Laporan Praktikum Voltametri
-
Upload
ghafur-magnae -
Category
Documents
-
view
1.009 -
download
133
Transcript of Laporan Praktikum Voltametri
I. JUDUL PRAKTIKUM : Voltametri
II. TANGGAL PRAKTIKUM : Rabu, 15 Mei 2013 dan Rabu, 22 Mei 2013
III. TUJUAN :
1. Membuat elektroda kerja sendiri (elektroda amalgam Cu-Hg, elektroda
pasta carbon, elektroda Cu)
2. Menentukan keefektifan dari elektroda secara voltametri differential
pulse
IV. KAJIAN PUSTAKA:
Voltametri adalah suatu elektrolisis dimana arus direkam sebagai suatu fungsi
potensial elektroda kerja. Voltametri merupakan elektrolisis dalam ukuran mikroskala
dengan menggunakan mikro elektroda kerja, disebut juga teknik arus voltase.
Potensial dari mikro elektroda kerja divariasikan dan arus yang dihasilkan dicetak
sebagai fungsi dari potensial. Hasil cetakan ini disebut voltamograf. Voltametri
berkembang pesat dibanding metode analisis lain, hal ini dikarenakan kelebihan
dalam sensitifitas, selektifitas, kesederhanaan dan kemudahan penganalisisan.
Pesatnya perkembangan voltametri setelah penemuan polarografi oleh Jaroslav
Heyrovsky pada tahun 1920.
Voltametri didasarkan pengukuran arus sebagai fungsi dari potensial aplikasi
(applied potential) pada saat terjadi polarisasi pada indicator elektroda atau elektroda
kerja. Voltametri mempelajari hubungan voltase arus-waktu selama elektrolisis
dilakukan dalam suatu sel, di mana suatu elektroda mempunyai luas permukaan yang
relative besar, dan elektroda yang lain (elektroda kerja) mempunyai luas permukaan
yang sangat kecil dan seringkali dirujuk sebagai mikroelektroda: lazimnya teknik ini
mencakup pengkajian pengaruh perubahan voltase pada arus yang mengalir di dalam
sel. Mikroelektroda ini biasanya dibuat dari bahan tak reaktif yang menghantar listrik
seperti emas, platinum atau karbon, dan dalam beberapa keadaan dapat digunakan
suatu elektroda merkurium tetes (D.M.E); untuk kasus istimewa ini teknik itu dirujuk
sebagai polarografi. Voltametri merupakan metoda elektrokimia yang mengamati
perubahan arus dan potensial. Potensial divariasikan secara sistematis sehingga zat
kimia tersebut, mengalami oksidasi dan reduksi dipermukaan elektroda. Dalam
voltametri, salah satu elektroda pada sel elektrolitnya terpolarisasi. Penelahan pada
sistem tersebut diikuti dengan kurva arus tegangan. Metode ini umum digunakan
untuk menentukan komposisi dan analisis kuantitatif larutan.
Dalam sistem voltametri ada yang disebut dengan siklik voltametri.
Voltametri ini merupakan tehnik voltametri dimana arus diukur selama penyapuan
potensial dari potensial awal ke potensial akhir dan kembali lagi potensial awal atau
disebut juga penyapuan (scanning) dapat dibalik kembali setelah reduksi berlangsung.
Dengan demikian arus katodik maupun anodik dapat terukur. Arus katodik adalah
arus yang digunakan pada saat penyapuan dari arus yang paling besar menuju arus
yang paling kecil dan arus anodik adalah sebaliknya.
Sel voltametri, terdiri dari 3 elektroda yaitu elektroda pembanding, elektroda
kerja, dan elektroda pembantu. Elektroda kerja pada voltametri tidak bereaksi, akan
tetapi merespon elektroda aktif apa saja yang ada dalam sampel. Pemilihan elektroda
bergantung pada besarnya range potensial yang diinginkan untuk menguji sampel.
Adapun jenis dan teknik yang termasuk kedalam voltametri adalah sebagai berikut:
a). Polarografi
Polarografi adalah suatu bentuk elektrolisis dalam mana elektroda kerja
berupa suatu elektroda merkuri tetes, dan direkam suatu kurva arus voltase
(voltammogram). Polarogarfi digunakan secara luas untuk analisis ion –ion
logam dan anion –anion anorganik, seperti IO dan NO . Gugus fungsi
senyawa organik yang mudah teroksidasi atau tereduksi juga dipelajari dalam
polarogarfi. Gugus fungsi yang digunakan meliputi karbonil, asam
karboksilat, dan senyawa karbon yang memiliki ikatan rangkap.
b). Hydrodynamic Voltametri
Hydrodynamic voltametri bermanfaat untuk analisis reduksi atau oksidasi
pada potensial yang lebih positif karena hydrodynamic voltametri tidak
dibatasi untuk elektroda Hg. Arus pada hydrodynamic voltametri diukur
sebagai fungsi dari aplikasi potensial pada elektroda kerja.
c). Stripping Voltametri
Stripping Voltametri terdiri atas tiga teknik yaitu : anoda, katoda, dan adsorpsi
stripping voltametri. Anodic stripping voltametri terdiri dari dua tahap
Pertama pengontrolan potensial elektrolisis yang mana elektroda kerja,
biasanya tetes merkuri atau lapis tipis merkuri, pada potensial katoda yang
cukup untuk melapisi ion logam pada elektroda. Tahap kedua, potensial anoda
di scan kearah potensial yang lebih positif. Ketika potensial pada elektroda
kerja cukup positif analit dilepaskan dari elektroda, larutan dikembalikan
dalam bentuk oksidasi. Arus selama tahap stripping dimonitor sebagai fungsi
dari potensial, memberikan bentuk kenaikan pada puncak voltammogram
yang sama Puncak arus yang proporsional pada konsentrasi analit dalam
larutan. Anodic stripping voltametri sangat sensitif pada percobaan, yang
mana harus dikontrol dengan hati–hati jika hasilnya ingin akurat dan tepat.
d). Amperometri
Amperometri merupakan salah satu teknik voltametri yang mana potensial
konstan diaplikasikan pada elektroda kerja, dan arus diukur sebagai fungsi
waktu Karena potensial tidak discan, amperometri tidak mendorong kearah
voltammogram.
Potensial yang diterapkan pada elektroda dalam teknik voltametri ini bisa
bermacam-macam, yang menghasilkan beberapa varian teknik voltametri diantaranya
adalah : LSV (linear sweep voltammetry), CV (cyclic voltammetry), DPV
(differensian pulse voltammetry) dan SWV (square wave voltammetry).
1. LSV (linear sweep voltammetry)
Linear sweep voltammetry adalah istilah umum untuk suatu teknik voltametri
dimana potensial yang diberikan pada elektroda kerja dengan variasi waktu linier.
Metode ini juga mencakup polarography, siklik voltametri rotating disc
voltametri. Slope yang dihasilkan dari metode ini memiliki unit potensial (volt)
per satuan waktu, dan biasanya disebut scan rate percobaan. Voltammogram dari
LSV yaitu :
Nilai dari scan rate percobaan dapat divariasi dari tingkat rendah mV/sec (khusus
untuk polarography) sampai tingkat tinggi 1.000.000 V/sec (tercapai bila
digunakan ultra mikroelektrode sebagai electrode kerja). Dengan jalur linier
potensial, arus Faraday ditemukan untuk menaikkan scan rates yang lebih tinggi.
2. CV (cyclic voltammetry)
Cyclic voltammetry adalah yang paling umum digunakan dalam teknik
elektrokimia, dan berdasarkan pada kelinieran potensial dari kurva. Sehingga
perubahan potensial sebagai fungsi linier dari waktu. Tingkat perubahan potensial
dengan waktu mengarah pada scan rate. Voltamogram dari CV yaitu :
3. DPV (differensian pulse voltammetry)
Differensian pulse voltammetry diperoleh dengan menambahkan secara
periodic pulse potensial (meningkatkan potensial sementara) untuk menjalankan
voltase yang digunakan pada LSV. Arus diukur hanya khusus untuk pulse dan
diakhiri pada penerapan pulse. Perbedaan antara kedua arus diplotkan sebagai
fungsi jalur potensial pada LSV. Voltammogram dari DPV yaitu :
4. SWV (square wave voltammetry)
Square wave voltammetry dan differential pulse voltammetry keduanya
digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Metode ini mengambil
keuntungan dari timing sampel ke computer berulang kali pada dua titik relative
terhadap waktu penerapan tegangan square wave untuk electroda. Perbedaan
antara dua nilai arus diplotkan sebagai fungsi dari aplikasi potensial DC. Hasil
yang diperoleh adalah puncak dari voltammetryc wave , sesuai dengan aktivitas
elektro dari spesies pada sel elektrokimia. Voltamogram dari SWV yaitu :
V. ALAT DAN BAHAN:
Tabel 1.Alat
No Nama alat Jumlah
1 Kawat tembaga 12 cm 3 buah
2 Gelas kimia 100 mL 2 buah
3 Labu ukur 100 mL 1 buah
4 Rol film 5 buah
5 Pipet ukur 10 mL 1 buah
6 Kain beludru 1 lembar
7 Cutter 1 buah
8 Instrumen voltametri 1 unit
9 Penjepit buaya 1 buah
Tabel 2. Bahan
No Nama bahan
1 Larutan K4Fe (CN)6 0,01 M
2 Larutan HgNO3
3 Karbon aktif
4 Parafin
5 Aquades
VI. ALUR KERJA
VII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN:
Elektroda amalgam Cu-Hg
Dipotong sepanjang 15 cm
Selubung kawat tembaga di kelupas 2mm
pangkal yang di potong di amplas hingga ujungnya rata
Digosok dengan kain bludru
di celupkan dalam larutan Hg pekat
Kawat tembaga
Elektroda tembaga
Dipotong sepanjang 15 cmpangkal yang di potong di amplas hingga ujungnya rata dengan selubung dari kawat tembagadigosokkan pada kain bludru
Kawat tembaga
Dipotong sepanjang 15 cmpangkal yang di potong di amplas hingga ujungnya rata dengan selubung dari kawat tembagadigosokkan pada kain bludruujung kawat yang sudah rata dengan selubungnya ditaruk kedalam selubung sedalam 2mmpasta carbon(carbon: parafin= 2:1) dimasukkan kedalam ruang yang terdapat didalam selubung hingga padatdirendam dalam aquades
Kawat tembaga
Elektroda pasta carbon
Elektroda yang telah di buat
Data hasil uji voltametri
Dipasang pada instrument voltametriDiukur voltase menggunakan uji DP dan CV
Percobaan kali ini bertujuan untuk membuat elektroda kerja dengan
sendirinya dan mampu menentukan keefektifan dari masing-masing elektroda
tersebut.
Untuk pembuatan elektroda sendiri dibagi menjadi 3 yaitu pembuatan
elektroda Cu-Hg, pembuatan elektroda Cu, dan pembuatan elektroda pasta
carbon. Untuk cara pembuatan elektroda Cu-Hg, elektrodaCu dan elektroda
pasta carbon adalah sebagai berikut: Kawat tembaga dipotong sepanjang 15
cm. untuk salah satu ujungnya dikelupas semua sepanjang 2 cm untuk
dihubungkan dengan alat voltametri dengan penjepit buaya. Untuk salah satu
ujungnya yang lain tidak perlu dikelupas karena untuk masing-masing
elektroda memiliki perlakuan yang berbeda-beda.
1. Untuk elektroda Cu-Hg ujung yang tidak dihubungkan dengan alat
voltametrinya diamplas hingga permukaanya rata. Setelah itu pelindung
kawat tembaganya dikelupas sepanjang 2 mm Kemudian diamplas dan
digosokkan kekain bludru. Lalu dicelupkan kedalam larutan Hg yang
jenuh. Larutan Hg jenuh ini dibuat dengan melarutkan Hg padat
secukupnya dalam air. Dimana dalam larutan Hg jenuh ini sendiri terjadi
kesetimbangan antara fasa cair dan fasa padatan. Setelah di celupkan
kedalam larutan Hg jenuh ini kawat tembaga yang sebelumnya berwarna
merah kekuningan berubah menjadi putih(silver) mengkilap. Hal ini
terbentuknya amalgam dari Cu-Hg. Elektroda ini merupakan elektroda
yang lebih ramah lingkungan daripada metode tetes Hg(polarografi)
karena lebih menghemat pembuangan Hg yang tidak ramah lingkungan.
2. Untuk elektroda Cu ujung yang tidak disambungkan ke alat voltametri
cukup diamplas hingga rata kemudian digosokkan pada kain bludru untuk
menghilangkan sisa-sisa serbik hasil amplasan Cu tadi.
3. Untuk elektroda pasta carbon juga sama dengan cara di atas yaitu ujung
yang tidak disambungkan ke alat voltametri cukup diamplas hingga rata
kemudian digosokkan pada kain bludru untuk menghilangkan sisa-sisa
serbik hasil amplasan Cu tadi. Kemudian kawat tembaga yang telah di
amplas tadi sedikit dimasukkan sedalam 2mm kedalam pelindungnya
sehingga ada sedikit ruang untuk meletakkan pasta carbon. Pasta
carbonnya sendiri dibuat dengan cara mencampurkan carbon aktif dengan
minyak parafin dengan perbandingan 2:1.
Fungsi dari minyak paraffin ini sendiri adalah sebagai perekat agar carbon
aktif tidak berhamburan ke larutan yang akan di analisis. Carbon aktif
digunakan karena carbon aktif memiliki sifat mengadsorbsi sehingga
mampu mengikat zat yang akan di analisis.
Dari ketiga elektroda tersebut kemudian disambungkan ke alat voltametri dan
diujikan kedalam larutan K4Fe(CN)6 dengan variasi konsentrasi 0,5 ppm; 1ppm;
2,5ppm; 5ppm; 10ppm.
. Dari analisis akan diperolek grafik sebagai berikut:
Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa dengan elektroda Cu-Hg pada
rentang potensial -1 volt hingga 1 volt, semakin besar konsentrasi K4Fe(CN)6 semakin
besar pula arus yang diberikanhal ini dapat telihat dengan semakin tingginya puncak
seiring dengan meningkatnya konsentrasi larutan.
Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa dengan elektroda pasta carbon pada rentang
potensial 0 volt hingga 1 volt, semakin besar konsentrasi K4Fe(CN)6 semakin besar
pula arus yang diberikanhal ini dapat telihat dengan semakin tingginya puncak seiring
dengan meningkatnya konsentrasi larutan.
Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa dengan elektroda Cu pada rentang potensial
0 volt hingga 1 volt, arus yang dihasilkan tidak konsisten. Hal ini dapat dilihat dari
grafik bahwa pada konsentrasi 0,5 ppm;1ppm; dan 2,5ppm puncak grafik semakin
tinggi dengan meningkatnya konsentrasi. Namun, pada konsentrasi 5 ppm dan 10
ppm terjadi penurunan puncak arus. Bahkan pada konsentrasi 5 ppm dan 10 ppm
puncaknya lebih rendah daripada puncak pada konsentrasi 0,5 ppm. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
1. Pada saat pengamplasan permukaan elektrodanya tidak rata atupun hasil
amplasnya miring sehingga permukaan yang kontak dengan larutan .
2. Larutan yang 5ppm dan 10 ppm digunakan telah mengalami oksidasi dan
karena penyimpanan yang terlalu lama.
Untuk menentukan keefektifan elektroda yang telah dibuat dapat ditentukan
dengan cara membuat kurva atau grafik antara konsentrasi dengan arus tertinggi yang
di hasilkan pada saat analisis. Elektroda yang mampu menghantarkan arus paling
besar pada setiap konsentrasilah yang memiliki keefektifan paling besar. Jika di lihat
dari grafik elektroda amalagam Cu-Hg maka di dapat puncak kuat arus pada setiap
konsentrasi sebagai berikut:
Jika di lihat dari grafik elektroda pasta carbon maka di dapat puncak kuat arus
pada setiap konsentrasi sebagai berikut:
Konsentrasi (ppm) Voltase0.5 9.17E-051 0.000108
2.5 0.0001645 0.00022910 0.000306
Jika di lihat dari grafik elektroda pasta carbon maka di dapat puncak kuat arus
pada setiap konsentrasi sebagai berikut:
Konsentrasi (ppm) Voltase0.5 2.38E-061 4.52E-06
2.5 6.06E-065 2.14E-0610 2.02E-06
Konsentrasi (ppm) Voltase 0.5 0.0001251 0.000193
2.5 0.0004055 0.00065610 0.001005
sehingga jika dari table tersebut digambarkan dalam bentuk grafik akan
menghasilkan kurva seperti berikut:
dapat disimpulkan bahwa elektroda Cu-Hg memiliki keefektifan paling besar karena
pada setiap konsentrasi, elektroda amalgam Cu-Hg mampu menghasilkan arus yang
paling besar diantara elektroda lainnya(elektroda pasta carbon dan elektroda Cu).
VIII. KESIMPULAN:
Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
IX. DAFTAR PUSTAKA:
Coolkhas-chemistry., 2009. Voltametri, http://coolkhas-
chemistry.blogspot.com Diakses pada 15 Mei 2013
Febliza, Asyiti.S.Pd, M.Pd.2011.Metode Amperometri(Voltametri) dalam
analisis.Unic of Chemistry.Diakses pada 15 Mei 2013.
Khopkar,S.M., 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta : UI-Press.
X. LAMPIRAN:
a. Lampiran foto
Gambar 1. Kristal HgNO3, karbon aktif dan parafin
Gambar 2. Karbon aktif Gambar 3. Larutan K4Fe(CN)6
Gambar 4. Elektroda Cu
b. Lampiran grafik
Grafik Voltase Elektroda Cu-Amalgam
Gambar 5. Perendaman elektroda pasta carbon
Gambar 6. Instrumen voltametri
Grafik Voltase Elektroda Cu-Pasta karbon
Grafik Voltase Elektroda Cu