Laporan Resmi Praktikum Genetika Buta Warna
-
Upload
gahar-ajeng-prawesthi -
Category
Documents
-
view
579 -
download
20
description
Transcript of Laporan Resmi Praktikum Genetika Buta Warna
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA
BUTA WARNA
Disusun Oleh :
Gahar Ajeng Prawesthi (13304241064)
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
A. JUDUL
Buta Warna
B. TUJUAN
Mengetahui cara melakukan pengujian tes buta warna
C. DASAR TEORI
Buta warna adalah kekurangan penglihatan atas warna. Mata tidak akan melihat
warna seperti biasanya jika ada masalah dengan pigmen pada reseptor warna. Jika salah
satu pigmen hilang, maka mata akan memiliki masalah melihat warna tertentu. Menurut
statistik, sekitar 9% laki-laki dan 0,5% perempuan menyandang buta warna. Masalah
mereka terutama adalah membedakan nuansa hijau (deuteranomali) atau nuansa merah
(protanomali) dan kebutaan warna hijau (deuteranopia) atau warna merah (protanopia).
Kesulitan atau kebutaan terhadap warna biru dan buta warna total sangat jarang terjadi.
Buta warna merupakan kelainan genetik yang hanya dibawa oleh kromosom X,
tidak dibawa oleh kromosom Y. Karena itu kelainan ini sering juga disebut sex linked.
Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki dan wanita. Seorang
wanita terdapat istilah 'pembawa sifat' (carrier) hal ini menujukkan ada satu kromosom
X yang membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak
mengalami kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi
wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya.
Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita
tersebut menderita buta warna.
Selain itu buta warna dapat diartikan sebagai suatu kelainan penglihatan yang
disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut pada retina mata untuk menangkap suatu
spektrum warna tertentu sehingga warna objek yang terlihat bukan warna yang
sesungguhnya. Pada keadaan normal, terdapat bagian mata yang disebut retina. Retina
memiliki dua macam sel yaitu sel batang (rod cells) dan sel kerucut (cone cells) yang
peka terhadap cahaya. Sel batang ini lebih peka pada malam hari dan juga warna hitam
dan putih. Sedangkan sel kerucut lebih banyak bekerja pada siang hari yang peka
terhadap berbagai warna. Sel kerucut ada 3 jenis yang masing masing paling peka
terhadap spektrum warna merah, hijau dan biru.
Tes standar untuk mendiagnosis buta warna adalah tes Ishihara, yang banyak
digunakan secara umum. Tes Ishihara terdiri dari 38 set warna yang secara ekstensif
menskrining buta warna. Masing-masing set terdiri dari lingkaran-lingkaran dengan titik-
titik mosaik bernuansa hijau-merah yang berbeda. Di dalam mosaik terdapat pola-pola
angka (angka atau gambar pola) yang tidak dapat dilihat orang yang buta warna tetapi
mudah dilihat orang normal.
Tes Ishihara adalah tes buta warna yang dikembangkan oleh Dr. Shinobu
Ishihara. Tes ini pertama kali dipublikasi pada tahun 1917 di Jepang. Sejak saat itu, tes
ini terus digunakan di seluruh dunia, sampai sekarang. Tes buta warna Ishihara terdiri
dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran.
Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran. Warna titik itu dibuat
sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti
yang dilihat orang normal (pseudo-isochromaticism).
D. METODE
Alat & bahan :
- Buku Ishihara’s Test
- Kertas
- Pulpen
Cara kerja :
Menghitung berapa presentase kesalahan yang dibuat dalam test tersebut
Mengoreksi hasil yang diperoleh dengan angka/gambar pada Ishihara's Test yang sebenarnya
Menguji dengan melihat kemampuan membedakan warna dengan menuliskan apa yang terlihat pada buku Ishihara's Test pada kertas jawaban
Melihat buku tes buta warna (buku Ishihara's Test) selama 3 - 5 detik untuk tiap lembar gambarnya
Membuat nomor urut dari 1 sampai 14 di kertas jawaban
E. HASIL
Hasil jawaban dari buku tes buta warna (Ishihara’s Test)
No.Gambar Angka/Gambar yang Terlihat
1 12
2 8
3 5
4 29
5 74
6 7
7 43 (salah)
8 2
9 Pola
10 16
11 Pola
12 35
13 96
14 Pola
Presentase Kesalahan : 1
14× 100 % = 7,14 % (normal)
F. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini membahas tentang buta warna yang bertujuan untuk mengetahui
cara melakukan pengujian buta warna. Kemudian masing-masing praktikan diuji buta
warna menggunakan buku Ishihara’s Test. Masing-masing praktikan diuji dengan cara
menuliskan apa saja yang praktikan lihat dari gambar-gambar di buku Ishihara’s test
tersebut, kemudian mencatatnya di kertas jawaban yang tersedia dan menghitung berapa
persen kesalahannya.
Buta warna merupakan suatu sifat keturunan yang menyebabkan seseorang tidak
dapat membedakan warna-warna dasar tertentu. Selain itu buta warna dapat diartikan
sebagai suatu kelainan penglihatan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut
pada retina mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu sehingga warna objek
yang terlihat bukan warna yang sesungguhnya. Pada keadaan normal, terdapat bagian
mata yang disebut retina. Retina memiliki dua macam sel yaitu sel batang (rod cells) dan
sel kerucut (cone cells) yang peka terhadap cahaya. Sel batang ini lebih peka pada malam
hari dan juga warna hitam dan putih. Sedangkan sel kerucut lebih banyak bekerja pada
siang hari yang peka terhadap berbagai warna. Sel kerucut ada 3 jenis yang masing
masing paling peka terhadap spektrum warna merah, hijau dan biru.
Oleh karena itu, pada orang normal dapat melihat dan membedakan ketiga warna
tersebut, gradasi serta perpaduannya pada macam-macam objek, sedangkan pada orang
yang buta warna memilki kelemahan untuk melihat salah satu atau lebih warna-warna
tersebut dan perpaduannya.
Dalam praktikum ini praktikan menggunakan buku tes buta warna (Ishihara’s Test),
Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan
berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk
lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan
melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal (pseudo-isochromaticism).
Jawaban dari gambar angka dan pola dari buku Tes Ishihara :
Berdasarkan hasil praktikum tes buta warna, dapat diketahui bahwa praktikan tidak
menderita buta warna (normal) meskipun ada satu jawaban yang salah, yaitu pada
gambar ke-7. Sebenarnya merupakan gambar angka “45” namun praktikan menuliskan
angka “43” pada gambar tersebut yang notabene angka 3 dan 5 terlihat hamper mirip di
mata praktikan.. Hal itulah yang menyebabkan praktikan memilki persentase kesalahan
ketika tes buta warna yaitu sebesar 7,14 %. Tetapi hal itu tidak bisa digunakan sebagai
dasar bahwa praktikan menderita buta warna sehingga praktikan termasuk orang yang
normal/tidak buta warna.
Berdasarkan hasil tes buta warna juga dapat dikeathui kemungkinan genotip dan
fenotip kedua orang tua yaitu:
P = XCXC >< XCY
(normal) (normal)
G = XC XC , Y
F1 = XCXC , XCY
(semua keturunannya normal)
Berdasarkan bagan silsilah tersebut, apabila perempuan homozigot normal kawin
dengan laki-laki normal maka keturunan yang akan diperoleh semuanya normal, yaitu
anak perempuan normal homozigot dan anak laki-laki normal. Sehingga dapat diketahui
pula kemungkinan genotip dari praktikan yaitu XCXC.
G. KESIMPULAN
Buta warna merupakan penyakit keturunan yang bersifat genetic dengan sifat gen
terangkai kromosomn X. Dan untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan
menggunakan buku test butawarna (Ishihara’s Test).
H. DISKUSI PERTANYAAN
1. Mungkinkah seorang wanita menderita buta warna? Apapun jawaban Anda,
bagaimana keturunannya kalau wanita tersebut kawin dengan laki-laki yang buta
warna?
Jawab : Mungkin. Karena jika kedua kromosom X nya terpaut gen resesif c, maka
seorang wanita bisa saja menderita buta warna. Kemungkinan lain adalah
wanita tersebut adalah carrier gen resesif buta warna.
Apabila wanita normal (XCXC) kawin dengan laki-laki buta warna
(XcY)
P = XCXC >< XcY
G = XC Xc , Y
F1 = XCXc , XCY
(50% wanita normal carrier, 50% laki-laki normal)
Apabila wanita normal carrier (XCXc) kawin dengan laki-laki buta
warna (XcY)
P = XCXc >< XcY
G = XC , Xc Xc , Y
F1 = XCXc , XCY , XcXc , XcY
(25% wanita normal carrier, 25% laki-laki normal, 25% wanita
buta warna, 25% laki-laki buta warna)
Apabila wanita buta warna (XcXc) kawin dengan laki-laki buta warna
(XcY)
P = XcXc >< XcY
G = Xc Xc , Y
F1 = XcXc , XcY
(semua keturunannya buta warna)
2. Mengapa buta warna banyak terdapat pada laki-laki?
Jawab : Buta warna merupakan gen resesif yang tertaut pada kromosom X. Karena
laki-laki hanya memiliki satu kromosom X, apabila seorang laki-laki
memiliki kromosom X resesif, maka akan menunjukkan sifat buta warna.
Berbeda dengan perempuan yang mempunyai dua kromosom X, apabila
salah satunya memiliki sifat resesif, maka X resesif akan ditutupi oleh
kromosom X dominan.
3. Dapatkah suami-istri yang normal menghasilkan keturunan yang buta warna?
Jawab : Suami – istri yang normal masih memungkinkan memiliki keturunan yang
buta warna. Karena, apabila istri merupakan wanita normal carrier (XCXc),
maka bisa dipastikan jika anaknya laki-laki, akan menderita buta warna
(XcY).
P = XCXc >< XCY
G = XC , Xc XC , Y
F1 = XCXC , XCY , XCXc , XcY
(25% wanita normal, 25% laki-laki normal, 25% wanita normal
carrier, 25% laki-laki buta warna)
4. Apabila dua anak bersaudara kandung, laki-laki dan perempuan, semuanya buta
warna. Bagaimana fenotip dan genotip kedua orang tuanya?
Jawab : Keturunannya semua mengalami buta warna, baik laki-laki maupun
perempuan, maka kemungkinan fenotip orang tuanya :
P = XcXc >< XcY
(buta warna) (buta warna)
G = Xc Xc , Y
F1 = XcXc , XcY
(semua keturunannya buta warna)
5. Ciri khas pewarisan gen terangkai pada kromosom X adalah Criss – cross
inheritance. Apa maksudnya?
Jawab : Maksudnya adalah perkawinan yang menyilangkan sifat yang dibawa oleh
suatu individu jantan atau betina ke keturunan yang berjenis kelamin yang
berbeda. Misal suatu sifat yang dibawa oleh individu betina akan
diturunkan kepada keturunannya yang berjenis kelamin jantan, atau
sebaliknya.
I. DAFTAR PUSTAKA
Suryo. 1998. Genetika. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Susetyo Putra, Nugroho. 1994. Serangga di Sekitar Kita. Kanisius.
White, M. J. D. 1948. Animal Cytology And Evolution. University College, London.
Yatim, W. 1983. Genetika. Tarsito, Bandung.
http://www.alodokter.com/buta-warna, diakses pada tanggal 30 Maret 2015 pukul 20:49
WIB.
http://majalahkesehatan.com/buta-warna-mengapa-terjadi-bagaimana-mengetahui/,
diakses pada tanggal 30 Maret 2015 pukul 20:55 WIB.