Laporan Studi Lapangan

15
LAPORAN STUDI LAPANGAN DESA DOMPAK RT 04 RW I TANJUNG DUKU KELURAHAN DOMPAK KOTA TANJUNGPINANG METODE PEMAHAMAN MASYARAKAT PEDESAAN SECARA PARTISIPATIF PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PRA) Oleh KELOMPOK VII (Penyusunan Rencana Kegiatan) 1. DWI MART DIANTONO (12101143) 2. NANA PAHRIANA (12101016) 3. LISMARNI (12101053) 4. JANATUL ALDINI AMAL (12 5. HERU JUNAIDY (

description

paper

Transcript of Laporan Studi Lapangan

LAPORAN STUDI LAPANGAN

DESA DOMPAK RT 04 RW I TANJUNG DUKU KELURAHAN DOMPAK KOTA TANJUNGPINANG

METODE PEMAHAMAN MASYARAKAT PEDESAAN SECARA PARTISIPATIFPARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PRA)

Oleh KELOMPOK VII(Penyusunan Rencana Kegiatan)

1. DWI MART DIANTONO (12101143)2. NANA PAHRIANA (12101016)3. LISMARNI (12101053)4. JANATUL ALDINI AMAL (125. HERU JUNAIDY (

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARASEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK RAJA HAJI TANJUNGPINANG2015

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Salah satu persoalan mendasar kehidupan bernegara dalam proses penyelenggaran pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah adalah bagaimana membangun atau menciptakan mekanisme pemerintahan yang dapat mengemban misinya untuk mewujudkan raison deetre pemerintahan yaitu mensejahterakan masyarakat secara berkeadilan. Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat tersebut, pemerintah harus melaksanakan pembangunan. Selain untuk memelihara keabsahannya (legitimasi), pemerintah juga akan dapat membawa kemajuan bagi masyarakatnya sesuai dengan perkembangan jaman. Terdapat dua hal yang harus dilaksanakan oleh pemerintah, pertama : perlu aspiratif terhadap aspirasi-aspirasi yang disampaikan oleh masyarakatnya, dan perlu sensitive terhadap kebutuhan rakyatnya. Pemerintah perlu mengetahui apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya serta mau mendengarkan apa kemauannya. Kedua : pemerintah perlu melibatkan segenap kemauan dan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam melaksanakan pembangunan. Dengan kata lain pemerintah perlu menempatkan rakyat sebagai subjek pembangunan, bukan hanya sebagai objek pembangunan.Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat Community development sangat bergantung kepada peranan pemerintah dan masyarakatnya. Keduanya harus mampu menciptakan sinegri. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan dapat mencapai hasil pembangunan secara optimal. Pembangunan hanya akan melahirkan produk-produk baru yang kurang berarti bagi masyarakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Demikian pula sebaliknya, tanpa peran yang optimal dari pemerintah, pembangunan akan berjalan secara tidak teratur dan tidak terarah, yang akhirnya akan menimbulkan permasalahan baru. Selain memerlukan keterlibatan masyarakat, pembangunan juga membutuhkan strategi yang tepat agar dapat lebih efisien dari segi pembiayaan dan efektif dari segi hasil. Pemilihan strategi pembangunan ini penting karena akan menentukan dimana peran pemerintah dan dimana peran masyarakat, sehingga kedua pihak mampu berperan secara optimal dan sinergis.Terjadinya pemekaran daerah baru di berbagai daerah di Indonesia, secara tidak langsung pasti menimbulkan dampak baik untuk daerah tersebut, meskipun dampak buruk juga tidak luput karenanya. Salah satu yang merasakan pemekaran adalah Kepulauan riau, sejak melepaskan diri dari Riau daratan dan menjadi provinsi sendiri, daerah daerah di kepulauan riau bergerak menuju pembangunan yang makin baik, baik dari infrastruktur dan kehidupan masyarakat nya.Kota tanjung Pinang, yang terpilih menjadi Ibu Kota Provinsi kepulauan Riau pada tahun 2003, tak luput dar imbasnya, hingga saat ini ibu kota provinsi ini terus tumbuh menjadi kota yang maju, jadi kota yang dahulu di kenal dengan kota pelabuhan hingga saat ini bergerak menjadi kota metropolitan. Kota Tanjung Pinang kian istimewa setelah Kepulauan Riau terus memekarkan daerah nya dengan tujuan pemerataan pembagunan, di kota ini pernah menjadi pusat dari tiga pemerintahan sekaligus, diataranya Pusat Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau, Pusat Pemerintahan kabupaten Bintan, dan pemerintahan kota tanjung Pinang itu sendiri, sehingga bisa dikatakan kota ini menjadi salah satu kota yang tersibuk di kepulauan Riau.Pusat Kota tua Tanjung Pinang sudah tidak memungkinkan lagi untuk menampung beban laju pertumbuhan penduduk yang mau tidak mau mengimbangi perkembangan kota, sehingga harus di lakukan pembangunan di daerah baru, salah satu bentuk tindak lanjutnya adalah dengan memindahkan pusat pemerintahan Kepulauan Riau ke Pulau Dompak, yang dilakukan pada Tahun 2012. Pulau yang di persiapkan dari tahun 2007 ini, hingga saat ini masih menjalani tahap pembangunan, meskipun beberapa infrastruktur utama untuk pembentukan sebuah pusat pemerintahan baru sudah tereselesaikan, diantaranya Listrik, Air bersih, jalan raya dengan dua jalur, Pelabuhan kapal roll & roll(roro), Masjid, beberapa perkantoran pemerintah, hingga kantor gubernur provinsi kepulauan riau.Dengan adanya pembangunan dompak sebagai pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau maka msayarakat tempatan yang bermukim di pulau dompak menjadi terkena dampak langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan mereka sehari-hari. Dampak pembangunan yang terjadi mengakibatkan perubahan-perubahan tatanan dalam sistem sosial masyarakat dompak, terlebih dengan karakteristik mereka sebagai masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup mereka pada pekerjaan nelayan dan rata-rata mereka hanya berpendidikan rendah. Hal ini tentu saja telah menimbulkan polemik bagi dua pihak yakni pemerintah sebagai aktor pembangunan dan masyarakat sebagai rakyat yang berhak menerima kesejahteraan dari pembangunan itu sendiri.2. Tujuan Observasi Lapangan Tujuan dari mengadakan observasi lapangan ini dimaksudkan untuk menganalisis masalah kehidupan masyarakat dompak pada umumnya dan masyarakat yang berdomisili di Tanjung Duku RT04 RWI Kelurahan Dompak Kota Tanjungpinamng dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara fakta.3. Waktu Pelaksanaan Studi Lapangan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 16 Mei 2015 dari pukul 09.00 Wib s/d Selesai.

BAB IILANDASAN TEORI

1. Participatory Rulal Apprasial (PRA)Participatory Rulal Apprasial (PRA) atau pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan adalah metode yang memungkinkan masyarakat secara bersama-saa menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara fakta. Metode dan pendekatan ini semakin meluas dan diakui kegunaannya ketika paradigma pembangunan berkelanjutan mulai dipakai sejak paradigma pembangunan berkelanjutan (seperti yang terjadi di beberapa negara sedang berkembang). Di dalam paradigma pembangunan berkelanjutan, masyarakat di tempatkan sebagai inti dalam proses pembagunan. Masyarakat dalam pembangunan tidak hanya sebagai objektif tetapi mereka harus menjadi subjektif dan aktif ikut serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan menikmati hasil pembangunan.Metode PRA mulai menyebar dengan cepat pada tahun 1990-an merupakan bentuk perekembangan dari metode Pemahaman Cepat Kondisi Pedesaan (PCKP) atau Rapid Rural Apprasial (RPA). Kedua metode tersebut saling berhubungan dan masing-masing mempunyai kelebihn dan kekurangannya dan bisa saling melengkapi. Namun dalam perkembangannya, metode PRA banyak digunakan dalam proses pelaksanaan progam pembangunan secara partisipatif, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasannya.Pada intinya PRA adalah sekelompok pendekatan yang memungkinkan masyarakat desa saling berbagi, untuk meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, juga membuat rencana dan tindakan nyata. Beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam metode PRA antara lain adalah saling belajar dan berbagi pengalaman, keterlibatan semua anggota kelompok dan informasi, orang luar sebagai fasilitator, konsep triangulasi, serta optimalisasi hasil, orientasi praktis dan berkelanjutan progam.Prinsip-prinsip dasar PRA, antara lain: saling belajar dan berbagi pengalaman, keterlibatan semua anggota kelompok dan informasi, orang luar sebagai fasilitator, konsep triangulasi, serta optimalisasi hasil, orientasi praktis dan keberlanjutan program (Rochdyanto, 2000).1. Belajar dari masyarakat;2. Orang luar sebagai fasilitator, masyarakat sebagai pelaku;3. Saling belajar dan saling berbagi pengalaman;4. Keterlibatan semua kelompok masyarakat;5. Santai dan informal;6. Menghargai kegiatan;7. Triangulasi;8. Mengoptimalkan hasil;9. Belajar dari kesalahan;10. Orientasi praktis;11. Keberlanjutan dan selang waktu.

Karena teknik/alat PRA bisa menjadi daftar yang banyak dan bertambah terus, kita bisa membuat pengelompokkan teknik/alat PRA tersebut supaya mudah mengingatnya. Salah satu cara mengelompokkannya adalah sebagai berikut.1. Kelompok metode/teknik yang memiliki ciri waktu (when/kapan): Alur Sejarah (History Line) Kalender Musim (Seasonal Calendar) Kecenderungan dan Perubahan (Trend and Change) Jadwal Sehari (Daily Schedule)2. Kelompok metode/teknik yang memiliki ciri tempat/ruang (where/dimana): Sketsa Peta Wilayah (Desa) Bagan Transek Sketsa Kebun3. Kelompok metode/teknik yang memiliki ciri siapa pelakunya (who): Diagram Venn: Pelaku lembaga dan kepemimpinan lokal Analisis gender: Pelaku L, P, L/P Matriks Analisis Keputusan: Siapa pembuat keputusan di keluarga Jadwal Sehari: Siapa melakukan tugas apa Sketsa Peta Desa: Siapa memiliki akses dan kontrol SDA Diagram Venn: Siapa berpartisipasi di lembaga publik4. Kelompok metode/teknik yang memiliki ciri apa saja (what): Analisis Matapencaharian Pengumpulan dan Pengelompokkan Masalah5. Kelompok metode/teknik yang memiliki ciri proses/alur (how/bagaimana): Bagan Alur Pemasaran Hasil Pertanian Bagan Alur Usaha Pertanian6. Kelompok metode/teknik yang memiliki ciri sebab -akibat (why/mengapa): Matriks Ranking (Skoring) Komoditi Unggulan Bagan Alur Sebab-akibat Masalah7. Analisis masalah (bisa diganti dengan analisis potensi) digunakan teknik: Pengumpulan dan Pengelompokkan Masalah Analisis Sebab-akibat Masalah Matriks Ranking (Skoring) Masalah

2. Rumusan MasalahPada studi lapangan ini peneliti memfokuskan pada Penyusunan Rencana kegiatan dari analisis permasalahan kebutuhan masyarakat dompak RT04 RWI Tanjung Duku Kelurahan Dompak Kota Tanjungpinang .

3. MetodologiStudi lapangan ini menggunakan metode PRA dengan teknik pengumpulan data dengan malakukan observasi dan wawancara.

BAB IIIPEMBAHASAN

1. Penyusunan Rencana Kegiatan Untuk menyusun rencana kegiatan maka kami melakukan pengorganisasian berbagai masalah yang kami dapatkan dari 2 (dua) orang responden yaitu Rukun Tetangga (RT) RT 04 RW I Tanjung Duku Kelurahan Dompak Kota Tanjungpinang dan 1 (satu) orang masyarakat setempat yang berprofesi sebagai nelayan.Dari hasil wawancara yang mendalam dapat kami susun beberapa masalah yang dapat menjadi dasar dalam membuat perencanaan dengan tahapan sebagai berikut: a. Tahap Penjajakan Kebutuhan.Penjajakan kebutuhan adalah menggali dan mengkaji informasi/ isu dari nilai-nilai masalah ekonomi (mata pencaharian) dan prasarana (pembangunan fasum) secara menyeluruh dengan asas prioritas kebutuhan.Informasi/ IsuFasilitas yang tersediaMasalah

Mayoritas Penduduk sebanyak 36 KK sbg Nelayan (Mata Pencaharian) Lingkungan Sampan Dayung Bubu Alat Pancing

Berkurangnya hasil pendapatan.(dampak pembangunan dan relokasi tempat tinggal)

Pembangunan Infrastruktur Pelantar Duku Mesjid Jalan Kampung Pelantar kayu Sumur Energi Listrik GensetTidak adanya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah

MasalahIndikator MasalahRencana Kegiatan

Berkurangnya hasil pendapatan.(dampak pembangunan dan relokasi tempat tinggal)

Pengetahuan Pelestarian Lingkungan Alat Tangkap Ikan

Tidak adanya pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah Jalan Beton Pelantar