � diblanching � dikeringkan dalam TFAD � ditepungkan

� pengemasan Chilpo dimasukkan di dalam botol plastik secara aseptis menggunakan

silika gel. Sedangkan tahapan pengolahan capsio mild cabe adalah cabe dari petani �

diperam dalam VECSR menggunakan ethrel � diblanching � dikeringkan dalam TFAD

� ditepungkan � chilpo diblanding dengan air (satu bagian chilpo : tiga bagian air)

dengan pasteurisasi � pengemasan dengan dimasukkan di dalam botol gelas secara

aseptis menggunakan hot filling.

Page 37: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

37

4. Penelitian dan Pengembangan Produk Gula Cair dari Pati Kasava

Kebutuhan gula nasional Indonesia mencapai 3,3 juta ton per tahun, sementara

produksi dalam negeri hanya 1,7 juta ton atau 51,51% dari kebutuhan nasional. Guna

memenuhi kekurangan gula di dalam negeri, perlu diupayakan alternatif bahan pemanis

lain sebagai substitusi gula tebu. Salah satu alternatif adalah pembuatan pemanis dari

bahan pati berupa sirup glukosa dan fruktosa. Industri yang memanfaatkan glukosa dan

fruktosa antara lain industri makanan seperti kembang gula, minuman, jamu, biskuit dan

farmasi. Kasava (ubikayu) merupakan salah satu sumber pati yang potensial untuk

dikonversi menjadi gula.

Sirup glukosa atau sering juga disebut gula cair mengandung D-glukosa, maltosa,

dan polimer D-glukosa yang dibuat melalui proses hidrolisis pati secara enzimatis atau

kimia. Perbedaannya dengan gula tebu (sukrosa), yaitu sukrosa merupakan gula

disakarida, terdiri atas ikatan glukosa dan fruktosa, sedangkan sirup glukosa adalah

monosakarida terdiri atas satu monomer yaitu glukosa. Pengolahan sirup glukosa dengan

cara enzimatis cocok untuk dikembangkan di perdesaan, karena teknologinya relatif

sederhana dan enzim amilase yang dibutuhkannya mudah diperoleh.

Kegiatan penelitian pengolahan glukosa cair dari pati kasava secara enzimatis

dimulai pada tahun 2005 pada skala laboratorium. Pada penelitian skala laboratorium

telah diperoleh optimasi proses pengolahan glukosa cair. Rendemen glukosa cair 70%

dari pati basah atau 93% dari pati kering. Rendemen pati kering (tapioka) dari ubi kayu

berkisar 15 - 25%. Pada tahun 2006, dilakukan penyempurnaan teknologi produksi sirup

glukosa, dan penerapan teknologi pengolahan sirup glukosa di sentra tapioka di

Lampung. Keuntungan implementasi teknologi gula cair di sentra produksi tapioka dapat

menghemat biaya pengeringan pati tapioka, karena bahan baku untuk produksi gula cair

dapat berupa pati basah.

Perbaikan sistem pemanasan dengan mengganti energi listrik yang telah

digunakan pada bioreaktor sebelumnya (tahun 2005) dengan bahan bakar gas dapat

mengurangi konsumsi energi 25%. Sistem penyaringan paling efisien ditunjukkan oleh

penggunaan filter press. Harga filter press yang relatif murah dan kapasitas penyaringan

yang besar memungkinkan alat tersebut dapat diaplikasikan untuk skala pedesaan

dengan kapasitas sampai 2 ton/hari. Uji penerimaan dilakukan di Desa Adirejo

Pekalongan Lampung Timur. Skala produksi yang diterapkan 100 liter dan mendapat

respon yang baik. Berdasarkan analisis finansial, produksi sirup glukosa ini layak untuk

dilakukan. Demikian juga untuk perhitungan finansial produksi sirup glukosa skala 2-20

ton/hari mempunyai NPV positif, B/C ratio 1,2 dan pengembalian modal sesudah 2 tahun

1 bulan.

Page 38: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

38

Selain penelitian sirup glukosa, pada tahun 2006 juga dilakukan penelitian untuk

mendapatkan teknologi produksi tepung gula kasava dan optimasi proses produksi sirup

fruktosa. Proses likuifikasi untuk produksi tepung kasava (enzim 1,0 ml/kg pati kering,

waktu 60 menit, substrat 30%), sakarifikasi (enzim 1,0 ml/kg, waktu 48 jam) dan proses

penetralan dengan penambahan arang aktif 0,5%. Proses menjadi tepung, dibutuhkan

waktu kristalisasi 12-24 jam pada suhu ruang dengan produk berwarna putih dan tekstur

yang lunak. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa tingkat kemanisan produk jelly

dengan gula kasava tidak berbeda secara signifikan dibandingkan penggunaan gula

pasir, dan layak dipakai sebagai substitusi gula pasir.

Pada kegiatan optimasi proses produksi sirup fruktosa, proses isomerisasi glukosa

menjadi fruktosa dilakukan dengan menggunakan enzim glukosa-isomerase pada kondisi

rendah oksigen. Berdasarkan uji tingkat kemanisan secara kualitatif menunjukkan bahwa

konsentrasi enzim glukosa-isomerase 1,5% menghasilkan kemanisan paling tinggi pada

waktu reaksi 24 jam dan suhu 50oC, dengan komposisi glukosa 49,85% dan fruktosa

48,75%.

Gambar 22. Bioreaktor dan produk sirup glukosa

Gambar 21. Tahapan proses pembuatan sirup glukosa

Sakarifikasi

48 jam

Pemanasan Pendinginan dan

Penyaringan

Penguapan (700C)

Sirup Glukosa 450 brix (28kg)

Amiloglukosidase 1% (24 ml)

α - amilase 1% (24 ml)

Air 80 liter

60 menit

Arang Aktif (150 g)

Bubur

Pati

Pati Kasava (40 kg dengan kadar

air 40%)

Likuifikasi Pemanasan

(950C)

Pendinginan (600C)

Page 39: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

39

D. Pengembangan Sistem Informasi, Komunikasi, Diseminasi, Dan Umpan Balik

Inovasi Teknologi Pascapanen

1. Diseminasi dan Pendayagunaan Hasil Penelitian Pascapanen Pertanian

Pada tahun 2006 ini, Jurnal Pascapanen Volume III No 1 siap cetak, sedangkan

untuk No 2 masih dalam tahap editing. Buletin pada tahun 2006 hanya akan terbit 1

nomor dengan 10 naskah yang saat ini masih dalam tahap editing. Bentuk publikasi lain

yang dilakukan pada tahun 2006 adalah: Buku pedoman pengolahan dan beberapa

publikasi lainnya yang terdiri dari : Pedoman Pengolahan Sagu, Nilam, Jeruk, Mangga,

Renstra BB Pascapanen, Resep Hasil Lomba Aneka Tepung, Laporan Tahunan 2004 dan

2005, dan Profil BB-Pascapanen.

Seminar rutin sebanyak 12 kli sudah dilaksanakan pada tahun 2006. Seminar rutin

yang diselenggarakan pada tahun 2006 merupakan media komunikasi bagi para peneliti

untuk menyampaikan dan mendiskusikan hasil penelitiannya. Makalah terpilih hasil

seminar rutin sebagai bahan untuk Jurnal Pascapanen dan Buletin Teknologi Pascapanen

Pertanian maupun penerbitan lainnya. Materi seminar rutin adalah hasil penelitian

Balitpasca dan BB-Pascapanen sejak 2002-2005, dan beberapa topik penelitian terkait

teknologi pascapanen. Wahana seminar rutin juga ditujukan bagi para calon peneliti

untuk memulai kegiatan komunikasi ilmiah sesama peneliti. Untuk menambah masukan

bagi para pemakalah, maka pada seminar rutin juga diundang para peneliti dari Balit

lingkup Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, BP2TP dan BPTP terdekat.

Untuk tahun 2006, BB Pascapanen telah mendaftarkan 3 buah paten di Ditjen

Haki yaitu :

• Proses Purifikasi Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Berbasis Teknologi

Membran Ultrafiltrasi, No. S00200600206.

• Formula Sanitizer untuk Menghilangkan Kontaminan Mikroba dan Residu

Pestisida pada Sayuran Segar, No. S00200600207.

• Proses Pembuatan Minuman Isotonik Alami Air Kelapa Berbasis Teknologi

Membran Ultrafiltrasi, No. S00200600208.

Gambar 23. Beberapa publikasi BB-Pascapanen pada tahun 2006

Page 40: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

40

Selain ketiga paten tersebut, satu paten lainnya yaitu : Formula penghilang pahit

pada jus jeruk didaftarkan patennya melalui KP Kiat. Untuk merek telah didaftarkan

satu merek yaitu Syva.

Pelaksanaan Pameran

a. Pameran Agro and Food

Pada kesempatan pameran Agro and Food tahun 2006, materi yang ditampilkan

oleh BB Pascapanen meliputi : a). Pemanfaatan Kasava : aneka olahan tepung kasava,

gula dan sirup kasava; b). Teknologi pembuatan mi sagu; c). Teknologi pembuatan sari

jeruk murni.

b. Pameran dalam rangka FAO-RAPA

Pameran FAO-RAPA dilaksanakan di Hotel Shangrila, Jakarta pada tanggal 18-19

Mei 2006 sebagai rangkaian dari kegiatan pertemuan negara-negara anggota FAO se Asia

Pasifik. Pertemuan tersebut dibuka langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono

yang juga berkesempatan meninjau langsung pameran tersebut. Materi yang ditampilkan

oleh BB Pascapanen pada pameran yang bertema : ”Energi yang terbarukan, ketahanan

pangan dan peningkatan kesejahteraan petani” adalah : model agroindustri padi terpadu,

teknologi gula kasava, teknologi mi sagu, pengolahan lada, minyak kelapa murni, dan

minuman isotonik air kelapa.

Gambar 24. Suasana Stand Badan Litbang pada Pameran Agro and Food Expo 2006

Page 41: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

41

c. Pameran dalam rangka konferensi kelapa

Dalam rangka Konferensi Nasional Kelapa ke-6 di Gorontalo pada tanggal 16-18

Mei 2006, BB-Pascapanen ikut berpartisipasi dengan menampilkan teknologi pengolahan

minyak kelapa murni dan minuman isotonik air kelapa.

d. Pameran dalam rangka Lokakarya Beras di Bulog

Pameran pada acara Lokakarya Nasional bertajuk ”Peningkatan daya Saing Beras

Nasional Melalui Perbaikan Kualitas” berlangsung 13 – 14 September 2006 di Bulog.

Materi yang dipamerkan antara lain: kompor sekam, produk olahan mi sagu,

agroindustri padi, agroindustri kasava, VCO, olahan tepung kasava dan olahan tepung

pisang.

e. Pameran dalam rangka Gelar TTG nasional VIII di Pontianak

Gelar Teknologi Tepat Guna ke VIII di Pontianak pada tanggal 2-6 September 2006

diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa,

Departemen Dalam Negeri yang bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan

Barat. Acara Gelar Teknologi Tepat Guna dibuka pada tanggal 2 September 2006 oleh

wakil Presiden Bapak Yusuf Kalla, sedangkan penutupan dilakukan oleh Gubernur

Kalimantan Bara H. Usman Jafar pada tanggal 6 September 2006. Adapun materi yang

ditampilkan antara lain: aneka olahan dari tepung kasava, teknologi gula kasava,

teknologi bunga kering, model agroindustri padi terpadu, teknologi minyak kelapa

murni, teknologi sari jeruk murni dan teknologi pemanfaatan minyak jarak sebagai

pengganti minyak tanah.

f. Pameran dalam rangka Konferensi Ristek di Bandung

Rakornas Ristek dan Pameran Gelar Teknologi Ristek 2006 dilaksanakan selama

dua hari tanggal 22 sampai 23 November 2006, bertempat di Gedung Sasana Budaya

Ganesa (Sabuga) Bandung. Pameran Gelar Teknologi Ristek diikuti oleh 36 peserta yang

terdiri dari litbang pemerintah pusat, litbang daerah, litbang BUMN, litbang swasta,

Gambar 25. Materi BB Pascapanen pada Pameran dalam Rangka FAO-RAPA

Page 42: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

42

perguruan tinggi negeri dan swasta. Pameran bisa menjadi salah satu indikator penting

perkembangan teknologi di Indonesia saat ini.

g. Pameran dalam rangka Expose Hortikultura di Taman Mini, Jakarta

Pameran diselenggarakan selama tiga hari mulai tanggal 23 – 25 November 2006

bertempat di Musium Purna Bhakti Pertiwi Taman Mini Jakarta. Materi pameran yang

ditampilkan antara lain teknologi pengolahan pisang, teknologi pengolahan puree buah-

buahan, teknologi pengolahan sari buah jeruk, teknologi pewarnaan bunga sedap malam,

teknologi bunga kering dan teknologi FIR.

Gambar 26. Kunjungan Kepala Badan Litbang Pertanian di Stand

Litbang Pertanian pada Pameran Ristek

Gambar 27. Ibu Yusuf Kalla didamping Menteri Pertanian beserta Ibu

pada peresmian Expose Hortikultura (Nopember 2006)

Page 43: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

43

h. Pameran Hari Pangan Sedunia Ke XXVI

Penyelenggaraan peringatan Hari Pangan Sedunia merupakan konsekuensi

keiikutsertaan Indonesia sebagai anggota FAO. Kegiatan pameran dalam rangka

peringatan HPS baru dilaksanakan pada tanggal 26-29 November 2006 bertempat di

Lapangan Karebosi, Makasar. Adapun materi yang ditampilkan oleh BB Pascapanen pada

pameran HPS adalah : teknologi pengolahan mi sagu, teknologi pembuatan kacang

tunggak, teknologi beras iodium, dan aneka olahan kasava.

i. Pameran Mekanisasi Pertanian

Pameran diadakan dalam rangka menyemarakkan Seminar Nasional Mekanisasi

Pertanian dan Kongres Luar Biasa Perteta yang dilaksanakan pada tanggal 29-30

Nopember 2006. BB-Pascapanen memperagakan pembuatan mie sagu. Produk poster

yang ditampilkan antara lain teknologi pengolahan puree mangga, mi sagu, jarak pagar,

bunga kering, minyak kelapa murni, serta buku-buku yang telah diterbitkan.

j. Pameran dalam rangka Agroindustrial Day

Pameran ini diselenggarakan ole Program Studi Teknologi Industri Pertanian, IPB.

BB-Pascapanen menampilkan poster dan produk pengolahan tepung kasava, gula kasava,

tepung pisang, puree mangga, mie sagu, bunga kering, dan minyak kelapa murni.

Kegiatan Diseminasi Lainnya

a. Pelatihan/Magang

Pelatihan atau magang yang telah dilaksanakan pada tahun 2006, umumnya

merupakan permintaan dari para pengguna atau peminat teknologi. Beberapa

permintaan pelatihan yang dilakukan pada tahun 2006 adalah : (1) Pelatihan Pengawetan

Bunga Segar yang dilakukan bekerjasama dengan Trubus. Kegiatan ini dilakukan

sebanyak 2 kali yaitu pada bulan September bertempat di Trubus dan pada bulan

November bertempat di Museum Purnabakti Pertiwi, Taman Mini.; (2) Pelatihan Aneka

Olahan Buah yang juga bekerjasama dengan Trubus berlangsung pada bulan September

2006; (3) Teknologi Olahan Lidah Buaya pada bulan November 2006, Taman Mini dan

Teknologi Olahan Daging pada bulan Desember 2006 di Museum Purnabakti Pertiwi.

Gambar 28. Kepala BB-Pascapanen sedang menjelaskan kepada

Menteri Pertanian mengenai Tempe Kacang Tunggak

Page 44: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

44

Selain pelatihan tersebut masih banyak pelatihan lain yang diadakan di BB

Pascapanen yaitu :

1. Pelatihan Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni, Produk samping dan

Turunan diikuti oleh peneliti dari BPTP NTT, BPTP Sulawesi Tenggara ( 5 orang)

2. Pelatihan HACCP Mendukung Pengembangan Usaha dan Pemasaran Tanaman

Pangan dan Hortikultura pesertanya dari Dinas Agribisnis Kota Bogor ( 25 orang)

3. Pelatihan Pengolahan Buah dan Sayuran pesertanya dari Dinas Agribisnis dan

Hortikultura Sumatera Selatan ( 15 orang)

4. Pelatihan Pembuatan Sirup Glukosa pesertanya BPTP (8 orang)

5. Studi Banding dari petani Binaan Dinas Perkebunan Riau (11 orang)

b. Mengisi Acara Karedok di Radio Pertanian Ciawi

Adapun materi yang telah disampaikan yaitu : Teknologi Pengolahan Pasta Tomat

dan Manfaatnya, Teknologi Kompor Sekam, Teknologi Minyak Atsiri, Teknologi Olahan

Daging, Teknologi Pewarnaan Bunga, Teknologi Puree Mangga, dan Teknologi

Pemanfaatan Kasava.

c. Mengisi Acara Dialog Interaktif di TVRI

Pada tahun 2006, BB Pascapanen mendapat kesempatan untuk mengisi acara

Dialog Interaktif di TVRI. Acara ini merupakan kerjasama Badan Litbang Pertanian

dalam hal ini Pustaka dengan Pihak TVRI.

2. Sosialisasi Teknologi dan Promosi Hasil Penelitian Pascapanen Pertanian

Pelaksanaan kegiatan sosialisasi teknologi dan promosi hasil penelitian

pascapanen tahun anggaran 2006, meliputi (1) Sosialisasi teknologi dalam rangka promosi

yang sebagaian besar dilaksanakan melalui presentasi teknologi, peran aktif peneliti pada

pertemuan pengembangan komoditas dengan Direktorat Jenderal Teknis, dan Pelatihan

teknologi di lokasi pengguna, (2) Peragaan/Gelar Teknologi/Temu Bisnis, dan (3)

Pembuatan publikasi berupa leaflet dan poster teknologi sebagai pendukung promosi.

Sosialisasi Teknologi Pascapanen dalam Rangka Promosi

Kegiatan sosialisasi teknologi pascapanen merupakan kegiatan promosi untuk

pengenalan institusi BB-Pascapanen dan hasil penelitiannya kepada stakeholders dan

beneficiaries melalui tatap muka atau presentasi dan pertemuan-pertemuan. Topik

presentasi adalah profil institusi yang telah mencakup informasi tentang BB-Pascapanen

dan hasil hasil penelitian serta bentuk-bentuk kerja sama yang mungkin dapat dibangun

dalam mengembangkan agribisnis. Terkait dengan potensi spesifik suatu daerah, maka

presentasi dapat ditambah dengan teknologi pascapanen yang memiliki peluang untuk

dikembangkan di daerah tersebut. Kegiatan sosialisasi teknologi yang dilaksanakan pada

tahun 2006 meliputi:

a. Sosialisasi Teknologi dengan Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

Karawang, tanggal 12 Januari 2006 di Laboratorium Karawang.

b. Sosialisasi Teknologi Pascapanen pada Sinkronisasi Program Ditjen PPHP

berlangsung di Yogyakarta, tanggal 23-24 Maret 2006.

c. Sosialisasi Teknologi pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian

Provinsi Maluku Utara, tanggal 27 Maret 2006.

d. Sosialisasi Teknologi di Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir

Page 45: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

45

e. Sosialisasi dan Koordinasi Pengembangan Industri Pengolahan Buah di Mamuju

Sulawesi Barat

f. Nara Sumber pada Pelatihan Pendampingan Usaha Pengolahan Produk Peternakan di

Merauke, tanggal 24-25 Agustus 2006.

g. Sosialisasi melalui TOT Pengolahan Hasil Bagi Penyuluh tanggal 29-30 Juli 2006 di

Malang atas permintaan Balai Besar Diklat Agribisnis Tanaman Pangan dan Tanaman

Obat.

h. Peran Serta pada Pelatihan Usaha Ternak Kelinci Jawa Barat, tanggal 13-14 September

2006 di Pangalengan, Kabupaten Bandung.

i. Peran Serta pada Sinkronisasi Pengembangan Pisang bersama Direktorat Buah, Ditjen

Hortikultura tanggal 11-14 Oktober 2006 di Mataram.

Promosi dan Gelar Teknologi/Temu Bisnis

a. Gelar Teknologi Pengolahan Buah Jeruk di Citrus Center, Tebas, Sambas.

Gelar teknologi penanganan segar dan pengolahan jeruk menjadi bagian penting

dari Ekspose Agribisnis Jeruk yang dilaksanakan tanggal 4 Mei 2006. Kegiatan tersebut

mengangkat tema “Mengantisipasi Booming Produksi Jeruk Nasional Melalui Pengembangan

Industri Penanganan Dan Pengolahan Hasil”. Acara dihadiri oleh Menteri Pertanian,

Gubernur Kalimantan Barat, Bupati Sambas. Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Jeruk

di Citrus Center tersebut telah menarik minat beberapa kabupaten penghasil jeruk siam

untuk melakukan kerja sama, antara lain yang sudah mengawali pembicaraan adalah

kabupaten Tarakan, Kalimantan Timur dan provinsi Kalimantan Selatan.

b. Peragaan Teknologi Pengolahan Tepung Kasava dan Pelatihan Tutor Rumah Pintar

Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan arahan Menteri Pertanian untuk

melaksanakan peragaan teknologi dan paket pelatihan bagi tutor Rumah Pintar. Rumah

Pintar adalah sebuah rumah gagasan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB).

Kegiatan pelatihan dilaksanakan bekerja sama dengan SIKIB, bertujuan untuk

memberikan pelatihan kepada tutor agar mampu mengembangkan pembuatan tepung

kasava dan pemanfaatannya dalam upaya pengembangan potensi lokal desa Cipambuan,

Gambar 29. Menteri Pertanian dan Dirjen Hortikultura sedang menerima

penjelasan Ka BB-Pascapanen tentang pengolahan sari murni dan jus

jeruk siam

Page 46: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

46

kecamatan Babakan Madang, kabupaten Bogor. Salah satu potensi lokal tersebut adalah

singkong atau kasava. Rangkaian kegiatan berlangsung pada tanggal 24 - 29 Juni 2006.

c. Gelar Teknologi Pengolahan Mete

Kegiatan Gelar Teknologi dilaksanakan pada 20 September 2006, bertempat di

Dusun Taman, Desa Ketapang Laok, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang. Model

Agroindustri Mete Terpadu dari BB-Pascapanen diimplementasikan dalam bentuk Unit

Pengolahan Hasil (UPH) Kacang Mete. Pembangunan UPH tersebut merupakan realisasi

dari kerja sama ‘Pengembangan Model Agroindustri Mete Terpadu Berkualitas Ekspor’

Gambar 30. Para tutor foto bersama Ibu Rossi Anton Apriyantono, Kadis Pertanian

Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bogor, pelatih, dan artis yang

berkunjung ke pelatihan. Gambar berikutnya pengajar dari

BB-Pascapanen sedang memberikan teori

Gambar 31. Ibu Ani Yudhoyono sedang berdialog dengan Tutor yang

memeragakan hasil pelatihan pembuatan tepung kasava

dan pemanfaatannya pada Kunjungan Presiden beserta

Ibu Ani Yudhoyono di Rumah Pintar

Page 47: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

47

antara BB-Pascapanen dengan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur. Gelar Teknologi

diselenggarakan bersamaan dengan peresmian UPH Kacang Mete tersebut.

Gelar teknologi dan peresmian dihadiri oleh Bupati Kabupaten Sampang H.

Fadhilah Budiono, Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Sampang, Muspida

Kab. Sampang, BB-Pascapanen, Perwakilan dari BPTP Jawa Timur, Perwakilan dari

Disbun Propinsi Jawa Timur dan tokoh masyarakat serta para petani dan perwakilan

kelompok tani.

UPH yang dikembangkan oleh kelompok tani dan dikelola oleh koperasi

mengerjakan pengolahan gelondong mete mulai dari proses pengukusan, pengeringan,

pengacipan, pelepasan lapisan aleuron, pembersihan dan pengemasan. Dalam

perkembangannya masih dibutuhkan beberapa fasilitas seperti pergudangan dan

perluasan ruang kerja.

d. Sosialisasi Dan Pameran Pengolahan Pisang di Lokasi Eks PLG, Kalimantan Tengah.

Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 30-31 Agustus 2006, bersamaan dengan

panen perdana padi dan temu wicara petani dengan Presiden.

e. Gelar Teknologi Mi Sagu di Kawasan Timur Indonesia

Kegiatan Gelar Teknologi Mi Sagu dilaksanakan terkait dengan Peringatan Hari

Pangan Sedunia (HPS) Provinsi Papua pada tanggal 18 Oktober 2006 di Jayapura.

Pelaksanaannya berkoordinasi dengan BPTP Papua, Dinas Pertanian kabupaten Jayapura

dan Seksi Seminar Panitia HPS Provinsi Papua. Gelar Teknologi dan Seminar ini

merupakan bagian dari rangkaian kegiatan peringatan HPS XXVI Provinsi Papua.

Gambar 32. Kunjungan Bupati Sampang pada acara Gelar Teknologi dan

peresmian UPH Kacang mete

Page 48: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

48

f. Gelar Teknologi Pengolahan Puree Mangga di Cirebon

Kegiatan dilaksanakan bekerja sama dengan Pemda Kabupaten Cirebon,

berlangsung di Kantor Bupati Cirebon, tanggal 19 Desember 2006. Acara dibuka oleh

Bupati Cirebon.

Pencetakan publikasi pendukung promosi

a. Leaflet teknologi pascapanen.

Seri leaflet baru tahun 2006 yang merupakan perbaikan dari terbitan tahun 2005

yang telah dibuat dan masing-masing tersedia 1000 eksemplar adalah sebagai berikut:

1. Teknologi tepung kasava

2. Teknologi gula kasava (sirup dan tepung glukosa)

3. Model agroindustri padi terpadu

4. Pemanfaatan sekam segar untuk bahan kompor

5. Proses pengolahan tepung sukun

6. Pemanfaatan kacang tunggak

7. Teknologi tepung labu kuning

8. Mi eksotik

9. Teknologi ekstraksi minyak nilam

10. Teknologi pengolahan minyak kelapa murni

Gambar 33. Kunjungan Asda II Provinsi Papua dan para peserta Seminar saat

Gelar Teknologi

Gambar 34. Bupati Cirebon sedang membuka selubung tanda peresmian dan

kunjungan di Pabrik Mini Puree Mangga

Page 49: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

49

11. Teknologi pengolahan gelondong mete

12. Pascapanen kelinci (daging)

13. Pascapanen kelinci (kulit bulu)

14. Teknologi minyak melati

15. Sayuran kering dengan teknologi far infra

16. Teknologi puree buah-buahan

17. Pewarnaan bunga sedapmalam

18. Teknologi pasta tomat

19. Teknologi bunga kering

b. Poster teknologi

- Teknologi pengolahan mi sagu

- Teknologi pembuatan beras Iodium

- Pemanfaatan kacang tunggak

- Pengolahan tepung pisang

- Pohon industri mete

- Pengolahan biji kacang mete

- Jarak sebagai pengganti minyak tanah

- Pemanfaatan sekam segar untuk bahan bakar kompor

c. Profil BB-Pascapanen dalam Kemasan CD

3. Lokakarya Nasional Teknologi Pascapanen

Lokakarya telah diselenggarakan di Auditorium Dr. Ismunadji, Jl. Tentara Pelajar

No. 3, Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor pada tanggal 12 September 2006,

yang membahas peran teknologi pascapanen dan sistem keamanan pangan dalam

meningkatkan nilai tambah hasil pertanian (khususnya produk nabati). Lokakarya

Nasional dibuka oleh Kepala Badan Litbang Pertanian mewakili Menteri Pertanian dan

dihadiri oleh Diputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan

POM, dan Sekjen JIP.

Gambar 35. Kepala Badan Litbang Pertanian sedang menyampaikan keynote speech

Menteri Pertanian pada pembukaan Lokakarya Nasional, dan Sekjen

JIP sedang memimpin Diskusi Panel

Page 50: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

50

4. Pemantauan dan Pembinaan Kegiatan Kerjasama

Kegiatan kerja sama kemitraan harus didahului dengan adanya kesepakatan dan

kesepahaman antara pihak-pihak yang akan melaksanakan kerja sama dan diwujudkan

dalam bentuk nota kesepakatan (MOU). Secara teknis kegiatan yang dikerjasamakan

akan mengikuti kerangka acuan (TOR) yang ditetapkan bersama. Rekapitulasi kegiatan

kerja sama tahun 2006 yang telah memasuki fase pemantauan dan pembinaan dalam

pengelolaan kerja sama adalah seperti tertera pada Tabel 3.

Tabel 3. Daftar kegiatan kerja sama tahun 2006 yang telah memasuki phase

Pemantauan dan pembinaan

No Kegiatan kerjasama model Mitra Dasar

Kerja sama

1

2

3

4

5

6

7

Teknologi Pengolahan Minyak

Kelapa Murni (VCO). Cianjur.

Teknologi pengolahan puree

mangga. Kab.Cirebon.

Teknologi Tepung Kasava

Tegineneng, Lampung

Teknologi Pengolahan Minyak

Melati. Yogyakarta

Teknologi pengolahan Mie

Sagu. Sulawesi Selatan

Teknologi Mete Terpadu

Sampang , Madura

Pengembangan Manajemen

Mutu Penanganan Susu Sapi

Lokasi: Kec. Cisarua, Kab.

Bandung

Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kab. Cianjur dan

Koperasi Mutiara Baru

Dinas Pertanian dan Perkebunan

Kab. Cirebon dan CV Promindo

Utama,

Industri Tepung Tapioka Rakyat

(Ittara) Supar, dan PT Sentra

Food Indonusa

PT Rezeki Fortuna Andama,

Jakarta

Dinas tanaman pangan Kab.

Luwu Utara dan BPTP Sulawesi

Dinas Perkebunan Prov. Jatim

dan Dinas Hutbun Kab.

Sampang

Koperasi susu Lembang Jawa

Barat

MOU

MOU

MOU

MOU

MOU

MOU

Berita acara

5. Penjaringan Mitra dan Pengelolaan /Manajemen Kerjasama Penelitian

Kerja sama Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Lada.

Penelitian dan pengembangan Pengolahan Lada merupakan kegiatan yang

bermitra dengan Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Kertanegara, Kaltim dan Dinas

Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur. Naskah kesepahaman (MoU) kerjasama telah

Page 51: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

51

ditandatangani tgl. 16 Mei 2006 dan akan ditindak lanjuti dengan penyusunan Kerangka

Acuan (TOR) kegiatan dengan topik teknologi penanganan dan pengolahan lada secara

semi-mekanis, penerapan GMP serta diversifikasi produk lada dalam usaha

mengembangkan produk lada Kaltim. Inisiasi kerja sama sebenarnya telah dimulai tahun

2005, melalui kerja sama dengan FAO dan IPC (International Pepper Community).

Kerja sama Pengembangan Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni (VCO)

Maluku Utara.

Pengembangan Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni (VCO) Maluku

Utara yang dilaksanakan BB Pascapanen mempunyai mitra Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Prop. Maluku Utara dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Halmahera Utara, Prop. Maluku Utara. Naskah kesempahaman (MOU) telah

ditandatangani tanggal 3 Mei 2006.

Kegiatan Kerja sama (Alih Teknologi) Pengolahan Makanan dan Minuman

Kerjasama (Alih Teknologi) Pengolahan Makanan dan Minuman yang dilakukan

BB Pascapanen bermitra dengan Dinas Agribisnis Kota Bogor. Naskah kesepahaman telah

ditandatangani pada bulan Juni 2006 dan akan ditindaklanjuti dengan penyusunan

kerangka acuan kegiatan yang lebih rinci untuk kegiatan 2006/2007.

Kerjasama Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengolahan Pasta Cabai dan

Tomat

Naskah kerja sama penelitian dan pengembangan Teknologi Pengolahan Pasta

Cabai dan Tomat telah ditandatangani pada tanggal 12 Mei 2006, dengan mitra Dinas

Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kab. Garut. Kegiatan yang telah

dilakukan adalah uji coba produksi, modifikasi alat, supervisi/pengawalan teknologi dan

pelatihan.

Kerja sama Pengembangan Teknologi Pemanfaatan Sekam Padi

Naskah Kerjasama pengembangan teknologi pemanfaatan sekam padi antara BB-

Pascapanen dengan Dinas Pertanian, kehutanan dan perkebunan Kabupaten Karawang

telah ditandatangani pada tanggal 16 Februari 2006, dengan ruang lingkup kerjasama

meliputi pengembangan dan sosialisasi teknologi pemanfaatan sekam padi untuk bahan

bakar kompor sekam, dan pemanfaatan lainnya.

Kerja sama pengembangan (Scaling up) teknologi pengolahan minyak kelapa murni

(VCO) dengan PT Surya Alam Global

Kerja sama pengembangan teknologi pengolahan minyak kelapa murni (VCO)

dengan PT Surya Alam Global yang telah ditandatangani 8 Agustus 2006 bertujuan untuk

melakukan scaling up teknologi pengolahan minyak kelapa murni yang dihasilkan oleh

Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, dan akan dilaksanakan di lokasi PT Surya

Alam Global, Sumatera Utara.

Kerja sama penelitian penyimpanan beras pecah kulit dengan International Rice

Research Institute (IRRI)

Page 52: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

52

Kerja sama penelitian penyimpanan beras pecah kulit antara Balai Besar Litbang

Pascapanen Pertanian dengan International Rice Research International (IRRI) telah

disepakati tanggal 7 Maret 2006.

Page 53: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

53

IV. KELEMBAGAAN DAN SUMBERDAYA

A. Organisasi

Sesuai Keputusan Menteri Pertanian No. 632/Kpts/OT.140/12/2003 tanggal 30

Desember 2003, BB-Pascapanen mempunyai 3 Bagian/Bidang dan 7 Sub Bagian/Seksi

serta kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok fungsional yang mendukung kegiatan

penelitian dan pengembangan di BB-Pascapanen terdiri dari 4 kelompok, yaitu Kelompok

Peneliti (Kelti) Proses Kimia, Kelti Proses Fisika, Kelti Proses Biologi dan Kelti

Pengelolaan Sistem Mutu. Semakin luasnya jangkauan penelitian dan pengembangan,

makin besar pula kebutuhan sumber daya, dana, sarana dan prasarana yang perlu

dikembangkan. Oleh karena itu, BB-Pascapanen dalam kurun waktu tahun 2005-2009

akan meningkatkan sumber daya yang dimiliki untuk dapat menghasilkan teknologi

yang bermutu guna memberi keuntungan dan manfaat bagi petani dan pelaku agribisnis.

B. Sumber Daya Manusia

Untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya, BB-Pascapanen didukung oleh

Sumber Daya Manusia (SDM) sebanyak 144 tenaga yang terdiri dari 64 orang tenaga

peneliti; 21 orang tenaga teknisi dan 59 orang tenaga administrasi. Berdasarkan strata

pendidikan terdiri atas 7 orang S3; 32 orang S2; 34 orang S1; 10 orang S0 dan 53 orang

setingkat SLTA. Sebanyak 1 orang tenaga penelitinya masih menyelesaikan program S3 di

dalam negeri. Status SDM BB-Pascapanen pada tahun 2006 ditunjukkan pada Tabel 4.

Gambar 36. Struktur organisasi BB-Pascapanen

Page 54: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

54

Tabel 4. Sumber Daya Manusia (SDM) BB-Pascapanen

Pendidikan Jumlah,

(orang)

Usia s/d 50 tahun,

(orang)

Usia 51 s/d 60

tahun,

(orang)

Fungsional

• S3 7 4 3

• S2 28 20 8

• S1 27 20 7

• S0 8 6 2

• SLA 16 12 4

Struktural

• S3 0 0 0

• S2 4 2 2

• S1 7 5 2

• S0 2 2 0

• SLTA 37 27 10

• SLTP 4 3 1

• SD 4 3 1

Jumlah 144 104 40

Pengembangan SDM

SDM merupakan aset yang sangat berharga bagi suatu organisasi. Tujuan suatu

organisasi tidak dapat tercapai tanpa memiliki SDM yang handal. Oleh karena itu, BB-

Pascapanen berupaya untuk selalu meningkatkan kemampuan dan profesionalisme SDM

yang dimilikinya. Upaya peningkatan kemampuan SDM dilakukan melalui training

jangka pendek, training jangka panjang, tugas belajar, magang, dan seminar. Kaderisasi

tenaga peneliti akan terus diupayakan, sehingga pada saat tenaga peneliti yang ada sudah

mencapai usia pensiun maka tugasnya dapat digantikan oleh tenaga peneliti yang lebih

muda. Kaderisasi disiapkan sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan litbang

pascapanen agar tidak terjadi stagnasi apabila terjadi alih tugas atau pensiun. BB-

Pascapanen merencanakan sistem kaderisasi dalam bentuk kerucut, dimana tenaga

peneliti yang berusia muda akan lebih banyak kuantitasnya daripada tenaga peneliti yang

berusia tua. Rencana pengembangan SDM 2005-2009 (Tabel 5) ditempuh dengan langkah-

langkah kebijakan sebagai berikut :

Page 55: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

55

Tabel 5. Rencana pengembangan SDM tahun 2005 – 2009

Pendidikan

Kondisi

TA. 2006

(orang)

Pensiun

pada

T.A 2005 -

2009

(orang)

Rencana

Peningkatan

SDM

T.A 2005-2009

(orang)

Rencana

Rekruitment

(orang)

Kondisi

yang

diharapkan

Fungsional

• S3 7 2 7 0 12

• S2 28 1 15 5 36

• S1 27 2 0 11 21

• S0 8 0 4 5 17

• SLTA 16 0 0 13 25

Struktural

• S3 0 0 2 0 2

• S2 4 1 8 0 9

• S1 7 3 4 0 4

• S0 2 1 8 2 7

• SLTA 37 6 0 11 34

• SLTP 4 0 4

• SD 4 1 3

Jumlah 144 17 48 47 174

Dalam rangka mendukung program-program utama BB-Pascapanen, perlu

dilakukan pengembangan kebutuhan SDM fungsional maupun struktural baik kuantitas

maupun kualitasnya dengan langkah-langkahnya : peningkatan pendidikan dari S1 ke S2

dan S2 ke S3 atau dengan merekrut tenaga yang sudah berpendidikan S2 sesuai dengan

kebutuhan sampai 2009. Komposisi tenaga fungsional peneliti dengan litkayasa idealnya

adalah tenaga peneliti : litkayasa = 3 : 1, sedangkan untuk tenaga struktural disesuaikan

dengan kebutuhan.

Pelaksanaan Kegiatan Kepegawaian

Kenaikan Pangkat SDM lingkup BB-Pascapanen sebagai penghargaan terhadap

kinerja pegawai telah dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku dalam satu tahun dua

kali pengusulan yaitu periode bulan April 2006 berjumlah : 23 orang ( selesai diproses

tepat per 1 April 2006 ) dan bulan Oktober 2006 berjumlah 9 orang (selesai diproses per 1

Oktober 2006). Kenaikan Gaji Berkala direncanakan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun

mulai Januari s/d Desember 2006 berjumlah 60 orang pegawai. Pelaksanaan pemrosesnya

dilaksanakan secara bertahap. Sampai saat ini selesai diproses sebanyak 60 orang

pegawai yang naik gaji sampai bulan Desember 2006.

Pemrosesan Inpasing bidang kepakaran terhadap 41 peneliti Balai Besar Litbang

Pascapanen Pertanian telah dilaksanakan, Surat Keputusan inpasing bagi 32 peneliti

sudah diterima, sisanya sebanya 5 peneliti masih dalam proses.

Pengusulan mengikuti training jangka panjang dan jangka pendek luar dan dalam

negeri telah dikirimkan ke Badan Litbang Pertanian. Pengusulan training jangka panjang

berjumlah 17 orang terdiri dari 9 orang untuk program S3 dan 8 orang program S2. Dari

usulan tersebut hanya 1 orang yang disetujui untuk program S3, sedangkan sisanya

Page 56: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

56

belum mendapat persetujuan. Sedang pengusulan petugas untuk training jangka pendek

berjumlah 25 orang, sampai saat ini masih dalam proses. Pengusulan Diklat Fungsional

Training Peneliti Tingkat Pertama telah di kirim ke Badan Litbang Pertanian. Pengusulan

Diklat berjumlah 17 orang calon pejabat fungsional peneliti. Yang dipanggil mengikuti

Diklat sebanyak 7 orang.

Pengusulan pegawai yang akan memasuki masa pensiun telah diinformasikan

satu tahun sebelum batas usia pensiun untuk memberi kesempatan kepada pegawai yang

bersangkutan melengkapi berkas persyaratan pensiun, sehingga masih mempunyai

waktu untuk melengkapi kekurangan persyaratan sebelum masa pensiun tiba. Pada

bulan Mei s/d Desember 2006 telah selesai turun SK pensiun sebanyak 4 orang.

C. Fasilitas Penelitian

BB-Pascapanen memiliki fasilitas laboratorium analisis dan bangsal pengolahan

hasil yang cukup memadai yang tersebar di dua lokasi yaitu Bogor dan Karawang.

Laboratorium Bogor merupakan laboratorium induk dengan akurasi tinggi yang

memiliki kompetensi di bidang analisis kimia dan biokimia, pengujian mutu dan

keamanan pangan, serta pengolahan produk aneka minuman, candy, dan baking dan

dilengkapi dengan fasilitas pengolahan bidang teknologi kimia dan bioproses.

Laboratoruim BB-Pascapanen Bogor saat ini sedang dalam proses akreditasi.

Laboratorium Karawang memiliki kompetensi di bidang pengujian mutu fisik dan

pengolahan aneka tepung.

Laboratorium Bogor

a. Laboratorium Analisis

Merupakan laboratorium utama (induk) BB-Pascapanen yang menangani aspek :

• Kimia, mikrobiologi, fraksinasi, fermentasi, dan organoleptik.

• Analisis keamanan pangan untuk produk makanan dan minuman (juice, sari

buah, campuran, dan produk turunannya, candy).

• Analisis proksimat untuk analisis mutu produk minuman dan produk

turunannya.

Fasilitas yang tersedia terdiri dari peralatan analisis dengan ketelitian tinggi untuk

identifikasi struktur dan isolasi senyawa dan lain sebagainya.

b. Bangsal Pengolahan Hasil

� Bangsal pengolahan minyak atsiri (aneka minyak atsiri; produk derivatnya

dan produk formulasinya).

� Bangsal pengolahan hasil ternak (daging: daging asap, sosis, dendeng, bakso,

karage, nugget, abon dan kornet; susu pasteurisasi dan produk olahan susu).

� Bangsal pengolahan tahu.

� Bangsal pengolahan sari buah dan produk turunannya, pasteurisasi, dan

canning (produk berbasis buah dan sayuran).

� Bangsal pengolahan produk roti berbasis aneka tepung.

Laboratorium Karawang

a. Laboratorium Analisis

� Mendukung analisis sifat-sifat rheology dan sifat fisik bahan (aneka tepung)

Page 57: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

57

� Mendukung analisis proksimat hasil pertanian

b. Bangsal Pengolahan Hasil

� Bangsal pengolahan aneka tepung dan produk turunannya (proses kering dan

basah)

� Bangsal pengolahan beras

� Bengkel perekayasaan

D. Sarana Pendukung

Pada TA 2006 telah direalisasikan 1 unit kendaraan minibus merk Toyota Innova

tipe G untuk mendukung mobilitas Kepala BB-Pascapanen maupun peneliti/ staf dalam

melaksanakan tugasnya. Sampai dengan tahun 2006 BB-Pascapanen telah mempunyai 8

(delapan) unit kendaraan bermotor roda empat dan 2 (dua) unit kendaraan bermotor

roda dua seperti tercantum pada Tabel 6.

Tabel 6. Sarana Pendukung Kegiatan Operasional BB-Pascapanen

No. Jenis Kendaraan Tahun Jumlah

(unit) Lokasi

1. Jeep / Toyota Land Cruiser 1980 1 Bogor

2. Jeep / CJ 7 1983 1 Bogor

3. Minibus / Mitsubishi L300 1985 1 Bogor

4. Minibus / Toyota Kijang 2002 1 Bogor

5. Minibus / Toyota Kijang 2003 1 Karawang

6. Pick up / Toyota Kijang 2003 1 Bogor

7. Minibus / Mitsubishi Kuda 2004 1 Bogor

8. Minibus merk Toyota Innova tipe G 2006 1 Bogor

9. Sepeda Motor / Suzuki 2002 1 Bogor

10. Sepeda Motor / Honda 2003 1 Karawang

E. Pengembangan Sarana dan Prasarana

Pada tahun 2006 telah dilaksanakan pengadaan sarana dan prasarana, berupa

pembangunan dan pengadaan peralatan kantor, meubelair serta buku ilmiah. Guna

melengkapi kekurangan bangunan dan perbaikan/ pembuatan jalan aspal di lingkungan

kantor BB-Pascapanen telah dibangun pos jaga berukuran 7,25 m2, gasebu 115 m2, gudang

48 m2, selasar 163,5 m2, tempat parkir kendaraan roda 4 dan 2 41,2 m2, pelapisan/

pembuatan jalan aspal 1.138 m2 dan rumah panel 20 m2.

Pengadaan meubelair dan peralatan pengolahan data (komputer dan printer)

untuk melengkapi fasilitas kerja bagi pegawai BB-Pascapanen agar dapat bekerja secara

efektif dan efisien. Pengadaan buku ilmiah pada TA 2006 untuk perpustakaan telah

terealisasi sebanyak 8 judul buku, yaitu : Handbook of Postharvest Technology

(Pengarang : M. Shaflur Rahman), Flavor Chemistry and Technology (Pengarang : Gary

Reinnecius), The Chemistry of Oil and Fat (Pengarang : Frank D. Gunstone), Starch :

Advances in Structure and function (Pengarang : TL. Barsby, A.M. Donald and P.J.

Frazier), Aflatoxin and Food Safety (Pengarang : Abbas Hamed K), Handbook of Spices,

Seasoning and Flavoring (Pengarang : Susheela Raghaven), Food Shelf Life stability :

Chemical, Biochemical and Microbiological Changes (Pengarang : N.A. Michael Eskin),

Handbook of Food Enzymology (Pengarang : John Whitaker). Pengadaan buku tersebut

Page 58: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

58

digunakan untuk menambah referensi dan memperkaya wawasan peneliti dalam

menghasilkan inovasi teknologi pescapanen.

F. Anggaran

Dana yang diperlukan BB-Pascapanen untuk melaksanakan tupoksinya berasal

dari APBN dan kerjasama dengan instansi pemerintah dan swasta. Guna mencapai

keberhasilan program penelitian dan pengembangan pascapanen, dukungan dana

merupakan komponen yang sangat penting, karena kegiatan penelitian dan

pengembangan pascapanen tidak dapat berjalan tanpa didukung dana yang memadai.

BB-Pascapanen berupaya mendapatkan dana penelitian dari instansi/lembaga

pemerintah maupun swasta melalui kerjasama penelitian dan pengembangan

pascapanen.

Anggaran berbasis kinerja adalah dasar dari pengembangan sistem penganggaran

masa depan. Sasaran dan indikator pencapaian hasil dari program penelitian dan

pengembangan pascapanen pertanian perlu dipersiapkan secara jelas dan terukur serta

digunakan dalam monitoring dan evaluasi secara konsisten. Alokasi anggaran dari BB-

Pascapanen berbasis kinerja kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen

pertanian yang mengarah kepada pencapaian cost effectiveness yang tinggi dan mampu

bersaing dengan instansi atau lembaga lain yang melakukan kegiatan penelitian dan

pengembangan pascapanen. Hal ini dimaksudkan untuk merespon pada anggaran

berbasis kinerja dan mekanisme block fund.

Pada tahun 2006, BB-Pascapanen memperoleh dana sebesar Rp 12.389.786.000,- ,

sedangkan realisasi sampai dengan 31 Desember 2006 sebesar Rp 12.038.561.604,-

( 97,17%). Alokasi dan realisasi dana dapat dilihat pada Tabel 7.

Page 59: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

59

Tabel 7. Alokasi Anggaran BB-Pascapanen Tahun 2006

No Kegiatan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

A. Penelitian dan Pengembangan Pascapanen

Pertanian

2.005.863.000 1.984.266.989 98,92

B. Penyuluhan dan Penyebaran Informasi 1.074.908.000 1.037.318.790 96,50

- Diseminasi Hasil Penelitian 379.120.000 377.888.505 99,68

- Penjaringan mitra & pengelolaan manajemen

kerjasama penelitian

71.510.000 69.226.605 96,81

- Lokakarya Nasional Teknologi Pascapanen 92.350.000 89.373.375 96,78

- Sosialisasi teknologi dan promosi hasil

penelitian pascapanen

323.628.000 294.274.005 90,93

- Pemantauan dan Pembinaan Kegiatan

Penelitian Kerjasama

208.300.000 206.556.300 99,16

C. Pembinaan Dan Koordinasi Penyusunan

Kebijakan Dan Program Pembangunan

Pertanian

408.856.000 390.646.020 95,55

- Kebijakan dan Rekomendasi Teknologi

Pascapanen mendukung Ketahanan Pangan

di Papua

143.336.000 142.995.600 99,76

- Penyusunan Kebijakan Pengembangan

Teknologi Pascapanen Mendukung Kegiatan

Primatani

265.520.000 247.650.420 93,27

D. Penyusunan Program dan Rencana

Kerja/Teknis/ Program/ Evaluasi

1.186.685.000 1.185.385.047 99,89

- Perencanaan dan penyusunan program

penelitian Pascapanen

340.350.000 340.048.550 99,91

- Pemberdayaan SIM dan UAI 110.920.000 110.787.850 99,88

- Peningkatan mutu SDM 103.920.000 103.860.950 99,94

- Pengembangan Laboratorium 74.440.000 74.262.472 99,76

- Penyelenggaraan Raker BB-Pascapanen dan

Sosialisasi & Sinkronisasi Program &

Kebijakan Litbang Pascapanen

132.755.000 132.639.800 99,91

- Koordinasi Kelembagaan dan Litbang

Pascapanen

200.000.000 199.863.000 99,93

- Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Penelitian

Berjalan

224.300.000 223.922.425 99,83

E. Pengadaan sarana (gedung dan peralatan

lainnya)

2.186.222.000 2.166.425.893 99,09

F. Administrasi umum (gaji PNS, LTGA,

perawatan)

5.527.252.000 5.274.518.885 95,43

T o t a l 12.389.786.000 12.038.561.604 97,17

Page 60: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

60

V. PROGRAM DAN EVALUASI

Kegiatan Program dan Evaluasi meliputi: Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.

Perencanaan (planning) adalah proses pengambilan keputusan yang menyangkut apa

yang akan dilakukan di masa mendatang, kapan, bagaimana dan siapa yang akan

melakukannya. Dalam setiap organisasi rencana disusun secara hierarki sejalan dengan

struktur organisasinya. Pada setiap jenjang, rencana mempunyai fungsi ganda: sebagai

sasaran yang harus dicapai oleh jenjang dibawahnya dan merupakan langkah yang harus

dilakukan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan oleh jenjang diatasnya. Ada dua jenis

rencana, yaitu : (1) rencana strategik (Renstra), yang disusun untuk mencapai tujuan

umum organisasi, yaitu melaksanakan misi organisasi, (2) rencana operasional, yang

merupakan rincian tentang bagaimana rencana strategik dilaksanakan. Renstra

BB-Pascapanen 2005 – 2009 telah diselesaikan pada tahun 2006.

A. Perencanaan dan Penyusunan Program

Rencana operasional disusun setiap tahunnya dengan mengacu pada Renstra BB-

Pascapanen dan kebijakan Badan Litbang Pertanian maupun Departemen Pertanian

Secara umum kegiatan perencanaan dan penyusunan program dapat dibagi dua yaitu: (1)

Pelaksanaan kegiatan TA. 2006 dan (2) Perencanaan kegiatan TA. 2007. Berkaitan dengan

pelaksanaan kegiatan TA. 2006 telah dilaksanakan sosialisasi DIPA/RKA-KL TA. 2006,

penyiapan ROK TA. 2006 (Rencana Operasional Kegiatan), finalisasi Proposal/TOR, serta

penyusunan data program dan anggaran dalam data base Sistem Informasi Manajemen

Program (SIMPROG). Berkaitan dengan perencanaan kegiatan TA. 2007 telah

dilaksanakan seleksi dan evaluasi usulan kegiatan TA. 2007, koordinasi dan singkronisasi

program kegiatan dengan direktorat jenderal teknis, penyusunan Daftar usulan

Pelaksanaan Anggara (DUP), RKA-KL, DIPA TA. 2007.

B. Rapat Kerja BB-Pascapanen

Kegiatan Rapat Kerja BB-Pascapanen dilaksanakan pada hari Selasa – Rabu,

tanggal 13 – 15 Maret 2006, di Hotel Megamendung Permai, Jl Raya Megamendung –

Cipayung Bogor 16750. Jumlah peserta yang hadir 82 orang, terdiri dari Pejabat

Struktural, Peneliti, Staf Struktural, Teknisi Senior, Undangan, dan Pembicara Tamu.

Tema Rapat Kerja BB-Pascapanen pada tahun 2006 adalah “Penetapan Strategi Penelitian

dan Pengembangan Pascapanen dalam Mensukseskan Revitalisasi Pertanian”. Rapat

Kerja dibuka oleh Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr. Ahcmad Suryana. Dalam

arahannya Kepala Badan menegaskan bahwa dalam pelaksanaan penelitian diharapkan

dapat memberikan perhatian utama pada 17 komoditas prioritas yang telah ditetapkan

Departemen Pertanian dalam kebijakan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

(RPPK). Pascapanen harus dapat menghasilkan terobosan inovasi teknologi yang layak

terap bagi petani dan pelaku agribisnis. Penting ditekankan pemahaman “penelitian

untuk pengembangan” (research for development), jangan hasil penelitian hanya sampai

pada jurnal, deseminasi penelitian dan prototipe saja, tetapi harus sampai scaling-up

dengan melibatkan BPTP, petani maupun pelaku agribisnis. Kegiatan penelitian harus

mempunyai time frame yang relatif singkat.

Dalam kata penutupnya, Kepala Badan Litbang Pertanian berharap BB-

Pascpaanen dapat mulai merumuskan program penelitian pascapanen yang bersifat

Page 61: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

61

nasional, yang dapat menjadi program pengembangan daerah bagi Direktorat Teknis

terkait, seperti layaknya model P3T (Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu, SIPT

(Sistem Integrasi Padi Ternak), PTT Cabe dan banyak lagi lainnya, walaupun disadari hal

ini merupakan tantangan yang berat bagi BB-Pascapanen yang belum genap berusia tiga

tahun. Bersamaan dengan ini, Kepala Badan Litbang Pertanian beserta undangan yang

hadir juga berkesempatan meninjau hasil kegiatan penelitian unggulan BB-Pascapanen

tahun 2005-2006.

Penyampaian materi utama oleh Pembicara Tamu dimaksudkan untuk

meningkatkan wawasan dan pengetahuan bagi semua yang hadir, dengan harapan dapat

menjadi acuan dalam merencanakan program kegiatan penelitian dan pengembangan ke

depan. Topik yang disampaikan terdiri dari :

1. Kebutuhan Teknologi Untuk Pengembangan Agroindustri (Dirjen P2HP)

2. Strategi Pencapaian Visi “Menjadi Lembaga Litbang Pertanian Terunggul di Asia

Tenggara” (Dr. Haryono; Sekretaris Badan Litbang Pertanian)

3. Aplikasi Teknologi Membran untuk Agroindustri (Dr. Wenten; ITB)

4. Tren Pengembangan Agroindustri di Masa Datang (Ir. Suseno, MBA)

Materi bahasan lainnya diarahkan untuk mempertajam program kegiatan

penelitian pada tahun 2005-2009, Renstra BB-Pascapanen 2005-2009, serta rencana

kegiatan peneltiian dan diseminasi BB-Pascapanen TA. 2007. Materi yang disampaikan

terdiri dari :

1. Sosialisasi Renstra BB-Pascapanen, Lakip dan Monev (Dr. Risfaheri-Kepala Bidang

Program dan Evaluasi)

2. Penelaahan Sasaran dan Keluaran Program dan Pendayagunaan Hasil Penelitian TA.

2007-2009 (Ir. Sulusi Prabawati, MS – Kepala Bidang Kerjasama dan PHP)

3. Perencanaan Capacity Building 2007-2009 (Ir. Endang Kunwidayati, MS – Kepala

Bagian Tata Usaha)

Gambar 37. Pembukaan Raker oleh Kepala Badan Litbang Pertanian

Page 62: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

62

4. Penelaahan Ruang Lingkup kegiatan dan Tupoksi Kelompok Peneliti lingkup BB-

Pascapanen (Ketua Kelompok Peneliti)

5. Penelaahan Sasaran dan Keluaran Program Penelitian 2007-2009, Roadmap Program

dan Matrik Kegiatan Penelitian Pascapanen (Penanggungjawab Program dan

Penanggungjawab Kegiatan Penelitian)

C. Evaluasi Dan Pelaporan

Kegiatan evaluasi dan pelaporan meliputi penyusunan Akuntabilitas Kinerja TA

2005 (LAKIP), Monitoring dan Evaluasi (Monev), Penyusunan Laporan Bulanan dan

Laporan Tahunan. Evaluasi merupakan proses untuk menentukan pelaksanaan kegiatan

sesuai tujuan yang akan dicapai secara sistematik dan objektif. Evaluasi sebagai salah satu

alat analisis apakah pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan perencanaan, gagal atau

berhasil. Pada tahun 2006 telah dilaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan evaluasi

kegiatan BB-Pascapanen, yaitu :

Laporan Akuntabilitas Kinerja dan SIMONEV

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah menjadi suatu kewajiban bagi

setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara untuk

mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan

pengelolaan sumberdaya berdasarkan TAP MPR RI No. XI/MPR/1998 dan UU No.

28/1999 tentang Penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan

nepotisme serta Inpres No. 7/1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(AKIP). Laporan tersebut menjabarkan kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan

melalui Sistem Monitoring dan Evaluasi (SIMONEV) yang disampaikan setiap bulan.

LAKIP mencakup Perencanaan Kinerja yang komponennya meliputi: Sasaran

(sasaran tahun berjalan), Program (Renstra), Kegiatan dan Indikator Kinerja. Indikator

Kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang mengambarkan tingkat pencapaian

suatu kegiatan yang telah ditetapkan. Penetapan indikator kinerja kegiatan harus

didasarkan pada perkiraan yang realistis dengan memperhatikan tujuan dan sasaran

yang ditetapkan serta data pendukung yang harus diorganisasi. Indikator kinerja harus

spesifik dan jelas, dapat diukur secara objektif, relevan dengan tujuan dan sasaran yang

ingin dicapai dan tidak bias.

Selain itu LAKIP juga mencakup Pengukuran Kinerja yang meliputi : (1) Kinerja

kegiatan yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dari

masing-masing kelompok indikator kegiatan; (2) Tingkat pencapaian sasaran instansi

pemerintah yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dari

masing-masing indikator sasaran yang telah ditetapkan sebagaimana dituangkan dalam

dokumen Rencana Kinerja. Pengukuran tingkat pencapaian sasaran didasarkan pada data

hasil pengukuran kinerja kegiatan.

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja dan capaian sasaran tahun 2005, terlihat

bahwa seluruh kegiatan BB-Pascapanen yang terdiri dari 11 (sebelas) kegiatan penelitian

dan 1 (satu) kegiatan diseminasi memiliki nilai capaian kinerja yang baik dan capaian

sasaran cukup baik.

Page 63: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

63

Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) ditujukan untuk mengendalikan

pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan proposal/ TOR, DIPA/ RKAKL yang telah

ditetapkan, baik pelaksanaan kegiatan dari segi teknis maupun dari segi administratif.

Kegiatan Monev dilaksanakan sebanyak tiga kali dalam setahun meliputi : Monev ex-ante,

on-going dan ex-post. Laporan Monev ex-ante, on-going maupun ex-post kegiatan BB-

Pascapanen TA 2006 memuat temuan yang perlu ditindaklanjuti oleh penanggungjawab

kegiatan agar tujuan dan sasaran dapat dicapai secara efisien dan efektif.

Laporan Bulanan

Selama periode Januari - Desember 2006, telah disusun laporan bulanan kegiatan

BB-Pascapanen yang disampaikan dalam Rapat Pimpinan (Rapim) lingkup Badan

Litbang Pertanian. Laporan bulanan kegiatan berisi kemajuan penyerapan anggaran dan

topik kegiatan yang menonjol pada periode bulan tersebut (Tabel 8).

Tabel 8. Topik Kegiatan BB-Pascapanen yang Disampaikan pada Rapim Lingkup

Badan Litbang Pertanian Januari – Desember 2006

No. Bulan Judul Laporan Bulanan

1. Januari • Teknologi Pemanfaatan Air Kelapa Untuk Minuman Isotonik

2. Pebruari • Identifikasi Kontaminan pada Sayuran

• Potensi Belimbing Wuluh sebagai Obat Anti Hipertensi

3.

Maret • Rapat Kerja Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pascapanen Pertanian

• Beras Varietas IR 36 sebagai alternatif Pengganti Impor Beras

Taj Mahal

4. April • Perkembangan Kegiatan Kerjasama Teknologi Pengolahan

Jeruk

• Sinkronisasi Program Kegiatan BB-Pascapanen TA. 2007

• Rapat Perberasan

5. Mei • Ekpose Agribisnis Jeruk di Kabupaten Sambas, Kalimantan

Barat

• Perkembangan Kerjasama Penelitian dan Pengembangan

Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni di Cianjur

6. Juni • Kerjasama BB-Pascapanen dengan Koperasi Sarwa Mukti

dalam Meningkatkan Mutu Susu di Tingkat Peternak dan

Koperasi Susu

• Pengembangan Model Agroindustri Pengolahan Kelapa

Terpadu di Halmahera Utara (Maluku Utara)

Page 64: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

64

No. Bulan Judul Laporan Bulanan

7. Juli • Partisipasi BB-Pascapanen pada Acara Rumah Pintar dan

Bedah Kampung di Desa Cipambuan, Kacamatan Babakan

Madang, Bogor

• Kegiatan Primatani dalam Rangka Menunjang Program

Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) Kakap Bangkit

di Kalimantan Barat

8. Agustus • Teknologi Pengolahan Tempe dari Kacang Tunggak

• Kegiatan Kerjasama Teknologi Pengolahan Lada antara

BB-Pascapanen dengan Pemerintah Kabupaten Kutai

Kartanegara, Kalimantan Timur

9. September • Peresmian Unit Pengolahan Hasil (UPH) Mete di Desa

Ketapang Laok, Kabupaten Sampang, Madura

• Lokakarya Nasional Strategi Peningkatan Nilai Tambah Hasil

Pertanian melalui Penerapan Teknologi Pascapanen dan

Sistem Keamanan Pangan

10. Oktober -

November

• Sosialisasi Teknologi Pengolahan Mi Sagu di Jayapura

11. Desember • Kerjasama Pengembangan Teknologi Pengolahan Minyak

Kelapa Murni (VCO) di Halmahera dan Sumatera Utara.

• Pengiriman Tenaga Ahli Pengolahan Lada ke Sri Lanka

dalam Rangka Kerjasama Teknologi Pengolahan Lada Antara

International Pepper Community (IPC) dengan Food and

Agriculture Organization (FAO) di Sri Lanka

Page 65: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

65

VI. PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN

Dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen

pertanian tahun 2006, ditemui beberapa kendala baik teknis maupun non teknis. Secara

teknis permasalahan untuk menghasilkan inovasi teknologi pascapanen dalam skala

laboratorium dapat diatasi oleh BB-Pascapanen, namun ketika teknologi tersebut

diterapkan dalam skala yang lebih besar (perdesaan/UKM) di lapangan terdapat

beberapa kendala non teknis antara lain pembinaan kelembagaan yang melibatkan BB-

Pascapanen dengan stakeholders, kekurangan permodalan di tingkat pengrajin dan pangsa

pasar hasil produk pengolahan. Permasalahan pada agroindustri pengolahan minyak

kelapa murni (Virgin Coconut Oil/VCO) di Kecamatan Agrabinta, Cianjur Selatan adalah

menurunnya minat beli konsumen karena terlalu banyak produk yang beredar di pasaran

sehingga pasar sudah mencapai tingkat jenuh. Hal ini mengakibatkan proses produksi

VCO tidak dapat berjalan secara berkesinambungan, proses produksipun berjalan tidak

dalam kapasitas penuh (full capacity). Selain itu, hasil penjualan VCO tidak dapat

menutup biaya produksi karena kuantitas penjualan VCO lebih kecil daripada hasil

produksinya sehingga sediaan VCO menumpuk karena kesulitan menjualnya.

Permasalahan pada kerjasama pengolahan lada dengan International Pepper Community

(IPC) di Desa Loa Janan, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur adalah

ketersediaan lada sangat langka pada pada saat bukan musim panen, sehingga proses

produksi mengalami stagnan pada masa bukan musim panen. Kegiatan kerjasama

pengolahan jeruk di Kalimantan Barat (Sambas) sudah berjalan cukup baik, uji produksi

sudah dilakukan, bahkan launching produkpun sudah dilaksanakan oleh Menteri

Pertanian. Namun masih terdapat kendala yaitu kelembagaan yang terbentuk belum

dapat berjalan dengan baik karena belum semua mitra kerjasama menjalankan

kewajibannya seperti yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja (TOR). Meskipun ada

permintaan jus jeruk langsung kepada mitra (PT Sinar Karya Sakti) namun pemasarannya

belum optimal, karena PT Sinar Karya Sakti masih perlu bantuan pemasaran dari Badan

Koperasi UKM, Kerjasama, Promosi dan Investasi (Badan KOMAPIN).

Secara umum permasalahan yang selalu muncul dalam pengembangan teknologi

di lapangan adalah : kesiapan teknologi yang dikerjasamakan yang masih perlu

dievaluasi lebih serius, penempatan teknologi belum melalui pengkajian yang lebih

cermat sesuai kebutuhan mitra (kajian lokasi dan mitra), partisipasi dinas terkait perlu

dicermati.

Untuk kegiatan Pendayagunaan Hasil Penelitian (PHP), masalah yang sering

dihadapi adalah ketersediaan naskah hasil penelitian yang terbatas sehingga penerbitan

jurnal dan buletin tidak sesuai rencana, pameran yang direkomendasikan Badan Litbang

Pertanian kadang-kadang tidak jelas temanya, sehingga target group pameran tidak jelas.

Dalam pengembangan SDM, kendalanya adalah berkurangnya tenaga peneliti,

teknisi, analisis maupun tenaga administrasi karena memasuki usia purna tugas

(pensiun), sementara kaderisasi tenaga ahli, baik dari hasil rekruitmen maupun

pengembangan keahlian tidak dapat memenuhi kebutuhan secara cepat.

Langkah-langkah antisipasi ke depan yang dapat dilakukan BB-Pascapanen untuk

meminimalisasi kendala tersebut :

• Mendorong terbentuknya sistem networking dengan institusi lain yang terkait dengan

pengembangan agroindustri agar terjadi sinerginitas.

Page 66: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

66

• Mengintensifkan pertemuan-pertemuan dengan pihak pengguna untuk mempertajam

dan menyempurnakan program penelitian agar lebih berorientasi konsumen.

• Memacu dan mendorong kegiatan penelitian berorientasi HaKI yang bernilai

komersial.

• Diseminasi akan lebih difokuskan untuk mempercepat transfer teknologi kepada

pengguna dan komersialisasi teknologi.

• Meningkatkan kualitas dan menata secara proporsional sebaran SDM, dan melakukan

sosialisasi perubahan paradigma penelitian yang berorientasi agribisnis.

Page 67: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

67

VII. PENUTUP

Dinamika perkembangan lingkungan strategis yang terjadi di tingkat nasional

memaksa berbagai pihak untuk menyesuaiakan program penelitian dan pengembangan

pertanian sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Sering dengan perubahan

tersebut, BB-Pascapanen dituntut untuk dapat memberikan konstribusi dalam melahirkan

inovasi teknologi pascapanen sesuai dengan program Badan Litbang Pertanian yang

mengacu pada program Departemen Pertanian. Inovasi teknologi yang dihasilkan harus

dapat meningkatkan daya saing produk dan nilai tambah bagi petani maupun pelaku

agribisnis serta memperhatikan aspek ekonomi yang berdampak nasional, yaitu : a)

meningkatkan pendapatan masyarakat; b) mengurangi kemiskinan; c) menciptakan

lapangan kerja.

Pada tahun 2006, BB-Pascapanen telah mendapatkan teknologi dalam upaya

meningkatkan daya saing (pengolahan jeruk, pemanfaatan tanaman untuk bahan baku

industri biofarmaka, sintesa vanilin dan optimasi eugenol dari minyak daun cengkeh),

teknologi pengolahan pangan tradisional (teknologi pengolahan jagung, pengolahan

beras beriodium, pemanfaatan kacang-kacangan sebagai substitusi kedelai untuk tempe),

perbaikan mutu dan keamanan pangan (identifikasi kontaminan dan perbaikan mutu

produk buah-buahan, penekanan kehilangan hasil pascapanen padi dan penerapan GMP)

serta penelitian dan pengembangan berbasis kemitraan (pemanfaatan minyak jarak

sebagai alternatif pengganti minyak tanah, pengolahan pasta cabai dan tomat, perbaikan

mutu dan diversifikasi produk lada).

Sejalan dengan kebijakan Badan Litbang Pertanian bahwa paradigma “penelitian

untuk pengembangan” (research for development) yang lebih mengutamakan kegiatan

penelitian yang bersifat terapan dan diimplementasikan langsung di lapangan, BB-

Pascapanen telah dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan pertanian terutama

mendukung pembangunan agroindustri perdesaan dengan diterapkannya model

teknologi pengolahan jeruk siam di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, model

teknologi pengolahan mete di Kabupaten Sampang, Madura, teknologi pengolahan lada

di Desa Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur dan pengembangan

model pengolahan minyak kelapa murni. Unit pengolahan lada sudah diterapkan di Sri

Lanka, teknologi yang dipakai mengacu pada teknologi BB-Pascapanen yang telah

diterapkan di Kalimantan Timur. Selain itu, pada tahun 2007 model teknologi pengolahan

minyak kelapa murni dengan membran ultrafiltrasi akan diterapkan di provinsi

Halmahera Utara dan Sumatera Utara. Kerjasama pengembangan model agroindustri

pengolahan tersebut melibatkan pengusaha, petani/ kelompok tani dan instansi

pemerintah (Pemda dan Ditjen Teknis) dalam rangka pemanfaatan teknologi yang telah

dihasilkan melalui perolehan perlindungan terhadap temuan teknologi akan terus

ditingkatkan melalui perolehan HaKI sebagai tuntutan global dan peningkatan positioning

sebagai institusi penelitian.

Page 68: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

68

DAFTAR PUSTAKA

Hernani, dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Teknologi Pemanfaatan Tanaman Obat untuk

Bahan Baku Industri Biofarmaka. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.

Iriani, E.S., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Diseminasi Hasil Penelitian Pascapanen

Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian,

Departemen Pertanian.

Kunwidayati, E., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Administrasi Umum. Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.

Lubis, S., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Pengolahan Beras Beriodium. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.

Martosuyono, P., dkk. 2006. Laporan Penelitian dan Pengembangan Produk Gula Cair

dari Pati Kasava. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian,

Departemen Pertanian.

Muhadjir, I., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Teknologi Pengolahan Pasta Tomat dan

Cabe . Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian,

Departemen Pertanian.

Mulyono, E., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Perbaikan Mutu dan Diversifikasi Produk

Lada. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian,

Departemen Pertanian.

Nelly, M.T., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Peningkatan Sumber Daya Manusia Balai

Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Tahun 2006. Balai

Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen

Pertanian.

Prabawati, S., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Lokakarya Nasional Teknologi

Pascapanen. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian,

Departemen Pertanian.

Purwani, E.Y., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Teknologi Pemanfaatan Kacang-kacangan

sebagai Substitusi Kedelai untuk Produk Tempe. Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.

Rachmat, R., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Pemantauan dan Pembinaaan Kegiatan

Kerjasama. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian,

Departemen Pertanian.

Page 69: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

69

Rachmat, R., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Penjaringan Mitra dan Pengelolaan/

Manajemen Kerjasama Penelitian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.

Renstra Badan Litbang Pertanian 2005 – 2009. Departemen Pertanian.

Renstra Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 2005 – 2009.

Departemen Pertanian.

Risfaheri, dkk. 2006. Penyelenggaraan Rapat Kerja BB-Pascapanen, Sosialisasi dan

Sinkronisasi Program dan Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Terapan. Balai

Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen

Pertanian.

Sentot, M., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan

Penelitian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian,

Departemen Pertanian.

Setyadjit, dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Pengembangan Teknologi Pengolahan Jeruk.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen

Pertanian.

Sudaryono, dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Pengolahan Jagung Terpadu. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.

Suismono., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Penekanan Kehilangan Hasil Pascapanen

Padi melalui Penerapan GMP. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.

Sumangat, D., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Pemanfaatan Jarak Pagar (Jatropha curcas)

sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah. Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.

Syah, A.N.A., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Minyak Kelapa Murni dan Produk Hilirnya. Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.

Winarti, C., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Penelitian Identifikasi Kontaminan dan

Perbaikan Mutu Produk Buah-buahan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.

Yulianingsih, dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Perencanaan dan Penyusunan Program

Penelitian Pascapanen. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen

Pertanian, Departemen Pertanian.

Page 70: Laporan Tahunan 2006 - BB-Pascapanenpascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/LT_2006.pdf · Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006 6 2. Pengembangan Teknologi Pengolahan

Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006

70

Yulizar, S.Y., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Teknologi Sintesis Vanilin dan Optimasi

Pemurnian Eugenol dari Minyak Daun Cengkeh. Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.