Laporan Prak 1 Dan 2
-
Upload
heniz-herwiyanti-kzg -
Category
Documents
-
view
246 -
download
1
Transcript of Laporan Prak 1 Dan 2
PRAKTIKUM 1 : ANALGETIC ANTIINFLAMATION
1. Efek yang diamati setelah 5% yeast di suntikan ke kaki tikus ?
2. Efek yang diamati setelah analgesic antiinflamasi di suntikan ke kaki tikus?
3. Apakah terdapat perbedaan onset dan durasi kerja analgesic antiinflamasi melalui oral atau
injeksi? Jelaskan !
4. Jelaskan mekanisme dari inflamasi!
5. Jelaskan mekanisme NSAID sebagai obat anti inflamasi!
Jawab
1. sebelum diberi yeast 5% di telapak kakinya , terlebih dahulu dilakukan pengukuran dengan
analgesicmeter. Pengukuran ini didapatkan hasil 280 mL. kemudian di tunggu sekitar 10 menit sebelum
di injeksi yeast 5%. Setelah di injeksi yeast 5% menimbulkan efek telapak kaki menggelembung atau
udema. Kemudian di ukur lagi menggunakan analgesicmeter didapatkan terjadi penurunan volume kaki
tikus menjadi 50 mL.
2. yang diamati setelah analgesic antiinflamasi di suntikan yakni volume yang ditunjukan pada
analgesicmeter, angka yang ditunjukan analgesic meter menunjukan efek analgesic terhadap inflamasi
yang timbul setelah diberi yeast pada telapak kakinya. Pada menit keberapa obat antiinflamasi bekerja
untuk tikus tersebut.
3. iya. Onset pada analgesic antiinflamasi melalui injeksi lebih cepat di banding onset melalui
oral. Sedangkan durasi nya lebih cepat peroral disbanding injeksi subkutan. Menurut literature
dijelaskan bahwa onset paling cepat adalah intraperitonial, intramuscular, subkutan, peroral. Hal ini
terjadi karena :
· Intraperitonial mengandung banyak pembuluh darah sehingga obat langsung masuk ke dalam
pembuluh darah.
· Intramuscular mengandung lapisan lemak yang cukup kecil sehingga obat akan terhalang oleh lemak
sebelum terabasorbsi.
· Subkutan mengandung lemak yang cukup banyak.
· Peroral disini obat akan mengalami rute yang panjang untuk mencapai reseptor karena melalui saluran
cerna yang memiliki banyak factor penghambat seperti protein plasma.
Dan durasi paling cepat adalah peroral, intraperitonial, intramuscular, subkutan. Hal ini
terjadi karena :
· Peroral, karena melalui saluran cerna yang memiliki rute cukup panjang dan banyak factor
penghambat maka konsentrasi obat yang terabsorbsi semakin sedikit dan efek obat lebih cepat.
· Intraperitonial, disini obat langsung masuk ke pembuluh darah sehingga efek yang dihasilkan lebih
cepat dibandingkan intramuscular dan subkutan karena obat di metabolisme serempak sehingga
durasinya agak cepat.
· Intramuscular, terdapat lapisan lemak yang cukup banyak sehingga obat akan konstan dan lebih tahan
lama.
· Subkutan, terdapat lapisan lemak yang paling banyak sehingga durasi lebih lama disbanding
intramuscular.
4. Radang atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.
Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia (histamin, bradikinin, serotonin, leukotrien, dan prostaglandin)
yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator radang di dalam sistem kekebalan untuk
melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi.
Peradangan adalah sinyal-dimediasi menanggapi penghinaan seluler oleh agen infeksi, racun, dan
tekanan fisik. Sementara peradangan akut adalah penting bagi respon kekebalan tubuh, peradangan
kronis yang tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan jaringan ( autoimunitas , neurodegenerative,
penyakit kardiovaskular).
Stimulasi oleh trauma atau patogen → reaksi fase akut
■trombosit adhesi, vasokonstriksi pembuluh eferen
■ sitokin dilatasi vaskular diinduksi aferen (vasodilatasi menyebabkan peningkatan aliran darah
(kemerahan, panas lokal) untuk terinfeksi / rusak daerah
■aktivasi sistem komplemen , sistem pembekuan darah , sistem fibrinolitik , dan sistem kinin
■ leukocyte adhesion cascade celah endotel meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dan
memungkinkan ekstravasasi protein serum (eksudat) dan leukosit (→ neutrofil → makrofag → limfosit )
dengan jaringan yang dihasilkan pembengkakan
■fagositosis dari bahan asing dengan pembentukan nanah
5. Obat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan NSAID (Non
Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda
nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk
membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. NSAID bukan
tergolong obat-obatan jenis narkotika.
Mekanisme kerja NSAID didasarkan atas penghambatan isoenzim COX-1 (cyclooxygenase-1) dan COX-2
(cyclooxygenase-2). Enzim cyclooxygenase ini berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan
tromboksan dari arachidonic acid. Prostaglandin merupakan molekul pembawa pesan pada proses
inflamasi (radang).
PRAKTIKUM 2 : ANESTESI LOKAL
1. Jelaskan perbedaan apakah yang diamati pemberian obat Lidokain dan Pehacain pada tikus!
2. Mengapa perbedaan tersebut terjadi?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya nyeri?
4. Bagaimana mekanisme kerja obat anestesi local lidokain atau pehacain?
Jawab :
1. perbedaan pemberian obat lidokai dan pehacain dilihat dari onset dan durasi kerja obat anestesi
local dari lidokain dan pehacain.
2. perbedaan terjadi dikarenakan kandungan atau isi dari obat lidokai dan pehacain itu sendiri,
lidokain hanya berisi lidokain, sedangkan pehacain campuran dari lidokain dan
adrenalin/ephineprin. Lidokain memiliki indeks terapi yang luas dari penggunaan klinik sebagai
anestesi lokal ; ini digunakan pada sebahagian besar aplikasi ketika diperlukan anestesi lokal dari
durasi tingkat menengah. Lidocain sering digunakan sebagai agen antiarrhytmia. Lidokain cepat
menghasilkan, lebih intens, lebih tahan lama dan merupakan anastesi lebih luas daripada prokain
dengan konsentrasi yang sama. Sedangkan pehacain yang mengandung lidokain & adrenalin akan
memperlama durasi , kerja anestesi obat akan lebih panjang serta penambahan adrenalin sebagai
vasokonstriktor akan memfokuskan obat ansetesi pada pembuluh darah yang menyempit.
3. Ketika jaringan hancur atau diserang oleh leukosit dalam peradangan, banyak mediator yang
disampaikan oleh sirkulasi dan / atau dibebaskan dari penduduk dan berimigrasi sel pada situs. Mediator
Proalgesic termasuk sitokin pro inflamasi, kemokin, proton, faktor pertumbuhan saraf, dan
prostaglandin, yang diproduksi dengan menyerang leukosit atau sel penduduk. Mediator analgesik,
yang melawan rasa sakit, juga diproduksi di jaringan meradang. Ini termasuk anti-inflamasi sitokin dan
peptida opioid. Interaksi antara leukosit yang diturunkan dari peptida opioid dan reseptor opioid
dapat menyebabkan ampuh, penghambatan klinis yang relevan dari nyeri (analgesik). Reseptor opioid
yang hadir pada ujung perifer dari neuron sensorik. Peptida opioid disintesis dalam sirkulasi leukosit,
yang bermigrasi ke jaringan meradang disutradarai oleh kemokin dan molekul adhesi.
Dalam kondisi stres atau dalam menanggapi melepaskan agen (misalnya kortikotropin-releasing factor,
sitokin, noradrenalin), leukosit dapat mengeluarkan opioid.
4. Anestesi lokal mengganggu fungsi saluran ion di dalam membran sel neuron mencegah transmisi
potensial aksi saraf. Hal ini diduga terjadi melalui pengikatan spesifik dari molekul anestesi lokal
(dalam bentuk terionisasi mereka) untuk saluran natrium, menahan mereka dalam keadaan tidak
aktif sehingga depolarisasi lebih lanjut dapat terjadi. Efek ini dimediasi dari dalam sel, sehingga
anestesi lokal harus melintasi membran sel sebelum dapat mengerahkan efeknya. Mekanisme
kedua juga berpikir untuk beroperasi, melibatkan gangguan fungsi saluran ion oleh penggabungan
molekul anestesi lokal ke dalam membran sel (teori ekspansi membran). Ini adalah pemikiran yang
akan dimediasi terutama oleh bentuk serikat bertindak dari luar neuron. Serat saraf berbeda dalam
kepekaan mereka untuk anestesi lokal. Serabut saraf kecil lebih sensitif dari serabut saraf besar
sementara serat myelinated diblokir sebelum serat non-myelinated dari diameter yang sama.
Dengan demikian hilangnya fungsi saraf sebagai hasil hilangnya rasa sakit, temperatur, sentuhan,
proprioception, dan kemudian otot rangka. Inilah sebabnya mengapa orang masih dapat merasakan
sentuhan tetapi tidak sakit saat menggunakan anestesi lokal.