Laporan Sementara Layanan kefarmasian
-
Upload
pramita-purbandari -
Category
Documents
-
view
19 -
download
4
description
Transcript of Laporan Sementara Layanan kefarmasian
LAPORAN PRAKTIKUM
LAYANAN KEFARMASIAN
PERTEMUAN II - KASUS GERIATRI
Anggota Kelompok:
Sartika G1F009001
Novia Ayu Rahmawati G1F009005
Hanif Hafiidh S.N G1F009013
Rizqi Permata H. G1F009045
Ratih Juwita N G1F009049
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2012
dr. Kasih Amara, Sp.PDSIP = XX/XX/2012Rumah :Praktek :
Jl. Mawar No.301Jl. Duku No.123PurwokertoTelp.0281-323571Purwokerto Telp.0281-325768
R/ Klropropamid 250 mgNo XXS 1 dd 1R/ Metformin 500 mg No XXX S 3 dd 1
Pro :Tn M (65th)
I. KASUS
Tuan M 65 tahun menderita diabetes mellitus selama 10 tahun. Satu bulan
terakhir merasa kesemutan dan penglihatan agak kabur.Datang ke apotek anda
membawa resep sebagai berikut:
Tuan M juga membawa hasil laboratorium: GDP 110 mg/dL, GD 2jPP 210 mg
%, HbA1C 12,2 %.
Tugas (secara keseluruhan):
1. Gali informasi pasien yang diperlukan
2. Tentukan Drug Related Needs Dan Drug Related Problems Pasien
3. Tentukan Solusi Dari Drug Related Problems Pasien
4. Buatlah Form Rekam Pengobatan Pasien
II. SUBYEKTIF, OBYEKTIF, DAN ASSESSMENT
Identitas Pasien
Nama : Tn M (Bapak Mansyur)
Usia : 65 tahun
Alamat : Jl. H.R Bunyamin
Subyektif
Diagnosa : Diabetes Mellitus selama 10 tahun
Keluhan : satu bulan terakhir merasa kesemutan dan penglihatan agak kabur
Obyektif
GDP 110 mg/dl, GD 2JPP 210mg%, HbA1C 12,2 %
Assesment
Pasien mengeluh sering kesemutan, muncul tiba-tiba, terkadang kalau
duduk pun muncul. Kesemutan di tangan dan kaki. Pandangan kabur terkadang
pagi, terkadang malam.
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Diagnosis klinis DM umumnya muncul
keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Hiperglikemia yang persisten
menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh dan terjadi
penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal inilah yang mendorong
timbulnya komplikasi-komplikasi mikrovaskuler, antara lain retinopati, nefropati, dan
neuropati. Keluhan yang mungkin disampaikan penderita antara lain badan terasa
lemah, sering kesemutan, dan mata kabur (Binfar, 2005).
Pasien memiliki berat badan 85 kg, dengan tubuh tidak terlalu tinggi dan tidak
terlalu pendek, diasumsikan tingginya 170 cm. Jika dihitung, maka pasien termasuk
over weight (pasien mengalami obesitas). Obesitas merupakan salah satu faktor
resiko diabetes melitus (Binfar, 2005)
III. PEMBAHASAN
Role play diawali dengan kunjungan Pak Mansyur ke apotek untuk
menebus resep dari dokter. Apoteker menyambut pasien, menyapa, lalu
menanyakan tujuan pasien datang ke apotek.
A. Penggalian Informasi
1. Identifikasi identitas pasien:
a. Q : Maaf dengan Bapak siapa ?
A : Bapak Mansyur
b. Q : Alamatnya dimana ya, Pak ?
A : di HR. Bunyamin
c. Q : Usiannya berapa, Pak ?
A : 65 tahun
d. Q : berat badannya berapa, Pak?
A : 85 kg
Alasan :
- untuk skrining administrasi dan menyesuaikan antara resep dengan
pasien yang datang, bahwa pemilik resep tersebut benar.
- untuk mengetahui usia (dewasa atau lansia)
- untuk mengetahui berat badan (menghitung BMI, pasien obesitas
atau tidak)
2. Pertanyaan pendekatan
a. Q : Datang sama siapa, Pak ?
A : Sendirian mba
Alasan : untuk mengakrabkan dengan pasien, agar pasien bisa terbuka
dan merasa lebih nyaman dengan apoteker.
b. Q : Sehari-hari aktivitasnya apa,Pak ? (belum sempat ditanyakan)
Alasan : selain untuk mengakrabkan juga untuk mengetahui life-style
pasien dan untuk pemilihan obat (pertimbangan farmakoekonomi)
c. Q : Apakah Bapak menggunakan asuransi kesehatan ?
A : engga mba
Alasan : untuk pemilihan obat ( generik atau paten)
3. Identifikasi keluhan pasien
a. Q : Tadi dokternya menyampaikan apa saja Pak ?
A : tidak menyampaikan apa-apa mba, hanya memberi tahu bahwa saya
menderita diabetes melitus.
Alasan : untuk menggali informasi apa saja yang sudah diperoleh
pasien dari dokter agar ketika melakukan konseling tidak ada informasi
yang dijelaskannya berulang atau informasi yang bertolak belakang.
b. Q : Ada keluhan lain atau tidak Pak ?
A: iya mba, sudah sebulan saya sering kesemutan dan pandangan kabur
Q : kesemutannya seperti apa pak? Munculnya kapan saja?
A : ya kadang hilang kadang muncul, kalau duduk juga suka kesemutan
Q : Pandangan bapak kabur kapan saja?
A : ya pagi sama siang mba
Q : tadi sudah konsultasi dengan dokter tentang keluhan Bapak ini?
A : belum mba
Alasan:
- untuk mengetahui tingkat keparahan penyakit pasien dan
komplikasinya
- untuk mengetahui apakah kesemutan yang dialami merupakan
nefropati dari penyakit DM nya atau hanya karena kesemutan
karena terlalu lama duduk
- untuk menambahkan obat dan konfirmasi ke dokter atas kuluhan
pasien karena dokter tidak mengetahui keluhannya.
4. Identifikasi kepatuhan pasien
a. Q : Bapak selama ini untuk penyakit DMnya minum obat apa saja?
A : Ya itu mba,kaya yang diresepkan dokter, metformin dan
klorpropamid.
Alasan: untuk mengetahui riwayat pengobatan pasien, dan
mengidentifikasi apakah obat yang diberikan selama ini telah sesuai apa
belum sehingga jika obat telah sesuai maka bisa mengetahui terapi
kurang maksimal karena apa.
b. Q : Bapak minum obatnya teratur tidak ?
A : kadang-kadang teratur, kadang-kadang tidak karena sering lupa.
Alasan: mengetahui obat tersebut tidak efektif karena ada resistensi
(karena sudah 10 tahun mengkonsumsi obat yang sama), atau karena
pasien tidak teratur minum obat, sehingga tidak tercapai efek terapi.
c. Q :Bapak sering merasakan efek samping samping obatnya tidak,
seperti mual atau muntah (efek samping metformin) ?
A : engga mba
Alasan : mengetahui efek samping dari obat-obatan yang selama ini
dikonsumsi ada atau tidak, jika ada, maka obat dapat diganti dengan
obat lain yang tidak menimbulkan efek samping tersebut atau tetap
menggunakan obat yang sama dicover dengan obat lain.
(Seharusnya menanyakan efek samping yang lebih sering terjadi dan
yaitu hipoglikemia, yang merupakan efek samping dari klorpropamid)
d. Q : Pola makan nya gimana pak ?
A : saya banyak makan dan sering makan mba, makanannya tidak
terkontrol. Terus sering minum teh manis kalo ngga ya kopi manis
Alasan : mengetahui pola makan pasien, jika pasien sering
mengkonsumsi makan-makanan yang mengandung karbohidrat seperti
nasi atau roti, itu berarti penyebab kadar gula darah pasien masih tinggi
bisa disebabkan karena pola makan yang tidak terkontrol.
e. Bapak sering olahraga ? jarang mba, soalnya malas
Alasan : mengetahui life-style, karena olahraga merupakan penting
untuk mendukung pengobatan.
B. Identifikasi Drug Related Needs
Indikasi
Pemberian obat klorpropamid 250 mg dan metformin 500 mg sudah sesuai
dengan penyakit pasien. Klorpropamid adalah obat antidiabetes golongan
sulfonilurea. Sulfonilurea diindikasikan pada pasien yang dietnya gagal
untuk mengendalikan hiperglikemia. Obat ini menstimulasi pelepasan
insulin. Metformin adalah obat antidiabetes golongan biguanid, bekerja di
perifer untuk meningkatkan ambilan glukosa (Neal, 2006). Pasien
membutuhkan terapi lain untuk mengatasi kesemutan dan pandangan kabur
yang dialaminya.
Efektivitas
Golongan sulfonilurea dapat menurunkan HbA1c 1,5-2%, sedangkan
golongan biguanid dapat menurunkan HbA1c 1,8% (Chehade dan
Mooradian, 2001)
Keamanan
Golongan sulfonilurea terutama klorpropamid dapat menimbulkan resiko
hipoglikemia, sedangkan golongan metformin dapat menimbulkan mual,
muntah, diare, dan sangat jarang menyebabkan asidosis laktat yang fatal
(Chehade dan Mooradian, 2001)
Kepatuhan
Pasien mengatakan sering lupa minum obat. Namun, apoteker kurang
menggali apakah pasien benar-benar lupa atau karena obat yang dikonsumsi
menimbulkan efek samping tertentu sehingga pasien enggan mengkonsumsi
obat itu lagi. Akibat pasien tidak patuh minum obat, nilai HbA1c pasien
sangat tinggi. Dalam kasus ini diasumsikan pasien jarang mengkonsumsi
obat karena klorpropamid yang diresepkan dokter menyebabkan pasien
hipoglikemia. Sehingga apoteker sebaiknya memilihkan terapi yang lebih
tepat untuk pasien (obat antidiabetes tanpa efek samping hipoglikemia) atau
dengan obat-obatan yang sama ditambah denga alternatif agar tidak terjadi
hipoglikemia atau diberikan konseling tentang informasi jika terjadi
hipoglikemia.
C. Identifikasi Drug Related Problem
Klorpropamid
- Obat ini dibutuhkan oleh pasien
- Pemberian obat golongan sulfonilurea dapat dikombinasikan
dengan obat antidiabetes lain dengan mekanisme berbeda (sudah
diberikan metformin)
- Obat sudah diberikan dengan dosis yang sesuai. Dosis pemberian
klorpropamid 100-125 mg/hari, jika tidak optimal, ditingkatkan
menjadi 500 mg/hari. Dosis yang diberikan kepada pasien 250
mg/hari
- Pasien tidak mengeluhkan efek samping hipoglikemia (apoteker
menanyakan efek samping, tetapi tidak rinci, sehingga
kemungkinan pasien tidak tau bahwa efek samping yang dimaksud
contohnya seperti hipoglikemia)
- Pasien tidak patuh minum obat. Pasien mengaku sering lupa minum
obat
Metformin
- Obat ini dibutuhkan oleh pasien
- Pemberian obat golongan biguanid dapat dikombinasikan dengan
obat antidiabetes lain dengan mekanisme berbeda (sudah diberikan
klorpropamid)
- Obat sudah diberikan dengan dosis yang sesuai. Dosis pemberian
metformin 500 mg 3x sehari.
- Pasien tidak mengeluhkan efek samping dari metformin berupa
mual, muntah, dan diare.
- Pasien tidak patuh minum obat. Pasien mengaku sering lupa minum
obat
IV. KESIMPULAN
Pasien Tn. M berusia 65 tahun (lansia) dengan berat badan 85 kg (obesitas)
menderita diabetes melitus sudah 10 tahun. Sudah ke dokter, selalu diresepkan
obat klorpropamid 250 mg dan metformin 500 mg. Datang ke apotek membawa
resep dan hasil laboratorium. Satu bulan terakhir merasa kesemutan dan
penglihatan kabur. Diabetes melitus mendorong timbulnya komplikasi-komplikasi
mikrovaskuler, antara lain retinopati, dan neuropati sehingga pasien merasa
penglihatannya kabur dan sering kesemutan. Pasien tidak teratur minum obat,
tidak menjaga pola makan (sering makan dan sering minum minuman yang
manis-manis), pasien mengalami obesitas, dan jarang berolahraga sehingga
kadar gula darahnya tetap tinggi.
V. DAFTAR PUSTAKA
Binfar. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Direktorat
Bina Farmasi Klinik dan Komunitas. Jakarta
Chehade, Joe M dan Mooradian Arshag D. 2001. Drug Therapy : Current and
Emerging Agents. Diabetes in Old Age, Second Edition, page 199-214.
Neal, Michael J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi ke-5. Erlanga.
Jakarta