Laporan Praktikum Properti Material 1

22
LAPORAN PRAKTIKUM PROPERTI MATERIAL KELOMPOK 25 Andi Muhamad Adam 1106138945 Ario Bintang Desi Evriyani 1106139191 Ida Royana Tambunan 1106139355 Nur Cahyo Setiawan 1106139626 Srikandi Wahyu Arini 1 1106139834 Tanggal Praktikum : 9 Oktober 2011 Asisten Praktikum : Rendy Dwi P Tanggal Disetujui : Nilai : Paraf : LABORATORIUM BAHAN DEPARTEMEN SIPIL – FAKULTAS TEKNIK

description

praktikum properti material

Transcript of Laporan Praktikum Properti Material 1

Page 1: Laporan Praktikum Properti Material 1

LAPORAN PRAKTIKUM PROPERTI MATERIAL

KELOMPOK 25

Andi Muhamad Adam 1106138945

Ario Bintang

Desi Evriyani 1106139191

Ida Royana Tambunan 1106139355

Nur Cahyo Setiawan 1106139626

Srikandi Wahyu Arini1 1106139834

Tanggal Praktikum : 9 Oktober 2011

Asisten Praktikum : Rendy Dwi P

Tanggal Disetujui :

Nilai :

Paraf :

LABORATORIUM BAHAN

DEPARTEMEN SIPIL – FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

2011

Page 2: Laporan Praktikum Properti Material 1

I.2. PENENTUAN KONSISTENSI NORMAL DARI SEMEN

HIDROLISIS.

A. Tujuan Percobaan

Menentukan konsistensi normal dari semen hidrolisis untuk keperluan

penentuan waktu pengikatan semen.

B. Peralatan

1. Mesin aduk [Mixer] dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta

Mangkuk yang dapat dilepas.

2. Alat vicat [Dengan menggunakan ujung c seperti pada gambar 1].

3. Timbangan dengan kepekaan sampai 1,0 gram.

4. Alat pengorek [Scraper] dibuat dari karet yang agak kaku.

5. Gelas ukur dengan kapasitas 150 atau 200 ml.

6. Sendok perata [Trowel].

7. Sarung tangan karet.

C. Bahan

1. Semen Portland + 500 gram [Untuk 1 percobaan].

2. Air bersih [Dengan temperatur kamar].

D. Prosedur

1. Memasang daun pengaduk serta mangkuk pada alat pengaduk.

2. Memasukkan bahan untuk percobaan dalam mangkuk dan campurlah sebagai

berikut :

a. Menuangkan air 135 cc

b. Memasukkan 500 gram semen kedalam air dan biarkan untuk penyerapan

selama 30 detik.

3. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah [ 140 + 5 ppm ] dan

aduklah selama 30 detik.

Page 3: Laporan Praktikum Properti Material 1

4. Menghentikan mesin pengaduk untuk 15 detik dan sapulah bahan [Pasta] dari

dinding sisi mangkuk.

5. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan sedang [ 285 + 10 ppm ] dan

aduklah selama 1menit.

6. mengambil pasta dari mangkuk dan bentuklah sebagai bola. melemparkan bola

pasta tersebut dari tangan yang satu ke yang lain [Dengan jarak + 15 cm]

beberapa kali. Kemudian tempatkan pada alat vicat [Gambar 1]. Tekankan

kedalam cincin konis [G] sehingga memenuhi cincin tersebut.. menempatkan

cincin tersebut pada pelat gelas [H] dan menuangkan kelebihan pasta semen dari

kedua sisi cincin. meratakan bagian atas dari pasta semen dengan sendok adukan

sedemikian rupa sehingga tidak menekan adukan.

7. memusatkan cincin berisi pasta tersebut dibawah batang [B] dan sentuhkan dan

mengunci [memutar kunci K] jarum C pada permukaan pasta. Menempatkan

indikator [F] tepat pada angka nol yang atas. Melepaskan batang [B] bersamaan

jarum [C] dengan memutar kunci K. Jarum C akan masuk kedalam pasta. Bila

dalam waktu 30 detik kedalaman masuk C kedalam pasta besarnya 10 + 1 mm

dari permukaan, maka konsistensi pasta semen tersebut adalah normal.

Catatlah jumlah air yang diperlukan untuk mencapai konsistensi normal.

E. Data Praktikum

Percobaa

nSemen Vol. Air Nilai

Ke - (gr) (ml) Konsistensi (mm)

1 500 135 9

Tabel 1.2. Percobaan mengetahui nilai konsistensi normal semen hidrolisis.

Dari tabel tersebut kita dapat melihat bahwa nilai konsistensi dari semen

hidrolisis, bergantung pada jumlah volume air yang digunakan pada saat pengadukan

dengan mixer. Hal ini terlihat jika kita menggunakan air dengan takaran antara + 135

Page 4: Laporan Praktikum Properti Material 1

ml nilai konsistensi semen yang didapat adalah 9mm. Seharusnya nilai konsistensi

normal yang didapat bernilai 10 + 1 mm, pada percobaan dengan menggunakan air

sebanyak 135 ml, kami mendapatkan nilai konsistensi 9 mm.

F. Analisis

Analisis praktikum

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan nilai konsistensi

normal dari semen hidrolisis yang telah ditentukan beratnya. Tentunya percobaan ini

dilaksanakan dengan berpedoman pada prosedur yang telah ada. Dimana setiap

langkah dari prosedur tersebut dilakukan secara berurutan dengan ketentuan yang

berlaku didalamnya. Pada saat kami melaksanakan beberapa tahapan hingga akhir

yang ada pada prosedur, maka kami mendapatkan nilai konsistensi normal dari semen

hidrolisis yaitu berkisar + 10.5 ml pada penggunan Volume air saat pengadukan

mixer sebesar 128 ml. Nilai ini + mendekati nilai konsistensi normal yang

sebenarnya ( 10 + 1 mm ), hal tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor yang dapat

menyebabkan perubahan nilai konsistensinya.

Faktor penyebab berubahnya nilai konsistensi normal pada praktikum, dari

nilai yang sebenarnya yaitu :

a. Saat penimbangan berat semen tidak begitu akurat nilainya.

b. Pembacaan tinggi Volume air pada saat Pengukuran dengan tabung ukur tidak

begitu tepat.

c. Waktu untuk pengadukan semen dengan penggunaan air pada mixer kurang

tepat, sehingga pasta semen keburu mengering.

d. Pada saat pelemparan pasta dengan menggunakan tangan yang dilapisi plastik,

dapat mengakibatkan pasta semen terkontaminasi dengan udara luar, dan akan

berakibat waktu untuk mengeras dari pasta semen akan semakin cepat.

e. Pada saat pemindahan pasta semen ke alat vicat, dengan terlebih dahulu

dimasukkan serta ditekan kedalam cincin konis hingga memenuhi dari bidang

cincin konis tersebut, dilakukan secara tidak merata.

Page 5: Laporan Praktikum Properti Material 1

Analisis Data Praktikum

Percobaa

nSemen Vol. Air Nilai

Ke - (gr) (ml) Konsistensi (mm)

1 500 135 9

Tabel 1.2. Percobaan mengetahui nilai konsistensi normal semen hidrolisis.

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai konsistensi normal dari semen

hidrolisis yang kami dapatkan setelah melaksanakan praktikum yaitu pada

penggunaan volume air + 135 ml sebesar 9 mm. Nilai tersebut termasuk dari nilai

sebenarnya ( 10 + 1 mm ).

G. Kesimpulan.

Nilai konsistensi normal yang didapat dari hasil praktikum adalah sebesar 9 mm

dengan takaran air yang digunakan 135 mm.

Page 6: Laporan Praktikum Properti Material 1

I.3 PENENTUAN WAKTU PENGIKATAN DARI SEMEN HIDROLISIS

A. Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan waktu pengikatan dari

semen hidrolisis (dalam keadaan konsistensi normal) dengan alat vicat dan alat

gilmor.

B. Peralatan

1. Mesin aduk dengan sudu-sudu dari baja tahan karat serta mangkuk yang dapat

dilepas .

2. Alat vicat (dengan memakai jarum D seperti pada gambar 1).

3. Timbangan dengan kepekaan sampai 1.0 gram.

4. Alat pengorek dari karet yang agak kaku.

5. Gelas ukur dari karet yang agak kaku.

6. Ruang lembab yang mampu memberikan kelembaban relatip minimum 90%.

C. Bahan

Semen portland.

Air bersih (dengan temperatur kamar).

D. Prosedur

Dalam tes vicat, waktu pengikatan terjadi apabila jarum vicat yang kecil (jarum

D), membuat penetrasi sedalam 25 mm ke dalam pasta setelah mapan selama 30

detik.

Alat Vicat

Tempatkan sudu serta mangkuk (kering) pada posisi mengaduk pada alat aduk.

Tempatkan bahan-bahan untuk satu “Batch” ke dalam mangkuk dengan cara

sebagai berikut:

Page 7: Laporan Praktikum Properti Material 1

a. Masukkan semua air pencampur yang jumlahnya telah ditetapkan

sebelumnya dalam pembuatan pasta semen dengan konsistensi normal

untuk semen 500 gram.

b. Tambahkan 500 gram semen pada air tersebut dan biarkan menyerap untuk

30 detik.

Jalankan alat aduk dengan kecepatan rendah (140 + rpm) selama 30 detik.

Hentikan alat aduk selama 15 detik dan bersihkan semua pasta dari sisi

mangkuk.

Jalankan alat aduk dengan kecepatan sedang (248 + 10 rpm) dan aduklah selama

1 menit.

Segera ambil pasta semen dari mangkuk dan bentuklah sebagai bola dan

tekankan kedalam cincin konis sesuai cara dalam penentuan konsistensi normal.

Segera masukkan benda coba tersebut kedalam ruang lembab dan biarkan disana

terus kecuali bila mau dipakai untuk percobaan.

Setelah 30 menit di dalam ruang lembab, tempatkan benda coba pada alat vicat.

Turunkan jarum D hingga menyentuh permukaan pasta semen. Keraskan skrup E

dan geser jarum penunjuk F pada bagian atas dari skala dan lakukan pembacaan

awal.

Lepaskan batang B dengan memutar skrup E dan biarkan jarum mpan pada

permukaan pasta untuk 30 detik. Adakan pembacaan untuk menetapkan

dalamnya penetrasi. Apabila pasta ternyata terlalu lembek, lambatkan penurunan

batang B untuk mencegah melengkungnya jarum.

Jarak antara setiap penetrasi pada pasta tidak boleh lebih kecil dari 6 mm. Untuk

semen tipe I, percobaan dilakukan segera setelah diambil dari ruang lembab dan

setiap 15 menit sesudahnya sampai tercapai penetrasi sebesar 25 mm atau

kurang. Untuk semen tipe III, percobaan dilakukan segera setelah diambil dari

ruang lembab dan setiap 10 menit sesudahnya sampai tercapai penetrasi sebesar

25 mm atau kurang.

Gambarkan dalam suatu grafik, besarnya penetrasi jarum vicat sebagai fungsi

dari waktu, semen-semen tipe I/III.

Page 8: Laporan Praktikum Properti Material 1

Catat hasil semua percobaan penetrasi. Tentukan waktu tercapainya penetrasi

sebesar 25 mm. Inilah waktu ikat.

E. Data

Setelah melakukan percobaan maka di dapat data sebagai berikut :

No. Permulaan

PenurunanWaktu Penurunan (menit) Penurunan (mm)

1 10 40

2 25 40

3 40 38

4 55 38

5 70 32

6 85 14

F. Pengolahan Data

Didapat grafik, sebagai berikut :

grafik percobaan; 40grafik percobaan; 40grafik percobaan; 38grafik percobaan; 38

grafik percobaan; 32

grafik percobaan; 14

f(x) = − 0.293333333333333 x + 47.6R² = 0.667805519053877

grafik percobaan

grafik percobaanLinear (grafik percobaan)

Waktu Penekanan (menit)

Penu

runa

n (m

m)

Page 9: Laporan Praktikum Properti Material 1

G. Analisa

Analisa praktikum

Percobaan dilakukan pada tanggal 9 Oktober 2011. Percobaan tersebut

dilakukan dengan menggunakan alat vicat. Percobaan dilakukan dengan langkah-

langkah sesuai dengan prosedur dan dengan komposisi air sebanyak 135 ml, dan

semen hidrolis sebanyak 500 mg. Pencarian waktu pengikatan dilakukan bila

campuran semen dan air telah ideal dan dapat melewati tes yang dilakukan yaitu

dengan melakukan penetrasi terhadap pasta semen pada alat vicat yang menggunakan

jarum tumpul, dan penetrasi yang didapat adalah sepanjang 10 mm setelah rentan

waktu 30 detik. Lalu pencatatan data dilakukan setiap 10 menit sekali. Bila penetrasi

telah mencapai 25 mm, maka pencatatan data dilakukan setiap 5 menit sekali. Dalam

tes vicat, waktu pengikatan terjadi apabila jarum vicat yang kecil (jarum D), membuat

penetrasi sedalam 25 mm ke dalam pasta setelah mapan selama 30 detik.

Analisa kesalahan

Saat pelaksanaan percobaan, terdapat beberapa kesalahan seperti kesalahan

didalam pembacaan skala panjangnya penetrasi. Selain itu dalam meletakkan jarum

vicat yang tidak tepat menyentuh pada permukaan pasta, seperti jarum yang sedikit

masuk ataupun tidak menyentuh pasta juga menyebabkan kesalahan. Meletakkan

skala pembacaan awal yang tidak tepat pada posisi 0 juga bisa menimbulkan

kesalahan. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat mempengaruhi data percobaan.

Analisa grafik

Grafik yang dibentuk menunjukkan hubungan antara panjangnya penetrasi

dan waktu. Dari grafik dapat diketahui waktu ikat yaitu pada saat penetrasi terjadi

sebanyak 25 mm. Waktu ikatnya kira-kira sebesar 77 menit.

Page 10: Laporan Praktikum Properti Material 1

II.1 ANALISA SPESIFIC GRAVITY DAN ABSORBTION DARI AGREGAT

HALUS

A. Tujuan

Menentukan Bulk dan Apparent Spesific Gravities dan Absorbtion dari agregat halus

menurut ASTM C 128 guna menentukan volume agregat dalam beton.

B. Peralatan

1. Neraca timbangan dengan kepekaan 0,1 gram dan kapasitas maximum 1 Kg.

2. Piknometer kapasitas 500 gram

3. Cetakan kerucut pasir

4. Tongkat pemadat (tamper) dari logam untuk cetakan kerucut pasir

5. Oven, dengan ukuran yang mencukupi dan dapat mempertahankan suhu

(110±5)⁰C

C. Bahan

1000 gram (2 x 500 gram) agregat halus, diperoleh dari alat pemisah contoh atau alat

perempatan.

D. Prosedur

1. Keringkan Agregat halus sampai didapatkan keadaan kering merata. Agregat

halus disebut kering merata jika telah dapat tercurah (free flowing condition).

2. Sebagian benda uji dimasukan pada metal sand cone mold. Kemudian benda uji

dipadatkan dengan tongkat pemadat sampai 25 kali tumbukan. Kondisi SSD

(Saturated Surface Dry) diperoleh jika ketika cetakan diangkat, agregat halus

runtuh atau longsor.

3. 500 gram agregat halus dalam kondisi SSD dimasukan kedalam piknometer,

kemudian ditambahkan air sampai 90% kapasitas piknometer

4. Gelembung-gelembung udara dihilangkan dengan cara menggoyang-goyangkan

piknometer

Page 11: Laporan Praktikum Properti Material 1

5. Benda uji direndam dalam air dengan temperatur air (73,4 ± 3) ⁰F selama paling

sedikit 1 hari. Kemudian tentukan berat piknometer, benda uji dan air.

6. Benda uji dipisahkan dari piknometer dan dikeringkan pada temperatur (212 –

230) ⁰F selama 1 hari

7. Berat piknometer berisi air ditentukan sesuai kapasitas kalibrasi pada temperatur

(73,4 ± 3) ⁰F dengan ketelitian 0,1 gram.

E. Pengolahan Data

A = Berat (gram) dari benda uji oven-dry diudara. 486 gr

B = Berat (gram) dari piknometer berisi air 500 gr

C = Berat (gram) dari piknometer dengan benda uji dan air sesuai kapasitas kalibrasi

918 gr

Berat jenis curah = A = 486 = 5,927

B + 500 - C 500 + 500 – 918

Berat jenis jenuh SSD = 500 = 500 = 6,098

B + 500 – C 500+500 – 918

Berat jenis semu = A = 486 = 7,147

A + B - C 486 + 500 - 918

Penyerapan = 500 – A x 100% = 500 – 486 x 100% = 2,88 %

A 486

F. Analisa

a. Analisa Praktikum

Praktikum analisa spesific gravity dan absorbtion agregat halus dilakukan untuk

mengetahui bulk dan apparent specific gravity dan absorbsi dari agregat halus menurut

Page 12: Laporan Praktikum Properti Material 1

ASTM C 128 guna untuk menentukan volume agregat dalam beton. Pada praktikum

ini yang pertama kali dilakukan adalah membuat agregat halus sebanyak 500 gr kering

permukaan (SSD). Selanjutnya agregat dimasukan ke dalam metal sand cone mold

untuk memastikan bahwa agregat halus sudah dalam keadaan SSD. Sebanyak 500

gram agregat halus dalam kondisi SSD dimasukan kedalam piknometer kemudian

ditambahkan air. Piknometer digoyang-goyangkan untuk menghilangkan gelembung

udara yang terperangkap. Langah berikutnya ialah menimbang piknometer beserta air

dan agregat yang sudah direndam selama 1 hari sehingga didapatkan berat piknometer

+ air + agregat halus dalam kondisi jenuh sebesar 918 gr . Agregat halus dikeluarkan

dari piknometer, dimasukkan ke dalam oven selama 1 hari dan ditimbang, pada

praktikum ini didapatkan berat agregat halus dalam keadaan oven-dry sebesar 486 gr.

b. Analisa Pengolahan Data

Dari hasil penimbangan diketahui bahwa dalam kondisi yang berbeda, yaitu

kondisi oven-dry, kondisi jenuh dan kondisi SSD akan dicapai berat yang berbeda.

Berdasarkan perhitungan yang telah di atas maka diperoleh berat jenis curah sebesar

5,927, berat jenis jenuh sebesar 6,098, berat jenis semu sebesar 7,147 dan absorbsi

sebesar 2,88%. Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa saat agregat

tersebut dalam kondisi SSD, kemudian ditimbang, maka 2,88 % beratnya adalah berat

air akibat adanya daya absorbsi dari agregat halus itu sendiri.

G. Kesimpulan

Dari benda uji yaitu agregat halus yang digunakan dalam praktikum, diketahui

bahwa dengan kondisi yang berbeda, yaitu dengan kondisi oven-dry di udara,

kondisi SSD dan kondisi jenuh, akan dicapai berat yang berbeda pula.

berat jenis curah sebesar 5,927

berat jenis jenuh sebesar 6,098

berat jenis semu sebesar 7,147

absorbsi sebesar 2,88%

Page 13: Laporan Praktikum Properti Material 1

III.2 ANALISA SPESIFIC GRAVITY DAN ABSORBTION DARI AGREGAT

KASAR

A. Tujuan Percobaan

Menentukan Bulk dan Apparent Spesific Gravities dan Absorbtion dari agregat kasar

menurut ASTM C 127 guna menentukan volume agregat dalam beton.

B. Peralatan

Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram, kapasitas minimum 5kg.

Panjang besi 8 in dan tinggi 2,5 in.

Alat penggantung keranjang

Oven

Handuk

C. Bahan

11 liter agregat [SSD] diperoleh dari alat pemisah contoh atau alat perempatan. Bahan

benda uji lewat saringan no.4 dibuang.

D. Prosedur

Benda uji direndam 24 jam.

Benda uji digulung dengan handuk, sehingga air permukaannya habis, tetapi harus

masih tampak lembab (kondisi SSD). Timbang.

Benda uji duimasukkan ke keranjang dan direndam kembali dalam air.

Temperatur air 73,4 + 30F dan ditimbang sebelum container diisi benda uji,

digoyang-goyang dalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap.

Benda uji dikeringkan pada temperature 212 – 230 0F. Didinginkan dan

ditimbang.

Mengurai berbagai material yang baru perlu memperoleh respon paling hasil uji

digrat dimanfaatkan secara optimal.

Page 14: Laporan Praktikum Properti Material 1

E. Data Praktikum

A = Berat (gram) dari benda uji oven-dry diudara. 4933 gr

B = Berat (gram) dari benda uji pada kondisi SSD. 5000 gr

C = Berat (gram) dari benda uji pada kondisi jenuh. 3224 gr

Bulk Specific Gravity [SSD] = B = 5000 = 2,815

B - C 5000 – 3224

Apparent Specific Gravity = A = 4933 = 2,886 gr/cc

A – C 4933 – 3224

Prosentase Absorbsi = B – A x 100 % = 5000 – 4933 x 100 % = 1,358 %

A 4933

F. Analisa

Pada praktikum analisa spesific gravity dan absorbtion dari agregat kasar, yang

pertama kali dilakukan adalah merendam agregat kasar kedalam air selama satu hari.

Hal ini dilakukan agar terjadi absorbsi oleh agregat. Kemudian, setelah direndam

selama 24 jam atau satu hari, agregat dikeluarkan dari dalam air dan digulung dengan

handuk agar air permukaannya habis, tetapi harus tampak lembab. Kondisi seperti ini

disebut dengan kondisi SSD (Surface Dry Condition). Lalu agregat ditimbang untuk

mendapatkan berat dari benda uji B sebesar 5000 g .

Selanjutnya agregat kembali dimasukkan ke keranjang dan direndam kembali.

Keranjang digoyang-goyangkan dalam air agar dapat melepaskan udara yang

terperangkap karena udara yang terperangkap di antara agregat akan sedikit

mempengaruhi berat jenuh dari agregat kasar ini di dalam air. Langah berikutnya ialah

agregat kasar ini ditimbang dalam keranjang yang ada di dalam air, dari sini berat dari

agregat kasar dalam kondisi jenuh (berat dari benda uji C) kita dapat yaitu sebesar 3224

gr . Berat dalam kondisi jenuh ini adalah berat agregat didalam air, dimana agregat

akan melayang dalam air akibat daya apung. Dan berat dalam kondisi ini tidak

Page 15: Laporan Praktikum Properti Material 1

menghitung berat air, tapi hanya berat dari Agregat yang ada di dalam keranjang yang

direndam dalam air.

Langkah terakhir ialah agregat kasar dalam keadaan basah yang ada di dalam

keranjang dikeringkan, di tuang ke dalam pan dan dimasukkan ke dalam oven untuk

mengeluarkan air yang terserap(absorpsi) oleh agregat kasar. Setelah dioven selama

satu hari, agregat kasar dikeluarkan dari oven lalu didinginkan untuk selanjutnya

ditimbang sehingga kita bisa mendapatkan berat agregat kasar dengan oven-dry di

udara (berat benda uji A) sebesar 4933 gr.

Dari hasil penimbangan diketahui bahwa dalam kondisi yang berbeda, yaitu

kondisi oven-dry, kondisi jenuh dan kondisi SSD akan dicapai berat yang berbeda.

Berdasarkan perhitungan yang telah di atas maka diperoleh Bulk Specific Gravity [SSD]

sebesar 2,815. Dan juga didapati Apparent Specific Gravity (berat jenis apparent

agregat dalam gr/cc) sebesar 2,886 gr/cc. Dan dari hasil perhitungan, diperoleh

prosentase absorbsi yaitu prosentase daya agregat untuk menyerap air sebesar 1,358 %.

Hal ini berarti saat agregat tersebut dalam kondisi SSD, kemudian ditimbang, maka

1,358 % beratnya adalah berat air akibat adanya daya absorbsi dari agregat kasar itu

sendiri.

G. Kesimpulan

1. Dari benda uji yaitu agregat kasar yang digunakan dalam praktikum, diketahui

bahwa dengan kondisi yang berbeda, yaitu dengan kondisi oven-dry di udara,

kondisi SSD dan kondisi jenuh, akan dicapai berat yang berbeda pula.

2. Bulk Specific Gravity [SSD] = 2,815

3. Apparent Specific Gravity = 2,886 gr/cc

4. Prosentase Absorbsi = 1,358 %