LAPORAN PRAKTIKUM KONSELING

30
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Betapa seringnya kita mendengar pepatah yang mengatakan “Waktu Adalah Uang” atau “Waktu Adalah Ilmu”. Namun, sebenarnya betapa banyak di antara kita yang benar-benar dapat memanfaatkan waktu? Sebenarnya jika ingin mengatur kehidupan dan membuatnya menyenangkan, sebagai permulaan yang akan dibutuhkan adalah mengatur waktu. Tak perlu menanyakan lagi, pengaturan waktu yang efektif merupakan hal yang mendasar untuk lingkup wilayah berbagai kehidupan. Pada kenyataannya, seringkali terdapat perbedaan antara pencapaian kehidupan sejati dan orang-orang yang meski sibuk dan tak pernah sampai pada titik dimanapun. Manajemen waktu, salah satu permasalahan yang sering menjadi dilema mahasiswa sekarang. Apalagi bagi mahasiswa yang kuliah sambil berorganisasi baik internal maupun eksternal kampus. Manajemen waktu merupakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan produktivitas waktu. Manajemen waktu merupakan keterampilan yang berkaitan dengan segala bentuk upaya dan tindakan seseorang yang dilakukan 1

description

Konseling Kelompok

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM KONSELING

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Betapa seringnya kita mendengar pepatah yang mengatakan “Waktu

Adalah Uang” atau “Waktu Adalah Ilmu”. Namun, sebenarnya betapa banyak di

antara kita yang benar-benar dapat memanfaatkan waktu? Sebenarnya jika ingin

mengatur kehidupan dan membuatnya menyenangkan, sebagai permulaan yang

akan dibutuhkan adalah mengatur waktu. Tak perlu menanyakan lagi, pengaturan

waktu yang efektif merupakan hal yang mendasar untuk lingkup wilayah

berbagai kehidupan. Pada kenyataannya, seringkali terdapat perbedaan antara

pencapaian kehidupan sejati dan orang-orang yang meski sibuk dan tak pernah

sampai pada titik dimanapun.

Manajemen waktu, salah satu permasalahan yang sering menjadi dilema

mahasiswa sekarang. Apalagi bagi mahasiswa yang kuliah sambil berorganisasi

baik internal maupun eksternal kampus. Manajemen waktu merupakan

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan produktivitas

waktu. Manajemen waktu merupakan keterampilan yang berkaitan dengan segala

bentuk upaya dan tindakan seseorang yang dilakukan secara terencana sehingga

individu dapat memanfaatkan waktunya dengan sebaik mungkin. Mengelola

waktu untuk kuliah bukan berarti kehilangan waktu luang untuk bersenang-

senang. Bukan pula berarti bahwa waktu dalam 24 jam per hari harus dihabiskan

untuk belajar mata kuliah yang didapatkan di perkulihaan. Justru sebaliknya,

prinsip utama dari pengelolaan waktu secara efektif adalah pembagian waktu

yang efektif untuk kegiatan-kegiatan yang meliputi: waktu untuk belajar,

organisasi, keluarga dan bagi diri sendiri untuk bersantai.

Permasalahan di atas dapat diatasi melalui konseling kelompok dimana

konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam rangka

memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhanya, dan bersifat

pencegahan. Konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan masalah atau

1

topik yang dibahas dalam konseling kelompok bersifat “pribadi” yaitu masalah

yang dibahas merupakan masalah pribadi yang secara langsung dialami, atau

lebih tepatnya lagi merupakan masalah atau kebutuhan yang sedang dialami oleh

para anggota kelompok yang menyampaikan topik atau masalah.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan time management?

2. Apa yang menyebabkan kesulitan dalam melakukan time management?

3. Bagaimana cara mudah untuk melakukan time management?

C. TUJUAN PRAKTEK

1. Mengetahui definisi time management.

2. Mengetahui penyebab kesulitan dalam melakukan time management.

3. Mengetahui cara mudah untuk melakukan time management.

D. MANFAAT PRAKTEK

1. Untuk mengetahui bagaimana menjadi konselor yang baik dan benar.

2. Untuk lebih memahami bagaimana proses konseling kelompok yang baik dan

benar.

3. Untuk mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang dihadapi oleh

konseli.

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan

1. Tempat : Kantin FMIPA UNLAM

Hari : Sabtu

Tanggal : 03 Oktober 2015

Jam : 11.18 WITA

2. Pembagian Tugas:

Konselor : Venni Savitri

Notulen : Uswatun Hasanah

Observer : Herlin Asfarina Makruf

Nur Hikmah Purnama Sari

Dokumentasi : Khairur Rahman

B. Kegiatan Konseling Kelompok

Kegiatan konseling kelompok yang kami lakasanakan secara bertahap.

Berikut tahap-tahap konseling kelompok akan dijabarkan, sebagai berikut:

a. Langkah awal

Langkah awal atau tahap awal yang kami lakukan adalah pembentukan

kelompok. Dalam Latipun (2015), tahap ini merupakan tahap persiapan

pelaksaan konseling. Pada tahap pembentukan kelompok ini yang dilakukan

yaitu dengan menawarkan program konseling kepada calon peserta

konseling. Kelompok terdiri dari enam orang anggota yang mana memiliki

latar belakang sebagai mahasiswa yang memiliki kesibukan dalam kegiatan

organisasi kampus.

b. Pelaksanaan kegiatan

Pelaksanaan kegiatan konseling kelompok meliputi:

1) Persiapan

Seluruh peserta konseling kelompok yang terdiri dari enam orang

berkumpul di tempat konseling yaitu kantin Fakultas Matematika dan

3

Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lambug Mangkurat

Banjarbaru pada Sabtu, 3 Oktober 2015. Persiapan dilakukan bertujuan

agar tidak ada kebingungan ataupun kendala nantinya pada saat

pelaksanaan konseling. Hal pertama yang diakukan yaitu tempat duduk

diatur sedemikian rupa. Kemudian peserta mengajukan pertanyaan

seputar hal-hal yang tidak dimengerti mengenai konseling kelompok

dan pelaksanaan konseling kelompok. Jadi, kami menjelaskan dengan

bahasa yang komunikatif dan efektif sehingga mudah untuk dimengerti.

Berikut beberapa hal yang kami jelaskan atau sampaikan pada saat

persiapan:

a) Apa itu konseling kelompok?

Konseling kelompok yang akan dilakukan yaitu membahas

permasalahan yang dihadapi oleh konselee dan mengatasi

permasalahan tersebut secara bersama-sama.

b) Apa topik yang akan dibahas?

Topik yang akan dibahas adalah seputar time management,

sehingga diharapkan nantinya peserta akan lebih mudah melakukan

time management dan meminimalisir masalah di kemudian harinya.

c) Konseling bersifat formal atau semiformal?

Konseling bersifat semiformal, sehingga suasana konseling akan

dibuat nyaman. Konseling berlangsung dengan menciptakan rasa

kekeluargaan dan keakraban. Diharapkan nantinya peserta merasa

nyaman dan terbuka untuk sharing.

d) Apa saja yang boleh dan tidak untuk dibicarakan?

Apa saja boleh untuk dibicarakan asal tetap dalam konteks time

management.

e) Berapa lama durasi konseling kelompok berlangsung?

Konseling kelompok akan berlangsung selama 1,5 – 2 jam. Dengan

rangkaian meliputi Pre Test, Konseling, dan Post Test.

4

f) Apakah informasi yang diberikan akan dijamin terjaga

kerahasiaanya?

Segala informasi dan data yang dianggap tidak layak untuk

diketahui oleh orang lain pada saat konseling dijamin terjaga

kerahasiaannya.

2) Pre Test

Seluruh peserta konseling dibagikan lembar pretest kemudian

mengisi lembar pretest selama kurang lebih lima menit. Lembar pretest

berisikan penyataan-pernyataan terkait topik konseling yaitu time

management. Jumlah pertanyaan yaitu 10 buah. Peserta menjawab

dengan cara memberi tanda centang sesuai pilihan dengan menggunakan

skala 1 - 5 yaitu sangat setuju, setuju, cukup setuju, tidak setuju, sangat

tidak setuju.

3) Konseling

Konseling yang telah dilakukan dengan melakukan beberapa

langkah berikut ini:

a) Salam dan Terima Kasih

Pertama-tama konselor mengucapkan salam. Kemudian

mengucapkan terima kasih kepada peserta yang sudah hadir dalam

kegiatan konseling kelompok.

b) Berdoa

Sebelum memulai pelaksanaan konseling kelompok, peserta dan

konselor berdoa terlebih dahulu.

c) Pengertian dan Tujuan Konseling Kelompok

Konselor menjelaskan bahwa konseling yang akan dilakukan

adalah konseling kelompok bukan konseling individu. Konselor

menyampaikan konseling kelompok bertujuan untuk membahas dan

mengatasi permasalahan yang telah dihadapi dengan bersama-sama

sehingga diharapkan nantinya peserta akan lebih mudah melakukan

time management dan meminimalisir masalah di kemudian harinya.

5

d) Syarat Peserta dan Azas Konseling Kelompok

Konselor menjelaskan syarat peserta konseling kelompok.

Pertama, menjaga dan merahasiakaan segala informasi dan data

yang dianggap tidak layak untuk diketahui orang lain. Kedua,

terbuka yaitu peserta terbuka menyampaikan segala permasalahan

yang sedang dialaminya.

e) Perkenalan

Satu persatu konselor dan peserta konseling kelompok

memperkenalkan diri masing-masing. Perkenalan kedua, konselor

meminta peserta untuk memperkenalkan dirinya dengan

menyebutkan nama panggilan diri sendiri dan teman yang berada

samping kirinya, sehingga peserta dapat mengenal satu sama lain.

f) Penentuan Topik Masalah

Konselor bertanya, apakah peserta konseling kelompok sudah

siap untuk mengikuti konseling kelompok. Ketika peserta konseling

kelompok telah siap, konselor menyampaikan topik yang akan

dibahas yaitu time management.

g) Konseling Kelompok

Konselor menanyakan apakah peserta sudah mengetahui apa itu

time management. Kemudian salah satu peserta dipersilahkan untuk

menyampaikan pengertiannya mengenai time management agar

peserta lain mendapatkan pemahaman yang sama. Kemudian,

masing-masing peserta diminta untuk menyampaikan masalah yang

dialaminya terkait kesulitan memanajemen waktu. Setelah masing-

masing peserta menyampaikan masalahnya, ditemukan berbeda-

beda masalah yang di hadapi peserta konseling. Karena

keterbatasan waktu konseling kelompok, maka konselor meminta

peserta konseling untuk menentukan dan menyepakati satu fokus

masalah yang akan dibahas lebih lanjut dalam kegiatan konseling

kelompok. Konselor menanyakan peserta konseling memilih mana

6

salah satu masalah yang ingin dibahas lebih lanjut. Salah satu

masalah telah dipilih, kemudian konselor mulai mengarahkan

diskusi dengan kerangka berpikir meliputi mengarahkan peserta

konseling untuk mengemukakan penyebab dan solusi dari masalah

yang dialami, sehingga peserta sepenuhnya aktif mengutarakan

penyebab dan solusi dari masalahnya sendiri.

h) Feedback

Di akhir konseling, konselor menanyakan bagaimana perasaan

dan apa manfaat yang dirasakan peserta setelah mengikuti

konseling kelompok.

i) Penutup

Sebagai penutup konselor memberikan kesimpulan dari

konseling kelompok dan kemudian menutup kegiatan konseling

kelompok.

4) Post Test

Seluruh peserta konseling kelompok dibagikan lembar posttest dan

mengisi lembar posttest tersebut. Lembar posttest berisikan penyataan-

pernyataan terkait topik konseling yaitu time management. Pernyataan

berjumlah 10 buah. Peserta menjawab dengan cara memberi tanda

centang sesuai pilihan mana yaitu sangat setuju sampai sangat tidak setuju

dengan menggunakan skala 1 - 5.

5) Latihan (Exercise)

Peserta dibagikan lembar berisikan sebuah kasus dimana kasus

tersebut terkait bagaimana cara peserta mengatasi time management yang

dihadapi seperti dalam kasus. Peserta menyelesaikan kasus tersebut

dengan membuat prioritas-prioritas yang harus diurutkan dari kuadran 1–

4. Latihan ini didesain sesuai salah satu cara konseling modifikasi

perilaku “self management”. Exercise atau latihan ini bertujuan untuk

melatih kemampuan peserta dalam memanajemen waktunya setelah

mengikuti konseling kelompok serta diharapkannya progress atau

7

kemajuan dalam pemahaman dan kemampuan peserta konseling

kelompok dalam time management.

C. Hasil Konseling dan Observasi

a. Hasil Konseling

Setelah melakukan konseling kelompok, didapatkan hasil yaitu para

peserta konseling kelompok telah memahami bahwa time management adalah

bagaimana cara mereka mengatur jadwal atau membagi waktu dalam

mengerjakan pekerjaannya. Para peserta konseling kelompok pun telah

memahami bahwa penyebab mengapa mereka sulit untuk melakukan time

management adalah dua masalah besar yang menjadi faktor penyebabnya

yaitu waktu dan prioritas.

Masalah pertama yaitu waktu dalam melakukan time management adalah

karena mereka sering malas dan menunda melakukan pekerjaannya, dimana

cara mengatasi sifat malas dan menunda–nunda waktu tersebut mereka

memerlukan cara untuk menghilangkan kejenuhan dengan melakukan

refreshing, memerlukan motivasi, mengingat kembali visi dan misi yang ingin

dicapai, perlu tantangan, dan menentukan target yang ingin dicapai. Masalah

kedua yaitu kesulitan membuat prioritas dalam melakukan time management

disebabkan oleh labil atau kurang matangnya pemikiran, bingung dan merasa

ragu-ragu, serta tergoda dengan hal baru lain.

Peserta menemukan cara untuk mengatasi kesulitan membuat prioritas

dalam melakukan time management yaitu dengan memerlukan seseorang yang

dapat membantu melakukan pekerjaan yang lain sementara pekerjaan pokok

akan dikerjakan pada waktu yang sama, mengatur lingkungan yang

mendukung, dan melakukan curhat atau sharing dengan orang terdekat untuk

mendapat pemahaman agar memudahkan dalam membuat prioritas bagi

dirinya.

Peserta konseling akhirnya mengerti bagaimana cara agar mereka dapat

melakukan time management dengan mudah. Berikut beberapa hal yang akan

mereka lakukan untuk memudahkan melakukan time management:

8

a) Jangan malas,

b) Membuat visi dan misi ke depannya,

c) Motivasi dari dalam diri sendiri,

d) Membuat tujuan dan target dalam hidup,

e) Berpikir positif,

f) Refreshing.

b. Hasil Pretest dan Posttest

Berdasarkan pelaksanaan pretest dan posttest yang telah dilaksanakan

sebelum dan sesudah konseling kelompok, didapatkan hasil bahwa tiga dari

enam anggota mengalami perubahan positif setelah melakukan konseling

kelompok yaitu anggota mampu memanajemen waktu mereka dalam kegiatan

organisasi dan kuliah. Dua dari enam anggota mengalami penurunan di mana

mereka menganggap bahwa manajemen waktu mereka dalam sehari banyak

dihabiskan oleh kegiatan organisasi dan satu dari enam anggota yang

seimbang di mana anggota tersebut masih merasa bingung memanajemen

waktu yang mana yang akan diprioritaskan.

c. Hasil Latihan Modifikasi Perilaku

Hasil latihan modifikasi perilaku ini hanya kami amati saat berada di

tempat pelaksaan konseling. Hal itu dikarenakan anggota konseling kelompok

membawa pulang lembar latihan modifikasi perilaku tersebut sebagai salah

satu contoh gambaran bagaimana mereka harus memprioritaskan hal yang

dianggap pening pada saat berada pada kasus yang kami berikan dengan

menggunakan teknik modifikasi perilaku “self management”. Hasil yang kami

dapatkan yaitu semua anggota konseling kelompok menempatkan ‘Belajar

Untuk UAS’ di kuadran I (mendesak dan penting). Jadi, didapatlah

kesimpulan dari hasil latihan modifikasi perilaku ‘self management” bahwa

semua anggota konseling kelompok tetap memprioritaskan kuliah daripada

organisasi.

9

d. Hasil Observasi

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh observer terhadap

jalannya konseling kelompok yang berlangsung di kantin FMIPA UNLAM

didapatkan hasil, adalah sebagai berikut:

1. Konselor

Selama konseling kelompok berlangsung, konselor terlihat berperan

sebagai pemimpin kelompok. Konselor pun cukup baik dalam

menjalankan tugas-tugas konselor. Tugas konselor dalam pemimpin

kelompok adalah melakukan pemeliharaan, pemroresan, penyaluran, dan

arahan (Capuzzi dan Gross, 1991; Latipun, 2015).

Peran pemeliharan (providing), berarti konselor berperan sebagai

pemelihara hubungan dan iklim( (Latipun, 2015). Dalam peran ini,

konselor sudah cukup baik. Hal tersebut terlihat saat konselor

memberikan perhatian dan perlindungan kepada klien selama konseling

kelompok berlangsung.

Peran pemroresan (processing), sebagai pihak yang memberikan

penjelasan makna proses (Latipun, 2015). Dalam peran ini, konselor

sudah cukup baik. Hal ini terlihat saat konselor mengklarifikasi

pembicaraan yang telah diutarakan oleh klien, menjelaskan dan

menginterpretasikan makna isi pembicaraan kepada klien saat konseling

kelompok akan berakhir.

Peran penyaluran (catalyzing), sebagai pihak mendorong interaksi dan

mengekspresikan emosi (Latipun, 2015). Dalam peran ini, konselor sudah

cukup baik. Hal ini terlihat saat konselor menggali perasaan klien-klien

yang ada pada konseling tersebut.

Peran pengarahan (directing), peran konselor dalam hal mengarahkan

proses konseling. Dalam peran ini, konselor sudah cukup baik terlihat saat

membatasi perannya agar hanya berperan sebagai pemimpin dan

fasilitator serta pengarah tanpa ikut campur dalam mencari dan

memutuskan pemecahan masalah yang dialami kelompok klien. Konselor

10

pun terlihat mengatur dan mengarahkan langkah-langkah yang dilalui

oleh kelompok dari awal sampai akhir konseling.

2. Ko Konselor (Notulen)

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, bahwa ko konselor

(notulen) terlihat bekerjasama dengan konselor. Dalam hal ini, ko

konselor membantu konselor untuk mengamati, mencatat dinamika yang

terjadi di kelompok yang akhirnya lebih dimengerti bagaimana keadaan

kelompok dan anggota-anggotanya serta menarik kesimpulan yang

didapat dari proses konseling kelompok dan mendiskusikannya dengan

konselor.

3. Kelompok

Sebagaimana terapi kelompok interaktif, konseling kelompok

umumnya beranggotakan berkisar antara empat sampai dua belas orang

(Latipun, 2015). Anggota konseling kelompok berjumlah sebanyak enam

orang. Dari kehomogenitasan kelompok, anggota kelompok dibuat

homogen dari segi usia, status, fakultas, organisasi dan masalah.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, ditemukan adanya penarikan

diri dari beberapa klien saat konseling berlangsung. Penarikan diri

(Latipun, 2015), sebagian anggota merasa kurang berguna mengikuti

konseling kelompok Hal tersebut terlihat dari body languange salah satu

anggota yang kurang nyaman dalam situasi yang serius, seperti kaki yang

diangkat ke atas kursi. Walaupun begitu anggota tersebut tetap menyimak

dan memberikan feedback selama konseling berlangsung. Namun,

penarikan diri ini dapat diatasi oleh peran konselor, khususnya pada peran

pemeliharan (providing) yaitu saat konselor memberikan perhatian dan

dorongan kepada anggota-anggota kelompok, khususnya salah satu

anggota yang mengalami penarikan diri tersebut.

4. Dokumentasi dan Durasi Pelaksanaan

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, ditemukan adanya

hambatan dalam segi dokumentasi, dimana peralatan yang digunakan

11

kurang memadai untuk melakukan dokumentasi konseling kelompok

selama 1,5-2 jam seperti yang telah ditentukan. Kamera pertama yang

digunakan mengalami low battery pada saat pertengahan pelaksanaan

konseling, kamera kedua mengalami kepenuhan kartu memori, dan

kamera ketiga memilki kualitas gambar dan suara yang kurang bagus.

Jadi, saat pergantian kamera terdapat sesi konseling yang tidak terekam

oleh kamera. Secara umum konseling kelompok yang bersifat jangka

pendek (short term group couseling) membutuhkan waktu pertemuan

antara 8 sampai 20 pertemuan, degan frekuensi pertemuan antara satu

sampai tiga kali dalam semnggunya, dan durasinya anatar 60 sampai 90

menit (Latipun, 2015). Durasi konseling kelompok yang telah dilakukan

yaitu 60 menit atau satu jam. Dalam pertemuankonseling kelompok pada

prinsipnya sangat ditentukan oleh situasi dan kondisi anggota kelompok

(Latipun, 2015).

5. Kendala Lainnya

Pada pelaksanaan konseling kelompok yang diadakan di kantin

FMIPA UNLAM ini, ditemukan adanya kendala lain dalam

pelaksanaannya di mana saat proses konseling pertama, jumlah anggota

yang mengikuti konseling kelompok yaitu delapan orang. Namun, saat

berjalannya proses konseling dua dari delapan anggota konseling

kelompok tersebut terpaksa keluar dari pelaksanaan konseling

dikarenakan ada kegiatan mendadak yang harus dilaksanakan. Jadi, kami,

khususnya konselor memutuskan melakukan konseling dari awal kembali

dengan jumlah anggota yaitu enam orang.

\

12

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Manajemen waktu, salah satu permasalahan yang sering menjadi dilema

mahasiswa sekarang. Apalagi bagi mahasiswa yang kuliah sambil berorganisasi

baik internal maupun eksternal kampus. Manajemen waktu merupakan

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan produktivitas

waktu. Mengelola waktu untuk kuliah bukan berarti kehilangan waktu luang

untuk bersenang-senang. Bukan pula berarti bahwa waktu dalam 24 jam per hari

harus dihabiskan untuk belajar mata kuliah yang didapatkan di perkulihaan.

Justru sebaliknya, prinsip utama dari pengelolaan waktu secara efektif adalah

pembagian waktu yang efektif untuk kegiatan-kegiatan yang meliputi: waktu

untuk belajar, organisasi, keluarga dan bagi diri sendiri untuk bersantai. Kami

mengambil tema manajemen waktu untuk melaksanakan konseling kelompok

pada anggota organisasi UPK FMIPA UNLAM yang bertempat di kantin FMIPA

UNLAM Banjarbaru pada hari sabtu, 03 Oktober 2015 dengan anggota peserta

konseling kelompok sebanyak enam orang dengan tujuan untuk mencari solusi

bersama-sama dengan permasalahan manajemen waktu.

Setelah melakukan konseling kelompok, didapatkan hasil yaitu para peserta

konseling kelompok telah memahami bahwa time management adalah bagaimana

cara mereka mengatur jadwal atau membagi waktu dalam mengerjakan

pekerjaannya. Para peserta konseling kelompok pun telah memahami bahwa

penyebab mengapa mereka sulit untuk melakukan time management adalah dua

masalah besar yang menjadi faktor penyebabnya yaitu waktu dan prioritas.

Masalah pertama yaitu waktu dalam melakukan time management adalah

karena mereka sering malas dan menunda melakukan pekerjaannya, masalah

kedua yaitu kesulitan membuat prioritas dalam melakukan time management

disebabkan oleh labil atau kurang matangnya pemikiran, bingung dan merasa

ragu-ragu, serta tergoda dengan hal baru lain.

13

Peserta konseling akhirnya mengerti bagaimana cara agar mereka dapat

melakukan time management dengan mudah. Berikut beberapa hal yang akan

mereka lakukan untuk memudahkan melakukan time management yaitu : jangan

malas, membuat visi dan misi ke depannya, motivasi dari dalam diri sendiri,

membuat tujuan dan target dalam hidup, dan berpikir positif.

B. Saran

Bagi seorang konselor harus memiliki keterampilan yang baik dalam

mengelola anggota peserta konseling kelompok dan harus mengetahui secara

benar bagaimana tahap-tahap pelaksanaan konseling kelompok agar konseling

kelompok berjalan dengan lancar dan baik. Tempat untuk konselingpun harus

diperhatikan agar tidak terganggu oleh suara-suara bising yang mengganggu

proses pelaksanaan konseling kelompok.

Anggota konseling kelompokpun harus siap dan mampu meluangkan waktunya

untuk melaksanakan konseling kelompok agar pelaksanaan konseling kelompok

berjalan secara efektif tanpa adanya gangguan pekerjaan atau suatu hal yang

harus dikerjakan.

14

DAFTAR PUSTAKA

Latipun. (2015). Psikologi Konseling Edisi Keempat. Malang: Umm Press.

Akmal, V.E, Perbedaan Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Jenis Kelamin Dengan Mengontrol Manajemen Waktu Pada Mahasiswa Yang Kuliah Sambil Bekerja Di Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. 2015

15

LAMPIRAN

Identitas/Profil Konseli I

a. Nama : RB

b. Usia : 21 tahun

c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Pendidikan : S-1 Fisika

Identitas/Profil Konseli II

Nama : DW

Usia : 20 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : S-1 Ilmu Komputer

Identitas/Profil Konseli III

Nama : MNN

Usia : 20 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : S-1 Ilmu Komputer

Identitas/Profil Konseli IV

Nama : RH

Usia : 20 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : S-1 Ilmu Komputer

Identitas/Profil Konseli V

Nama : R

Usia : 19 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : D-3 Analis Farmasi dan Makanan

Identitas/Profil Konseli VI

Nama : MHA

Usia : 19 tahun

16

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : S-1 Kimia

Dokumentasi

17

18

Para Peserta Konseling Mengisi Pre Test dari Konselor

19

Foto Bersama Kelompok 4 dan Anggota Konseling Kelompok

PRETEST

POST TEST20

EXERCISE

21