laporan praktikum pisang

22
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PASCA PANEN PENYIMPANAN SUHU RENDAH PADA BUAH PISANG DENGAN BERBAGAI MACAM VARIASI PERLAKUAN Oleh : JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

Transcript of laporan praktikum pisang

Page 1: laporan praktikum pisang

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PASCA PANEN PENYIMPANAN SUHU RENDAH PADA

BUAH PISANG DENGAN BERBAGAI MACAM VARIASI PERLAKUAN

Oleh :

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

F A K U L T A S P E R T A N I A N

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

2012

Page 2: laporan praktikum pisang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerusakan bahan pangan telah dimulai sejak bahan pangan tersebut

dipanen. Penyebab utama kerusakan bahan pangan adalah (1) pertumbuhan dan

aktivitas mikroorganisme; (2) Aktivitas enzim dalam bahan pangan; (3) suhu baik

suhu tinggi maupun suhu rendah; (4) udara khususnya oksigen; (5) kadar air dan

kekeringan; (6) cahaya; dan (7) serangga, parasit serta pengerat. Pengawetan

pangan pada dasarnya adalah tindakan untuk memperkecil atau menghilangakan

faktor-faktor perusak tersebut. Setelah dipanen produk hasil pertanian tetap

melakukan fisiologis sehingga dapat disebut sebagai jaringan yang masih hidup.

Adanya aktifitas fisiologis menyebabkan produk pertanian akan terus mengalami

perubahan yang tidak dapat dihentikan, hanya dapat diperlambat sampai batas

tertentu. Tahap akhir dari perubahan pasca panen adalah kelayuan untuk produk

nabati atau pembusukan pada produk hewani. Susut ”losses” kualitas dan

kuantitas produk hasil pertanian terjadi sejak pemanenan hingga dikonsumsi.

Besarnya susut sangat tergantung pada jenis komoditi dan cara penanganannya

selepas panen. Untuk mengurangi susut ini petani/pedagang (1) harus mengetahui

factor biologis dan lingkungan yang berpengaruh terhadap terjadinya kerusakan,

(2) menguasai teknik penanganan pasca panen yang dapat menunda kelayuan atau

kebusukan dan menjaga kualitas pada tingkatan tertentu yang mungkin dicapai.

Untuk mengurangi susut yang terjadi setelah pemanenan, pada prinsipnya

dapat dilakukan dengan cara memanipulasi factor biologis atau factor lingkungan

dimana produk pertanian tersebut disimpan. Perbedaan factor biologis komoditi

nabati dengan komoditi hewani menyebabkan cara penanganan keduanya juga

berbeda. Secara umum factor lingkungan yang berpengaruh terhadap kedua

komoditi pertanian adalah sama yaitu : suhu, kelembaban udara, komposisi udara

(CO, CO2, O2), polutan dan cahaya. Faktor-faktor biologis terpenting yang dapat

dihambat pada bahan nabati seperti buah-buahan dan sayuran adalah : respirasi,

Page 3: laporan praktikum pisang

produksi etilen, transpirasi, dan faktor morfologis/anatomis, faktor lain yang juga

penting untuk diperhatikan adalah senantiasa menghindarkan komoditi terhadap

suhu atau cahaya yang berlebihan, dan kerusakan patologis atau kerusakan fisik.

Laju respirasi merupakan petunjukyang baik untuk daya simpan buah dan

sayuran sesudah dipanen. Intensitas respirasidianggap sebagai ukuran laju

jalannyametabolisme, dan oleh karena itu seringdianggap sebagai petunjuk

mengenai potensidaya simpan buah dan sayuran. Laju respirasiyang tinggi

biasanya disertai oleh umursimpan yang pendek. Hal itu juga merupakanpetunjuk

laju kemunduran mutu dan nilainyasebagai bahan makanan. Faktor yang

sangatpenting yang mempengaruhi respirasi dilihatdari segi penyimpanan adalah

suhu.Peningkatan suhu antara 00C – 350C akanmeningkatkan laju respirasi buah-

buahan dansayuran, yang memberi petunjuk bahwa baikproses biologi maupun

proses kimiawidipengaruhi oleh suhu. Sampai sekarangpendinginan merupakan

satu-satunya caraekonomis untuk penyimpanan jangka panjang bagi buah dan

sayuran segar.

Asas dasar penyimpanan dingin adalah penghambatan respirasi oleh suhu

tersebut (Pantastico, l997).Pendinginan dapat memperlambat kecepatanreaksi-

reaksi metabolisme, dimana padaumumnya setiap penurunan suhu 80C,kecepatan

reaksi akan berkurang menjadikira-kira setengahnya. Selain dapat menekan laju

respirasi, penyimpanan pada suhu rendah juga dapat menekan pertumbuhan

mikroba, sehingga kerusakan buah-buahan dan sayuran karena mikrobia dapat

dihambat Oleh karena itupenyimpanan dapat memperpanjang masahidup

jaringan-jaringan dalam bahan pangan,karena keaktifan respirasi menurun

(Winarnodkk, l982). Perubahanyang terjadi selama penyimpanan yaitu penurunan

ketegaran dan kepadatan,warna oksidasi lemak dan melunaknyajaringan-jaringan

serta rasa pada bahan pangan.

B. Tujuan

Tujuan praktikum penyimpanan suhu rendah dan suhu kamar yaitu untuk

mengetahui pengaruh penyimpanan suhu rendah dan suhu kamar pada buah

pisang.

Page 4: laporan praktikum pisang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Buah memiliki masa simpan yang relatif rendah sehingga buah dikenal

sebagai bahan panganyang cepat rusak dan hal ini sangat berpengaruh terhadap

kualitas masa simpan buah. Mutu simpan buahsangat erat kaitannya dengan

proses respirasi dan transpirasi selama penanganan dan penyimpanan dimana akan

menyebabkan susut pasca panen seperti susut fisik yang diukur dengan berat;

susut kualitaskarena perubahan ujud (kenampakan), cita rasa, warna atau tekstur

yang menyebabkan bahan pangankurang disukai konsumen; susut nilai gizi yang

berpengaruh terhadap kualitas buah. Mutu simpan buahakan lebih bertahan lama

jika laju respirasi rendah dan transpirasi dapat dicegah dengan

meningkatkankelembaban relatif, menurunkan suhu udara. Pada umumnya

komoditas yang mempunyai umur simpanpendek mempunyai laju respirasi tinggi

atau peka terhadap suhu rendah (Tranggono dan Sutardi, 1990).

Buah pisang yang telah dipanen akan tetap melangsungkan respirasi.

Proses respirasi yang menyebabkan pembusukan ini terjadi karena perubahan-

perubahan kimia dalam buah tomat dari pro-vitamin A menjadi vitamin A, pro-

vitamin C-menjadi Vitamin C, dan dari karbohidrat menjadi gula, yang

menghasilkan CO2, H2O, dan etilen. Akumulasi produk-produk respirasi inilah

yang menyebabkan pembusukan. Respirasi ini tidak dapat dihentikan namun bisa

dihambat yaitu dengan menyimpannya pada suhu dan kelembaban rendah.

Penyimpanan suhu rendah dapat dilakukan secara sederhana dalam lemari es,

namun di tempat ini kelembabannya tinggi. Mengingat barang-barang yang

mudah menguap juga tersimpan di dalam lemari es proses respirasi buah pisang

tidak dapat dihambat dengan sempurna. (Kanara,2009)

Selain respirasi, buah pisang juga masih melakukan transpirasi. Aktivitas

tersebut tidak dibarengi oleh aktivitas fotosintesis sehingga senyawa tertentu

dirombak dan air menguap tanpa ada pasokan baru. Hal tersebut menyebabkan

susut berat pada buah pisang. Susut berat komoditas ini berakibat pada

penampilan komoditas yang semakin lama keriput dan melunak. Oleh karena

Page 5: laporan praktikum pisang

kelembaban udara juga harus diperhatikan dalam penyimpanan. Menurut

Tranggono dan Sutardi (1990), mutu simpan buah akan lebih bertahan lama jika

laju respirasi rendah dan transpirasi dapat dicegah dengan meningkatkan

kelembaban relatif dan menurunkan suhu udara.

Ada beberapa macam cara penyimpanan yang dilakukan untuk

mempertahankan kesegaran buah pisang, antara lain yaitu (Liu, 1999):

1. Udara dingin biasanya digunakan pada rumah-rumah penyimpanan, atau di

bawah tanah atau di gudang penyimpanan menggunakan udara dingin

alami.

2. Penyimpanan menggunakan lemari pendingin (cold storage) mengontrol

suhu dan kelembaban udara.

3. Penyimpanan dengan kontrolled atmosphere (CA) mengendalikan

konsentrasi oksigen dan karbon dioksida, sebagai tambahan untuk suhu dan

kelembaban.

4. Penyimpanan dengan modified atmosphere (MA) juga mengontrol

konsentrasi oksigen dan karbondioksida, walau tidak sebaik CA, dengan

menggunakan lembar polimer semipermiabel.

Menurut Liu (1999), pengendalian yang baik pada temperatur, kelembaban dan

komposisi udara memaksimalkan umur simpan suatu produk.

Pertumbuhan organisme perusak dapat diperlambat pada suhu

penyimpanan rendah, namun komoditas segar berangsur-angsur kehilangan

resistensi alaminya terhadap pertumbuhan organismeperusak. Oleh karena itu

lamanya umur simpan ditentukan oleh interaksi oleh senensensi alami(kehilangan

kualitas), pertumbuhan organisme perubahan dan kepekaan terhadap cacat suhu

dingin(Tranggono dan Sutardi, 1990).Asas dasar penyimpanan dingin adalah

penghambatan respirasi oleh suhu tersebut (Pantastico, l997).Penyimpanan pada

suhu rendah dapat menghambat kerusakan makanan, antara lain kerusakan

fisiologis, kerusakan enzimatis maupun kerusakan mikrobiologis. Pada

pengawetan dengan suhu rendah dibedakan antara pendinginan dan pembekuan.

Pendinginan dan pembekuan merupakan salah satu cara pengawetan yang

Page 6: laporan praktikum pisang

tertua.Namun dalam praktikum ini kami hanya menggunakan penyimpanan suhu

rendah yaitu pendinginan.

Pendinginan atau refrigerasi ialah penyimpanan dengan suhu rata-rata

yang digunakan masih di atas titik beku bahan. Kisaran suhu yang digunakan

biasanya antara – 1oC sampai + 4oC. Pada suhu tersebut, pertumbuhan bakteri dan

proses biokimia akan terhambat. Pendinginan biasanya akan mengawetkan bahan

pangan selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada jenis

bahan pangannya. Pendinginan yang biasa dilakukan di rumah-rumah tangga

adalah dalam lemari es yang mempunyai suhu –2oC sampai + 16oC.Pendinginan

dapat memperlambat kecepatanreaksi-reaksi metabolisme, dimana padaumumnya

setiap penurunan suhu 8C,kecepatan reaksi akan berkurang menjadikira-kira

setengahnya. Karena itupenyimpanan dapat memperpanjang masahidup jaringan-

jaringan dalam bahan pangan,karena keaktifan respirasi menurun (Winarno dkk,

l982).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendinginan yaitu :Suhu, Kualitas

bahan mentah. Sebaiknya bahan yang akan disimpan mempunyai kualitas yang

baik, perlakuan pendahuluan yang tepat misalnya pembersihan/ pencucian atau

blansing, Kelembaban umumnya RH dalam pendinginan sekitar 80 – 95 %.

Sayur-sayuran disimpan dalam pendinginan dengan RH 90 – 95 %. Aliran udara

yang optimum distribusi udara yang baik menghasilkan suhu yang merata di

seluruh tempat pendinginan, sehingga dapat mencegah pengumpulan uap air

setempat.(Ossir, 2011)

Pengendalian suhu di dalam ruang penyimpanan memiliki peranan yang

penting terhadap daya simpan komoditi pertanian. Mengingat kegiatan respirasi

sangat dipengaruhi oleh suhu dan terjadinya peningkatan suhu akan mempercepat

proses kerusakan bahan pangan. Sedangkan penurunan suhu sekitar 8 derajat

Celcius dapat diperkirakan kecepatan reaksi berkurang menjadi setengahnya dan

mampu memperlambat proses respirasi lanjutan. Selain itu penurunan suhu juga

dapat menghambat pembusukan akibat pertumbuhan mikroba karena rusaknya

jaringan – jaringan sel yang ada di dalam bahan pangan. Besar kecilnya jumlah

mikroba sangat menentukan keberhasilan proses pendinginan dan pembekuan.

Page 7: laporan praktikum pisang

Proses pendinginan sehari – hari umumnya menggunakan suhu antara 1

derajat - 4 derajat Celcius. Sedangkan pendinginan beku menggunakan suhu di

bawah 0 derajat Celcius sekitar - 1,5 ± 0,2 derajat Celcius dapat digunakan untuk

menyimpan bahan pangan antara 9 – 10 minggu. Proses pendinginan ini biasanya

disebut dengan Chilling. Selain suhu, kelembaban udara juga berpengaruh

terhadap proses penyimpanan. Sehingga kombinasi keduanya sangat diperlukan

untuk mendapatkan daya simpan optimum yang dikehendaki.Komoditi pertanian

seperti sayur dan buah – buahan merupakan produk yang mudah sekali

mengalami kerusakan sehingga diperlukan penanganan dalam penyimpanan.

Seperti tomat matang yang disimpan pada suhu 4,4 derajat Celcius dengan

kelembaban relatif 85 - 90 % memiliki daya simpan sekitar 7 – 10 hari. Suhu

dibawah 4,4 derajat celcius dapat menghambat proses pewarnaan tetapi justru

mempercepat proses pembusukan. Sedangkan pada buah pisang yang masih hijau

tidak dapat lagi matang jika didinginkan menggunakan suhu rendah.Penyimpanan

buah-buahan dan sayur-sayuran memerlukan temperatur yang optimum untuk

mempertahankan mutu dan kesegaran. Temperatur optimum dapat menyebabkan

kerusakan karena pendinginan (chilling injury). (Sinar tani, 2009)

Page 8: laporan praktikum pisang

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu : timbangan,

refigerator, buah pisang, plastik, pisau, dan sealer.

B. Prosedur kerja

1. Suhu kamar + plastik : Buah pisang sebanyak 3 butir ditimbang bersama

plastik kemudian disimpan dalam suhu kamar

2. Suhu kamar tanpa plastik : Buah pisang sebanyak 3 butir ditimbang

kemudian disimpan dalam suhu kamar.

3. Suhhu rendah + plastik : Buah pisang sebanyak 3 butir ditimbang bersama

plastik kemudian disimpan dalam suhu rendah.

4. Suhu rendah tanpa pastik : Buah pisang sebanyak 3 butir ditimbang

kemudian disimpan dalam suhu rendah.

C. Pengamatan

Dilakukan pengamatan terhadap perubahan warna dan susut bobotnya selama

penyimpanan. Pengamatan dilakukan setiap 24 jam sekali, sampai buah mulai

rusak.

Page 9: laporan praktikum pisang

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dari praktikum yang dilakukan maka didapatkan hasil pengamatan sebagai

berikut :

Suhu Penyimpanan Pada Buah Pisang

Komoditi Perlakuan Hari ke Keterangan

Bobot (gr) Tekstur Warna Visual

Pisang

Suhu Kamar

IIIIIIIVVVI

900890880790780702

+++ ++ + +

+ + ++ + + +

+++ ++ ++ + ++ + + +

MentahMentahMatangMatang Busuk 15 %, tidak berjamurBusuk

Suhu 400 c

IIIIIIIVVVI

800790780720710700

+++ ++ + ++ + ++ + + +

+++ ++ ++ ++ + + +

MentahMentahMulai matangSangat matangBusuk 25 %, berjamurBerjamur, busuk 50 %

Suhu 10 – 150 c

IIIIIIIVVVI

610570570570560560

++ ++ + + ++ + + ++ + + ++ + + +

++ ++ + + ++ + + ++ + + ++ + + +

Hijau mentahMulai matangWarna berubah menjadi kehitamanAgak layuMulai busuk berairBusuk layu berjamur

B. Pembahasan

Page 10: laporan praktikum pisang

Dalam praktikum ini langkah pertama untuk menentukan pengaruh

penyimpanan suhu rendah terhadap buah tomat yaitu dengan mempersiapkan

control dimana control ini akan digunakan sebagai pembanding dengan suhu

rendah. Sebagai control buah tomat 1 butir ditempatkan pada nampan steroform

kemudian ditimbang beratnya dan disimpan dalam suhu ruang. Langkah ke 2

yaitu mempersiapkan buahtomat yang disimpan pada suhu rendah caranya buah

tomat sebanyak 1 butir ditimbang bersama steroform kemudian disimpan dalam

suhu rendah.Kemudian dilakukan pengamatan setiap hari meliputi warna, tekstur

dan bobotnya selama 3 hari untuk kemudian dihitung susut bobotnya.Dari

pengamatan yang dilakukan dari segi warna buah tomat yang disimpan dalam

suhu ruang masih tetap bewarna sangat hijau hingga pada hari ke 2 sedangkan

pada hari ketiga warna buah sudah berubah menjadi hijau kekuningan dan bila

dilihat dari presentasi warna buah hijau pada hari ke 3 warna hijau buah menurun

dari 100 % menjadi 85% sedangkan buah tomat yang disimpan pada suhu rendah

masih berwarna sangat hijau hingga pada hari ke-3 hanya pada hari ke3 jika

dilihat dari presentasi warna hijau buah menurun 5% ini sangat jauh dengan buah

yang di simpan pada suhu ruang yang turun hingga 15%.

Perubahan warna buah pada control kemungkinan disebabkan penguraian

klorofil oleh enzimklofofilase selama penyimpanan.Menurut Fantastico

(1986):Proses pemecahan tepung dan penimbunan gula merupakan proses

pemasakan buah dimana ditandai dengan terjadinya perubahan warna, tekstur

buah dan bau pada buah atau terjadinya pemasakan buah. Kebanyakan buah tanda

kematangan pertama adalah hilangnya warna hijau. Kandungan klorofil buah yang

sedang masak lambat laut berkurang. Saat terjadi klimaterik klorofilase

bertanggung jawab atas terjadinya penguraian klorofil.Selainitu bagian profirin

pada molekul klorofil dapat mengalami oksidasi atau saturasi, sehingga

warnahijauakan

hilan

g.Padasuhurendahwarnacenderungtidakmengalamiperubahanhaltersebutdikarenak

anpadapendinginanbuahtomattidakdapatmematangkanbuahtomatlagisehinggawarn

anyamasihtetaphijauselainituterhambatnyaaktivitasenzimklorofilasesehinggatidak

Page 11: laporan praktikum pisang

mampumenguraikan klorofil. MenurutFantastico (1986):Penguraian hidrolitik

klorofilase yang memecah klorofil menjadi bagian vital dan inti porfirin yang

masih utuh, maka klorofilida yang bersangkutan tidak akan mengakibatkan

perubahan warna.

Dari segitekstur buah tomat yang disimpan dalam suhu ruang mengalami

perubahan tekstur yang lebih cepat dibandingkan buah tomat yang disimpan di

suhu rendah. Buah tomat yang disimpan di suhu ruang pada hari ke dua sudah

keras dan diari ke tiga sudah agak keras sedangkan pada suhu rendah buah tomat

masih sangat keras hingga hari ke tiga. Perbedaan ini bisa disebabkan karena pada

suhu ruang tekstur buah tomat menjadi lunak karena serangan mikroorganisme.

Mikroorganisme yang ada pada buah membantu penguraian senyawa-senyawa

kompleks selain itu enzim pemecah protopektin masih aktif sehingga protopektin

yang tidak larut air akan berubah menjadi pektin yang mudah larut air sehingga

teksturnya menjadi lunak. Pada suhu rendah tekstur masih sangat keras

disebabkan pada suhu rendah respirasi bisa terhambat (Priyanto, 1988), sehingga

perombakan (degradasi) senyawa penyusun dinding sel terhambat juga sehingga

tekstur buah menjadi keras. Selain itu Hal lain yang mempengaruhi perubahan

tekstur yaitu kelembaban buah yang relatif lebihtinggi dibanding kelembaban

dilingkungan sekitarnya, sehingga tomat yang disimpan padakondisi yang

memiliki kelembaban relatif lebih kecil maka uap air akan bergerak keluar

darijaringan buah ke atmosfir dan lama kelamaan dapat menyebabkan buah

mengalami kelayuan danakhirnya berkeriput. Menurut Tranggono dan Sutardi

(1990), bahwa kelayuan yang terjadi padabuah diakibatkan laju kecepatan

respirasi meningkat, suhu udara yang tinggi atau dengan katalain kelembaban

relatif dibawah 85-95%. Uap air seperti halnya gas-gas lainnya bergerak

daribagian konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Kelembaban relatif dalam

atmosfir buah segar minimal 99 % sedang atmosfir sekitarnya biasanya lebih

kecil. Oleh karena itu bilakomoditas ditempatkan pada atmosfir dengan

kelembaban relatif yang lebih kecil dari 99% makauap air akan bergerak ke luar

dari jaringan ke atmosfir. Semakin kering udara dalam ruangpenyimpan semakin

cepat kehilangan air dari buah yang disimpan. Perubahan tekstur yang terjadi pada

Page 12: laporan praktikum pisang

buah yaitu dari keras menjadi lunak dan sangat lunakselain akibat terjadinya

proses kelayuan pada buah oleh traspirasi dan respirasi juga yangberperan penting

dalam kualitas jaringan tanaman adalah enzim pektolitik.

Dari segi bobot baik tomat yang disimpan pada suhu ruang maupun suhu

rendah dari hari kehari mengalami penurunan, tetapi penurunan bobot paling

tinggi dialami suhu ruang. Ini dapat dilihat pada tabel pengamatan yang mana

pada suhu ruang yang tadinya beratnya 29,31 setelah 3 hari berubah menjadi

28,56 dan setelah dihitung mengalami susut bobot sekitar 0,75 sedangkan pada

suhu rendah yang awalnya 28,03 setelah 3 hari berubah menjadi 27, 45 dan

setelah dihitung mengalami susut bobot sekitar 0,58 lebih sedikit dibandingkan ya

ng disimpan pada suhu ruang hal tersebut dikarenakan pada suhu rendah

transpirasi dan respirasi terhambat sehingga kadar air dari buah juga sedikit yang

keluar dan susut bobotpun kecil.sedangkan pada suhu ruang transpirasi dan

respirasi berjalan lebih cepat dibandingkan suhu rendah sehingga kadar air yang

keluar juga lebih banyak dan susut bobot menjadi lebih besar. Menurut Setyadjit

dan Syaifullah (1994), suhu tinggi menyebabkan proses transpirasi lebih cepat

dari pada suhu rendah. Transpirasi yang tinggi dapat menurunkan kadar air buah

anggur sehingga susut berat menjadi besar. Selain itu suhu tinggi menyebabkan

respirasi meningkat. Diduga gula yang dihasilkan pada proses fotosintesis akan

dipecah untuk menghasilkan CO2 dan air pada proses respirasi, sehingga berat

buah berkurang.

Page 13: laporan praktikum pisang

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah kami lakukan maka kami dapat menyimpulkan

bahwa:

1. Penyimpanan terhadap suhu rendah berpengaruh terhadap warna,

tekstur dan bobot buah pisang.

2. Pada penyimpanan suhu rendah warna kuning pisang dapat

dipertahankan hingga akhir pengamatan yaitu hari ke lima

sedangkan pada suhu ruang warna kuning hanya bisa

dipertahankan hingga hari ketiga saja hal tersebut dikarenakan

adanya proses penguraian klorofil oleh enzim klorofilase.

3. Pada penyimpanan suhu rendah tekstur sangat keras hanya dapat

dipertahankan hingga dua hari saja sedangkan dihari ketiga buah

sudah dalam keadaan keras sedangkan untuk kondisi suhu ruang

buah tomat sudah mulai keras dihari kedua dan dihari ke tiga buah

sudah sedikit keras perbedaan ini disebabkan pada suhu ruang

adanya perubahan protopektin yang tidak larut didegradasi oleh

enzim proteolitik menjadi pektin yang mudah larut dalam air

sehingga teksturnya menjadi lebih cepat lunak.

4. Pada penyimpanan suhu rendah susut bobot lebih sedikit

dibandingkan suhu ruang hal tersebut dikarenakan adanya proses

transipirasi dan respirasi yang lebih cepat pada suhu ruang

dibandingkan suhu rendah sehingga kadar air yang keluar semakin

banyak sehingga susut bobotnya lebih banyak.

B.SARAN

Dari praktikum dan hasil pengamatan yang dilakukan maka penulis

dapat menyarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai

pengaruh berbagai metode suhu rendah terhadap sifat karakteristik buah.

Page 14: laporan praktikum pisang

DAFTAR PUSTAKA

Liu, F.W. 1999. Postharvest Handling in Asia 2 Horticultural

Crops.http://www.fftc.agnet.org/library/article/eb465b.html . Diakses

tanggal 24 Desember 2011.

Pantastico, Er. B. 1986. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan

Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika.

(Diterjemahkan oleh Kamariayani; editor Tjitrosoepomo). Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Priyanto G. 1988. Teknik Pengawetan Pangan. PAU Pangan Gizi.Universitas

Gadjah Mada.

Yogyakarta. 244 h.

Tranggono dan Sutardi. 1990. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. PAU Pangan

dan Gizi UGM. Yogyakarta

Winarno, F.G. 1982. Kimia Pangan dan Gizi.Gramedia : Jakarta.

Kanara, Nahda. 2009. Pengemasan dan penyimpanan buah

tomat.http://agrikanara.blogspot.com/. Diakses tanggal 24 Desember 2011

Sinar tani. 2011. Penyimpanan Sayuran Pada Suhu

Rendah.http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/1015 . Diakses

tanggal 24 Desember 2011

Sjalfullah. 1997. Petulijuk Memilili Buah Segar. PT . Penebar Swadaya, Jakarta.

Rizky, OsSir. 2011. Penyimpanan Bahan Pangan Suhu Rendah (Pendinginan &

Pembekuan)

.http://lordbroken.wordpress.com/category/keilmuan/pengemasan-dan-

pengawetan/. Diakses tanggal :24 Desember2011