Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Anjing

28
LAPORAN PRAKTIKUM DIAGNOSA KLINIK Prosedur Pemeriksaan Klinis Pada Anjing DISUSUN OLEH : ANASTAS EKA A.M O 111 11 258 KELOMPOK 1 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

Transcript of Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Anjing

Page 1: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Anjing

LAPORAN PRAKTIKUM

DIAGNOSA KLINIK

Prosedur Pemeriksaan Klinis Pada Anjing

DISUSUN OLEH :

ANASTAS EKA A.M

O 111 11 258

KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2013

Page 2: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Anjing

A. JUDUL PRAKTIKUM

Prosedur pemeriksaan klinis pada anjing

B. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan klinis pada anjing

C. TINJAUAN PUSTAKA

Diagnostik klinik merupakan tonggak yang paling penting bagi suatu

proses pembelajaran dalam pendidikan ilmu – ilmu Kedokteran klinik disiplin

kedokteran hewan. Dari diagnostik klinnik inilah langkah – langkah mengenai

hewan sakit di mulai. Diagnostik klinik merangkum seluruh proses

pembelajaran dari sinyalmen sampai dengan pengertian tentang terapi (Setyo

widodo, 2011).

Dunia diagnostik kedokteran hewan terbagi dalam 2 (dua) kegiatan besar

yaitu, diagnostik klinik dan diagnostik post – mortem. Diagnostika klinik

merupakan rangkaian pemeriksaan medik terhadap fisik hewan hidup untuk

mendapatkan kesimpulan berupa diagnosis sekaligus pemeriksaan dengan

mengguanakan alat bantu diagnostika sebagai pelengkap untuk mendapatkan

peneguhan diagnosis. Diagnostika sejatinya adalah suatu cabang ilmu

tentang mengenali dan memahami penyakit atau membuat diagnosis (Setyo

widodo, 2011).

Adapun tahapan – tahapan dalam melakukan diagnosa adalah sebagi

berikut :

A. Sinyalemen

Sinyalemen (Iggris : Signalment) atau jati diri atau identitas diri atau ciri

– ciri dari seekor hewan merupakan ciri pembeda yang membedakannya dari

hewan lain sebangsa dan sewarna meski ada kemiripan satu sama lain (twin).

Sinyalmen sanagt penting untuk di kenali dan di catat pada awal pemeriksaan

fisik. Sinyalemen selalu dimuat di dalam surat laksana jalan atau surat jalan

bagi hewan yang akan dibawa dari satu tempat ke tempat lain (pindah provinsi

atau antar pulau atau keluar negeri) dan menerangkan sebenar - benarnya

bahwa hewan dengan ciri - ciri yang tertuang dalam dokumen berasal dar

tempat yang tertuang pada surat jalan hewan. Fungsi lain dari sinyalemen

Page 3: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Anjing

hewan adalah pencantuman status kesehatan hewan disurat keterangan sehat

atau surat status vaksinansi yang telah dijalaninya sesuai dengan ciri-ciri hewan

dimaksud dalam surat tersebut. Fungsi ketiga adalah identitas diri didalam

rekam medik kerumahsakitan bahwa hewan dengan ciri-ciri yang jelas pernah

dirawat di rumah sakit atau pernah di bawa berkonsultasi ke klinik atau rumah

sakit, sehingga memudahkan petugas administrasi medik membuka kembali

dokumen rekam medik untuk tujuan mempelajari sejarah penyakit hewan

sebelumnya (Setyo Widodo, 2011).

Sinyalemen pada anjing dan kucing terdiri atas :

1. Nama Hewan

2. Jenis Hewan

3. Bangsa atau Ras

4. Jenis Kelamin

5. Umur

6. Warna Kulit dan Rambut

7. Berat Badan

8. Ciri-Ciri Khusus

B. Anamnesis (Riwayat penyakit)

Anamnesis atau history atau sejarah hewan adalah berita atau keterangan

atau lebih tepatnya keluhan dari pemilik hewan mengenai keadaan hewannya

ketika dibawa datang berkonsultasi untuk pertama kalinya, namun dapat pula

berupa keterangan tentang sejarah perjalanan penyakit hewannya jika pemilik

telah sering datang berkonsultasi. Cara – cara mendapatkan sejarah tersebut

dari pemilik hewan perlu dipelajari seperti juga dengan tahapan pemeriksaan

yang lain. Caranya dengan pertanyaan – pertanyaan menyelidik namun tidak

disadari oleh pemilik hewan, seorang dokter hewan berusaha memperoleh

keterangan – keterangan selengkap mungkin dari pemilik hewan akan hal-hal

seputar kejadian atau ditemukannya hewan yang menunjukkan tanda – tanda

subjektif kesakitan misalnya muntahan atau vomitant (Setyo Widodo, 2011).

Catatan kejadian penyakit yang telah berlangsung sebelum penderita

sebelum penderita dihadapi oleh dokter hewan untuk pemeriksaan merupakan

Page 4: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Anjing

hal yang sangat penting dalam penentuan diagnosis. Pada kenyataannya catatan

tersebut mungkin malahan lebih penting dari hasil – hasil yang diperoleh dalam

pemeriksaan fisis. Meskipun demikian tidaklah berarti bahwa riwayat yang

dianggap baik dapat digunakan untuk melupakan atau melalaikan kewajiban

memeriksa secara klinis secara sempurna. Oleh karena itu riwayat penyakit

merupakan hasil tangkapan indera dari seeorang awam mungkin saja riwayat

tersebut dapat bersifat menyesatkan (Subronto, 2008).

Suatu riwayat penyakit yang baik dapat diperoleh dari seeorang pengamat

yang baik pula. Seringkali pemilik atau pengelola suatu peternakan kurang

dapat memberikan keterangan yang berguna, dibandingkan dengan orang yang

merawat hewan sehari – hari (Subronto, 2008).

Riwayat dapat pula bersifat tidak benar oleh karena riwayat tersebut

mungkin hendak digunakan untuk menutupi suatu kelalaian atau

menyembunyikan sesuatu termasuk usaha – usaha pengobatan sebelumnya

(Subronto, 2008).

Anamnesis dapat diperoleh secara pasif dari informasi atau cerita pemilik

hewan yang tahu kejadiannya misalnya tentang gejala yang timbul mula – mula

,waktu dan lama kejadiannya, situasi hewan ketika ditemukan seperti malas –

malasan atau tiduran di tempat yang tidak biasanya. Anamnesis Pasif pada

hakikatnya ialah simptom – simptom penyakit yang dilihat, dicermati dan

dicatat serta sering kali dinilai sendiri oleh pemilik hewan dengan kesan telah

di tentukan penyakitnya oleh pemilik dan disampaikan kepada dokter hewan.

Suatu anamnesa dapat pula diperoleh secara aktif, dilakukan oleh dokter hewan

jika dirasa informasi atau cerita yang diberikan oleh pemilik hewan belum

mewakili atau belum terfokus untuk suatu bentuk anamnesa kejadian penyakit

(Setyo Widodo, 2011). .

Jika semuanya berjalan lancer dan pemilik hewan sangat kooperatif, baik

anamnesis pasif maupun aktif telah cukup bagi dokter untuk melakukan

pemeriksaan terarah tanpa harus melakukan tahapan pemeriksaan secara

seksama dan mendalam. Dan untuk yang demikian diagnosis yang dibuat

menjadi sangat cepat dan pengobatan segera dilakukan. Tentang pertanyaan-

pertanyaan apa yang harus diajukan dalam mendapatkan anamnesis aktif dapat

Page 5: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Anjing

dipelajari dari pengalaman dan membaca buku-buku psikologi komunikasi.

Kepiawaian untuk mendapatkan sejarah penyakit yang memuaskan, bergantung

kepada pengetahuan dokter hewan tentang penyakit hewan dan pengalaman

berpraktek. Namun demikian pertanyaan-pertanyaan dibawah ini biasanya

sering diajukan (Setyo Widodo, 2011) :

1. Sudah berapa lama sakitnya?

2. Bagaimana gejalanya pada mulanya?

3. Bagaimana dengan nafsu makannya?

4. Apakah hewan-hewan lain yang dekat dengannya juga menunjukkan

gejala yang sama?

5. Apakah penyebab dari penyakitnya betul – betul diketahui ataukah baru

kecurigaan saja?

6. Apakah sudah pernah diobati sebelumnya, oleh siapa dan obat apa saja

yang sudah diberikan?

Kegagalan dalam mendapatkan informasi sesungguhnya dari pemilik

hewan dalam anamnesis aktif sering kali disebabkan oleh kekakuan

komunikasi antara dokter dengan kliennya. Membangun kepercayaan dalam

waktu singkat bahwa pemilik berada di tempat yang benar dan datang ke

dokter hewan tepat dan sebaliknya dokter berusaha meyakinkan bahwa

penyakit hewannya akan dapat di bantu di tangani sangatlah tidak mudah.

Komunikasi dua arah pada tingkat atau derajat yang sama akan membangun

rasa saling percaya. Disinilah hakikat konsultasi sesungguhnya dan bukan

sederetan pertanyaan seperti kuesioner yang harus diisi klien yang datang

(Setyo Widodo, 2011).

C. Restrain pada Anjing

Dari semua hewan peliharaan, anjing memerlihatkan varisi terbesar dalam

tempramen dan personalitas. Beberapa diantaranya tenang dan ramah serta

sebagai pasien dapat di perrcaya sepenuhya. Yang lainnya jahat dan harus

menjaga jarakengan jerat atau tongkat. Anjing yang sudah tua, sebagaimana

manusia usia lanjut, sesuai dengan umurnya mempunyai keaggunan dan harus

diperlakukan dengan hormat. Harus hati – hati agar tidak mencedrainya.

Page 6: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Anjing

Beberapa anjing dapat menjadi takut sehingga menurut untuk diperiksa hanya

dengan menempatkannya di atas meja (Soegiri, 2007).

Kita terutama harus menjaga agar jangan mengejutkan seekor anjing. Kita

harus yakin bahwa anjing tidak hanya melihat kita mendekatinya, tetepi juga

mendengar kita. Pada anjing tua yang penglihatannya mungkin kurang baik,

hal ini sangat penting. Hampir merupakan suatu keharusan, bahwa kita harus

berbicara dengan menenangkannya. Sebaiknya biarkan anjing melakukan

pemeriksaan pendahuluan sendiri dengan mencium – cium sepuasnya yang

ditempatkan di depan moncongnya. Kita tidak boleh mengadakan gerakan tiba

– tiba pada waktu menyentuh anjing itu kita harus menggerakkan tangan secara

perlahan serta hati – hati di sepanjang tubuh hewan tersebut (Soegiri, 2007).

Pada umumnya anjing – anjing Jenis Herder, Doberman, dan Chow –

Chow akan segera memberitahu kita apakah mereka mau atau tidak untuk

diperiksa. Jenis Terrie dan Cokcer spaniel sering kali nampak ramah dan

tenang, tetapi dapat menggigit tanpa peringatan lebih dahulu, jika

penanganannya tidak berkenaan. Jenis Beagle dan Hound agak tenang dan

mudah di tangani. Juga jenis Setter biasanya dapat dipercaya, tetapi dapat

sangat keras kepala (Soegiri, 2007).

Seorang yang menagani anjing harus selalu mengamati tanda – tanda

keadaan jiwa hewan tersebut. Dia tidak boleh menunggu geram

ketidaksenagan, tetapi harus dapat melihat bibir atas yang agak dikejangkan

dan diangkat yang tampak sebel anjing itu menggeram atau rambut di

punggung hewan itu agak berdiri. Jika tampak tanda ketidaksenagan ini, dia

harus menghentikan apa yang dikerjakan atau segera mengekang secara efektif.

Seekor anjing tidak membuat ribut seribut kucing, tetapi jika mengggit,

gigitannya sangat keras (Soegiri, 2007).

D. Tata Cara Pemeriksaan

Tata cara dapat juga disebut sebagai tahapan yang dipakai untuk

menemukan atau mengenali gejala-gejala penyakit adalah bervariasi.

Pemeriksaan fisik hewan dapat dilakukan dengan menggunakan catur indera

Page 7: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Anjing

pemeriksa, yakni penglihatan, perabaan, pendengaran, serta penciuman. Untuk

lebih jelasnya tata cara tersebut diuraikan dibawah ini (Setyo Widodo, 2011):

1. Inspeksi

Inspeksi atau peninjauan atau pemantauan dapat dilakukan dengan

cara melihat hewan atau pasien secara keseluruhan dari jarak pandang

secukupnya sebelum hewan didekati untuk suatu pemeriksaan lanjut. Yang

di inspeksi adalah permukaan luar dari badan hewan dari daerah kepala,

leher, badan samping kiri dan kanan, belakang dan kaki –

kaki/ekstremitas, aspek kulit, aspek rambut, orifisium eksternum mulut,

anus, vulva/vagina atau preputium. Ketegasan (konformitas) dan

kompaksitas dari petulangan juga dapat di temukan dengan cara inspeksi

ini. Kesan yang dapat diperoleh pada waktu inspeksi dicata, misalkan

punggung kiposis atau lordosis, telinga kiri jatuh, kaki depan adductio, dan

lain – lain (Setyo Widodo, 2011).

2. Palpasi Atau Perabaan

Pemeriksaan permukaan luar ragawi dapat dilakukan dengan cara

palpasi atau perabaan dengan tangan. Di setiap bagian – bagian ragawi

baik bagian tengkorak, leher, bagian rongga dada, atau thoraks, bagian

perut atau abdomen, bagian panggul atau pelvis dan alat – alat gerak atau

ekstremitas dapat dinilai kualitasnya dengan cara palpasi. Untuk ragawi

bagian luar dapat diperiksa adanya pulsus-pulsus arteria subkutanea,

kelenjar getah bening atau limfonodus, trachea, pertulangan dada (ossa

costae), lekuk liku pertulangan kaki-kaki dan konformitas tulang dahi

dengan mudah dipalpasi. Palpasi demikian disebut perabaan permukaan

atau palpasi superfisialis. Namun demikian sebagian organ hanya dapat

dipalpasi dengan lebih intensif untuk mendapatkan hasilnya. Palpasi

demikian disebut palpasi dalam atau palpasi profundal. Contoh palpasi

profundal yaitu untuk mendapatkan ada tidaknya batuk dilakukan

penekanan menggunakan telapak tangan di daerah trachea sepertiga atas

region cervikalis atau penekanan tulang-tulang costae kiri dan kanan

secara bersamaan (Setyo Widodo, 2011).

Page 8: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Anjing

3. Perkusi Atau Mengetuk

Prinsip perkusi adalah mengetuk atau memukul alat untuk

mengeluarkan denting atau gema. Pada pemeriksaan dengan cara perkusi

ini adalah mendengarkan pantulan gema yang ditimbulkan oleh alat

pleximeter yang diketuk oleh palu (hammer) atau jari pemeriksa (Setyo

Widodo, 2011).

4. Auskultasi Atau Mendengar

Melakukan suatu auskultasi adalah mendengarkan suara – suara yang

ada yang ditimbulkan oleh kerja dari organ – organ baik pada saat sehat

fungsional maupun pada kasus-kasus tertentu. Prinsip penggunaan alat

auskultasi adalah mendengarkan suara yang ditimbulkan oleh aktifitas

organ ragawi kemudian dievaluasi untuk mendapatkan keterangan

kejadian pada organ – organ yang mengeluarkan suara tersebut. Auskultasi

dapat dilakukan dengan cara langsung yaitu telinga diletakkan diatas

daerah atau organ yang diduga mengeluarkan suara dimaksud, atau dengan

cara tidak langsung dengan menggunakan stetoskop. Secara prinsip pada

pemeriksaan tidak langsung ujung objek pada alat stetoskop dilapisi

membran yang bertujuan untuk memfokuskan atau mengumpulkan

gelombang suara (vibrasi) yang timbul dari daerah yang dicurigai,

diteruskan oleh slang khusus yang tidak memecahkan atau mengurai suara

sampai diterima telinga pemeriksa melalui ujung slang satunya. Suara

yang dapat ditangkap pada saat melakukan auskultasi dapat berasal dari

gerak paru – paru pada saat inspirasi maupun ekspirasi, suara katup –

katup jantung, suara peristaltik lambung, dan suara peristaltik usus – usus

(Setyo Widodo, 2011).

5. Mencium Atau Membaui

Pemeriksaan fisik hewan dengan cara mencium atau membaui ini

dimaksudkan untuk mengetahui perubahan aroma atau bau yang

ditimbulkan atau dikeluarkan dari lubang umlah hewan yang nantinya

akan dapat menuntun pemeriksa fisik hewan pada kejadian penyakit

tertentu (Setyo Widodo, 2011).

Page 9: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Anjing

6. Mengukur Dan Menghitung

Melakukan pemeriksaan fisik hewan dengan cara mengukur dan

menghitung secara kuantitatif menggunakan satuan – satuan yang lazim

untuk pengukuran atau penghitungan yaitu kali per menit dan derajat

Celcius. Suara katub-katub jantung pada saat sistolik dan diastolik, suara

paru-paru pada saat inspirasi atau ekspirasi dan pulsus dapat dihitung

dalam satuan kali per menit (Setyo Widodo, 2011).

7. Pungsi Pembuktian Atau Proof Punctio

Pungsi Pembuktian Atau Proof Punctio merupakan suatu tindakan

medic untuk mendapatkan ketegasan tunggal dari beberapa kemungkinan

yang didapat dari inspeksi dan palpasi sebelumnya. Diperlukan tindakan

ini untuk menyederhanakan kompleksitas tanda atau temuan klinis,

misalkan timbunan cairan di rongga dada, atau di dalam rongga abdomen.

Pungsi pembuktian dilakukan dengan penusukan jarum steril atau trokar

atau dengan pembedahankecil/sederhana ke titik orientasi pungsi. Untuk

melakukan pungsi pembuktian diperlukan keahlian keteknikan tersendiri

dan berdasarkan pengalaman praksis terutama jika bersentuhan dengan

organ vital seperti jantung dan hati. Hasil dari suatu pungsi pembuktian

adalah cairan yang langsung dievaluasi aspek warna, kekentalan, dan

baunya. Jika dirasa perlu, sekaligus cairan tersebut dikirmkan ke

laboratorium klinik tertentu untuk tujuan pemeriksaan lebih lanjut (Setyo

Widodo, 2011).

8. Tes Alergi

Kulit dapat dipandang sebagai indikator alergi. Hampir semua

kejadian alergi, termasuk alergi makanan, menyebabkan perubahan pada

kualitas kulit berupa kemerahan (hiperemia), kebengkakan (vasodilatasi

atau pengembangan otot-otot) dan panas. Keadaan ini memberi jalan bagi

penilaian alergi secara klinis pada tindakan tuberkulinasi, malleinasi dan

uji sensitifitas terhadap antibiotika (Setyo Widodo, 2011).

Page 10: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Anjing

9. Pemeriksaan laboratorium klinik

Pemeriksaan laboratorium klinik dilakukan dengan maksud membantu

dan melengkapi data pemeriksaan fisik pada hewan pasien agar dapat

diperoleh keputusan diagnostik yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pemeriksaan laboratorium klinik tidak dapat menggantikan atau menepis

hasil pemeriksaan fisik hewan karena sifatnya menunjang. Menjadi suatu

kesalahan langkah jika pemeriksaan laboratorium didahulukan untuk

maksud meneguhkan diagnosis, sedangkan diagnosisnya itu sendiri belum

dibuat. Oleh karena itu, keunggulan diagnostik masih tetap pada

kemampuan melakukan pemeriksaan fisik hewan. Pemeriksaan

laboratorium klinik dapat dilakukan atas sampel asal hewan/pasien untuk

tujuan pemeriksaan-pemeriksaan seperti histology-patologis, bakteriologis,

parasitologis, serologis-immunologis, mikologis, dan hematologis. Sampel

atau contoh yang dapat dikirim ke laboratorium klinik berasal dari

jaringan, darah, serum, sekreta, ekskreta, sampel pungsi pembuktian,

sampel biopsi, pungsi liquor cerebri, potongan organ, feses, dan urin serta

rambut (Setyo Widodo, 2011).

10. Pemeriksaan Dengan Alat Diagnostik Lain

Pada bidang kedokteran klinis banyak dikembangkan penggunaan alat

endoskopi (laringoskopi, bronchoskopi, rektoskopi ), Ultrasonografi, X-

Ray, Elektrocardiografi, Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau

Computed Tomography Scanning (CT Scan). Untuk mendapatkan kualitas

organ-organ yang lebih lembut digunakan pelacak pembuluh dalam organ

atau system ragawi seperti misalnya : angiografi, bronkhosgrafi, urografi,

dan sebagainya (Setyo Widodo, 2011).

D. MATERI DAN METODE

1. Materi :

Alat :

a. Stetoskop

b. Spatel

c. Penlight

Page 11: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Anjing

d. Termometer

e. Otoskop

f. Stopwatch

Bahan :

a. Anjing

2. Metode :

1. Menyiapkan peralatan diagnosa seperti hammer, stetoskop, pen light,

spatel, otoscope, vagioscope, thermometer.

2. Melakukan anamnesa atau memberikan pertanyaan kepada pemilik

kucing.

3. Catatlah sinyalemen dari kucing tersebut (Nama, Ras, Sex, Jenis

kelamin, dan ciri – ciri khusus)

4. Kemudian lakukan restrain pada kucing yang akan dilakukan

pemeriksaan yang bertujuan untuk mempermudah jalannya

pemeriksaan.

5. Lakukan pemeriksaan klinis seperti inspeksi, palpasi, perkusi,

auskultasi, serta menghitung atau mengukur kucing tersebut yang

dimulai dari depan ke belakang.

6. Melakukan pemeriksaan fisis berupa menghitung pulsus, dengan cara

meletakkan jari pada daerah arteri femoralis. Kemudian hitung

denyutnya

7. Kemudian hitung suhu tubuhnya dengan cara memasukkan

thermometer pada lubang anus lihat jumlah suhunya kemudin

kurangkan dengan 0.5

8. Menghitung jumlah respirasi berapa jumlah tarikan nafas (inspirasi)

9. Menghitung denyut jantung dengan cara menggunakan stetoskop

dengan menhitung jumlah denyut per menit

10. Selanjutnya melakukan inspeksi yaitu dengan melihat gerak gerik dari

anjing tersebut

11. Lalu melakukan palpasi, dengancara meraba daerah- daerah superficial

dan profundal

Page 12: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Anjing

12. Melakukan perkusi pada rongga perut dan dada

13. Selanjutnya melakukan aukultasi mendengarkan denyut jantung apakah

denyutnya normal atau tidak..

14. Lalu melakukan pembauan terhadap rongga hidung, mulut

15. Kemudian catatlah jika terjadi kelainan-kelainan pada kucing tersebut.

E. HASIL

Hasil pemeriksaan :

Praktikum kali ini menggunakan seekor anjing.

A. Sinyalemen :

1. Pasien

Nama/nomor : Moly

Spesies : Anjing

Ras/Breed : Mix domestik

Kelamin/Sex : Betina

Umur/Age : 1.5 tahun

Bulu dan Warna

/specific Pattern : Coklat kehitaman

Berat Badan : -

Tanda-tanda lain : Ada tanda hitam pada kaki depan.

2. Klien

Nama : Raymond tumanduk

Alamat : Antang

Nomor telepon : 085 xxx xxx xxx

B. Anamnesa : Check Up

Umur kucingnya sudah berapa tahun?

Sekitar 1.5 tahun

Makanan apa yang sering diberikan?

Nasi dan Ikan

Bagaimana dengan kondisi lingkungannya? Apakah ada yang

sekandang atau berdekatan dengan hewan apa?

Linkungan berkelompok, sekandang dengan anjing jantan.

Page 13: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Anjing

Bagaimana nafsu makannya?

Nafsu makannya baik, tidak malas makan.

Pernahkah dia menderita penyakit sebelumnya?

Sejauh ini tidak. Cuma dia tidak terlalu suka keramaian. Apalagi

kalau banyak orang. Tidak suka dipegang-pegang.

C. Pemeriksaan fisik berupa :

1. Pulsus

- Bagian yang mudah digunakan dalam menghitung pulsus

adalah kaki belakang kiri dengan dua tangan

- Hasil pemeriksaan = 92 kali/menit

- Frekuensi pulsus normal anjing besar = 65 – 90 kali/menit

- Frekuensi pulsus normal anjing kecil/muda = 90 – 120

kali/menit

2. Respirasi

- Pada pemeriksaan respirasi perlu diperhatikan: gerakan cuping

hidung, cara-cara bernafas, discharge nasal, rongga/sinus

hidung, lgl. Sub maxillaris, batuk/tidak, larynx,trachea, perkusi,

dan auskultasi thorax, perlu diperhatikan juga mengenai

kecepatan (rate), type (karakter), ritme (irama), dan dalamnya

(intensitas). Variasi kecepatan respirasi disebabkan karena

ukuran tubuh, umur, setelah melakukan exercise, bunting,dan

sehabis makan kenyang (dikarenakan karena rumen penuh

makanan)

- Hasil pemeriksaan : -3. Suhu tubuh

- Pengukuran dilakukan dengan cara memasukkan termometer

kedalam anus kucing selama beberapa saat.

- Hasil pemeriksaan = 39.3ºc

- Temperatur normal anjing besar = 38,0˚C – 38,5˚C

- Temperatur normal anjing kecil/mini = 38,5˚C – 39,5˚C

Page 14: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Anjing

4. Konjungtiva : Normal tidak terdapat kotoran atau lesi. Warna

merah muda

5. Mata : Normal peka terhadap cahaya

6. CRT : Normal sekitaran 2- 3 detik, gusi berwarna merah

muda

7. Turgor : Normal tidak dehidrasi.

8. Refleks pupil : normal reaksi terhadap cahaya 3-4 detik (normal)

D. Inspeksi

- Tremor

- Ekor selalu melengkung (stress)

- Hidung lembab tidak terlalu basah maupun kering (normal)

- Mulut bersih tidak terdapat lesi (normal)

- Didaerah mata dan telinga terdapat kotoran

- Terdapat kutu pada rambut

- Anus bersih tidak terdapat lesi atau bekas bekas kotoran (normal)

- Abdomen meregang

E. Palpasi

- Palpasi superficialis

- Terdapat tonjolan karena terdapat kutu

- Palpasi profundal

1. Abdomen keras, diakibatkan karena stress

2. Suhu tubuh 39.30

3. Respirasi tidak terdeteksi karena stress

4. Conjunctiva normal

5. Limfonodus:

a. Submandibularis : ukuran sama besar (normal) tidak

terjdi pembengkakan

b. Axillaris : ukuran sama besar (normal) tidak

terjadi pembengkakan

c. Poplitea : ukuran sama besar (normal) tidak

terjadi pembengkakan

Page 15: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Anjing

F. Perkusi

- Rongga dada : bunyi nyaring / resonan tidak ada cairan atau benda

asing yang membuat suara terdengar berbeda (normal)

- Rongga perut : bunyi peka’ tidak ada gas atau benda asing yang

membuat suara terdengar nyaring (normal)

G. Aukultasi

Suara jantung (systole maupun diastole) tidak terdengar sulit

dibedakan karena suara jantung sulit dibedakan dengan getaran

tubuh akibat tremor.

Lampiran Foto

Gambar 1. Cara merestrain anjing Gambar 2. Menhitung Suhu tubuh

Gambar 3. Menghitung pulsus di a. Femoralis Gambar 4. Memeriksa denyut

jantung

Page 16: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Anjing

F. PEMBAHASAN

Dari hasil sinyalemen didapatkan data bahwa anjing tersebut adalah

anjing mix domestic betina dan berumur sekitar 1.5 tahun. Adapun penyakit-

penyakit yang biasa menyerang dari ras tersebut adalah “Dermatofìtosis”.

Dermatofitosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kolonísasi jamur

dermatofit yang menyerang jaringan yang mengandung keratin seperti stratum

korneum kulít, rambut dan kuku pada manusia dan hewan. Derrnatofit adalah

sekelompok jamur yang memiliki kemampuan membentuk molekul yang

berikatan dengan keratin dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi untuk

membentuk kolonisasi. Penegakan diagnosis dermatofitosis pada umumnya

dilakukan secara klinis, dapat diperkuat dengan pemeriksaan mikroskopis,

kultur, dan pemeriksaan dengan lampu wood pada spesies tertentu. Terdapat

tiga genus penyebab dermatofitosis, yaitu Trichophyton, Microsporum, dan

Epidermophyton yang dikelompokkan dalam kelas Deureromyceres.

Selain itu, penyakit yang kadang menyerang adalah “Ehrlichiosis”.

Ehrlichiosis adalah penyakit pathogen pada anjing dan juga manusia.

Ehrlichiosis juga dikenal dengan Rickettsiosis anjing , Demam berdarah

anjing , Tifus anjing , AIDS anjing dan Pansitopenia anjing tropis Tick-borne

anjing.

Dari hasil data pada saat pemeriksaan fisik diperoleh pulsus (denyut

nadi) anjing 92 kali/menit. Bagian yang mudah digunakan dalam menghitung

pulsus adalah kaki belakang kiri dengan dua tangan yaitu disekitar arteri

femoralis (region os. Femur). Jumlah denyut yang di peroleh dalam 15 detik

kemudian dikalikan 4, berdasarkan dari hasil pemeriksaan diperoleh 23 denyut

dalam 15 detik. Jadi dikali 4 sehingga didapatkan hasil 92 kali denyut

permenit. Frekuensi pulsus normal pada anjing kacil/mini adalah 90 – 120

kali/menit, jadi hasil pemeriksaan pulsus kucing dinyatakan normal.

Adapun pengukuran suhu tubuh anjing dilakukan dengan cara

memasukkan termometer kedalam anus anjing selama beberapa saat. Dan di

dapatkan hasil 39,3o C. Adapun temperatur normal pada anjing kecil/mini

adalah 38,5˚C – 39,5˚C. Sedangkan pada saat menghitung frekuensi respirasi

pada anjing tersebut kita mengalami kesulitan karena akibat tremor pada anjing

Page 17: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Anjing

tersebut. Selain itu, tissue yang digunakan bergerak tidak teratur karena juga

disebabkan oleh tremor pada aning tersebut.

Pada saat inspeksi Pada saat inspeksi ditemukan bahwa anjing tersebut

dalam keadaan stress, hal ini dikaitkan dengan hasil anamnesa dari pemilik

bahwa anjing tersebut tidak suka keramaian dan tidak suka dipegang. Adapun

alasannya kami menduga bahwa hal tersebut berkaitan dengan keadaan

psikologis anjing tersebut, selain itu juga di dapatkan kutu pada anjing tersebut.

Abdomen keras, jelas ini menunjukkan anjing dalam keadaan stress. Kutu

ditemukan di rambut anjing itu, diduga ini akibat tertular dari anjing yang

sekandang dengannya. Begitupun halnya dengan saat palpasi. Ukuran organ

dalam sesuai dengan normalnya. Saat perkusi, rongga dada dan rongga perut

diketuk. Di rongga dada terdengar bunyi nyaring hal ini disebabkan karena

rongga dada berisi gas atau udara yang apabila diketuk dinding rongganya akan

terdengar suara nyaring ini berarti bahwa rongga dada dalam keadaan normal.

Tidak terdapatnya cairan atau benda padat yang mengisi. Lain halnya dengan

rongga perut, dirongga perut terdengar suara peka’ karena yang mengisi

merupakan cairan apabila terdengar suara nyarig berarti terdapat kelainan. Hal

ini mungkin disebabkan karena adanya udara yang mengisi rongga perut atau

benda asing.

Pada saat Aukultasi(menghitung denyut jantung) kita tidak mendapatkan

hasil karena anjing yang di periksa waktu itu sedang dalam keadaan tremor

sehingga sangat sulit untuk menentukan berapa denyut jantung beserta

respirasinya. Sehingga menyulitkan dalam melakukan aukultasi, maka jumlah

sitole atau diastole sulit dibedakan dan tidak terdengar suara denyutan.

Pada saat membaui ditemukan bahwa bau anjing tersebut normal. Hal ini

dapat ditemukan dari bau mulut serta hidung anjing tersebut. bau mulut anjing

tersebut berbau daging karena habis memakan daging.

Page 18: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Anjing

G. KESIMPULAN

Tahapan dalam mendiagnosa hewan yaitu sinyalmen, anamnesis dan

melakukan pemeriksaan fisik.

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik sebaiknya kita melakukan restrain

pada anjing yang akan diperiksa, agar mempermudah jalannya pemeriksaan

pada anjing tersebut.

Anjing yang telah diperiksa pada saat praktikum diagnosa klinik ini tidak

ada gejala – gejala klinis yang abnormal yang mengarah ke suatu penyakit

tertentu. Meskipun harus ada penindak lanjutan akibat adanya kutu yang

ditemukan.

Page 19: Laporan Praktikum Diagnosa Klinik Anjing

H. DAFTAR PUSTAKA

Widodo, Setyo. dkk . 2011. Diagnosa Kilinik Hewan Kecil. IPB Press :

Bogor.

Soegiri J. dan Wulansari, Retno. 2007. Cara-cara mengekang hewan. IPB

Press: Bogor.

Subronto. 2008. Ilmu Penyakit Ternak I-a [Mamalia]. Gadja Mada University

Press : Yogyakarta.

.