Laporan Praktikum Ilmu Bedah Khusus

28
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU BEDAH KHUSUS KASTRASI (ORCHIECTOMY) Oleh : Nama : INTAN KUMALA NINGTYAS Nim : 115130101111064 Kelas : 2011 C PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

description

laporan praktikum ilmu bedah khusus

Transcript of Laporan Praktikum Ilmu Bedah Khusus

Page 1: Laporan Praktikum Ilmu Bedah Khusus

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU BEDAH KHUSUS

KASTRASI (ORCHIECTOMY)

Oleh :

Nama : INTAN KUMALA NINGTYAS

Nim : 115130101111064

Kelas : 2011 C

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 2: Laporan Praktikum Ilmu Bedah Khusus

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakain banyaknya populasi hewan di lingkungan masyarakat

menjadi salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia. Apabila populasi

hewan semakin meningkat maka kemungkinan menularnya penyakit dari

hewan ke manulia maupun dari manusia ke hewan (zoonosis) menjadi

semakin besar, oleh karena itu perlu adanya pengendalian populasi hewan

yang ada di lingkungan. Hewan kecil terutama kucing merupakan hewan

yang menempati urutan teratas dalam hal peningkatan populasi hewan di

Indonesia. Habitat kucing yaitu pasar tradisional maupun disekitar perumahan

memungkinkan mereka mencari makan dengan mudah. Salah satu upaya

pengendalian populasi yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan

sterilisasi kucing jantan. (Notosusilo A. 2013)

Pada dunia kedokteran hewan, sterilisasi pada hewan disebut juga

dengan kastrasi atau Orchiectomy yang merupakan prosedur operasi dengan

tujuan membuang testis dan spermatic cord dengan tujuan sterilisasi sexual,

neoplasma, serta kerusakan-kerusakan akibat traumatik. Dengan melakukan

kastrasi diharapkan mampu mengurangi populasi kucing, dan mencegah

terjadinya penularan penyakit baik antar hewan maupun dari hewan ke

manusia sehingga kucing tidak mudah melakukan perkawinan. Selain itu

tindakan kastrasi juga berguna untuk penggemukan hewan, mengurangi sifat

agresif, serta salah satu pilihan terapi dalam menangani kasus-kasus patologi

pada tetis atau scrotum. (Notosusilo A. 2013)

1.2 Tujaun

Tujuan dari praktikum ini yaitu:

1.2.1 Mengetahui pengertian kastrasi

1.2.2 Mengetahui macam-macam metode kastrasi

1.2.3 Mengetahui keuntungan dan kerugian kastrasi

1.2.4 Mengetahui tekhnik operasi kastrasi

Page 3: Laporan Praktikum Ilmu Bedah Khusus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kastrasi

Sistem reproduksi jantan terdiri dari dua testes (testikel) yang

terbungkus di dalam skrotum. Testis menghasilkan spermatozoa (sel kelamin

jantan) dan testosterin atau hormone kelamin jantan.. Testis merupakan organ

primer dari alat reproduksi jantan yang menghasilkan spermatozoa dan

hormon-hormon reproduksi, khususnya testosteron.Saat dewasa kelamin

testis turun dari rongga perut ke dalam skrotum melalui kanalis inguinalis. 

Contoh tindakan bedah yang dilakukan terhadap testis adalah kastrasi.

Kastrasi atau orchiectomi adalah tindakan bedah yang dilakukan pada testis,

berupa pengambilan atau pemotongan testis dari tubuh.Kastrasi ini dilakukan

pada hewan jantan dalam keadaan tidak sadar (anastesi umum).

(Dharmojono.2001)

Orchiectomy atau kastrasi hewan jantan merupakan prosedur

pembedahan untuk membuang testis dan spermatic cord (cordaspermatic).

Hal ini dilakukan untuk mengontrol populasi, penggemukan hewan,

mengurangi sifat agresif dan untuk mengurai kasus-kasus yang sering

ditemukan pada hewan yang tua seperti oedema scrotalis, tumor scrotalias,

orchitis, tumor testis,dermatitis scrotalis.  Pada kucing yang muda dilakukan

untuk mengurai agresif dan menggemukan hewan sedangkan pada hewan tua

kastrasi cenderung dilakukan pada kasus-kasus yang berkaitan dengan

senilitas pada testis Kasus-kasus yang sering ditemukan antara lain: oedema

scrotalis, tumor scrotalis, orchitis (peradangan pada testis), tumor testis

(sertoli cell tumor), monorchyde, cryptorchyde, dermatitis scrotalis (exzeem

scrotalis). (Dharmojono.2001)

2.2 Metode Kastrasi

Menurut I Komang W.S metode kastrasi dibagi menjadi dua macam yaitu :

1.    Metode Kastrasi Terbuka

Sayatan dilakukan sampai tunika vaginalis communis, sehingga testis

dan epididimis tidak lagi terbungkus. Terdapat metode lain tempat insisi

Page 4: Laporan Praktikum Ilmu Bedah Khusus

skrotum untuk mengeluarkan testis yaitu melalui insisi kulit yang dibuat

diatas skrotum bagian ventral dan melalui tunica vaginalis parietalis untuk

mengekspose testis.  Yang penting disini adalah drainage bebas dari insisi

pada tunica vaginalis dan kulit skrotum.  Testis lainnya diambil dengan cara

yang sama melalui insisi terpisah.  Jadi pada metode ini testis dikeluarkan

melalui dua insisi masing-masing di atas testis.

Teknik Kastrasi Terbuka

Dengan jari tangan dinding skrotum dipejet/ditekan secara halus dan

hati-hati di atas salah satu testis lalu didorong ke arah bagian cranial skrotum.

Setelah dilakukan insisi pada kulit skrotum, dan fascia spermatika lalu

dilanjutkan menginsisi tunica vaginalis tepat di atas testis  pada daerah raphe

median. Insisi diperlebar sampai testis yang ditekan bagian  belakangnya

menyembul keluar lubang insisi, kemudian dipegang dan lebih ditarik keluar.

Mesorchium tipis yang menggantungkan testis dan epididymis mulai dari

spermatic cord di bagian cranial dan ekor epididymis di bagian caudal,

diinsisi dan spermatic cord dipotong dan diligasi menggunakan metode three

forceps tie. Testis yang masih menempel di tunica vaginalis parietalis dengan

ligamen pada ekor epididymis kemudian dipotong. Kadang-kadang

perdarahan kecil pada ligament yang dipotong bila perlu diligasi. Testis

lainnya dibuang dengan cara yang sama melalui insisi kulit yang sama. Bila

diinginkan jaringan subkutan dijahit dengan benang catgut 3-0. Kulit ditutup

dengan jahitan sederhana terputus menggunakan  benang non absorbable.

2.    Metode tertutup

Sayatan hanya sampai pada tunika dartos, sehingga testis masih

terbungkus oleh tunika vaginalis communis. Peningkatan dan penyayatan

pada funiculus spermaticus.

Teknik Kastrasi Tertutup

Dengan menggunakan jari salah satu testis didorong ke luar insisi, dan

irisan dengan hati-hati diperdalam sampai tunica dartos dan fascia sehingga

testis menonjol melalui tempat insisi, dibantu dengan preparasi tumpul

menggunakan gagang skalpel Dengan menggunakan tangan kiri testis ditarik

keluar dari insisi, potong ligamentum skrotum dan fascia dengan cara

Page 5: Laporan Praktikum Ilmu Bedah Khusus

menusuk fascia dengan ujung skalpel dilanjutkan ke caudal. Sisa-sisa

ligamentum dan fascia didorong masuk ke dalam insisi menggunakan gagang

skalpel, dengan demikian yang masih tertinggal adalah spermatic cord yang

masih berada didalam tunica vaginalis yang sekarang bebas terekspose.

Tempatkan arteri klem pada spermatic cord bagian bawah, dan kemudian

dipotong sepanjang tepi arteri klem dengan menggunakan skalpe. Buat ikatan

fiksasi pada proksimal (dibawah) arteri klem.  Ligasi dilakukan dengan cara

memasukkan benang ke bagian tengah potongan kemudian disimpulkan di

salah satu sisi potongan , kemudian diligasikan ke seluruh potongan dan

disimpulkan di tempat yang berseberangan menggunakan cat gut chromic 2-

0.

2.3 Keuntungan dan Kerugian Kastrasi

2.3.1 Keuntungan kastrasi, antara lain :

a. Mencegah Kelahiran Anak Kucing Yang Tidak Diinginkan

Salah satu keuntungan mengkebiri kucing adalah mencegah

kelahiran anak kucing yang tidak diinginkan. Selain menjaga populasi

kucing tetap terkendalikan, tindakan ini juga memungkinkan pemilik

kucing bisa merawat kucing-kucingnya dengan maksimal.

b. Kurang Agresif Terhadap Kucing Lain

Testosteron adalah hormon kelamin jantan. Hormon ini

mempengaruhi banyak pola-pola  perilaku pada kucing jantan. Salah satu

perilaku yang banyak dipengaruhi hormon testosteron adalah perilaku

agresi. Setelah kebiri, perilaku ini cenderung berkurang banyak.

Spraying/Urine marking Spraying/urine marking adalah salah satu

perilaku alami kucing jantan yang tidak di kebiri. Sebagian besar perilaku

ini hilang setelah kucing di kebiri.

c. Mengurangi resiko tumor dan gangguan prostat

Gangguan prostat dan tumor jarang terjadi pada kucing, yang lebih

banyak terjadi pada anjing, karena sebagian gangguan prostat pada

hormon testosteron, apabila hewan di lakukan orchiectomy maka hormon

testosteron tidak lagi berproduksi.

Page 6: Laporan Praktikum Ilmu Bedah Khusus

d. Peningkatan Genetik

Beberapa kucing dikebiri karena mempunyai/membawa cacat

genetik. Diharapkan kucing-kucing cacat tersebut tidak dapat lagi

berkembang biak, sehingga jumlah kucing-kucing cacat dapat dikurangi.

2.3.2 Keruguian kastrasi antara lain:

a. Kegemukan atau obesitas

Rata-rata seekor kucing jantan yang dikastrasi membutuhkan

asupan kalori sebanyak 25% untuk menjaga berat badannya dank arena

kucing yang dikastrasi memiliki rata2 proses metabolisme makanan yang

rendah maka asupan nutrisi tersebut akan disimpan menjadi lemak,

sehingga menimbulkan kegemukan.

b. Kehilangan untuk memperoleh keturunan yang potensial /berharga

terutama untuk para  breeder.1.

c. Kehilangan sifat maskulinasi dan penurunan fungsi otot

Penurunan kadar testosterone mengakibatkan kehilangan sifat

maskulinasi dan penurunan fungsi otot-otot badan. Penurunan kadar

testosteron juga mengakibatkan penundaan penutupan  pertumbuhan

tulang panjang, sehingga kucing yang dikastrasi pertumbuhan tulang-

tulang ekstremitasnya lebih panjang dibandingkan yang tidak dikastrasi.

2.4 Obat

1. Premedikasi

Atropin Sulfat

Atropin merupakan agen preanestesi yang digolongkan sebagai

antikolinergik atau  parasimpatolitik. Atropin sebagai prototip

antimuskarinik mempunyai kerja menghambat efek asetilkolin pada syaraf

postganglionik kolinergik dan otot polos. Hambatan ini bersifat reversible

dan dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan

atau pemberian antikolinesterase. Atropin sulfat berbentuk kristal putih,

tidak berwarna dan tidak berbau. Atropin dalam  bentuk bubuk atau tablet

harus disimpan dalam container tertutup dengan suhu 15º-30ºC, sedangkan

dalam bentuk injeksi harus disimpan pada suhu kamar. Atropin sebagai

Page 7: Laporan Praktikum Ilmu Bedah Khusus

premedikasi diberikan pada kisaran dosis 0,02-0,04 mg/kg, yang diberikan

baik secara subkutan, intra vena maupun intra muskuler. (Aridha A.2006)

Efek atropin antara lain:

Menghambat stimulasi syaraf vagus sehingga efek pemberian atropin

adalah mempercepat kerja denyut jantung (takikardia).

Mengurangi produksi air liur.

Mengurangi aktivitas peristaltik gastrointestinal

Menyebabkan dilatasi pupil (mydriasis)

Mengurangi sekresi air mata, oleh karena itu hewan yang disuntik atropin

harus diberi salep mata untuk mencegah mata kering.

Menyebabkan dilatasi bronchus

Meningkatkan produksi sekresi mukus dalam saluran pernafasan (terjadi

pada kucing) akan menjadi predisposisi menghambat saluran

pernafasan. Oleh karena itu tidak disarankan untuk memberikan atropin

pada kucing sebagai obat preanastesi.

2. Anastesi

a. Ketamin

Ketamin merupakan suatu anestetik umum yang bekerja cepat, dan

dapat menjadi obat monoanesthetic, yaitu dapat menimbulkan analgesia,

amnesia, hilangnya kesadaran serta imobilisasi. Saat ini Ketamin

digunakan secara luas, khususnya pada anestesi intravena karena dianggap

cukup aman, mudah pemberiannya, dan cukup banyak variasi indikasinya.

Ketamin tidak menimbulkan nyeri dan tidak menimbulkan iritasi, obat ini

dapat merangsang kardiovaskuler yaitu dipertahankannya tekanan darah

pada penderita dengan risiko buruk dan sebagai bronkodilator. Ketamin

diuraikan dalam tubuh, sehingga masa pemulihan menjadi normal dapat

terjadi dengan cepat. Pemberian anestesi dipertahankan dengan inhalasi

selama > 40 menit setelah suatu dosis tunggal induksi, reaksi kedaruratan

psikis yang berkaitan dengan obat ini tidak akan terjadi. Dosis ketamine

Induksi Intra Vena : awal 1 – 4,5 mg/kg dan secara Intra Muscular : 6,5 –

10 mg/kg. (I Komang W.S.2004)

Page 8: Laporan Praktikum Ilmu Bedah Khusus

Dalam penggunaannya ketamin mempunyai beberapa keuntungan,

di antaranya yaitu mempunyai mula kerja (onset of action ) yang cepat dan

efek analgesik yang kuat serta aplikasinya cukup mudah, yaitu dapat

diinjeksikan secara intramuskular. Namun, ketamin juga mempunyai

kerugian yaitu tidak terjadi relaksasi otot sehingga dapat menimbulkan

kekejangan dan depresi ringan pada saluran respirasi. Oleh karena itu,

untuk mengurangi efek samping ketamin, penggunaannya sering

dikombinasikan dengan obat premedikasi, seperti diazepam, midazolam,

medetomidine, atau xylazin. (I Komang W.S.2004)

b. Xylazin

Xylazine merupakan salah satu golongan alpha2-adrenoceptor

stimulant atau alpha-2 adrenergic receptor agonist. Xylazine dapat

diberikan secara intravena, intramuskular, subkutan. Xylazine

mengandung 23,32 mg / ml hidroklorida xylazine dalam larutan air injeksi

berbasis. Xylazine dapat diperoleh juga sebagai bubuk kristal murni. Dosis

intramuskular hingga 0,3 mg / kg untuk ternak. Untuk menginduksi

muntah pada kucing, xylazine adalah dosis pada 0,2 sampai 0,5 mg per

pon (0,44-1 mg / kg) intramuskular. Untuk anjing dosis bahkan bisa lebih

tinggi. Xylazine tersedia dalam 20 mg / ml dalam konsentrasi 20 botol ml

dan 100 mg / ml pada konsentrasi 50 ml botol. Xylazine bekerja melalui

mekanisme yang menghambat tonus simpatik karena xylazine

mengaktivasi reseptor postsinap α2-adrenoseptor sehingga menyebabkan

medriasis, relaksasi otot, penurunan denyut jantung, penurunan peristaltik,

relaksasi saluran cerna, dan sedasi. Xylazine menyebabkan relaksasi otot

melalui penghambatan transmisi impuls intraneural pada susunan syaraf

pusat dan dapat menyebabkan muntah. Xylazine juga dapat menekan

termoregulator. (I Komang W.S.2004)

3. Analgesik

Ketoproven

Ketoprofen merupakan suatu antiinflamasi non steroid dengan efek

antiinflamasi, analgesik dan antipiretik. Sebagai anti inflamasi bekerja

Page 9: Laporan Praktikum Ilmu Bedah Khusus

dengan menghambat sintesa prostaglandin. Ketoprofen memiliki efek

farmakodinamik sebagai penghambat sekresi prostaglandin oleh karena

aktivitas enzim siklooksigenase 1 yang diinduksi dari berbagai stimulus

inflamator. Selain itu di mukosa lambung aktivitas siklooksigenase 1

menghasilkan prostaglandin yang menghambat sitoprotektif lambung

mengakibatkan efek samping pada saluran cerna berupa iritasi dan

perdarahan lambung. (I Komang W.S.2004)

4. Sedasi

Castran ( Acepromazin)

Acepromazine adalah turunan fenotiazin yang memiliki indikasi

untuk Segala situasi dimana sedasi diperlukan seperti dalam transportasi,

mengatasi berbagai macam stres, hiperaktif, operasi ringan dan preanestesi

pada operasi besar / anastesi umum. (I Komang W.S.2004)

Obat ini diberikan secara injeksi intravena atau intramuskular dengan

dosis:

Sapi, kuda, babi :

Sedasi ringan dan premedikasi pada anestesi umum :

Intravena : 0,5 ml per 100 kg berat badan.

Intramuskular : 1 ml per 100 kg berat badan.

Sedasi kuat

Intravena : 1 ml per 100 kg berat badan.

Intramuskular : 2 ml per 100 kg berat badan.

Kucing dan anjing :

Sedasi ringan dan premedikasi

Anestesi umum : 0,25 ml per 10 kg berat badan.

Sedasi kuat : 0,5 ml per 10 kg berat badan.

5. Antibiotik

Amoxilin

Amoksisilin (amoxicillin) adalah antibiotik yang paling banyak

digunakan. Hal ini karena amoksisilin cepat diserap di usus dan efektif

untuk berbagai jenis infeksi. Amoksisilin termasuk antibiotik spektrum luas

Page 10: Laporan Praktikum Ilmu Bedah Khusus

dalam kelompok penisilin. Selain amoksisilin, yang termasuk dalam

kelompok ini antara lain adalah ampicillin, oxacillin, carbenicillin dan

piperacillin. Semua penisilin bekerja dengan mekanisme yang serupa. Zat

aktif dalam amoksisilin, beta-laktam, mencegah sintesis dinding sel bakteri

dengan menghambat enzim DD-transpeptidase bakteri. Akibatnya, bakteri

tidak dapat berkembang biak. Amoksisilin diperoleh dengan cara

mengasilasi asam 6 – aminopenisilinat dengan D-(-)-2-(p-hidroksifenil)

glisin. Amoksisilin berupa bubuk, hablur putih, berasa pahit, tidak stabil

pada kelembaban tinggi dan suhu diatas 37o C. Kelarutannya dalam air

1g/370 ml, dalam alcohol 1g/2000 ml. (Aridha A.2006)

Vicilin (Ampicillin)

Ampicillin adalah salah satu antibiotik semi sintetik golongan

penicillin yang cukup murah. Ampicillin termasuk dalam agen bakterisidal

yang mempunyai spektrum aktivitas luas pada bakteri Gram negatif dan

positif. Antibiotika Ampicillin merupakan suatu aminopenicillin semi-

sintetik. Merupakan antibiotik spektrum luas yang telah ditingkatkan

aktifitasnya terhadap bakteri gram negatif, anaerob maupun aerob.

Antibiotik ini peka terhadap enzim b-laktamase yang diproduksi oleh

beberapa bakteri seperti Staph. Ampicillin tersedia dalam bentuk serbuk,

tablet, krim dan parenteral injeksi. Dengan sediaan: kapsul 250 mg, 500 mg,

tablet 125 mg, 250 mg, 500 mg vial (ampicillin sodium). (Aridha A.2006)

Page 11: Laporan Praktikum Ilmu Bedah Khusus

BAB III

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

3.1 Sinyalemen

Tanggal : 07 Oktober 2014

Nama dan Jenis hewan : Aliando (kucing)

Sinyalemen : Sehat , tidak agresif

Ras dan Warna : Domestik/ putih,abu-abu,hitam

Berat badan : 3,5 kg

Pulsus : 124 kali/menit

Temperatur : 38,5 °C

Membran mukosa : Basah, rose/pink

Jenis kelamin : Jantan

Umur : ± 1,5 tahun

3.2 Perhitungan Dosis Obat

Nama obat Dosis

(mg/kg bb)

Konsentrasi

(mg/ml)

Rute

pemberian

Penghitungan

dosis

Betamox 15 150 IM 15 X 3,5 = 0,35

150

Amox syrp 20 125/5 PO 20 X 3,5 = 2,8

125/5

Atropin

Sulfat

0,04 1 SC 0,04 X 3,5 = 0,14

1

Ketamin 10 100 IM 10 X 3,5 = 0,35

100

Castran 0,02 IM 0,02 X 3,5 = 0,07

Ketoproven 1 50 IM 1 X 3,5 = 0,07

50

Xylazin 2 20 IM 2 X 3,5 = 0,35

20

Page 12: Laporan Praktikum Ilmu Bedah Khusus

Vicilin Topical 1 ml

3.2 Dosis Obat

Obat JenisDosis

(mg/kgBB)

Konsentras

i (mg/ml)ml Rute Waktu

Betamox Antibiotik 15 mg/kg bb 150 mg/ml 0,35 ml IM 13.15

Castran Sedative 2 mg/kg bb 0,0875 ml IM 13.20

Atropin Premedika

si

0,04 mg/kg

bb

1 mg/ml 0,14 ml SC 13.25

Ketamin Anastesi 10 mg/kg bb 100 mg/ml 0,35 ml IM 13.40

Xylazin Anastesi 2 mg/kg bb 20 mg/ml 0,35 ml IM 13.40

Vicilin Antibiotik

(topikal)

1 mg/kg bb 1 ml T

opikal

14.50

Ketoproven Analgesik 1 mg/kg bb 50 mg/ml 0,07 ml IM 15.50

Sangobion Fe 1 ml Oral 16.42

Amox sirup Antibiotik 20 mg/kg bb 25 mg/ml 2,8 ml Oral 06.00 dan

18.00

3.3. Waktu Pemberian Obat

Menit 0 15 30 45 60 75

Pukul 13.40 13.55 14.10 14.25 14.40 14.55

Pulsus/mnt 128 124 96 92 84 94

Suhu (°C) 39 38,5 38,6 38,7 38 38,2

Menit 90 105 120 135 150 165

Pukul 15.10 15.25 15.40 15.55 16.10 16.25

Pulsus/mnt 96 94 84 84 80 82

Suhu (°C) 38,6 38,4 38 38,1 37,5 37,5

Menit 180 195 210 225 240 255

Pukul 16.40 16.55 17.10 17.25 17.40 17.55

Page 13: Laporan Praktikum Ilmu Bedah Khusus

Pulsus/mnt 80 82 82 83 82 86

Suhu (°C) 37,4 38 38,1 38,1 38,3 38,2

Menit 270 285 300 315 330 345

Pukul 18.10 18.25 18.40 18.55 19.10 19.25

Pulsus/mnt 84 84 86 86 86 82

Suhu (°C) 38,6 38,6 38,5 38,7 38,9 38,8

Mulai Operasi : 14.05 WIB

Selesai Operasi : 15.10 WIB

Mulai Anastesi : 13.40 WIB

Sadar : 15.45 WIB

Mau Makan : 16.32 WIB

Suhu Normal : 16.55 WIB

Buka Jahitan : 20 Oktober 2014

Laporan Kesehatan Harian

Tanggal Suhu Appetite Defekasi Urinasi SL Terapi

8

Oktober

2014

38 °C Baik Baik Baik < 2

detik

Amoxicillin 2,8 ml 2 x 1 hari

Lain-lain: Diberi pakan basah

Tanggal Suhu Appetite Defekasi Urinasi SL Terapi

9

Oktober

2014

38,1

°C

Baik Baik Baik < 2

detik

Amoxicillin 2,8 ml 2 x 1 hari

Lain-lain: Diberi pakan kering

Tanggal Suhu Appetite Defekasi Urinasi SL Terapi

10

Oktober

38,3

°C

Baik Baik Baik < 2

detik

Amoxicillin 2,8 ml 2 x 1 hari

Page 14: Laporan Praktikum Ilmu Bedah Khusus

2014 Lain-lain: Diberi pakan kering

Tanggal Suhu Appetite Defekasi Urinasi SL Terapi

11

Oktober

2014

38,4

°C

Baik Baik Baik < 2

detik

Amoxicillin 2,8 ml 2 x 1 hari

Lain-lain: -

Tanggal Suhu Appetite Defekasi Urinasi SL Terapi

12

Oktober

2014

38,8

°C

Baik Baik Baik < 2

detik

Amoxicillin 2,8 ml 2 x 1 hari

Lain-lain: Diberi pakan kering

Tanggal Suhu Appetite Defekasi Urinasi SL Terapi

13

Oktober

2014

39,1

°C

Baik Baik Baik < 2

detik

Lain-lain: Diberi pakan kering

Tanggal Suhu Appetite Defekasi Urinasi SL Terapi

14

Oktober

2014

38,6

°C

Baik Baik Baik < 2

detik

Lain-lain: Diberi pakan kering

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 15: Laporan Praktikum Ilmu Bedah Khusus

Pada praktikum ini digunakan hewan kucing berjenis kelamin jantan

dengan ciri tubuh berwarna putih,abu-abu dan hitam dengan nama Aliando. Dua

jam sebelum praktikum dilakukan perhitungan dosis obat yang akan digunakan

yaitu Betamox sebagai antibiotik, Castran yang mengandung Acepromazine

sebagai sedasi, Atropin Sulfat sebagai premedikasi, Ketamin dan Xylazin sebagai

anastesi, Amox Sirup sebagai antibiotik paska operasi, Ketoproven sebagai

analgesik, serta Visilin sebagai antibiotik topikal. Selain melakukan perhitungan

dosis, dilakukan sterilisasi alat yang akan digunakan selama operasi.

Persiapan kucing dilakukan dengan memberikan antibiotik Betamox

sebanyak 0,35 ml secara intramuskuler pada pukul 13.15 kemudian dilanjutkan

dengan pemberian Castran yang mengandung Acepromazine sebanyak 0,0875 ml

secara intramuskuler. Pemberian Castran sebagai sedasi dilakukan agar kucing

lebih tenang dan mudah untuk dihandling. Setelah 15 menit penyuntikan Castran,

dilakukan penyuntikan Atropin Sulfat sebanyak 0.14 ml sebagai premedikasi

secara subcutan dengan tujuan untuk mengurangi efek samping dari anastesi

seperti muntah dan juga untuk mengurangi dosis anastesi. Setelah 15 menit

dilakukan penyuntikan Ketamine yang dikombinasikan dengan Xylazine masing-

masing sebanyak 0,35 ml yang dilakukan secara intramuskuler. Selanjutnya

ditunggu hingga kucing tenang dan mengalami relaksasi, beberapa menit

kemudian kucing direbahkan dorsal dan difiksasi keempat kakinya. Kemudian

dilakukan pencukuran rambut disekitar daerah testis yang akan dilakukan insisi.

Selanjutnya dilakukan pemasangan duk dengan lubang sesuai daerah yang akan

diinsisi.

Kastrasi kali ini dilakukan dengan metode kastrasi terbuka. Pertama-tama

dilakukan insisi tepat di bagian tengah skrotum dan fascia spermatika. Insisi

dilakukan pada bagian tengah skrotum dan bukan pada masing-masing skrotum

karena apabila insisi dilakukan pada masing-masing skrotum (kanan dan kiri)

maka akan menyebabkan banyak luka akibat insisi sehingga penjahitan harus

dilakukan pada dua tempat selain itu insisi dua tempat akan memperlama

kesembuhan luka. Selanjutnya didorong salah satu bagian testis (kanan atau kiri)

hingga keluar dari lubang insisi kemudian ditarik. Diinsisi pada bagian tunika

vaginalis dan testis didorong keluar serta ditarik hingga terlihat pembuluh darah

Page 16: Laporan Praktikum Ilmu Bedah Khusus

dan vas deferens. Kemudian dilakukan ligasi pada pembuluh darah dan vas

deferens dengan menggunakan dua arteri clamp dan dilakukan pengikatan pada

daerah antara kedua arteri clamp dengan cutgut chromik kemudian dipotong

spermatic cord tepat dibawah arteri clamp kedua yang dekat dengan testis.

Selanjutnya kedua arteri clamp dilepas dilanjutkan dengan pembuangan testis

kedua dengan cara yang sama seperti pemotongan testis pertama. Setelah kedua

testis dipotong, diberikan Visilin sebagai antibiotik topikal sebangak kurang lebih

1 ml pada bagian dalam skrotum dengan sara menyemprotkannya menggunakan

spuit. Selanjutnya dilakukan penjahitan pada skrotum menggunakan benang silk

yang tidak dapat diserap dengan tipe jahitan terputus sederhana (simple

interrupted). Setelah hewan sadar diberikan Ketoproven sebagai analgesik

sebanyak 0,07 ml untuk mengurangi rasa sakit akibat operasi. Selama kastrasi

berlangsung dilakukan pengukuran suhu tubuh dan perhitungan pulsus setiap 15

menit hingga hewan sadar dan menunjukkan suhu yang normal. Pada pengukuran

suhu didapatkan hasil bahwa pada menit ke 0 hingga menit ke 345 suhu tubuh

kucing mengalami naik turun dari suhu sebelum diberi anastesi, sedangkan setelah

menit ke 150 hingga menit ke 180 suhu tubuh kucing menurun hingga 37,0 °C

dan berangsur-angsur naik hingga menit ke 195 dengan suhu 38°C. Penurunan

suhu pada kucing saat dilakukan kastrasi diakibatkan karena efek anastesi yang

dapat menurunkan suhu tubuh. Pada perhitungan pulsus didapatkan hasil bahwa

pulsus selama kastrasi mengalami kenaikkan dan penurunan. Penurunan pulsus

dapat disebabkan karena adanya efek dari anastesi yang dapat menyebabkan

penurunan denyut jantung. Pemberian anastesi dilakukan pada pukul 13.40 WIB,

kastrasi dimulai pada pukul 14.05 WIB hingga pukul 15.10 WIB, hewan sadar

pada pukul 15.45 WIB,hewan mau makan pukul 16.32 WIB dan menunjukkan

suhu normal ada pukul 16.55 WIB.

Perawatan post operatif yang diberikan pada kucing yaitu Amox sirup

sebagai antibiotik secara peroral sebanyak 2,8 ml setiap 2 kali sehari selama 5 hari

berturut-turut. Pemantauan kesehatan kucing dilakukan setiap hari yakni dengan

melakukan pengukuran suhu tubuh, nafsu makan (appetite), defekasi, urinasi serta

selaput lendir. Semua indikator tersebut menunjukkan keadaan yang normal pada

kucing, baik nafsu makan, defekasi, urinasi, maupun SL. Pelepasan jahitan

Page 17: Laporan Praktikum Ilmu Bedah Khusus

dilakukan 13 hari setelah kastrasi dan luka insisi hewan sudah benar-benar kering

setelah pelepasan jahitan.

BAB V

PENUTUP

Page 18: Laporan Praktikum Ilmu Bedah Khusus

5.1 Kesimpulan

Kastrasi atau orchiectomi adalah tindakan bedah yang dilakukan pada

testis, berupa pengambilan atau pemotongan testis dari tubuh. Kastrasi ini

dilakukan pada hewan jantan dalam keadaan tidak sadar. Pada praktikum kali

ini kastrasi dilakukan dengan metode terbuka dimana testis dibuang tanpa

pembungkusnya dengan melakukan insisi pada skrotum dan tunika vaginalis.

Kerugian metode ini yaitu dengan terbukanya tunika vaginalis menyebabkan

adanya hubungan dengan rongga abdomen sehingga memungkinkan terjadinya

hernia skrotalis yang terutama berisi usus. Sedangkan keuntungan dari metode

ini adalah ikatan pembuluh darahnya lebih pasti (terjamin). Perawatan post

operatif sangat mempengaruhi proses penyembuhan luka, karena apabila luka

tidak dibersihkan dengan benar dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya

infeksi yang menyebabkan munculnya pus atau nanah di dalam skrotum.

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: Laporan Praktikum Ilmu Bedah Khusus

Aridha A., I Tabakha, M.M., 2006. Encapsulation of Ketopofen for Controlled

Drug Release, European J. Of Pharmaceutics and Biopharmacutics.

Dharmojono., 2001. Kapita Selecta Kedokteran Veteriner (Hewan Kecil) Edisi 2.

Jakarta, Pustaka Populer Obor

I Komang W.S, Diah K. 2004.Anestesi Veteriner Jilid 1. Gadjah Mada University

Press:Yogyakarta.

I Komang W.S, Diah K. 2011.Bedah Veteriner. Pusat Penerbitan dan Percetakan

Unair:Surabaya

Notosusilo Ashari., 2013. Laporan Praktikum Kastrasi dan Vasectomy.

http://asharicdvm.blogspot.com/2013/04/laporan-praktikum-kastrasi-

dan vasectomi html. diakses pada tanggal 9 Oktober 2014