LAPORAN PRAKTIKUM 1
-
Upload
indah-ayuningtyas-wardani -
Category
Documents
-
view
597 -
download
21
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM 1
LAPORAN PRAKTIKUMMEKANIKA FLUIDA
Oleh:Indah Ayuningtyas Wardani
NIM A1H010096
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2011
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aliran air dalam suatu saluran dapat berupa aliran dalam saluran terbuka
dan dapat pula berupa aliran dalam pipa. Aliran melalui saluran terbuka adalah
aliran yang memiliki permukaan bebas sehingga memiliki tekanan udara
walaupun berada dalam saluran tertutup. Sedangkan aliran dalam pipa adalah
aliran yang tidak memiliki permukaan bebas, karena aliran air megisi saluran
secara terus menerus, sehingga tidak dipengaruhi oleh tekanan udara dan hanya
dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik.
Kecepatan dan debit aliran antara aliran air terbuka dan aliran air dalam
pipa akan mengalami perbedaan. Hal ini disebabkan oleh faktor- faktor yang
mempengaruhi kedua aliran tersebut. Debit aliran adalah laju aliran air (dalam
bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan
waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter
kubik per detik (m3/dt). Dalam laporan-laporan teknis, debit aliran biasanya
ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran adalah suatu perilaku
debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik biogeofsik yang berlangsung
dalam suatu DAS (oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan atau adanya
perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim lokal (Asdak, 1995).
B. Tujuan
Mengukur debit air pada saluran terbuka.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat
dalam suatu tempat atau yang dapat di tampung dalam suatu tempat tiap satu
satuan waktu. Aliran air dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak
dapat dimanfaatkan dan berpindah tanpa mengalami gesekan, hal ini berarti pada
gerakan air tersebut memiliki kecepatan yang tetap pada masing – masing titik
dalam pipa dan gerakannya beraturan akibat pengaruh gravitasi bumi.
Teknik pengukuran debit aliran langsung di lapangan pada dasarnya dapat
dilakukan melalui empat kategori (Gordaon et al., 1992):
pengukuran volume debit sungai.
a. Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan
luas penampang melintang sungai.
b. Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia (pewarna) yang
dialirkan dalam aliran sungai.
c. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit seperti weir
(aliran air lambat atau flume (aliran air cepat).
Pengukuran debit pada katergori pertama, biasanya dilakukan untuk
keadaan aliran (sungai) lambat. Pengukuran debit dengan cara ini dianggap paling
akurat, terutama untuk debit aliran lambat seperti pada aliran mata air. Cara
pengukurannya dilakukan dengan menentukan waktu yang diperlukan untuk
mengisi container yang telah diketahui volumenya. Prosedur yang bisa dilakukan
untuk pengukuran debit dengan cara pengukuran volume adalah dengan membiat
dam kecil (alat semacam weir) di salah satu dari bagian badan yang akan diukur.
Gunanya adalah agar aliran terkonsentrasi pada suatu outlet. Di tempat tersebut
pengukuran volume air dilakukan.
Besarnya debit aliran dilakukan dengan cara:
Dimana:
Q = debit (m3/dt)
V = volume air (m3)
T = waktu pengukuran
Pada kategori pengukuran debit yang kedua, yaitu pengukuran debit
dengan bantuan alat ukur curret meter atau sering dikenal sebagai pengukuran
debit melalui pandekatan velocity-area method paling banyak dipraktekkan dan
berlaku untuk kebanyakan aliran sungai. Ada dua macam tipe current meter,
yaitu :
1. Current meter tipe Price
2. Current meter tipe propeller
Current meter tipe price terdiri atas 6 buah piala konis (conical cups) yang
berputar terhadap sumbu vertikal. Tipe propeller adalah pengukur kecepatan arus
di mana unsur berputarnya berupa baling-baling (propeller) yang berputar
terhadap sumbu horisontal. Hubungan antara putaaran dan kecepatan diberikan
oleh rumus sebagai berikut :
V = a + b N
Dimana :
V = kecepatan arus (m/dt)
A = kecepatan permulaan untuk mengatasi gesekan dalam alat
b = konstanta
N = kecepatan putaran per detik
a dan b ditentukan pada waktu mengkalibrasi alat, yaitu dengan memasang
alat ini di dalam air yang telah diketahui kecepatannya. N ditentukan oleh alat
penghitung putaran.
Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia, pewarna, atau
radioaktif sering digunakan untuk jenis sungai yang aliran airnya tidak beraturan
(turbulence). Untuk maksud pengukuran hidrologi, bahan-bahan penelusur
(tarcers) seperti tersebut di atas sebaiknya dalam bentuk:
1. Mudah larut dalam aliran sungai.
2. Bersifat stabil.
3. Mudah dikenali pada konsentrasi rendah.
4. Tidak bersifat meracuni biota perairan dan tidak menimbulkan dampak
negatif yang permanen pada bahan perairan.
5. Relatif tidak terlalu mahal harganya.
Kategori pengukuran debit yang paling sederhana dapat dilakukan dengan
metode apung (float method). Caranya dengan menempatkan benda yang tidak
dapat tenggelam di permukaan aliran sungai untuk jarak tertentu dan mencatat
waktu yang diperlukan oleh benda apung tersebut bergerak dari satu titik
pengamatan ke titik pengamatan lain yang etlah ditentukan. Besarnya kecepatan
aliran sungai (Vper dalam m/detik) adalah:
Vper =
Dimana:
L = jarak antara dua titik pengamatan (m)
T = waktu perjalanan benda apung (detik)
Besarnya debit dihitung dengan persamaan:
Q = A x v
Dimana:
Q = laju arus/debit yang melalui penampang saluran
A = luas penampang saluran
V = kecepatan rata-rata
Karena kecepatan aliran yang diperoleh bukan kecepatan aliran rata-rata,
tetapi kecepatan aliran maksimum dalam sungai, maka ia harus dikalikan dengan
angka kecepatan 0.75 (keadaan dasar sungai kasar) atau 0.85 (keadaan dasar
sungai yang lebih halus) untuk memperoleh angka rata-rata kecepatan aliran. Cara
terakhir ini kurang teliti, namun demikian besarnya debit seharusnya 20-25% dari
angka prkiraan debit tersebut di atas. Pengukuran dengan cara ini biasanya
dilakukan di tempat yang tidak tersedia alat pengukur debit standard dan
umumnya pada keadaan berlangsungnya debit banjir.
Dalam pengukuran debit air dapat dilakukan dua cara yaitu secara langsung
dan tidak langsung.
1. Secara langsung
Dalam pengukuran debit air secara langsung digunakan beberapa alat
pengukur yang langsung dapat menunjukan ketersediaan air pengairan bagi
penyaluran melalui jaringan-jaringan yang telah ada/ telah dibangun. Dalam hal
ini berbagai alat pengukur yang telah biasa digunakan yaitu: Alat Ukur Pintu
Romijn, sekat ukur tipe cipoletti, sekat ukur tipe Thompson dan alat ukur tipe
parshal flume.
a. Alat ukur pintu Romijn
Ambang dari pintu Romijn dalam pelaksanaan pengukuran dapat dinaik
turunkan, yaitu dengan bantuan alat pengangkat. Pengukuran debit air dengan
pintu ukur Romijn yaitu dengan menggunakan rumus
Q = 1,71 b h3/2
Dimana:
Q = Debit air ( l/dtk)
B = lebar ambang (m)
H = tinggi permukaan air (m)
b. Sekat ukur Cipoletti
Alat ini berbentuk trapesium, perbandungan sisi 1:4 lazim digunakan
untuk debit air yang relative lebih besar. Pengukuran dengan alat ini dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Q = 0,0186 b h3/2
Dimana:
Q = Debit air ( l/dtk)
B = lebar ambang (m)
H = tinggi permukaan air (m)
c. Sekat ukur Thompson
Berbentuk segitiga sama kaki dengan sudut 90o , dapat dipindah-pindahkan
karena bentuknya sangat sederhana (portable), lazim digunakan untuk mengukur
debit air yang relatif kecil. Penggunaan dengan menggunakan alat ini dengan
memperhatikan rumus sebagai berikut :
Q = 0,0318 h5/2
Dimana
Q = Debit air ( l/dtk)
H = tinggi permukaan air (m)
d. Alat pengukur Parshall Flume
Alat ukur tipe ini ditentukan oleh lebar dari bagian penyempitan, yang
artinya debit air diukur berdasarkan mengalirnya air melalui bagian yang
menyempit (tenggorokan) dengan bagian dasar yang direndahkan. Karena ukuran
lebar dari bagian yang menyempit berbeda-beda maka penggunaan rumus bagi
pelaksanaan pengukuran ini hendaknya disesuaikan dengan ukuran lebar bagian
yang menyempit tadi. Dalam hal ini:
1) Jika lebar penyempitan (W) = 7,62 cm, rumus yang digunakan:
Q = 0,141 Ha 1,55
Dimana Q = liter/detik.
W dan Ha = cm
2) Jika lebar penyempitan (W) = 15,2 cm, rumus yang digunakan:
Q = 0,264 Ha 1,58
Dimana Q = liter/detik.
W dan Ha = cm
3) Jika lebar penyempitan (W) = 22,86 cm, rumus yang digunakan:
Q = 0,466 Ha 1,53
Dimana Q = liter/detik.
W dan Ha = cm
Dalam pelaksanaan pengukuran debit air secara langsung dengan pintu
ukur Romijn, sekat ukur tipe Cipoletti dan sekat ukur tipe Thompson biasanya
lebih mudah (Suharto, 1991).
2. Secara Tak Langsung
Dalam pengukuran tak langsung yang sangat diperhatikan yaitu tentang
kecepatan aliran (V) dan luas penampang aliran (A), sehingga terdapat rumus
pengukuran debit air sebagai berikut (Suharto, 1991):
Q = V x A
Dimana Q = Debit air (m3/dt)
V = Kecepatan aliran (m/dtk)
A = luas penampang aliran (m2)
III. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
1. Pipa kaca terbuka
2. Selang
3. Penggaris
4. Stopwatch
5. Air
6. Stereofoam
B. Cara Kerja
1. Pipa kaca dihubungkan dengan air (PAM) dengan selang.
2. Kran dibuka sehingga air alirannya menjadi stabil.
3. Lebar air, tinggi air dan panjang lintasan pipa kaca yang akan diuji diukur.
4. Stereofoam dilepaskan dalam pipa kaca pada lintasan yang telah
ditentukan.
5. Waktu yang ditempuh stereofoam pada saat melintasi pipa kaca pada
lintasan yang telah ditentukan di catat.
6. Percobaan diulang sampai 3 kali.
IV. HASIL dan PEMBAHASAN
A. Hasil
1). Data Pengamatan
Diketahui :
a) Tinggi air (T) = 6 cm
= 0,06 m
b) Lebar kaca (L) = 6 cm
= 0,06 m
c) Panjang kaca (S) = 100 cm
= 1 m
d) t1 = 42.29 s
e) t2 = 29.27 s
f) t3 = 32.82 s
2). Perhitungan
a) A = Lebar Tinggi
= 0,06 0,06
= 36 × 10-4 m
b) V1 = e) Q1 = A V1
= = 36 × 10-4 m 0,023 m/s
= 0,023 m/s = 8.28 ×10-5 m3/s
c) V2 = f) Q2 = A V2
= = 36 × 10-4 m2 × 0.034 m/s
= 0,034 m/s = 1.224 × 10-4 m /s
d) V3 = g) Q3 = A V3
= = 36 × 10-4 m 0,030 m/s
= 0,030 m/s = 1.08 × 10-4 m3/s
B. Pembahasan
Hasil yang didapat dari pengukuran dan perhitungan pada praktikum ini
nilai kecepatan dan nilai debit aliran dari masing-masing ulangan percobaan
berbeda. Hal ini dapat dilihat dengan nilai V1= 0,023 m/s , V2= 0,034 m/s, V3=
0,030 m/s, sedangkan hasil yang didapat untuk Q1 = 8.28 × 10-5 m /s, Q2 = 1.224
m /s dan Q3 = 1.08 m /s. Perbedaan nilai debit aliran yang didapat
dari masing-masing ulangan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu aliran air pada
pipa kaca terbuka mengalir dengan kecepatan yang fluktuatif atau tidak konstan,
dan adanya pengaruh basah atau keringnya daun tersebut. Semakin basah daun
tersebut maka laju aliran akan semakin lambat, hal ini terjadi karena kadar air
yang dikandung daun tersebut banyak sehingga akan lebih berat. Sedangkan pada
daun kering laju aliran akan semakin cepat hal ini juga dipengaruhi oleh
kandungan air yang terkandung didalamnya. Faktor lain yang mempengaruhi
perbedaan dari setiap hasil adalah aliran yang dipergunakan merupakan aliran
terbuka yang setiap faktornya dapat berubah- ubah dan dipengaruhi oleh
lingkungan sekitarnya dan keadaan atmosfernya. Seperti halnya kecepatan angin
dan tekanan udara yang berubah- ubah, sehingga dapat mempengaruhi laju aliran
dari daun pada aliran air.
Berdasarkan referensi bahwa aliran fluida didasarkan atas bilangan Reynold
yang dibedakan menjadi aliran laminer, aliran transisi, dan aliran turbulen, dengan
melihat dari gerakan daun kering yang bergerak lurus pada praktikum ini, maka
dapat disimpulkan aliran yang terjadi adalah aliran laminer. Hal ini dikarenakan
aliran air tersebut mengalir tenang dan tidak membentuk benang atau membentuk
gelombang. Hal-hal yang akan mempengaruhi aliran antar lain besar kecilnya
aliran dalam sungai itu dapat dilihat apakah aliran tersebut membentuk benang-
benang atau membentuk gelembung yang tidak beraturan.
Debit aliran air pada saluran terbuka sangat dipengaruhi oleh
lingkungannya. Hal ini dikarenakan air yang mengalir mengalami kontak
langsung dengan udara yang dapat mempengaruhi kecepatan aliran air tersebut.
Besar kecilnya kecepatan angin dan arah datangnya angin sangat berpengaruh
dalam waktu tempuh saat air itu bergerak.
Fungsi dari pengukuran debit aliran adalah untuk mengetahui seberapa
banyak air yang mengalir pada suatu sungai dan seberapa cepat air tersebut
mengalir dalam waktu satu detik, dengan mengetahui besar debit air maka akan
memudahkan dalam pembagian saluran irigasi. Arus yang mengalir di sungai-
sungai memiliki debit yang berbeda-beda, dengan menghitung debit airnya maka
kita dapat menentukan apakah air sungai tersebut mampu mengaliri saluran irigasi
atau tidak. Oleh karena itu menghitung debit air di bidang pertanian sangat
bermanfaat.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan didapat nilai debit aliran air pada pipa terbuka
yaitu:
1. Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat dalam
suatu tempat atau yang dapat di tampung dalam suatu tempat tiap satu satuan
waktu.
2. Dari praktikum ini didapatkan nilai Qrata-rata = 16,6 x 10-5 m3/s
3. Jenis aliran yang terjadi berdasarkan gerakan stereofoam yaitu aliran laminar.
Aliran laminer terjadi ketika debit kecil, arus membentuk lamina-lamina
(benang-benang) sehingga stereofoam bergerak lurus dipermukaan air.
4. Faktor yang mempengaruhi debit aliran air pada saluran terbuka yaitu luas
penampang, angin yang berhembus, luas permukaan stereofoam, tingkat
kekeringan stereofoam dan kecepatan aliran air.
B. Saran
Sebaiknya untuk percobaan debit aliran tidak hanya dilakukan pada
saluran terbuka saja, tetapi juga pada saluran tertutup, sehingga praktikan dapat
mengetahui perbedaan diantara keduanya. Kemudian sebaiknya dalam praktikum
ini diperlukan lebih banyak alat untuk praktikum agar dapat mengefisienkan
waktu dan keaktifan praktikannya agar praktikan dapat lebih bersungguh-sungguh
dan mendapatkan manfaat yang positif ketika dan setelah melaksanakan
praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Debit Aliran. http://sipil-inside.blogspot.com/2009/10/debit-aliran.html. Diakses 27 Mei 2011.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliranm Sungai. Gadjah Mada Univercity Press: Yogyakarta.
Harsoyo, Bangun. 1977. Pengelolaan Air Irigasi. Dinas Pertanian, Jawa Timur.
Halliday,D & Resnick,R. 1990. Fisika jilid 1. Erlangga: Jakarta
Kartasapoetra, A.G. dan Sutedjo Mulyani. 1986. Teknologi Pengairan Pertanian. Penerbit Bina Aksara: Jakarta.
Sosrodarsono, Suyono. 1985. Hidrologi Untuk Pengairan. Penerbit Pradnya. Paramita: Jakarta.
Suharto. 1991. Dinamika dan Mekanika. PT. Rineka cipta: Jakarta.