laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktikum lapangan sesungguhnya merupakan bentuk penelitian di lapangan, bedanya dengan penelitian umumnya hanya pada permasalahan yang diangkatnya. Pada penelitian permasalahan yang diangkat memang permasalahan yang belum ditemukan jawabannya, sedangkan pada praktikum lapangan mungkin permasalahan yang diangkat hanya untuk menunjukkan teori yang sudah ada agar dapat dipahami betul oleh peserta didik tapi dapat juga permasalahan yang diangkat belum ditemukan jawabannya sehingga praktikum lapangan yang dilakukan akan menemukan temuan-temuan baru. Pada praktikum lapangan di sawah Piyungan, pantai Baron dan pantai Sundak ini permasalan yang diangkat merupakan permasalahan yang sudah ada jawabannya (hanya menunjukkan teori yang sudah dipelajari) maupun untuk pengetahuan mengenai apa saja keanekaragaman hewan yang ada di lokasi tersebut. Permasalahan-permasalahan ini nanti akan disampaikan sebagai tugas-tugas praktikum yang harus dilakukan oleh mahasiswa sehingga mereka dapat menemukan jawabannya. Praktikum lapangan keanekaragaman dan Elmisa subama

description

 

Transcript of laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

Page 1: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Praktikum lapangan sesungguhnya merupakan bentuk penelitian di

lapangan, bedanya dengan penelitian umumnya hanya pada permasalahan

yang diangkatnya. Pada penelitian permasalahan yang diangkat memang

permasalahan yang belum ditemukan jawabannya, sedangkan pada praktikum

lapangan mungkin permasalahan yang diangkat hanya untuk menunjukkan

teori yang sudah ada agar dapat dipahami betul oleh peserta didik tapi dapat

juga permasalahan yang diangkat belum ditemukan jawabannya sehingga

praktikum lapangan yang dilakukan akan menemukan temuan-temuan baru.

Pada praktikum lapangan di sawah Piyungan, pantai Baron dan pantai

Sundak ini permasalan yang diangkat merupakan permasalahan yang sudah

ada jawabannya (hanya menunjukkan teori yang sudah dipelajari) maupun

untuk pengetahuan mengenai apa saja keanekaragaman hewan yang ada di

lokasi tersebut. Permasalahan-permasalahan ini nanti akan disampaikan

sebagai tugas-tugas praktikum yang harus dilakukan oleh mahasiswa

sehingga mereka dapat menemukan jawabannya. Praktikum lapangan

keanekaragaman dan klasifikasi hewan di sawah Piyungan, pantai Baron dan

pantai Sundak yang sudah dilakukan terutama dilakukan dengan metode

observasi. Untuk dapat mendapatkan hasil observasi yang tepat dan berharga

tentunya harus dilakukan dengan cermat, teliti, tercatat, dan

terdokumentasikan. Sesuai dengan materi pada praktikum keanekaragaman

dan klasifikasi hewan, dari praktikum lapangan yang sudah dilakukan adalah

pengenalan keragaman hewan baik dari jenis, bentuk tubuhnya dan

klasifikasinya.

Yang perlu diperhatikan dalam melakukan praktikun lapangan adalah

kesiapan peralatan dan komponen-komponen yang dibutuhkan saat praktikum

lapangan. Semua peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan praktikum

Elmisa subama

Page 2: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

harus disiapkan sebelum kita berangkat ke lapangan. Agar hasil yang

didapatkan sesuai dengan yang diinginkan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Bagaimana keadaan keanekaragaman dan apa saja jenis hewan di sawah

Piyungan, pantai Baron dan pantai Sundak?

1.3. Tujuan

Tujun pada praktikum lapangan keanekaragaman dan klasifikasi hewan

ini adalah :

a. Untuk mengetahui jenis hewan yang ada di persawahan Piyungan,

pantai Baron dan pantai Sundak.

b. Dapat mengidentifikasi dan mengetahui nama spesies dari hewan

yang ditemukan.

c. Dapat membuat awetan dari hewan yang ditemukan untuk koleksi

referensi.

1.4. Deskripsi Lokasi

Lokasi pertama yaitu persawahan yang berada di desa Piyungan di

daerah Wonosari. Persawahan ini berada di areal pemukiman penduduk desa

Piyungan dan berada di pinggir jalan raya. Saat praktikum dilaksanakan,

kondisi persawahan penuh dengan tanaman padi berwarna hijau yang

membentang luas. Cuaca cukup panas saat melakukan pengamatan jenis

hewan yang berada di sawah ini karena pada saat melakukan pengamatan

sudah cukup siang. Hewan yang berada di lokasi ini diantaranya adalah :

Helmol, Mollusca, Reptil, Amphibia, Insekta dan Aves.

Elmisa subama

Page 3: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

Lokasi kedua yaitu pantai Baron, tepatnya di TPI yang berada di pantai

tersebut. Pantai Baron adalah pantai tempat wisata yang tak pernah sepi dari

pengunjung. Pantai ini berada di pesisir selatan Pulau Jawa, tepatnya berada

di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Di pantai ini banyak terdapat

perahu nelayan yang berada di tepi pantai. Saat melakukan pengamatan di

TPI pantai Baron, hewan-hewan yang ada diantaranya yaitu : Mollusca,

Arthropoda dan Pisces.

Yang terakhir yaitu pantai Sundak. Pantai Sundak merupakan sebuah

objek wisata alam berupa Pantai yang berada di daerah Wonosari. Pantai ini

terletak sekitar 3 Km dari Pantai Kukup. Pantai Sundak tidak terlalu besar,

namun pantai ini menyajikan keindahan alam yang alami dan menyenangkan.

Pantai Sundak memiliki pasir putih dan batu karang berlumut yang indah. Di

pantai sundak, praktikan menemukan beberapa hewan laut, diantaranya

yaitu : Phylum Porifera dan Phylum Echinodermata.

Elmisa subama

Page 4: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi adalah pengelompokan aneka jenis hewan atau tumbuhan kedalam

golongan-golongan tertentu. Golongan-golongan ini disusun secara runtut sesuai

dengan tingkatannya (hirarkinya), yaitu dimulai dari tingkatan yang lebih kecil

hingga ketingkatan yang lebih besar. Ilmu yang mempelajari prinsip dan cara

mengelompokkan makhluk hidup kedalam golongannya disebut taksonomi atau

sistematik (Sulistyorini, 2009).

Hewan Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta

memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan

kelompok hewan punggung/belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan dan

peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan vertebrata. Avertebrata

dibagi menjadi 9 filum yaitu protozoa, porifera, cnidaria, platyhelminthes,

nematelminthes, annelida, mollusca, arthropoda, dan echinodermata

(Romimohtarto, 2007).

a) Filum Porifera

Filum porifera disebut juga hewan spons. Porifera merupakan hewan

multiseluler yang paling sederhana, tidak memiliki kepala atau anggota badan lain

layaknya hewan. Oleh karena itu, banyak yang keliru mengidentifikasi. Porifera

sebagai tanaman laut. Tubuh porifera dihubungkan oleh saluran-saluran yang

terbuka di ujungnya dan membentuk pori-pori. Porifera memiliki sekitar 10.000

spesies yang kebanyakan hidup di air laut. Hewan ini merupakan hewan sessile

(hidup melekat pada substrat). Spesies tersebut bervariasi dalam hal bentuk,

ukuran dan warna. Porifera biasanya dikelompokkan berdasarkan materi yang

ditemukan di dalam rangkanya. Porifera yang terkenal adalah bunga karang yang

memiliki serat fleksibel dalam mesenkimnya. Serat tersebut dibuat dari protein

yang disebut spongin (Campbell et al. 2005).

Elmisa subama

Page 5: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

b) Filum Mollusca

Mollusca adalah hewan berbadan lunak (Latin molluscus, “lunak”) tetapi

sebagian besar terlindungi oleh suatu cangkang keras yang mengandung kalsium

karbonat. Slug, cumi-cumi dan gurita memiliki cangkang yang tereduksi, dimana

sebagian besar diantaranya adalah cangkang internal, atau mereka telah

kehilangan keseluruhan cangkang selama proses evolusinya. Tubuh mollusca

memiliki tiga bagian utama: kaki berotot, umumnya digunakan untuk pergerakan,

massa viseral yang mengandung sebagian besar organ-organ internal, dan mantel

yang merupakansuatu lipatan jaringan yang menutupi massa viseral dan

mensekresi cangkang (jika ada). Pada banyak mollusca, mantel meluas melebihi

massa viseral dan menghasilkan suatu ruang yang penuh air atau rongga mantel

(mantle cavity) yang menampung insang, anus dan pori ekskretoris. Banyak

mollusca yang mengambil makanan menggunakan organ kasar mirip tali karet

yang disebut radula. Sebagian mollusca memiliki organ jenis kelamin yang

terpisah, dengan gonad (ovarium dan testes) yang terletak di dalam massa viseral.

Namun demikian, banyak keong dan bekicot adalah hemafrodit (Campbell et al.

2005).

Kelas Gastropoda

Kelas filum Mollusca yang terbesar, Gastropoda, memiliki lebih dari

40.000 spesies yang hidup. Sebagian besar gastropoda adalah hewan laut,

tetapi banyak juga spesies air tawar. Bekicot dan slug telah beradaptasi

terhadap kehidupan di darat (Campbell et al. 2005).

Kelas Bivalvia

Mollusca dari Kelas Bivalvia meliputi banyak spesies remis, tiram,

kerang hijau, dan scallop. Bivalvia memiliki cangkang yang terbagi menjadi

dua paruhan. Kedua bagian cangkang itu bertaut pada garis pertengahan

dorsal, dan otot adduktor yang sangat kuat menarik kedua paruh cangkang

agar menutup untuk melindungi hewan berbadan lunak itu. Rongga mantel

hewan bivalvia memiliki insang yang digunakan untuk makan dan untuk

pertukaran gas. Sebagian bivalvia adalah pemakan suspensi. Bivalvia tidak

memiliki kepala yang jelas dan radula telah hilang (Campbell et al. 2005).

Elmisa subama

Page 6: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

Kelas Cephalopoda

Cephalopoda (cephalopod artinya “kaki kepala”) adalah satu-satunya

mollusca dengan sistem sirkulasi tertutup. Kaki hewan cephalopoda telah

termodifikasi menjadi sifon berotot dan bagian-bagian tentakel dan kepala

dirancang untuk bergerak secara cepat, suatu adaptasi yang cocok dengan

cara makannya sebagai karnivora.tMereka juga memiliki suatu sistem syaraf

yang berkembang dengan baik dengan otak yang kompleks. Kemampuan

untuk belajar dan bertingkah laku dalam cara yang rumit keungkinan lebih

penting bagi pemangsa yang bergerak cepat dibandingkan dengan hewan

yang diam seperti remis. Cumi-cumi dan gutita memiliki organ indera yang

berkembang baik (Campbell et al. 2005).

c) Filum Arthropoda

Diperkirakan bahwa populasi arthropoda dunia, yang meliputi crustacea,

laba-laba, dan serangga, berjumlah sekitar 1018 individu. Hampir 1 juta spesies

arthropoda telah dideskripsikan, dan sebagian besar adalah serangga.

Keanekaragaman dan keberhasilan arthropoda sebagian besar dikaitkan dengan

segmentasinya, eksoskeletonnya yang keras, dan tungkai yang bersendi.

(Arthropoda berarti “kaki bersendi”). Kelompok segmen dan anggota badannya

telah terspesialisasi untuk berbagai ragam fungsi. Sebagai contoh, anggota badan

secara beragam dimodifikasi untuk berjalan, makan, dan sebagai reseptor sensoris,

kopulasi, dan untuk pertahanan. Tubuh arthropoda sepenuhnya ditutupi oleh

kutikula, suatu eksoskeleton (kerangka eksternal) yang dibangun dari lapisan-

lapisan protein dan kitin. Kutikula itu dapat merupakan pelindung yang tebal dan

keras di atas beberapa bagian tubuh, dan setipis kertas dan fleksibel pada lokasi

lain, seperti persendian. Eksoskeleton akan melindungi hewan dan menyediakan

titik pertautan bagi otot yang menggerakkan anggota badan. Eksoskeleton yang

kaku juga menimbulkan beberapa permasalahan evolusioner. Sebagai contoh,

untuk dapat tumbuh, arthropoda sewaktu-waktu harus melepaskan

eksoskeletonnya yang lama dan mensekresikan eksoskeleton yang lebih besar.

Proses ini disebut molting, membutuhkan energi dyang sangat banyak dan

Elmisa subama

Page 7: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

meninggalkan hewan tersebut rentan terhadap pemangsa dan bahaya lainnya

untuk sementara waktu. Arthropoda menyesuaikan diri dengan baik terhadap

lingkungannya dengan adanya organ sensoris yang berkembang baik, yang

meliputi mata, reseptor olfaktori untuk penciuman, dan antena untuk sentuhan dan

penciuman. Arthropoda memiliki sistem sirkulasi terbuka (open circulatory

system) dimana cairan yang disebut hemolimfa didorong oleh suatu jantung

melalui arteri pendek dan kemudian masuk ke dalam ruang yang disebut sinus

yang mengelilingi jaringan dan organ. Arthropoda teresterial umumnya memiliki

permukaan internal yang dkhususkan untuk pertukaran gas. Misalnya, sebagian

besar serangga memiliki sistem trakea, saluran udara bercabang yang menuju ke

arah bagian dalam dari pori-pori yang ada pada kutikula.

Atrhropoda terdiri dari 5 kelas utama yaitu:

Arachnida

Tubuh memiliki satu atau dua bagian utama, enam pasang angota badan

(chelicerae, pedipalpus, dan empat pasang kaki untuk berjalan), sebagian besar

adalah hewan darat seperti laba-laba, kutu, dan tungau.

Diplopoda

Tubuh dengan kepala yang jelas memiliki antena besar dan tiga pasang

bagian mulut yang mengunyah, badan bersegmen dengan dua pasang kaki

berjalan per segmen, teresterial, dan herbivora, seperti: kaki seribu.

Chilopoda

Tubuh dengan kepala yang jelas yang memiliki antena besar dan tiga

pasang bagian mulut; anggota badan segmen tubuh pertama dimodifikasi

sebagai cakar beracun; segmen badan mengandung satu pasang kaki berjalan

setiap segmen; teresterial; karnivora. Contoh:lipan.

Crustacea

Tubuh dengan dua atau tiga bagian; memiliki antena; bagian mulut

untuk mengunyah, tiga atau lebih pasang kaki, sebagian besar adalah

hewan laut seperti kepiting, udang galah, crayfish atau udang karang, dan

udang.

Elmisa subama

Page 8: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

Insekta (serangga)

Tubuh terbagi menjadi kepala toraks, dan abdomen, memiliki antena,

bagian mulut dimodifikasi untuk mengunyah, menyedot atau menelan,

umumnya memiliki dua pasang sayap dan tiga pasang kaki, sebagaian

besar adalah hewan teresterial.

Insekta terdiri dari beberapa ordo, diantaranya adalah:

a. Orthoptera

Memiliki dua pasang sayap bermembran (beberapa tahapan tidak

bersayap), mulut untuk mengunyah; sangat sosial; metamorfosis tak

sempurna. Contoh: rayap.

b. Mantodea

Tubuh terbagi menjadi tiga bagian yaitu: kepala (caput), dada

(thorax) dan perut (abdomen), antena berbentuk kawat, betina

biasanya memiliki abdomen yang lebih besar dibandingkan dengan

yang jantan, metamorfosis tidak sempurna. Contoh: belalang sembah

(Erya, 2011).

c. Hymenoptera

Memiliki dua pasang sayap bermembran, kepala dapat bergerak,

bagian mulut untuk mengunyah atau penghisap, organ untuk

menyengat pada bagian posterior pada betina, metamorfosis

sempurna, banyak spesies bersifat sosial. Contoh: semut, lebah,

tawon.

d. Lepidoptera

Memiliki dua pasang sayap yang ditutupi dengan sisik kecil, lidah

panjang melilit untuk penghisap. metamorfosis sempurna. Contoh:

kupu-kupu, ngengat.

e. Odonata

Memiliki dua pasang sayap bermembran, bagian mulut untuk

menggigit, metamorfosis tak sempurna. Contoh: Damselfly, capung.

Elmisa subama

Page 9: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

f. Hemiptera

Memiliki dua pasang sayap (satu pasang sebagian seperti berkulit,

satu pasang bermembran), mulut untuk menusuk dan menyedot,

metamorfosis tak sempurna. Contoh: kutu busuk, assassin bug, bedbug,

chinch bug

g. Diptera

Memiliki satu pasang sayap dan halter (organ untuk keseimbangan),

mulut untuk penghisap, menusuk atau menelan, metamorfosis sempurna.

Contoh: lalat, nyamuk (Campbell et al. 2005).

d) Filum Echinodermata

Echinodermata ( dari bahasa Yunani echin, “berduri” dan derma, “kulit”)

adalah hewan sesil atau hewan yang bergerak lamban dengan simetri radial

sebagai hewan dewasa. Bagian internal dan eksternal hewan itu menjalar dari

tengah atau pusat, seringkali berbentuk lima jari-jari. Kulit tipis menutupi

eksoskeleton yang terbuat dari lempengan keras. Sebagian besar hewan

echinodermata bertubuh kasar karena adanya tonjolan kerangka dan duri yang

memiliki berbagai fungsi. Yang khas dari echinodermata adalah sistem pembuluh

air (water vascular system), suatu jaringan saluran hidrolik yang bercabang

menjadi penjuluran yang disebut kaki tabung (tube feet) yang berfungsi dalam

lokomosi, makan, dan pertukaran gas. Reproduksi anggota filum echinodermata

umumnya melibatkan individu jantan dan betina yang terpisah dan membebaskan

gametnya ke dalam air laut. Hewan dewasa yang radial tersebut berkembang

melalui metamorfosis dari larva bilateral. Di antara 7000 atau lebih anggota filum

echinodermata, semuanya adalah hewan laut, dibagi menjadi enam kelas:

Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang ular), Echinoidea ( bulu babi dan

sand dollar), Crinoidea (lili laut dan bintang bulu), Holothuroidea (timun laut),

dan Concentrychycloidea (aster laut). Aster laut, yang baru ditemukan baru-baru

ini, hidup pada kayu yang terendam air laut dalam (Campbell et al. 2005).

Elmisa subama

Page 10: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

e) Filum Annelida

Annelida berarti “cincin kecil” dan tubuh bersegmen yang mirip dengan

serangkaian cincin yang menyatu merupakan ciri khas filum Annelida. Terdapat

sekitar 15.000 spesies filum Annelida. Anggota filum Annelida hidup di laut,

sebagian besar habitat air tawar, dan tanah lembab (Campbell et al. 2005).

Ciri – ciri Annelida :

a. Tubuh panjang bergelang – gelang ( matameri )

b. Hidup bebas

c. Hermafrodit, tidak dapat membuahi sendiri.

d. Bernapas dengan seluruh permukaan tubuh

e. Alat pencernaan lengkap

f. Alat ekskresi tubuh disebut nefridia

g. Sistem saraf : gamglion, otak, ganglim ventral

h. Sistem peredaran darah tertutup

i. Memiliki rongga badan triploblastik selomata

Filum Annelida terbagi menjadi 3 kelas, yaitu :

a. Polychaeta

Habitatnya di lautan, tubuhnya terdiri dari banyak rambut Þ (poly =

banyak, chaeta = rambut/bulu). Contoh cacing tersebut adalah : Nereis

viren, Eunice viridis (cacing wawo) dan Lysidice oele (cacing palolo). Dua

jenis terakhir sering dikonsumsi oleh orang-orang di Kepulauan maluku.

b. Oligochaeta

Habitatnya di tanah, memiliki sedikit rambut (oligo = sedikit, chaeta =

rambut/bulu). Contoh cacing tersebut adalah : Lumbricus terestris dan

Pheretima sp. (keduanya disebut cacing tanah). Mempunyai organ KIitellum

yang berisi semua kelenjar, termasuk kelenjar kelamin.

Elmisa subama

Page 11: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

Pernafasan dilakukan oleh pemukaan tubuhnya. Makanan diedarkan ke

seluruh tubuh dengan sistem peredaran darah. Contoh lain : Moniligaster

houtenii (endemik di Sumatera).

c. Hirudinae

Tidak memiliki rambut (chaeta) tetapi menghasilkan zat antikoagulasi

(anti pembekuan darah) yang dinarnakan Hirudin (Martomijoyo, 1990).

f) Filum Chordata

Berdasarkan kemiripan tertentu dalam perkembangan embrionik awal,

Chordata dikelompokkan sebagai deuterostomata bersama-sama dengan

Echinodermata. Vertebrata membentuk satu subfilum dalam Filum Chordata.

Chordata juga meliputi dua subfilum invertebrata, yaitu urochordata dan

cephalochordata. Ada 4 ciri khas chordata ini adalah notokord; tali saraf

berlubang; celah faring; dan ekor pascaanus berotot.

Ciri spesifik dari subfilum vertebrata adalah tulang belakang skeletal dan

kranium, yang membungkus sumsum tulang belakang dan otot, sefalisasi

(spesialisasi ujung anterior sistem saraf menjadi otak kompleks yang berasosiasi

dengan organ-organ indera terspesialisasi) berderajat tinggi dan segmentasi otot-

otot tubuh menjadi somit pada satu masa perkembangan (Hademenos, 2005).

Beberapa kelompok vertebrata diantaranya adalah super kelas pisces

(chondrichthyes, osteichthyes), kelas amphibia, reptilia, dan aves.

1) Super Kelas Pisces

Kelas condrichthyes (ikan bertulang rawan)

a. Kerangka dari tulang rawan

b. Celah insang berjumlah 5-7 pasang

c. Kulit tertutupi oleh dentikel

d. Fertilisasi internal, individu jantan memiliki clasper. Contoh : ikan hiu

dan ikan pari.

Elmisa subama

Page 12: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

Kelas osteichthyes (ikan bertulang sejati)

Kerangka dari tulang sejati

Celah insang tunggal disetiap sisi dengan tutup insang

Jari-jari lemah pada sirip bersegmen

Fertilisasi eksternal. Contoh : ikan lele, belut, kakap, dan ikan nila

2) Kelas Amphibia

Ciri-ciri amphibia sebagai berikut:

a. Dapat hidup di air dan di darat ataupun tempat-tempat yang lembab

b. Disebut juga hewan yang mempunyai tempat hidup (habitat) di dua

alam

c. Hewan bernafas dengan paru-paru dan kulit.

Telur dan berudu katak hidup di air kemudian setelah dewasa hidup di

darat, berudu berbentuk seperti ikan yang bernafas dengan insang dan

kulit, setelah masanya tumbuh kaki yang susut oleh kehidupan dan

akhirnya ekor menghilang sementara itu insang berangsur-angsur

menghilang dan digantikan oleh paru-paru kemudian katak menjadi

dewasa.

d. Jantung beruang tiga yaitu dua serambi dan satu bilik.

e. Berkembang biak dengan bertelur dan pembuahan sel telur oleh

sperma terjadi di luar tubuhnya (fertilisasi eksternal).

Amphibi dapat dibagi menjadi beberapa ordo:Ordo Apoda (amphibia tidak

berkaki tetapi memiliki eko, contoh: ular); Ordo Anura (amphibia tidak

berekor tetapi memiliki kaki, contoh; katak dan kodok); dan Ordo wodela /

candata (amphibia yang berekor dan berkaki, contoh: salamander).

Elmisa subama

Page 13: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

3) Kelas Reptilia

Ciri-ciri hewan melata adalah sebagai berikut:

Kulit kering bersisik dari zat tanduk karena zat keratin

Bernafas dengan paru-paru

Berdarah dingin (poikiloterm) yakni yang suhu tubuhnya dipengaruhi

oleh suhu lingkungan

Umumnya bersifat ovivar (bertelur), contoh kadal, dan vivipar

beranak, contohnya ular.

Jantung terdiri dari empat ruang yaitu dua serambi dan dua bilik yang

masih belum sempurna.

Reptilia dapat dibagi menjadi beberapa ordo antara lain: Ordo Crocodila

(contoh: buaya); Ordo Sphenedontia (contoh : Tuatara); Ordo Squamata

(contoh: kadal); dan Ordo Testudinata (contoh: kura-kura, penyu dan labi-

labi) (Radiopetra, 1996).

4) Kelas Aves

Kelas aves adalah kelas hewan vertebrata yang berdarah panas dengan

memiliki bulu sayap. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggota

gerak belakang beradaptasi untuk berjalan, berenang dan bertengger. Mulut

sudah termodifikasi menjadi paruh, punya kantong hawa, jantung terdiri dari

empat ruang, rahang bawah tidak mempunyai gigi karena gigi-giginya telah

menghilang yang digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk dan

berkembang biak dengan bertelur (Mukayat, 1990).

Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain.

Hampir seluruh tubuh aves di tutupi oleh bulu yang secara filogenetik berasal

dari epidermal tubuh yang pada reptil serupa dengan sisik. Secara embriologis

bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi

Elmisa subama

Page 14: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk

filokokus yang merupakan lubang bulu pada kulit (Jasin, 1992).

BAB III

METODE PENELITIAN

2.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum keanekaragaman dan klasifikasi hewan

adalah botol jam 5 buah, pinset, alat tulis, kertas mika, ember dengan tutupnya,

jarum pentul, clip board, kamera digital, tabel pengamatan, amplop insecta,

Bahan yang digunakan yaitu khlorofom, kapas/tissue, eter dan formalin.

2.2. Cara Kerja

a. Sawah Piyungan

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Ditangkap hewan yang ada

di sawah dengan menggunakan jaring, hewan yang telah ditangkap diphoto lalu

dimasukkan ke dalam tempat yang telah di sediakan. Dicatat hewan apa saja

yang didapatkan pada tabel pengamatan.

b. Pantai Baron

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Praktikan turun langsung ke

tempat pelelangan ikan yang ada di pantai baron. Diphoto apa saja pisces yang

ada di sana. Dicatat jumlah dan nama spesies pisces di tabel pengamatan.

c. Pantai Sundak

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Diletakkan paralon dengan

ukuran 1x1 meter di tepi pantai yang ada spesies-spesiesnya. Diamati hewan apa

saja yang ada di dalam plot. Dicatat spesies-spesies yang ada di plot, di ambil

lalu diphoto. Kemudian digambar pengamatan per plot pada kertas sketsa

pengamatan yang ada.

Elmisa subama

Page 15: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Hasil yang didapat pada praktikum keanekaragaman dan klasifikasi hewan

adalah:

a) Sawah Piyungan

Tabel 1. Pengamatan Insekta

No Nama Spesies Jumlah

1. Leptosia nina ++

2. Camponotus caryae ++

3. Valanga sp. +

4. Potamarcha congener ++

5. Hymenoptera +

Tabel 2. Pengamatan Mollusca, Aves, Reptil, Amphibia, Annelida

dan Arachnida

No Nama Spesies Jumlah

1. Pila sp. ++

2. Rana sp. +

3. Gonyosoma oxycephalum +

4. Meretrix sp. +

5. Bronchocela jubata +

6. Achatina fulica +

7. Lonchura sp. +

8. Kepiting +

9. Lumbricus rubellus +++

Elmisa subama

Page 16: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

10. Laba-laba +

b) Pantai Baron

Tabel 3. Pengamatan Pantai Baron

No Nams Spesies Jumlah

1. Loligo pealii +++

2. Penaeus esculentus +++

3. Sphyrna sp. +

4. Euthynnus allecterates ++

5. Lutjanus argentimaculatus ++

6. Stromateus cinereus ++

7. Portunus pelagicus ++

8. Scomberomorus sp. +

9. Lates calcarifer ++

c) Pantai Sundak

Tabel 4. Pengamatan Pantai Sundak

No Phylum Nama Spesies

1. Porifera Favites sp.

2. Echinodermata Turbo sp.

Ophiolepsis superba

Diadema saxatile

Echinodescus sp.

Elmisa subama

Page 17: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

3.2. Pembahasan

Menurut Sulistyorini (2009) klasifikasi adalah pengelompokan aneka jenis hewan

atau tumbuhan kedalam golongan-golongan tertentu. Golongan-golongan ini

disusun secara runtut sesuai dengan tingkatannya (hirarkinya), yaitu dimulai dari

tingkatan yang lebih kecil hingga ketingkatan yang lebih besar. Ilmu yang

mempelajari prinsip dan cara mengelompokkan makhluk hidup kedalam

golongannya disebut taksonomi atau sistematik.

Hewan Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta

memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan

kelompok hewan punggung/belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan dan

peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan vertebrata. Avertebrata

dibagi menjadi 9 filum yaitu protozoa, porifera, cnidaria, platyhelminthes,

nematelminthes, annelida, mollusca, arthropoda, dan echinodermata

(Romimohtarto, 2007).

Pada praktikum yang dilaksanakan di sawah Piyungan, ditemukan beberapa

spesies diantaranya yaitu Leptosia nina, Camponotus caryae, Valanga sp.,

Potamarcha congener dan Hymenoptera spesies-spesies tersebut adalah spesies

yang termasuk kelas insecta. Pendapat dari Erya (2011), mengatakan bahwa pada

serangga tubuh terbagi menjadi kepala toraks, dan abdomen, memiliki antena,

bagian mulut dimodifikasi untuk mengunyah, menyedot atau menelan dan

umumnya memiliki dua pasang sayap dan tiga pasang kaki, sebagaian besar

adalah hewan teresterial. Spesies lain yang ditemukan di sawah Piyungan adalah

Pila sp., Rana sp., Gonyosoma oxycephalum, Meretrix sp., Bronchocela jubata,

Achatina fulica, Lonchura sp., Kepiting, Lumbricus rubellus dan laba-laba.

Sawah Piyungan ini merupakan sawah yang masih terawat dan masih subur, hal

Elmisa subama

Page 18: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

ini dibuktikan dengan banyaknya spesies simbiosis mutualisme. Tanah di sawah

ini pun masih subur, karena masih terdapat Lumbricus rubellus yang merupakan

indikator dari tanah yang banyak mengandung hara.

Hasil praktikum yang didapat di Pantai Baron yaitu ditemukan beberapa

spesies yaitu Loligo pealii, Penaeus esculentus, Sphyrna sp., Euthynnus

allecterates, Lutjanus argentimaculatus, Stromateus cinereus, Portunus pelagicus,

Scomberomorus sp. dan Lates calcarifer. Spesies-spesies yang terdapat di Pantai

Baron ini cukup banyak, ini berarti pantai Baron masih menjadi salah satu pantai

untuk sumber kehidupan bagi para nelayan. Spesies-spesies yang terdapat tersebut

merupakan spesies yang termasuk dalam kelas pisces dan kelas crustacea.

Di lokasi yang terakhir yaitu di Pantai Sundak, terdapat beberapa spesies

yang ditemukan di sekitar plot dengan ukuran 1x1 meter. Spesies yang ditemukan

ini yaitu meliputi phylum Porifera dan Phylum echinodermata. Menurut Campbell

et al. (2005), Filum porifera disebut juga hewan spons. Porifera merupakan

hewan multiseluler yang paling sederhana, tidak memiliki kepala atau anggota

badan lain layaknya hewan. Oleh karena itu, banyak yang keliru mengidentifikasi.

Porifera sebagai tanaman laut. Tubuh porifera dihubungkan oleh saluran-saluran

yang terbuka di ujungnya dan membentuk pori-pori. Porifera memiliki sekitar

10.000 spesies yang kebanyakan hidup di air laut. Hewan ini merupakan hewan

sessile (hidup melekat pada substrat). Spesies tersebut bervariasi dalam hal

bentuk, ukuran dan warna. Porifera biasanya dikelompokkan berdasarkan materi

yang ditemukan di dalam rangkanya. Porifera yang terkenal adalah bunga karang

yang memiliki serat fleksibel dalam mesenkimnya. Serat tersebut dibuat dari

protein yang disebut spongin. Nama spesies dari phylum Porifera yang ditemukan

yaitu Favites sp..

Elmisa subama

Page 19: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

Jenis phylum lain yang ditemukan di pantai Sundak ini yaitu dari Phylum

Echinodermata. Menurut Campbell et al. (2005), Echinodermata ( dari bahasa

Yunani echin, “berduri” dan derma, “kulit”) adalah hewan sesil atau hewan yang

bergerak lamban dengan simetri radial sebagai hewan dewasa. Bagian internal dan

eksternal hewan itu menjalar dari tengah atau pusat, seringkali berbentuk lima

jari-jari. Kulit tipis menutupi eksoskeleton yang terbuat dari lempengan keras.

Sebagian besar hewan echinodermata bertubuh kasar karena adanya tonjolan

kerangka dan duri yang memiliki berbagai fungsi. Yang khas dari echinodermata

adalah sistem pembuluh air (water vascular system), suatu jaringan saluran

hidrolik yang bercabang menjadi penjuluran yang disebut kaki tabung (tube feet)

yang berfungsi dalam lokomosi, makan, dan pertukaran gas. Spesies yang

ditemukan diantaranya yaitu : Turbo sp., Ophiolepsis superba, Diadema saxatile,

dan Echinodescus sp.. Dari hasil tersebut dapat di bandingkan bahwa di pantai

Sundak phylum Echinodermata lebih banyak daripada phylum Porifera.

Elmisa subama

Page 20: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

BAB V

KESIMPULAN

Setelah dilakukan pengamatan pada praktikum lapangan di sawah piyungan

Pantai Baron dan Pantai Sundak, didapatkan kesimpulan bahwa :

a. Jenis hewan yang terdapat di persawahan Piyungan, Pantai Baron dan

Pantai Sundak beragam, seperti Leptosia nina , Camponotus caryae ,

Potamarcha congener , Hymenoptera , Rana sp. , Valanga sp. , Turbo sp.

, Favites sp. , Ophiolepsis superba , Diadema saxatile , Sphyrna sp. dan

masih banya lagi.

b. Setelah melakukan pengamatan, praktikan dapat mengidentifikasi dan

mengetahui nama-nama spesies yang terdapat pada lokasi pengamatan.

c. Membuat awetan dari hewan yang ditemukan dilakukan dengan cara

memberi formalin pada hewan tersebut dan ditusuk bagian dadanya

untuk kemudian dimasukkan pada kotak insektarium.

Elmisa subama

Page 21: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Deden.200.Biologi Kelompok Pertanian.Bandung:PT Grafindo

Media Pratama.

Campbell,N.A.,J.B.Reece, & L.G. Mitchell.2005.Biologi. Edisi ke-5. Terj.dari

Biology.5th ed. oleh Manalu, W. Jakarta:Erlangga.

Erya.2011.”Makalah Entomologi (Ordo Mantodea) New” .http: //ml. scribd.com/

erya_mathias/d/91188357-Makalah-Entomologi - Ordo-Mantodea-New.

Diakses tanggal 18 Juni 2012.

Hademenos, George dan Gerge H. Friend.200.Biologi Edisi Kedua.Jakarta:

Erlangga.

Jasin, M.1992.Zoologi Vertebrata.Surabaya:Sinar Jaya.

Martomijoyo, Russamsi.dkk.1990. Biologi Smu. Bandung. Grafindo media

pratama.

Mukayat,D.1990.Zoologi Vertebrata.Jakarta:Erlangga.

Radiopoetra.1996. Zoologi. Erlangga. Jakarta

Romimohtarto, Kasijan. 2005. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang Biota

Laut. Jakarta: Djambatan Anggota IKPI.

Sulistyorini, Ari.2009.Biologi.Jakarta:PT.Baalai Pustaka.

Elmisa subama

Page 22: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

LAMPIRAN

Leptosia nina Camponotus caryae

Valanga sp.

Potamarcha congener Laba-laba

Elmisa subama

Page 23: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

Pila sp. Rana sp.

Meretrix sp. Achatina fulica Kepiting

Penaeus esculentus Sphyrna sp. Loligo pealii

Euthynnus allecterates Lutjanus argentimaculatus Stromateus cinereus

Elmisa subama

Page 24: laporan praktikum lapangan taksonomi hewan

Portunus pelagicus Scomberomorus sp.

Lumbricus rubellus Favites sp. Turbo sp.

Ophiolepsis superba Diadema saxatile Echinodescus sp.

Elmisa subama