Laporan Praktikum Properti Material 1
description
Transcript of Laporan Praktikum Properti Material 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROPERTI MATERIAL
KELOMPOK 25
Andi Muhamad Adam 1106138945
Ario Bintang
Desi Evriyani 1106139191
Ida Royana Tambunan 1106139355
Nur Cahyo Setiawan 1106139626
Srikandi Wahyu Arini1 1106139834
Tanggal Praktikum : 9 Oktober 2011
Asisten Praktikum : Rendy Dwi P
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf :
LABORATORIUM BAHAN
DEPARTEMEN SIPIL – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2011
I.2. PENENTUAN KONSISTENSI NORMAL DARI SEMEN
HIDROLISIS.
A. Tujuan Percobaan
Menentukan konsistensi normal dari semen hidrolisis untuk keperluan
penentuan waktu pengikatan semen.
B. Peralatan
1. Mesin aduk [Mixer] dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta
Mangkuk yang dapat dilepas.
2. Alat vicat [Dengan menggunakan ujung c seperti pada gambar 1].
3. Timbangan dengan kepekaan sampai 1,0 gram.
4. Alat pengorek [Scraper] dibuat dari karet yang agak kaku.
5. Gelas ukur dengan kapasitas 150 atau 200 ml.
6. Sendok perata [Trowel].
7. Sarung tangan karet.
C. Bahan
1. Semen Portland + 500 gram [Untuk 1 percobaan].
2. Air bersih [Dengan temperatur kamar].
D. Prosedur
1. Memasang daun pengaduk serta mangkuk pada alat pengaduk.
2. Memasukkan bahan untuk percobaan dalam mangkuk dan campurlah sebagai
berikut :
a. Menuangkan air 135 cc
b. Memasukkan 500 gram semen kedalam air dan biarkan untuk penyerapan
selama 30 detik.
3. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah [ 140 + 5 ppm ] dan
aduklah selama 30 detik.
4. Menghentikan mesin pengaduk untuk 15 detik dan sapulah bahan [Pasta] dari
dinding sisi mangkuk.
5. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan sedang [ 285 + 10 ppm ] dan
aduklah selama 1menit.
6. mengambil pasta dari mangkuk dan bentuklah sebagai bola. melemparkan bola
pasta tersebut dari tangan yang satu ke yang lain [Dengan jarak + 15 cm]
beberapa kali. Kemudian tempatkan pada alat vicat [Gambar 1]. Tekankan
kedalam cincin konis [G] sehingga memenuhi cincin tersebut.. menempatkan
cincin tersebut pada pelat gelas [H] dan menuangkan kelebihan pasta semen dari
kedua sisi cincin. meratakan bagian atas dari pasta semen dengan sendok adukan
sedemikian rupa sehingga tidak menekan adukan.
7. memusatkan cincin berisi pasta tersebut dibawah batang [B] dan sentuhkan dan
mengunci [memutar kunci K] jarum C pada permukaan pasta. Menempatkan
indikator [F] tepat pada angka nol yang atas. Melepaskan batang [B] bersamaan
jarum [C] dengan memutar kunci K. Jarum C akan masuk kedalam pasta. Bila
dalam waktu 30 detik kedalaman masuk C kedalam pasta besarnya 10 + 1 mm
dari permukaan, maka konsistensi pasta semen tersebut adalah normal.
Catatlah jumlah air yang diperlukan untuk mencapai konsistensi normal.
E. Data Praktikum
Percobaa
nSemen Vol. Air Nilai
Ke - (gr) (ml) Konsistensi (mm)
1 500 135 9
Tabel 1.2. Percobaan mengetahui nilai konsistensi normal semen hidrolisis.
Dari tabel tersebut kita dapat melihat bahwa nilai konsistensi dari semen
hidrolisis, bergantung pada jumlah volume air yang digunakan pada saat pengadukan
dengan mixer. Hal ini terlihat jika kita menggunakan air dengan takaran antara + 135
ml nilai konsistensi semen yang didapat adalah 9mm. Seharusnya nilai konsistensi
normal yang didapat bernilai 10 + 1 mm, pada percobaan dengan menggunakan air
sebanyak 135 ml, kami mendapatkan nilai konsistensi 9 mm.
F. Analisis
Analisis praktikum
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan nilai konsistensi
normal dari semen hidrolisis yang telah ditentukan beratnya. Tentunya percobaan ini
dilaksanakan dengan berpedoman pada prosedur yang telah ada. Dimana setiap
langkah dari prosedur tersebut dilakukan secara berurutan dengan ketentuan yang
berlaku didalamnya. Pada saat kami melaksanakan beberapa tahapan hingga akhir
yang ada pada prosedur, maka kami mendapatkan nilai konsistensi normal dari semen
hidrolisis yaitu berkisar + 10.5 ml pada penggunan Volume air saat pengadukan
mixer sebesar 128 ml. Nilai ini + mendekati nilai konsistensi normal yang
sebenarnya ( 10 + 1 mm ), hal tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor yang dapat
menyebabkan perubahan nilai konsistensinya.
Faktor penyebab berubahnya nilai konsistensi normal pada praktikum, dari
nilai yang sebenarnya yaitu :
a. Saat penimbangan berat semen tidak begitu akurat nilainya.
b. Pembacaan tinggi Volume air pada saat Pengukuran dengan tabung ukur tidak
begitu tepat.
c. Waktu untuk pengadukan semen dengan penggunaan air pada mixer kurang
tepat, sehingga pasta semen keburu mengering.
d. Pada saat pelemparan pasta dengan menggunakan tangan yang dilapisi plastik,
dapat mengakibatkan pasta semen terkontaminasi dengan udara luar, dan akan
berakibat waktu untuk mengeras dari pasta semen akan semakin cepat.
e. Pada saat pemindahan pasta semen ke alat vicat, dengan terlebih dahulu
dimasukkan serta ditekan kedalam cincin konis hingga memenuhi dari bidang
cincin konis tersebut, dilakukan secara tidak merata.
Analisis Data Praktikum
Percobaa
nSemen Vol. Air Nilai
Ke - (gr) (ml) Konsistensi (mm)
1 500 135 9
Tabel 1.2. Percobaan mengetahui nilai konsistensi normal semen hidrolisis.
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai konsistensi normal dari semen
hidrolisis yang kami dapatkan setelah melaksanakan praktikum yaitu pada
penggunaan volume air + 135 ml sebesar 9 mm. Nilai tersebut termasuk dari nilai
sebenarnya ( 10 + 1 mm ).
G. Kesimpulan.
Nilai konsistensi normal yang didapat dari hasil praktikum adalah sebesar 9 mm
dengan takaran air yang digunakan 135 mm.
I.3 PENENTUAN WAKTU PENGIKATAN DARI SEMEN HIDROLISIS
A. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan waktu pengikatan dari
semen hidrolisis (dalam keadaan konsistensi normal) dengan alat vicat dan alat
gilmor.
B. Peralatan
1. Mesin aduk dengan sudu-sudu dari baja tahan karat serta mangkuk yang dapat
dilepas .
2. Alat vicat (dengan memakai jarum D seperti pada gambar 1).
3. Timbangan dengan kepekaan sampai 1.0 gram.
4. Alat pengorek dari karet yang agak kaku.
5. Gelas ukur dari karet yang agak kaku.
6. Ruang lembab yang mampu memberikan kelembaban relatip minimum 90%.
C. Bahan
Semen portland.
Air bersih (dengan temperatur kamar).
D. Prosedur
Dalam tes vicat, waktu pengikatan terjadi apabila jarum vicat yang kecil (jarum
D), membuat penetrasi sedalam 25 mm ke dalam pasta setelah mapan selama 30
detik.
Alat Vicat
Tempatkan sudu serta mangkuk (kering) pada posisi mengaduk pada alat aduk.
Tempatkan bahan-bahan untuk satu “Batch” ke dalam mangkuk dengan cara
sebagai berikut:
a. Masukkan semua air pencampur yang jumlahnya telah ditetapkan
sebelumnya dalam pembuatan pasta semen dengan konsistensi normal
untuk semen 500 gram.
b. Tambahkan 500 gram semen pada air tersebut dan biarkan menyerap untuk
30 detik.
Jalankan alat aduk dengan kecepatan rendah (140 + rpm) selama 30 detik.
Hentikan alat aduk selama 15 detik dan bersihkan semua pasta dari sisi
mangkuk.
Jalankan alat aduk dengan kecepatan sedang (248 + 10 rpm) dan aduklah selama
1 menit.
Segera ambil pasta semen dari mangkuk dan bentuklah sebagai bola dan
tekankan kedalam cincin konis sesuai cara dalam penentuan konsistensi normal.
Segera masukkan benda coba tersebut kedalam ruang lembab dan biarkan disana
terus kecuali bila mau dipakai untuk percobaan.
Setelah 30 menit di dalam ruang lembab, tempatkan benda coba pada alat vicat.
Turunkan jarum D hingga menyentuh permukaan pasta semen. Keraskan skrup E
dan geser jarum penunjuk F pada bagian atas dari skala dan lakukan pembacaan
awal.
Lepaskan batang B dengan memutar skrup E dan biarkan jarum mpan pada
permukaan pasta untuk 30 detik. Adakan pembacaan untuk menetapkan
dalamnya penetrasi. Apabila pasta ternyata terlalu lembek, lambatkan penurunan
batang B untuk mencegah melengkungnya jarum.
Jarak antara setiap penetrasi pada pasta tidak boleh lebih kecil dari 6 mm. Untuk
semen tipe I, percobaan dilakukan segera setelah diambil dari ruang lembab dan
setiap 15 menit sesudahnya sampai tercapai penetrasi sebesar 25 mm atau
kurang. Untuk semen tipe III, percobaan dilakukan segera setelah diambil dari
ruang lembab dan setiap 10 menit sesudahnya sampai tercapai penetrasi sebesar
25 mm atau kurang.
Gambarkan dalam suatu grafik, besarnya penetrasi jarum vicat sebagai fungsi
dari waktu, semen-semen tipe I/III.
Catat hasil semua percobaan penetrasi. Tentukan waktu tercapainya penetrasi
sebesar 25 mm. Inilah waktu ikat.
E. Data
Setelah melakukan percobaan maka di dapat data sebagai berikut :
No. Permulaan
PenurunanWaktu Penurunan (menit) Penurunan (mm)
1 10 40
2 25 40
3 40 38
4 55 38
5 70 32
6 85 14
F. Pengolahan Data
Didapat grafik, sebagai berikut :
grafik percobaan; 40grafik percobaan; 40grafik percobaan; 38grafik percobaan; 38
grafik percobaan; 32
grafik percobaan; 14
f(x) = − 0.293333333333333 x + 47.6R² = 0.667805519053877
grafik percobaan
grafik percobaanLinear (grafik percobaan)
Waktu Penekanan (menit)
Penu
runa
n (m
m)
G. Analisa
Analisa praktikum
Percobaan dilakukan pada tanggal 9 Oktober 2011. Percobaan tersebut
dilakukan dengan menggunakan alat vicat. Percobaan dilakukan dengan langkah-
langkah sesuai dengan prosedur dan dengan komposisi air sebanyak 135 ml, dan
semen hidrolis sebanyak 500 mg. Pencarian waktu pengikatan dilakukan bila
campuran semen dan air telah ideal dan dapat melewati tes yang dilakukan yaitu
dengan melakukan penetrasi terhadap pasta semen pada alat vicat yang menggunakan
jarum tumpul, dan penetrasi yang didapat adalah sepanjang 10 mm setelah rentan
waktu 30 detik. Lalu pencatatan data dilakukan setiap 10 menit sekali. Bila penetrasi
telah mencapai 25 mm, maka pencatatan data dilakukan setiap 5 menit sekali. Dalam
tes vicat, waktu pengikatan terjadi apabila jarum vicat yang kecil (jarum D), membuat
penetrasi sedalam 25 mm ke dalam pasta setelah mapan selama 30 detik.
Analisa kesalahan
Saat pelaksanaan percobaan, terdapat beberapa kesalahan seperti kesalahan
didalam pembacaan skala panjangnya penetrasi. Selain itu dalam meletakkan jarum
vicat yang tidak tepat menyentuh pada permukaan pasta, seperti jarum yang sedikit
masuk ataupun tidak menyentuh pasta juga menyebabkan kesalahan. Meletakkan
skala pembacaan awal yang tidak tepat pada posisi 0 juga bisa menimbulkan
kesalahan. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat mempengaruhi data percobaan.
Analisa grafik
Grafik yang dibentuk menunjukkan hubungan antara panjangnya penetrasi
dan waktu. Dari grafik dapat diketahui waktu ikat yaitu pada saat penetrasi terjadi
sebanyak 25 mm. Waktu ikatnya kira-kira sebesar 77 menit.
II.1 ANALISA SPESIFIC GRAVITY DAN ABSORBTION DARI AGREGAT
HALUS
A. Tujuan
Menentukan Bulk dan Apparent Spesific Gravities dan Absorbtion dari agregat halus
menurut ASTM C 128 guna menentukan volume agregat dalam beton.
B. Peralatan
1. Neraca timbangan dengan kepekaan 0,1 gram dan kapasitas maximum 1 Kg.
2. Piknometer kapasitas 500 gram
3. Cetakan kerucut pasir
4. Tongkat pemadat (tamper) dari logam untuk cetakan kerucut pasir
5. Oven, dengan ukuran yang mencukupi dan dapat mempertahankan suhu
(110±5)⁰C
C. Bahan
1000 gram (2 x 500 gram) agregat halus, diperoleh dari alat pemisah contoh atau alat
perempatan.
D. Prosedur
1. Keringkan Agregat halus sampai didapatkan keadaan kering merata. Agregat
halus disebut kering merata jika telah dapat tercurah (free flowing condition).
2. Sebagian benda uji dimasukan pada metal sand cone mold. Kemudian benda uji
dipadatkan dengan tongkat pemadat sampai 25 kali tumbukan. Kondisi SSD
(Saturated Surface Dry) diperoleh jika ketika cetakan diangkat, agregat halus
runtuh atau longsor.
3. 500 gram agregat halus dalam kondisi SSD dimasukan kedalam piknometer,
kemudian ditambahkan air sampai 90% kapasitas piknometer
4. Gelembung-gelembung udara dihilangkan dengan cara menggoyang-goyangkan
piknometer
5. Benda uji direndam dalam air dengan temperatur air (73,4 ± 3) ⁰F selama paling
sedikit 1 hari. Kemudian tentukan berat piknometer, benda uji dan air.
6. Benda uji dipisahkan dari piknometer dan dikeringkan pada temperatur (212 –
230) ⁰F selama 1 hari
7. Berat piknometer berisi air ditentukan sesuai kapasitas kalibrasi pada temperatur
(73,4 ± 3) ⁰F dengan ketelitian 0,1 gram.
E. Pengolahan Data
A = Berat (gram) dari benda uji oven-dry diudara. 486 gr
B = Berat (gram) dari piknometer berisi air 500 gr
C = Berat (gram) dari piknometer dengan benda uji dan air sesuai kapasitas kalibrasi
918 gr
Berat jenis curah = A = 486 = 5,927
B + 500 - C 500 + 500 – 918
Berat jenis jenuh SSD = 500 = 500 = 6,098
B + 500 – C 500+500 – 918
Berat jenis semu = A = 486 = 7,147
A + B - C 486 + 500 - 918
Penyerapan = 500 – A x 100% = 500 – 486 x 100% = 2,88 %
A 486
F. Analisa
a. Analisa Praktikum
Praktikum analisa spesific gravity dan absorbtion agregat halus dilakukan untuk
mengetahui bulk dan apparent specific gravity dan absorbsi dari agregat halus menurut
ASTM C 128 guna untuk menentukan volume agregat dalam beton. Pada praktikum
ini yang pertama kali dilakukan adalah membuat agregat halus sebanyak 500 gr kering
permukaan (SSD). Selanjutnya agregat dimasukan ke dalam metal sand cone mold
untuk memastikan bahwa agregat halus sudah dalam keadaan SSD. Sebanyak 500
gram agregat halus dalam kondisi SSD dimasukan kedalam piknometer kemudian
ditambahkan air. Piknometer digoyang-goyangkan untuk menghilangkan gelembung
udara yang terperangkap. Langah berikutnya ialah menimbang piknometer beserta air
dan agregat yang sudah direndam selama 1 hari sehingga didapatkan berat piknometer
+ air + agregat halus dalam kondisi jenuh sebesar 918 gr . Agregat halus dikeluarkan
dari piknometer, dimasukkan ke dalam oven selama 1 hari dan ditimbang, pada
praktikum ini didapatkan berat agregat halus dalam keadaan oven-dry sebesar 486 gr.
b. Analisa Pengolahan Data
Dari hasil penimbangan diketahui bahwa dalam kondisi yang berbeda, yaitu
kondisi oven-dry, kondisi jenuh dan kondisi SSD akan dicapai berat yang berbeda.
Berdasarkan perhitungan yang telah di atas maka diperoleh berat jenis curah sebesar
5,927, berat jenis jenuh sebesar 6,098, berat jenis semu sebesar 7,147 dan absorbsi
sebesar 2,88%. Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa saat agregat
tersebut dalam kondisi SSD, kemudian ditimbang, maka 2,88 % beratnya adalah berat
air akibat adanya daya absorbsi dari agregat halus itu sendiri.
G. Kesimpulan
Dari benda uji yaitu agregat halus yang digunakan dalam praktikum, diketahui
bahwa dengan kondisi yang berbeda, yaitu dengan kondisi oven-dry di udara,
kondisi SSD dan kondisi jenuh, akan dicapai berat yang berbeda pula.
berat jenis curah sebesar 5,927
berat jenis jenuh sebesar 6,098
berat jenis semu sebesar 7,147
absorbsi sebesar 2,88%
III.2 ANALISA SPESIFIC GRAVITY DAN ABSORBTION DARI AGREGAT
KASAR
A. Tujuan Percobaan
Menentukan Bulk dan Apparent Spesific Gravities dan Absorbtion dari agregat kasar
menurut ASTM C 127 guna menentukan volume agregat dalam beton.
B. Peralatan
Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram, kapasitas minimum 5kg.
Panjang besi 8 in dan tinggi 2,5 in.
Alat penggantung keranjang
Oven
Handuk
C. Bahan
11 liter agregat [SSD] diperoleh dari alat pemisah contoh atau alat perempatan. Bahan
benda uji lewat saringan no.4 dibuang.
D. Prosedur
Benda uji direndam 24 jam.
Benda uji digulung dengan handuk, sehingga air permukaannya habis, tetapi harus
masih tampak lembab (kondisi SSD). Timbang.
Benda uji duimasukkan ke keranjang dan direndam kembali dalam air.
Temperatur air 73,4 + 30F dan ditimbang sebelum container diisi benda uji,
digoyang-goyang dalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap.
Benda uji dikeringkan pada temperature 212 – 230 0F. Didinginkan dan
ditimbang.
Mengurai berbagai material yang baru perlu memperoleh respon paling hasil uji
digrat dimanfaatkan secara optimal.
E. Data Praktikum
A = Berat (gram) dari benda uji oven-dry diudara. 4933 gr
B = Berat (gram) dari benda uji pada kondisi SSD. 5000 gr
C = Berat (gram) dari benda uji pada kondisi jenuh. 3224 gr
Bulk Specific Gravity [SSD] = B = 5000 = 2,815
B - C 5000 – 3224
Apparent Specific Gravity = A = 4933 = 2,886 gr/cc
A – C 4933 – 3224
Prosentase Absorbsi = B – A x 100 % = 5000 – 4933 x 100 % = 1,358 %
A 4933
F. Analisa
Pada praktikum analisa spesific gravity dan absorbtion dari agregat kasar, yang
pertama kali dilakukan adalah merendam agregat kasar kedalam air selama satu hari.
Hal ini dilakukan agar terjadi absorbsi oleh agregat. Kemudian, setelah direndam
selama 24 jam atau satu hari, agregat dikeluarkan dari dalam air dan digulung dengan
handuk agar air permukaannya habis, tetapi harus tampak lembab. Kondisi seperti ini
disebut dengan kondisi SSD (Surface Dry Condition). Lalu agregat ditimbang untuk
mendapatkan berat dari benda uji B sebesar 5000 g .
Selanjutnya agregat kembali dimasukkan ke keranjang dan direndam kembali.
Keranjang digoyang-goyangkan dalam air agar dapat melepaskan udara yang
terperangkap karena udara yang terperangkap di antara agregat akan sedikit
mempengaruhi berat jenuh dari agregat kasar ini di dalam air. Langah berikutnya ialah
agregat kasar ini ditimbang dalam keranjang yang ada di dalam air, dari sini berat dari
agregat kasar dalam kondisi jenuh (berat dari benda uji C) kita dapat yaitu sebesar 3224
gr . Berat dalam kondisi jenuh ini adalah berat agregat didalam air, dimana agregat
akan melayang dalam air akibat daya apung. Dan berat dalam kondisi ini tidak
menghitung berat air, tapi hanya berat dari Agregat yang ada di dalam keranjang yang
direndam dalam air.
Langkah terakhir ialah agregat kasar dalam keadaan basah yang ada di dalam
keranjang dikeringkan, di tuang ke dalam pan dan dimasukkan ke dalam oven untuk
mengeluarkan air yang terserap(absorpsi) oleh agregat kasar. Setelah dioven selama
satu hari, agregat kasar dikeluarkan dari oven lalu didinginkan untuk selanjutnya
ditimbang sehingga kita bisa mendapatkan berat agregat kasar dengan oven-dry di
udara (berat benda uji A) sebesar 4933 gr.
Dari hasil penimbangan diketahui bahwa dalam kondisi yang berbeda, yaitu
kondisi oven-dry, kondisi jenuh dan kondisi SSD akan dicapai berat yang berbeda.
Berdasarkan perhitungan yang telah di atas maka diperoleh Bulk Specific Gravity [SSD]
sebesar 2,815. Dan juga didapati Apparent Specific Gravity (berat jenis apparent
agregat dalam gr/cc) sebesar 2,886 gr/cc. Dan dari hasil perhitungan, diperoleh
prosentase absorbsi yaitu prosentase daya agregat untuk menyerap air sebesar 1,358 %.
Hal ini berarti saat agregat tersebut dalam kondisi SSD, kemudian ditimbang, maka
1,358 % beratnya adalah berat air akibat adanya daya absorbsi dari agregat kasar itu
sendiri.
G. Kesimpulan
1. Dari benda uji yaitu agregat kasar yang digunakan dalam praktikum, diketahui
bahwa dengan kondisi yang berbeda, yaitu dengan kondisi oven-dry di udara,
kondisi SSD dan kondisi jenuh, akan dicapai berat yang berbeda pula.
2. Bulk Specific Gravity [SSD] = 2,815
3. Apparent Specific Gravity = 2,886 gr/cc
4. Prosentase Absorbsi = 1,358 %