LAPORAN PRAKTIKUM kayu

21
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pengetian kayu disini ialah sesuatu bahan, yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut, setelah diperhitungkan bagian- bagian mana yang lebih banyak dapat dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan. Baik berbentuk kayu pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar (Frick Heinz,1977). Kayu memiliki 4 unsur yang esensial bagi manusia antara lain : (Felix, 1965) 1. Selulosa Unsur ini merupakan komponen terbesar terbesar pada kayu, meliputi ± 70% berat kayu, salah satu bahan dapat diperoleh dari selulosa adalah Alpha-selulosa yang merupakan dasar utama pembuatan kertas, tekstil, plastik dan bahan- bahan peledak. 2. Lignin Lognin merupakan komponen pembentuk kayu yang meliputi : 18% - 28% dari berat kayu, komponen tersebut bertugas sebagai pengikat satuan strukturil kayu dan memberikan sifat keteguhan kepada kayu. 3. Bahan-bahan ekstrasi Komponen pembentuk kayu ini memberikan sifat- sifat tertentu pada kayu seperti : bau, warna, rasa dan keawetan. Selain itu karena adanya 1

description

identification of molusca

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM kayu

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM kayu

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pengetian kayu disini ialah sesuatu bahan, yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut, setelah diperhitungkan bagian-bagian mana yang lebih banyak dapat dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan. Baik berbentuk kayu pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar (Frick Heinz,1977). Kayu memiliki 4 unsur yang esensial bagi manusia antara lain : (Felix, 1965)

1. Selulosa Unsur ini merupakan komponen terbesar terbesar pada kayu, meliputi ± 70% berat kayu, salah satu bahan dapat diperoleh dari selulosa adalah Alpha-selulosa yang merupakan dasar utama pembuatan kertas, tekstil, plastik dan bahan-bahan peledak.

2. Lignin Lognin merupakan komponen pembentuk kayu yang meliputi : 18% - 28% dari berat kayu, komponen tersebut bertugas sebagai pengikat satuan strukturil kayu dan memberikan sifat keteguhan kepada kayu.

3. Bahan-bahan ekstrasi Komponen pembentuk kayu ini memberikan sifat-sifat tertentu pada kayu seperti : bau, warna, rasa dan keawetan. Selain itu karena adanya bahan ekstrasi ini, maka dari kayu bisa didapatkan hasil yang lain misalnya : tannin, zat warna, minyak, getah, lemak, malam, dan lain sebagainya.

4. Mineral pembentuk abuKomponen ini tertinggal setelah lignin dan selulosa terbakar habis. Banyaknya komponen ini ± 0,2%-1% dari berat kayu.

Sebagai mahasiswa-mahasiswi dari rekayasa kehutanan, kita tentu perlu untuk mengetahui ciri dari struktur makroskopis dan miskropis kayu, dikarenakan dengan kita memilih jurusan ini, maka kita akan selalu berhubungan dengan kayu. Untuk itu penting bagi kita mulai mengenal ciri-ciri dan struktur kayu yang ada. Karena untuk mempelajari kayu tidak hanya berdasarkan bagian luarnya saja (makroskopis) yang harus diamati, karena setiap kayu mungkin saja terlihat sama apabila dilihat dari luarnya (makroskopisnya), namun setelah diamati pada bagian mikroskopisnya ternyata adanya perbedaan mendasar antara pohon yang satu dengan pohon yang lainnya.

1

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM kayu

Untuk mempelajari suatu pohon kita tidak cukup hanya mempelajari bagian luarnya saja (makroskopis), namun kita juga harus mengidentifikasi ciri dari struktur mikroskopis kayunya juga agar terlihat jelas perbedaan mendasar dari kayu satu dengan kayu lainnya.

1.2. Tujuan

1. Menentukkan persentase kayu teras, kayu gubal, dan kebundaran batang Suren (Toona sinensis).2. Menentukkan umur kayu Suren (Toona Sinensis) dengan menghitung lingkaran tahun. 3. Menentukkan ciri-ciri pembuluh/pori, jenis parenkim, dan tipe jari-jari

sampel kayu jenis Angiospermae (Hardwood).4. Menentukkan arah saluran interseluller sampel kayu Pinus sp.

BAB 2CARA KERJA

2

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM kayu

2.1. Jaringan Xylem, Kebundaran Batang, dan Lingkaran Tumbuh

Untuk cara kerja yang pertama adalah cara kerja untuk metode pengkuruan proporsi kayu gubal dan kayu teras serta kebundaran batang. Pertama-tama adalah disiapkan disk (lempengan kayu) millimeter blok dan kalkir/plastik transparansi, setelah itu dipasangkan plastik ke disk dan digambarkan batas antara kayu gubal dan kayu teras. Digunting batas luar kayu (gubal) dan dijiplak atau digambarkan pada kertas milimeter blok, dan dilakukan pula cara tersebut pada kayu teras. Setelah digambar, lalu dihitung luas daerah kayu teras dan luas kayu secara keseluruhan. Luas kayu dapat dihitung dengan ketentuan:

1. Kurang dari 0,25cm2 dihitung 0,2cm2

2.Antara 0,3-0,7cm2 dihitung 0,5cm2

3. Lebih dari 0,75cm2 dihitung 1cm2

Setelah itu kayu digambar, ditandai jari-jari empulurnya dan jari-jari empulur dijadikan sebagai pusatnya. Dihitung jarak terjauh dari jari-jari empulur untuk dihitung pada bagian luas kayu silindris dengan rumus πr2. Persentase kayu teras dapat dihitung menggunakan rumus:

Luas Kayu Teras = luas kayu terasluaskayu secara keseluruhan

x100 %

Kayu Gubal (%) = 100% - Persentase Kayu Teras

untuk menghitung kebundaran batang, sebelumnya harus mengetahui jari-jari dari pohon tersebut. Setelah itu dapat menggunakan rumus:

Kebundaran Batang (%) = Luas Kayu Secara Keseluruhan

Luas Kayu Silindrisx100 %

2.2. Identifikasi Struktur Kayu

2.2.1. Identifikasi Struktur Kayu Jenis Angiospermae (Hardwood)

Dua sampel kayu diberikan pada kami jenis angiospermae (hardwood), yang pertama Mindi atau Melia azedarach dan yang kedua adalah Jabon atau Antochepalus cadamba. Untuk cara kerja identifikasi struktur kayu adalah pertama-tama diambil contoh kayu dengan ukuran 2 x 2 x 10 cm, lalu disayat dengan pisau pada penampang melintang dan disayat hampir sejajar dengan penampangnya. Diamati bekas sayatan tersebut menggunakan loupe, dan ditentukan tipe jari-jari kayu, pembuluh serta parenkim. Diamati juga saluran damar atau endapan-endapan yang ada dalam kayu bila ada. Digambar dan dituliskan sifat/ciri yang ada dari hasil pengamatan tally sheet yang telah disediakan. Untuk pengamatan pada penampang radial, disayatnya harus sejajar

3

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM kayu

dengan salah satu jari-jari kayu, dan untuk mendapatkan pengamatan pada penampang tangensial maka disayatnya harus tegak lurus dengan salah satu jari-jari kayu. Setelah itu baru diidentifikasi untuk bagian pembuluh/pori, bagian parenkimya dan jumlah jari-jarinya.

2.2.2. Identifikasi Struktur Kayu Jenis Pinus sp. (Softwood)

Pada kayu softwood, jenis Pinus sp yang akan diamati pada pengamatan bagian ini. Untuk cara kerja identifikasi struktur kayu adalah pertama-tama diambil contoh kayu dengan ukuran 2 x 2 x 10 cm, lalu disayat dengan pisau pada penampang melintang dan disayat hamper sejajar dengan penampangnya. Diamati bekas sayatan tersebut menggunakan loupe, dan ditentukan tipe jari-jari kayu, pembuluh serta parenkim. Diamati juga saluran damar atau endapan-endapan yang ada dalam kayu bila ada. Digambar dan dituliskan sifat/ciri yang ada dari hasil pengamatan tally sheet yang telah disediakan. Untuk pengamatan pada penampang radial, disayatnya harus sejajar dengan salah satu jari-jari kayu, dan untuk mendapatkan pengamatan pada penampang tangensial maka disayatnya harus tegak lurus dengan salah satu jari-jari kayu. Setelah itu baru diidentifikasi untuk bagian pembuluh/pori, bagian parenkimya dan jumlah jari-jarinya.

BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM kayu

3.1. Hasil Pengamatan

Data yang didapatkan dari hasil pengukuran kayu Toona sinesis yang dihitung menggunakan milimeter blok, kemudian dihitung menggunakan rumus yang telah ada. Untuk data terlampir pada lampiran. Setelah didapatkan data tersebut maka selanjutnya adalah dihitung luas bidang keseluruhan, luas bidang teras, luas bidang gubal. Untuk kelompok kami didapatkan hasil untuk luas bidang keseluruhan yaitu 442,5, luas kayu teras didapatkan 56,35%, luas kayu gubalnya adalah 43,7%.

Untuk menghitung luas kayu silindris diperlukan perhitungan jari-jari terbesar dari kayu tersebut dengan empulur sebagai titik tengahnya. Pada kelompok kami didapatkan jari-jari pohon tersebut sebesar r=14,2. Lalu didapatkan luas kayu silindris sebesar 633,5, kebundaran batangnya adalah 69,85%.

Selanjutnya kelompok kami menghitung lingkaran tahun pada kayu Toona sinensis dengan cara melihat banyaknya lingkaran yang berada pada batang kayu tersebut. Pada kelompok kami terlihat ada sembilan lingkaran tahun yang terlihat pada kayu Toona sinesis.

Untuk pengamatan selanjutnya yaitu mengidentifikasi struktur kayu (ciri-ciri makroskopis). Yang pertama adalah kayu Mindi atau Melia azedarach. Pada pengamatan kayu ini, ada beberapa ciri-ciri yang terlihat yaitu pada bagian pembuluh porinya dan jari-jarinya. Untuk pola penyebaran berbentuk tata lingkar, untuk susunan dan gabungan berbentuk soliter. Untuk jumlah pori per satuan luas adalah sedang (5-10 pori) dan untuk bagian jari-jarinya adalah jarang (4-5/mm). Untuk parenkim yaitu berbentuk parenkim pita marginal. Untuk gambar sayatan, baik penampang lintang, radial dan tangensial terdapat pada lampiran.

Selanjutnya adalah pengamatan pada kayu Jabon atau Antocephalus cadamba. Pada kayu ini pengamatannya sama seperti pada kayu Mindi, yaitu diamati bagian pembuluh/ pori dan jari-jarinya. Pada pola penyebaran berbentuk tata baur, pada susunan dan gabungan berbentuk soliter, jumlah pori per satuan luas yaitu sedikit (< 5 pori) dan jari-jarinya sangat jarang (< 3/mm). Untuk gambar baik penampang lintang, penampang radial dan penampang tangesial terdapat pada lampiran.

Pengamatan yang terakhir adalah pengamatan pada pohon pinus sp. Untuk bagian pola penyebarannya adalah tata baur, susunan dan gabunganya berbentuk soliter, jumlah pori per satuan luas yaitu sedikit (< 5 pori). Untuk saluran interselluler/getah/dammar memiliki arah aksial yang tersebar. Untuk gambar terdapat pada lampiran, baik penampang lintang, penampang radial, penampang tangensial.

Table 3.1 Tabel data ciri-ciri makroskopis hardwood

5

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM kayu

Jenis kayu Pembuluh/Pori Susunan dan

Gabungan

Jumlah pori per

satuan luas

(mm2)

Jari-jari

Saluran Interselluler /getah/damar

Melia azedarach

Tata lingkar Soliter Sedang (5-10 pori)

Jarang (4-5/m

m)

-

Antocephalus cadamba

Tata baur Pasangan Sedikit (< 5 pori)

Sangat jarang

(< 3/mm)

-

Pinus sp Tata baur soliter Sedang (5-10 pori)

Jarang (4-5/m

m)

Aksial secara

tersebar

3.2 Pembahasan

3.2.1. Jaringan Xylem, Kebundaran Batang, dan Lingkaran Tumbuh

Xilem berfungsi sebagai mengangkut air dari tanah serat zat yang terlarut di dalamnya. Untuk xilem terbagi menjadi dua yaitu xilem sekunder dan xilem primer. Bila xilem primer terdiri dari jenis sel yang sama dengan pada xilem sekunder yakni unsur trakeal (trakea dan trakeid), serat dan sel parenkim. Tetapi semua sel itu tidak tersusun dalam sistem aksial dan radial karena tidak mengandung jari-jari empulur. Pada batang, daun dan bagian bunga, xilem primer serta floem yang ada padanya tersusun dalam berkas pembuluh atau ikatan pembuluh dalam batang. Panel tersebut sering disebut jari-jari medulla dan dianggap merupakan bagian jaringan dasar.

Untuk xilem sekunder system aksial terdiri dari sel atau deretan sel yang sumbu panjangnya terletak sejajar sumbu batang dan akar. System radial terdiri dari sejumlah sel terletak dalam bidang horizontal yang arahnya radial, dalam batang dan akar. Pada potongan melintang batang sering menampakkan bagian tengah yang lebih gelap dan dikelilingi oleh bagian luar yang lebih terang/muda warnanya, yaitu:

a. Kayu Gubal (sapwood), untuk warna kayu gubal memiliki warna yang lebih terang, berada pada bagian pinggir kayu, terdiri atas sel-sel yang masih hidup terletak disebelah dalam kambium. Berfungsi sebagai penyalur cairan dan tempat penimbunan zat-zat mengandung gizi (IL Rahman, 2010).

6

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM kayu

b. Kayu Teras (heartwood), untuk warna kayu teras memiliki warna lebih gelap dibandingkan dengan kayu gubal. Terletak dibagian tengah dan sel-selnya telah mati, namun masih berfungsi untuk menunjang pohon. Untuk kekuatan kayu, kayu teras lebih kuat dibandingkan dengan kayu gubal (IL Rahman, 2010).

Gambar 3.1 Bagian-bagian kayu

(Sumber : http://3.bp.blogspot.com/-ZVNc3VLR-1E/UHRQot-Jd_I/AAAAAAAAAB0/gSBPd0mQVpc/s1600/

New+Picture1.png)

Ada pula yang disebut dengan lingkaran tahun/tumbuh yang terdiri atas satu pita gelap untuk musim kemarau dan satu pita terang untuk musim hujan yang menggambarkan musim yang berlangsung dalam satu tahun, dan pada pohon juga sebagai penentu umur pohon tersebut. Namun kita pun tidak dapat menarik kesimpulan bahwa garis-garis pada pohon merupakan lingkaran tahun, dikarenakan bisa saja dalam waktu setahun tersebut musimnya berubah-ubah, maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai lingkaran tumbuh. Selain itu adapula yang dinamakan dengan kayu awal (earlywood) dan kayu akhir (latewood).

a. Kayu awal (earlywood) memiliki ukuran diameter yang lebih besar dan merupakan kayu pada awal musim pertumbuhan di daerah tropis yaitu musim kemarau.

b. Kayu akhir (latewood) memiliki ukuran yang lebih kecil di daerah tropis yaitu musim hujan.

7

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM kayu

Gambar 3.2 Latewood dan earlywood

(Sumber : http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://petrifiedwoodmuseum.org/Images/SequoiaGrowthRingsLabel560.jpeg&imgrefurl=http://petrifiedwoodmuseum.org/

AnatomySequoiaGrowthRings.htm&h=420&w=560&tbnid=wCCUAGgZdnZLTM:&docid=eEKxMfI2mZqj3M&ei=ZFwJVqmjF5KJuwSsprKoBQ&tbm=isch&ved=0CCkQMygQMBBqFQoTCKnlqrCFmsgCFZLEjgo

dLJMMVQ)

Lingkaran tahun (Annual Ring), lingkaran tumbuh nampak karena adanya kayu awal dan kayu akhir, kayu awal adalah kayu yang terbentuk pada saat kondisi pertumbuhan baik. Sel-sel pada kayu awal berongga besar, berdinding tipis dan diameter sel besar. Kayu akhir adalah kayu yang terbentuk dimana kondisi pertumbuhan sudah rendah, sel-sel kayu akhir berongga kecil, berdinding tebal dan diameter sel kecil (Khukuh Franjaya, 2012). Untuk kebundaran batang didapatkan dari rumus pembagian antara luas kayu keseluruhan dibagi dengan luas kayu silindris dikali dengan seratus persen.

3.2.2 Identifikasi Struktur Kayu

3.2.2.1. Identifikasi Struktur Kayu Jenis Angiospermae (Hardwood)

Pada pengamatan kayu Mindi atau Melia azedarach ditemukan ciri-ciri makroskopis pada pola penyebarannya berbentuk tata lingkar, susunan dan gabungannya berbentuk soliter, untuk jumlah pori per satuan luas (mm2) berukuran sedang (5-10 pori), parenkimnya berbentuk parenkim pita marginal dan jari-jarinya jarang ( 4-5/mm). Kayu mindi memiliki tekstur yang menyerupai kayu jati atau mahoni. Di masyarakat kayu mindi sudah meluas, diantaranya digunakan untuk perabot rumah tangga, kusen, gelagar, perahu, papan dan bangunan di bawah atap, untuk panil-panil kayu dan juga beberapa sortimen kayu (Martawijaya, 1989).

Untuk sifat makroskopis tekstur adalah kesan permukaan kayu ditunjukkan oleh besar-kecilnya diameter sel-sel penyusunnya (Haygreen dan Bowyer 1986).

8

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM kayu

Menurut Pandit (2002), ukuran pori tersebut termasuk dalam kelas sedang dan oleh karena itu kayu mindi dapat dinyatakan memiliki tekstur agak kasar. Selain itu, kayu mindi memiliki serat yang lurus dan tidak memiliki saluran damar.

Untuk sifat mikroskopis pori atau pembuluh yang terlihat pada penampang lintang berbentuk bulat sampai oval. Pola penyebaran pori tersebar menurut pola tata lingkar yaitu pembuluh yang berdiameter besar tersusun dalam deret konsentrik pada awal lingkar tumbuh sedangkan pembuluh kecil tersusun dalam deret konsentrik pada awal lingkaran tumbuh dan susunan porinya soliter.

*Tabel 3.1 Hasil pengukuran pori

No. Elemen pori Nilai

1. Pori-pori pada diameter tangensial ±139,72µm

2. Nilai pori-pori per 4 mm2 16-21

*hasil ini didapatkan dari pengamatan bu Marsha yang mempunyai sitasinya, yang membuktikan pori-pori dari kayu Melia azedarach.

Untuk parenkim jari-jari kayu mindi berupa jari-jari berseri satu sampai tiga (IAWA, 2008). Menurut Martawijaya dkk (1995) maka jari-jari kayu mindi termausk kelas sangat sempit (<15µm) sampai sempit (15-30µm), jumlah jari-jari jarang ( 4-5/mm). Komposisi jari-jari homoseluler terdiri dari sel baring yang berbentuk seperti persegi panjang dan memiliki susunan yang teratur.

Pada parenkim aksial dilihat dari penmanpang melintangnya, kayu mindi memliki parenkim bertipe parenkima selubung yaitu parenkima yang berbentuk selubung lengkap di sekeliling pembuluh, bundar atau sedikit lonjong (Mandang dan Pandit, 1977).

Dari hasil pengukuran dan pengamatan, dapat dilihat bahwa kayu mindi memiliki corak yang cukup bagus, mengering tanpa cacat dan memiliki tekstur yang sedang (Martawijaya, 1989).

Kayu mindi termasuk jenis kayu yang mempunyai panjang serat yang pendek yaitu ±599,3µm dengan diameter serat tipis yang bernilai ±6,47 µm dan dinding sel tipis yang bernilai ±2,07µm. Berbeda dengan penilitian sebelumnya yang menyebutkan dimensi serat kayu mindi memiliki panjang 830µm, diameter serat 14,67µm dan dinding sel 2,5µm. perbedaan ini mungkin dikarenakan kayu yang digunakan merupakan kayu juvenile (Praptoyo, 2010).

Untuk selanjutnya merupakan pengamatan kayu Jabon atau Antocephalus cadamba, pada bagian kayu teras dan kayu tidak dapat dibedakan. Corak kayu berbentuk garis-garis lurus sampai miring berwarna cokelat, tebal garis 1-2 mm

9

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM kayu

dengan jarak yang tidak beraturan tampak pada bidang tangensial. Tekstur agak halus dan merata, arah serat lurus dan kadang-kadang agak berpadu, permukaan kayu agak mengkilap, kesan raba permukaan kayu agak licin sampai licin dan kekerasan sedang.

Lingkaran tumbuh tidak jelas. Pembuluh (pori) baur, berganda radial 4 atau lebih biasa dijumpai. Menurut pribadi ddk, 2010 menyatakan dimensi serat 23,956 µ, tebal dinding serat 2,788µ, diameter serat 18,380µ, bilangan runkel 0,3%, daya tenun 65%, nisbah mulsteph 41%, koefisien kekakuan 0,12%, dan perbandingan fleksibilitas 0,77%.

Tipe sel parenkim aksial lebih dari 8 sel per untai. Jari-jari terdiri atas 2 ukuran yang jelas. Jari-jari kecil 1-3 seri dan jari-jari umumnya 4-10 seri. Komposisi sel jari-jari dengan 1 jalur sel tegak dan atau sel bujur sangkar marjinal.

Berdasarkan dimensi serat dan turunannya, kayu jabon termasuk dalam kelas kualitas I untuk bahan baku pulp. Berdasarkan nilai kerapatan, keteguhan luntur, keteguhan tekan sejajar serat, maka kayu jabon termasuk kedalam kelas kuat IV-III (Rinanda dkk, 2012).

3.2.2.2. Identifikasi Struktur Kayu Jenis Gymnospermae (Softwood)

Pengamatan kayu jenis gymnospermae ini adalah kayu pinus sp. Untuk kayu-kayu pinus jenis (softwood) batas lingkaran tumbuh tampak lebih jelas dibandingkan kayu yang termasuk ke dalam kelompok hardwood. Menurut Haygreen et al. (2003), kejelasan lingkaran tumbuh pada kayu dipengerahui oleh perubahan struktur yang mendadak pada batas antara kayu awal dan kayu akhir akibat perubahan musim. Kekurangjelasan lingkaran tumbuh pada jenis hardwood ini disebabkan oleh bentuk sebaran porinya. Pinus sp memiliki pori baur. Menurut Haygreen et al (2003), sebaran pori baur menunjukkan tidak adanya perbedaan atau sedikit perbedaan dalam ukuran dan jumlah pembuluh diseluruh lingkaran pertumbuhan secara kasat mata serta proporsi kayu awal dan akhir.

Untuk saluran interselluler/getah/dammar memiliki arah yaitu aksial dan secara tersebar. Untuk sifat makroskopisnya, dikarenakan kayu pinus sp merupakan kayu softwood maka batas lingkar tumbuhnya lebih terlihat jelas dibandingkan pohon hardwood.

Table 3.2 Kerapatan dan persentase kayu teras-kayu gubal

Jenis Kayu Kerapatan kayu (gram/cm3)

Kayu teras Kayu gubal

Persentase (%)

Kayu teras Kayu gubal

Pinus 0,56 0,54 15,79 84,21

10

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM kayu

merkusii

Pinus insularis

0,58 0,57 36,05 63,95

Berdasarkan tabel pengamatan diatas yang didapat dari sitasi, dijelaskan bahwa serat kayu softwood lebih panjang daripada kayu hardwood yang mencapai sekitar 500 µm. Begitu pula untuk dimensi yang lain yaitu diameter serat, lumen dan tebal dinding sel masing-masing 51 µm, 35,09 µm, dan 7,96 µm.

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

11

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM kayu

4.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan untuk menghitung persentase kayu teras, kayu gubal, dan kebundaran batang suren didapatkan hasil untuk persentase kayu teras adalah 56,3%, persentase kayu gubal adalah 43,7%, dan kebundaran batang suren adalah 69,85%

2. Untuk pengamatan umur kayu suren atau Toona sinensis pada kelompok kami terdapat sembilan lingkaran tahun. Artinya umur pohon tersebut dapat dikatakan kurang lebih sekitar Sembilan tahun

3. Untuk ciri-ciri pembuluh pori, jenis parenkim, dan tipe jari-jari kayu hardwood pada kayu mindi atau Melia azedarach adalah pola penyebaran berbentuk tata lingkar, susunan dan gabungan berbentuk soliter, jumlah pori sedang (5-10 pori), parenkim berbentuk parenkim pita marginal, dan jar-jari agak jarang (4-5/mm). Untuk kayu jabon atau Antocephalus cadamba pola penyebarannya tata baur, susunan dan gabungan berbentuk soliter, jumlah pori sedikit (< 5 pori) dan jumlah jari-jari sangat jarang (< 3/mm).

4. Untuk arah interselluler/getah/dammar kayu pinus sp yang telah kami amati, terlihat bahwa arahnya aksial yang tersebar.

4.2 SaranUntuk bagian mengamati struktur mikroskopis batang agak susah, karena terlalu kecil dan kurang terlihat apabila menggunakan loupe, diperlukan sekali sayatan lagi agar terlihat jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Felix Yap, K.H., Konstruksi Kayu, Bina Cipta, Bandung, 1965.

12

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM kayu

Frick, Heinz, Ilmu Konstruksi Kayu, Yayasan Kansius, Yogyakarta, 1977.

Haygreen JG, R Shmulsky, JL Bowyer. 2003. Forest Product and Wood Science, An Introduction. USA: The Lowa State University Press.

Hidayat, Estiti, Anatomi Tumbuhan Berbiji, Penerbit ITB, Bandung, 1995.

IAWA. 2008. Identifikasi Kayu: Ciri Mikroskopik untuk Identifikasi Kayu Daun Lebar. Badan Penelitian dan Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.

Mandang, Y.I., Pandit, I.K.N., 1997. Pedoman Identifikasi Jenis Kayu Mindi Ekonomi Vol 2 No.2, Puslitbang Hasil Hutan, Bogor 2001.

Martawijaya, A., Kartasujana, Mandang, Y.I., Prawira, S.A., dan Kadir, K., 1989. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan Indonesia. Bogor.

Pandit, I.K.N., Ramdan, H. 2002. Anatomi Kayu. Pengantar Sifat Kayu Sebagai Bahan Baku. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

Praptoyo, Harry. 2010. Sifat Anatomi dan Sifat Fisik Kayu Mindi (Melia azedarach) dari Hutan Rakyat di Yogyakarta. Jurnal Ilmu Kehutanan, vol IV No.1

Lampiran

13

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM kayu

Penampang melintang kayu Jabon

Penampang radial kayu Jabon

Penampang tangensial kayu Jabon

Penampang melintang kayu Mindi

Penampang tangensial kayu Mindi

Penampang radial kayu Mindi

14

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM kayu

Penampang melintang kayu Pinus

Penampang radial kayu Pinus

Penampang tangensial kayu Pinus

15