Laporan Sk 5 - Terapi

download Laporan Sk 5 - Terapi

of 6

description

Laporan terapi

Transcript of Laporan Sk 5 - Terapi

Terapi Tuberkulosis

Pengobatan TB terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan. Pada umumnya lama pengobatan adalah 6-8 bulan. Obat lini pertama adalah Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E), dan Streptomisin (S). Sedangkan obat lini kedua adalah kanamisin, kapreomisin, amikasin, kuinolon, sikloserin, etionamid, para-amino salisilat (PAS). Obat lini kedua hanya digunakan untuk kasus resisten obat, terutama TBmulidrug resistant(MDR). Beberapa obat seperti kapreomisin, sikloserin, etionamid dan PAS belum tersedia di pasaran Indonesia tetpi sudah digunakan pada pusat pengobatan TB-MDR.1,2

Pengobatan TB standar dibagi menjadi: Kategori -1 (2HRZE/4H3R3)Kategori 1 ini dapat diberikan pada pasien TB paru BTA positif, TB paru BTA negatif foto toraks positif dan TB ekstra paru. Kategori- 2 (2HRZES/HRZE/5HRE)Kategori-2 ini diberikan pada pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya yaitu pada pasien kambuh, gagal maupun pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default). Pada pasien dengan riwayat pengobatan TB lini pertama, pengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji kepekaan secara individual. Selama menunggu hasil uji kepekaan diberikan panduan pengobatan 2HRZES/HRZE/5HRE. HRZE merupakan obat sisipan tahap intensif yang diberikan selama satu bulan.

Pasienmulti-drug resistant(MDR)Regimen standar TB MDR di Indonesia adalah:6Z-(E)-Kn-Lfx-Eto-Cs/ 18Z-(E)-Lfx-Eto-CsZ: Pirazinamid, E: etambutol, Kn: kanamisin, Lfx: Levofloksasin, Eto: Etionamid, Cs: Sikloserin.1,2

Efek Samping ObatSebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan.1,2Evaluasi pasien meliputi evaluasi klinis, bakteriologi, radiologi, dan efek samping obat serta evaluasi keteraturan berobat.

Evaluasi klinis Pasien dievaluasi secara periodik Evaluasi terhadap respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta ada tidaknya komplikasi penyakit Evaluasi klinis meliputi keluhan, berat badan, pemeriksaan fisisEvaluasi bakteriologi (0-2-6/8 bulan pengobatan)Tujuannya adalah untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak. Pemeriksaan dan evaluasi pemeriksaan mikroskopis yaitu pada: Sebelum pengobatan dimulai Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif) Pada akhir pengobatanBila ada fasilitas biakan, dilakukan pemeriksan biakan dan uji kepekaanEvaluasi radiologi (0-2-6/8 bulan pengobatan)Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada: Sebelum pengobatan Setelah 2 bulan pengobatan (kecuali pada kasus yang juga dipikirkan kemungkinan keganasan dapat dilakukan 1 bulan pengobatan) Pada akhir pengobatanEvaluasi pada pasien yang telah sembuhPasien TB yang telah dinyatakan sembuh sebaiknya tetap dievaluasi minimal dalam 2 tahun pertama setelah sembuh. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kekambuhan. Hal yang dievaluasi adalah mikroskopis BTA dahak dan foto toraks (sesuai indikasi/bila ada gejala).

DAFTAR PUSTAKA1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis: pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2011. h.2-30.2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. Jakarta: Bakti Husada; 2011. h.11-37.