Laporan PKL Farmakognosi.docx

36
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Farmasi adalah ilmu atau seni yang mempelajari tentang peracikan dan pembuatan obat. Dalam dunia farmasi ada beberapa ilmu yang digunakan untuk mendukung pembuatan dan peracikan obat tersebut, salah satunya adalah farmakognosi. Farmakognosi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat alami yang telah melewati berbagai macam uji seperti uji farmakodinamik, uji toksikologi dan uji biofarmasetika. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan modern yang semakin pesat dan canggih di zaman sekarang ini, ternyata tidak mampu menggeser atau mengesampingkan begitu saja obat tradisional, tetapi justru hidup berdampingan dan saling melengkapi. Hal ini terbukti dari banyaknya peminat pengobatan tradisional. Namun yang menjadi masalah dan kesulitan bagi para peminat obat tradisional adalah kurangnya pengetahuan dan informasi yang memadai mengenai berbagai jenis tumbuhan yang dipakai sebagai obat tradisional 1

Transcript of Laporan PKL Farmakognosi.docx

Page 1: Laporan PKL Farmakognosi.docx

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Farmasi adalah ilmu atau seni yang mempelajari tentang peracikan

dan pembuatan obat. Dalam dunia farmasi ada beberapa ilmu yang

digunakan untuk mendukung pembuatan dan peracikan obat tersebut, salah

satunya adalah farmakognosi. Farmakognosi merupakan salah satu ilmu

yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat

digunakan sebagai obat alami yang telah melewati berbagai macam uji

seperti uji farmakodinamik, uji toksikologi dan uji biofarmasetika.

Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan modern yang semakin

pesat dan canggih di zaman sekarang ini, ternyata tidak mampu menggeser

atau mengesampingkan begitu saja obat tradisional, tetapi justru hidup

berdampingan dan saling melengkapi. Hal ini terbukti dari banyaknya

peminat pengobatan tradisional. Namun yang menjadi masalah dan

kesulitan bagi para peminat obat tradisional adalah kurangnya

pengetahuan dan informasi yang memadai mengenai berbagai jenis

tumbuhan yang dipakai sebagai obat tradisional untuk pengobatan

penyakit tertentu ( Dalimartha, 2000).

Prospek pengembangan produksi tanaman obat semakin pesat saja

mengingat perkembangan indunstri obat modern dan obat tardisional terus

meningkat.kondisi ini terus dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang

semakin meningkat tentang manfaat tanaman sebagai obat.masyarakat

semakin sadar akan pentingnya kembali ke alam (back to nature) dengan

memanfaatkan obat-obat alami. Banyak masyarakat untuk meningkatkan

derajat kesehatan dengan mengonsumsi produk alami ( djauhariya dan

hernani, 2004).

Memang obat modern berkembang cukup pesat, namun potensi

obat tradisional terutama yang berasal dari tumbuhan tetap tinggi. Hal ini

disebabkan obat tradisional dapat diperoleh tanpa resep dokter,dapat

1

Page 2: Laporan PKL Farmakognosi.docx

diramu sendiri, bahan baku tidak perlu diimpor, dan tanaman obat dapat

ditanam sendiri oleh pemakainya ( Djauhariya dan Hernani, 2004).

Tumbuhan merupakan gudang berbagai jenis senyawa kimia serta

beragam jenis sifat atau ciri-ciri yang dimilikinya yang dimanfaatkan

sebagai suatu tumbuhan obat. Hal semacam ini mempunyai hubungan

yang baikdengan objek yang dituju dalam hal ini manusia yang kemudian

dimanfaatkan untuk dikembangbiakkan atau dibudidayakan sebagai suatu

usaha atau bisnis tumbuhan obat yang dapat mendatangkan banyak

keuntungan serta memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat

khususnya sebagai konsumen.

Beragam upaya pun dilakukan dalam pencarian tumbuhan

berkhasiat obat dimulai dari mengidentifikasi kandungan zat kimia apa di

dalamnya serta bentuk morfologi dari tumbuhan tersebut yang

memberikan ciri khas. Namun, tidak semua pula tumbuhan berkhasiat

yang memberikan ciri khas itu dapat dikategorikan sebagai tumbuhan

berkhasiat obat. Oleh karena itu diadakannya praktek kerja lapangan ini

untuk mengetahui berbagai macam tumbuhan berkhasiat.

I.2 Tujuan Percobaan

1. Memahami dan mengetahui tekhnik pembuatan simplisia sebagai bahan

obat

2. Memahami dan mengetahui tanaman yang dapat dijadikan simplisia.

I.3 Manfaat

1. Mahasiswa mampu mengetahui tekhnik pembuatan simplisia sebagai

bahan obat.

2. Mahasiswa mampu mengetahui tanaman yang dapat dijadikan

simplisia.

2

Page 3: Laporan PKL Farmakognosi.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Lokasi PKL

Pelaksanaan PKL kali ini diikuti oleh angkatan 2013 baik S1

maupun D3 jurusan Farmasi. Seluruh peserta menempati rumah warga

yang dibagi dalam 12 posko. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 17-20

Juni 2014 di desa Taludaa, kecamatan Bone Pantai, kabupaten Bone

Bolango, provinsi Gorontalo. Desa itu masih terlihat asri dan sejuk serta

dikelilingi oleh gunung, dan pesisir pantai, bahkan lokasi posko kami tepat

berhadapan dengan pantai. Oleh karena itu suhu disana terasa dingin.

Karena di Taludaa dikelilingi oleh gunung-gunung, maka tidak heran

apabila di desa ini terdapat banyak tanaman obat, baik itu terdapat di

pekarangan rumah warga maupun yang terdapat di gunung. Beberapa jenis

tanaman yang terdapat di daerah ini memiliki fungsi dan khasiat yang

sangat baik untuk dijadikan bahan obat yang dibuat dalam bentuk

simplisia. Suasana di desa Taludaa sangat nyaman, masyarakat di desa

tersebut sangat ramah dan mereka menerima kedatangan kami dengan

baik.

II.2 Uraian Tentang Simplisia

II.2.1 Pengertian Simplisia

Simpisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa

bahan yang telah dikeringkan (Dirjen POM,1979).

II.2.2 Penggolongan Simplisia 

Simplisia terbagi 3 golongan yaitu (Team teaching, 2014):

1.    Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian

tanaman dan eksudat tanaman. Eskudat tanaman ialah isi yang spontan

keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya, dengan

cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara

tertentu yang masih belum berupa zat kimia murni.

3

Page 4: Laporan PKL Farmakognosi.docx

2.    Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan

atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat

kimia murni.

3.    Simplisia mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelican

(mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana

dan belum berupa zat kimia murni.

Selain ketiga jenis simplisia diatas juga terdapat hal lain, yaitu

benda organik asing yang disingkat benda asing, adalah satu atau

keseluruhan dari apa-apa yang disebut dibawah ini (Amin, 2010):

1.    Fragmen, merupakan bagian tanaman asal simplisia selain bagian

tanaman yang disebut dalam paparan makroskopik, atau bagian

sedemikian nilai batasnya disebut monografi.

2.    Hewan hewan asing, merupakan zat yang dikeluarkan oleh

hewan, kotoran hewan, batu tanah atau pengotor lainnya.

Kecuali yang dinyatakan lain, yang dimaksudkan dengan benda

asing pada simplisia nabati adalah benda asing yang berasal dari

tanaman. Simplisia nabati harus bebas serangga, fragme hewan, atau

kotoran hewan tidak boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak

boleh mengandung lendir, atau cendawan, atau menunjukkan adanya

zat pengotor lainnya.Pada perhitunganpenetapan kadar abu yang tidak

larut dalam asam, kadar abu yang larut dalam air , sari yang larut

dalam air, atau sari yang larut dalam etanol didasarkan pada simplisia

yang belum ditetapkan susut pengeringannya.Sedangkan susut

pengering sendiri adalah banyaknya bagian zat yang mudah menguap

termasuk air, tetapkan dengan cara pengeringan, kecuali dinyatakan

lain, dilakukan pada suhu 150 oC hingga bobot tetap.

II.2.3 Cara Pembuatan Simplisia 

Pembuatan simplisia merupakan proses memperoleh simplisia dari

alam yang baik dan memenuhi syarat-syarat mutu yang dikehendaki,

dengan langkah langkah sebagi berikut (Team teaching, 2014):

4

Page 5: Laporan PKL Farmakognosi.docx

1. Teknik pengumpulan

Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan tangan atau

menggunakan alat (mesin).Apabila pengambilan dilakukan secara

langsung (pemetikan) maka harus memperhatikan keterampilan si

pemetik, agar diperoleh tanaman/bagian tanaman yang dikehendaki,

misalnya dikehendaki daun yang muda, maka daun yang tua jangan

dipetik dan jangan merusak bagian tanaman lainnya.misalnya jangan

menggunakan alat yang terbuat dari logam untuk simplisia yang

mengandung senyawa fenol dan glikosa.

a. Waktu pengumpulan atau panen

Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia ditentukan oleh

waktu panen, umur tanaman, bagian tanaman yang diambil dan

lingkungan tempat tumbuhnya, pada umumnya waktu

pengumpulan sebagai berikut :

1) Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum

buah menjadi masak, contohnya, daun Athropa belladonna

mencapai kadar alkaloid tertinggi pada pucuk tanaman saat

mulai berbunga. Tanaman yang berfotosintesis diambil

daunnya saat reaksi fotosintesis sempurna yaitu pukul 09.00-

12.00.

2) Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.

3)   Buah dipetik dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu

dipetik sebelum buah masak.

4)   Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.

5)   Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber) dan umbi lapis

(bulbus), dikumpulkan sewaktu proses pertumbuhannya

berhenti.

b.  Bagian Tanaman

1) Klika batang/klika/korteks

Klika diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas

dengan ukuran panjang dan lebar tertentu, sebaliknya dengan

5

Page 6: Laporan PKL Farmakognosi.docx

cara berselang-seling dan sebelum jaringan kambiumnya,

untuk klika yang mengandung minyak atsiri atau senyawa

fenol gunakan alat pengelupas yang bukan terbuat dari logam.

2) Batang (Caulis)

Batang diambil dari cabang utama sampai leher akar,

dipotong-potong dengan panjang dan diameter tertentu.

3) Kayu (Lignum)

Kayu diambil dari batang atau cabang, kelupas kuliltnya

dan potong-potong kecil.

4) Daun (Folium)

Daun tua atau muda (daun kelima dari pucuk) dipetik

satu persatu secara manual.

5) Bunga (Flos)

Tergantung yang dimaksud, dapat berupa kuncup atau

bunga mekar atau mahkota bunga atau daun bunga, dapat

dipetik langsung dengan tangan.

6) Akar (Radix)

Bagian yang digunakan adalah bagian yang berada di

bawah permukaan tanah, dipotong-potong dengan ukuran

tertentu.

7) Rimpang (Rhizoma)

Tanaman dicabut, rimpang diambil dan dibersihkan dari

akar, dipotong melintang dengan ketebalan tertentu.

8) Buah (Fructus)

Dapat berupa buah yang masak, matang atau buah muda,

dipetik dengan tangan.

9) Biji (Semen)

Buah yang dikupas kulit buahnya menggunakan tangan

atau alat, biji dikumpulkan dan dicuci.

6

Page 7: Laporan PKL Farmakognosi.docx

10) Bulbus

Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan akar

dengan memotongnya.

2. Pencucian dan Sortasi Basah

Pencucian dan sortasi basah dimaksudkan untuk membersihkan

simplisia dari benda-benda asing dari luar (tanah, batu dan

sebagainya), dan memisahkan bagian tanaman yang tidak

dikehendaki.Pencucian dilakukan bagi simplisia utamanya bagian

tanaman yang berada di bawah tanah (akar, rimpang,), untuk

membersihkan simplisia dari sisa-sisa tanah yang melekat.

3. Perajangan

Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan

dan pewadahan setelah dicuci dan dibersihkan dari kotoran atau benda

asing, materi/sampel dijemur dulu ±1 hari kemudian dipotong-potong

kecil dengan ukuran antara 0,25-0,06 cm yang setara dengan ayakan

4/18 (tergantung jenis simplisia). Pembuatan serbuk simplisia kecuali

dinyatakan lain, seluruh simplisia harus dihaluskan menjadi serbuk

(4/18). Semakin tipis perajangan maka semakin cepat proses

pengeringan kecuali tanaman yang mengandung minyak menguap

perajangan tidak boleh terlalu tipis karena menyebabkan

berkurangnya atau hilangnya zat aktif. Sebaliknya bila perajangan

terlalu tebal pengeringannya lama dan mudah berjamur.

4. Pengeringan

Tujuan pengeringan pada tanaman atau bagian tanaman adalah :

1. Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan dapat

digunakan dalam jangka relatif lama.

2. Mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya pembusukan

oleh jamur atau bakteri karena terhentinya proses enzimatik dalam

jaringan tumbuhan yang selnya telah mati. Agar reaksi enzimatik

tidak dapat berlangsung, kadar air yang dainjurkan adalah kurang

dari 10 %.

7

Page 8: Laporan PKL Farmakognosi.docx

3. Mudah dalam penyimpanan dan mudah dihaluskan bila ingin

dibuat serbuk.

a. Pengeringan alamiah

Tergantung dari kandungan zat aktif simplisia,

pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Sinar matahari langsung, terutama pada bagian tanaman yang

keras (kayu, kulit biji, biji dan sebagainya) dan mengandung

zat aktif yang relatif stabil oleh panas)

2. Diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari secara

langsung, umumnya untuk simplisia bertekstur lunak (bunga,

daun dan lain-lain) dan zat aktif yang dikandungnya tidak

stabil oleh panas (minyak atsiri).

b. Pengeringan buatan

Cara pengeringan dengan ,menggunakan alat yang dapat

diatur suhu, kelembaban, tekanan atau sirkulasi udaranya.

5. Pewadahan dan penyimpanan simplisia

Sortasi kering dilakukan sebelum pewadahan simplisia

bertujuan memisahkan sisa-sisa benda asing atau bagian tanaman yang

tidak dikehendaki yang tidak tersortir pada saat sortasi

basah.Simplisia yang diperoleh diberi wadah yang baik dan disimpan

pada tempat yang dapat menjamin terpeliharanya mutu dari

simplisia.Wadah terbuat dari plastik tebal atau gelas yang berwarna

gelap dan tertutup kedap memberikan suatu jaminan yang memadai

terhadap isinya, wadah dari logam tidak dianjurkan agar tidak

berpengaruh terhadap simplisia. Ruangan penyimpanan simplisia

harus diperhatikan suhu, kelembaban udara dan sirkulasi udara

ruangannya.

8

Page 9: Laporan PKL Farmakognosi.docx

II.3 Uraian Tanaman

II.3.1 Keji beling (Dalimartha, 2006)

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Scrophulariales

Famili : Acanthaceae

Genus : Hemigraphis

Spesies : Hemigraphis alternata

b. Kandungan Kimia

Keji beling (Strobilanthes cripus) mengandung zat kimia yang

baik bagi kesehatan antar lain kalium, narium, kalsium, asam silikat,

alkaloida, saponin, flavonoida dan polilenoi.

c. Manfaat

Manfaat keji beling antara lain mengobati kencing batu, obat

sembelit, mengobati kencing manis, mengobati diabetes mellitus.

II.3.2 Daun coklat (Dalimartha, 2006)

a. Klasifikasi

Tanaman coklat

Divisi : Spermatophyta

Anak Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Anak Kelas : Dialypetalae

Bangsa : Malvales

Suku : Sterculiaceae

Marga : Theobroma

Jenis : Theobroma cacao L.

b. Kandungan Kimia

Cokelat terbuat dari biji cocoa yang kaya akan senyawa

beraroma bernama falovonoids, yang juga terdapat di daun teh,

9

Page 10: Laporan PKL Farmakognosi.docx

kebanyakan buah-buahan dan sayur-sayuran. Sampai saat ini, lebih

dari 4000 macam flavonoid yang telah diidentifikasikan. Tumbuh-

tumbuhan mensintesis senyawa yang dapat larut dalam air ini dari

asam amino phenylalanine dan asetat. Flavonoids berperan sebagai

antioksida, menetralkan efek-efek buruk dari radikal bebas yang

dapat menghancurkan sel-sel dan jaringan-jaringan tubuh. Satu

setengah ons batang cokelat hitam kira-kira memiliki 800 miligram

antioksida, kira-kira sama jumlahnya seperti yang terdapat di dalam

secangkir teh hitam.

Karbohidrat yang dibentuk oleh senyawa kimia dalam coklat

menghasilkan serotonin, yang membantu stimulasi otak sehingga kita

merasa santai dan tenang.

Dengan mengonsumsi coklat, tubuh akan menghasilkan

antioksidan yang membantu mencegah serangan jantung dan

mempertahankan daya tahan tubuh. Peneliti dari Univeristy California

menemukan kandungan senyawa flavan-3-ols dalam coklat yang

terbukti dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.

c. Manfaat

Beberapa manfaat cokelat dunia pengobatan masih menjadi

bahan penelitian di dunia saat ini. Di antaranya adalah:

1. Mengobati Batuk

Theobromine dalam cokelat disinyalir berfungsi

menyembuhkan batuk secara lebih baik dibandingkan obat batuk.

2. Mengurangi Resiko Stroke

Penelitian dari Universitas California mengungkapkan

bahwa cokelat memiliki pengaruh yang sama dengan aspirin

sebagai anti pembekuan darah. Cokelat membantu mencegah

pembekuan darah, sehingga mengurangi resiko terjadinya stroke.

3. Mencegah tekanan darah tinggi

Senyawa flavanol (antioksidan) dalam cokelat

diindikasikan dapat membantu mencegah tekanan darah tinggi.

10

Page 11: Laporan PKL Farmakognosi.docx

II.3.3 Temulawak (Dalimartha, 2006)

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma xanthorrhiza

b. Kandungan kimia

Dari hasil tes uji yang dilakukan oleh Balai penelitian tanaman

dan obat, diperoleh sejumlah zat / senyawa dalam rimpang temulawak

antara lain : Air 19,98%, pati 41,45%, serat 12,62%, abu 4,62%, abu

tak larut asam 0,56%, sari air 10,96%, sari alkohol 9,48%, dan

kurkumin 2,29%.Dari hasil pengujian tersebut, ditemukan juga

kandungan alkaloid, flavonoid, fenolik, triterpennoid, glikosida

tannin, saponin dan steroid

Selain itu, terdapat juga kandungan minyak atsiri sebesar

3,81%, meliputi : d-kamfer, sikloisoren, mirsen,p-toluil metikarbinol,

pati, d-kamfer, siklo isoren, mirsen, p-toluil metilkarbinol, falandren,

borneol, tumerol, xanthorrhizol, sineol, isofuranogermakren,

zingiberen, zingeberol, turmeron, artmeron, sabinen, germakron, dan

atlantone.

c. Manfaat

1. Penambah Nafsu Makan

Kandungan minyak atsiri dalam temulawak ternyata

memberikan efek karminativum, sehingga mengkonsumsi

temulawak dapat berguna untuk meningkatkan nafsu makan.

Inilah alasan mengapa temulawak sangat dianjurkan untuk

dikonsumsi anak-anak.

2. Mengobati Sakit Maag

11

Page 12: Laporan PKL Farmakognosi.docx

Kandungan serbuk rimpang ternyata mempunyai khasiat

untuk memperbaiki dan menetralkan produksi asam lambung.

Bahkan maag akut sekalipun akan berangsur-angsur sembuh jika

kita telaten meminum air sari temulawak.

3. Menjaga Kesehatan Organ Hati

Rimpang temulawak memiliki efek hepatoprotektor yaitu

sebagai detoksin (anti racun) pada organ hati manusia.

4. Memperbanyak Produksi ASI

5. Menghilangkan Jerawat

6. Mengatasi Gangguan Ginjal

II.3.4 Kumis kucing (Dalimartha, 2006)

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Famili : Lamiaceae

Genus : Orthosiphon

Spesies : Orthosiphon aristatus

b. Manfaat

Kumis kucing dapat digunakan untuk memperlancar

pengeluaran air kemih (diuretik), rematik, batuk, masuk angin,

sembelit, sakit pinggang, anti radang,  radang ginjal, batu ginjal,

kencing manis, albumiria, syphilis, hipertensi, infeksi ginjal akut dan

kronis, kencing manis, kencing batu, menghilangkan panas dan

lembab, infeksi kandung kemih (Cystitis), encok (Gout arthritis),

nyeri sendi, kencing berdarah, dan asam urat.

12

Page 13: Laporan PKL Farmakognosi.docx

II.3.5 Sambung nyawa (Dalimartha, 2006)

a. Klasifikasi

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Asterales (Campanulatae)

Familia : Asteraceae

Genus : Gynura

Species : Gynura procumbens (Lour) Merr

b. Kandungan kimia

Tanaman sambung nyawa mengandung flavonoid, sterol tak

jenuh, triterpenoid, polifenol, tanin, saponin, steroid, asam klorogenat,

asam kafeat, asam vanilat, asam para kumarat, asam para hidroksi

benzoat, dan minyak atsiri. Lebih spesifik lagi, dari hasil uji isolasi

flavonoid dilaporkan keberadaan 2 macam senyawa flavonoid, yaitu

kaemferol (suatu flavonol), flavonol, dan auron. Diduga juga

keberadaan isoflavon dengan gugus hidroksil pada posisi 6 atau 7, 8

(cincin A) tanpa gugus hidroksil pada cincin B.

c. Manfaat

Secara tradisional, sambung nyawa digunakan sebagai obat

penyakit ginjal, infeksi kerongkongan, menghentikan pendarahan, dan

penawar racun akibat gigitan binatang berbisa. Skrining fitokimia

daun sambung nyawa diduga berkhasiat sebagai anti kanker, antara

lain kanker kandungan, kanker payudara, dan kanker darah.

II.3.6 Sirih (Dalimartha, 2006)

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae.

Division : Magnoliophyta.

Class : Magnoliopsida.

Ordo : Piperales.

Family : Piperaceae.

13

Page 14: Laporan PKL Farmakognosi.docx

Genus : Piper.

Species : P. Betle

b. Kandungan kimia

Tanaman sirih, terutama pada bagian daunnya, mengandung

sejumlah zat yang dapat memberikan beberapa manfaat bagi manusia.

Daun sirih memiliki rasa dan aroma khas, yaitu rasa pedas dan bau

yang tajam. Rasa dan aroma ini disebabkan dari kavikol dan

bethelphenol dalam minyak asitri yg terkandung didalam daun sirih.

Selain itu juga, rasa dan aroma ini juga dipengaruhi oleh jenis sirih itu

sendiri, umur tanaman, jumlah intensitas sinar matahari yang sampai

kebagian daun, serta kondisi dari daun. Secara umum, daun sirih

mengandung minyak asitri yang berisikan senyawa kimia seperti fenol

serta senyawa turunannya antara lain kavikol, kavibetol, eugenol,

karvacol, dan allipyrocatechol. Kandungan daun sirih lainnya yaitu

karoren, asam nikotinat, riboflavin, tiamin, vitamin C, gula, tannin,

patin dan asam amino.

c. Manfaat

1. Air rebusan daun sirih dapat digunakan untuk membersihkan

mata.

2. Daun sirih juga dapat menghilangkan bau ketiak.

3. Bisa untuk mengobati gigi dan gusi bengkak. Daun sirih hijau,

dipercaya bisa untuk mengobati keputihan.

4. Mampu mengobati luka bakar.

5. Menghilangkan gatal-gatal di kulit.

6. Daun Sirih Hijau juga bisa untuk mengobati eksim, atau penyakit

kulit lainnya.

7. Cairan daun Sirih hijau, bisa untuk obat semprot hama dan tidak

mematikan tanaman. Penyakit dan kutu yang menyerang tanaman

bisa sirna.

8. Sirih Hhijau, daunnya juga dipercaya bisa untuk mengobati

demam berdarah.

14

Page 15: Laporan PKL Farmakognosi.docx

9. Daun sirih mampu untuk mengobati Asma

10. Daun sirih mampu mengobati radang tenggorokan

II.3.7 Jambu biji (Dalimartha, 2006)

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava L

b. Kandungan kimia

Buah, daun, dan kulit batang pohon jambu biji mengandung

tanin, sedang pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun

jambu biji juga mengandung zat lain kecuali tannin, seperti minyak

atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat,

asam guajaverin dan vitamin. Kandungan buah jambu biji (dalam 100

gr), yaitu Kalori 49 kal; Vitamin A 25 SI; Vitamin B1 0,02 mg;

Vitamin C 87 mg; Kalsium 14 mg; Hidrat Arang 12,2 gram; Fosfor 28

mg; Besi 1,1 mg; Protein 0,9 mg; Lemak 0,3 gram; dan Air 86 gram.

c. Manfaat

Pada jambu biji mengandung tannin, yang menimbulkan rasa

sepat pada buah yang berfungsi untuk memperlancar sistem

pencernaan, sirkulasi darah, dan berguna untuk menyerang virus.

Jambu biji juga mengandung kalium yang berfungsi meningkatkan

keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur

pengiriman zat-zat gizi lainnya ke sel-sel tubuh, mengendalikan

keseimbangan cairan pada jaringan dan sel tubuh  serta menurunkan

kadar kolesterol total dan trigliserida darah, serta menurunkan tekanan

darah tinggi (hipertensi). Menurut Dr. James Cerda  dengan memakan

jambu biji 0,5 – 1 kg /hari selama 4 minggu resiko terkena penyakit

15

Page 16: Laporan PKL Farmakognosi.docx

jantung dapat berkurang sebesar 16 %. Dalam jambu biji juga

ditemukan likopen yaitu zat nirgizi potensial lain selain serat. Likopen

adalah karatenoid (pigmen penting dalam tanaman) yang terdapat

dalam darah (0,5 mol per liter darah) serta memiliki aktivitas anti

oksidan. Riset-riset epidemologis likopen pada studi yang dilakukan

peneliti Itali, mencakup 2.706 kasus kanker rongga mulut, tekek,

kerongkongan, lambung, usus besar dan dubur, jika mengkonsumsi

likopen yang meningkat, khususnya pada jambu biji yang daging

buahnya berwarna merah, berbiji banyak dan berasa manis

mempunyai efek memberikan perlindungan pada tubuh dari beberapa

jenis kanker.

II.4 Uraian Kegiatan PKL

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) farmakognosi angkatan

2013 dilaksanakan di desa Taludaa, kecamatan Bone Pantai, pada tanggal

17-20 Juni 2014. Kegiatan ini diawali dengan persiapan keberangkatan

pada pukul 07.00 WITA di kampus 3 FIKK. Setelah itu menuju ke lokasi

menggunakan mobil angkutan yang perjalananya menyita waktu 5 jam.

Tiba di lokasi Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) tepat pukul 12.00

WITA.

Saat tiba di lokasi, kami diguyur hujan sehingga acara penyambutan

oleh jajaran pemerintah desa Taludaa ditiadakan. Seluruh peserta segera

dikerahkan ke posko masing-masing. Selama di posko peserta

diperintahkan untuk menyiapkan dan mengatur barang-barang serta alat

yang akan dipakai untuk mencari sampel simplisia keesokan harinya.

Rabu, 18 Juni 2014 pukul 07.00 WITA, para peserta PKL berkumpul

di lapangan desa Taludaa untuk persiapan pengambilan sampel. Peserta

PKL berangkat ke lokasi pengambilan sampel yang diarahkan oleh asisten

masing-masing pada pukul 07.30. Setelah semua sampel diperoleh yaitu

daun papaya, daun sirsak, daun pisang, dan daun alvokad, para peserta

PKL kembali ke posko masing-masing tepat pada pukul 12:00 WITA, yang

dilanjutkan dengan pengolahan sampel sampai pukul 16.30 WITA.

16

Page 17: Laporan PKL Farmakognosi.docx

Kemudian pukul 19.00 WITA seluruh peserta berkumpul di posko utama

untuk diresponsi umum. Pada pukul 22.00 WITA peserta kembali ke posko

masing-masing untuk istrahat dan mempersiapkan diri untuk kegiatan

besok.

Kamis, 19 Juni 2014 pukul 06.00 WITA, para peserta PKL

melaksanakan senam pagi di lapangan desa Taludaa. Setelah senam pagi,

pada pukul 09.00-12.00 WITA para peserta mengikuti kegiatan penanaman

apotik hidup dan tanaman obat keluarga di kebun yang telah disiapkan.

Kegiatan selanjutnya pada pukul 13.00 WITA adalah lomba menu

masakan sederhana sampai pada pukul 17.00 WITA. Setelah itu para

peserta melakukan persiapan untuk kegiatan malam inagurasi. Tepat pukul

19.00 WITA acara malam inagurasi dilangsungkan dengan berbagai

penampilan dari tiap-tiap kelompok PKL yang berlangsung sampai pukul

23.00 WITA.

Jumat, 20 Juni 2014 pukul 07.00 WITA seluruh peserta mengepak

dan mengatur barang-barang untuk kembali ke lingkungan FIKK. Tetapi

sebelum itu para peserta berfoto bersama dengan pemilik rumah atau

posko yang ditempati serta memberikan bingkisan sebagai cendra mata

dan tanda terima kasih. Setelah itu, pada pukul 08.00 WITA seluruh

peserta dikumpulkan di lapangan desa Taludaaa dan kembali ke

lingkungan FIKK.

17

Page 18: Laporan PKL Farmakognosi.docx

BAB III

METODE PEMBUATAN SIMPLISIA

III.1 Alat dan Bahan

1. Alat

18

Gambar 1. Gunting Gambar 2. Cutter

Gambar 3. Linggis Gambar 4. Parang

Gambar 5. Wadah

Page 19: Laporan PKL Farmakognosi.docx

2. Bahan

19

Gambar 2. Alkohol

Gambar 3. Kapas Gambar 4. Kardus

Gambar 5. Koran

Gambar 1. Air

Gambar 6. Sasak Bambu

Gambar 7. Selotip

Page 20: Laporan PKL Farmakognosi.docx

III.2 Cara Kerja

1) Disiapkan sampel yang akan dibuat simplisia

2) Disortasi basah sampel tersebut

3) Dicuci sampel pada air yang mengalir

4) Dilakukan perajangan pada sampel

5) Dikeringkan sampel dengan bantuan matahari

6) Disortasi kering

7) Dipotong-potong sampel dan dibagi menjadi dua yaitu haksel dan

serbuk

8) Diblender sampel sampai menjadi serbuk

9) Diayak serbuk sampai mendapatkan serbuk yang paling halus

10) Dimasukkan serbuk ke dalam pot salep dan haksel dimasukkan dalam

toples kaca

11) Diberi etiket

20

Page 21: Laporan PKL Farmakognosi.docx

BAB IV

PEMBAHASAN

Obat tradisional adalah obat yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan,

hewan,mineral, atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang belum mempunyai

data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan. Obat tradisional juga

dikatakan campuran kompleks dari ekstrak tanaman dan insekta berbentuk amorf

atau padat yang dibentuk dalam ruang-ruang zkizogen dan zlikozigen (Team

teaching, 2014)

Obat tradisional dalam masyarakat selain memiliki keuntungan juga

memiliki kerugian. Adapun keuntungan dari obat tradisional yaitu diperoleh atau

didapatkan, harganya terjangkau, efek samping yang ditimbulkan tidak terlalu

berbahaya bahkan tidak menimbulkan efek samping sama sekali (Team teaching,

2014)

Kerugian obat tradisional yaitu tidak praktis dalam penggunaannya,

penggunaan obat tradisional dalam tubuh menimbulkan reaksi yang lambat.

Survey mengenai inventarisasi tanaman obat bertujuan agar kita

mendapatkan informasi keanekaragaman obat yang ada pada suatu wilayah,

mendapatkan informasi teknik dan cara penggunaan tanaman obat untuk

pengobatan tradisional dan masyarakat terhadap obat tradisional.

Survey ini diadakan guna mengetahui bagaimana cara membudidayakan

tanaman obat tradisional dan mengetahui penggolongan–penggolongan dari

tanaman obat tersebut beserta khasiat yang terkandung di dalam tanaman obat

tradisional.

Adapun hasil dari praktik kerja lapangan farmakognosi tentang obat

tradisional di desa taluda’a, didapatkan berbagai jenis tanaman obat yang

dipercaya khasiatnya oleh masyrakat sekitar. Tujuan utama praktik kerja lapangan

ini yaitu untuk mendapatkan tanaman obat untuk dijadikan simplisia, dimana

simplisia tersebut akan diuji dalam praktikum farmakognosi nantinya. Adapun

21

Page 22: Laporan PKL Farmakognosi.docx

jenis-jenis tanaman obat yang diperoleh adalah daun pepaya, daun sirsak, daun

pisang, daun alvokat.

Cara pembuatan simplisia dari tanaman tersebut memiliki kemiripan

secara umum yakni, hal pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan atau

memanen bagian tanaman obat. Pemanenan pada beberapa bagian tanaman, pada

bagian daun dilakukan pada pagi hari dari pukul 09.00-12.00, bertujuan untuk

menjaga kesegarannya karena pada waktu itulah terjadi proses fotosintetis terjadi

dengan sempurna. Untuk bagian bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah

mekar, buah dipanen dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu dipetik sebelum

masak, biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna, dan bagian akar,

rimpang, umbi, umbi lapis dikumpul sewaktu proses pertumbuhannya berhenti

(Team teaching, 2014).

Cara pengambilan tanaman berbeda pada setiap bagian, bagian kulit

batang atau kika diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran

panjang dan lebar tertentu, untuk bagian batang diambil dari cabang utama sampai

leher akar, dipotong-potong dengan panjang dan diameter berbeda. Bagian Kayu

diambil dari batang atau cabang, kelupas kulitnya dan potong-potong kecil.

Bagian daun diambil daun tua (bukan daun kuning) daun kelima dari pucuk. Daun

muda dipetik satu persatu secara manual. Bagian bunga dapat berupa kuncup atau

bunga mekar atau mahkota bunga, dapat dipetik langsung dengan tangan. Bagian

akar diambil bagaian yang berada dibawah permukaan tanah, dipotong-potong

dengan ukuran tertentu. Bagian rimpang dicabut dan dibersihkan dari akar,

dipotong melintang dengan ketebalan tertentu. Buah dapat berupa buah yang

masak, matang atau buah muda, dipetik dengan tangan. Biji diambil dari buah

yang masak sempurna, dikupas kulitnya menggunakan tangan atau alat, biji

dikumpulkan dan dicuci (Team teaching, 2014).

Tahap berikutnya yaitu pencucian atau sortasi basah. Pencucian dan sortasi

basah dimaksudkan untuk membersihkan tanaman atau simplisia dari benda-

benda asing dari luar. Dan memisahkan bagian tanaman yang tidak dikehendaki.

Tahap berikutnya yaitu perajangan. Perajangan dilakukan untuk

mempermudah proses pengeringan dan pewadahan. Setelah di cuci dan

22

Page 23: Laporan PKL Farmakognosi.docx

dibersihkan dari kotoran dan benda asing. Sampel di jemur dulu kurang lebih 1

hari kemudian di potong-potong kecil dengan ukuran antara 0,25-0,06 cm yang

setara dengan ayakan 4/18 (tergantung jemis simplisia). Semakin tipis perajangan

maka semakin cepat proses pengeringan kecuali tanaman yang mengandung

minyak menguap. Perajangan tidak boleh terlalu tipis karena menyebabkan

berkurangnya atau hilangnya zat aktif. Sebaliknya bila perajangan terlalu tebal

pengeringannya lama dan mudah berjamur (Team teaching, 2014).

Setelah dirajang, kemudian simplisia dikeringkan, tujuan pengeringan ini

yaitu untuk mendapatkan simplisia yang awet dan tahan lama, mengurangi kadar

air, sehingga mencegah pertumbuhan mikroorganisme, mudah disimpan dan

dihaluskan. Ada 2 cara pengeringan yaitu alami dan buatan. Cara alami berupa

pengeringan dengan sinar matahari langsung terutama bagian yang keras (kayu,

kulit biji, biji) dan zat aktif relatif panas. Cara alami yang kedua yaitu diangin-

anginkan tanpa terkena matahari langsung. Pengeringan buatan menggunakan alat

yang diatur suhu dan kelembapan (Team teaching, 2014).

Untuk pengawetan simplisia dilakukan untuk memperpanjang masa

simplisia sehingga tidak ada mikroorganisme tumbuh, dengan merendam

simplisia ke dalam alkohol 70% atau dialiri uap panas sebelum kering (Dirjen

POM, 1979).

Setelah semua perlakuan selesai, tahap terakhir yaitu pewadahan atau

penyimpanan simplisia, diberi wadah yang baik dan disimpan ci tempat menjamin

terpeliharanya mutu dari simplisia. Wadah terbuat dari plastik tebal atau gelas

yang berwarna gelap dan tertutup kedap. Harus memperhatikan suhu, kelembapan

udara dan sirkulasi udara.

23

Page 24: Laporan PKL Farmakognosi.docx

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:

1. Tekhnik pembuatan simplisia adalah:

a. Pengumpulan bahan/ pemanenan

b. Sortasi basah

c. Pencucian

d. Perajangan

e. Pengeringan

f. Sortasi kering

g. Pengemasan atau penyimpanan

2. Beberapa tanaman yang dapat dijadikan bahan obat adalah Keji

beling, Daun coklat, Temulawak, Kumis Kucing, Sirih, Sambung

nyawa, dan Jambu biji.

V.2 Saran

Kami sebagai praktikan mengharapkan, PKL kedepannya dapat diisi

dengan kegiatan positif lainnya sehingga kegiatan PKL dalam

kesehariannya akan lebih bermanfaat. Agar praktikan tidak hanya berdiam

diri di posko melainkan lebih aktif beraktivitas di lingkungan PKL.

24

Page 25: Laporan PKL Farmakognosi.docx

DAFTAR PUSTAKA

Amin, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Farmakognosi I. Makassar: UMI Press

Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Jakarta: Puspa Swara

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Team teaching. 2014. Buku Praktek Kerja Lapangan. Gorontalo: UNG Press

25