Laporan resmi viskositas dan tegangan muka

download Laporan resmi viskositas dan tegangan muka

of 90

description

laboratorium dasar teknik kimia 2

Transcript of Laporan resmi viskositas dan tegangan muka

  • LAPORAN RESMI

    PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

    Materi :

    VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Oleh :

    Deo Reynaldo Alwi NIM : 21030114120019

    Diah Ayu Pratiwi NIM : 21030114140120

    Singgih Oktavian NIM : 21030114140128

    LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II

    TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    2015

  • i

    LAPORAN RESMI

    PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

    Materi :

    VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Oleh :

    Deo Reynaldo Alwi NIM : 21030114120019

    Diah Ayu Pratiwi NIM : 21030114140120

    Singgih Oktavian NIM : 21030114140128

    LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II

    TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    2015

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II ii

    HALAMAN PENGESAHAN

    1. Judul Praktikum : Viskositas dan Tegangan Muka

    2. Kelompok : IV / Senin Siang

    3. Anggota

    1. Nama Lengkap : Deo Reynaldo Alwi

    NIM : 21030114120019

    Jurusan : Teknik Kimia

    Universitas : Universitas Diponegoro

    2. Nama Lengkap : Diah Ayu Pratiwi

    NIM : 21030114140120

    Jurusan : Teknik Kimia

    Universitas : Universitas Diponegoro

    3. Nama Lengkap : Singgih Oktavian

    NIM : 21030114140128

    Jurusan : Teknik Kimia

    Universitas : Universitas Diponegoro

    Semarang,1 Juni 2015

    Asisten Pengampu

    Guntur Takana Yasis

    21030111140172

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

    memberikan rahmat serta karunianya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan

    Laporan Resmi Praktikum Dasar Teknik Kimia II. Oleh karena berkat dan rahmat-

    Nya pula kami dapat menyelesaikan tujuh materi praktikum dengan baik dan

    lancar tanpa hambatan yang berarti.

    Terselesaikannya laporan resmi ini tidak lepas dari beberapa pihak. Oleh

    karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu laboran yang

    mendampingi kami di laboratorium, koordinator asisten PDTK, Wahyu Arga

    Utama, asisten laporan resmi viskositas dan tegangan muka, Guntur Takana

    Yasis, dan semua asisten yang telah membimbing kami selama praktikum.

    Kepada teman-teman yang telah membantu memberikan motivasi dan kerjasama

    yang baik.

    Kami berharap semoga laporan ini dapat berguna bagi para pembaca. Kami

    memohon maaf apabila ada salah kata ataupun hal-hal yang kurang berkenan di

    hati pembaca.

    Semarang, 20 Mei 2015

    Penyusun

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II iv

    INTISARI

    Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat yang dimiliki tiap fluida baik

    yang gas maupun cairan. Ada beberapa cara menentukan viskositas, yaitu dengan

    metode Ostwald dan metode Hoppler. Pada praktikum ini digunakan metode

    Ostwald, yaitu metode untuk mengetahui viskositas dengan berdasarkan

    perbedaan suhu, jenis larutan, dan waktu yang dibutuhkan oleh cairan pada

    viskosimeter Ostwald. Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas yaitu

    densitas, suhu, tekanan, dan gaya gesek. Dengan faktor-faktor tersebut

    mahasiswa diharapkan memahami hubungan densitas dengan faktor tersebut dan

    mampu membuat grafik antara viskositas dengan % volume, densitas, dan waktu

    alir.

    Dalam praktikum ini digunakan metode Ostwald dengan menghitung

    waktu alir cairan dari titik batas atas S1 ke titik batas bawah S2 dengan viskosimeter Ostwald. Cairan yang digunakan adalah UC-1000 dan Buavita

    4%V, 8%V, 12%V, 16%V, serta Buavita 5%V pada suhu 30oC, 40

    oC, 50

    oC, dan

    60oC. Viskositas dapat diketahui dengan membandingkan cairan dengan zat

    pembanding yang telah dicari terlebih dahulu viskositasnya.

    Dari hasil praktikum yang didapatkan pada sampel UC-1000 kadar 4%V,

    8%V, 12%V, dan 16%V memiliki viskositas dinamis sebesar ; ; ; dan . Buavita kadar 4%V, 8%V, 12%V, dan 16%V memiliki viskositas dinamis sebesar ; ; ; dan . Serta Buavita 5%V pada suhu 30oC, 40

    oC, 50

    oC, dan 60

    oC memiliki viskositas dinamis sebesar ;

    ; ; dan . Sehingga dapat disimpulkan bahwa viskositas berbanding lurus dengan %Volume, massa jenis, dan waktu alir,

    namun berbanding terbalik dengan suhu. Saran yang dapat diberikan yaitu

    mengamati laju alir cairan pada viskosimeter dengan teliti, selalu mencuci

    viskosimeter pada tiap pergantian cairan dan konsentrasi yang berbeda, pada

    penentuan viskositas berdasarkan suhu dilakukan 2-3 o

    C diatas suhu yang

    diinginkan agar pada saat dilakukan pengujian tidak terjadi penurunan suhu

    secara drastis.

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II v

    SUMMARY

    Viscosity is a characteristis owned by each fuild either gas or liquid.

    There are several ways to determine viscosity, Ostwald method and Hoppler

    method. At this practicum used Ostwald method. Ostwald method is a method to

    determine the viscosity by temperature difference, type of solution, and time

    required by the liquid on Ostwald viscometer. Factors that affect the viscosity are

    density, temperature, pressure, and friction. With these factors, studens are

    expected to understand the relationship with thedensity of these factors and is

    able to make a graph between viscosity with %V, density, and flow time.

    In this practicum, we use Ostwald method and calculate the flow time of

    the fluid from the upper point S1 to the lower point S2 at the Ostwald viscometer. The liquid are UC-1000 and Buavita (4,8,12,16)%V and Buavita 5%V

    at 30,40,50,60 oC. Viscosity can be determined by comparing the liquid with a

    comparison substance that has been determine before.

    The result of this practicum were obtained on a sample UC-1000 at 4%V,

    8%V, 12%V, dan 16%V has a dynamic viscosity ; ; ; dan . Sample Buavita at 4%V, 8%V, 12%V, dan 16%V has a dynamic viscosity ; ; ; dan . Sample Buavita 5%V at 30oC, 40oC, 50oC, dan 60oC has a dynamic viscosity ; ; ; dan . It can be concluded that viscosity is directly proportional with %V, density, and

    flow time, but inversely proportional with temperature. Our advice are ovserve

    the flow rate of fluid in viskometer carefully, always wash viscometer at every

    changing of liquids and different concentrations, when the determination of the

    viscosity make 2-3oC above the actual temperature so the temperature doesnt

    decrease drastic.

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II vi

    DAFTAR ISI

    COVER ..................................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii

    KATA PENGANTAR .............................................................................. iii

    INTISARI .................................................................................................. iv

    SUMMARY .............................................................................................. v

    DAFTAR ISI ............................................................................................. vi

    DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xi

    BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

    I.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

    I.2 Tujuan Praktikum ................................................................... 2

    I.3 Manfaat Praktikum ................................................................. 2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 3

    II.1 Pengertian ............................................................................... 3

    II.2 Macam-macam Viskositas ..................................................... 3

    II.3 Viskositas Suatu Larutan ........................................................ 4

    II.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viskositas ....................... 5

    II.5 Cara Penentuan Viskositas ..................................................... 6

    II.6 Kegunaan Viskositas .............................................................. 7

    BAB III METODE PRAKTIKUM ........................................................... 8

    III.1 Bahan dan Alat yang Digunakan ............................................ 8

    III.2 Gambar Alat ........................................................................... 8

    III.3 Cara Kerja .............................................................................. 9

    BAB IV HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN.......................... 10

    IV.1 Hasil Praktikum ...................................................................... 10

    IV.2 Pembahasan ............................................................................ 10

    BAB V PENUTUP .................................................................................... 14

    V.1 Kesimpulan............................................................................. 14

    V.2 Saran ....................................................................................... 14

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 15

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II vii

    LEMBAR PERHITUNGAN ..................................................................... B-1

    LEMBAR PERHITUNGAN GRAFIK ..................................................... C-1

    DATA HASIL PRAKTIKUM .................................................................. A-1

    LEMBAR PERHITUNGAN ..................................................................... B-1

    LEMBAR PERHITUNGAN GRAFIK ..................................................... C-1

    LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN ................................................... D-1

    LEMBAR KUANTITAS REAGEN ......................................................... E-1

    REFERENSI

    LEMBAR ASISTENSI

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II viii

    DAFTAR ISI

    INTISARI .................................................................................................. 16

    SUMMARY .............................................................................................. 17

    BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 18

    I.1 Latar Belakang ....................................................................... 18

    I.2 Tujuan Praktikum ................................................................... 18

    I.3 Manfaat Praktikum ................................................................. 19

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 20

    II.1 Pengertian ............................................................................... 20

    II.2 Metode Penentuan Tegangan Muka ....................................... 20

    II.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tegangan Muka ............. 21

    II.4 Kegunaan Tegangan Muka..................................................... 21

    BAB III METODE PRAKTIKUM ........................................................... 22

    III.1 Bahan dan Alat yang Digunakan ............................................ 22

    III.2 Gambar Alat ........................................................................... 22

    III.3 Cara Kerja .............................................................................. 23

    BAB IV HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN.......................... 25

    IV.1 Hasil Praktikum ...................................................................... 25

    IV.2 Pembahasan ............................................................................ 25

    BAB V PENUTUP .................................................................................... 30

    V.1 Kesimpulan............................................................................. 30

    V.2 Saran ....................................................................................... 30

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 31

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II ix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Data viskositas berdasarkan %V, , waktu, dan suhu ............... 10

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II x

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Hasil praktikum pengukuran tegangan muka pada rinso

    dan air gula ............................................................................... 25

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Viskometer Ostwald ............................................................ 6

    Gambar 3.1 Viskometer Ostwald ............................................................ 8

    Gambar 4.1 Hubungan %V dengan viskositas ........................................ 10

    Gambar 4.2 Hubungan waktu dengan viskositas UC-1000 ..................... 11

    Gambar 4.3 Hubungan waktu dengan viskositas buavita ........................ 11

    Gambar 4.4 Hubungan massa jenis dengan viskositas ............................ 12

    Gambar 4.5 Hubungan suhu dengan viskositas ....................................... 12

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 Alat untuk metode tetes ....................................................... 22

    Gambar 3.2 Alat untuk metode pipa kapiler ............................................ 22

    Gambar 4.1 Hubungan tinggi pipa kapiler dengan tegangan muka

    rinso ..................................................................................... 25

    Gambar 4.2 Hubungan tinggi pipa kaliper dengan tegangan muka

    air gula ................................................................................. 26

    Gambar 4.3 Hubungan jumlah tetesan dengan tegangan muka rinso ...... 27

    Gambar 4.4 Hubungan jumlah tetesan dengan tegangan muka

    air gula ................................................................................. 27

    Gambar 4.5 Hubungan volume tetesan dengan tegangan muka rinso ..... 28

    Gambar 4.6 Hubungan volume tetesan dengan tegangan muka

    air gula ............................................................................................. 28

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Dalam setiap fluida, baik gas maupun cairan, masing-masing memiliki

    suatu sifat yang dikenal dengan sebutan viskositas. Viskositas dapat disebut

    juga sebagai kekentalan. Sebagai contoh madu yang lebih kental dari air

    menunjukkan bahwa madu memiliki viskositas yang lebih besar dari air.

    Viskositas dibagi menjadi viskositas dinamis dan viskositas kinematis. Ada

    beberapa cara dalam perhitungan viskositas suatu larutan, perhitungan yang

    umum antara lain viskositas relatif, viskositas spesifik, viskositas inheren, dan

    viskositas intrinsik.

    Salah satu cara untuk menentukan viskositas cairan adalah dengan

    metode Ostwald dari Poiseulle. Metode Ostwald adalah salah satu cara untuk

    menentukan nilai viskositas dimana prinsip kerjanya berdasarkan perbedaan

    suhu, jenis larutan, dan waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan untuk

    dapat mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat

    cairan itu sendiri.

    Viskositas sendiri banyak digunakan dalam dunia industri untuk

    mengetahui koefisien kekentalan zat cair. Dari perhitungan itu dapat dihitung

    berapa seharusnya kekentalan yang dapat digunakan dalam mengomposisikan

    zat fluida itu dalam sebuah larutan. Salah satu penerapannya yaitu pada

    industri oli. Oli memiliki kekentalan yang lebih besar daripada zat cair

    lainnya. Dengan mengetahui komposisi dari oli tersebut, penerapan viskositas

    sangat berpengaruh dalam menjaga kekentalan oli agar tetap terjaga selama

    proses produksi. Selain dalam industri oli masih banyak lagi aplikasi dari sifat

    viskositas ini. Oleh karena itu, percobaan tentang viskositas ini perlu

    dilakukan agar mahasiswa mampu memahami viskositas dan pengaruhnya

    serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 2

    I.2 Tujuan Praktikum

    1. Menentukan viskositas dinamis dari uc-1000 dan buavita rasa jambu.

    2. Membuat grafik antara x vs % V, x vs x, x vs tx, dan x vs Tx.

    3. Menentukan hubungan antara viskositas dengan % volume, densitas

    larutan, waktu alir, dan suhu dari uc-1000 dan buavita rasa jambu.

    I.3 Manfaat Praktikum

    1. Mahasiswa mampu menentukan viskositas dinamis dari uc-1000 dan

    buavita rasa jambu.

    2. Mahasiswa mampu membuat grafik antara x vs % V, x vs x, x vs tx,

    dan x vs Tx.

    3. Mahasiswa mampu menentukan hubungan antara viskositas dengan %

    volume, densitas larutan, waktu alir,dan suhu dari uc-1000 dan buavita

    rasa jambu.

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.2 Pengertian

    Viskositas dapat dianggap sebagai suatu gesekan antara lapisan zat

    cair atau gas yang mengalir. Tiap molekul dalam cairan dianggap dalam

    kedudukan setimbang. Maka sebelum lapisan molekul dapat melewati lapisan

    molekul lainnya diperlukan suatu energi tertentu sehingga suatu lapisan zat

    cair dapat meluncur diatas lapisan lainnya. Karena adanya gaya gesekan

    antara lapisan zat cair, maka suatu zat akan bersifat menahan aliran. Besar

    kecilnya gaya gesekan tersebut tergantung dari sifat zat cair yang dikenal

    dengan nama viskositas. Dirumuskan; dy

    dvA

    G

    .

    Dengan: = viskositas

    G = gaya gesek

    A = luas permukaan zat cair

    dv = perbedaan kecepatan antara dua lapisan zat cair yang berjarak

    dy

    Jadi viskositas dapat didefinisikan sebagai gaya tiap satuan luas

    (dyne/cm3) yang diperlukan untuk mendapatkan beda kecepatan sebesar 1

    cm/dt antara dua lapisan zat cair yang sejajar dan berjarak 1 cm.

    Dalam satuan cgs, viskositas sebesar 1 dyne dt cm-2

    disebut 1 poise.

    Untuk kekentalan yang kecil dapat digunakan centipoise (10-2

    poise).

    II.2 Macam-Macam Viskositas

    1. Viskositas Dinamis

    Adalah viskositas yang disebabkan apabila dua lapisan zat cair

    saling bergeseran sehingga besarnya gaya gesekan zat cair dinyatakan

    dengan banyaknya 1 gram zat cair yang mengalir sejauh 1 cm dt-1

    ,

    satuannya dalam satuan SI adalah gr cm-1

    det-1

    atau poise.

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 4

    2. Viskositas Kinematis

    Adalah viskositas yang ditimbulkan bila dua zat cair saling

    bergesekan sehingga besarnya gaya geekan zat cair dinyatakan dengan

    banyaknya zat cair yang mengalir per satuan luas tiap detik, satuannya

    adalah cm2dt

    -1 atau stokes.

    Satu stokes didefinisikan sebagai gaya sebesar 1 dyne yang

    diperlukan untuk mendapatkan sejumlah zat cair yang mengalir dalam

    penampang seluas 1 cm2 dalam satu detik.

    Hubungan antara angka kental dinamis (d) dengan angka kental

    kinematis (k) berdasarkan satuannya adalah:

    d = gr cm-1

    det-1

    k = cm2/dt

    jadi d/ k = gr/cm3 = (densitas)

    II.3 Viskositas Suatu Larutan

    Dalam suatu larutan, 0 merupakan viskositas dari pelarut murni dan

    merupakan viskositas dari larutan yang menggunakan pelarut tersebut. Ada

    beberapa cara untuk menghitung pengaruh penambahan zat terlarut terhadap

    viskositas larutan. Perhitungan viskositas suatu larutan sering dihubungkan

    dengan penentuan berat molekul suatu polimer yang terdapat dalam suatu

    pelarut. Beberapa perhitungan viskositas suatu larutan yang paling umum

    yaitu:

    1. Viskositas Relatif

    Adalah rasio antara viskositas larutan dengan viskositas dari pelarut yang

    digunakan. Dinyatakan dengan rumus:

    2. Viskositas Spesifik

    Adalah rasio antara perubahan viskositas yang terjadi setelah penambahan

    zat terlarut dengan viskositas pelarut murni. Dinyatakan dengan rumus:

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 5

    3. Viskositas Inheren

    Adalah rasio antara logaritma natural dari viskositas relatif dengan

    konsentrasi dari zat terlarut (biasanya berupa polimer). Viskositas inheren

    dinyatakan dengan rumus:

    4. Viskositas Intrinsik

    Adalah rasio antara viskositas spesifik dengan konsentrasi zat terlarut yang

    diekstrapolasi sampai konsentrasi mendekati nol (saat pengenceran tak

    terhingga). Viskositas intrinsik menunjukkan kemampuan suatu polimer

    dalam larutan untuk menambah viskositas larutan tersebut. Nilai viskositas

    dari suatu senyawa makromolekul di dalam larutan adalah salah satu cara

    yang paling banyak digunakan dalam karakterisasi senyawa tersebut.

    Secara umum, viskositas intrinsik dari makromolekul linear berkaitan

    dengan berat molekul atau derajat polimerisasinya. Viskositas intrinsik

    dinyatakan dengan rumus:

    II.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Viskositas:

    1. Densitas

    Pengaruh densitas terhadap viskositas dapat dilihat dari rumus:

    a

    aa

    XX

    X

    t

    t.

    .

    .

    2. Suhu

    Untuk gas, semakin besar suhu maka tekanan semakin besar. Akibatnya

    jarak antar molekul makin kecil dan gesekan antar molekul bertambah

    sehingga viskositas makin besar. Pada cairan, viskositas meningkat

    dengan naiknya tekanan dan menurun bila suhu meningkat.

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 6

    3. Tekanan

    Dari percobaan rontgen dan dilanjutkan oleh loney dan Dr.Ichman

    memperlihatkan bahwa untuk semua cairan, viskositas akan bertambah

    bila tekanan naik.

    Rumus: p = l + (1+P)

    dengan p =viskositas pada tekanan total P (kg/cm2)

    l = viskositas pada tekanan total i (kg/cm2)

    = konstanta

    4. Gaya gesek

    Semakin besar gaya gesek antar lapisan maka viskositasnya semakin

    besar.

    II.5 Cara-Cara Penentuan Viskositas

    1. Cara Ostwald

    Dasarnya adalah hukum Poiseuille II

    yang menyatakan bahwa volumen cairan yang

    mengalir dalam waktu t keluar dari pipa

    dengan radius R, panjang L dan beda tekanan P

    dirumuskan sebagai: L

    PtRV

    8

    4

    Viskosimeter Ostwald terdiri dari dua labu

    pengukur dengan tanda s1 dan s2, pipa kapiler

    dan labu contoh. Dengan alat ini viskositas

    tidak diukur secara langsung tapi

    menggunakan cairan pembanding misalnya

    aquadest atau cairan lain yang telah diketahui

    viskositas dan densitasnya. Cairan dihisap melalui labu pengukur dari

    viskosimeter sampai permukaan cairan lebih tinggi daripada batas

    s1.Cairan kemudian dibiarkan turun. Ketika permukaan cairan turun

    melewati batas s2, stopwatch dinyalakan dan ketika cairan melewati

    batas s2, stopwatch dimatikan. Jadi waktu yang diperlukan untuk

    Gambar 2.1

    Viskosimeter Ostwald

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 7

    melewati jarak antyara s1 dan s2 dapat ditentukan. Perlakuan yang

    sama juga dilakukan terhadap zat x yang akan dicari harga viskositasnya.

    2. Cara Hoppler

    Dasarnya adalah hukum stokes yang menyatakan bahwa jika zat

    cair yang kental mengalir melalui bola yang diam dalam aliran laminer

    atau jika bola bergerak dalam zat cair yang kental yang berda dalam

    keadaan diam, maka akan terdapat gaya penghalang (gaya stokes)

    sebesar: f = 6rv

    dengan : f = frictional resistance

    = viskositas

    r = jari-jari bola

    v = kecepatan yaitu jarak yang ditempuh per satuan waktu

    II.6 Kegunaan Viskositas

    Pada umumnya viskositas sering digunakan untuk menentukan jenis pompa.

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 8

    BAB III

    METODE PRAKTIKUM

    III.1 Bahan dan Alat yang Digunakan

    3.1.1. Bahan yang digunakan

    1. Sampel

    - UC 1000 4%V, 8%V, 12%V, 16%V

    - Buavita rasa jambu 4%V, 8%V, 12%V, 16%V

    2. Aquadest

    3.1.2. Alat yang digunakan

    1. Viskosimeter Ostwald

    2. Beaker glass

    3. Picnometer

    4. Corong

    5. Stopwatch

    6. Neraca analitik

    7. Gelas ukur

    8. Erlenmeyer

    III.2 Gambar Alat

    Gambar 3.1 Viskometer Ostwald

    Data yang diperlukan

    1. Massa jenis larutan

    2. Waktu alir

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 9

    III.3 Cara Kerja

    1. Tentukan densitas zat cair dengan menggunakan picnometer.

    2. Tentukan batas atas s1 dan batas bawah s2 pada viskosimeter

    ostwald.

    3. Isi viskosimeter ostwald dengan menggunakan 15 ml cairan

    pembanding (air).

    4. Hisap air (melalui selang karet) sampai permukaan cairan lebih tinggi

    dari batas atas s1 yang telah ditentukan. Kemudian biarkan cairan

    mengalir secara bebas.

    5. Hidupkan stopwatch pada saat cairan tepat berada di garis batas atas

    s1 danmatikan stopwatch saat cairan tepat berada pada garis batas

    bawah s2.

    6. Catat waktu yang diperlukan oleh cairan untuk mengalir dari batas atas

    s1 ke batas bawah s2.

    7. Ulangi langkah 1 s/d 6 untuk UC-1000 dan buavita dengan kadar 4%V,

    8%V, 12%V, 16%V yang akan dicari viskositasnya.

    8. Tentukan harga viskositas dengan rumus

    a

    aa

    XX

    X

    t

    t.

    .

    .

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 10

    BAB IV

    HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

    IV.1 Hasil Praktikum

    Tabel 4.1 Data viskositas berdasarkan %V, , waktu, dan suhu

    Sampel Kadar (%V) (gr/cm3) t(s) T (oC) (Ns/m2)

    UC-1000 4 0,99904 4 28 8,804 x 10-4

    8 1,0012 4,1 28 9,043 x 10-4

    12 1,0034 4,1 28 9,063 x 10-4

    16 1,0058 4,2 28 9,306 x 10-4

    Buavita 4 0,99984 4,2 28 9,25 x 10-4

    8 1,0025 4,3 28 9,497 x 10-4

    12 1,006 4,4 28 9,75 x 10-4

    16 1,008 4,6 28 10,215 x 10-4

    Buavita 5 0,9996 4,1 30 9,03 x 10-4

    5 0,9969 4 40 8,875 x 10-4

    5 0,9927 3,8 50 8,31 x 10-4

    5 0,986 3,7 60 8,037 x 10-4

    IV.2 Pembahasan

    4.2.1 Hubungan %V dengan Viskositas

    Gambar 4.1 Hubungan %V dengan viskositas

    Pada gambar 4.1, terlihat bahwa antara %V dengan viskositas berbanding

    lurus. Semakin besar %V yang ada maka viskositasnya juga semakin besar. Hal

    y = 0,0381x + 8,6725 R = 0,9226

    y = 0,0787x + 8,891 R = 0,9725

    8,5

    9

    9,5

    10

    10,5

    0 5 10 15 20

    Vis

    kosi

    tas

    ( x 1

    0-4

    Ns/

    m2)

    Kadar (%V)

    UC 1000

    Buavita

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 11

    ini disebabkan seiring naiknya %V, maka densitas akan semakin naik. Ini

    dikarenakan %V adalah salah satu jenis konsentrasi larutan, dimana:

    Jika %V naik, maka massa solute akan naik juga. Hal ini menyebabkan

    konsentrasi semakin besar. Sehingga, massa yang terkandung dalam larutan juga

    makin rapat (Masruroh, 2014). Akibatnya interaksi antar molekul lebih sering dan

    meningkatkan gaya gesek antara molekul yang disebut juga viskositas.

    4.2.1 Hubungan Waktu dengan Viskositas

    Gambar 4.2 Hubungan waktu dengan viskositas UC-1000

    Gambar 4.3 Hubungan waktu dengan viskositas buavita

    Pada gambar 4.2 dan gambar 4.3, terlihat bahwa waktu dengan viskositas

    berbanding lurus. Sehingga makin besar viskositas maka waktu yang diperlukan

    untuk menetes pada metode ostwald turut makin besar. Hal ini disebabkan

    semakin tingginya viskositas akan berbanding lurus dengan massa jenis dan waktu

    sesuai dengan rumus berikut :

    y = 2,51x - 1,237 R = 0,9984

    8,7

    8,8

    8,9

    9

    9,1

    9,2

    9,3

    9,4

    3,9 4 4,1 4,2 4,3

    Vis

    kosi

    tas

    (

    x 1

    0-4

    Ns/

    m2 )

    Waktu (s)

    UC 1000

    y = 2,4126x - 0,877 R = 0,9996

    9,2

    9,4

    9,6

    9,8

    10

    10,2

    10,4

    4 4,2 4,4 4,6 4,8

    Vis

    kosi

    tas

    (

    x 1

    0-4

    Ns/

    m2 )

    Waktu (s)

    Buavita

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 12

    Sehingga penambahan nilai viskositas pada tiap kadar akan menyebabkan waktu

    semakin lama dalam zat pembanding yang tetap. (Danu Ariono, 2007)

    4.2.3 Hubungan Massa Jenis dengan Viskositas

    Gambar 4.4 Hubungan massa jenis dengan viskositas

    Pada gambar 4.4 dapat disimpulkan bahwa hubungan antara massa jenis

    dengan viskositas berbanding lurus. Semakin besar nilai viskositas cairan maka

    massa jenis pun besar. Hal ini ditunjukkan oleh persamaan berikut:

    Sehingga dapat diketahui bahwa peningkatan nilai massa jenis akan berdampak

    pada peningkatan viskositas. (Danu Ariono, 2007)

    4.2.3 Hubungan Suhu dengan Viskositas

    Gambar 4.5 Hubungan suhu dengan viskositas

    Pada gambar 4.5, terlihat bahwa hubungan antara suhudengan viskositas

    berbanding terbalik. Pada tiap kenaikan suhu maka viskositas pun mengalami

    penurunan. Hal tersebut disebabkankarena pemanasan akan menyebabkan volume

    semakin besar.

    y = 67,99x - 59,096 R = 0,9261

    y = 109,9x - 100,67 R = 0,937

    8,5

    9

    9,5

    10

    10,5

    0,998 1 1,002 1,004 1,006 1,008 1,01

    Vis

    kosi

    tas

    (

    x 1

    0-4

    Ns/

    m2 )

    Densitas (gr/cm3 )

    UC 1000

    Buavita

    y = -0,0345x + 10,095 R = 0,9843

    7,8

    8

    8,2

    8,4

    8,6

    8,8

    9

    9,2

    0 20 40 60 80

    Vis

    ko

    sita

    s

    ( x 1

    0-4

    Ns/

    m2)

    Suhu ( oC)

    Visko

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 13

    Semakin besar volume, maka massa jenis pun makin kecil. Akibatnya viskositas

    pun makin kecil, karena massa jenis berbanding lurus dengan viskositas.(Danu

    Ariono, 2007)

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 14

    BAB V

    PENUTUP

    V.1 Kesimpulan

    1. Viskositas dinamis dari UC-1000 dengan kadar 4%V, 8%V, 12%V, dan

    16%V yaitu ; ; ; dan

    , viskositas dinamis dari Buavita dengan kadar 4%V, 8%V, 12%V,

    dan 16%V yaitu ; ; ; dan

    ; dan viskositas dinamis dari Buavita 5%V pada suhu 30oC, 40oC,

    50oC, dan 60

    oC V yaitu ; ; ; dan

    .

    2. Grafik hubungan %V vs viskositas, waktu vs viskositas, dan densitas

    cairan vs viskositas selalu mengalami kenaikan, sedangkan grafik

    hubungan suhu dengan viskositas mengalami penurunan.

    3. Hubungan %V vs viskositas, waktu vs viskositas, dan densitas vs

    viskositas berbanding lurus, sedangkan hubungan suhu dengan viskositas

    berbanding terbalik.

    V.2 Saran

    1. Mengamati laju alir cairan pada wiskosimeter dengan teliti.

    2. Selalu mencuci viskosimeter pada tiap pergantian cairan dan konsentrasi

    yang berbeda agar tidak terkontaminasi.

    3. Pada penentuan viskositas berdasarkan suhu dilakukan 2-3 oC diatas suhu

    yang diinginkan agar pada saat dilakukan pengujian tidak terjadi

    penurunan suhu secara drastis.

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 15

    DAFTAR PUSTAKA

    Ariono, Danu dkk.2007.Sifat Reologi Larutan Tapioka Jurnal Teknik Kimia

    Indonesia vol 6 no 2.Bandung: ITB

    Badger, W.Z. and Bachero, J.F., Introduction to chemical

    Engineering,International student edition, McGraw Hill Book

    Co.,Kogakusha,Tokyo.

    Daniels, F.,1961, experimental physical Chemistry,6th ed., McGraw Hill book.,

    Kogakusha, Tokyo.

    Indian Academy of Sciences. Chapter 6: Viscosity www.ias.ac.in/initiat/sci_ed/

    resources/chemistry/Viscosity

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II B-1

    LEMBAR PERHITUNGAN VISKOSITAS

    Massa picnometer : 14,816 gr

    Massa picnometer + aquadest : 39,745 gr

    Massa aquadest : 24,929 gr

    aquadest : 996,233 kg/m3 =0,996233 gr/cm3

    t aquadest : 3,8 s

    volume picnometer : 25,023 ml

    a. UC-1000

    -Kadar 4%V

    - Kadar 8%V

    - Kadar 12%V

    - Kadar 16%V

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II B-2

    b. Buavita

    -Kadar 4%V

    - Kadar 8%V

    - Kadar 12%V

    - Kadar 16%V

    c. Buavita pada suhu berbeda

    -T 30oC

    - T 40oC

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II B-3

    - T 50oC

    - T 60oC

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II C-1

    LEMBAR PERHITUNGAN GRAFIK VISKOSITAS

    1. Hubungan Kadar-Viskositas

    a. UC-1000

    %V (x) Viskositas (x10-4

    )(y) X2

    xy

    4 8,804 16 35,216

    8 9,043 64 72,344

    12 9,063 144 108,756

    16 9,306 256 148,896

    40 36,216 480 365,212

    b. Buavita

    %V (x) Viskositas (x10-4

    )(y) X2

    xy

    4 9,25 16 37

    8 9,497 64 75,976

    12 9,75 144 117

    16 10,215 256 163,44

    40 38,712 480 393,416

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II C-2

    2. Hubungan Waktu-Viskositas

    a. UC-1000

    Waktu (x) Viskositas (x10-4

    )(y) X2

    xy

    4 8,804 16 35,216

    4,1 9,043 16,81 37,0763

    4,1 9,063 16,81 37,1583

    4,2 9,306 17,64 39,0852

    16,4 36,216 67,26 148,5358

    b. Buavita

    Waktu (x) Viskositas (x10-4

    )(y) X2

    xy

    4,2 9,25 17,64 38,85

    4,3 9,497 18,49 40,8371

    4,4 9,75 19,36 42,9

    4,6 10,215 21,16 46,989

    17,5 38,712 76,65 169,5761

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II C-3

    3. Hubungan Massa Jenis-Viskositas

    a. UC-1000

    Massa jenis (x) Viskositas (x10-4

    )(y) X2

    xy

    0,99904 8,804 0,998 8,79

    1,0012 9,043 1,0024 9,053

    1,0034 9,063 1,0068 9,094

    1,0058 9,306 1,0116 9,36

    4,00944 36,216 4,0188 36,297

    b. Buavita

    Massa jenis (x) Viskositas (x10-4

    )(y) X2

    xy

    0,99984 9,25 0,99968 9,25

    1,0025 9,497 1,005 9,52

    1,006 9,75 1,012 9,8

    1,008 10,215 1,016 10,3

    4,01634 38,712 4,03268 38,87

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II C-4

    4. Hubungan Suhu-Viskositas

    T (x) Viskositas (x10-4

    )(y) X2

    xy

    30 9,03 900 270,9

    40 8,785 1600 351,4

    50 8,31 2500 415,5

    60 8,037 3600 482,22

    180 34,162 8600 1520,02

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 16

    INTISARI

    Tegangan muka merupakan gaya atau tarikan yang arahnya ke dalam

    cairan yang menyebabkan permukaan zat cair tersebut berkontraksi. Tegangan

    muka dapat ditentukan dengan cara menguji suatu larutan dengan metode

    kenaikan pipa kapiler dan metode tetes. Beberapa faktor yang mempengaruhi

    tegangan muka yaitu densitas, konsentrasi, suhu, dan viskositas. Dalam industri,

    tegangan muka digunakan pada proses melepaskan barang-barang ekstrak plastik

    dari cetakan. Karena kegunaan dari tegangan muka dalam industri sehingga

    mahasiswa teknik kimia harus mengetahui proses tegangan muka dengan

    praktikum yang bertujuan menentukan nilai tegangan muka berdasarkan metode

    kenaikan pipa kapiler dan metode tetes serta mengetahui pengaruh tinggi, jumlah

    tetesan, dan volume tetesan terhadap tegangan muka.

    Pada praktikum ini sampel yang digunakan adalah rinso dan air gula

    dengan masing-masing massa 3, 6, 9, 12 gram. Metode yang digunakan yaitu

    metode pipa kapiler dan metode tetes. Metode pipa kapiler dilakukan berdasarkan

    kenaikan cairan pada pipa kapiler kemudian mengukur ketinggiannya, sedangkan

    metode tetes berdasarkan pada jumlah tetesan pada 9 ml larutan dan volume tetes

    cairan pada tetesan konstan 35 tetes.

    Dari data hasil praktikum didapatkan bahwa semakin tinggi kenaikan pipa

    kapiler maka menyebabkan tegangan permukaan juga meningkat, namun

    seharusnya pada Rinso mengalami penurunan karena bersifat surfaktan. Pada

    surfaktan terdapat senyawa hidrofobik maka terjadi gaya adhesi antarssenyawa

    hidrofobik dengan dinding kaca yang menyebabkan kenaikan tinggi. Semakin

    banyak jumlah tetesan maka tegangan muka menurun, dan semakin banyak

    volume tetesan maka tegangan muka akan meningkat. Sehingga dapat

    disimpulkan bahwa tinggi pipa kapiler dan volume tetesan berbanding lurus

    dengan tegangan muka. Sedangkan jumlah tetesan berbanding terbalik dengan

    tegangan muka. Saran yang dapat diberikan yaitu mengukur kenaikan pipa kapiler

    dengan teliti, selalu mencuci alat agar tidak mengganggu hasil praktikum, serta

    mengatur lubang tetes secara tetap.

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 17

    SUMMARY

    Surface tension is a force or pull that the direction into the liquid that

    causes the liquid surface contraction. Surface tension can be determined by testing

    a fluid with capillary rise method and drop method. There are several factors that

    affect surface tension ie density, concentration, temperature, and viscosity. In the

    industry, surface tension used in the process of releasing plastic extract products

    from the mold. Because the surface tension is useful, so chemical engineering

    students must know the surface tension by this practicum that purpose to

    determined surface tension with rise method and drop method and determine the

    affect of high, the number of droplets, and droplet volume with surface tension.

    At this practicum, the liquids are detergent and sugar water with each mass

    3,6,9,12 gr. The method used are the capillary rise method and drop method.

    Capillary rise method is based on the increase of the fluid in capillary tube then

    determine the height. Drop method is based on the number of droplets in 9 mL

    liquid and the volume of liquid at 35 droplets.

    The result of this practicum were obtained that the higher capillary rise

    causes the surface tension increased, but on detergent its should be decrease because detergent is a surfactant. In surfactants are hydrophobic compounds that

    occur adhesion force between the compounds with glass walls that causes a high

    rise. The high number of droplets then surface tension decrease, and the high

    volume droplets then surface tension increase. It can be concluded that the higher

    capilarry rise and droplet volume is directly proportional with surface tension.

    While the number of droplets is inversely proportional with surface tension. Our

    advice are determine the capilarry rise carefully, always wash the tool, and set the

    drop hole permanently.

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 18

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Tegangan muka merupakan gaya atau tarikan yang arahnya ke dalam

    cairan yang menyebabkan permukaan zat cair tersebut berkontraksi.

    Tegangan permukaan suatu zat cair terjadi karena adanya resultan gaya tarik-

    menarik molekul yang berada di permukaan zat cair tersebut. Gaya tarik-

    menarik antar molekul dalam cairan bernilai sama ke segala arah, akan tetapi

    molekul-molekul pada permukaan cairan akan lebih tertarik ke dalam cairan.

    Hal inilah yang menyebabkan cairan akan cenderung mempunyai luas yang

    sekecil-kecilnya bila keadaan memungkinkan, sehingga tetesan zat cair akan

    cenderung berbentuk bulat.

    Dalam menentukan nilai tegangan muka suatu zat dapat menggunakan

    metode kenaikan pipa kapiler dan metode tetes. Penentuan tegangan muka

    dengan metode pipa kapiler yaitu berdasarkan pada tinggi kenaikan cairan

    dalam pipa kapiler tersebut. Sedangkan penentuan tegangan muka dengan

    metode tetes yaitu berdasarkan pada jumlah tetesan dan volume tetesan yang

    didapat.

    Fenomena tegangan muka dapat diaplikasikan dalam berbagai industri,

    seperti dalam industri barang-barang ekstrak plastik untuk melepaskan hasil

    cetakan dari cetakannya. Selain itu masih banyak lagi aplikasi mengenai

    fenomena tegangan muka baik dalam bidang industri maupun dalam

    kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, tegangan muka penting untuk dipelajari.

    I.2 Tujuan Praktikum

    1. Menentukan nilai tegangan muka berdasarkan metode kenaikan pipa

    kapiler dan metode tetes.

    2. Mengetahui pengaruh tinggi, jumlah tetesan, dan volume tetesan terhadap

    tegangan muka.

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 19

    I.3 Manfaat Praktikum

    1. Mahasiswa mampu menentukan nilai tegangan muka berdasarkan metode

    kenaikan pipa kapiler dan metode tetes.

    2. Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh tinggi, jumlah tetesan, dan

    volume terhadap tegangan muka.

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 20

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Pengertian

    Molekul-molekul yang terletak didalam cairan dikelilingi oleh

    molekul-molekul lain sehingga mempunyai resultan gaya sama dengan nol.

    Sedangkan untuk molekul yang berada di permukaan cairan, gaya tarik ke

    bawah tidak diimbangi oleh gaya tarik ke atas. Akibat dari gaya tarik ke

    bawah ini, maka bila keadaan memungkinkan cairan akan cenderung

    mempunyai luas permukaan yang sekecil-kecilnya. Misalnya tetesan cairan

    akan berbentuk bola, karena untuk suatu volume tertentu bentuk bola akan

    mempunyai luas permukaan yang sekecil-kecilnya, maka ada tegangan pada

    permukaan cairan yang disebut tegangan permukaan.

    Sehingga tegangan permukaan dapat didefinisikan sebagai gaya

    yang bekerja sepanjang permukaan cairan dengan sudut yang tegak lurus

    pada garis yang panjangnya 1 cm yang mengarah ke dalam cairan.

    II.2 Metode Penentuan Tegangan Muka

    1. Metode Kenaikan Pipa Kapiler

    Berdasarkan rumus: = 21

    hgr

    Dengan: = tegangan muka

    h = tinggi kenaikan zat cair

    = densitas zat cair

    g = tetapan gravirasi

    r = jari-jari pipa kapiler

    Karena kadang-kadang penentuan jari-jari pipa kapiler sulit maka

    digunakan cairan pembanding (biasanya air) yang sudah diketahui nilai

    tegangan mukanya.

    2. Metode Tetes

    Jika cairan tepat akan menetes maka gaya tegangnan permukaan

    sama dengan gaya yang disebabkan oleh gaya berat itu sendiri, maka:

    mg = 2r

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 21

    Dengan : m = massa zat cair

    Harus diusahakan agar jatuhnya tetesan hanya disebabkan oleh

    berat tetesannya sendiri dan bukan oleh sebab yang lain. Selain itu juga

    digunakan metode pembanding dengan jumlah tetesan untuk volume (V)

    tertentu.

    Berat satu tetesan = v. /n

    3. Metode Cincin

    Dengan metode ini, tegangan permukaan dapat ditentukan dengan

    cepat dengan hanya menggunakan sedikit cairan. Alatnya dikenal dengan

    nama tensiometer Duitog, yang berupa cincin kawat Pt yang dipasang pada

    salah satu lengan timbangan. Cincin ini dimasukan ke dalam cairan yang

    akan diselidiki tegangan mukanya dengan menggunakan kawat. Lengan

    lain dari timbangan diberi gaya sehingga cincin terangkat di permukaan

    cairan.

    4. Metode Tekanan Maksimum Gelembung

    Dasarnya adalah bahwa tegangan muka sama dengan tegangan

    maksimum dikurangi gaya yang menekan gas keluar

    II.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan muka:

    1. Densitas

    2. Konsentrasi

    3. Suhu

    4. Viskositas

    II.4 Kegunaan Tegangan Muka

    1. Mengetahui kelembaban tanah seperti yang ditunjukan tumbuhan dengan

    proses kapilaritas

    2. Digunakan pada industri barang-barang ekstrak plastik untuk melepaskan

    hasil cetakan dari cetakannya

    3. Mengetahui konsentrasi suatu larutan dengan membuat kurva kalibrasi

    vs konsentrasi

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 22

    BAB III

    METODE PRAKTIKUM

    III.1 Bahan dan Alat yang Digunakan

    3.1.1. Bahan yang digunakan

    1. Sampel

    - Rinso bubuk 3gr, 6gr, 9gr, 12gr

    - Air gula 3gr, 6gr, 9gr, 12gr

    2. Aquadest

    3.1.2. Alat yang digunakan

    1. Pipa Kapiler

    2. Alat Metode Tetes

    3. Picnometer

    4. Corong

    5. Beaker glass

    6. Neraca analitik

    7. Gelas ukur

    8. Mistar

    9. Erlenmeyer

    III.2 Gambar Alat

    Gambar 3.1 Alat untuk metode Gambar 3.2 Alat untuk metode

    tetes pipa kapiler

    Data yang diperlukan:

    - Densitas - Jumlah tetesan

    - Tinggi cairan - Volume tetesan

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 23

    III.3 Cara Kerja

    3.4.1. Metode Kenaikan pipa kapiler

    1. Tentukan densitas zat cair dengan menggunakan picnometer.

    2. Tuangkan 100 ml cairan pembanding (air) ke dalam beaker glass 100

    ml.

    3. Masukan pipa kapiler ke dalam beaker glass, biarkan beberapa saat

    agaraquadestnaik ke pipa.

    4. Setelah tinggi air konstan, tutup bagian atas dari pipa kapiler dengan

    ibu jari lalu angkat, kemudian ukur tingginya menggunakan mistar .

    5. Ulangi langkah 1, 2 dan 3 untuk air rinso dan air gula dengan berat

    3gr, 6gr, 9gr, 12gr yang akan dicari tegangan mukanya .

    6. Hitung teganga mukanya dengan rumus:

    a

    aa

    XX

    X

    h

    h.

    .

    .

    3.4.2. Metode Tetes

    A . Volume Konstan

    1. Tentukan densitas zat cair dengan menggunakan air sebagai cairan

    pembanding.

    2. Isi alat metode tetes dengan menggunakan air sebanyak 9 ml

    sebagai cairan pembanding.

    3. Buka kran dengan sudut tertentu dan tetap selama percobaan,

    biarkan air menetes sampai habis.

    4. Hitung jumlah tetesan.

    5. lakukan langkah 1 s/d 4 untuk air rinso dan air gula yang akan

    dicari tegangan mukanya.

    6. Hitung tegangan mukanya dengan rumus

    a

    Xa

    aX

    X

    n

    n.

    .

    .

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 24

    B. Tetes Konstan

    1. Tentukan densitas zat cair dengan menggunakan picnometer.

    2. Isi alat metode tetes dengan menggunakan air sebagai cairan

    pembanding.

    3. Buka kran dengan sudut tertentu dan tetap selam percobaan,

    biarkan air menetes sejumlah tetesan yang telah ditentukan (35

    tetesan).

    4. Hitung volume tetesan.

    5. lakukan langkah 1 s/d 4 untuk air rinso dan air gula yang akan

    dicari tegangan mukanya.

    6. Hitung tegangan mukanya dengan rumus

    a

    aa

    XX

    X

    v

    v.

    .

    .

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 25

    BAB IV

    HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

    IV.1 Hasil Praktikum

    Tabel 4.1 Hasil praktikum pengukuran tegangan muka pada rinso dan air gula

    Sampel Kadar

    (gr) (gr/ml)

    Pipa Kapiler Volume Konstan Tetesan Konstan

    H (cm) (N/m) n

    (tetes) (N/m) V (ml) (N/m)

    Rinso

    3 1,017 1,5 182,4 171 42,241 2,1 58,952

    6 1,026 1,7 208,56 165 44,166 2,4 67,952

    9 1,043 6,3 785,7 143 51,8 2,6 74,835

    12 1,056 6,7 846,01 156 48,08 2 58,283

    Air Gula

    3 1,0099 1,1 132,83 62 115,7 4,1 114,264

    6 1,021 1,3 158,71 89 84,48 3,9 109,885

    9 1,033 1,7 209,98 84 87,346 4,2 119,729

    12 1,043 1,4 174,602 77 96,21 4,3 123,766

    Aquadest - 0,996273 0,6 71,474 99 71,474 2,6 71,474

    IV.2 Pembahasan

    4.2.1 Hubungan Tinggi dengan Tegangan Muka

    Gambar 4.1 Hubungan tinggi pipa kapiler dengan tegangan muka rinso

    y = 126,69x - 7,4303 R = 0,9999

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    0 1 2 3 4 5 6 7 8

    Tega

    nga

    n M

    uka

    (d

    yne

    /cm

    )

    Tinggi Pipa Kapiler (cm)

    Rinso

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 26

    Gambar 4.2 Hubungan tinggi pipa kaliper dengan tegangan muka air gula

    Pada gambar 4.1 dan gambar 4.2 dapat terlihat bahwa hubungan tinggi

    pada pipa kapiler dengan tegangan muka berbanding lurus. Pada tiap kenaikan

    tinggi di pipa kapiler akan berdampak naiknya tegangan muka. Pada air gula, hal

    itu sesuai dengan teori bahwa ketinggian yang terjadi akibat sudut kontak antara

    larutan dengan dinding kaca atau disebut adhesi. Semakin tinggi tegangan muka

    menyebabkan adhesi antara partikel dalam cairan dengan kaca semakin besar,

    sehingga terbentuk sudut kontak yang semakin kecil dan membuat ketinggian zat

    pada pipa kapiler. Hal itu sesuai dengan rumus :

    (Nurul Aini, 2015)

    Sedangkan pada rinso, hal itu tidak sesuai karena seharusnya tegangan

    muka turun seiring penambahan massa solute sehingga menyebabkan penurunan

    tinggi pada pipa kapiler juga. Penurunan ini disebabkan oleh sifat rinso (detergen)

    yang bersifat surfaktan (surface actived agent). Surfaktan terdiri dari 2 senyawa

    yaitu senyawa yang bersifat hidrofilik (suka air) dan senyawa yang bersifat

    hidrofobik (tidak suka air). Pada saat pelarutan rinso dengan air, senyawa

    hidrofilik akan larut dalam air dan senyawa hidrofobik akan tersuspensi dalam air.

    Senyawa hidrofobik semakin tinggi konsentrasi rinso, maka senyawa hidrofobik

    akan semakin banyak sehingga gaya adhesi semakin besar dan menyebabkan

    kenaikan tinggi pada pipa kapiler. (Tang, Muhammad, dan Veinardi, 2011)

    y = 128,94x - 8,2679 R = 0,9976

    100

    120

    140

    160

    180

    200

    220

    0 1 2 3 4 5 6 7 8

    Tega

    nga

    n M

    uka

    (d

    yne

    /cm

    )

    Tinggi Pipa Kapiler (cm)

    Air Gula

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 27

    4.2.2 Hubungan Jumlah Tetesan dengan Tegangan Muka

    Gambar 4.3 Hubungan jumlah tetesan dengan tegangan muka rinso

    Gambar 4.4 Hubungan jumlah tetesan dengan tegangan muka air gula

    Pada gambar 4.3 dan gambar 4.4 dapat terlihat bahwa hubungan jumlah

    tetesan dengan tegangan muka berbanding terbalik. Pada tiap penurunan jumlah

    tetesan maka tegangan muka semakin besar. Hal ini diakibatkan adanya gaya tarik

    menarik antara molekul dengan molekul atau kohesi dibawah permukaan larutan,

    sehingga permukaan atau cenderung mengerut dan membentuk luas permukaan

    sekecil mungkin sehingga jumlah tetesan menjadi lebih sedikit. Selain itu,

    tegangan muka juga bergantung pada kekuatan gaya tarikan antar molekulnya.

    Karena semakin sedikit molekul dalam cairan, gaya tarik di permukaan oleh

    molekul di bagian dalam akan semakin kecil sehingga membebaskan jumlah

    tetesan yang keluar semakin banyak, namun nilai tengan muka semakin kecil.

    (Nurul, Aini, 2011)

    Pada rinso, larutan bersifat surfaktan. Larutan surfaktan mengandung

    senyawa hidrofilik dan senyawa hidrofobik. Surfaktan memiliki kemampuan

    menurunkan tegangan permukaan. Pada grafik terlihat bahwa tegangan

    permukaan berbanding terbalik dengan jumlah tetesan. Sehingga makin kecil

    tegangan muka larutan yang diakibatkan oleh surfaktan maka jumlah tetesan akan

    banyak. Hal itu disebabkan sifat surfaktan yang menurunkan tegangan muka yang

    y = -0,3429x + 101,05 R = 0,9922

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    140 150 160 170 180

    Tega

    nga

    n M

    uka

    (d

    yne

    /cm

    )

    Jumlah Tetesan

    Rinso

    y = -1,2803x + 195,8 R = 0,992

    50 60 70 80 90

    100 110 120

    0 20 40 60 80 100

    Tega

    nga

    n M

    uka

    (d

    yne

    /cm

    )

    Jumlah Tetesan

    Air Gula

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 28

    menyebabkan gaya tarik menarik antar molekul berkurang. Gaya tarik di

    permukaan oleh moekul bagian dalam akan semakin kecil sehingga membebaskan

    jumlah tetesan yang keluar semakin banyak, namun nilai tegangan muka semakin

    kecil. (Tang, Muhammad, dan Veinari, 2011)

    4.2.2 Hubungan Volume Tetesan dengan Tegangan Muka

    Gambar 4.5 Hubungan volume tetesan dengan tegangan muka rinso

    Gambar 4.6 Hubungan volume tetesan dengan tegangan muka air gula

    Pada gambar 4.5 dan gambar 4.6 terlihat bahwa hubungan volume tetesan

    dengan tegangan muka berbanding lurus. Pada tiap kenaikan volume tetesan maka

    tegangan muka juga akan mengalami kenaikan. Hal ini sesuai dengan :

    Hal tersebut terjadi karena tegangan muka yang besar cenderung membentuk

    tetesan yang berada pada ukuran besar. Karena bentuk tetesan yang besar, maka

    volume tetes yang didapat juga besar. (Nurul, Aini , 2015)

    Sedangkan pada larutan rinso, sifat surfaktan dapat menurunkan tegangan

    muka dengan bereaksinya senyawa hidrofilik dengan air (polar) dan hidrofobik

    dengan nonpolar. Penurunan tegangan muka yang disebabkan oleh surfaktan

    y = 28,456x + 0,265 R = 0,9834

    50

    55

    60

    65

    70

    75

    80

    0 1 2 3

    Tega

    nga

    n M

    uka

    (d

    yne

    /cm

    )

    Volume tetesan (ml)

    Rinso

    y = 34,949x - 27,252 R = 0,9602

    100

    105

    110

    115

    120

    125

    3,8 3,9 4 4,1 4,2 4,3 4,4

    Tega

    nga

    n M

    uka

    (d

    yne

    /cm

    )

    Volume tetesan (ml)

    Air Gula

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 29

    menyebabkan volume tetes akan mengalami penurunan. Hal itu terjadi karena

    gaya tarik menarik antar molekul yang kecil. Karena ukuran tetesan kecil, maka

    volume tetesan yang didapat juga kecil. (Tang, Muhammad, dan Vinardi, 2011)

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 30

    BAB V

    PENUTUP

    V.1 Kesimpulan

    1. Pada sampel rinso dan air gula, semakin tinggi kenaikan pada pipa kapiler

    maka tegangan muka akan semakin besar sehingga hubungannya

    berbanding lurus. Seharusnya pada sampel rinso hubungan tinggi dengan

    tegangan muka berbanding terbalik.

    2. Pada sampel rinso dan air gula, semakin kecil tegangan muka maka jumlah

    tetesan akan semakin banyak sehingga hubungannya berbanding terbalik.

    3. Pada sampel rinso dan air gula, semakin besar tegangan muka maka

    volume tetesan akan semakin besar sehingga hubungannya berbanding

    lurus.

    V.2 Saran

    1. Mengukur kenaikan pipa kapiler dengan teliti.

    2. Selalu mencuci alat pipa kapiler dan metode tetes setiap pergantian cairan

    dan konsentrasi.

    3. Mengatur lebar lubang tetes secara konstan.

    4. Amati tetesan dengan teliti.

    5. Upayakan larutan bersifat homogen.

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II 31

    DAFTAR PUSTAKA

    Aini, Nurul.Tegangan Permukaan. Diakses dari http://academia.edu/9645988

    pada 25 April 2015.

    Badger, W.Z. and Bachero, J.F., Introduction to chemical

    Engineering,International student edition, McGraw Hill Book

    Co.,Kogakusha,Tokyo.

    Daniels, F.,1961, experimental physical Chemistry,6th ed., McGraw Hill book.,

    Kogakusha, Tokyo.

    Tang, Muhammad dan Veinardi Suendo.2011.Pengaruh Penambahan Pelarut

    Organik Terhadap Tegangan Permukaan Larutan Sabun.Prosiding

    Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011.

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II A-1

    DATA HASIL PRAKTIKUM

    LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II

    JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    MATERI : Viskositas dan Tegangan Muka

    I. BAHAN DAN ALAT

    A. Viskositas

    Bahan yang digunakan

    1. Sampel

    - UC-1000 (4%V, 8%V, 12%V, 16%V)

    - Buavita Jambu (4%V, 5%V, 8%V, 12%V, 16%V)

    2. Aquadest secukupnya

    Alat yang digunakan

    1. Viskosimeter Ostwald

    2. Beaker glass

    3. Picnometer

    4. Corong

    5. Stopwatch

    6. Neraca analitik

    7. Gelas ukur

    8. Erlenmeyer

    B. Tegangan Muka

    Bahan yang digunakan

    1. Sampel

    - Rinso bubuk (3 gr, 6 gr, 9 gr, 12 gr)

    - Air gula (3 gr, 6 gr, 9 gr, 12 gr)

    2. Aquadest secukupnya

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II A-2

    II. CARA KERJA

    A. Viskositas

    1. Tentukan densitas zat cair dengan menggunakan picnometer.

    2. Tentukan batas atas s1 dan batas bawah s2 pada viskosimeter

    ostwald.

    3. Isi viskosimeter ostwald dengan menggunakan 15 ml cairan

    pembanding (air).

    4. Hisap air (melalui selang karet) sampai permukaan cairan lebih

    tinggi dari batas atas s1 yang telah ditentukan. Kemudian biarkan

    cairan mengalir secara bebas.

    5. Hidupkan stopwatch pada saat cairan tepat berada di garis batas atas

    s1 dan matikan stopwatch saat cairan tepat berada pada garis batas

    bawah s2.

    6. Catat waktu yang diperlukan oleh cairan untuk mengalir dari batas

    atas s1 ke batas bawah s2.

    7. Ulangi langkah 1 s/d 6 untuk UC-1000 dan Buavita dengan kadar

    4%V, 8%V, 12%V, 16%V yang akan dicari viskositasnya.

    8. Tentukan harga viskositas dengan rumus

    a

    aa

    XX

    X

    t

    t.

    .

    .

    B. Tegangan Muka

    Metode Kenaikan Pipa Kapiler

    1. Tentukan densitas zat cair dengan menggunakan picnometer.

    2. Tuangkan 100 ml cairan pembanding (air) ke dalam beaker glass 100

    ml.

    3. Masukan pipa kapiler ke dalam beaker glass, biarkan beberapa saat

    agar aquadest naik ke pipa.

    4. Setelah tinggi air konstan, tutup bagian atas dari pipa kapiler dengan

    ibu jari lalu angkat, kemudian ukur tingginya menggunakan mistar .

    5. Ulangi langkah 1, 2 dan 3 untuk air rinso dan air gula denagn berat 3

    gr, 6 gr, 9 gr, 12 gr yang akan dicari tegangan mukanya.

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II A-3

    6. Hitung teganga mukanya dengan rumus:

    a

    aa

    XX

    X

    h

    h.

    .

    .

    Metode Tetes

    a) Volume Konstan

    1. Tentukan densitas zat cair dengan menggunakan air sebagai cairan

    pembanding.

    2. Isi alat metode tetes dengan menggunakan air sebanyak 9 ml sebagai

    cairan pembanding.

    3. Buka kran dengan sudut tertentu dan tetap selama percobaan,

    biarkan air menetes sampai habis.

    4. Hitung jumlah tetesan.

    5. lakukan langkah 1 s/d 4 untuk air rinso dan air gula denagn berat 3

    gr, 6 gr, 9 gr, 12 gr yang akan dicari tegangan mukanya.

    6. Hitung tegangan mukanya dengan rumus

    a

    Xa

    aX

    X

    n

    n.

    .

    .

    b) Tetesan Konstan

    1. Tentukan densitas zat cair dengan menggunakan picnometer.

    2. Isi alat metode tetes dengan menggunakan air sebagai cairan

    pembanding.

    3. Buka kran dengan sudut tertentu dan tetap selam percobaan, biarkan

    air menetes sejumlah tetesan yang telah ditentukan (35 tetesan).

    4. Hitung volume tetesan.

    5. lakukan langkah 1 s/d 4 untuk air rinso dan air gula denagn berat 3

    gr, 6 gr, 9 gr, 12 gr yang akan dicari tegangan mukanya.

    6. Hitung tegangan mukanya dengan rumus

    a

    aa

    XX

    X

    v

    v.

    .

    .

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II A-4

    III. HASIL PRAKTIKUM

    A. Viskositas

    Massa picnometer : 14,816 gr

    Massa picnometer + aquadest : 39,745 gr

    Massa aquadest : 24,929 gr

    aquadest : 996,233 kg/m3 =0,996233 gr/cm3

    t aquadest : 3,8 s

    volume picnometer : 25,023 ml

    Sampel Kadar (%V) (gr/cm3) t (s) Suhu (oC) (x10-4 Ns/m2)

    UC-1000

    4 % 0,99904 4 28 8,804

    8 % 1,0012 4,1 28 9,043

    12 % 1,0034 4,1 28 9,063

    16 % 1,0058 4,2 28 9,306

    Buavita

    4 % 0,99984 4,2 28 9,25

    8 % 1,0025 4,3 28 9,497

    12 % 1,006 4,4 28 9,75

    16 % 1,008 4,6 28 10,215

    5 % 0,9996 4,1 30 9,03

    5 % 0,9969 4 40 8,785

    5 % 0,9927 3,8 50 8,31

    5 % 0,986 3,7 60 8,037

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II A-5

    B. Tegangan Muka

    Massa picnometer : 14,816 gr

    Volume picnometer : 25,023 ml

    Massa picnometer + aquadest : 39,745 gr

    Massa aquadest : 24,929 gr

    aquadest : 996,233 kg/m3 =0,996233 gr/cm3

    aquadest : 71,474 dyne/cm

    Sampel Kadar (gr/cm3)

    Pipa Kapiler Volume Konstan Tetesan Konstan

    hx (cm) 1 (N/m) nx (tetes) 2 (N/m) Vx

    (ml) 3 (N/m)

    Rinso 3 gr 1,017 1,5 182,4 171 42,241 2,1 58,937

    6 gr 1,026 1,7 208,56 165 44,166 2,4 67,953

    9 gr 1,043 6,3 785,7 143 51,8 2,6 74,835

    12 gr 1,056 6,7 846,01 156 48,08 2 58,283

    Air Gula 3 gr 1,0099 1,1 132,83 62 115,7 4,1 114,264

    6 gr 1,021 1,3 158,71 89 81,48 3,9 109,885

    9 gr 1,033 1,7 209,98 84 87,346 4,2 119,729

    12 gr 1,043 1,4 174,602 77 96,21 4,3 123,766

    aquadest - 0,996233 0,6 71,474 99 71,474 2,6 71,474

    PRAKTIKAN MENGETAHUI

    ASISTEN

    (Deo Reynaldo)(Diah Ayu)(Singgih Oktavian) Guntur Takana Yasis

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II B-1

    LEMBAR PERHITUNGAN TEGANGAN MUKA

    Massa picnometer : 14,816 gr

    Massa picnometer + aquadest : 39,745 gr

    Massa aquadest : 24,929 gr

    aquadest : 996,233 kg/m3 =0,996233 gr/cm3

    h aquadest : 0,6 cm

    aquadest : 99 tetes

    V aquadest : 2,6 mL

    volume picnometer : 25,023 ml

    a. Pipa Kapiler

    1.Rinso

    -Kadar 3gr

    - Kadar 6gr

    - Kadar 9gr

    - Kadar 12gr

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II B-2

    2. Air Gula

    -Kadar 3gr

    - Kadar 6gr

    - Kadar 9gr

    - Kadar 12gr

    b. Volume Konstan

    1. Rinso

    -Kadar 3gr

    - Kadar 6gr

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II B-3

    - Kadar 9gr

    - Kadar 12gr

    2. Air Gula

    -Kadar 3gr

    - Kadar 6gr

    - Kadar 9gr

    - Kadar 12gr

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II B-4

    c. Tetes Konstan

    1. Rinso

    -Kadar 3gr

    - Kadar 6gr

    - Kadar 9gr

    - Kadar 12gr

    2. Air Gula

    -Kadar 3gr

    - Kadar 6gr

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II B-5

    - Kadar 9gr

    - Kadar 12gr

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II C-1

    LEMBAR PERHITUNGAN GRAFIK TEGANGAN MUKA

    1. Hubungan Tinggi pada Pipa Kapiler dengan Tegangan Permukaan

    a. Rinso

    Tinggi (x) Teg. Muka (y) X2

    xy

    1,5 182,4 2,25 273,6

    1,7 208,56 2,89 345,554

    6,3 785,7 39,69 4949,91

    6,7 846,01 44,89 5668,267

    16,2 2022,67 89,72 11237,331

    b. Air Gula

    Tinggi (x) Teg. Muka (y) X2

    xy

    1,1 132,83 1,21 146,113

    1,3 158,71 1,69 206,323

    1,7 209,98 2,89 356,96

    1,4 174,602 1,96 244,44

    5,5 2022,67 89,72 953,836

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II C-2

    2. Hubungan Jumlah Tetesan dengan Tegangan Permukaan

    a. Rinso

    Jumlah tetes (x) Teg. Muka (y) X2

    xy

    171 42,41 29241 7252,11

    165 44,166 27225 7287,39

    143 51,8 20449 7407,4

    156 48,08 24336 7500,48

    635 186,456 101251 29447,38

    b. Air Gula

    Jumlah tetes (x) Teg. Muka (y) X2

    xy

    62 115,7 3844 7173,4

    89 81,48 7921 7251,72

    84 87,346 7056 7337,064

    77 99,21 5929 7639,17

    312 383,736 24750 29401,354

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II C-3

    3. Hubungan Volume Tetesan dengan Tegangan Permukaan

    a. Rinso

    Volume tetes (x) Teg. Muka (y) X2

    xy

    2 58,283 4 116,566

    2,1 58,937 4,41 123,7677

    2,4 67,953 5,76 163,0872

    2,6 74,835 6,76 194,572

    9,1 260,008 20,93 597,9929

    b. Air Gula

    Volume tetes (x) Teg. Muka (y) X2

    xy

    3,9 109,885 15,21 428,55

    4,1 114,264 16,81 468,48

    4,2 119,729 17,64 502,86

    4,3 123,766 18,49 532,19

    16,5 467,644 68,15 1932,08

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II D-1

    LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN

    1. Perhitungan volume reagen basis 100 ml pada UC-1000

    a. V1 = 4 %V Vair = 100 ml 4 ml

    =

    x 100 ml = 96 ml

    = 4 ml

    b. V2 = 8 %V Vair = 100 ml 8 ml

    =

    x 100 ml = 92 ml

    = 8 ml

    c. V3 = 12 %V Vair = 100 ml 12 ml

    =

    x 100 ml = 88 ml

    = 12 ml

    d. V4 = 16 %V Vair = 100 ml 16 ml

    =

    x 100 ml = 84 ml

    = 16 ml

    2. Perhitungan volume reagen basis 100 ml pada Buavita Jambu

    a. V1 = 4 %V Vair = 100 ml 4 ml

    =

    x 100 ml = 96 ml

    = 4 ml

    b. V2 = 8 %V Vair = 100 ml 8 ml

    =

    x 100 ml = 92 ml

    = 8 ml

    c. V3 = 12 %V Vair = 100 ml 12 ml

    =

    x 100 ml = 88 ml

    = 12 ml

    d. V4 = 16 %V Vair = 100 ml 16 ml

    =

    x 100 ml = 84 ml

    = 16 ml

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II D-2

    e. V5 = 5 %V Vair = 100 ml 5 ml

    =

    x 100 ml = 95 ml

    = 5 ml

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II E-1

    LEMBAR KUANTITAS REAGEN

    LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II

    JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    PRAKTIKUM KE : 5

    MATERI : Viskositas dan Tegangan Muka

    HARI/TANGGAL : Selasa, 7 April 2015

    KELOMPOK : IV/Senin Siang

    NAMA : 1. Deo Reynaldo Alwi

    2. Diah Ayu Pratiwi

    3. Singgih Oktavian

    ASISTEN : Guntur Takana Yasis

    KUANTITAS REAGEN

    NO JENIS REAGEN KUANTITAS

    1

    Viskositas

    -UC-1000 (4,8,12,16)%V

    -Buavita jambu (4,8,12,16)%V

    -Buavita jambu 5%V T=(30,40,50,60)oC BASIS 100mL

    2

    Tegangan Muka

    -Rinso bubuk (3,6,9,12)gr

    -Air Gula (3,6,9,12)gr

    TUGAS TAMBAHAN2

    - Cari referensi nilai viskositas dan tegangan muka aquadest pada berbagai suhu.

    - Mekanisme surfaktan menurunkan

    tegangan muka SEMARANG, 7 APRIL 2015

    CATATAN ASISTEN

    - Suhu 2-3 oC

    - Vol konstan 9 mL

    - Tetes konstan 35 tetes GUNTUR TAKANA YASIS

    NIM. 2103011114017

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

    REFERENSI

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

  • VISKOSITAS DAN TEGANGAN MUKA

    Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

    LEMBAR ASISTENSI

    DIPERIKA KETERANGAN TANDA TANGAN

    NO TANGGAL

    1 31 / 5 / 2015 Buat daftar isi, tabel, grafik di

    masing-masing materi