Laporan Rekris Andriana

download Laporan Rekris Andriana

of 13

description

Laporan Praktikum Kimia Organik Percobaan Rekristalisasi

Transcript of Laporan Rekris Andriana

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIKJudul: RekristalisasiTujuanPercobaan : Mempelajari teknik rekristalisasi untuk pemurnian senyawa organikPendahuluanMateri yang terdapat di bumi sebagian besar tidak murni, tetapi berupa campuran dari beberapa komponen. Zat murni yang ingin diperoleh harus dipisahkan dari campurannya. Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia. Pemisahan secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan, sedangkan secara kimia satu komponen atau lebih direaksikan dengan zat lain sehingg dapat dipisahkan. Cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud, dan sifat komponen yang terkandung di dalamnya. Komponen yang berwujud padat dan cair misalnya pasir dan air, dapat dipisahkan dengan saringan. Campuran homogen seperti alkohol dan air tidak dapat dipisahkan dengan saringan karena partikelnya lolos dalam pori-pori kertas saring dan selaput semipermeabel. Campuran tersebut apat dipisahkan dengan cara fisika yaitu destilasi, rekristalisasi, ekstraksi, dan kromatografi (Syukri, 1999).Campuran pada umumnya banyak terdapat di alam, maka kita perlu mempelajari cara-cara pemisahannya untuk mendapatkan zat yang dihasilkan tertentu yang murni. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan cara filtrasi, distilasi, rekristalisasi, ekstrasi, absorbsi, dan kromatografi (Brady, 1999).Salah satu contoh teknik pemisahan adalah rekristalisasi. Rekristalisasi merupakan suatu pembentukan kristal kembali dari larutan atau leburan dari material yang ada. Sebenarnya rekristalisasi hanyalah sebuah proses lanjut dari kristalisasi. Kristalisasi (dalam hal ini hasil kristalisasi) memuaskan rekristalisasi hanya bekerja apabila digunakan pada pelarut pada suhu kamar, namun dapat lebih larut pada suhu yang lebih tinggi. Hal ini bertujuan supaya zat tidak murni dapat menerobos kertas saring dan yang tertinggal hanyalah kristal murni (Fessenden, 1983).Rekristalisasi merupakan metode yang sangat penting untuk pemurnian komponen larutan organik. Ada tujuh metode dalam rekristalisasi yaitu: memilih pelarut, melarutkan zat terlarut, menghilangkan warna larutan, memindahkan zat padat, mengkristalkan larutan, mengumpul dan mencuci kristal,sertamengeringkan produknya (hasil) (Williamson, 1999).Rekristalisasi merupakan metode yang sangat penting untuk pemurnian komponen larutan organik. Terdapat tujuh metode dalam rekristalisasi yaitu: memilih pelarut, melarutkan zat terlarut, menghilangkan warna larutan, memindahkan zat padat, mengkristalkan larutan, mengumpul dan mencuci kristal, mengeringkan produknya (hasil) (Williamson, 1999).Pemilihan pelarut merupakan hal yang penting dalam rekristalisasi. Kriteria pelarut yang baik untuk rekristalisasi adalah mudah melarutkan senyawa yang dimurnikan pada suhu tinggi dan sulit melarutkan pada suhu rendah, menghasilkan kristal dengan baik dari senyawa yang dimurnikan, mudah dipisahkan dari senyawa yang dimurnikan (memiliki titik didih yang relatif rendah) dan tidak bereaksi dengan senyawa yang dimurnikan (Svehla, 1989).Langkah langkah Rekristalisasi :1. Melarutkan zat pada pelarut2. Melakukan filtrasi gravity3. Mengambil kristal zat terlarut4. Mengumpulkan kristal dengan filtrasi vacuum5. Mengeringkan kristal(Fessenden, 1983).Faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan kristal terdiri dari beberapa hal.Pertama, derajat lewat jenuh. Kedua, jumlah inti yang ada, atau luas permukaan total dari kristal yang ada. Ketiga,pergerakan antara larutan dan kristal. Keempat, viskositas larutan. Kelima, jenis serta banyaknya pengotor (Raspati, 2013).Suhu juga berpengaruh dalam pembentukan kristal. Penurunan suhu berjalan dengan cepat maka kecepatan tumbuh inti kristal lebih cepat dari pada kecepatan pertumbuhan kristal sehingga kristal yang diperoleh kecil, rapuh, dan banyak. Hal berbeda terjadi jika penurunan suhu dilakukan secara perlahan, maka kecepatan pertumbuhan kristal lebih cepat daripada kecepatan pertumbuhan inti kristal sehingga kristal yang dibebaskan besar-besar, liat, dan elastik (Raspati, 2013).Kemudahan suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian besar pada struktur morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya. Semakin besar kristal-kristal yang terbentuk selama berlangsungnya pengendapan, makin mudah mereka dapat disaring dan mungkin sekali (meski tak harus) makin cepat kristal-kristal itu akan turun keluar dari larutan, yang lagi-lagi akan membantu penyaringan. Bentuk kristal juga penting. Struktur yang sederhana seperti kubus, oktahedron, atau jarum-jarum, sangat menguntungkan, karena mudah dicuci setelah disaring. Kristal dengan struktur yang lebih kompleks, yang mengandung lekuk-lekuk dan lubang-lubang, akan menahan cairan induk (mother liquid), bahkan setelah dicuci dengan seksama, dengan endapan yang terdiri dari kristal-kristal demikian, pemisahan kuantitatif lebih kecil kemungkinannya bisa tercapai (Svehla, 1979).Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung pada dua faktor penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk, tetapi tak satupun dari ini akan tumbuh menjadi terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju pembentukan inti. Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju ini tinggi, kristal-kristal yang besar akan terbentuk yang dipengaruhi oleh derajat lewat jenuh (Svehla, 1979).

Prinsip KerjaPrinsip kerja kristalisasi yaitu :1. adanya perbedaan kelarutan zat-zat padat dalam pelarut tertentu, baik dalam pelarut murni atau dalam pelarut campuran 2. suatu zat padat akan lebih larut dalam pelarut panas dibandingkan pelarut dingin.

AlatTabung reaksi, mortar, pipet mohr 5 mL, pipet tetes, penangas air, erlenmeyer, pipet pasteur, corong Buchner, timbangan, alat penentu titik leleh.

BahanEtanol 95%, etil asetat, aseton, toluena, n-heksana, aquades, norit, kapas.Prosedur KerjaA. Pemilihan PelarutMasukkan masing-masing 0,05 g sampel A (asam salisilat) yang telah dihaluskan kedalam 6 tabung reaksi. Tambahkan 1 mL aquades, etanol 95%, etil asetat, aseton, toluen, dan heksan pada masing-masing tabung reaksi tadi dan beri nomor 1-6 secara berurutan. Goyang tabung dan diamati apakah sampel larut dalam pelarut tersebut pada suhu kamar. Amati dan dicatat pengamatannya. Panaskan tabung berisi sampel yang tak larut, lalu digoyang tabungnya dan dicatat bilamana sampel tersebut larut dalam pelarut panas. Amati dan catat pengamatannya. Biarkan larutan menjadi dingin dan amati pembentukan kristalnya. Catat masing-masing pelarut dan tunjukkan pelarut yang manakah yang terbaik diantara keenam pelarut tersebut dan cocok untuk proses rekristalisasi sampel. Lakukan prosedur yang sama dengan diatas untuk sampel unknown dan ditentukan pelarut yang sesuai untuk rekristalisasinya. B. Rekristalisasi Sampel Unknown Masukkan 0,1 g sampel unknown (aspirin) kedalam erlenmeyer. Ditambahkan 2 mL pelarut yang sesuai (hasil dari prosedur A.6). Panaskan campuran perlahan sambil goyang larutan hingga semua padatan larut. Jika padatan tidak larut sempurna, ditambahkan 1 mL pelarut dan lanjutkan pemanasan. Amati setiap penambahan pelarut apakah lebih banyak padatan yang terlarut atau tidak. Jika tidak banyak padatan yang larut, kemungkinan karena adanya pengotor. Saring larutan panas tersebut melewati pipet Pasteur penyaring untuk menghilangkan pengotor yang tak larut atau dapat menggunakan karbon aktif.Pipet Pasteur penyaring disiapkan dengan cara memasukkan sedikit kapas pada pipet lalu ditekan menggunakan kawat atau lidi sehingga kapas berada pada bagian bawah (posisi menyumbat tip). Panaskan pipet penyaring dengan cara melewatkan pelarut panas beberapa kali kedalam pipet dan tampung pelarut panas yang telah melewati pipet kedalam wadah penampung atau erlenmeyer. Bilamana larutan memenuhi pipet, dorong larutan dengan bantuan karet penghisap.Sebelum larutan sampel dilewatkan dalam pipet penyaring, encerkan dulu untuk mencegah terjadinya kristalisasi selama proses penyaringan. Cuci pipet Pasteur penyaring dengan sejumlah pelarut panas untuk recovery solute yang kemungkinan terkristalisasi didalam pipet dan kapas. Tutup wadah penampung atau erlenmeyer dan dibiarkan filtrat atau larutan menjadi dingin. Setelah larutan berada dalam suhu kamar, siapkan ice bath untuk menyempurnakan proses kristalisasi. Lalu masukkan wadah larutan kedalam ice bath dan amati pembentukan kristalnya. Saring kristal dan dicuci dengan sejumlah pelarut dingin menggunakan penyaring Buchner. Lalu lanjutkan pengeringan hingga kering. Timbang kristal dan hitung persen recovery-nya. Tentukan titik leleh kristal dan catat.

Waktu yang dibutuhkanNoKegiatanPukulWaktu

1Persiapan alat dan bahan13.00-13.1515 menit

2Pemilihan pelarut 13.15-13.4530 menit

3.Proses pemanasan campuran pada rekristalisasi sampel unknown13.45-13.505 menit

4.Proses penyaringan dengan pipet Pasteur pada rekristalisasi sampel unknown13.50-14.0515 menit

5.Proses pencucian dan penyaringan kristal dengan penyaring Buchner14.05-14.3025 menit

6.Proses pengujian titik leleh kristal dan penimbangan berat kristal yang dihasilkan 14.30-14.4515 menit

Data Percobaan dan HasilDataA. Pemilihan PelarutSampelAquadesEtanolEtil asetatAsetonToluenaHeksan

A

TidaklarutTidak larutLarut +++Larut +++Larut +++Tidak larut

DipanaskanSedikit larutLarut Larut Larut LarutLarut

Pembentukan kristal (didinginkan)Kristal ++Kristal +2 fase endapan dan beningKristal +Kristal ++Terbentuk kristal kembali

Pelarut yang baikakuades

SampelAquadesEtanolEtil asetatAsetonToluenaHeksan

B (Aspirin 0,05 gram)Tidak larutTidak larutTidak larutTidak larutTidak larutTidak larut

Dipanaskan+ 1 ml+ 1 ml+ 1 ml

Tidak larutSedikit larutLarut ++Tidak larutSdikit larutLarut ++Tidak larutLarut +Larut ++Tidak larutLarut +Larut ++Tidak larutLarut +Larut ++Tidak larutSedikit larutLarut +

Pembentukan kristalKristal +++Kristal +++Kristal +++Kristal +++Kristal +++Kristal +++

Pelarut yang baikAkuades

SampelAquadesEtanolEtil asetatAsetonToluenaHeksan

C(Asam Benzoat)

Tidak larutLarutLarut +++LarutLarut +++Larut sebagian

DipanaskanLarut +----Larut +++

Pembentukan kristalSedikit kristalTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaAda kristal

Pelarut yang baikAkuades dan heksan

B. Rekristalisasi Sampel UnknownSampel+ Aquades

Aspirin 0,1 gramAspirin tidak larut

dipanaskanLarut + pengotor

Dioven suhu 52o CMenjadi kering

Sisa sampel0,01 gram aspirin kering

Titik leleh 122oCAda pengotor

berat kertas saring = 0,52 gram berat kertas saring+sampel = 0,53gram berat sampel = 0,1 gram titik leleh = 122 C

HasilA. Pemilihan PelarutSampelA (Asam salisilat)

Sebelum dipanaskanSesudah dipanaskandindinginkan

Aqudes

Etanol

Etil Asetat

Aseton

Toluen

Heksan

SampelB (Aspirin 0,05 g)

Sebelum dipanaskanSesudah dipanaskandidinginkan

Aqudes Heksan, EtanolEtil Asetat Asetondan Toluen

SampelC setelah dipanaskan (Asam benzoat)

Aqudes

Etanol

Etil Asetat

Aseton

Toluen

Heksan

Sesudah didinginkan

B. Rekristalisasi sampel UnknownAspirin+ 2 mL AquadesDipanaskan

Tidak larutLarut + pengotor

PembahasanPraktikum kali ini membahas tentang rekristalisasi. Rekristalisasi sendiri merupakan pemurnian zat padat dari campuran (pengotornya) dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang cocok atau sesuai dengan campuran tersebut, atau singkatnya rekristalisasi dapat disebut sebagai pemurnian kristal kembali. Prinsip yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu melarutkan suatu zat pada sebuah pelarut kemudian menentukan kelarutannya. Kelarutan dalam pelarut berbeda ini akan membantu praktikan dalam menentukan pelarut yang sesuai untuk suatu zat, sehingga dapat digunakan acuan dalam melarutkan zat organik tersebut. Pemilihan suatu pelarut dalam rekristalisasi sangat penting, sebab dengan pelarut yang tepat akan didapat pemisahan yang sempurna. Pemisahan yang dimaksud ini yaitu pemisahan antara zat organik murni dengan zat pengotornya, sehingga akan diperoleh zat organik murni hasil dari rekristalisasi. Suatu zat yang khususnya berwujud kristal akan lebih mudah larut dalam pelarut panas (temperatur tinggi) daripada temperatur bersuhu kamar dan akan membentuk kristal apabila larutan didinginkan. Syarat yang digunakan untuk melarutkan yaitu, pelarut tidak bereaksi dengan zat terlarut, hanya melarutkan saja. Selain itu, titik didih pelarut harus lebih rendah dari titik leleh zat yang dimurnikan agar zat tersebut tidak terurai. Sedangkan pelarut yang baik yaitu pelarut yang apabila berada pada suhu ruang tidak melarutkan dan apabila dipanaskan, maka akan melarutkan zat terlarut. Praktikum kali ini enggunakan sampel A, sampel B, sampel C dan sampel unknown. Sedangkan pelarut yang digunakan yaitu akuades, etanol, etil asetat, aseton, toluena, dan heksana.Percobaan pertama yaitu melarutkan sampel A. Sampel A ini merupakan asam salisilat. Sampel A ini diambil sedikit saja, kemudian dilarutkan menggunakan pelarut akuades, etanol, etil asetat, aseton, toluena, dan heksana masing-masing 3 mL. Setelah ditambahkan pelarut kemudian dikocok agar padatan (kristal) larut. Dari hasil percobaan, diperoleh hasil yaitu, sampel A larut dalam etil asetat, aseton, toluena dan tidak larut dalam akuades, etanol, dan heksana. Hal ini menunjukkan bahwa etil asetat, aseton dan toluena merupakan pelarut yang tidak baik bagi sampel A atau asam salisilat. Pada larutan asam salisilat yang tidak larut, diberlakukan pemanasan untuk melarutkan asam salisilat. Kenaikan temperatur akan meningkatkan gerak partikel sehingga ikatan antar partikel yang terdapat pada asam salisilat akan terpecah dan mengakibatkan asam salisilat larut dalam pelarut tersebut. Setelah pemanasan, asam salisilat ternyata larut dalam akuades, etanol, dan heksana. Pada heksana, diketahui bahwa heksana menguap bersama dengan asam salisilat.Dari percobaan sampel A diperoleh hasil bahwa pelarut yang cocok yaitu akuades. Pada literatur ditunjukkan bahwa titik didih akuades sebesar 100oC, sedangkan titik leleh asam salisilat adalah 159 oC. Hasil dari percobaan tersebut menunjukkan bahwa aquades merupakan pelarut yang paling cocok untuk proses rekristalisasi karena titik didihnya lebih rendah dari pada titik leleh asam salisilat. Asam salisilat merupakan senyawa turunan dari aldehid. Senyawa ini memiliki gugus polar dan nonpolar. Gugus polarnya didapat dari gugus OH dan gugus nonpolarnya diperoleh dari gugus cincin benzennya. Dari kedua gugus ini diperoleh asam salisilat yang dapat larut dalam senyawa polar ataupun senyawa non polar. Struktur dari asam salisilat ini yaitu :

Gambar 1. Asam salisilat

Percobaan kedua yaitu melarutkan sampel B. Sampel B ini merupakan aspirin. Aspirin yang digunakan yaitu sebanyak 0,05 gram dengan masing-masing pelarut sebanyak 3 mL. Dari hasil percobaan diperoleh hasil bahwa aspirin tidak larut dalam semua pelarut yang diberikan, sehingga menggunakan percoaan kedua dengan pemanasan. Setelah dipanaskan, diperoleh hasil, bahwa larutan menjadi larut.Aspirin merupakan senyawa organik dengan nama lain yaitu asam asetilsaliklik. Rumus molekul dari senyawa ini yaitu C9H8O4. Titik didih akuades lebih besar daripada titik leleh aspirin, yaitu aspirin memiliki titik leleh sebesar 135 oC dan akuades memiliki titik didih 100o C. Pelarut pada n-heksana menguap saat proses pemanasan sebab titik didih heksana rendah yakni 69 0C. Sampel B dengan pelarut akuades yang memiliki suhu dingin membentuk kristal jarum. Hal ini menunjukkan bahwa pelarut yang paling baik untuk metode rekristalisasi sampel B atau aspirin adalah akuades. Berdasarkan informasi yang diperoleh, sampel B merupakan aspirin. Struktur dari aspirin yaitu :

Gambar 2. AspirinPercobaan ketiga yaitu menggunakan sampel C. Sampel C ini berupa asam benzoat. Asam benzoat larut dalam pelarut etanol, etil asetat, aseton, toluena, dan larut sebagian dalam pelarut heksana. Pada pelarut air, asam benzoat tidak larut, jadi harus dipanaskan agar asam benzoat larut sepenuhnya. Hal ini juga berlaku untuk asam benzoat dengan pelarut heksana, karena asam benzoat hanya larut sebagian. Setelah dipanaskan, asam benzoat dengan pelarut akuades tetap tidak larut, sedangkan asam benzoat dengan heksana setelah dipanaskan menjadi larut. Setelah itu, sampel B yang telah dilarutkan oleh masing-masing pelarut tadi selanjutnya didinginkan dalam waterbath agar temperatur turun, sehingga terbentuk kristal kembali. Dalam percobaan, terbentuknya kristal hanya terjadi antara sampel B (asam benzoat) dengan air. Sedangkan asam benzoat dengan heksana hanya mengkristal sementara. Untuk pelarut etil asetat, aseton, etanol, dan toluena tidak dapat mengkristal (terbentuk kristal) karena kelarutan antara asam benzoat dengan keempat pelarut ini benar benar tinggi, sehingga sulit dibentuk kristal kembali. Pada percobaan ini, akuades merupakan pelarut yang cocok untuk melarutkan asam benzoat. Struktur dari asam benzoat yaitu :

Gambar 3. Asam benzoat Asam Benzoat(benzoic acid)adalah suatu senyawa kimia dengan rumus C6H5COOH. Air merupakan pelarut yang baik untuk rekristalisasi asam benzoat. Hal ini disebabkan karena perbedaan titik didih keduanya yang jauh sehingga memudahkan dalam pemisahan asam benzoat. Asam benzoat memiliki titik didih sebesar 249 0C sedangkan air memiliki titik didih sebesar 1000C, sehingga apabila larutan asam benzoat dan air dipanaskan maka air akan menguap terlebih dahulu sesuai titik didihnya yakni 1000C sedangkan asam benzoat tertinggal dicawan.Percobaan terakhir yaitu percobaan rekristalisasi. Bahan yang digunakan yaitu aspirin sebanyak 0,1 gram. Pelarut yang digunakan adalah pelarut yang cocok untuk aspirin, sesuai dengan percobaan sebelumnya yaitu akuades. Aspirin dilarutkan dalam gelas beaker dengan menggunakan akuades. Setelah dilarutkan, larutan dipanaskan agar proses larutnya menjadi lebih cepat. Setelah dipanaskan, diangkat beaker kemudian didinginkan agar larutan dan filtrat berpisah dan dingin. Setelah dingin, kemudian disiapkan gelas beker yang telah berisi es batu agar proses kristalisasi menjadi lebih cepat dan sempurna. Gelas beker dimasukkan dan diamati perubahannya. Setelah seluruh kristal terbentuk kemudian disaring menggunakan corong buchner. Proses ini bertujuan untuk memisahkan zat pengotor dengan larutan kristal yang murni. Penyaringan kristal dilakukan dengan menambahkan akuades dingin. Tujuannya adalah agar kristal yang terbentuk tetap terjaga bentuk kristalnya, dan kristal terbentuk pada suhu yang rendah karena pengaruh dari derajat lewat jenuh pada pembentukan kristal tersebut. Selain itu penambahan akuades ini untuk membersihkan kristal yang terbentuk agar tersaring seluruhnya dalam corong buchner.Tahap selanjutnya yaitu mengeringkan kristal yang terbentuk. Kristal yang telah tersaring selanjutnya di oven agar pelarut yang masih terdapat dalam kristal menguap dan hilang sehingga diperoleh kristal yang murni. Suhu oven yang digunakan yaitu sebesar 52oC. Sampel yang telah dikeringkan kemudian ditimbang dan diperoleh massa recovery yang tersisa sebesar 0,01 gram. berat sampel ini berkurang sebesar 0,09 gram dari berat awal 0,1 gram. Hal ini disebabkan pada proses kristalisasi tidak semua sampel menjadi kristal, masih ada sampel yang terlarut dalam air. Adanya pengotor dapat menghambat sampel menjadi bentuk padat atau kristalnya. Hasil dari proses rekristalisasi dapat menentukan rendemen suatu sampel. Rendemen bertujuan untuk membandingkan kadar atau prosentase sampel yang didapatkan dengan massa totalnya, sehingga kita dapat mengetahui kadar maksimum yang dapat diperoleh dalam proses rekristalisasi. Rendemen yang diperoleh pada percobaan adalah 10%. Selanjutnya yaitu menentukan titik didih aspirin dengan menggunakan alat small lab kid. Penentuan titik didih aspirin dilakukan dengan memasukkan aspirin yang tersisa dalam kapiler, kemudian dipanaskan dan diamati suhunya dengan termometer hingga aspirin leleh. Aspirin meleleh pada suhu 122oC. Hal ini tidak sesuai dengan titik leleh aspirin yang diperoleh dari referensi yakni sekitar 136oC. Ketidaksesuaian ini kemungkinan dapat diakibatkan masih adanya pengotor yang ada dalam sampel. Pengotor ini kemungkinan berupa asam salisilat atau asam benzoat yang tercampur kedalam aspirin. Hal ini dikarenakan spatula yang digunakan pada saat menimbang sampel hanya ada satu, kemudian di pakai bergantian dalam mengambil sampel lain.KesimpulanTeknik pemurnian senyawa organik dapat dilakukan dengan metode rekristalisasi. Prinsip dasar dari proses rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotornya. Selain itu, rekristalisasi dapat dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali sampel yang telah dilarutkan dalam pelarut yang cocok. Massa yang diperoleh saat rekristalisasi aspirin yaitu 0,01 gram dengan rendemen 10%.ReferensiBrady, James E. 1999.Kimia Universitas Asas Dan Struktur. Jakarta:Bina Rupa Aksara.Fessenden, J Ralp. 1983.Kimia Organik. Jakarta:PT Gelora Aksara Pratama.Raspati, Sinta. 2013. Kimia Organik 1 Reksristalisasi.[serial online]. http://sintaraspati.blogspot.com/2013/12/laporan-kimia-organik-1-rekristalisasi.html. [diakses tanggal 23 maret 2015].Syukri, 1999. Kimia Dasar 3. Bandung:ITB Press.Svehla, 1979,Buku Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro. Jakarta:PT Kalman Media Pusaka.Svehla G. 1989. Vogel I Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro Bagian I. Jakarta:PT Kalman Media Pusaka.Williamson. 1999. Macroscale and Microscale Organic Experiments. USA:Houghton Mifflin Company.SaranPraktikum kali ini berjalan lancar, hanya saja terjadi kendala saat bahan habis, yaitu aspirin. Selain itu praktikan diharap lebih berhati-hati karena bahan yang digunakan merupakan bahan yang cukup berbahaya apabila terjadi kontak dengan tubuh. Semoga praktikum selanjutnya lebih lancar dan praktikan lebih berhati-hati dalam melakukan praktikum agar data yang diperoleh lebih akurat.Nama PraktikanAndriana Nur Aini (131810301010)