Laporan Praktikum Biokimia II - Vitamin B
-
Upload
annisa-nurul-chaerani -
Category
Documents
-
view
799 -
download
1
Transcript of Laporan Praktikum Biokimia II - Vitamin B
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA II
PENENTUAN VITAMIN B SECARA KUALITATIF
Oleh:
Alliza Rizky Ayu
Annisa Nurul Chaerani
Indriati Widianingrum
Firman Febriansyah
ANALIS KESEHATAN D3
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL AHMAD YANI
CIMAHI
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vitamin merupakan nutrien organik yang dibutuhkan dalam jumlah
kecil untuk berbagai fungsi biokimiawi dan yang umumnya tidak disintesis
oleh tubuh sehingga harus dipasok dari makanan. Vitamin yang pertama kali
ditemukan adalah vitamin A dan B, dan ternyata masing-masing larut dalam
lemak dan larut dalam air. Kemudian ditemukan lagi vitamin-vitamin yang
lain yang juga bersifat larut dalam lemak atau larut dalam air. Sifat larut dalam
lemak atau larut dalam air dipakai sebagai dasar klassifikasi vitamin. Vitamin
yang larut dalam air ,seluruhnya diberi simbol anggota B kompleks (kecuali
vitamin C) dan vitamin larut dalam lemak yang baru ditemukan diberi symbol
menurut abjad (vitamin A,D,E,K). Vitamin yang larut dalam air tidak pernah
dalam keadaan toksisitas di didalam tubuh karena kelebihan vitamin ini akan
dikeluarkan melalui urin.
B. Tujuan
Membuktikan adanya vitamin B dalam suatu bahan secara kualitatif.
BAB II
DASAR TEORI
A. Vitamin B
Vitamin B adalah 8 vitamin yang larut dalam air dan memainkan peran
penting dalam metabolisme sel. Dalam sejarahnya, vitamin pernah diduga
hanya mempunyai satu tipe, yaitu vitamin B (seperti orang mengenal vitamin
C atau vitamin D). Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa komposisi
kimia didalamnya membedakan vitamin ini satu sama lain dan terlihat dalam
contohnya dalam beberapa makanan. Suplemen yang mengandung ke- 8 tipe
ini disebut sebagai vitamin B kompleks. Masing-masing tipe vitamin B
suplemen mempunyai nama masing-masing (contoh: B1, B2, B3).
B. Jenis-jenis Vitamin B
1. Vitamin B1
Bentuk murninya adalah thiamin hidroklorida. Dalam makanan
thiamin ditemukan dalam bentuk bebas atau dalam bentuk kompleks
dengan protein atau kompleks protein-fosfat. Thiamin tidak dapat
disimpan banyak oleh tubuh tetapi dalam jumlah terbatas disimpan di hati,
ginjal, jantung, otak dan otot. Bila terlalu banyak kelebihannya dibuang
melalui air kemih.
Thiamin memiliki rumus molekul C12H17N4OS, vitamin ini juga
memiliki berat molekul 265, 36 gram/ molekulnya.
Thiamin aktif dalam bentuk kokarboksilase sebagai thiamin
pirofosfatase (TPP). Prinsipnya thiamin sebagai koenzim dalam reaksi
yang menghasilkan energi dari karbohidrat dan memindahkan energi
membentuk ATP (Adenin Trifosfat).
Di dalam tubuh, vitamin B1 memiliki fungsi yang sangat penting
yakni esensial untuk berbagai fungsi tubuh, produksi energi dan membantu
memelihara kesehatan syaraf dan otot, membantu perawatan penyakit
anemia, membantu perawatan penyakit herpes, serta membantu tubuh
membuat dan memakai protein.
Beri-beri yaitu penyakit kekurangan vitamin B1 dalam masyarakat
yang banyak mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok khususnya
beras yang digiling sempurna. Bila beras digiling sempurna maka lapisan
aleuron yang kaya akan thiamin terbuang sebagai dedak. Gejala
kekurangan thiamin mula-mula lelah, hilang nafsu makan, berat badan
menurun dan gangguan pencernaan. Bila telah terjadi beri-beri terjadi
gangguan kerja saraf (polyneuritis). Pada orang dewasa terjadi gangguan
jantung menyebabkan oedem (penumpukan cairan dalam jaringan) pada
kaki bawah atau telapak kaki serta persendian kaki. Bila berlanjut oedem
dapat terjadi di rongga dada dan ini disebut beri-beri basah. Penderita
diberi vitamin B kompleks dan makanan kaya protein dan kalori.
Pemakaian thiamin yang melebihi normal mempengaruhi sistem
saraf. Hal ini karena reaksi hipersensitif yang dapat berpengaruh pada
kelelahan, sakit kepala, sifat lekas marah dan susah tidur. Sistem darah
dapat terpengaruh, karena denyut nadi menjadi cepat.
Jumlah konsumsi harian yang direkomendasikan oleh RDA untuk
vitamin 1,4 mg. Peminum dan perokok berat, wanita hamil dan menyusui
serta yang menggunakan pil kontrasepsi harus menaikkan dosis sebanyak
100-300 mg per hari. Dosis juga ditingkatkan jika seseorang sedang
menderita stres. Vitamin ini lebih efektif penggunaan bersama dengan
vitamin B- kompleks yang lain. Dosis maksimum yang masih
diperbolehkan dalam batas normal per hari ialah 400 mg. Vitamin B juga
dikonsumsi pada saat diet. Makanan yang seimbang akan memberikan
cukup thiamin. Orang yang berpuasa atau melakukan diet harus
memastikan bahwa mereka mendapat sejumlah thiamin yang sama seperti
dalam 2000 kkalori makanan.
Untuk menghindari terjadinya hal tersebut, diperlukan asupan
vitamin B1 yang cukup ke dalam tubuh. Sumber makanan yang
mengandung vitamin B1 yakni beras pecah kulit, daging, unggas, telur,
hati, ikan, lalap sayuran.
2. Vitamin B2
Vitamin B2 memiliki nama kimia berupa riboflavin. Vitamin ini
memiliki rumus molekul C17H20O6N4 dan berat molekulnya 376,4 gram
/molekul. Sifat: larut dalam air, memberi warna fluorosens kuning-
kehijauan, tidak larut dalam pelarut lemak, mudah rusak oleh cahaya dan
sinar UV, tahan terhadap pemanasan, oksidator, asam dan sangat sensitif
terhadap basa. Struktur dari vitamin B2 adalah sebagai berikut:
Vitamin B2 terlibat dalam banyak proses tubuh, khususnya
memproduksi energi yang tersedia dari makanan, pertumbuhan pada anak-
anak, memperbaiki dan memelihara jaringan tubuh dan mata, membantu
menata kembali keasaman tubuh, memelihara kesehatan reproduksi,
memberikan perlindungan melawan amenia dan lain-lain.
Komponen dalam koenzim terdapat 2 bentuk aktif yaitu flavin
adenin dinukleotida (FAD) dan flavo mono nukleotida (FMN), keduanya
gugus prostetik penerima hidrogen.
Tidak ada penyakit yang berhubungan dengan kekurangan
riboflavin. Kekurangan riboflavin dapat menyebabkan gejala seperti iritasi,
kulit merah dan keretakan kulit dekat dengan sudut mata dan bibir seperti
halnya sensitivitas yang berlebihan terhadap sinar (photophobia).
Hal ini dapat juga menyebabkan keretakan pada sudut mulut
(cheilosis) dan kuku (split nails).
RDA untuk riboflavin adalah 0,6 mg/ 1000 kkal perhari. Jadi
sekitar 1,2 mg perhari untuk 2000 kkal diet. Anak-anak dan wanita hamil
membutuhkan tambahan riboflavin karena vitamin ini penting untuk
pertumbuhan.
Susu dan produk-produk susu, misalnya keju, merupakan sumber
yang baik untuk riboflavin. Untuk itu ketersediaannya dalam makanan
sehari-hari sangat penting. Hampir semua sayuran hijau dan biji-bijian
mengandung riboflavin brokoli, jamur dan bayam merupakan sumber yang
baik. Demikian juga dengan daging, telur, dan ikan.
Sinar dan iradiasi dapat merusak riboflavin. Hal inilah yang
meyebabkan susu jarang dijual dalam gelas transparan. Di sisi lain,
riboflavin stabil terhadap panas, sehingga pemanasan tidak akan
merusaknya. Vitamin ini juga digunakan sebagai food additive, E101.
3. Vitamin B3
Vitamin B3 disebut juga dengan Niasin. Niasin memiliki sifat:
sedikit larut dalam air dingin, larut sebagian dalam air panas, tahan
terhadap alkali, asam, panas, cahaya dan oksidasi. Vitamin ini memiliki
dua bentuk yakni, asam nikotinat dan nikotinamida. Rumus molekul asam
nikotinat: C6H5NO2 dengan berat molekul: 123,11 g/ molekul. Dan rumus
molekul nikotinamida: C6H6N2O dengan Berat molekul: 122,13 g/
molekul.
Niasin mengkompromikan asam nikotin (nicotinic acid) dan
nikotinamida (nicotinamide), yang keduanya dibutuhkan untuk produksi
energi dalam sel-sel menggunakan NAD dan NADP.
Nikotinamida (nicotinamide) terlibat dalam proses enzim, termasuk
metabolisme asam lemak (fatty acid), pernafasan jaringan (tissue
respiration) dan pembuangan racun, esensial untuk fungsi otak, membantu
menyeimbangkan kandungan gula darah dan menurunkan tingkat
kolesterol. Niasin memiliki keunikan diantara vitamin B karena tubuh
dapat membentuknya dari asam amino triptophan. Niasin membantu
kesehatan kulit, sistem saraf dan sistem pencernaan.
Gejala Defisiensi niasin menyebabkan Produksi energi kurang,
fungsi otak lemah, dan kulit buruk. Juga nampak dari dari gejala radang
dan sakit pencernaan, Pellagra (penyakit kekurangan niacin), menunjukkan
gejala seperti dermatitis, diare dan dementia. Hal ini meluas di bagian
selatan US pada awal 1900. Gejala kekurangan niacin lainnya adalah
kehilangan nafsu makan, lemah, pusing dan kebingungan mental. Kulit
dapat menunjukkan gejala dermatitis simetrik bilateral, khususnya pada
daerah yang terkena sinar matahari langsung.
Niasin dalam jumlah yang besar dapat menjadi racun pada sistem
syaraf, lemak darah dan gula darah. Gejala-gejala seperti muntah, lidah
membengkak dan pingsan dapat terjadi. Lebihlanjut, hal ini dapat
berpengaruh pada fungsi hati dan dapat mengakibatkan tekanan darah
rendah.
RDA untuk niacin adalah 6,6 mg NE (niacin equivalents)/ 1000
kkal, atau 13 mg perhari. NE merupakan jumlah niasin yang diperoleh
dalam makanan, termasuk niacin yang secara teori dibuat dari prekusor
asam amino triptophan. 60 mg triptophan dapat menghasilkan 1 mg niacin.
Dosis antara 20-100 mg per hari dapat menunjukan dampak yang positif.
Dosis maksimum yang diperbolehkan untuk asam nikotinat sebanyak 120
mg, sedangkan nikotinamida sebanyak 300 mg per hari.
Daging, unggas (ayam, itik dll) dan ikan merupakan sumber utama
niasin, sama halnya roti dan sereal (biji-bijian) yang telah diperkaya.
Jamur, asparagus dan sayuran hijau merupakan sumber yang paling baik.
4. Vitamin B6
Vitamin B6 terdiri dari 3 bentuk yaitu: Piridoksin, Piridoksal dan
Piridoksamina. Bentuk aktif yaitu piridoksal dan piridoksamin sebagai
komponen dari koenzim. Memiliki rumus molekul C8H11NO3, vitamin ini
juga memiliki berat olekul 169, 18 gram/ molekulnya.
Di dalam tubuh, vitamin B6 memiliki fungsi yang sangat penting
yakni untuk membuat protein, membantu keseimbangan hormon seks,
anti-depresi dan diuretic alami ÂÂ, membantu mengendalikan reaksi
alergi, berperan dalam metabolisme asam amino dan asam lemak,
membantu tubuh untuk mensintesis asam amino nonesensial. Selain itu
juga berperan dalam produksi sel darah merah.
Kekurangan vitamin B6 akan menyebabkan akibat yang bisa sangat
fatal seperti kulit yang pecah-pecah bahkan bisa rusak, syaraf motorik
terganggu, kelainan pada darah, retensi terhadap air (water retention),
tangan kesemutan (tingling hands), iritabilitas, kejang otot atau kram otot;
kurang energy, bahkan mempengaruhi psikologis seperti mimpi hal yang
sama berulangkali dengan frekuensi yang tak menentu (infrequent dream
recall) dan depresi atau ketegangan (nervousness).
Piridoksin akan berubah menjadi racun bila konsumsinya lebih dari
200 mg per hari. Dosis tinggi vitamin B6 dalam waktu yang lama
menyebabkan kerusakan saraf, yang kadang-kadang tidak dapat diperbaiki.
Hal ini dimulai dengan mati rasa pada kaki, selanjutnya perasaan hilang
pada tangan dan mulut yang mungkin menjadi mati rasa. Kemudian gejala
keracunan adalah kesulitan berjalan, kelelahan dan sakit kepala. Ketika
konsumsi dikurangi, gejala-gejala ini berkurang, tetapi tidak selalu hilang
sepenuhnya.
Koenzim vitamin B6 berperan penting dalam metabolisme asam
amino, sehingga konsumsi sehari-hari harus sebanding dengan konsumsi
protein, karena protein dibuat dari asam amino. Dosis harian yang
diperbolehkan (RDA) untuk vitamin B6 adalah 0,16 mg/ g protein. Rata-
rata konsumsi adalah 2 mg/ hari untuk pria dan 1,6 mg/ hari untuk wanita.
Disarankan juga Untuk tidak menggunakan vitamin ini dalam jangka
waktu yang lama dengan dosis yang tinggi (25-50 mg/ hari) Untuk
keadaan-keadaan tertentu dibutuhkan dosis yang lebih banyak, misalnya
2.5 mg/ hari (mengandung dan ibu yang menyusukan anak).
Untuk menghindari terjadinya hal tersebut, diperlukan asupan
vitamin B6 yang cukup kedalam tubuh. Sumber makanan yang
mengandung vitamin B6 yakni daging, unggas, ikan, biji-bijian utuh,
kentang, ubi jalar, sayuran.
5. Vitamin B5
Vitamin B5 memiliki nama kimia berupa asam pantotenat. Selain
itu, vitamin B5 juga dikenali sebagai "vitamin anti-stress". Vitamin ini
memiliki rumus molekul C9H16O5N dan berat molekulnya 218,23 gr/
molekul. Berbentuk minyak pekat berwarna kuning pucat, larut dalam air,
tak larut dalam minyak dan pelarut lemak, agak manis, stabil dalam
pemasakan yang normal, dan ditemukan dalam bentuk Ca.
Asam pantotenat memainkan peranan dalam pengeluaran hormon
adrenal dan pembentukan antibodi, membantu dalam penggunaan vitamin,
dan membantu mengubah lemak, karbohidrat dan protein menjadi tenaga.
Ia diperlukan oleh semua sel dalam badan dan tertumpu dalam organ
badan. Ia juga terlibat dalam pengeluaran "neurotransmitters ". Vitamin ini
adalah elemen penting koenzim A, bahan kimia badan penting yang
berperan untuk membawa molekul dalam proses pemecahan glukosa, asam
lemak dan metabolisme energi. Pantothenic acid juga merupakan
penambah stamina dan mencegah anemia. Vitamin ini membantu
memelihara kesehatan kulit dan rambut serta diperlukan agar usus
berfungsi dengan normal dan membantu dalam merawat tekanan dan rasa
cemas (anxiety).
Kekurangan vitamin B5 dapat menyebabkan kehilangan selera
makan, keletihan, lemah badan, sakit kepala, loyo, muntah-muntah, sakit
pada bagian abdomen, daya tahan lemah sehingga mudah terjangkit
penyakit saluran pernafasan, kebas dan sesemut pada kaki, serta kejang
otot. Tidak ada dampak berbahaya akibat pengunaan vitamin B5 yang
diketahui, tetapi mengonsumsi lebih dari 300 mg per hari harus mendapat
pengawasan dari ahli medis. Gejala keracunan kadang-kadang
menyebabkan diare dan perut kembung dengan dosis di atas 10 gr per hari.
Dosis yang diperbolehkan (RDA) vitamin ini adalah 6 mg per hari.
Untuk penggunaan dibidang medis, vitamin ini dapat menunjukkan hasil
terbaik apabila digunakan bersama dengan vitamin B kompleks lainnya
dengan dosis 300 mg per hari. Dosis normal untuk mencegah rasa sakit
kurang lebih 100 mg per hari. Dosis maksimum harian yang masih
diperbolehkan yakni 1000 mg .
Asam pantotenat umumnya ada dalam sebagian besar makanan.
Sumber nya ada dalam daging, ikan, unggas (ayam, itik dan lain-lain),
semua biji-bijian, kacang-kacangan, ragi tapai, sayuran, dan yang terutama
dalam royal jeli yaitu persediaan makanan dalam sarang lebah.
6. Vitamin B8
Vitamin B8 atau yang sering disebut juga dengan biotin merupakan
salah satu dari rangkaian vitamin B- kompleks meskipun sebagian pustaka
menyebutnya vitamin H. Di dalam tubuh, vitamin ini dikonversi dalam
bentuk koenzim biocytin. Biotin memiliki rumus molekul C16H28N4O4S
dan berat molekulnya 372,5 gram/ molekul.
Dibandingkan dengan berbagai vitamin B yang lain, sedikit sekali
yang diketahui tentang fungsi biotin seperti yang ditemukan baru-baru ini.
Biotin memainkan peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein untuk menghasilkan energi. Selain itu, biotin membantu dalam
pertumbuhan sel, memelihara kesehatan jaringan tubuh dan sum-sum
tulang;meringankan sakit otot dan dalam penggunaan vitamin B-kompleks
yang lain. Jumlah yang cukup diperlukan untuk rambut dan kulit yang
sehat.
Defisiensi atau kekurangan konsumsi biotin akan menyebabkan hal
fatal seperti: pelepasan kulit, kulit pucat, kadar hemoglobin menurun,
kondisi rambut jelek, uban dini (prematurely greying hair), otot lembek
atau sakit, nafsu makan kurang atau mual-mual (nausea), eksema (eczema)
atau radang kulit (dermatitis), kadar kolestrol naik sedangkan kadar biotin
urin turun sampai 1/ 10 dari normal.
Kelebihan akibat pengonsumsian biotin dapat menimbulkan
keracunan, namun juga tidak biasa terjadi. Para ahli menyarankan untuk
tidak mengonsumsi biotin lebih dari 300 mg per hari kecuali di bawah
pengawasan medis. Dosis harian yang diizinkan (RDA) adalah 0,15 mg (=
150 µg) per hari. Biotin ditemukan dalam sejumlah besar makanan.
Umumnya defisiensi tidak terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi
berbagai makanan. Sumber-sumber penting biotin berasal dari telur, susu,
daging, ikan, buah-buahan seperti almon, tomat, anggur, semangka dan
cherry, kacang-kacangan, kenari, dan kemiri.
C. Beras
Beras adalah makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia. Dalam
susunan makanan penduduk Indonesia, sebagian besar kebutuhan akan protein
(80%) dipenuhi oleh protein yang berasal dari beras. Pada kenyataannya
daerah yang penduduknya meggunakan bahan makanan lain sebagai makanan
pokok, kadar zat putih telur dalam makanan mereka sangat rendah, sehingga
sering mengakibatkan terjadinya penyakit busung lapar.
Beras, disamping kadar hidrat arang dan protein yang dimilikinya
tinggi juga mengandung unsur gizi lain, terutama vitamin-vitamin yang
tergolong dalam kelompok vitamin B, yaitu vitamin B1 dalam jumlah yang
cukup. Akan tetapi kadar vitamin ini tidak tetap karena tergantung pada cara
pengolahan beras tersebut sampai menjadi nasi. Vitamin B1 terutama terdapat
pada bagian dalam kulit ari beras. Kulit ari ini sering hilang pada proses
penggilingan beras maupun pada waktu pencucian ketika hendak dimasak.
Bila kulit ari ini hilang berarti vitamin B1 yang terkandung di dalamnya juga
hilang. Itulah sebabnya bila dipandang dari segi gizi, beras tumbuk
mempunyai nilai yang lebih baik daripada beras yang digiling, meski beras
giling warnanya lebih putih.
Proses penggilingan dan pemolesan padi (sosoh atau selip) berbagai
varietas sampai menjadi beras berwarna putih ternyata telah menghilangkan
sekitar 80% vitamin B1, 70% vitamin B3, 90% vitamin B6, 50% mangan (Mn),
50% fosfor (P), 60% zat besi (Fe), 100% serat, dan asam lemak esensial. Pada
akhirnya yang tersisa hanyalah beras berwarna putih bersih dan hanya
mengandung karbohidrat saja, padahal seharusnya beras merupakan bahan
makanan yang kaya vitamin, mineral, serat, dan asam lemak esensial.
Kendati terkesan remeh, bahkan telah menjadi pekerjaan harian, tidak
semua orang mengetahui cara baik mencuci beras. Tak jarang, akibat
kekeliruan mencuci, mengakibatkan tubuh kekurangan vitamin B1 (thiamin).
Selama ini, kebanyakan orang mencuci beras berkali-kali hingga air cucian
bening. Cara mencuci demikian dilatari mitos turun temurun, yaitu bila dicuci
sangat bersih, menyebabkan nasi tak gampang basi.
Dengan metode eksprimen, riset itu membuktikan pengaruh frekuensi
pencucian beras terhadap kandungan vitamin B1 yang ada pada beras (sebelum
dicuci mengandung 0,2850 mg). Pengaruh pencucian dengan sekali cuci
menyebabkan kandungan vitamin B1 berkurang, menjadi 0,2475 mg. Dua kali
pencucian, kandungan vitamin B1 menjadi 0,1765 mg. Pencucian tiga kali,
vitamin B1- nya tersisa 0,1560 mg.
Vitamin B1 yang dikandung saat dicuci sekali dengan penggosokan,
mengakibatkan kian berkurang, menjadi 0,2090 mg (dua kali dengan
penggosokan 0,1650 mg, dan tiga kali dengan penggosokan 0,1435 mg).
Dengan pencucian terlampau bersih berpeluang kekurangan vitamin B1
bagi yang memakan nasi tersebut. Padahal, seorang pria dewasa membutuhkan
1,22 mg vitamin B1 per hari (wanita 1,03 mg per hari). Bila pencuciannya
tepat, kita tidak perlu mendapatkan vitamin B1 dari suplemen lain dan tak ada
kaitan frekuensi pencucian dengan basi atau tidaknya beras.
D. Metode A dan B
Metode A
Larutan sampel direaksikan dengan CuSO4 2% dan NaOH 3N, uji
positif mengandung vitamin B ditandai dengan terbentuknya endapan ungu.
Thiamin dapat rusak dalam suasana netral atau alkalis. Karena itu ditamahkn
NaOH untuk membuat larutan dalam suasana basa. Disamping itu, thiamin
terurai zat-zat pengoksida dan dalam hal ini karena itulah ditambahkan CuSO4
untuk mengoksidasi thiamin dan ion Cu2+
akan tereduksi menjadi Cu+ yang
akhirnya akan mengahasilkan larutan berwarna ungu CuSO4.
Metode B
Larutan sampel direaksikan dengan FeCl3 1% Larutan sampel
direaksikan dengan CuSO4 2% dan NaOH 3N, uji positif mengandung vitamin
B ditandai dengan terbentuknya larutan jingga. Thiamin yang terkandung
dalam larutan akan bereaksi klorida dr Fe membentuk thiamin klorida setelah
semua tiamin habis bereaksi dengan klorida.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Prinsip Kerja
Metode A
Larutan sampel + CuSO4 2% + NaOH akan menghasilkan warna ungu yang
berarti reaksi positif mengandung vitamin B.
Metode B
Larutan sampel + FeCl3 akan menghasilkan warna jingga yang berarti reaksi
positif mengandung vitamin B.
B. Alat dan Bahan
1. Tabung Reaksi
2. Pipet tetes
3. Nasi yang direndam semalaman
4. Larutan CuSO4 2%
5. Larutan NaOH 3N
6. Larutan FeCl3 1%
C. Prosedur
A.
1. Masukkan secukupnya nasi ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 2 tetes larutan CuSO4 2% dan 10 tetes NaOH 3N
3. Amati warna yang terjadi, bila terbentuk warna biru-ungu berarti vitamin
B positif
B.
1. Masukkan secukupnya nasi kedalam tabung reaksi
2. Tambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3 1%
3. Amati perubahan warna yang terjadi, timbulnya warna jingga sampai
merah tua berarti vitamin B positif
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
Bahan Prosedur A Prosedur B
Nasi yang direndam
Larutan CuSO4 2%
Larutan NaOH 3N
Larutan FeCl3 1%
5 tetes
2 tetes
10 tetes
-
5 tetes
-
-
2-3 tetes
Hasil: Perhatikan
perubahan yang terbentuk
(-) Larutan warna
biru
(-) Larutan warna
kuning
Gambar 4. 1 Prosedur A Gambar 4. 2 Prosedur B
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan pada prosedur A larutan sampel
direaksikan dengan CuSO4 2% dan NaOH menunjukkan hasil negatif (-) tidak
mengandung vitamin B, ditandai dengan larutan berwarna biru. Dan pada
prosedur B larutan sampel direaksikan dengan FeCl3 1% juga menunjukkan
hasil negatif (-) tidak mengandung vitamin B, dengan larutan berwarna
kuning. Hal ini dikarenakan pada proses penggilingan dan pemolesan padi
sampai menjadi beras berwarna putih telah mengurangi kandungan vitamin B.
Selain itu sebelum menjadi nasi, beras dicuci terlampau bersih sehingga
berkurang lagi kandungan vitamin B- nya. Dan untuk menjadi sampel dalam
percobaan ini, nasi direndam semalaman sehingga vitamin B yang terkandung
didalamnya benar-benar hilang.
BAB V
KESIMPULAN
Larutan ampel (nasi yang telah direndam semalaman) tidak mengandung vitamin B.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama
http://www.food-info.net/ua/index.htm
http://green-organic-rice.blogspot.com/2009/02/rahasia-beras.htmlMinggu,
22 Februari 2009
http://organisasi.org/http://organisasi.org/
http://medicastore.com/
http://4uliedz.wordpress.com/2008/12/26/vitamin-b/
http://ksupointer.com/2009/beras-coklat-brown-rice-atau-beras-pecah-kulit
http://bentengkehidupan.files.wordpress.com/2010/02/rice.jpg 16 Februari 2010