laporan study budaya SITUS SANGIRAN

19
DISUSUN OLEH : NAMA : Danang Eko Saputro. NO / NISN :12 / 8827 KELAS : 1 ATP 2

Transcript of laporan study budaya SITUS SANGIRAN

Page 1: laporan study budaya SITUS SANGIRAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : Danang Eko Saputro. NO / NISN :12 / 8827 KELAS : 1 ATP 2

Page 2: laporan study budaya SITUS SANGIRAN

“ SMK N 1 ( STM Pembangunan ) Temanggung “1

MANUSIA PURBA

1

Page 3: laporan study budaya SITUS SANGIRAN

“ SMK N 1 ( STM Pembangunan ) Temanggung "

Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunian-Nya sehingga kami dapat

menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Laporan study budaya di Sangiran, Sragen, Jawa

Tengah” ini dengan baik tanpa ada halangan.

Laporan wisata budaya di Sangiran, Sragen, Jawa Tengah ini berisi tentang seluruh

kegiatan yang dilaksanakan siswa-siswi kelas X semua jurusan SMK N 1 ( STM

Pembangunan ) Temanggung pada tanggal 13 Oktober 2014.

Terselesaikannya laporan ini tentu tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena

itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

menyelesaikan laporan ini.

Laporan ini disusun untuk melengkapi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia. Selain

itu, kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membacanya dan menjadi referensi untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, kami mengharap segala kritik dan saran yang membangun dan dapat

menjadikan laporan ini jauh lebih baik lagi. Kami mohon maaf setulus-tulusnya jika

terdapat kesalahan maupun kekurangan dalam penyusunan laporan ini.

18 Oktober 2014

Page 4: laporan study budaya SITUS SANGIRAN

Penyusun

DAFTAR ISI

Page 5: laporan study budaya SITUS SANGIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang kegiatan

Kami melakukan study budaya pada hari Senin, 13 Oktober 2014, yang diselenggarakan

oleh SMK N 1 ( STM Pembangunan ) Temanggung. Kegiatan study budaya ini mengunjungi

sebuah situs purbakala di daerah Sangiran kabupaten sragen. Situs ini dikenal dengan nama

Situs Sangiran.

Kegiatan ini dilakukan untuk menambah rasa kecintaan terhadp sejarah manusia,

khususnya budaya bangsa. Disamping itu kegiatan ini dilaksanakan untuk mendorong rasa

ingin tahui terhadap tempat-tempat prasejarah khususnya museum situs prasejarah Sangiran.

Situs Sangiran merupkan situs manusia purba terlengkap didunia dan menjadi situs prasejarah

dunia. Di Sangiran ditemukan fosil-fosil tengkorak yang dapat menggambarkan evolusi asal

usul manusia, sperti terlihat dengan adanya tengkorak Australopithecus Africanus,

Pithecantropus Erectus, Pithecantropus Soloensis, dan Homo Sapien (Manusia Wajak). Tidak

hanya fosil manusia pra sejarah fosil-fosil binatang laut dan darat hingga benda purbakala

seperti Flakes dapat ditemukan di Sangiran.

Situs prasejarah Sangiran membuktikan serta meberi informasi bahwa adanya

kehidupan pada masa lampau serta menunjukan bahwa kebudayaan pada masa lampau telah

memiliki peradaban yang tinggi khususnya bangsa Indonesia. Itulah yang melatarbelakangi

kami untuk melakukan study budaya.

1.2 Maksud dan tujuan kegiatan

1) Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang situs purbakala sangiran

2) Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang manusia purba

3) Memenuhi tugas mata pelajaran sejarah Indonesia

4) Mengetahui koleksi – koleksi situs sangiran

5) Mengetahui lebih jelas tentang manusia pra-aksara

Page 6: laporan study budaya SITUS SANGIRAN

BAB II ISI

A. Sejarah situs Sangiran

Sangiran adalah sebuah situs arkeologi di Jawa, Indonesia. Area ini memiliki luas 48 km²

dan terletak di Jawa Tengah, 15 kilometer sebelah utara Surakarta di lembah Sungai

Bengawan Solo dan terletak di kaki gunung Lawu. Secara administratif Sangiran terletak di

kabupaten Sragen dan kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah.

Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia

sebagai cagar budaya. Pada tahun 1996 situs ini terdaftar dalam Situs Warisan Dunia

UNESCO.

Tahun 1934 antropolog Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian di area

tersebut. Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan fosil dari nenek moyang

manusia pertama, Pithecanthropus erectus ("Manusia Jawa"). Ada sekitar 60 lebih fosil

lainnya di antaranya fosil Meganthropus palaeojavanicus telah ditemukan di situs tersebut.

Sejarah Museum Sangiran bermula dari kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Von

Koeningswald sekitar tahun 1930-an. Di dalam kegiatannya Von Koeningswald dibantu oleh

Toto Marsono, Kepala Desa Krikilan pada masa itu. Setiap hari Toto Marsono atas perintah

Von Koeningswald mengerahkan penduduk Sangiran untuk mencari “balung buto” (Bahasa

Jawa = tulang raksasa). Demikian penduduk Sangiran mengistilahkan temuan tulang-tulang

berukuran besar yang telah membatu yang berserakan di sekitar ladang mereka. Balung buto

tersebut adalah fosil yaitu sisa-sisa organisme atau jasad hidup purba yang terawetkan di

dalam bumi.

Fosil-fosil tersebut kemudian dikumpulkan di Pendopo Kelurahan Krikilan untuk bahan

pnelitian Von Koeningswald, maupun para ahli lainnya. Fosil-fosil yang dianggap penting

Page 7: laporan study budaya SITUS SANGIRAN

dibawa oleh masing-masing peneliti ke laboratorium mereka, sedang sisanya dibiarkan

menumpuk di Pendopo Kelurahan Krikilan.

Setelah Von Koeningswald tidak aktif lagi melaksanakan penelitian di Sangiran, kegiatan

mengumpulkan fosil masih diteruskan oleh Toto Marsono sehingga jumlah fosil di Pendopo

Kelurahan semakin melimpah. Dari Pendopo Kelurahan Krikilan inilah lahir cikal-bakal

Museum Sangiran.

Untuk menampung koleksi fosil yang semakin hari semakin bertambah maka pada tahun

1974 Gubernur Jawa Tengah melalui Bupati Sragen membangun museum kecil di Desa

Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Saragen di atas tanah seluas 1000 m². Museum

tersebut diberi nama “Museum Pestosen”. Seluruh koleksi di Pendopo Kelurahan Krikilan

kemudian dipindahkan ke Museum tersebut. Saat ini sisa bangunan museum tersebut telah

dirombak dan dialihfungsikan menjadi Balai Desa Krikilan.

Sementara di Kawasan Cagar Budaya Sangiran sisi selatan pada tahun 1977 dibangun

juga sebuah museum di Desa Dayu, Kecamatan Godangrejo, Kabupaten Karanganyar.

Museum ini difungsikan sebagai basecamp sekaligus tempat untuk menampung hasil

penelitian lapangan di wilayah Cagar Budaya Sangiran sisi selatan. Saat ini museum tersebut

sudah dibongkar dan bangunannya dipindahkan dan dijadikan Pendopo Desa Dayu.

Tahin 1983 pemerintah pusat membangun museum baru yang lebih besar di Desa

Ngampon, Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Kompleks Museum ini

didirikan di atas tanah seluas 16.675 m². Bnagunannya antara lain terdiri dari Ruang

Pameran, Ruang Pertemuan/ Seminar, Ruang Kantor/ Administrasi, Ruang Perpustakaan,

Ruang Storage, Ruang Laboratorium, Ruang Istirahat/ Ruang Tinggal Peneliti, Ruang Garasi,

dan Kamar Mandi. Selanjutnya koleksi yang ada di Museum Plestosen Krikilan dan Koleksi

di Museum Dayu dipindahkan ke museum yang baru ini. Museum ini selain berfungsi untuk

memamerkan fosil temuan dari kawasan Sangiran juga berfungsi untuk mengkonservasi

temuan yang ada dan sebagai pusat perlindungan dan pelestarian kawasan Sangiran.

Tahun 1998 Dinas Praiwisata Propinsi Jawa Tengah melengkaspi Kompleks Museum

Sangiran dendan Bnagunan Audio Visual di sisi timur museum. Dan tahun 2004 Bupati

Sragen mengubah interior Ruang Knator dan Ruang Pertemuan menjadi Ruang Pameran

Tambahan.

Page 8: laporan study budaya SITUS SANGIRAN

Tahun 2003 Pemerintah pusat merencanakan membuat museum yang lebih representative

menggantikan museum yang ada secara bertahap. Awal tahun 2004 ini telah selesai didirikan

bangunan perkantoran tiga lantai yang terdiri dari ruang basemen untuk gudang, lantai I

untuk Laboratorium, dan lantai II untuk perkantoran. Program selanjutnya adalah membuat

ruang audio visual, ruang transit untuk penerimaan pengunjung, ruang pameran bawah tanah,

ruang pertemuan, perpustakaan, taman purbakala, dan lain-lain.

B. Manfaat situs sangiran

Manfaat Bagi Penulis :

1. Bangga menjadi warga Negara Indonesia

2. Menambah wawasan dan pengetahuan sejarah mengenai peradaban manusia

purbadi Indonesia

3. Mempelajari dan memahami cara penulisan karya tulis yang benar

Manfaat Bagi Peneliti/ Penulis Lain :

1. Karya tulis ini dapat dijadikan bahan acuan/ referensi pada penelitian/ penulisan

selanjutnya

2. Menjadikan karya tulis ini sebagai isi tinjauan pustaka dari karya tulis peneliti/

penulis lain

3. Sebagai contoh karya tulis yang benar

Manfaat Bagi Pembaca :

1. Bagai mengunjungi museum Sangiran secara nyata padahal hanya membaca

sebuah karya tulis

2. Menambah ilmu pengetahuan pembaca mengenai sejarah museum purba

diIndonesia

3. Menjadikan situs Sangiran menjadi salah satu target wisata bersama keluarga

Page 9: laporan study budaya SITUS SANGIRAN

C. Isi Museum

Koleksi-Koleksi Museum Sangiran

1. Fosil manusia, antara lain Australopithecus africanus ,Pithecanthropus

mojokertensis (Pithecantropus robustus), Meganthropus

palaeojavanicus , Pithecanthropus erectus, Homo soloensis , Homo

neanderthal Eropa, Homo neanderthal Asia, dan Homo sapiens .

2. Fosil binatang bertulang belakang, antara lain Elephas namadicus (gajah), Stegodon

trigonocephalus (gajah),Mastodon sp (gajah), Bubalus palaeokarabau (kerbau),Felis

palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi), Rhinocerus sondaicus (badak), Bovidae (sapi,

banteng), dan Cervus sp(rusa dan domba).

3. Fosil binatang air, antara lain Crocodillus sp (buaya), ikan dan kepiting, gigi ikan

hiu, Hippopotamus sp (kuda nil), Mollusca (kelas Pelecypoda dan Gastropoda ),Chelonia

sp (kura-kura), dan foraminifera .

4. Batu-batuan , antara lain Meteorit/Taktit, Kalesdon, Diatome, Agate, Ametis

5. Alat-alat batu, antara lain serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi, bola batu

dan kapak perimbas-penetak

6. Koleksi lainnya :

a. Fosil kayu yang terdiri dari:

Fosil kayu

Temuan dari Dukuh Jambu, Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Karanganyar. Ditemukan pada tahun 1995 pada lapisan tanah lempung warna abu-abu

ditemukan pada formasi pucangan

Fosil batang pohon

Temuan dari Desa krikilan , Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Fosil ini

ditemukan pada tahun 1977 pada lapisan tanah lempung Warna abu-abu dari endapan

ditemukan pada Formasi pucangan

b. Tulang hasta (Ulna) Stegodon Trigonocephalus

Ditemukan di kawasan cagar sangiran pada tanggal 23 november 1975 di tanah lapisan

lempung warna abu –abu Formasi kabuh bawah.

Page 10: laporan study budaya SITUS SANGIRAN

c. Tulang paha

Ditemukan dari Desa Ngebung, Kecamatan kalijambe, Kabupaten Sragen pada tanggal 4

Februari 1989 pada lapisan tanah lempung warna abu – abu dari endapan ditemukan pada

formasi pucangan atas.

d. Tengkorak kerbau

Ditemukan oleh Tardi Pada tanggal 20 November 1992 di Dukuh Tanjung, Desa Dayu

Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar pada lapisan tanah Warna coklat

kekuning-kunginan yang bercampur pasir ditemukan formasi kabuh berdasarkan

penanggalan geologi berumur 700.000-500 tahun

e. Gigi Elephas Namadicus

Ditemukan di situs cagar budaya sangiran Pada tanggal 12 Desember 1975, Pada lapisan

tanah pasir bercampur kerikil berwarna cokelat ditemukan pada Formasi kabuh

Fragmen gajah purba, Hidup di daerah cagar budaya sangiran. Jenisnya adalah:

Mastodon

Stegodon

Elephas

f. Tulang rusuk (Casta) Stegodon Trigonocephalus

Ditemukan oleh Supardi pada tanggal 3 Desember 1991 di Dukuh Bukuran, Desa Bukuran

Kecamatan kalijambe Kabupaten Sragen pada lapisan lempung warna abu – abu dari

endapan pucangan atas.

g. Ruas tulang belakang (Vertebrae)

Ditemukan di situs cagar budaya sangiran pada tanggal 15 Desember 1975 di lapisan tanah

pasir berwarna abu – abu pada formasi kabuh bawah.

h. Tulang jari (Phalanx)

Ditemukan di situs sangiran pada tanggal 28 oktober 1975 pada lapisan tanah pasir kasar

warna cokelat kekuning-kuningan pada formasi kabuh.

i. Rahang atas Elephas Namadicus

Rahang ini dilengkapi sebagian gading ditemukan oleh Atmo di Dukuh Ngrejo, Desa

Samomorubuh Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen pada tanggal 24 April 1980 pada

lapisan Grenz bank antara formasi pucangan dan kabuh.

j. Tulang kaki depan bagian atas (Humerus)

Page 11: laporan study budaya SITUS SANGIRAN

Bagian fosil ditemukan oleh Warsito Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten

Sragen pada tanggal 28 Desember 1998 pada lapisan tanah lempung warna abu – abu dari

formasi pucangan atas kala pleistosen bawah

k. Tulang kering

Ditemukan oleh Warsito di Dukuh Bubak Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe,

Kabupaten Sragen pada tanggal 4 januari 1993 lapisan tanah lempung warna abu – abu

dari formasi pucangan atas.

l. Fosil Molusca, Klas Pelecypoda dan Klas Gastropoda

m. Binatang air

Tengkorak buaya (Crocodilus Sp.) ditemukan pada tanggal 17 Desember 1994 oleh

Sunardi di Dukuh Blimbing, Desa Ngebung, Kecamatan kalijambe kabupaten Sragen pada

formasi pucangan

Kura – kura (Chlonia Sp.) ditemukan pada tanggal 1 Februari 1990 oleh hari Purnomo

Dukuh Pablengan, Desa krikilan , Kecamatan Kalijambe, kabupaten Sragen pada Formasi

pucangan

Ruas tulang belakang ikan ditemukan pada tanggal 20 November 1975 oleh Suwarno

di Desa Bukuran, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen pada formasi pucangan

Page 12: laporan study budaya SITUS SANGIRAN

Zona museum

zona museum dibagi menjadi 3 ruang arena pamer. Arena pamer pertama adalah “Kekayaan

Sangiran/Wealth of Sangiran”. Pada arena display ini, berisi fosil- fosil yang ditemukan di

situs Sangiran. Sebagian besar fosil dipajang pada arena ini, baik dalam bentuk diorama

maupun foto-foto dan grafis pendukung. Fosil Homo Erectus, alat-alat bantu untuk kehidupan

manusia, binatang-binatang purba dapat disaksikan disini.

Manusia Purba

1. Homo sapien

Spesies manusia ini ada sejak tahun 100.000

silam. Spesies ini adalah manusia modern

zaman sekarang yang mempunyai

perkembangan yang pesat, mempunyai

kecerdasan tinggi, dan mampu menciptakan

peradaban dan teknologi

Page 13: laporan study budaya SITUS SANGIRAN

2. Homo Erectus

Homo Erectus merupakan manusia penjelajah utama di

dunia. Spesies ini mampu menyebar di seluruh dunia

dan mampu beradaptasi dengan baik di iklim Plestosen

3. Cro - Margon

Cro-Magnon adalah manusia purba yang merupakan

seniman pertama dengan hasil karya berupa lukisan di

goa, pahatan, dan patung ukir

4. Homo floresiensis

Dapat ditebak dari namanya, manusia purba yang

sudah punah ini berasal dari Pulau Flores, Nusa

Tenggara Timur. Homo Floresiensis dikenal juga

sebagai flo atau hobbit karena ukurannya yang kerdil.

HEWAN PURBA

Page 14: laporan study budaya SITUS SANGIRAN

1. Gajah purba

Terdapat 3 jenis gajah di Sangiran,

Mastodon, Stegodon, dan Elephas.

Mastodon adalah gajah paling primitif

di Sangiran dengan gading yang

panjang dan tubuh yang lebih pendek.

Kalau menyebut Mastodon,Demikian

pula halnya Stegodon, gading gajah

purba ini pun juga sangaaat panjang sekali dengan bentuk yang melengkung. Hal ini

nampak pada fosil gading yang dipajangkan di museum ini. Sedangkan Elephas adalah

gajah modern dengan gading yang pendek. Bentuknya Elephas ini sama lah kayak gajah-

gajah yang ada di kebun binatang.

2. Buaya Sangiran

Buaya yang pernah hidup di

Sangiran adalah buaya dari famili

Gavialidae dan Crocodylidae.

Contoh spesies buaya dari famili

tersebut yang pernah mendiami

Sangiran adalah Gavialis

Bengawanensis

3. Kudanil purba

Kundanil purba (Hippopotamus sp. dan

Hexaprotodon) ini hidup sekitar 1, 2 juta tahun

yang lalu di Sangiran

Page 15: laporan study budaya SITUS SANGIRAN

4. Hewan bertanduk purba

Binatang-binatang ini antara lain Banteng

Purba (Bibos Paleosondaicus), Rusa Purba

(Cervus Hippelaphus), dan Kerbau Purba

(Bubalus Paleokarabau). Binatang-binatang

bertanduk ini hidup antara tahun 700.000-

300.000 tahun yang

Peninggalan Purba

1. Batu Masif

Batu Masif adalah Peralatan besar digunakan untuk

pekerjaan berat seperti memotong kayu/tulang, peralatan

kecil digunakan untuk pekerjaan ringan seperti mengiris,

menyayat, dan sebagainya

2. Batu non masif

Alat batu non masif adalah alat batu

dengan ukuran tipis dan kecil.

Page 16: laporan study budaya SITUS SANGIRAN

Ruang pamer 2

Arena pamer kedua adalah

“Langkah-langkah

Kemanusian/Steps of

Humanity”. Ruang pamer disini

berisi dokumentasi visual teori

“big bang”, terbentuknya alam

semesta, hingga pembabakan

zaman dan mahkluk hidup yang

tinggal di masa-masa tersebut.

Proses sebuah mahkluk hidup

ketika menjadi fosil, juga dapat

dilihat disini. Proses evolusi manusia juga digambarkan secara lengkap. Teori evolusi

menjelaskan bagaimana dan makhluk hidup berubah dari generasi ke generasi. Bahkan, hasil

penelitian terbaru hampir selalu mengakibatkan pandangan tentang asal-usul manusia

berubah-ubah. Pada tahun 1970an, masih banyak mata rantai yang belum ditemukan dan

hubungan kekerabatan manusia dengan kera tampak jauh. Namun, pada tahun 1990an, fosil-

fosil yang mengisi mata rantai yang hilang, lebih banyak ditemukan dan ternyata kekerabatan

manusia dengan kera tampak semakin dekat. Di ruang pamer ini juga dipaparkan sejarah

penelitian manusia purba di Indonesia, sekaligus pakar-pakar yang berperan didalamnya,

antara lain GHR von Koenigswald dan Eugene Dubois.

Sejarah penemuan manusia

purba di Indonesia

Page 17: laporan study budaya SITUS SANGIRAN

pakar manusia purba

1. Eugene Dubois

Pada tahun 1887-1891, dokter dari Belanda ini menemukan fosil

Pithecantropus Erectus atau Homo Erectus di Kedungbrubus dan Trinil.

2. G.H.R von Koenigswald

Dibantu oleh ahli lainnya, ahli Paleontologi dari

Jerman ini kembali menemukan fosil Homo

Erectus lainnya yang dulunya bernama Pithecanthropus Soloensis,

Pithecantropus Mojokertensis, dan Megantropus Palaeojavanicus

(Homo Erectus Archaic).

Ruang pamer ke-3 atau terakhir

berisi Masa Keemasan Homo Erectus yang berkisar 500.000 tahun yang lalu. Di ruang ini

hanya terdapat 2 diorama besar, yang menggambarkan kehidupan manusia homo erectus di

masa keemasannya itu.

Page 18: laporan study budaya SITUS SANGIRAN

PENUTUP

KESIMPULAN

Museum merupakan suatu tempat yang ideal sebagai wadah kegiatan pendidikan sekaligus

hiburan. Dengan demikian museum diharapkan mampu menyajikan pengetahuan dan

keterampilan dalam suasana yang menyenangkan. Peran museum sebagai mitra pendidik

dapat merujuk pada Empat Tiang Pendidikan Abad ke-21 yang merupakan hasil rumusan

Komisi Internasional untuk tahu (learn to know), belajar untuk melakukan (learn to do),

belajar untuk menjadi (learn to be) dan belajar untuk hidup bersama (learn to live together).

Untuk menjadikan museum sebagai mitra pendidik dengan keempat pilar tersebut memang

bukan hal yang mudah. Namun, paling tidak museum-museum di Indonesia hendaknya mulai

sadar bahwa mereka mempunyai potensi yang cukup besar untuk diarahkan menjadi wahana

pembelajaran yang mendukung empat pilar pendidikan tersebut. Dengan demikian, dunia

permuseum di Indonesia akan mampu memberikan sumbangan bagi pembangunan bangsa

dan Negara di era global saat ini.

Sebagai lembaga pelestarian benda-benda budaya, koleksi museum dapat dijadikan

sebagai sumber pendidikan. Salah satunya adalah sumber pendidikan hubungan antarbangsa

khususnya kita dapat mengetahui hubungan antarbangsa pada masa lampau melalui koleksi-

koleksi museum. Koleksi museum dapat diketahui bagaimana hubungan antarbangsa pada

masa lampau berlangsung.

Bentuk hubungan antarbangsa pada masa lampau tersebut hendaknya bisa menjadi

inspirasi hubungan antarbangsa di masa sekarang ini untuk dapat menjalin hubungan baik.

Seperti pesan yang menyatakan bahwa“belajar dari masa lampau untuk merajut hubungan

yang lebih baik di masa depan”. Salah satu media pembelajarannya dapat diperoleh dengan

mengamati dan menelaah koleksi museum.

Page 19: laporan study budaya SITUS SANGIRAN

Daftar pustaka

Sulistyanto, Bambang. 2003. Balung Buto:Warisan Budaya Dunia dalam Perspektif

Masyarakat Sangiran. Yogyakarta: Kunci Ilmu

Widianto, Harry dan Simanjuntak, Truman. 2009. Sangiran Menjawab Dunia. Jawa Tengah:

Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran

Santosa, Hery.2000. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: Universitas SanataDharma.

Tjiptadi, Rusmulia. et al. 2004. Museum Situs Sangiran Sejarah Evolusi Manusia Purba

http://wisatadanbudaya.blogspot.com/ Sangiran- SItus- Manusia- Purba- di- Indonesia.html

http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2014/01/06/membentang-peradaban-di-museum-

sangiran-622544.html

http://puppytraveler.com/2012/01/26/museum-manusia-purba-sangiran/