Laporan-PPB-1 FJR.doc

18
I. PROSESING DAN PENYIMPANAN BENIH A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Benih sebagai salah satu bahan dasar dalam budidaya tanaman memegang peranan yang sangat penting baik dalam memperbanyak tanaman maupun dalam mendapatkan produk hasil tanamannya. Benih sebagai komoditi perdagangan dan sebagai unsur baku yang mempunyai peranan penting dalam produksi pertanian. Benih bermutu dengan kualitas yang tinggi selalu diharapkan oleh petani. Oleh karena itu, benih harus selalu dijaga kualitasnya sejak diproduksi oleh produsen benih, dipasarkan hingga sampai di tangan petani untuk proses penanaman. Pengolahan benih atau prosesing dan penyimpanan suatu kegiatan di antara kegiatan lainnya dalam teknologi benih memiliki arti yang sangat penting. tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk menjamin persediaan benih yang bermutu bagi suatu program penanaman bila diperlukan. Jika waktu penyemaian dilaksanakan segera setelah pengumpulan benih maka benih dapat langsung digunakan di persemian sehingga penyimpanan tidak diperlukan. Akan tetapi hal ini sangat jarang terjadi karena biasanya pada daerah dengan iklim 1

Transcript of Laporan-PPB-1 FJR.doc

Page 1: Laporan-PPB-1 FJR.doc

I. PROSESING DAN PENYIMPANAN BENIH

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Benih sebagai salah satu bahan dasar dalam budidaya tanaman

memegang peranan yang sangat penting baik dalam memperbanyak

tanaman maupun dalam mendapatkan produk hasil tanamannya. Benih

sebagai komoditi perdagangan dan sebagai unsur baku yang mempunyai

peranan penting dalam produksi pertanian. Benih bermutu dengan kualitas

yang tinggi selalu diharapkan oleh petani. Oleh karena itu, benih harus

selalu dijaga kualitasnya sejak diproduksi oleh produsen benih, dipasarkan

hingga sampai di tangan petani untuk proses penanaman.

Pengolahan benih atau prosesing dan penyimpanan suatu kegiatan di

antara kegiatan lainnya dalam teknologi benih memiliki arti yang sangat

penting. tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk menjamin

persediaan benih yang bermutu bagi suatu program penanaman bila

diperlukan. Jika waktu penyemaian dilaksanakan segera setelah

pengumpulan benih maka benih dapat langsung digunakan di persemian

sehingga penyimpanan tidak diperlukan. Akan tetapi hal ini sangat jarang

terjadi karena biasanya pada daerah dengan iklim musim penanaman pendek

sangat tidak memungkinkan untuk langsung menyemai benih, sehingga

benih perlu disimpan untuk menunggu saat yang tepat untuk disemai.

Penyimpanan benih yang kurang baik akan menyebabkan benih

mengalami kemunduran fisiologis. Kemunduran ini tidak dapat dicegah

tetapi dapat ditekan lajunya dengan mengendalikan faktor yang berpengaruh

selama penyimpanan benih yaitu suhu, kadar air benih dan kelembaban.

Salah satu cara untuk mempertahankan daya simpan benih adalah dengan

penetapan kadar air yang tepat saat benih disimpan sehingga benih dapat

disimpan dalam waktu yang cukup lama tanpa menurunkan viabilitas benih.

Sehingga dengan adanya praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat

mengetahui cara prosesing dan penyimpanan benih yang tepat.

1

Page 2: Laporan-PPB-1 FJR.doc

2

2. Tujuan Praktikum

Tujuan Praktikum Prosesing dan Penyimpanan benih ini adalah

untuk mengetahui cara prosesing benih dan untuk mengetahui cara

penyimpanan benih.

B. Tinjauan Pustaka

Pengolahan benih merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan

untuk menghasilkan benih padi yang bermutu tinggi. Proses pengolahan benih

tersebut antara lain meliputi kegiatan : penerimaan hasil panen, pengeringan,

pembersihan atau sortasi, pengujian, pengemasan dan penyimpanan. Setiap

kegiatan dari rangkaian proses pengolahan benih tersebut akan sangat

mempengaruhi kualitas benih yang dihasilkan (Sopandai 2013).

Penyimpanan dalam rangka pembenihan mempunyai arti yang luas,

karena yang diartikan penyimpanan di sini adalah sejak benih itu mencapai

kemasakan fisiologisnya sampai ditanam. Adapun tempat dan waktu

penyimpanannya bisa terjadi ketika benih masih berada pada tanaman, di

gudang penyimpanan atau dalam rangka pengiriman benih itu ke tempat atau

daerah yang memerlukan. Selama penyimpanan benih, proses fisiologis tetap

berlangsung sehingga harus diusahakan agar proses ini berjalan seminimal

mungkin (Justice 2005).

Dua faktor penting selama penyimpanan benih yaitu suhu dan

kelembaban udara. Umumnya benih dapat dipertahankan tetap baik dalam

jangka waktu yang cukup lama, bila suhu dan kelembaban udara dapat dijaga

maka mutu benih dapat terjaga. Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas

benih selama penyimpanan dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan

eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik, daya tumbuh dan vigor,

kondisi kulit dan kadar benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasan benih,

komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan (Hendarto 2003).

Perlakuan yang terbaik pada benih ialah menanam benih atau

disemaikan segera setelah benih-benih itu dikumpulkan atau dipanen, jadi

mengikuti cara-cara alamiah, namun hal ini tidak selalu mungkin karena

musim berbuah tidak selalu sama. Tujuan penyimpanan yaitu menjaga biji

Page 3: Laporan-PPB-1 FJR.doc

3

agar tetap dalam keadaan baik (daya kecambah tetap tinggi), melindungi biji

dari serangan hama dan jamur. Ada dua faktor yang penting selama

penyimpanan benih yaitu, suhu dan kelembaban udara. Umumnya benih dapat

dipertahankan tetap baik dalam jangka waktu yang cukup lama, bila suhu dan

kelembaban udara dapat dijaga maka mutu benih dapat terjaga. Untuk itu

perlu runag khusus untuk penyimpanan benih (Fuat 2011).

Benih orthodox tahan terhadap pengeringan dan suhu penyimpanan yang

rendah, yaitu pada suhu 0-5o C dengan kadar air benih 5-7%. Dalam kondisi

penyimpanan yang optimal, benih yang orthodox akan mampu disimpan

sampai beberapa tahun. Pada saat masak, kadar air benih pada kebanyakan

benih orthodox sekitar 6-10%. Benih orthodox banyak ditemukan pada zona

arid, semi arid dan pada daerah dengan iklim basah, di samping itu juga ada

yang ditemukan pada zona tropis dataran tinggi. Benih recalsitrant

didefinisikan sebagai benih yang tidak tahan terhadap pengeringan dan suhu

penyimpanan yang rendah, kecuali untuk beberapa species temperate

recalcitrant (Schmidt 2000).

Secara praktis, benih ortodoks dapat disimpan pada suhu kamar (28oC)

atau ruang sejuk (12oC), bergantung pada lama penyimpanan dan kadar air

benih yang akan disimpan. Apabila daya berkecambah benih dipertahankan

diatas 80% (sesuai standar daya berkecambah), maka kadar air benih harus

12% (dapat dicapai melalui pengeringan dengan sinar matahari pada musim

kemarau) agar daya berkecambah benih masih dapat dipertahankan sampai 10

bulan penyimpanan pada suhu kamar (28oC). Kalau kadar air benih dapat

diturunkan hingga 10%, daya berkecambah benih dapatdipertahankan sampai

14 bulan, dan lebih dari 14 bulan kalau kadar air benih pada saat disimpan 8%.

Daya berkecambah benih setelah penyimpanan 14 bulan masih tinggi (89,3%).

Di lain pihak, pada kadar air 14%, benih hanya tahan disimpan selama delapan

bulan, dan pada kadarair 16% hanya tahan disimpan sampai empat bulan

(Azrai et al. 2003)

Page 4: Laporan-PPB-1 FJR.doc

4

Proses pengeringan merupakan salah satu proses yang dapat

mempengaruhi kualitas benih yang dihasilkan. Prinsip pengeringan merupakan

proses penurunan kadar air calon benih sampai nilai yang dikehendaki

sehingga diperoleh benih yang dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup

lama. Benih padi lebih tahan simpan, salah satu penyebabnya yaitu kulit biji

yang dilindungi oleh perikarp, testa serta kulit biji yang keras berupa lemma

dan palea. Kadar air benih padi yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari

13 % (Saenong et al. 2009).

C. Metodologi Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum acara Prosesing dan Penyimpanan Benih dilaksanakan

pada hari Kamis tanggal 15 Oktober 2014 bertempat di Laboratorium

Ekologi Manajemen dan Produksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas

Sebelas Maret, Surakarta.

2. Alat dan Bahan

a. Alat :

1) Pisau

2) Wadah (gelas aqua)

3) Nampan

4) Petridish

5) Kertas buram

6) Seed moisture tester.

b. Bahan :

1) Biji jagung 15 biji

2) Biji jeruk 15 biji

3) Abu dapur

3. Cara Kerja

a. Prosesing benih

1) Memisahkan antara biji dengan buah, malai/tongkol dengan cara

membelah buah, mengupas, memipil, dan lain sebagainya.

2) Menghilangkan pulp yang menempel pada biji.

Page 5: Laporan-PPB-1 FJR.doc

5

b. Penyimpanan Benih

1) Mengukur kadar air benih sebelum dan sesudah dilakukan

penyimpanan.

2) Menyimpan benih ortodoks pada kertas yang dibungkus, disimpan di

tempat yang kering selama 1 bulan.

3) Menghitung daya kecambah sebelum dan sesudah penyimpanan,

serta mengamati kapan saat muncul tunas.

4) Menyimpan benih rekalsitran pada wadah yang berisi abu dapur

selama 1 bulan.

5) Menghitung daya kecambah sebelum dan sesudah penyimpanan,

serta mengamati kapan saat muncul tunas.

6) Menyimpan benih rekalsitran dan ortodoks dengan sistem curah

(pada wadah terbuka) selama 1 bulan, menghitung daya kecambah

sebelum dan sesudah penyimpanan, serta mengamati kapan saat

muncul tunas dan membandingkan dengan metode penyimpanan

diatas.

D. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil PengamatanTabel 1.1 Hasil Pengamatan Prosesing dan Penyimpanan Benih Jagung

(Zea mays) dan Benih Jeruk (Citrus sp.)

Benih Perlakuan Penyimpanan Jumlah Biji

Kadar Air

Benih

Kondisi benih

KK (%)

DK (%)

Jagung(Zea

mays)

Kertas Sebelum 5 33 Baik 80 100Sesudah 5 11,06 Baik 100 100

Curah Sebelum 5 33 Baik 80 100Sesudah 5 11,5 Baik 0 0

Jeruk(Citrus

sp.)

Abu dapur Sebelum 5 30,9 Baik 0 0

Sesudah 5 10,8 Buruk 0 0Curah Sebelum 5 30,9 Baik 0 0

Sesudah 5 10,1 Buruk 0 0Sumber: Laporan Sementara

Page 6: Laporan-PPB-1 FJR.doc

6

Gambar 1.1 Benih Jagung pada Perlakuan Kertas

Gambar 1.2 Benih Jagung pada Perlakuan Curah

Gambar 1.3 Benih jeruk perlakuan abu dapur

Gambar 1.4 Benih jeruk pada perlakuan curah

2. Pembahasan

Menurut Sutopo (2002) prosesing benih setelah panen meliputi

pengumpulan benih, pembersihan, pengeringan, sortasi, grading dan

kegiatan-kegiatan khusus lainnya. Prosesing benih saat praktikum

menggunakan benih jagung dan benih jeruk. Benih jagung cara

prosesingnya dilakukan dengan memisahkan biji jagung dari tongkolnya

(memipil). Sedangkan benih jeruk dilakukan proses ekstraksi dengan cara

memisahkan benih dari pulp buah jeruk. Setelah dilakukan prosesesing

benih kemudian benih disimpan, penyimpanan benih tergantung pada

jenis benih menurut kadar airnya. Kadar air benih merupakan salah satu

faktor yang sangat mempengaruhi daya simpan benih. Kadar air benih

dapat diketahui dengan menggunakan alat Seed moisture tester.

Menurut kadar airnya benih dibedakan menjadi 2 yaitu benih

ortodoks dan benih rekalsistran. benih ortodok yang membutuhkan

Page 7: Laporan-PPB-1 FJR.doc

7

kelembaban rendah dan benih rekalsitran yang membutuhkan

kelembaban tinggi. Benih ortodoks tahan terhadap pengeringan dan suhu

penyimpanan yang rendah, yaitu pada suhu 0 - 5o C dengan kadar air

benih 5 - 7%. Dalam kondisi penyimpanan yang optimal, benih yang

orthodox akan mampu disimpan sampai beberapa tahun. Pada saat

masak, kadar air benih pada kebanyakan benih orthodox sekitar 6 - 10%.

Benih orthodox banyak ditemukan pada zona arid, semi arid dan pada

daerah dengan iklim basah, di samping itu juga ada yang ditemukan pada

zona tropis dataran tinggi. Penyimpanan dapat dilakukan dengan

menggunakan wadah seperti : karung kain, toples kaca/ plastik, plastik,

laleng, dll. Setelah itu benih dapat di simpan pada suhu kamar atau pada

temperature rendah cold storage umumnya pada suhu 2 - 5oC.

Menurut Kuswanto (2003) prosesing benih ortodoks dilakukan

proses pengeringan supaya kadar air benih berkurang hingga tahap

tertentu yang aman untuk penyimpanan. Penurunan kadar air benih ini

bertujuan untuk menekan laju respirasi benih. Semakin rendah kadar air

benih, laju respirasi akan semakin rendah pula, sehingga benih dapat

disimpan lebih lama karena laju deteriorisasinya lambat. Namun kadar

air benih yang terlalu rendah justru dapat menyebabkan benih menjadi

pecah atau mudah mengalami kerusakan.

Menurut Schmidt (2000) benih recalsitran didefinisikan sebagai

benih yang tidak tahan terhadap pengeringan dan suhu penyimpanan

yang rendah, kecuali untuk beberapa species temperate recalcitran.

Tingkat toleransinya tergantung dari species masing-masing, umtuk

benih species dari daerah tropik kadar air benih yang dianjurkan untuk

penyimpanan adalah 20-35% dan suhu penyimpanan 12-15o C.

kebanyakan benih recalsitran hanya mampu disimpan beberapa hari

sampai dengan beberapa bulan. Benih recalsitrant pada waktu masak,

kadar air benih sekitar 30-70%. Benih recalsitran banyak ditemukan pada

species dari zona iklim tropis basah, hutan hujan tropis, dan hutan

Page 8: Laporan-PPB-1 FJR.doc

8

mangrove, beberapa ditemukan pada zona temperate dan sedikit

ditemukan pada zona panas.

Benih rekalsitran mempunyai kadar air tinggi, untuk itu dalam

penyimpanan kadar air benih perlu dipertahankan selama penyimpanan

agar kelembaban tetap terjaga dan benih mampu bertahan tetap baik

hingga waktu penanaman tiba. Penyimpanan benih ini dapat

menggunakan serbuk gergaji atau serbuk arang/arang sekam seperti yang

dilakukan dalalm praktikum kali ini. Sebaliknya, benih-benih ortodok

membutuhkan penyimpanan yang kadar airnya harus dipertahankan

untuk tetap rendah. Hal ini dilakukan karena bibit ortodok akan

berkecambah atau dimungkinkan akan terserang penyakit apabila kadar

air dan kelembaban lingkungannya tinggi (melebihi batas kelembaban

untuk penyimpanan).

Penyimpanan pada saat praktikum, benih jagung merupakan

benih ortodok disimpan dalam 2 perlakuan yang berbeda yaitu

penyimpanan dengan sistem curah dan dalam kertas buram. Sedangkan

benih jeruk merupakan benih rekalsistran yang disimpan dalam abu

dapur dan kertas buram. Menurut Schmidt (2000) manfaat prosesing dan

penyimpanan benih adalah menjamin persediaan benih yang bermutu

bagi suatu program penanaman bila diperlukan. Jika waktu penyemaian

dilaksanakan segera setelah pengumpulan benih maka benih dapat

langsung digunakan di persemaian sehingga penyimpanan tidak

diperlukan. Akan tetapi kasus semacam ini sangat jarang terjadi, hal ini

disebabkan karena pada daerah dengan iklim musim yang memiliki

musim penanaman pendek sangat tidak memungkinkan untuk langsung

menyemai benih, sehingga benih perlu disimpan untuk menunggu saat

yang tepat untuk disemai.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan sebelum dan

sesudah penyimpanan dkiketahui terdapat berbedaan kondisi benih

terutama pada penurunan kadar air saat sesudah disimpan. Pada benih

ortodoks jagung pada perlakuan kertas dan curah kondisi benih sebelum

Page 9: Laporan-PPB-1 FJR.doc

9

dan sesudah disimpan baik semua, dapat dilihat melalui kondisi benih

yang tidak terdapat cacat sama sekali dan perkecambahan benih

berlangsung normal. Pada perlakuan kertas dan curah pada penyimpanan

benih jagung terjadi penurunan kadar air, pada perlakuan kertas sebelum

disimpan berkadar air 33% sesudah disimpan menurun menjadi 11,06%.

Pada perlakuan curah kadar air dari 33% menjadi 11,5%. Penurunan

kadar air terjadi kerena terjadi perbedaan tekanan kadar air dalam benih

yang lebih besar dari kadar air lingkungan tepat penyimpanannya.

Penyimpanan benih jagung mempengaruhi perkecamabahan

benih, Kecepatan Kecambah dan Daya Kecambah benih pada perlakuan

kertas lebih baik sesudah disimpan dari sebelum disimpan. Hal ini terjadi

karena kadar air benih sesudah disimpan yang rendah sehingga laju

respirasi menurun sehingga cadangan makanan tersedia cukup untuk

perkecambahan. Perlakuan curah sebelum penyimpanan menunjukan KK

80% dan DK 100%, sedangkan sesudah disimpan benih hilang karena

dimakan tikus saat dikecambahan.

Pada benih rekalsistran jagung pada perlakuan kertas dan curah

kondisi benih sebelum dan sesudah disimpan baik semua, dapat dilihat

melalui kondisi benih yang tidak terdapat cacat sama sekali tetapi tidak

terjadi proses perkecambahan sama sekali. Pada perlakuan kertas dan

curah pada penyimpanan benih jeruk terjadi penurunan kadar air, pada

perlakuan kertas sebelum disimpan berkadar air 30,9% sesudah disimpan

menurun menjadi 10,8%. Pada perlakuan curah kadar air dari 30,9%

menjadi 10,1%. Penurunan kadar air terjadi kerena terjadi perbedaan

tekanan kadar air dalam benih yang lebih besar dari kadar air lingkungan

tepat penyimpanannya.

Penyimpanan benih tidak mempengaruhi perkecamabhan benih,

Kecepatan Kecambah dan Daya Kecambah benih pada perlakuan abu

dapur tidak ada bedanya dibanding dengan perlakuan curah. Hal ini

terjadi karena saat dikecambahkan benih berjamur. Sehingga perlakuan

Abu dapur sebelum penyimpanan menunjukan KK 0% dan DK 0%,

Page 10: Laporan-PPB-1 FJR.doc

10

sedangkan sesudah disimpan benih hilang karena dimakan tikus saat

dikecambahakan. Pengaruh lama penyimpanan terhadap keadaan kondisi

fisik dan kemampuan tumbuh benih adalah pada umumnya semakin lama

disimpan maka viabilitasnya akan semakin menurun. Mundurnya

viabilitas benih merupakan proses yang berjalan bertingkat dan kumulatif

akibat perubahan yang diberikan kepada benih. Selama penyimpanan,

benih akan mengalami kemunduran baik morfologi maupun fisiologi dan

dengan berlangsungnya proses respirasi benih menghasilkan panas, air

dan karbondioksida maka akan terjadi pengurangan zat makanan di

dalam benih yang akhirnya benih akan menurunkan daya kecambah dan

kecepatan kecambah benih.

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil pengamatan

dan pembahasan acara Prosesing dan Penyimpanan Benih adalah:

a. Prosesing benih meliputi kegiatan yang dilakukan setelah benih

tersebut dipanen, yaitu pengumpulan benih, pembersihan,

pengeringan, sortasi, grading dan kegiatan-kegiatan khusus lainnya.

b. Kadar air yang tinggi pada waktu panen dapat mempengaruhi daya

simpan benih, sehingga dapat diatasi dengan cara pengeringan,

sebelum dilakukan penyimpanan.

c. Menurut kadar airnya benih dibedakan menjadi 2 yaitu benih

ortodoks dan benih rekalsistran. benih ortodok yang membutuhkan

kelembaban rendah dan benih rekalsitran yang membutuhkan

kelembaban tinggi.

d. Pada perlakuan kertas dan curah pada penyimpanan benih jagung

terjadi penurunan kadar air, pada perlakuan kertas sebelum disimpan

ber kadar air 33% sesudah disimpan menurun menjadi 11,06%. Pada

perlakuan curah kadar air dari 33% menjadi 11,5%.

e. Pada perlakuan kertas dan curah pada penyimpanan benih jeruk

terjadi penurunan kadar air, pada perlakuan kertas sebelum disimpan

Page 11: Laporan-PPB-1 FJR.doc

11

berkadar air 30,9% sesudah disimpan menurun menjadi 10,8%. Pada

perlakuan curah kadar air dari 30,9% menjadi 10,1%.

f. Penurunan kadar air terjadi kerena terjadi perbedaan tekanan kadar

air dalam benih yang lebih besar dari kadar air lingkungan tepat

penyimpanannya.

2. Saran

Praktikum acara Prosesing dan Penyimpanan Benih ini telah

berlangsung dengan baik dan tertib, untuk praktikum-praktikum kedepan

diharapkan berjalan sebaik ini atau lebih baik lagi.

Page 12: Laporan-PPB-1 FJR.doc

DAFTAR PUSTAKA

Azrai, Rahmawati, Ramlah Arief dan Sania Saenong. 2003. Pengelolaan Benih Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/bjagung/sebelas.pdf;diakses pada tanggal 19 Desember 2010.

Fuat. 2011. Penyimpanan dan Dormansi Benih. http://marufah.blog.uns.ac.id. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2013.

Hendarto K 2003. Teknologi Pemprosesan, Pengemasan dan Penyimpanan Benih. Yogyakarta: Kanisius.

Justice OL 2005. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kuswanto H 2003. Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan Benih. Kanisius. Yogyakarta.

Saenong, S.Syahfrudin, N. Widiyati dan R. Arief 2009. Penetapan cara pendugaan daya simpan benih Padi. Teknologi unggulan pemacu pembangunan pertanian. Vol. 2. No 29-29. Januari 2009.

Schmidt L 2000. Pedoman Penanganan Benih Hutan Tropis dan Sub Tropis. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Sopandai W 2013. Pengaruh Kombinasi Kadar Air Benih. http://oneanomali.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2013.

Sutopo L 2002. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta.