Laporan Sungai Code
-
Upload
miftakhul-khasanah -
Category
Documents
-
view
162 -
download
0
Transcript of Laporan Sungai Code
LAPORAN PRAKTIKKUM
“Pemeriksaan Kualitas Air Sungai Code”Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengawasan Pencemaran Lingkungan Fisik
Disusun Oleh :
Kelompok B
DIII Kesehatan Lingkungan
Dosen Pengampu :
Sri Muryani, SKM, M.Kes
Sigid Sudaryanto, SKM, M.Pd
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga laporan praktikum ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Terwujudnya laporan praktikum ini tidak lepas bantuan dari berbagai pihak maka saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. DR. Hj. Lucky Herawati, SKM, M.Sc selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.
2. Tuntas Bagyono, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan.
3. Sigid Sudaryanto, SKM, M.Kes selaku pembimbing I mata kuliah Pengendalian dan
Pengawasan Lingkungan Fisik (PPLF).
4. Sri Muryani, SKM, M.Kes selaku pembimbing II mata kuliah Pengendalian dan
Pengawasan Lingkungan Fisik (PPLF)
5. Instruktur laboratorium dasar dan laboratorium mikrobiologi.
6. Ayah dan bunda tercinta yang telah memberikan motivasi dan bantuan baik secara
moral maupun spiritual.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Laporan Praktikum ini.
Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penyusun sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun.
Akhir kata semoga laporan ini dapat berguna sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, Juni 2013
Penyusun
TIM PENYUSUN
Kelompok B
No Nama NIM
1 Gilang Adhar (P07133112021)
2 Heri Adianto (P07133112022)
3 Ika Nur R (P07133112024)
4 Intan Dwi Sari (P07133112025)
5 Ishela Citra (P07133112026)
6 Junaidi (P07133112027)
7 Kenwari Hawa (P01733112028)
8 Kurniawening Pamulat (P07133112029)
9 Lukas Tri Kurniawan (P07133112030)
10 Malikhatul K. (P07133112031)
11 Mardi (P07133112032)
12 Mega Susila Wardana (P07133112033)
13 Muhammad Adam ( P07133112035)
14 Muharam Al Huda (P07133112036)
15 Novi Astrini (P07133112037)
16 Novita Anggraini (P07133112038)
17 Nunki Eka Artura Sari (P07133112039)
18 Nur Hidayah (P07133112040)
19 Nurbaiti (P07133112041)
20 Nurul Asna ( P07133112042 )
Daftar Isi
Kata pengantar ………………………….…………………………………………….…………………………… i
Tim Penyusun ........................................................................................................... ii
Daftar isi ……………………………………………..……………………………………………………………….… iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………..…………………………………………………...… 1B. Tujuan…………………………………...………………………………………………………....… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA1. Limbah Pertanian .................................................................................... 5
2. Limbah Rumah Tangga............................................................................ 6
3. Limbah Industri ....................................................................................... 6
4. Penangkapan Ikan Menggunakan Racun ................................................ 7
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu Pengambilan Sampel ......................................................................... 13B. Tempat Pengambilan sampel ........................................................................ 13C. Jenis Pengamatan Parameter ......................................................................... 13D. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan parameter lapangan ........................................................... 132. Pemeriksaan laboratorium ...................................................................... 15
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Debit .................................................................................................................. 22B. Suhu ................................................................................................................... 23C. pH ...................................................................................................................... 24D. BOD ................................................................................................................... 24E. COD ................................................................................................................... 28F. TSS dan TDS .................................................................................................... 29G. Bakteriologis .................................................................................................... 31H. Jumlah Sumber pencemar .............................................................................. 32
BAB V PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan BOD ........................................................................................... 33B. Pemeriksaan COD ........................................................................................... 34C. Pemeriksaan TSS dan TDS ............................................................................ 34
D. Pemeriksaan Parameter Lingkungan ............................................................ 35E. Pemeriksaan Bakteriologis ............................................................................ 35
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 36B. Saran ................................................................................................................ 38
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Air (badan air) merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup agar dapat
melangsungkan kehidupannya.Bagi manusia air (badan air) dipergunakan sebagai sumber
air bersih, perikanan, pertanian, pariwisata, dll.Sungai di Yogyakarta sebenarnya
mempunyai potensi untuk perikanan, pertanian, dan pariwisata, namun saat ini tidak
memenuhi syarat untuk keperluan-keperluan tersebut, karena banyak dipergunakan
sebagai tempat pembuangan sampah dan limbah sehingga kualitas air dapat dikatakan
tidak memenuhi syarat.
Secara alami sumber air merupakan kekayaan alam yang dapat diperbaharui dan
yang mempunyai daya regenerasi mengikuti suatu daur ulang yang disebut daur
hydrologi (Suryani, 1987).Air yang sangat terbatas ini pada umumnya oleh manusia
dipergunakan untuk kebutuhan domestik, industri, pembangkit tenaga listrik, pertanian,
perikanan, rekreasi.Pemerintah sendiri sudah menetapkan suatu Program Kali Bersih
(Prokasih), namun kenyataannya program ini kurang berhasil.
Untuk mengetahui kualitas air (badan air) maka diperlukan pengukuran parameter
lapangan dan laboratorium. Pengukuran tersebut dengan dilakukannya sampling pada
badan air (sungai) dan ditentukan titik-titik sampling.
Sungai Code merupakan salah satu sungai yang memiliki arti yang sangat penting bagi
penduduk provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya daerah yang dilalui oleh sungai ini.
Sungai yang bermata air di kaki Gunung Merapi ini dimanfaatkan untuk pengairan persawahan
di Sleman,Bantul dan dipergunakan juga sebagai sumber air minum.. Akan tetapi karena
pengelolaan dan pemanfaatan oleh masyarakat pinggiran sungai yang kurang bijak maka
terjadilah perubahan kualitas air sungai dan ekosistemnya. Perubahan ekosistem di
sekitar sungai Code diakibatkan dari kegiatan industri dan limbah rumah tangga.Salah
satu aktivitas yang pasti menimbulkan dampak dan dampak yang ditimbulkan dari
aktivitas membuang sampah ke sungai adalah kerusakan dan pencemaran pada ekosistem
sungai dan sekaligus berpengaruh pada estetika Sungai Code itu sendiri. Bahkan dampak
tersebut sangat mempengaruhi sanitasi dan kesehatan lingkungan masyarakat yang ada di
Sungai Code. Munculnya penyakit yang ditularkan melalui air (water borne desease).
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan pengambilan sampel air untuk pemeriksaan kimia dan
mikrobiologi.
2. Mahasiswa mampu menggunakan alat pengambilan sampel dengan baik dan benar.
3. Mahasiswa mampu menggunakan metode dan cara pengambilan sampel dengan
benar.
4. Mahasiswa terampil melakukan pemantauan kualitas air sungai/penelusuran sungai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air menutupi dari 70% permukaan bumi.Sifat-sifat fisika dan kimia air sangat penting
dalam ekologi. Panas jenis, panas peleburan laten, serta panas penguapan air latennya yang
cukup tinggi berperan dalam pengaturan suhu organisme. Air merupakan media pengangkutan
yang ideal bagi molekul-molekul melalui tubuh organisme, karena ia adalah pelarut yang kuat
tanpa menjadi sangat aktif secara kimia. Tegangan permukaan air yang tinggi menyebabkan
pergerakan air melewati organisme, dan juga bertanggung jawab bagi kenaikan tinggi air
tanah.Rapatan air yang nisbi tinggi tidak hanya mendukung bobot tubuh secara sebagian maupun
seutuhnya, namun juga memungkinkan hadirnya plankton.
Air biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik dan ketika
tidak bisa mendukung kehidupan manusia, seperti air minum, dan/atau mengalami pergeseran
ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas penyusun biotik, seperti ikan.
Fenomena alam seperti gunung berapi, algae blooms, badai, dan gempa bumi juga menyebabkan
perubahan besar dalam kualitas air dan status ekologi air.
Sungai adalah salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan makhluk hidup.Itulah
sebabnya banyak kebudayaan yang bermula dan berlangsung ribuan tahun ditepi sungai.
Dalam suatu sungai terdapat bagian-bagian sungai yang dapat dikategorikan menjadi tiga,
yaitu bagian hulu, tengah, dan hilir.
1. Bagian Hulu
Bagian hulu memiliki ciri-ciri arusnya cukup deras, daya erosinya besar, arah
erosinya (terutama bagian dasar sungai) vertikal.Palung sungai berbentuk V dan
lerengnya cembung, kadang-kadang terdapat air terjun atau jeram dan tidak terjadi
pengendapan.
2. Bagian Tengah
Bagian tengah mempunyai ciri-ciri arusnya tidak begitu deras, daya erosinya mulai
berkurang, arah erosi ke bagian dasar dan samping, palung sungai berbentuk U,
mulai terjadi pengendapan dan sering terjadi meander (elokan sungai yang
mencappai 1800 atau lebih)
3. Bagian Hilir
Bagian hilir memiliki ciri-ciri arusnya tenang, daya erosi kecil dengan arah ke
samping, banyak terjadi pengendapan, di bagian muara kadang-kadang terjadi delta
serta palungnya lebar.
Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum,
sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek
wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat 5.950 daerah aliran sungai (DAS).
Sungai memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia, antara lain :
1. Sebagai sumber air
Dahulu air sungai masih jernih, jadi masih dapat digunakan sebagi sumber air bagi
kehidupan, tidak hanya manusia, tapi juga hewan dan tumbuhan, misalnya untuk
keperluan minum, mandi, cucu, dll.Tapi sekarang banyak sungai yang sudah
tercemar, dan sudah tidak layak untuk digunKn sebagai sumber air bersih.
2. Sebagai pengairan dan irigasi
Dengan membuat saluran air, sungai dapat digunakan untuk sistem irigasi pada
pertanian dan membantu kelancaran perairan pada saat cocok tanam.
3. Sebagai sumber energi pembangkit listrik
Aliran sungai yang deras dapat digunakan sebagai sumber energi pembangkit
listrik.Untuk skala besar dapat dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
4. Sebagai sarana transportasi
Di Indonesia, khususnya di Kalimantan, sungai digunakan sebagai sarana
transportasi manusia dan barang. Contohnya adalah Sungai Mahakam karena sungai
ini termasuk sungai yang cukup besar.
5. Budidaya Perikanan
Masyarakat memanfaatkan sungai untuk budidaya perikanan dengan membuat
karamba yang dibenamkan di sungai, ikan yang dapat di budidaya di sungai sejenis
ikan air tawar.
6. Pariwisata
Sungai juga dapat dimanfaatkan untuk pariwisata, dapat digali potensi wisatanya
sehingga kesan “pencemaran” pada sungai dapat tertutupi.
7. Tempat Olahraga
Manfaat sungai lainnya adalah sebagai sarana olahraga, misalnya olahraga arung
jeram dan sebagai sarana hiburan.
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti
danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia.Danau, sungai, lautan dan air tanah
adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari
siklus hidrologi.Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan.Berbagai macam
fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan
air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air
hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata. Walaupun fenomena
alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dll juga mengakibatkan perubahan yang besar
terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran.
Pencemaran air merupakan masalah global utama yang membutuhkan evaluasi dan revisi
kebijakan sumber daya air pada semua tingkat (dari tingkat internasional hingga sumber air
pribadi dan sumur).Telah dikatakan bahwa polusi air adalah penyebab terkemuka di dunia untuk
kematian dan penyakit, dan tercatat atas kematian lebih dari 14.000 orang setiap
harinya.Diperkirakan 700 juta orang India tidak memiliki akses ke toilet, dan 1.000 anak-anak
India meninggal karena penyakit diare setiap hari.Sekitar 90% dari kota-kota Cina menderita
polusi air hingga tingkatan tertentu, dan hampir 500 juta orang tidak memiliki akses terhadap air
minum yang aman.Ditambah lagi selain polusi air merupakan masalah akut di negara
berkembang, negara-negara industri/maju masih berjuang dengan masalah polusi juga. Dalam
laporan nasional yang paling baru pada kualitas air di Amerika Serikat, 45 persen dari mil sungai
dinilai, 47 persen dari danau hektar dinilai, dan 32 persen dari teluk dinilai dan muara mil persegi
diklasifikasikan sebagai tercemar.
Pencemaran air dapat terjadi baik pada air sumur, mata air, sungai, bendungan, maupun
air laut.Pencemaran di daerah hulu dapat menimbulkan dampak di daerah hilir.Dampak dari
pencemaran air yang sangat menonjol adalah punahnya biota air misalnya, ikan, yuyu, udang,
dan serangga air. Dampak lain adalah munculnya banjir akibat got tersumbat sampah diikuti
dengan menjalarnya wabah muntaber.
Ditinjau dari asal polutan dan sumber pencemarannya, pencemaran air dapat dibedakan
antara lain menjadi limbah pertanian, limbah rumah tangga, limbah industri, kebocoran tanker
minyak (pencemaran laut), dan penangkapan ikan dengan menggunakan racun.
1. Limbah pertanian
Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk
organik.Insektisida dapat mematikan biota sungai. Jika biota sungai tidak mati kamudian
dimakan hewan atau manusia, maka orang yang memakannya akan keracunan. Untuk
mecegahnya upayakan agar memilih insektisida yang berspektrum sempit (khusus
membunuh hewan sasaran) serta bersifat biodegradabel (dapat terurai oleh mikroba) dan
melakukan peneyemprutan sesuai dengan aturan.Jangan membuang sisa obat ke sungai.
Sedangkan pupuk organik yang larut dalam air dapat menyebabkan penyuburan
lingkungan air (eutrofikasi). Karena air kaya nutrisi, ganggang dan tumbuhan air tumbuh
subur (blooming). Hal yang demikian akan mengancam kelestarian bandungan.
Bendungan akan cepat dangkal dan biota air akan mati karenanya.
2. Limbah rumah tangga
Limbah rumah tangga yang cair merupakan sumber pencemaran air.Dari limbah
rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan organik (misal sisa sayur, ikan, nasi,
minyak, lemak, air buangan manusia) yang terbawa air got/parit, kemudian ikut aliran
sungai.Ada pula bahan-bahan anorganik seperti plastik, alumunium, dan botol yang
hanyut terbawa arus air.Sampah bertimbun, menyumbat saluran air, dan mengakibatkan
banjir. Bahan pencemaran lain dari limbah rumah tangga adalah pencemaran biologis
berupa bibit penyakit, bakteri, dan jamur.
Bahan organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan pembusukan.
Akibatnya kadar oksigen di dalam air turun drastis sehingga biota air akan mati. Jika
pencemaran bahan organik meningkat, kita dapat menemui adanya cacing Tubifek
berwarna kemerahan bergerombol.Cacing ini merupakan petunjuk bioligis (bioindikator)
parahnya pencemaran oleh bahan organik dari limbah pemukiman. Di kota-kota, air got
berwarna kehitaman dan mengeluarkan bau yang menyengat. Di dalam air got yang
demikian tidak ada organisme hidup kecuali bakteri dan jamur. Dibandingkan dengan
limbah industri, limbah rumah tangga di daerah perkotaan di Indonesia mencapai 60%
dari seluruh limbah yang ada.
3. Limbah industri
Ada sebagian industri yang membuang limbahnya ke air.Macam polutan yang
dihasilkan tergantung pada jenis industri.Mungkin berupa polutan organik (berbau
busuk), polutan anorganik (berbuih, berwarna), atau mungkin berupa polutan yang
mengandung asam belerang (berbau busuk), atau berupa suhu (air menjadi
panas).Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan pencemaran air oleh
limbah industri.Misalnya, limbah industri harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang
ke sungai agar tidak terjadi pencemaran. Di laut, sering terjadi kebocoran tangker minyak
karena bertabrakan dengan kapal lain. Minyak yang ada di dalam kapal tumpah
menggenangi lautan dalam jarak sampai ratusan kilometer.Ikan, terumbu karang, burung
laut dan hewan-hewan laut banyak yang mati karenanya.Untuk mengatasinya, polutan
dibatasi dengan pipa mengapung agar tidak tersebar, kemudian permukaan polutan
ditaburi dengan zat yang dapat mengurai minyak.
4. Penangkapan ikan menggunakan racun
Sebagian penduduk dan nelayan ada yang menggunakan tuba (racun dari
tumbuhan) atau potas (racun) untuk menangkap ikan.Racun ini tidak hanya mematikan
ikan tangkapan, melainkan juga semua biota air.Racun tersebut tidak hanya hewan-hewan
dewasa, tetapi juga hewan-hewan yang masih kecil. Dengan demikian racun yang
disebarkan akan memusnahkan jenis makhluk hidup yang ada di dalamnya. Kegiatan
penangkapan ikan dengan cara tersebut mengakibatkan pencemaran di lingkungan
perairan dan menurunkan sumber daya perairan.Indikator atau tanda bahwa air
lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati yang
dapat digolongkan menjadi :
1. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya
perubahan warna, bau dan rasa
2. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia
yang terlarut, perubahan pH
3. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri
pathogen.
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH
atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan
oksigen biokimia (Biochemiycal Oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen
kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD).
1. pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH
sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila
pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang
mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan
industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota
akuatik. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahab pH dan menyukai
pH antara 7 – 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan ,
misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah. Pengaruh nilai pH
pada komunitas biologi perairan dapat dilihat pada table di bawah ini :
Tabel : Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan
Nilai pH Pengaruh Umum
6,0 – 6,5 Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit
menurun
Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas
tidak mengalami perubahan
5,5 – 6,0 Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan
bentos semakin tampak Kelimpahan total,
biomassa, dan produktivitas masih belum
mengalami perubahan yang berarti
Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona
litoral
5,0 – 5,5 Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis
plankton, perifilton dan bentos semakin besar
Terjadi penurunan kelimpahan total dan
biomassa zooplankton dan bentos
Algae hijau berfilamen semakin banyak
Proses nitrifikasi terhambat
4,5 – 5,0 Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis
plankton, perifilton dan bentos semakin besar
Penurunan kelimpahan total dan biomassa
zooplankton dan bentos
Algae hijau berfilamen semakin banyak
Proses nitrifikasi terhambat
Sumber : modifikasi Baker et al., 1990 dalam Efendi, 2003
Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat
bertoleransi terhadap pH rendah. Namun ada sejenis algae yaitu Chlamydomonas
acidophila mampu bertahan pada pH =1 dan algae Euglena pada pH 1,6
2. Oksigen terlarut (DO)
Tanpa adanya oksegen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat
hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa organic
dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi fotosintesa algae.
Oksigen yang dihasilkan dari reaksi fotosintesa algae tidak efisien, karena oksigen
yang terbentuk akan digunakan kembali oleh algae untuk proses metabolisme pada
saat tidak ada cahaya.Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada temperature dan
tekanan atmosfir.
Berdasarkan data-data temperature dan tekanan, maka kalarutan oksigen jenuh
dalam air pada 25o C dan tekanan 1 atmosfir adalah 8,32 mg/L (Warlina, 1985).
Kadar oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi
manusia. Ikan dan organisme akuatik lain membutuhkan oksigen terlarut dengan
jumlah cukup banyak. Kebutuhan oksigen ini bervariasi antar organisme. Keberadaan
logam berat yang berlebihan di perairan akan mempengaruhi system respirasi
organisme akuatik,sehingga pada saat kadar oksigen terlarut rendah dan terdapat
logam berat dengan konsentrasi tinggi, organisme akuatik menjadi lebih menderita
(Tebbut, 1992).
Pada siang hari, ketika matahari bersinar terang, pelepasan oksigen oleh
proses fotosintesa yang berlangsung intensif pada lapisan eufotik lebih besar daripada
oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi. Kadar oksigen terlarut dapat melebihi
kadar oksigen jenuh, sehingga perairan mengalami supersaturasi. Sedangkan pada
malam hari,tidak ada fotosintesa, tetapi respirasi terus berlangsung. Pola perubahan
kadar oksigen ini mengakibatkan terjadinya fluktuasi harian oksigen pada lapisan
eufotik perairan. Kadar oksigen maksimum terjadi pada sore hari dan minimum pada
pagi hari.
3. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)
Dekomposisi bahan organic terdiri atas 2 tahap, yaitu terurainya bahan
organic menjadi anorganik dan bahan anorganik yang tidak stabil berubah menjadi
bahan anorganik yang stabil, misalnya ammonia mengalami oksidasi menjadi nitrit
atau nitrat(nitrifikasi). Pada penentuan nilai BOD, hanya dekomposisi tahap pertama
yang berperan,sedangkan oksidasi bahan anorganik (nitrifikasi) dianggap sebagai zat
pengganggu.
Dengan demikian, BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme dalam lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan
buangan organic yang ada dalam air menjadi karbondioksida dan air.Pada dasarnya,
proses oksidasi bahan organic berlangsung cukup lama. Menurut Sawyer dan
McCarty, 1978 (Effendi,2003) proses penguraian bahan buangan organic melalui
proses oksidasi olehmikroorganisme atau oleh bakteri aerobic adalah :
CnHaObNc + (n + a/4–b/2–3c/4)O2 → n CO2 + (a/2 – 3c/2) H2O + c NH3
Bahan organic oksigen bakteri aerob. Untuk kepentingan praktis, proses
oksidasi dianggap lengkap selama 20 hari, tetapi penentuan BOD selama 20 hari
dianggap masih cukup lama. Penentuan BOD ditetapkan selama 5 hari inkubasi,
maka biasa disebut BOD5.Selain memperpendek waktu yang diperlukan, hal ini juga
dimaksudkan untuk meminimumkan pengaruh oksidasi ammonia yang menggunakan
oksigen juga.Selama 5 hari masa inkubasi, diperkirakan 70% - 80% bahan organic
telah mengalami oksidasi.(Effendi, 2003).
Jumlah mikroorganisme dalam air lingkungan tergantung pada tingkat
kebersihan air.Air yang bersih relative mengandung mikroorganisme lebih sedikit
dibandingkan yang tercemar.Air yang telah tercemar oleh bahan buangan yang
bersifat antiseptic atau bersifat racun, seperti fenol, kreolin, detergen, asam cianida,
insektisida dan sebagainya, jumlah mikroorganismenya juga relative sedikit.
Sehingga makin besar kadar BOD nya, maka merupakan indikasi bahwa perairan
tersebut telah tercemar, sebagai contoh adalah kadar maksimum BOD5 yang
diperkenankan untuk kepentingan air minum dan menopang kehidupan organisme
akuatik adalah 3,0 – 6,0 mg/L berdasarkan UNESCO/WHO/UNEP,1992.Sedangkan
berdasarkan Kep.51/MENKLH/10/1995 nilai BOD5 untuk baku mutu limbah cair
bagi kegiatan industri golongan I adalah 50 mg/L dan golongan II adalah 150mg/L.
4. Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada
dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara
biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organic tersebut akan
dioksidasi oleh kalium bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing
agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion chrom.
Jika pada perairan terdapat bahan organic yang resisten terhadap degradasi
biologis, misalnya tannin, fenol, polisacharida dansebagainya, maka lebih cocok
dilakukan pengukuran COD daripada BOD. Kenyataannya hampir semua zat organic
dapat dioksidasi oleh oksidator kuat seperti kalium permanganat dalam suasana
asam,diperkirakan 95% - 100% bahan organic dapat dioksidasi.
Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi
kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak
tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat
lebih dari 200mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/L
(UNESCO,WHO/UNEP,1992).
5. TSS
Zat padat tersuspensi (TSS = Total Suspendaed Solid) merupakan residu
yang tidak lolos saring, yaitu yang tertahan oleh saringan,sedangkan zat terlarut (TDS
= Total Disolve Solid) adalah residu yang dalat melewati saringan. Sifat- sifat kimia
dan fisika dan material dalam suspensi, besarnya ukuran pori saringan, luas dan
ketebalan saringan, dan jumlah serta keadaan fisik dari material yang terendap
padanya merupakn faktor penting yang mempengaruhi pemisahan zat padat
tersuspensi dan zat pada terlarut.
6. Kualitas mikrobiologis
Coliform adalah bakteri yang mempunyai sifat gram negatif, berbentuk
batang, tidak mempunyai spora, bersifat aerob dan anaerob fakultatif, serta aan
membentuk asam dan gas bila berada dalam media laktosa. Bakteri E Coli Coli tinja
habitatnya pada saluran pencernaan dan hewan berdarah panas, maka bakteri
tersebut digunakan sebagai indikator pencemar air.
Pada pemerisaan indikator pencemar air (pemeriksaan MPN) ada 3 teknik
dasar, yaitu : uji pendugaan/ presumptive test, uji penetapan /confirmed test, dan uji
lengkap/complete test. Test dugaan pada pemeriksaan air ada 2 jenis ragam , yaitu :
Ragam 5: 1: 1, yang digunakan untuk memeriksa sample yang telah mengalami
pengolahan (misalnya air keran). Serta ragam 5 :5 :5 yang digunakan untuk sample
yang blum mengalami pengolahan (misalnya air kolam atau air sungai).
Bakter coli merupakan yang banyak terdapat sitem pencernaan hewan
berdarah panas, termasuk manusia.Dengan demikian keberadaan bakteri coli dalam
suatu perairan tersebut sudah tercemar oleh buangan rumah tangga. Bakteri golongan
coli merupakan bakteri bentuk batang bersifat anaerob dan fakultatif anaerob, bersifat
gram negatif , tidak berspora dan mampu memfermaentsikan laktosa pada temperatur
35 – 380 C selama 48 jam.
Pada pemeriksaan ini menggunakan metode multiple tube fermentation yang
didapat bukan nilai mutlak tetapi perkiraan terdekat jumlah kuman berdasarkan ada
tidaknya gelembung gas selama fermentasi. Pada pemeriksaan ini terdapat 2 tahap,
yaitu : test perkiraan(dengan menanam sample pada media LB) dan test
penegasaan(dengan menanam sample engan media BGLB). Pada pemeriksaan
mikrobiologi(E coli) hendaknya menggunakan alat- alat yang steril dan diperlukan
kehati- hatian.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu Pengambilan Sampel
Jum’at, 15 Juni 2013
B. Tempat Pengambilan Sampel
Hulu, tengah dan hilir Sungai Code, Yogyakarta
C. Jenis Pengamatan Parameter
1. Parameter lapangan : Suhu, pH, dan debit
2. Parameter laboratorium : BOD, COD, TSS, MPN
D. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan parameter lapangan
a. Alat
1) pH stick
2) Thermometer air
3) Roll meter
4) Stopwacth
5) Sterofoam (gabus)/ bola pingpong
6) Jerigen/ botol Aqua 1.5 liter
7) Botol sampel (seteril)
8) Penggaris kayu
b. Bahan
1) Alkohol 70%
2) Kapas
3) Kertas label
c. Langkah kegiatan
A. Pengamatan sumber-sumber pencemaran
1) Menyusuri sungai sepanjang 100 meter ke arah hulu dan hilir
2) Mencatat dan menghitung jenis-jenis sumber pencemaran yang ada
B. Pengukuran pH
1) mencelupkan pH stick ke air
2) mencocokan dengan standar warna
C. Pengukuran suhu
1) Memasukan thermometer ke dalam air selama 5-10 menit
2) Angkat thermometer dan baca hasilnya
3) Ulangi 2 atau 3 kali untuk penegasan
4) Rata-ratakan hasil pembacaan suhu
D. Pengukuran debit air
Pengukuran ini menggunakan metode benda apung:
a) Ukurlah lebar(L) dan kedalaman sungai (d), untuk beberapa titik.
b) Ukur panjang (sesuai aliran air) 10 atau 15 meter (P)
c) Hitung volume (V) air dengan perkalian
V= P x L x d
d) Apungkan sepotong busa dan catat waktunya (t) detik
E. Pengambilan Sampel
a. Sampel Kimiawi
1) Memasukan jerigen secara pelan – pelan ke dalam air sampai
penuh. ( agar tidak terjadi aerasi/ gelembung udara)
2) Mengangkat jerigen dan tutup dengan rapat
3) Memberi label, yang berisikan tentang:
No. Sample
Lokasi sampling
Waktu sampling
Jenis pemeriksaan
Pengambilan sampel
b. Sampel Mikrobiologis
1) Memasukan botol sampel ke dalam air hingga terisi 2/4 bagian,
sebelum sampel diambil botolnya di sterilisasi terlebih dahulu
menggunakan kapas yang dibasahi dengan alcohol dan kemudian
dibakar.
2) Angkat botol dari dalam air sungai, steril kan kembali dan tutup
dengan rapat.
3) Beri label berisikan tentang:
No sampel
Lokasi sampling
Waktu sampling
Jenis pemeriksaan
pPengambilan sampel
2. Pemeriksaan Laboraturium
A. Biological Oksigen Demand (BOD)
a. Alat dan Bahan :
1. Alat :
a. Gelas ukur 1000 ml
b. Botol oksigen 6 buah
c. Gelas ukur 100 ml
d. Pipet tetes
e. Statif
f. Corong kaca
g. Pipet volume
h. Buret basa
i. Gelas kimia
j. Labu erlenmeyer 500 ml
k. Incubator 28⁰Cl. Nampan
2. Bahan :
a. Reagen O2
b. MnSO4 40%
c. H2SO4 pekat
d. Aquadest
e. Indikator amylum 1%
f. Na2S2O3 0,025 N
b. Langkah Kerja :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengukur volume botol (tanpa aerasi) dengan cara mengisi botol O2
dengan air kran sampai penuh kemudian memindahkannya ke gelas ukur
kemudian mencatat volumenya.
3. Mengisi 6 botol O2 yang telah diketahui volumenya dengan air sampel
sampai penuh.
4. 3 botol oksigen diberi label dan dieramkan selama 3 hari pada suhu 280 C.
Label sesuai lokasi dan kelompok praktikum.
5. Untuk 3 botol yang lain letakkan pada nampan atau wadah supaya air
tidak tercecer kemana-mana.
6. Kemudian tambahkan 2 ml MnSO4 dan 3 ml R// O2 (pereaksi O2), botol
ditutup dan digojok.
7. Diamkan sebentar sampai mengendap.
8. Menambahkan 2 ml H2SO4 pekat, digojok sampai larut.
9. Ambil 200 ml masukkan kedalam labu Erlenmeyer 500 ml + X ml.
10. Dititrasi dengan larutan standart Na2SO3 0,025 N sampai berwarna
kuning muda, selanjutnya ditambah indicator amilum 1-2 ml ( larutan
akan berubah biru). Titrasi dilanjutkan sampai warna biru tepat hilang.
Dicatat ml titrasi yang dibutuhkan.
11. Untuk 3 botol yang dieramkan setelah 3 hari kegiatan seperti pada 3 botol
yang tidak dieramkan.
B. Pemeriksaan TSS dan TDS
a. Alat dan Bahan :
1. Alat :
a. kertas saring
b. pipet volume
c. neraca analitik
d. desikator
e. oven 103-1050C
f. pengaduk
g. gelas kimia
h. kompor listrik
i. stopwatch
2. Bahan :
a. Aquadest
b. air sampel
b. Langkah Kerja :
1. Menyediakan 2 kertas saring, memasukkan dalam oven pada suhu 103-
1050C selama 1 jam
2. Kemudian memasukkan dalam desikator selama 30 menit, menimbang
dengan neraca analitik satu persatu, misalkan berat A mg.
3. Memisahkan masing-masing air sampel (hulu, tengah, hilir), menggojok
sampel sampai merata kemudian mengambil 100 ml
4. Menyaring dengan kertas saring ( yang telah dikeringkan dengan
desikator, hulu, tengah, hilir harus dipisahkan. Sedangkan filtrat ( cairan
yang lolos) ditampung dalam gelas kimia yang telah diketahui beratnya,
misalnya X gram
5. Filtrat dalam gelas kimia dikeringkan diatas kompor sehingga tersisa
sedikit cairan (setinggi 1 ml)
6. Meletakkan kertas saring di petridist, memberi label untuk membedakan
antara hulu, tengah dan hilir.
7. Memasukkan kertas saring dan gelas ukur kedalam oven pada suhu 103-
1050C selama 1 jam
8. Memasukkan kertas saring dan gelas kimia kedalam desikator selama 30
menit, menimbang dengan neraca analitik satu persatu, misalkan berat
kertas saring B mg dan berat gelas ukur Y gram
9. Menghitung hasil pengukuran TSS dan TDS
10. Menganalisis perbedaan hulu, tengah, dan hilir
C. Pemeriksaan COD
a. Alat dan Bahn :
1. Alat
a. Tabung COD/ Tabung Reaksi Tutup Ulir
b. Pipet Volume 1,00 ml/mikropipet
c. Buret asam
d. Statif
e. Corong kaca
f. Beaker glass
g. Labu erlenmeyer 100 ml
h. Gelas ukur
i. Pipet ukur
j. Sendok penyu
k. Reaktor COD
2. Bahan
a. Air Sampel Kali Code
(Sampel: Hulu, Tengah dan Hilir Sungai)
b. Aquades
c. FAS 0,1 N
d. Larutan H2SO4 Pro COD
e. Larutan K2Cr2O7
f. HgSO4 kristal
g. Indikator Feroin
b. Langkah Kerja :
1. Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Menyiapkan Blanko (BL)
a. Mengambil 2 ml aquadest dengan pipet ukur, kemudian memasukkan
kedalam tabung COD/tabung reaksi tutup ulir
b. Menambahkan dengan 3 ml H2SO4 Pro COD
c. Menambahkan 1,00 ml K2Cr2O7 (harus tepat 1,00) dengan
menggunakan pipet Volume
d. Kemmudian ditambahkan dengan sepucuk HgSO4 kristal dengan
sendok penyu kemudian gojok hingga berwarna kuning kecokelatan
3. Menyiapkan Sampel (SP)
a. Menyiapkan 3 tabung reaksi tutup ulir, masing-masing beri kode
(Hulu, Tengah dan Hilir)
b. Masing-masing tabung diisi dengan 2 ml air sampel masing-masing
titik sungai pengambilan sampel sesuaikan sampel dengan kode tabung
reaksi tutup ulir
c. Menambahkan 3 ml H2So4 Pro COD dengan pipet ukur
d. Menambahkan 1,00 ml K2Cr2O7 (harus tepat 1,00) dengan pipet
volume
e. Kemudian menambahkan sepucuk sendok HgSO4 kristal dengan
sendok penyu kemudian gojok hingga berwarna kuning kecokelatan
tercampur rata
4. Memasukkan BL dan Sp (Hulu, Tengah dan Hilir) kedalam reaktor Cod
dengan dipanaskan selama 1 jam dengan suhu 105o C
5. Mendinginkan BL dan Sp (Hulu, tengah dan Hilir) kemudian dipindahkan
kedalam labu erlenmeyer yang berbeda (posisi labu terbalik) kemudian
bilas tabung reaksi tutup ulir dengan aquadest 10 ml
6. Menambahkan 1-3 tetes indikator feroin
7. Menitrasi BL dan Sp dalam labu erlenmeyer dengan FAS 0,1 N dengan
perubahan warna dari kuning menjadi hijau/biru kemudian cokelat/merah
bata
D. Pemeriksaan Mikrobiologi
a. Alat dan Bahan :
1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Tabung durham
c. Neraca analitik
d. Pipet ukur 10 ml
e. Autoclave
f. Gelas ukur
g. Rak kayu
h. Beaker glass
i. Lemari es
j. Botol sampel tanpa pemberat
k. Bunsen
l. Krustang
m. Inkubator
n. Pro pipet
o. Ose tumpul
2. Bahan
a. Lactosa Broth
- Single Strenght (SS) = 4,68 gram/360 ml aquadest
b. BGLB = 26,4 gram/660 ml aquadest
c. Aquadest
d. Sampel : air kran
e. Kapas
f. Korek api
g. Kertas kayu
h. Tali kenur
b. Langkah Kerja :
1. Pembuatan Media
a. Pembuatan Lactosa Broth
1) Lactosa Single Streinght (SS)
a) Media Lactosa Borth ditimbang sebanyak 4,68 gram.
b) Masukkan dalam labu erlenmeyer kemudian ditambah aquadest
sebanyak 360 ml.
c) Menggojok sampai larut sempurna.
d) Menuangkan kedalam tabung reaksi masing-masing 10 ml
sebanyak 36 tabung.
e) Masukkan tabung-tabung tersebut ke dalam beaker glass,
kemudian di bungkus dengan kertas kayu dan diikat dengan tali
kenur.
f) Sterilkan dengan autoclave dengan suhu 121°C selama 15 menit.
g) Tabung reaksi diletakkan dirak kayu.
2) Pembuatan Brilliant Green Lactosa Borth (BGLB)
a) Media BGLB ditimbang sebanyak 26,4 gram.
b) Masukkan dalam labu erlenmeyer kemudian ditambah aquadest
sebanyak 660 ml.
c) Menggojok sampai larut sempurna.
d) Menuangkan kedalam tabung reaksi masing-masing 10 ml
sebanyak 66 tabung.
e) Masukkan tabung-tabung tersebut kedalam beaker glass, kemudian
di bungkus dengan kertas kayu dan diikat dengan tali kenur.
f) Sterilkan dengan autoclave dengan suhu 121°C selama 15 menit.
g) Tabung reaksi diletakkan dirak kayu.
2. Penanaman Bakteri
Ragam yang digunakan dalam penanaman bakteri adalah Ragam 5 : 5: 5
a. Menyiapkan 45 tabung reaksi untuk pemeriksaan sampel sungai
hilir,tengah dan hulu.
b. Masing-masing tabung diberi tanda/label : 15 tabung SS @ 10 ml
(hilir), 15 tabung SS @ 1 ml (tengah), dan 15 tabung SS @ 0,1 ml
(hulu).
c. Mengisi tabung-tabung yang sudah diberi label dengan air sampel (air
sungai) menggunakan pipet yang telah disterilkan. Setelah itu,
meletakkan di rak kayu. (sebelum dan sesudah digunakan pipet,
tabung reaksi, dan botol sampel harus disterilkan, dengan cara
memanaskan diatas bunsen).
d. Menjadikan satu tabung yang sudah diisi air sampel kedalam beaker
glass dan dibungkus dengan kertas kayu dan ditali dengan kenur.
e. Memasukkan ke dalam inkubator suhu 37oC selama 2 x 24 jam.
3. Pemindahan Bakteri
a. Mengambil bakteri yang ada di inkubator dan mengamatinya. Apabila
larutan yang ada di dalamnya keruh dan terdapat gelembung berarti di
dalamnya terdapat bakteri. Semua tabung (45 tabung) positif
mengandung bakteri.
b. Menyiapkan 45 tabung BGLB.
c. Memindahkan larutan yang mengandung bakteri kedalam larutan
BGLB. Dengan cara mengambil bakteri dengan ose tumpul. (Sebelum
dan sesudah digunakan ose tumpul dan tabung reaksi dipanaskan di
atas bunsen). Setelah semua bakteri sudah dipindahkan, kemudian di
jadikan satu dibeaker glass dan dibungkus dengan kertas kayu dengan
ditali kenur.
d. Mengeramkan bakteri diinkubator dengan suhu 44oC selama 1 x 24
jam. Suhu 44oC digunakan untuk mengetahui adanyan bakteri
Coliform dari air sampel.
4. Perhitungan Bakteri
a. Mengeluarkan bakteri dari inkubator.
b. Mengamati tabung reaksi. Apabila larutan tersebut mengandung
Coliform maka larutan tersebut akan menjadi keruh dan didalam
tabung durham terdapat gas.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. DEBIT
1. Hulu
a. Lebar : 17 meter
b. Panjang : 10 meter
c. Kedalaman : 55 cm; 20 cm; 35 cm; 40 cm
d. Waktu : 112 detik ; 125 detik ; 196 detik
e. Debit : Q = Vt
Rata-rata kedalaman : 55+20+35+40
4 = 1504 n = 37,5 cm = 0,375 m
Rata-rata waktu : 112+125+196
3 = 4333 =144,33 detik
Kecepatan : V = P×L×h = 17×10×0,375 = 63,75 m3
Jadi debitnya adalah
= L x P x dt
=17 ×10 ×0,375144,33 = 63.75
144,33= 0,442 M3/s
2. Tengaha. Lebar : 17,38m
b. Panjang : 10 m
c. Kedalaman : 32 cm; 28 cm; 14 cm; 30 cm
d. Waktu : 16 detik; 13 detik; 14 detik
e. Debit : Volume(V )Waktu( t)
Rata-rata kedalaman : 32+28+14+30
4 = 1044 = 26 cm = 0,26 m
Rata-rata waktu : 16+13+14
3 = 433 = 14,33 detik
Rata-rata suhu : 28,330C
Kecepatan : V = P×L×h = 17,38×10×0,26 = 45,188 m3
suhuJadi debitnya adalah
= L x P x dt
=17,38× 10× 0.2614,33
=45,18814,33 = 3,153 m3
3. Hilira. Lebar : 26,22 m
b. Panjang : 10 m
c. Kedalaman : 26 cm; 48 cm; 60 cm; 41 cm
d. Waktu : 35 detik; 34 detik; 49 detike. Debit : Voume(V )waktu (t )
Rata-rata kedalaman :26+48+60+41
4 = 1754 = 43,75 cm = 0,4375 m
Rata-rata waktu : 35+34+49
3 = 1183 = 39,33 detik
Rata-rata suhu : 29 0C
Kecepatan : V = P×L×h =26.22×10×0.4375 = 114.7125m3
Jadi debitnya adalah
= L x P x d
T
¿ 26.22×10× 0.437514,03 = 114.7125
39.33 = 2.9167 m3
B. SUHU1. Hulu
a. 300 Cb. 300 Cc. 250 C
Rata-rata suhu = 30+30+25
3 = 28.3 ⁰C
2. Tengah
a. 270Cb. 280Cc. 280C
Rata-rata suhu = 27+28+28
3 = 27.6 ⁰C
3. Hilira. 290Cb. 290Cc. 290C
Rata-rata suhu = 29+29+29
3 = 29 ⁰C
C. pH1. Hulu
6,02. Tengah
6,03. Hilir
6,0
D. BOD
1. HULU
DOsegera = botol 1(340 ml) ; X ml= 2,4 ml
No
.
Volume awal Volume akhir Volume titrasi Kadar DO
1. 0 4,7ml 4,7 ml 4,7 ml/l O2
Pengenceran 20 kali
Pengenceran ¿1P
×700ml
¿ 120
×700 ml
¿35ml sampel+700 → 735ml
DO segera AC1
Botol 2 = (340 ml) ; Xml= 2,4 ml
No. Volume awal Volume akhir Volume titrasi Kadar DO
1. 0 6,5 ml 6,5 ml 6,5 ml/l O2
DO eram AC2
Botol 1= (340 ml) ; X ml=2,4 ml
No. Volume awal Volume akhir Volume titrasi Kadar DO
1. 12 19 ml 7 ml 7 ml/l O2
Kadar DO segera= 1000200 x ml titrasi x 0.025 N x F x BE O2
= 5 x 4,7 x 0,025 N x 1 x 8
= 4,7 mg/l O2
Kadar DOAC1 = 1000200 x ml titrasi x 0.025 N x F x BE O2
= 5 x 6,5 x 0,025 N x 1 x 8
= 6,5 mg/l O2
Kadar DOAC2 = 1000200 x ml titrasi x 0,025 N x F x BE O2
= 5 x 7 x 0,025 N x 1 x 8
= 7 mg/l O2
BOD AC = ( DO segera AC – DO3.28)
=( 6,5 – 7) mg/l O2
= - 0,5 mg/l O2
BOD sampel =(BOD AC – BOD AP) x P
= (- 0,5 – 2,7) x 20
= - 3,2 x 20
= - 64 mg/l O2
2. TENGAH
DO segera = botol 2 (330 ml) ; X ml=2,45 ml
No. Volume awal Volume akhir Volume titrasi Kadar DO
1. 4,7 ml 10 ml 5,3 ml 5,3 ml/l O2
Pengenceran 20 kali
Pengenceran ¿1P
×700ml
¿ 120
×700 ml
¿35 ml sampel+700→ 735ml
DO segera AC1
Botol 4= 300 ml ; X ml = 2,7 ml
No. Volume awal Volume akhir Volume titrasi Kadar DO
1. 6,5 ml 14,3 ml 7,8 ml 7,8 ml/l O2
DO eram AC2
Botol 5= 310 ml ; X ml= 2,6 ml
No. Volume awal Volume akhir Volume titrasi Kadar DO
1. 6 ml 12 ml 6 ml 6 ml/l O2
Kadar DO segera= 1000200 x ml titrasi x 0.025 N x F x BE O2
= 5 x 5,3 x 0,025 N x 1 x 8
= 5,3 mg/l O2
Kadar DOAC1 = 1000200 x ml titrasi x 0.025 N x F x BE O2
= 5 x 7.8 x 0,025 N x 1 x 8
= 7.8 mg/l O2
Kadar DOAC2 = 1000200 x ml titrasi x 0,025 N x F x BE O2
= 5 x 6 x 0,025 N x 1 x 8
= 6 mg/l O2
BOD AC = ( DO segera AC – DO3.28)
=( 7,8 – 6) mg/l O2
= 1,8 mg/l O2
BOD sampel =(BOD AC – BOD AP) x P
= (1,8 – 2,7) x 20
= - 0,9 x 20
= - 18 mg/l O2
3. HILIR
DO segera = botol 3 (310 ml) ; X ml = 2,6 ml
No. Volume awal Volume akhir Volume titrasi Kadar DO
1. 10 ml 14,5 ml 4,5 ml 4,5 ml/l O2
Pengenceran 30 kali
Pengenceran ¿1P
×700ml
¿ 130
×700 ml
¿23 ml sampel+700 → 723 ml
DO segera AC1= botol 6 (310 ml) ; Xml = 2,6 ml
No. Volume awal Volume akhir Volume titrasi Kadar DO
1. 14,3 ml 20,8 ml 6,5 ml 6,5 ml/l O2
DO eram AC2 = botol 3 (310 ml) ; Xml = 2,6 ml
No. Volume awal Volume akhir Volume titrasi Kadar DO
1. 0 ml 6 ml 6 ml 6 ml/l O2
Kadar DO segera= 1000200 x ml titrasi x 0.025 N x F x BE O2
= 5 x 4,5 x 0,025 N x 1 x 8
= 4,5 mg/l O2
Kadar DOAC1 = 1000200 x ml titrasi x 0.025 N x F x BE O2
= 5 x 6,5 x 0,025 N x 1 x 8
= 6,5 mg/l O2
Kadar DOAC2 = 1000200 x ml titrasi x 0,025 N x F x BE O2
= 5 x 6 x 0,025 N x 1 x 8
= 6 mg/l O2
BOD AC = ( DO segera AC – DO3.28)
= ( 6,5 – 6) mg/l O2
= 0,5 mg/l O2
BOD sampel =(BOD AC – BOD AP) x P
= (0,5 – 2,7) x 30
= - 2,2 x 30
= - 66 mg/l O2
E. COD
1. Kadar COD Hulu = 1000
2 × (ml titrasi BL ‒ ml titrasi SpHulu) × F.FAS × 0,1
× BE O2
= 1000
2 × (3,2 ‒ 2,9) × 1 × 0,1 × 8
= 500 × 0,3 × 0,8
=120 mg/L O2
2. 29 Kadar COD Tengah = 1000
2 × (ml titrasi BL ‒ ml titrasi Sp tengah) ×
F.FAS × 0,1 × BE O2
= 1000
2 × (3,2 ‒ 2,8) × 1 × 0,1 × 8
= 500 × 0,4 × 0,8
= 160 mg/L O2
3. Kadar COD Hilir = 1000
2 × (ml titrasi BL ‒ ml titrasi SpHilir) × F.FAS × 0,1
× BE O2
= 1000
2 × (3,2 ‒ 2,0) × 1 × 0,1 × 8
= 500 × 1,2 × 0,8
= 480 mg/L O2
F. TSS dan TDS
1. Penimbangan sebelum Penyaringan
Bagian sungai Berat kertas saring ( A gram) Berat gelas kimia ( X gram)
Hulu 0,3102 62,2484
Tengah 0,2978 64,3645
Hilir 0,2860 64,6628
2. Penimbangan sesudah Penyaringan
Bagian sungai Berat kertas saring ( B gram) Berat gelas kimia ( Y gram)
Hulu 0,3180 62,2684
Tengah 0,3060 64,3945
Hilir 0,2955 64,7128
Perhitungan TSS :
Hulu A= 0,3102 gram
B= 0,3180 gram TSS = 1000100
x ( B−A ) x 1000
TSS = 1000100
x (0,3180−0,3102 ) x1000
TSS = 1000100
x (0,0078 ) x1000=78 mg / liter
Tengah A= 0,2978 gram
B= 0,3060 gram TSS = 1000100
x ( B−A ) x 1000
TSS = 1000100
x (0,2997−0,3060 ) x1000
TSS = 1000100
x (0,0082 ) x1000=82 mg /liter
Hilir A= 0,2860 gram
B= 0,2955 gram TSS = 1000100
x ( B−A ) x 1000
TSS = 1000100
x (0,2955−0,2860 ) x1000
TSS = 1000100
x (0,0095 ) x1000=95 mg / liter
Perhitungan TDS :
Hulu X= 62,2484 gram
Y= 62,2684 gram TSS = 1000100
x ( X−Y ) x1000
TSS = 1000100
x (62,2684−62,2484 ) x 1000
TSS = 1000100
x (0,02 ) x1000=200 mg / liter
Tengah X= 64,3646 gram
Y= 64,3945 gram TSS = 1000100
x ( X−Y ) x1000
TSS = 1000100
x (64,3945−64,3646 ) x1000
TSS = 1000100
x (0,03 ) x 1000=300 mg / liter
Hilir X= 64,6628 gram
Y= 64,7128 gram TSS = 1000100
x ( X−Y ) x1000
TSS = 1000100
x (64,7128−64,6628 ) x1000
TSS = 1000100
x (0,05 ) x 1000=500 mg / liter
G. BAKTERIOLOGIS
BAGIAN HULU
No
.
Nama
Larutan
positif
1. BGLB 10 ml 1
2. BGLB 1 ml 0
3. BGLB 0,1 ml 0
Didapatkan perbandingan 1 : 0 : 0 dan setelah melihat pada table MPN Formula Thomas ragam
5 : 5 : 5 diperoleh hasil 2 per 100 ml.
32BAGIAN TENGAH
No
.
Nama
Larutan
Positif
1. BGLB 10ml 1
2. BGLB 1ml 0
3. BGLB 0,1ml 1
Didapatkan perbandingan 1 : 0 :1 dan setelah melihat table MPN Formula Thomas ragam
5 : 5 : 5 diperoleh hasil 4 per 100ml.
BAGIAN HILIR
No
.
Nama
Larutan
Positif
1. BGLB 10ml 1
2. BGLB 1ml 0
3. BGLB 0,1ml 0
Didapatkan perbandingan 1 : 0 : 0 dan setelah melihat table MPN Formula Thomas ragam
5 : 5: 5 diperolah hasil 2 per 100ml.
H. JUMLAH SUMBER PENCEMAR
1. Hulu
a. Limbah rumah tanggab. Cuci motorc. Gedung monument MTQd. Asrama haji
2. Tengah
a. Limbah rumah tanggab. Limbah restaurant
3. Hilir
a. Limbah rumah tanggab. Limbah Pon Bensinc. Limbah pertokoand. Sampah
BAB V
PEMBAHASAN
A. PEMERIKSAAN BOD
Pemeriksaan BOD merupakan pemeriksaan untuk mengetahui jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh organisme untuk kebutuhan hidupnya.Pemeriksaan ini dapat
digunakan untuk berbagai macam air sampel, baik air bersih maupun air limbah seperti
air Sungai Code yang diperiksa.
Pada pemeriksaan ini terdapat 3 sampel Sungai Code yang di uji, yaitu sampel
hilir, tengah, dan hulu. Pemeriksaan ini dilakukan 3 tahap perhitungan DO segera, DO air
campuran, dan DO air pengencer. Dalam perhitungan DO segera dilakukan untuk
mengetahui seberapa banyak perlu dilakukan pengenceran, sebab apabila sampel
memiliki kadar DO yang sangat rendah, maka tidak bisa dihitung kadar BODnya.
Sedangkan DO air pengencer dan DO campuran yang akan dihitung untuk dapat
menentukan kadar BOD.
Berdasarkan hasil pecobaan didapatkan DO AP1 8,2 mg/l O2 dan DO AP2 5,5
mg/l O2. Sedangkan BOD AP adalah 2,7 mg/l O2. Untuk perhitungan sampel hulu
diperoleh DO segera 4,7 mg/l O2, sedangkan DO segera dari AC1 adalah 6,5 mg/l O2, dan
DO segera dari AC2 sebanyak 7 mg/l O2 (seharusnya AC2< AC1 karena AC2 sudah
dieramkan selama 3 hari dengan suhu 280C dan seharusnya O2 berkurang). Berdasarkan
perhitungan diperoleh BOD AC hulu sebanyak -0,5 mg/l O2 dan BOD sampel sebanyak -
64 mg/l O2.
Untuk perhitungan sampel tengah didapatkan DOsegera 5,3 mg/l O2 dan DO
segera dari AC1 sebanyak 7,8 mg/l O2, sedangkan DO segera dari AC2 sebanyak 6 mg/l.
Berdasarkan perhitungan didapatkan hasil BOD AC sebanyak 1,8 mg/l O2, dan BOD
sampel sebanyak -1,8 mg/l O2.
Pada perhitungan sampel hilir didapatkan hasil DO segera 4,5 mg/l O2. DO
segera dari AC1 sebanyak 6,5 mg/l O2 dan DO segera dari AC2 sebanyak 6 mg/l O2. Dan
didapatkan perhitungannya adalah BOD AC sebanyak 0,5 mg/l O2, sedangkan BOD
sampel didapatkan -66 mg/l O2.
Dari perhitungan yang didapatkan BOD sampel diperoleh dari BOD AC dikurangi
BOD AP dikalikan dengan pengencer.Akan tetapi hasil yang didaptka semua BOD dari
sampel hulu, tengah, dan hilir didapatkan hasil minus.Hal itu terjadi karena ada kesalahan
pemeriksaan yaitu sampel yang diambil hari Jumat seharusnya sebelum dikulkas harus
diikat dengan MnSO4 20% dan pereaksi oksigen untuk diperiksa hari Senin.
Kemungkinan yang kedua kurang teliti dalam membaca volume dari larutan yang akan
dimasukkan ke dalam sampel, terjadi aerasi dan kurang teliti dalam titrasi sehingga
volume yang tercatat bisa berlebihan dari seharusnya.
B. PEMERIKSAAN COD
Pada pemeriksaan COD, menggunakan 4 tabung tutup ulir (satu tabung untuk
Blanko dengan label (BL) dan tiga lagi untuk sampel hulu, tengah dan hilir. Tabung
untuk (BL) diisi dengan 2 mL aquades sedang untuk tabung sampel diisi dengan 2 mL
sampel, sesuai dengan kode sampel pengambilan titik sungai.
Penambahan K2Cr2O7 harus tepat 1,00 mL oleh karena itu alat yang digunakan
adalah alat ukur tepat yaitu pipet volume. Hal ini dimaksudkan agar hasil pemeriksaan
kadar COD yang didapatkan dapat mendekati ketepatan.
Volume titrasi blanko (BL) harus lebih besar dari volume titrasi sampel (SP)
karena volume titrasi yang digunakan dalam perhitungan kadar COD adalah selisih
pengurangan volume titrasi blanko (BL) dikurangi volume titrasi sampel (SP).
C. PEMERIKSAAN TSS dan TDS
Dalam praktikum ini, kami memeriksa TSS dan TDS dalam air sempal yaitu air
sungai Code. Dalam pemeriksaan TSS, kita memeriksa residu yang tidak lolos dalam
saringan atau residu yang terdapat pada saringan. Sedangkan dalam pemeriksaan TDS
kita memeriksa residu yang lolos dalam saringan atau yang terdapat pada gelas kimia.
Pemeriksaan ini dimulai dengan mengoven kertas saring selama 1 jam dan
mendesikator selama 30 menit. Kemudian menimbang kertas saring serta gelas kimia
terlebih dahulu dengan neraca analitik untuk selanjutnya digunakan dalam penyaringan.
Penyaringan yang kita lakukan pada praktikum ini sebanyak tiga kali, yaitu air sampel
hulu, air sampel tengah dan air sampel hilir sungai. Setelah didapat residu dalam kertas
saring dan gelas kimia, kemudian kertas saring dioven dan gelas kimia dididihkan dengan
kompor listrik sampai air sampel dalam gelas kimia tinggal kira-kira 5-10 ml, kemudian
dioven untuk mengeringkannya.
Setelah kertas saring dan gelas kimia didesikator, maka langkah terakhir dalam
praktikum ini adalah menimbang kertas saring dan gelas kimia. Pada akhir praktikum ini
kami menjumpai kotoran yang tertinggal dalam kertas saring. Data penimbangan untuk
selanjutnya dibandingkan dengan perhitungan TSS dan TDS.
D. PEMERIKSAAN PARAMETER LINGKUNGAN
Pada Praktikum pemeriksaan parameter lingkungan yang dilakukan, praktikum
berjalan sesuai procedure yang berlangsung.Tetapi, untuk pemeriksaan ph dilakukan pada
hari pemeriksaan di laboratorium.
Setelah disesuaikan dengan parameter suhu untuk air minum dan air bersih, maka
air di kali code masih memenuhi syarat kualitas air bersih dan air minum. Namun, untuk
baku mutu kimia (pH) yaitu 6.5-8.5 (untuk air minum) dan 6.5-9 (untuk air bersih),
namun berdasarkan hasil praktikum keadaan air di kali code memiliki kadar keasaman,
yaitu asam lemah dengan pH=6. Sehingga, hasil pH tersebut menandakan bahwa pH air
di kali code berada dibawah parameter lingkunganya sehingga berdasarkan parameter
kimia (pH) air kali code sudah tidak layak untuk digunakan sebagai air minum dan air
bersih.
E. PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS
Dalam pengerjaan mikrobiologi, pembiakan mikroba dibutuhkan suatu media atau
medium yang sesuai dengan mikrobanya.Media pertumbuhan mikroorganisme adalah
suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan
mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media
berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan
media pertumbuhan dapat dilakukan isolasi mikroorganisme menjadi kultur murni dan
juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya.
Dari hasil pembuatan media didapatkan media yang dapat ditanami oleh bakteri
(media tidak rusak).Hasil dari media tersebut selanjutnya digunakan untuk penanaman
bakteri.Media yang digunakan adalah Lactosa Borth dan BGLB. Sampel yang digunakan
adalahair sungai code yogyakarta.Dari penelitian yang telah dilakukan dengan cara
mengeramkan larutan yang mengandung sampel di inkubator dengan suhu 44oC selama 1
x 24 jam dinyatakan bahwa air sampel tersebut tidak mengandung bakteri coliform
karena larutan yang dihasilkan keruh dan di dalam tabung durham terdapat gelembung
gas. Dalam percobaan yang dilakukan menggunakan ragam 5 : 5 : 5. Dari hasil
pengamatan yang telah dilakukan dari 45 tabung tersebut semuanya ada yang positif
coliform.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
I. Pengambilan sampel 3 titik sungai Code :
a. Hulu : Ringroad Utara
b. Tengah : Kali Code Perumahan Warga
c. Hilir :
II. Sumber-sumber pencemar sungai Code :
1. Hulua. Limbah rumah tanggab. Cuci motorc. Gedung monument MTQd. Asrama haji
2. Tengaha. Limbah rumah tanggab. Limbah restaurant
3. Hilira. Limbah rumah tanggab. Limbah Pon Bensinc. Limbah pertokoand. Sampah
III. Hasil Pemeriksaan :a. BOD
1. HULU
DO Segera : 4,7 mg/l
DO Eram : 6,5 mg/l
2. TENGAH
DO Segera : 5,3 mg/l
DO Eram : 7,8 mg/l
3. HILIRDO Segera : 4,5 mg/l
DO Eram : 6,5 mg/l
b. COD 1. HULU : 120 mg/l2. TENGAH : 160 mg/l3. HILIR : 480 mg/l
c. TSS dan TDS
TSS :
1. HULU : 78 mg/l 2. TENGAH :82 mg/l3. HILIR : 95 mg/l
TDS :
1. HULU : 200 mg/l2. TENGAH :300 mg/l3. HILIR : 500mg/l
d. BAKTERIOLOGIS
BAGIAN HULU
No
.
Nama
Larutan
positif
1. BGLB 10 ml 1
2. BGLB 1 ml 0
3. BGLB 0,1 ml 0
BAGIAN TENGAH
No
.
Nama
Larutan
Positif
1. BGLB 10ml 1
2. BGLB 1ml 0
3. BGLB 0,1ml 1
BAGIAN HILIR
No
.
Nama
Larutan
Positif
1. BGLB 10ml 1
2. BGLB 1ml 0
3. BGLB 0,1ml 0
B. SARAN
Pada dasarnya setiap penanggungjawab wajib melaksanakan hal-hal sebagai berikut yang
termuat dalam Keputusan pasal 2 ayat(1) :
a. Melakukan pengelolaan limbah cair sehingga mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui Baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan.
b. Membuat saluran pembuangan limbah cair yang kedap air sehinnga tidak terjadi perembesan limbah cair ke lingkungan
c. Memasang alat ukur debit atau lajur air limbah cair dan melakukan pencacatan debit harian limbah cair tersebut.
d. Tidak melakukan pengenceran limbah cair termasuk mencampurkan buangan air bekas pendingin kedalam aliran pembuangan limbah cair.
e. Memeriksakan kadar parameter BakunMutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini secara periodik sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan.
f. Memisahkan saluran pembuangan limbah cair dengan saluran limpahan air hujan.g. Melakukan pencacatan produksi bulanan senyatanya.h. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian, kadar parameter Baku Mutu Limbah
Cair, produksi bulanan senyatanya sebagaimana dimaksud dalam huruf c,e,g sekurang-kurangnya 3 bulan sekali kepada Kepela Bapedal, Gubernur, instansi teknis yang membidangi industri lain yang dianggap perlu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Setiap penanggungjawab kegiatan atau pengelola rumah sakit wajib:a. Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan sehingga mutu
limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui Baku Mutu Limbah Cair yang telah ditetapkan.
b. Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air sehingga tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan saluran limpahan air hujan.
c. Memasang alat ukur debit laju air limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbah air tersebut.
d. Memeriksakan kadar parameter baku mutu limbah cair sebagaimana tersebut dalam lampiran keputusan ini kepada laboratorium yang berwenang sekurang – kurangnya 1 kali dalam sebulan.
e. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian dan kadar parameter baku mutu limbah cair sebagaimana dimaksud huruf C dan D sekurang – kurangnya 3 bulan sekali kepada Gubernur dengan tembusan menteri, kepala Bapedal, Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional, instansi teknis yang membidangi rumah sakit serta instansi lain yang dianggap perlu sesuai peraturan perundang – undangan yang berlaku.