LAPORAN PRAKTIKUM siklus karbon.docx
-
Upload
abdikhalik -
Category
Documents
-
view
260 -
download
4
description
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM siklus karbon.docx
LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN III
HUBUNGAN PRODUSEN DAN KONSUMEN DALAM
SIKLUS KARBON DI PERAIRAN
NAMA : ABDI KHALIK DJ
NIM : H41112252
HARI/TANGGAL : KAMIS/28 MARET 2013
KELOMPOK : 4 (EMPAT) A
ASISTEN : SITTI HARMATANG
MUH. NURDIN
LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Unsur karbon diatmosfer dalam bentuk gas karbon dioksida (CO2),
Konsentrasi (CO2) diatmosfer diperkirakan 0,03%. Karbon dioksida masuk ke
dalam komponen biotik melalui organisme fotoautotrop (tumbuhan hijau) dan
kemoautotrop (bakteri kemoautotrop) dalam proses fotosintesis dan kemosintesis.
Karbon kemudian tersimpan sebagai zat organik dan berpindah melalui rantai
makanan, respirasi dan ekskresi ke lingkungan (Ferial, 2013).
Karbon dialam selain dalam bentuk bahan organik, umumnya dalam
bentuk gas dan batuan karbonat yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Karbon
melalui proses fotosintesis tumbuhan akan diubah menjadi senyawa organik yang
dapat dipergunakan oleh organisme lainya. Tumbuhan sebagai pemakai utama
karbon dan akan kembali lagi ke atmosfer atau air sebagai CO2 sebagai hasil suatu
proses metabolimse. Konsentrasi karbon dioksida (CO2) yang tinggi akan
mempengaruhi tumbuhan dalam mengabsorsbsi air dan unsur hara. Unsur karbon
mempunyai kemampuan saling mengikat antar sesamanya yang merupakan dasar
untuk terbentuknya keragaman dan ukuran molekuler, sehingga tanpa proses ini
kehidupan tidak akan ada (Umar, 2013).
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu :
a. Untuk mengetahui hubungan antara prudusen dan konsumen dalam
pemanfaatan karbon dalam ekosistem perairan.
b. Mengenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan
peralatan yang berhubungan siklus karbon.
I.3 Waktu Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 28 Maret 2013,
Pukul 14.30-17.00 WITA, Bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsentrasi karbondioksida (CO2) di atmosfer cenderung meningkat dari
tahun ke tahun. Pada tahun 1800 konsentrasi karbondioksida di atmosfer telah
mendekati angka 280 ppm, yang pada awalnya terjadi peningkatan secara
perlahan dan kemudian menjadi lebih cepat yakni mencapai nilai 367 ppm pada
tahun 1999. Nilai ini terus meningkat sejalan dengan meningkatnya budidaya
pertanian dan industri global (IPCC, 2001). Manusia telah meningkatkan jumlah
CO2 yang dilepas ke atmosfer dengan melakukan pembakaran bahan bakar fosil,
limbah padat dan kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan
dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah vegetasi yang mampu
menyerap karbondioksida semakin berkurang, akibat perambahan hutan untuk
diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian (Afdal, 2007).
Produsen darat (tumbuhan) umumnya mendapatkan CO2 dari atmosfer,
sedangkan produsen dalam air memanfaatkan CO2 yang terlarut (sebagai
bikarbonat, HCO3). Kelarutan CO2 dalam air berbeda dengan oksigen (O2), karena
gas ini bereaksi secara kimiawi dalam air. Contohnya adalah apabila di dalam air
laut karbondioksida bereaksi dengan air menghasilkan asam karbonat, yang
kemudian terdissosiasi menjadi ion hydrogen dan bikarbonat dan pada akhirnya
ion bikarbonat terdisosiasi lagi menjadi ion hydrogen dan karbonat (Umar, 2013).
Mikroorganisme mempunyai peranan sangat penting dalam peredaran
karbon di alam. Peranan sebagai pengurai materi karbon dalam bentuk zat organik
khususnya di dalam pool tanah (litosfer) menghasilkan persediaan sumber energi
berupa minyak bumi atau bahan bakar fosil. Minyak bumi merupakan hasil
dekomposisi bahan organik dari produsen primer di masa lampau seperti
Pembakaran minyak akan menghantarkan karbon memasuki pool udara (atmosfer)
berbentuk gas CO2. Demikian pula pembakaran biologis melalui pernafasan
menghantarkan karbon memasuki pool atmosfer dan perairan (hidrosfer).
Aktifitas mikroorganisme mentransformasi zat karbon melalui 3 jalur yaitu
pertama, dekomposisi dan mineralisasi; kedua, imobilisasi dalam biomassa dan
ketiga, pembentukan / formasi humus (Syauqi, 2013) yaitu:
Meskipun Karbondioksida sangat mudah larut dalam air, sangat sedikit
karbon dioksida sangat mudah larut dalam air, sangat sedikit karbondioksida
berada dalam larutan biasa karena jumlahnya dalam udara atmosfer sangat sedikit.
Selain itu dekomposisi bahan organik dan pernafasan tumbuhan air dan hewan
memberi sumbangan pada karbokdioksida yang sudah ada. Fotosintesis tumbuhan
air, agitasi air, dan penguapan menyebabkan hilangnya karbondioksida sistem.
seringkali karbondioksida bebas terkumpul dalam jumlah besar pada saat dasar
kolam dan danau, sehubungan dengan penguraian bahan organik . Kelebihan gas
demikian akan naik ke permukaan sebagai massa gelembung, dan gas hilang ke
udara (Michael, 1999).
Senyawa karbon hasil kegiatan fotosintesis tumbuh-tumbuhan merupakan
bahan yang sangat melimpah di alam. Polimer berbentuk karbohidrat dan yang
lain berserta campurannya dalam tubuh tanaman bila mati dan memasuki tanah,
oleh mikroba akan diuraikan dan/atau didekomposisi menjadi lebih sederhana,
hingga mineralisasi. Beberapa mikroorganisme di lingkungan melakukan interaksi
dan sebagaimana dijelaskan pada bab I sebelumnya ada yang bersifat sinergis,
yaitu seakan-akan sebagai urut-urutan. Lignin maupun molekul yang mengandung
banyak polimer senyawa aromatis dipromosikan jamur Phanerochaeta
Chrysosporium. Khamir satu sel Saccharomyces cerevisiae melakukan aktivitas
pengambilan energi dari senyawa yang mempunyai jumlah 6 atom karbon dalam
peristiwa fermentasi dapat menjadi 2 atom karbon, yaitu unit glukosa menjadi
etanol dan 1 atom berbentuk gas CO2. Selanjutnya spesies lainnya
mendekomposisi dari 2 atom karbon menjadi 1 atom karbon yaitu etanol menjadi
asam asetat oleh bakteri Acetobacter aceti (Syauqi, 2013) yaitu sebagai berikut:
Konsentrasi karbondioksida (CO2) di atmosfer cenderung meningkat dari
tahun ke tahun. Pada tahun 1800 konsentrasi karbondioksida di atmosfer telah
mendekati angka 280 ppm, yang pada awalnya terjadi peningkatan secara
perlahan dan kemudian menjadi lebih cepat yakni mencapai nilai 367 ppm pada
tahun 1999. Nilai ini terus meningkat sejalan dengan meningkatnya budidaya
pertanian dan industri global (IPCC, 2001). Manusia telah meningkatkan jumlah
CO2 yang dilepas ke atmosfer dengan melakukan pembakaran bahan bakar fosil,
limbah padat dan kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan
dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah vegetasi yang mampu
menyerap karbondioksida semakin berkurang, akibat perambahan hutan untuk
diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian. Walaupun lautan dan
proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer, aktifitas
manusia yang melepaskan karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari
kemampuan alam untuk menguranginya. karbon dapat diambil dan dikembalikan
ke atmosfer melalui beberapa cara (Syauqi, 2013) yaitu:
Pengikatan karbon dari atmosfer :
1. Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesis untuk mengubah
karbon dioksida menjadi karbohidrat dan melepaskan oksigen ke atmosfer. Proses
ini akan lebih banyak menyerap karbon pada hutan dengan tumbuhan yang baru
saja tumbuh atau hutan yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat.
2. Permukaan laut di daerah kutub memiliki temperatur yang lebih rendah yang
memungkinkan CO2 lebih mudah larut. Selanjutnya CO2 yang larut tersebut akan
terbawa oleh sirkulasi termohalin yang membawa massa air di permukaan yang
lebih berat ke lapisan air yang lebih dalam.
3. Di lapisan air dekat permukaan (uper ocean), pada daerah dengan produktivitas
yang tinggi, organisme membentuk jaringan yang mengandung karbon dan
beberapa organisme juga membentuk cangkang karbonat dan bagian-bagian tubuh
lainnya yang keras. Proses ini akan menyebabkan aliran karbon ke lapisan air
yang lebih dalam.
4. Pelapukan batuan silikat. Tidak seperti dua proses sebelumnya, proses ini tidak
memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap untuk kembali ke atmosfer.
Pelapukan batuan karbonat tidak memiliki efek netto terhadap CO2 atmosferik
karena ion bikarbonat yang terbentuk terbawa ke laut dimana selanjutnya dipakai
untuk membuat karbonat laut dengan reaksi yang sebaliknya (reverse reaction).
Pengembalian karbon ke atmosfer:
1. Melalui pernafasan (respirasi) pada tumbuhan dan hewan. Hal ini merupakan
reaksi eksotermik dan termasuk juga di dalamnya penguraian glukosa (atau
molekul organik lainnya) menjadi karbon dioksida dan air.
2. Melalui pembusukan hewan dan tumbuhan. Fungi atau jamur dan bakteri
mengurai senyawa karbon pada hewan dan tumbuhan yang mati dan mengubah
karbon menjadi karbondioksida jika tersedia oksigen, atau menjadi metana jika
tidak tersedia oksigen. Melalui pembakaran material organik yang mengoksidasi
karbon yang terkandung menghasilkan karbon dioksida (juga yang lainnya seperti
asap ).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah botol selai dan gunting.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Larutan Metilen Blue,
Hydrilla sp, kecebong, karet gelang, plastik bening, label, dan air.
III.3 Cara Kerja
Cara kerja dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Siapkan 2 seri botol percobaan A dan B yang masing-masing terdiri atas 4
botol dan diberikan label dengan kode A1,A2,A3,danA4 serta B1,B2,B3,dan
B4.
2. isilah setiap tabung dengan air sampai batas atas tutup botol.
3. Tambahkan 2-3 tetes Metilen Blue kedalam setiap botol.
4. Masukkan kecebong kedalam botol perlakuan A1B1, kecebong dan hidrilla
dalam botol A2B2, A3B3 hanya hidrilla saja, serta A4B4 sebagai kontrol.
5. 5.Tutuplah semua botol dengan plastik rapat-rapat.
6. Tempatkan kelompok A1-A4 ditempat terang dan B1-B4 dikamar gelap.
7. Amati percobaan tersebut selama 3 hari. dan pada hari ketiga lakukan
pertukaran kelompok B1-B4 pada temapat terang dan A1-A4 pada tempat
gelap.
8. Amati perbahan warna yang terjadi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
a. Tabel pengamatan percobaan I kelompok A (terang) dan B (gelap)
PerlakuanA (Terang) B (Gelap)
I II II I II III
A1 B1 + - - - - - ++ + -
A2 B2 - - - - - - - - - - - - - -
A3 B3 - - - - - - - - - - - - - - - -
A4 B4 +++ + - - - +++ +++ +++
b. Tabel pengamatan percobaan I kelompok B (terang) dan A (gelap)
PerlakuanB (Terang) A (Gelap)
I II II I II III
A1 B1 - - - - - - - - - - - - - - -
A2 B2 - - - - - - - - - - - - - - - -
A3 B3 - - - - - - - - - - - - - - - -
A4 B4 ++ + - - - - - - - - - - - -
Ket: A1.B1: Kecebong +++ : Biru sekaliA2.B2: Hidrilla dan Kecebong ++ : BiruA3.B3: Hidrilla + : Biru mudaA4.B4: Kontrol (tanpa perlakuan) --- : Bening sekali
-- : Bening - : Bening kebiruan
IV.2 Pembahasan
Produsen merupakan organisme yang menduduki tingkat tropik paling
pertama, karena produsen atau tumbuhan dapat membuat makananya sendiri
melalui reaksi kimia (fotosintesis) sedangkan konsumen merupakan organisme
yang memanfaatkan produsen atau dapat dikatakan tidak dapat membuat
makananya sendiri melalui reaksi kimia (heterotrof). Didalam perairan terjadi
hubungan antara produsen dan konsumen dalam pemanfaatan karbon (C), yaitu
pada proses fotosintesis, tumbuhan cenderung akan membutuhkan karbon dalam
bentuk karbondioksida (CO2) yang terlarut dalam perairan dan akan menghasilkan
oksigen sedangkan konsumen, cenderung melepaskan CO2 dan membutuhkan
oksigen dalam proses respirasi. Selain itu, Bahan organik yang dihasilkan dari
proses fotosintesis akan dimanfaatkan konsumen sebagai sumber karbon.
Pada percobaan tersebut didapatkan data hasil pengamatan yaitu pada
kelompok A yang diletakkan ditempat terang cenderung mengalami perubahan
warna yang signifikan contohnya pada A1 (terang) warnanya yang tadinya biru
muda berubah menjadi bening pada hari II dan sangat bening pada hari ke III,
namun kecebong yang ada dalam botol tersebut mati pada hari I hal ini
disebabkan karena kurangnya kadar oksigen dalam air dan warna biru tersebut
hilang dikarenakan karbon dioksida pada saat itu telah habis. Untuk A2 (terang)
pada hari I warnanya berubah menjadi bening dan kondisi Hidrilla masih segar
sedangkan kecebong mati hal ini disebabkan kurangnya asupan oksigen dari
hidrilla kepada kecebong, karena karbon dioksida yang dipakai hidrilla telah
habis, namun pada hari ke III hydrilla mulai tidak segar. A3 (terang) yang berisi
Hidrilla pada hari I warna air berubah sangat bening dan Hidrilla masih tampak
segar namun pada hari ke II dan III Hidrilla telah tampak tidak segar karena
kurangnya asupan CO2. Pada A4 yang hanya kontrol, pada hari I warnanya masih
dalam keadaan sangat biru sakali, hari ke II berubah menjadi biru dan terjad
perubahan yang signifikan pada hari ke III menjadi sangat bening. Pada B1
(gelap), hari I warna air masih terlihat biru dan kecebong msih hidup, pada hari ke
II air telah berubah menjadi biru muda dan kecebong telah mati dan pada hari ke
III air berubah menjadi bening. Pada B2 (gelap) Pada hari I air telah berubah
menjadi bening begitu pula pada hari ke II dan III, namun pada hari ke I
kecebong telah mati dan hidrilla masih segar. Sedangkan pada B4 tidak
menunjukkan perubahan warna yang signifikan, airnya hanya tetap sangat biru.
Setelah dilakukan penukaran antara A terang ke A gelap, dan begitu pula B, maka
didapatkan hasil bahwa B (terang) semuanya telah berubah menjadi bening pada
hari ke I,II,dan III kecuali B4 (gelap) yang menunjukkan warna Biru pada hari I
dan bru muda pada hari ke II dan pada har ke III berubah menjadi bening sekali.
Sedangkan pada A (gelap) tidak terjadi perubahan apa-apa, warnanya semuanya
bening sekali dan semua organismenya mati.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan ini diantaranya adalah
kadar CO2 yang terlarut, karena jika kadar CO2 meningkat maka warna biru dari
Metilen blue akan berubah menjadi Sangat biru dan jika CO2 berkurang maka
warna air akan berubah menjadi bening, selain itu faktor penyinaran matahari,
karena dalam perairan siklus CO2 sangat bergantung pada laju fotosintesis yang
dipengaruhi penyinaran matahari dan penyinran matahari juga mempengaruhi
suhu perairan, karena dalam percobaan ini kematian kecebong sangat
memprihatinkan pada kelompok A (terang) ini disebabkan karena suhu yang
tinggi pada lantai 3 gedung MKU, Sedangkan pada kelompok B suhunya stabil
berada dalam ruangan. Faktor lainnya yaitu pH air, karena ada beberapa
organisme yang tidak tahan dalam keadaan pH asam atau ada juga yang tidak
tahan terdapap pH basah.
Ditempat Terang suhunya relatif tinggi sehingga mempengaruhi siklus
karbon pada proses fotosintesis sedangkan pada gelap tidak ada penyinaran
langsung dari sinar matahari karena berada dibawah lindungan ruangan. sehingga
faktor tersebut sangat berpengaruh besar terhadap hubungan organisme dengan
tempat terang dan tempat gelap..
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Jadi, dari hasil percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
a. Didalam perairan terjadi hubungan antara produsen dan konsumen dalam
pemanfaatan karbon (C), yaitu pada proses fotosintesis, tumbuhan cenderung
akan membutuhkan karbon dalam bentuk karbondioksida (CO2) yang terlarut
dalam perairan dan akan menghasilkan oksigen sedangkan konsumen,
cenderung melepaskan CO2 dan membutuhkan oksigen dalam proses respirasi.
b. Dalam percobaan ini kami dilatih dalam hal keterampilan menggunakan
peralatan-peralatan yang berhubungan dengan percobaan, contohmya membuat
sebuah wadah/tempat sampel harus ditempatkan.
V.2 Saran
Saran saya yaitu agar waktu dalam Laboratorium digunakan dengan
sebaik-baiknya untuk praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Afdal, (2007). “Oseana” Siklus Karbon dan Karbon Dioksida Di Atmosfer Dan Di Samudera, Vol; XXXII, Nomor 2 : 29 -41.
Ferial, Eddyman W., 2013. Pengetahuan Lingkungan. Jurusan Biologi. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Michael, P.,1999. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang Dan Laboratorium. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Syauqi, Ahmad., 2013. Siklus Karbon, http://fmipa-uim.net78.net/biologi/. Diakses pada tanggal 1 Maret 2013. Pukul 21.00 WITA, Makassar.
Umar, R., 2013. Ekologi Umum Dalam Praktikum, Jurusan Biologi, Universitas Hasanuddin, Makassar.