LAPORAN PKL ASNI.pdf
-
Upload
onniiloo-sunny-anny -
Category
Documents
-
view
139 -
download
1
description
Transcript of LAPORAN PKL ASNI.pdf
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
“FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA
KARYAWAN OPERATOR LAPANGAN DI PABRIK 2”
Oleh:
ASNI SANG
K11109291
BAGIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
| i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kerja Praktek ini telah diperiksa dan disetujui oleh
PT. Pupuk Kalimantan Timur
Bontang, Maret 2013
Mengetahui,
Pembimbing I
Yohanes Kus Arisanto, SKM
NPK. 903228
Mengesahkan,
Departemen Departemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Diklat & MP
Ir. H. Sis Agus Triyanto, Msi Ir Lola Karmila
Manager Manager
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan karunia
kesehatan dan keselamatan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan selama
kurang lebih dua bulan di PT. Pupuk Kalimantan Timur kota Bontang sehingga
dalam penulisan laporan tugas khusus berjudul “Faktor Risiko Kejadian
Hipertensi Pada Karyawan Operator Lapangan di Pabrik 2” telah selesai dengan
izinNya.
Hipertensi merupakan telah menjadi faktor risiko dari penyakit jantung
koroner, stroke, dan gagal ginjal dimana penyakit ini telah menjadi pembunuh 3
besar di Indonesia. Dalam dunia kerja, slogan safety first telah menjadi slogan
perusahaan, namun aspek kesehatan pun sangat penting, seperti istilah umumnya
“tanpa kesehatan, segalanya tidak berarti”. Selamanya, keselamatan dan kesehatan
kerja merupakan kebutuhan dan hak bagi pekerja.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan memberikan
doa serta bimbingannya kepada saya, antara lain:
1. Kedua orang tua yang dari jauh tak henti-hentinya mengirim doa
kesuksesan untuk segala langkah saya dalam menimba ilmu pengetahuan,
beserta kakak-kakak saya yang senantiasa mengingatkan saya atas impian
kami.
2. Ibu dr. Masyhita Muis, MS selaku dosen penanggung jawab mata kuliah
Magang K3 atas bimbingannya dan saran-sarannya
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | iii
3. Bapak Yohanes sebagai pembimbing lapangan terbaik, berkat bimbingan
beliau saya mampu melaksanakan tugas khusus ini dalam waktu singkat.
4. Ibu Ir. Lola Karmila selaku Manager Diklat & Manajemen Pengetahuan.
5. Bapak Ir. Sis Agus Triyanto, Msi selaku Manager Departemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, para kabag antara lain Bapak Edy
selaku kabag Riksa1, Bapak Agus Jaya selaku kabag Riksa 2, Bapak
Wisnu selaku kabag Binaper, Bapak Wiyono selaku kabag PMK, dan Bu
Iswari selaku kabag Hiperkes. Terima kasih atas kehangatannya untuk
merasakan kekeluargaan yang terjalin di departemen K3. Semoga bapak
dan ibu senantiasa sehat dan selamat selalu.
6. Bapak dan ibu serta kakak-kakak staf Departemen K3 & Hiperkes yang
telah membantu dalam pelaksanaan tugas khusus, ada Pak Budi, Pak
Mujab, Bu Sandra, Bu Retno, Mas Aidil, Mas Bobby, Pak Zainal, Mas
Vidya, Mas Hadi, Pab Budi, Pak Made, Mba Riri, Mba Hesti.
7. Staf Departemen Operasi Pabrik 2 yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu.
8. Stas Departemen Diklat & Manager Pengetahuan, Pak Yunus, Pak
Romansyah, Pak Anto, staf perpustakaan yang ramah dalam
pelayanannya.
9. Segenap pimpinan dan karyawan PT. Pupuk Kalimantan Timur yang
membantu baik secara langsung maupun tak langsung dalam pelaksanaan
PKL.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | iv
10. Teman seperjuangan saya Mahdaniah, Lince, Ana, Desi, Mira, Erwin,
Novi dkk, Erwin dkk, I’im dkk, Oky cs Dika yang banyak memberikan
semangat dalam melaksanakan PKL bersama-sama, juga teman berbagi di
Mess Amoniak.
11. Mas Anto dan Kak Baya, Kak Hasrina telah membawa kami keliling kota
taman Bontang saat jenuh dan bosan di mess dan membawakan kami
makanan sehingga kami tak kepusingan memikirkan makanan.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis selama proses pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
sampai pembuatan Laporan ini selesai.
Saya menyadari keterbatasan sebagai penulis dalam penyusunan laporan
Praktek Kerja Lapangan ini sehingga dimungkinkan terjadinya kesalahan dan
kekurangan dalam penulisannya. Kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil PKL
ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Bontang, 11 Maret
2013
Penulis
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................. 4
1.3 Pembatasan Masalah ............................................................................. 5
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................. 5
1.5 Tujuan Penulisan ................................................................................... 5
1.6 Manfaat Penulisan ................................................................................. 6
BAB 2 PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Perusahaan ................................................................................ 7
2.2 Lokasi Pabrik....................................................................................... 11
2.3 Visi dan Misi Perusahaan ................................................................... 12
2.4 Struktur Organisasi .............................................................................. 14
2.5 Proses Prroduksi ................................................................................. 19
2.6 Profil Departemen K3 ........................................................................ 28
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Tinjauan Umum Tentang Tekanan Darah .......................................... 30
3.2 Tinjauan Umum Tentang Hipertensi ................................................... 31
3.3 Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah ............. 34
3.4 Tinjauan Umum Tentang Kebisingan ................................................ 36
3.5 Efek Kebisingan Terhadap Perubahan Tekanan Darah ...................... 43
3.6 Kerangka Teori ................................................................................... 47
BAB 3 METODE MAGANG
4.1 Jenis Penelitian ................................................................................... 48
4.2 Lokasi dan Waktu................................................................................ 48
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | vi
4.3 Jadwal Pelaksanaan ............................................................................. 48
4.4 Kerangka Konsep ............................................................................... 49
4.5 Hipotesis ............................................................................................. 49
4.6 Populasi .............................................................................................. 50
4.7 Sampel ................................................................................................ 50
4.8 Variabel Penelitian ............................................................................. 51
4.9 Definisi Operasional ........................................................................... 51
4.10 Pengendalian Variabel Pengganggu ................................................... 53
4.11 Tahap Penelitian ................................................................................. 54
4.12 Instrumen Penelitian ........................................................................... 54
4.13 Pengumpulan Data ............................................................................. 54
4.14 Analisis Data ...................................................................................... 55
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hail Penelitian .................................................................................... 57
5.2 Pembahasan ........................................................................................ 68
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan.......................................................................................... 79
6.2 Saran ................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... ix
LAMPIRAN .......................................................................................................... xi
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Klasifikasi Tekanan Darah .................................................................... 33
Tabel 3.2 NAB Kebisingan Menurut Permenakertrans No. PER-13/MEN/2011 .. 42
Tabel 4.1 Kegiatan Penelitian Secara Umum ........................................................ 48
Tabel 5.1 Distribusi Responden menurut Masa Kerja ........................................... 60
Tabel 5.2 Distribusi Responden menurut Riwayat Merokok ................................ 61
Tabel 5.3 Distribusi Responden menurut Riwayat Hipertensi dalam Keluarga .... 61
Tabel 5.4 Distribusi Responden menurut Pemakaian APD ................................... 61
Tabel 5.5 Distribusi Responden menurut Intensitas Paparan Bising ..................... 62
Tabel 5.6 Distribusi Responden menurut Lama Kerja .......................................... 63
Tabel 5.7 Distribusi Responden menurut Kejadian Hipertensi ............................. 63
Tabel 5.8 Hubungan Masa Kerja dengan Kejadian Hipertensi ............................. 64
Tabel 5.9 Hubungan Riwayat Merokok dengan Kejadian Hipertensi .................. 65
Tabel 5.10 Hubungan Riwayat Hipertensi dalam Keluarga dengan Kejadian
Hipertensi ............................................................................................................... 65
Tabel 5.11 Hubungan Pemakaian APD dengan Kejadian Hipertensi ................... 66
Tabel 5.12 Hubungan Intensitas Bising dengan Kejadian Hipertensi ................... 66
Tabel 5.13 Hubungan Lama Kerja dengan Kejadian Hipertensi .......................... 67
Tabel 5.14 Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Kejadian Hipertensi ........... 68
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pabrik PT. Pupuk Kaltim ................................................................... 12
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Departemen Operasi Pabrik 2 ............................ 18
Gambar 2.3 Block Diagram Proses Utilitas Pabrik 2 ............................................. 19
Gambar 2.4 Block Diagram Proses Amoniak Pabrik 2 ......................................... 22
Gambar 2.5 Block Diagram Proses Urea Pabrik 2 ................................................. 27
Gambar 2.6 Struktur Organisasi Departemen K3 .................................................. 28
Gambar 2.7 Kerangka Teori Penelitian .................................................................. 47
Gambar 4.1 Tensimeter Digital .............................................................................. 55
Gambar 5.1 Hasil Pengukuran Kebisingan Pabrik 2 Tahun 2013 ......................... 57
Gambar 5.2 Hasil Pemetaan Kebisingan Pabrik 2 Tahun 2013 ............................. 58
Gambar 5.3 Ear Plug (kiri) dan Ear Muff (kanan) ................................................ 59
Gambar 5.4 Rambu Kebisingan ............................................................................ 60
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang paling umum
terdapat di lingkungan kerja, terutama pabrik industri. Kebisingan di
lingkungan kerja berasal dari penggunaan mesin-mesin dalam proses
produksi, alat angkutan industri, dan sebagainya. Kebisingan yang memapar
masyarakat pekerja di lingkungan kerja memberikan dampak terhadap
kesehatan mereka.
Hipertensi merupakan penyakit yang tidak menular, yang sering dijumpai
di hampir semua negara. Hipertensi dipicu oleh berbagai faktor antara lain
perilaku merokok, pola makan yang tidak sehat, aktivitas tubuh yang pasif
dan gaya hidup yang tidak sehat. Hipertensi memerlukan pencegahan primer
mengingat sebagian besar penderita hipertensi tidak menyadari akan bahaya
penyakitnya karena tanpa gejala dan keluhan sama sekali.
Kebisingan yang memapar tenaga kerja memberikan efek kesehatan
terhadap baik efek auditory maupun nonauditory. Selain ketulian dan
penurunan nilai ambang dengar, bising menyebabkan gangguan fisiolgis
berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, kontriksi
pembuluh darah perifer, gangguan sensoris, dan lain-lain. Pajanan bising juga
menyebabkan stres, dan gangguan tidur serta penyakit psikosomatik (Prabu,
2009).
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | 2
World Health Organization (2013) melaporkan sumbangsi tekanan darah
tinggi terhadap kematian di seluruh dunia menyebabkan 7,5 juta kematian
atau sekitar 12,8% dari total keseluruhan angka kematian. Prevalensi
keseluruhan tekanan darah tinggi pada orang dewasa usia 25 tahun keatas
sekitar 40% pada tahun 2008. Akibat dari pertumbuhan penduduk dan
penuaan, jumlah orang yang hipertensi meningkat dari 600 juta kasus pada
tahun 1980 menjadi hampir 1 miliar kasus pada tahun 2008. Menurut data
dari Profil Kesehatan Indonesia yang dilaporkan oleh WHO (2012)
menunjukkan kejadian hipertensi di Indonesia pada tahun 2008 pada orang
dewasa usia 25 tahun keatas sebesar 61,8% dimana pria yang hipertensi
sebesar 32,5% dan wanita hipertensi sebesar 29,3%.
Hubungan antara kebisingan dengan kemungkinan timbulnya gangguan
terhadap kesehatan sangat bergantung pada beberapa faktor, yaitu intensitas
kebisingan, frekuensi kebisingan, dan lama pajanan kebisingan. Kebisingan
dapat berhubungan dengan kejadian hipertensi. Meskipun belum terdapat data
valid jumlah hipertensi akibat pajanan bising secara global, namun telah
dilakukan penelitian-penelitian yang menganalisis hubungannya di beberapa
negara. Penelitian yang dilakukan oleh van Kempen et al (2002) dengan meta
analisis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan pada pajanan bising
industri dengan tekanan darah tinggi dengan risiko relatif terjadinya
hipertensi sebesar 1,14 kali (95%CI = 1,01 – 1,29) tiap kenaikan bising 5 dB.
Kenaikan signifikan tersebut ditemukan pada tekanan darah sistolik yaitu
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | 3
terdapat perbedaan peningkatan sebesar 0,51 mmHg/5 dB, sedangkan untuk
diastolik kenaikannya tidak signifikan.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Saryawati (2007) di PT. Bitratex
menemukan hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kejadian
hipertensi dan intensitas bising dengan kejadian hipertensi. Terdapat faktor
risiko antara intensitas bising dengan kejadian hipertensi yaitu bahwa tenaga
kerja yang bekerja dengan pajanan bising > 85 dB memiliki risiko terhadap
kejadian hipertensi sebesar 49,039 kali.
PT. Pupuk Kaltim merupakan salah satu perusahaan pupuk agrokimia
yang berada di Bontang, Kalimantan Timur. PT. Pupuk Kaltim sebagai
perusahaan produsen pupuk Urea dan Amoniak terbesar di Indonesia dengan
kapasitas produksi 2,98 juta ton urea per tahun dan 1,85 juta ton amoniak per
tahun, serta produksi pupuk NPK 500 ribu ton per tahun, PT Pupuk Kaltim
(Pupuk Kaltim) mampu memenuhi kebutuhan pupuk nasional maupun
internasional. PT. Pupuk Kaltim memiliki lima pabrik pupuk Urea dan empat
pabrik Amoniak.
Proses produksi Amoniak dan Urea dalam operasionalnya menggunakan
peralatan-peralatan produksi seperti turbin, kompresor, condenser, pompa,
drum yang berpotensi menimbulkan kebisingan. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Saputra (2007) yang menganalisis kebisingan Compressor
House Ammonia ditemukan tingkat kebisingan di Kaltim-1 sebesar 98,8 dB,
operasi pabrik Kaltim 2 sebesar 98,6 dB, Kaltim-3 sebesar 96,8 dB, dan
Kaltim-4 sebesar 92,1 dB.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | 4
Penelitian sebelumnya oleh Rinaldi (2012) mendapatkan tingkat
kebisingan pada area utility plant, ammonia plant dan urea plant memiliki
tingkat kebisingan dengan rata-rata di atas 85 dB, sedangkan pada area mesin
reformer tingkat kebisingan rata-rata diatas 95 dB hingga mencapai 103 dB.
Karyawan PT. Pupuk Kaltim yang mengidap hipertensi dari tahun ke
tahun meningkat berdasarkan data dari medical check up bagian Hiperkes.
Penelitian sebelumnya terkait faktor-faktor kejadian hipertensi pada karyawan
PT. Pupuk Kaltim menunjukkan peningkatan kasus hipertensi dari tahun 2005
berjumlah 203 orang, tahun 2006 berjumlah 310 orang, dan tahun 2007
berjumlah 314 orang (Retno, 2008).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penulisan mengenai faktor risiko kejadian hipertensi pada karyawan operator
lapangan pabrik 2 PT. Pupuk Kaltim. Penelitian ini hanya mengkaji tentang
hubungan antara masa kerja, riwayat merokok, riwayat hipertensi dalam
keluarga, pemakaian APD, intensitas bising dan lama kerja.
1.2 Identifikasi Masalah
Pajanan bising di operasi operasi pabrik Kaltim 2 PT. Pupuk Kaltim
terjadi secara terus menerus setiap hari selama jam kerja dikarenakan proses
produksi yang berlangsung setiap hari meliputi mesin-mesin produksi yang
menyebabkan kebisingan, antara lain mesin reformer, steam, compressor dan
blover. Pengaruh terhadap pendengaran umumnya berupa ketulian, sedangkan
pengaruh terhadap tubuh salah satunya yaitu kenaikan tekanan darah.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | 5
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah perlu dilakukan untuk menghindari banyaknya
penafsiran yang dapat membingungkan arah pemahaman dari penulisan ini.
Adapun batasan masalah tersebut adalah karakteristik pekerja dan intensitas
pajanan bising dan hubungannya dengan kejadian hipertensi pada karyawan
operator lapangan pabrik 2.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan dari latar belakang, maka dapat
dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: “Apa sajakah faktor risiko
kejadian hipertensi pada karyawan operator lapangan pabrik 2?”
1.4 Tujuan Penulisan
1.4.1 Tujuan Umum
Melakukan analisis besar faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi pada karyawan operator lapangan di pabrik 2.
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan analisis hubungan besar faktor risiko masa kerja terhadap
kejadian hipertensi pada karyawan operator lapangan di pabrik 2.
b. Melakukan analisis hubungan besar faktor riwayat merokok terhadap
kejadian hipertensi pada karyawan operator lapangan di pabrik 2.
c. Melakukan analisis hubungan besar faktor riwayat hipertensi dalam
keluarga terhadap kejadian hipertensi pada karyawan operator
lapangan di pabrik 2.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | 6
d. Melakukan analisis hubungan besar faktor risiko penggunaan alat
pelindung diri terhadap kejadian hipertensi pada karyawan operator
lapangan di pabrik 2.
e. Melakukan analisis hubungan besar faktor risiko intensitas bising
terhadap kejadian hipertensi pada karyawan operator lapangan di
pabrik 2.
1.5 Manfaat Penulisan
1.5.1 Bagi Mahasiswa
Penulisan ini diharapkan dapat menambah khasanah bagi
mahasiswa tentang masalah hubungan dan faktor risiko bekerja di
tempat bising dengan kejadian hipertensi, serta sebagai acuan untuk
penelitian lebih lanjut.
1.5.2 Bagi Perusahaan dan Tenaga Kerja
Hasil dari penulisan dapat dijadikan sebagai sumber informasi
baru dan dapat dijadikan dasar masukan yang bermanfaat tentang aspek
K3 bagi perusahaan dalam menanggulangi efek dari kebisingan
tersebut.
1.5.3 Bagi Fakultas
Menambah referensi fakultas tentang penerapan K3 dalam
mencegah penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja khususnya faktor
risiko hipertensi terkait pajanan bising.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | 7
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Perusahaan
Pertanian merupakan sektor usaha terbesar di Indonesia, dimana sebagian
besar penduduk berkecimpung di usaha agraris. Masyarakat petani di
Indonesia mengemban tugas untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi
masyarakat Indonesia, sehingga membutuhkan perhatian khusus dalam
penyediaan sarana dan prasarana pertanian, salah satunya adalah pupuk. Saat
ini, peranan pupuk sangat penting dalam usaha pertanian dan perkebunan
untuk meningkatkan hasil produksinya. Demi keberlangsungan ketersediaan
pupuk tersebut maka didirikanlah PT. Pupuk Kalimantan Timur (PT. Pupuk
Kaltim)
PT. Pupuk Kalimantan Timur merupakan salah satu perusahaan milik
BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak dalam bidang pembuatan
amoniak dan pupuk urea, yang didirikan pada tanggal 7 Desember 1977.
Awalnya proyek PT. Pupuk Kaltim dikelolah oleh Pertamina sebagai unit-
unit pabrik terapung di bawah pengawasan Direktorat Jendral Industri Kimia
Dasar (Dirjen IKD).
Pada tahun 1973 terjadi kelangkaan pupuk urea di pasar internasional
yang menyebabkan harga pupuk melambung tinggi, sedangkan sumber gas
yang ditemukan di Kalimantan Timur diperkirakan hanya cukup untuk 10
tahun saja. Berlatarbelakang masalah ini, Keppres No. 43 Tahun 1975
dikeluarkan untuk pembentukan suatu tim yang bertugas untuk meninjau dan
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | 8
meneliti program pembangunan pabrik terapung sesuai dengan gagasan awal
tersebut. Hasil dari peninjauan tersebut didapatkan data cadangan gas alam
cukup untuk 25 tahun mendatang, dengan demikian maka rencana
pembangunan pabrik terapung diteruskan.
Rencana awal yang dibuat Pertamina adalah membangun pabrik di atas
kapal ukuran 30.000 DWT untuk pabrik amoniak dan kapal ukuran 20.000
DWT untuk pabrik urea. Lokasi proyek antara 10 – 15 mil dari lepas pantai.
Kapasitas pabrik amoniak 1500 ton per hari dan pabrik urea 1700 ton per
hari. Fasilitas penunjang pabrik yang akan disediakan awalnya adalah tangki
terapung penyimpanan amoniak, kapal terapung penyimpan urea, mooring
complex akan dibangun. Floating security boom akan mengelilingi semua
fasilitas pabrik terapung tersebut. Selain itu, tersedia kapal Mary Elizabeth
dengan ukuran 55.000 DWT untuk pabrik amoniak dan kapal Dominique
ukuran 30.000 DWT untuk pabrik urea. Lokasi yang direncakan adalah
Bontang Utara karena merupakan daerah dengan gugusan batu karang yang
dapat mengurangi ombak.
Kendala kesulitan teknis dan beberapa pertimbangan lain menyebabkan
konsep pabrik terapung dipindahkan ke daratan. Berdasarkan Keppres No. 39
Tahun 1976 dilakukan serah terima proyek ini dari Pertamina ke Departemen
Perindustrian, dalam hal ini Direktorat Jenderal Industri Kimia Dasar pada
tahun 1976. Setelah penyelesaian proses hukum dalam rangka serah terima
peralatan pabrik di Eropa, maka tanggal 7 Desember 1977 didirikan sebuah
Perseroan Negara untuk mengelola usaha ini dengan nama PT. Pupuk
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | 9
Kalimantan Timur. Pemindahan lokasi pabrik memerlukan perubahan dan
penyesuaian desain pabrik. Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh
Menteri Perindustrian saat itu, Ir. A. R. Soehoed pada tanggal 16 November
1979. Pada tanggal 24 November 1983 produksi perdana amoniak keluar, dan
tanggal 15 April 1984 produksi urea perdana keluar, serta pengapalan urea
perdana ke Surabaya dilakukan pada tanggal 24 Juli 1984.
Kebutuhan pupuk urea belum mencukupi pasaran, maka selama proses
konstruksi pabrik Kaltim 1, mulailah dibangun pabrik Kaltim 2. Desain
kapasitas produksi amoniak Kaltim 2 adalah 1500 ton per hari dan urea 1725
ton per hari. Peresmian pabrik Kaltim 1 dan 2 dilakukan pada tanggal 29
Oktober 1984 oleh Presiden Soeharto. Selanjutnya pembangunan pabrik
Kaltim 3 dengan konsep pabrik hemat energi dan kapasitas amoniak 1000 ton
per hari dan kapasitas urea 1725 ton per hari.
Pada tahun 1997 mulai dibangun pabrik Urea IV (POPKA) dan mulai
berproduksi pada awal tahun 1999. Pabrik ini didirikan dengan melihat
potensi yang ada di PT. Pupuk Kalimantan Timur dan kelebihan produksi
amoniak di Kaltim 1, Kaltim 2 dan Kaltim 3. Pabrik ini memproduksi urea
granul dengan kapasitas 1725 ton per hari dan amoniak 1000 ton per hari.
Selain amoniak dan urea, PT. Pupuk Kaltim juga mengembangkan usaha
di bidang industri kimia yang lain seperti melamine, hexamine, soda ash,
methanol, nitric acid, ammonium acid, ammonium nitrate, penta erithritol,
hydrogen peroxide, acetic acid, dan sodium biocarbonate. Selain itu, PT.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | 10
Pupuk Kaltim juga turut dalam pengembangan-pengembangan inovatif yang
berlandaskan kepedulian pada pelestarian lingkungan hidup.
Sejak tahun 2004 dengan adanya perubahan kebijakan pemerintah dalam
bidang distribusi pupuk dengan SK Menperindag menugaskan PT. Pupuk
Kaltim bertanggungjawab atas ketersediaan pupuk urea bersubsidi di kawasan
Timur Indonesia. Pembangunan jaringan pemasaran dilakukan di berbagai
wilayah di Indonesia, dan saat ini PT. Pupuk Kaltim memegang tanggung
jawab atas wilayah kawasan timur Indonesia dan sebagian besar Jawa Timur.
Kapasitas produksi PT. Pupuk Kaltim sejak 31 Desember 2009 dengan
total produksi urea 2.980.000 ton per tahun dan amoniak 1.850.000 ton per
hari dari opreasi lima unit pabrik urea dan empat pabrik amoniak, meliputi
Kaltim 1, Kaltim 2, Kaltim 3, Popka dan Kaltim 4. Pada tahun 2009, PT.
Pupuk Kaltim juga telah memulai sejumlah proyek dan pengembangan
dalam rangka diversifikasi usaha, peningkatan kapasitas produksi dan
efisiensi konsumsi bahan baku. Proyek tersebut antara lain:
a. Proyek Boiler Batubara, yaitu pembangunan boiler penghasil steam
dengan menggunakan energi batubara untuk mengantisipasi
keterbatasan pasokan gas kedepannya.
b. Proyek NPK Fuse Granulation untuk memenuhi kebutuhan pupuk
NPK nasional yang terus meningkat, baik untuk sektor pertanian
maupun perkebunan.
c. Proyek Kaltim 5, yaitu pabrik dengan kapasitas 3.500 ton urea per hari
dan 2.500 ton amoniak per hari, diproyeksikan untuk menggantikan
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | 11
Kaltim 1 yang mulai tua dan tidak efisien lagi konsumsi energinya,
serta untuk meningkatkan kapasitas produksi PT. Pupuk Kaltim
menjadi 3,4 juta ton urea per tahun dan 2,1 juta ton amoniak per
tahun.
Penyalahgunaan pupuk bersubsidi kadang terjadi dan dilakukan oleh
makelar yang tidak bertanggung jawab, sehingga PT. Pupuk Kaltim
mengambil tindakan pencegahan. Sejak tanggal 1 Januari 2013 diberlakukan
peraturan untuk pupuk subsidi berwarna merah dan pupuk nonsubsidi
berwarna putih. Pupuk bersubsidi diberikan tambahan pewarna makanan
sehingga akan transparan jika terjadi penyalahgunaan pupuk ini. Pupuk
subsidi ditujukan untuk petani, sedangkan pupuk nonsubsidi ditujukan untuk
industri perkebunan dan ekspor ke luar negeri.
2.2 Lokasi Pabrik
Lokasi pabrik pupuk Kaltim terletak di wilayah pantai kota Bontang, ±
121 km sebelah utara Samarinda, ibukota provinsi Kalimantan Timur. Secara
geografis terletak pa 0º 10’ 46,9” LU dan 117º 29’ 30,6 BT. Pabrik tersebut
terletak di areal tanah seluas 493 Ha. Disebelah selatan (± 10 km) berbatasan
dengan lokasi pabrik pencairan gas alam PT. Badak NGL Co. Lokasi
perumahan dinas karyawan seluas 765 Ha terletak sekitar 6 km sebelah barat
dari lokasi pabrik, serta tersedia perumahan BTN.
Pemilihan lokasi pabrik mempertimbangkan dekat dengan sumber bahan
baku berupa gas alam yang berasal dari Muara Badak, dekat dengan pantai
(dermaga/pelabuhan) sehingga mudah dalam pengangkutan maupun
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | 12
transportasi, berada di tengah-tengah daerah pemasaran pupuk ekspor dan
pemasaran dalam negeri (Indonesia bagian timur), serta kemungkinan adanya
perluasan pabrik dengan ketersediaan lahan yang luas.
Kebutuhan transportasi ke daerah Bontang dapat ditempuh dengan jalur
darat, laut maupun udara. Jalur udara menggunakan pesawat charter PT.
Pupuk Kaltim dari Balikpapan yang terbang dengan jadwal rutin 2 kali sehari,
yang memakan waktu sekitar 45 menit.
Gambar 2.1 Pabrik PT. Pupuk Kaltim
2.3 Visi dan Misi Perusahaan
PT. Pupuk Kaltim memiliki visi menjadi perusahaan agrokimia yang
memiliki reputasi prima di kawasan Asia. Visi tersebut dapat dicapai dengan
misi sebagai berikut:
2.3.1 Menyediakan produk-produk pupuk, kimia, agro dan jasa pelayanan
pabrik serta perdagangan yang berdaya saing tinggi.
2.3.2 Memaksimalkan nilai perusahaan melalui pengembangan sumber daya
manusia dan menerapkan teknologi mutakhir.
2.3.3 Menunjang Program Ketahanan Pangan Nasional dengan penyediaan
pupuk secara tepat.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | 13
2.3.4 Memberikan manfaat bagi Pemegang Saham, karyawan dan masyarakat
serta peduli pada lingkungan.
Sebagai perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara), PT. Pupuk
Kaltim menjunjung tinggi budaya dan nilai-nilai perusahaan, yang terdiri
dari:
1. Unggul
Insan Pupuk Kaltim selalu berusaha mencapai keunggulan dalam
berbagai aspek kinerja perusahaan dengan menegakkan nilai-nilai
profesional, tangguh dan visioner.
2. Integritas
Insan Pupuk Kaltim harus dapat dipercaya, sehingga selalu bersifat
terbuka dan menunjang nilai-nilai jujur, adil, bertanggung jawab dan
disiplin.
3. Kebersamaan
Insan Pupuk Kaltim merupakan satu kesatuan tim kerja untuk
mencapai tujuan perusahaan yang mengutamakan nilai-nilai sinergi
dan bersatu.
4. Kepuasan Pelanggan
Insan Pupuk Kaltim selalu berorientasi pada kepuasan pelanggan
dengan memperhatikan nilai-nilai perhatian, komitmen, dan mutu.
5. Tanggap
Insan Pupuk Kaltim dalam mengantisipasi perubahan dinamika usaha
selalu memperhatikan nilai-nilai inisiatif, cepat dan peduli lingkungan.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | 14
2.4 Struktur Organisasi
Sistem organisasi PT. Pupuk Kaltim menggunakan sistem dewan direksi
yang terdiri dari:
1. Direktur Utama
2. Direktur Teknik & Pengembangan
3. Direktur Produksi
4. Direktur SDM dan Umum
5. Direktur Komersil
Pengawasan direksi dalam mengelola perusahaan dilakukan oleh Dewan
Komisaris yang terdiri dari seorang Komisaris Utama dan empat komisaris
anggota yang bertanggung jawab kepada Departemen Perindustrian RI
melalui Dirjen Industri Kimia Dasar. Selain itu, unsur bantuan yang terdiri
dari kompartemen dan departemen, dalam hal ini meliputi:
Direktur Utama
1. Kepala Satuan Pengawasan Intern
a. Manager Pengawasan Intern
b. Manager Perencanaan dan Evaluasi
2. Sekertaris Perusahaan
a. Manager Hukum
b. Manager Kesekretariatan
c. Manager Hubungan Masyarakat
d. Manager Kantor Perwakilan Jakarta
Direktur Teknik & Pengembangan
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | 15
1. General Manager Teknik & Pengadaan
a. Manager Pengadaan Jasa
b. Manager Pengadaan Barang dan Bahan Baku
c. Manager Perencanaan Material & Pergudangan
d. Manager Perekayasaan & Konstruksi
2. General Manager Pengembangan & Kerja Sama Usaha
a. Manager Teknologi Informasi & Telekomunikasi
b. Manager Analisa & Evaluasi Operasiona KSU
c. Manager Administrasi Penyediaan Produk & Jasa KSU
d. Manager Pengembangan Usaha Bidang Agro
e. Manager Pengembangan Usaha Bidang Kimia
Direktur SDM & Umum
1. General Manager Sumber Daya Manusia
a. Manager Sistem Prosedur & Organisasi
b. Manager Diklat & Manajemen Pengetahuan
c. Manager Kesejahteraan & Hubungan Insustrial
2. Manager Program Kemitraan & Bina Lingkungan (sejajar dengan
manager diawasi oleh Sekertaris Perusahaan)
3. General Manager Umum
a. Manager Pelayanan Umum
b. Manager Keamanan & Ketertiban
Direktur Komersil
1. General Manager Pemasaran
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | 16
a. Manager Promosi & Perencanaan , Pengembangan Pasar
b. Manager Pelabuhan & Distribusi
c. Manager Pemasaran NPK & Organik
d. Manager Niaga
2. General Manager Penjualan
a. Manager Penjualan Wilayah I
b. Manager Penjualan Wilayah II
c. Manager Penjualan Wilayah III
d. Manager Penjualan Wilayah IV
3. General Manager Administrasi Keuangan
a. Manager Manajemen Resiko
b. Manager Anggaran
c. Manager Keuangan & Pajak dan Asuransi
d. Manager Akuntansi
e. Manager Analisis & Perencanaan Keuangan
Direktur Produksi
1. General Manager Operasi I
a. Manager Operasi Pabrik 1
b. Manager Operasi Pabrik 2
c. Manager Operasi Pabrik 3
2. General Manager Operasi II
a. Manager Operasi Pabrik 4
b. Manager Operasi Pabrik 5
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | 17
c. Manager Operasi Pabrik 6
3. General Manager Pengendalian & Pengawasan Pabrik
a. Manager Pengendalian Proses
b. Manager Laboratorium
c. Manager Inspeksi Teknik 1
d. Manager Inspeksi Teknik 2
e. Manager Keselamatan dan Kesehatan Kerja
f. Manager Lingkungan Hidup
4. General Manager Pemeliharaan
a. Manager Perencanaan & Pengendalian Pemeliharaan
b. Manager Pemeliharaan Listrik
c. Manager Pemeliharaan Instrumen
d. Manager Pemeliharaan Mekanik Lapangan 1
e. Manager Pemeliharaan Mekanik Lapangan 2
f. Manager Keandalan Pabrik
g. Manager Bengkel
h. Supervisor Shift Pemeliharaan
5. General Manager Jasa Pelayanan Pabrik
a. Manager Teknik & Kontrol Kualitas
b. Manager Manufacturing Logam
c. Manager Bisnis & Administrasi
Jajaran General Manager Produksi diawasi oleh Manager Shift
A/B/C/D/R Operasi yang dibawahi langsung oleh Direktur Produksi.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | 18
Selanjutnya, struktur organisasi yang perlu diamati adalah yang dibawahi
oleh direktur produksi. Direktur Operasi dibantu oleh seorang kepala
kompartemen (kompartemen produksi), yang mengatur departemen-
departemen operasi (I, II, III, IV, PKPL) dan departemen pemeliharaan.
Departemen operasi IV yang memimpin operasi Kaltim 2 dikepalai oleh
seorang koordinator operasi yang membawahi bagian-bagian (unit) utility,
amoniak dan urea. Setiap bagian dipimpin oleh seorang wakil yang
membawahi beberapa regu shift dipimpin oleh seorang foreman. Berikut
merupakan struktur organisasi Departemen Operasi Kaltim 2:
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Departemen Operasi Pabrik 2
Waktu kerja bagi karyawan PT. Pupuk Kaltim dibagi 2, yaitu karyawan
shift dan karyawan non shift. Karyawan shift terbagi menjadi 4 regu dimana 3
Shif
t
Super
vis
or
General Manager Operasi 1
Manager Kaltim 2
Direktur Produksi
Kabag Amoniak K 2
Wakabag Amoniak K 2
Kabag Utility K 2
WaKabag Utility K 2
Kabag Urea K 2
Wakabag Urea K 2
Foreman Utility K 2
Jr. Foreman Utility K 2
Foreman Amoniak K 2
Jr. Foreman Amoniak K2
Foreman Urea K 2
Jr. Foreman K 2
Senior Operator &
Operator
Senior Operator &
Operator
Senior Operator &
Operator
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | 19
regu shift bekerja, dan satu regu shift libur. Tiap regu bekerja selama 7 hari
selama bergantian waktu kerjanya dan memperoleh 2 atau 3 hari libur.
Waktu kerja karyawan shift:
a. Day shift : pukul 07.00-15.00 WITA
b. Swing shift : pukul 15.00-23.00 WITA
c. Night shift : pukul 23.00-07.00 WITA
Pada jam kerja day shift, foreman bertanggung jawab kepada kepala
bagian, sedang pada swing shift dan night shift bertanggung jawab kepada
shift supervisor. Sedangkan waktu kerja karyawan nonshift yaitu sebagai
berikut:
a. Senin-Kamis : pukul 07.00 - 16.00 WITA (istirahat pukul 12.00 -
13.00 WITA)
b. Jumat : pukul 07.00 - 17.00 WITA (istirahat pukul 11.30 -
13.30WITA)
2.5 Proses Produksi
2.5.1 Proses Utilitas
Gambar 2.3 Block Diagram Proses Utilitas Pabrik 2
Sea Water
Intake
Chlorinasi
Screen SWP
Condenser
SCW
Sea Water
Out Fall NaOCl
NG
6,6 KV
16 MW
User
Listrik
Deaerator
1250 M3
DW TANK
DW
BFW
Flue Gas
STACK
Boiler STEAM
40 BAR Turbin
Power
Generator
Proses
P. Urea
Desalinasi Brine to
Out Fall
2500 M3
RC TANK
Demineralisasi
Distilate
RC
DW
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | 20
Proses pembuatan Amoniak dan Urea memerlukan dukungan
sistem utilitas. Pada prinsipnya pabrik utilitas harus menyediakan:
a. Air
1) Bahan baku air diambil dari air laut, sebelum masuk ke kolam
penampungan air disaring di Screen dengan 3 tahap yaitu
Coarse Bar Screen, Rake Screen dan Rotary Screen, dan
dimasukkan ke dalam Sea Water Pump kemudian di-
Chlorinisasi untuk menghilangkan bakteri dan ganggang.
2) Dari kolam penampungan air ke pompa ke unit desalinasi, untuk
mengubah air laut menjadi air tawar dengan cara dipanaskan
sehingga terpisah dari garam-garam dan uap air dikondensasikan
menjadi air distilate dan ditampung di RC Tank 2500 m3
untuk
diubah menjadi Raw Condensate.
3) Setelah itu masuk ke unit demineralisasi untuk memproses raw
condensate menjadi air murni bebas mineral dengan kesadahan
yang rendah menggunakan resin penukar ion sehingga
memenuhi syarat menjadi air umpan boiler dalam bentuk Raw
Condensate.
4) Selanjutnya ditampung di Raw Condensate Tank yang
berkapasitas 1250 m3. Air digunakan untuk steam dan
pendinginan.
b. Steam
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2013 | 21
Air diambil dari tangki demin lalu dialirkan ke deaerator untuk
menghilangkan O2 dan CO2, kemudian dipanaskan di boiler,
sehingga menghasilkan steam dengan tekanan 40 kg.cm2g dan
temperatur 410ºC (Steam Superheated) untuk digunakan di proses
produksi urea, turbin dan Power Generator.
c. Listrik
Gas alam dicampur dengan udara terkompresi, kemudian
dibakar di combution chamber agar tekanannya menjadi tinggi
sehingga bisa menggerakkan turbin dan power generator yang
menghasilkan listrik dengan kapasitas 6,6 kilovolt dan kekuatan 16
megawatt yang kemudian dialirkan ke user.
d. Udara
Udara diambil dari kompresor udara di unit amoniak dan
digunakan untuk keperluan udara proses, udara pabrik, dan listrik.
2.5.2 Proses Produksi Amoniak
Proses pembuatan amoniak di pabrik Pabrik 1, 2, 3 dan 4 pada
prinsipnya hampir sama, tetapi menggunakan suhu dan tekanan yang
berbeda-beda pada beberapa tahapan proses. Berikut merupakan blok
diagram proses produksi amoniak Pabrik 2.
| 22
Gambar 2.4 Block Diagram Proses Amoniak Pabrik 2
Udara
34 kg/cm2g
470ºC
CO2
to Urea Plant
NH3
Product
130 kg/cm2g
445oC 130 kg/cm2g
270oC
27 kg/cm2g
349oC
METHANATOR
(NI)
CO + H2 CH4 + H2O – Q
CO2 + H2 CH4 + H2O + Q
Compressor
AMONIA CONVERTER
H4 + N2 NH3 + Q NH3 (g) NH3 (l)
REFRIGERASI
29 kg/cm2g
230oC
30 kg/cm2g
431oC 28,5 kg/cm2g
70oC
36oC
HTS
(Fe3O4)
CO + H2O CO2 + H2 + Q CO + H2O CO2 + H2 + Q
LTS
(Cu) ABSORBER
K2CO3 + CO2 KHCO3
31,5 kg/cm2g
1000oC
32 kg/cm2g
780oC
38 kg/cm2g
390oC
GAS BUMI
45 kg/cm2g
30oC
DESULFURIZER
(ZnO)
H2 8 + ZnO Zn 8 + H2O
PRIMARY REFORMER
(NI)
CH4 + H2O CO + H2 – Q
CO + H2O CO2 + H2 + Q
SECONDARY REFORMER
(NI)
H2 + O2 H2O + Q
CH4 + H2O CO + H2 – Q
CO + H2O CO2 + H2 + Q
STRIPPER
KH3 K2CO3 + CO2
B
A
A
B
Steam
40 kg/cm2g
400ºC
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 23
Secara garis besar proses pembuatan amoniak di Kaltim 2 adalah
sebagai berikut:
a. Pemurnian Gas Alam
1) Desulfurizer
Gas alam dilewatkan reaktor Dezulphurizer berlangsung
pada tekanan 45 kg/cm2g dan temperatur 30ºC untuk
memisahkan sulfur dari gas proses dengan bantuan katalis
Cobalt Molybdenium dan ZnO. Suhu optimum ZnO yaitu
360-400ºC. Tahapan ini terjadi 2 reaksi kimia, yang pertama
katalis Cobalt Molybdenium berfungsi mengubah sulfur
organik menjadi anorganik dengan reaksi sebagai berikut:
RHS (g) + H2 (g) RH (g) + H2S
Reaksi kimia kedua dengan mereaksikan gas H2S dengan
katalis ZnO untuk menyerap sulfur anorganik. Tahapan
desulfurizer berlangsung pada tekanan 38 kg/cm2g dan
temperatur 390ºC menghasilkan sullfur organik.
b. Pembentukan Gas Sintesa
1) Primary Reformer
Gas yang sudah bersih dicampur dengan uap air
menghasilkan methane (CH4) dan dipanaskan lagi dengan
memasukkan steam tekanan 40 kg/cm2g dan suhu 400ºC dari
utility plant kemudian direaksikan dalam Primary Reformer
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 24
menggunakan katalis Ni yang menghasilkan gas Hidrogen
(H2), Karbon monoksida (CO), dan Karbon Dioksida yang
berlangsung pada tekanan 32 kg/cm2g dan temperatur 780ºC.
2) Secondary Reformer
Gas H2 dan CO dikirim ke Secondary Reformer dengan
katalis Ni kemudian direaksikan dengan udara tekanan 34
kg/cm2g dan temperatur 470ºC sehingga menghasilkan gas
Hidrogen (H2), Nitrogen (N2), dan Karbon monoksida (CO)
dengan tekanan 31,5 kg/cm2g dan temperatur 1000ºC.
3) High Temperatur Shift (HTs) Converter
Setelah mendapatkan CO, dimasukkan ke dalam HTs
Converter untuk mengubah CO menjadi CO2 dengan
temperatur 360ºC menggunakan katalis Iron oksida (Fe2O4)
yang berlangsung pada tekanan 30kg/cm2g dan temperatur
431ºC.
4) Low Temperatur Shift (LTs) Converter
Untuk menyempurnakan perubahan CO menjadi CO2
maka pada temperatur rendah kembali dikatalis dengan
Cooper (Cu) dengan tekanan 29 kg/cm2g dan temperatur
230ºC.
c. Pemurnian Gas Sintesa
1) CO Absorber
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 25
Memisahkan gas CO dari gas sintesa dengan
menggunakan larutan benfield yang berlangsung pada
tekanan 29 kg/cm2g dan temperatur 70ºC.
2) CO Stripper
Melepaskan gas CO dari larutan benfiled dengan steam
stripping yang berlangsung pada tekanan 2,11 kg/cm2g dan
temperatur 103ºC. Gas CO2 hasil akan dijadikan baha baku
pembuatan pupuk urea.
3) Methanator
Berisikan katalis Ni yang berfungsi untuk mengubah
sisa-sisa CO dan CO2 menjadi Methane.
d. Sintesa Amoniak
1) Synthesis Gas Compressor
Untuk menaikkan tekanan gas sintesis dari tekanan 27
kg/cm2g dan temperatur 349ºC dari methanator menjadi
tekanan 130 kg/cm2g dan temperatur 270ºC agar dapat
direaksikan di Amoniak Converter. Gas sintesa methane
diubah menjadi H4.
2) Amoniak Converter
Mereaksikan N2 dan H4 menjadi NH3 dengan katalis Fe
(besi) yang berlangsung pada tekanan tekanan 130 kg/cm2g
dan temperatur 445ºC.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 26
3) NH3 Refrigerant Compressor
Mempertahankan tekanan desain di flash drum sehingga
dapat terjadi perubahan amoniak gas menjadi penguapan
liquid amoniak di dalam flash drum.
4) Amoniak Refrigerant
Untuk memurnikan amoniak liquid yang terbentuk dan
untuk mendinginkan gas outlet amoniak converter agar
kondensasi gas hasil reaksi dapat dipisahkan dengan gas-gas
yang belum menjadi amoniak. Amoniak cair dengan
temperatur -30ºC dikirim ke pabrik urea untuk diproses
menjadi urea, sedangkan sebagian lagi disimpan ke dalam
amoniak storage dengan tempertur -30ºC sebelum
dikapalkan.
5) Hydrogen Recovery Unit (HRU)
Unit ini merupakan unit pengambilan kembali gas H2 dari
purge gas dan flash gas dari unit amoniak, yang terbagi
menjadi 2 jenis yaitu cold box dan membrane.
2.5.3 Proses Produksi Urea
Proses pembuatan urea di Pabrik 2 adalah sebagai berikut:
a. Amoniak dan CO2 dari pabrik Amoniak dikompresi hingga
mencapai tekanan reaksi untuk selanjutnya direaksikan di dalam
sebuah mikser untuk diubah menjadi Karbamat. Pada tekanan dan
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 27
temperatur tinggi di reaktor, Karbamat akan melepas air untuk
menjadi urea.
b. Amoniak Karbamat yang tidak berubah menjadi urea di flash
menjadi dua tahap untuk selanjutnya didaur ulang ke reaktor.
Sementara itu larutan urea diolah di Cristallizer untuk
menghilangkan airnya. Cristal urea disentrifugasi dan dilebur
ulang.
c. Lelehan urea dialirkan ke granulator. Di granulator terjadi proses
pemecahan urea dengan udara atomisasi. Urea yang sudah pecah
dipindahkan dari chamber ke chamber dengan udara fluidisasi.
Urea yang oversize dialirkan ke rollcrase tujuannya agar urea
kembali ke ukuran standar. Urea yang sudah sesuai standar (onsize)
dialirkan ke storage dan yang undersize dilebur kembali.
Gambar 2.5 Block Diagram Proses Produksi Urea Pabrik 2
Urea, inert
NH3, CO2, H2O
CO2 NH3
Carbamat
e Synthesis
NH3, CO2, H2O
Heat
Heat Recovery
Waste Water
Treatment Concentration
Decomposition
Prilling/Granulation
Urea Prill/Granul
Process Condensate
Urea, H2O
Urea
H2O Cooling
Heat
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 28
2.6 Profil Departemen K3
Sebagai perusahaan yang mempekerjakan ribuan karyawan, PT. Pupuk
Kaltim sangat peduli terhadap peningkatan program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), dalam mempertahankan zero accident serta
menurunkan kualitas kecelakaan kerja. Departemen K3 memiliki struktur
organisasi sebagai berikut:
Gambar 2.6 Struktur Organisasi Departemen K3
Dalam mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja,
Departemen K3 memiliki fungsi dan tugas pokok sebagai berikut:
a. Melaksanakan segala kegiatan yang berkaitan dengan usaha-usaha
pencegahan dan penanggulangan kecelakaan industri dari segi teknis
yang meliputi kecelakaan kerja, kebakaran, peledakan dan
pencemaran lingkungan baik dalam maupun di luar pabrik sehingga
karyawan sehat dan aman dalam bekerja.
b. Merencanakan dan melaksanakan rencana jangka panjang dalam
pencegahan dan penggulangan kebakaran atau peledakan di
lingkungan PT. Pupuk Kaltim.
Bagian Binaper Riksa 2 Riksa 1 Bagian PMK Bag. Hiperkes
Direktur Produksi
General Manager Pegendalian & Pengawasan Pabrik
Manager Keselamatan & Kesehatan Kerja
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 29
Upaya pencegahan secara konsisten ditempuh perusahaan sebagai cara
untuk menjaga kesehatan kerja karyawan. Salah satu cara yang ditempuh
yaitu dengan pemeriksaal kesehatan (medical check up) secara berkala untuk
memonitor status kesehatan karyawan. Usaha kesehatan dan keselamatan
kerja di PT. Pupuk Kaltim mempunyai sasaran umum dan khusus. Secara
umum, sasarannya yaitu:
a. Perlindungan terhadap karyawan yang berada di tempat kerja agar
selalu terjamin keselamatan dan kesehatannya sehingga dapat
diwujudkan peningkatan produksi dan produktivitas kerja.
b. Perlindungan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja selalu
dalam keadaan selamat dan sehat.
c. Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agara dapat
dipakai dan digunakan secara aman dan efisien.
Sedangkan sasaran secara khusus usaha keselamatan dan kesehatan kerja
terdiri atas:
a. Mencegah dan/atau mengurangi kecelakaan, kebakaran, peledakan
dan penyakit akibat kerja.
b. Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat kerja, bahan baku dan
bahan hasil produksi.
c. Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat
dan penyesuaian antara pekerjaan dengan manusia atau manusia
dengan pekerjaannya.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 30
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Tinjauan Umum Tentang Tekanan Darah
Organ tubuh jantung berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Proses pemompaan darah oleh jantung melalui pembuluh darah menyebabkan
adanya tekanan/dorongan darah dalam proses pergerakannya atau
perpindahannya, yang sering disebut dengan tekanan darah.
Penggolongan tekanan darah bergantung pada tekanan sistolik dan
diastolik. Umumnya, tekanan darah dibawah normal atau rendah disebut
hipotensi, tekanan darah normal disebut normotensi, dan tekanan darah diatas
normal atau tinggi disebut hipertensi. Ukuran tekanan darah normal yaitu
120/80 mmHg. Angka 120 merupakan ukuran tekanan pembuluh arteri akibat
denyutan jantung, disebut tekanan darah sistolik. Sedangkan angka 80
menunjukkan tekanan saat jantung istirahat diantara denyutan, disebut
tekanan diastolik (Sutomo, 2009).
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan alat
Spighnomanometer yang terdiri dari kantong udara yang dililitkan sekeliling
lengan atas tangan yang dihubungkan dengan pemompaan udara dan alat ukur
Sphignanometer. Tekanan darah dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya
usia, obesitas, hiperlipidemia, genetika, stress, perilaku merokok dan
sebagainya. Biasanya tekanan darah tertinggi pada saat mengalami stress atau
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 31
setelah berolahraga, namun akan kembali normal setelah beristirahat (Retno,
2008).
Meningkatnya tekanan darah dalam arteri dapat terjadi melalui beberapa
cara. Jantung memompa lebih kuat sehingga cairan lebih banyak dialirkan
setiap detiknya. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku,
sehingga tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui
arteri tersebut. Oleh karena itu, pada setiap denyut jantung darah dipaksa
melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya
tekanan. Pada usia lanjut, hal ini terjadi karena penebalan arteri dan juga
kaku disebabkan karena arteriklerosis. Selain itu, tekanan darah dapat
meningkat ketika arteri kecil menjadi mengkerut akibat terjadinya
perangsangan saraf atau hormon dalam darah. Bertambahnya cairan dalam
sirkulasi juga merangsang peningkatan tekanan darah, dikarenakan kelainan
fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari
dalam darah (Saryawati, 2007).
3.2 Tinjauan Umum Tentang Hipertensi
Tekanan darah tinggi sudah menjadi salah satu penyakit yang sangat
umum dan tersembunyi atau tanpa disadari oleh penderitanya. Pada usia lima
puluhan keatas, ditemukan kasus di Australia 10% menderita tekanan darah
tinggi, dimana tekanan darah diastoliknya diatas 110 mmHg. Tekanan darah
tinggi yang terus-menerus pada pembuluh darah memaksa jantung bekerja
lebih keras untuk mengimbanginya. Awalnya, jantung akan bekerja normal,
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 32
namun karena tekanan yang terus-menerus meningkat, maka lambat laun
jantung akan menderita. Bilik kiri ventrikel yang memompa darah ke aorta
menjadi lemah karena ketegangan yang kontinyu kemudian membengkak,
dan apabila masih berlanjut, kerjanya akan menjadi melemah dan tidak stabil,
sedangkan jantung tidak akan sanggup memompa darah ke seluruh tubuh.
Keadaan ini yang kemudian akan menyebabkan gagal jantung, disusul sesak
nafas, kemudian pembengkakan anggota tubuh (oedema), yang disertai
dengan rasa sakit pada jantung (Knight, 1995)
Pada tekanan darah tinggi terjadi tekanan darah yang berlebihan pada
dinding ateri. Apabila kondisi ini terus berjalan akan mengakibatkan
kerusakan pada pembuluh darah dan kerkurangan aliran darah ke jaringan
tubuh. Kondisi ini mengakibatkan kerusakan jaringan jantung, ginjal, otak
dan mata. Apabila tekanan darah merusak jantung dan pembuluh darah,
komplikasinya akan mengancam kehidupan (gagal jantung, serangan jantung,
stroke) akan meningkat. Tahap peningkatan tekanan darah tinggi yang serius
akan berlanjut terjadi kerusakan di otak dan bahkan kematian dapat
mengancam (Cooper, 1996).
Tekanan darah tinggi di Amerika bagian Utara dijumpai pada 15-20%
orang dewasa. Tekanan darah tinggi merupakan penyebab terbesar dari
stroke., penyakit jantung, dan gagal ginjal. Untunglah, hasilnya memuaskan
apabila dideteksi dan pengobatan tekanan darah tinggi cepat dilakukan
sebelum terjadinya komplikasi. Tekanan darah tinggi tidak diketahui faktor
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 33
penyebabnya. Walaupun demikian para peneliti mengidentifikasikan adanya
faktor risiko diantaranya yaitu riwayat hipertensi dalam keluarga, ras-
dijumpai banyak pada kulit berwarna, stres, obesitas, diet banyak
mengandung makanan lemak jenuh dan garam, perokok, kehidupan
sedentary/kurang bergerak dan umur (Cooper, 1996).
Klasifikasi hipertensi menurut WHO tahun 1991-1999 yang terdiri dari
hipertensi ringan, sedang dan berat tidak digunakan dikarenakan ketiganya
memiliki risiko komplikasi yang sama besarnya. Kategori hipertensi memiliki
fase-fase tertentu dalam menunjukkan tingkatan hipertensi seseorang.
Menurut kriteria hipertensi menurut WHO, kategori hipertensi ketika
seseorang memiliki tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan
darah diastolik ≥90 mmHg. Adapun klasifikasi dari tekanan darah sampai
tingkatan hipertensi yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1
Klasifikasi Tekanan Darah KLASIFIKASI SISTOLIC DIASTOLIK
HIPOTENSI < 120 < 80
NORMAL 120 - 129 80 – 84
PREHIPERTENSI 130 - 139 85 – 89
HIPERTENSI SATGE I 140 - 159 90 - 99
HIPERTENSI SATGE II 160 - 200 100 - 120
HIPERTENSI SATGE III > 200 > 120
Sumber: WHO, 1999 dalam Rosidah, 2004
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 34
WHO (1999) mengeluarkan klasifikasi terbaru yang telah diaplikasikan
di Indonesia. Kategorinya lebih dipersempit dan dimasukkan satu kategori
terbaru, yaitu pre hipertensi. Penggolongan pre hipertensi adalah tekanan
darah sistolik 130-139 mmHg dan diastolik 85-89 mmHg. Kategori ini
merupakan golongan rang yang belum mengalami hipertensi, namun
memiliki risiko tinggi untuk terkena hipertensi. Pre hipertensi dapat
dikendalikan dengan mengubah gaya hidup agar tekanan darah menurun
sehingga kejadian hipertensi dapat dicegah (Rosidah, 2004).
Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah
yang diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu hipertensi primer dan hipertensi
esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang
dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung,
gangguan anak ginjal, dan sebagainya Gejala hipertensi seringkali tidak
terlihat, namun tekanan darah masih bisa terus menerus tinggi dalam jangka
waktu yang lama sehingga dapat menimbulkan komplikasi. Hipertensi dapat
dilihat pada tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg
(Saryawati, 2007).
3.3 Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah
Tekanan darah dipengurih oleh tekanan darah. Selain itu, terdapat
beberapa faktor yang turut mempengaruhi surah jantung dan tahanan perifer
mempengaruhi tekanan darah. Berikut merupakan beberapa faktor yang
mempengaruhi kenaikan tekanan darah (Sutomo, 2009):
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 35
3.3.1 Asupan Garam
Beberapa orang lebih sensitif terhadap asupan garam, tubuh mereka
akan menahan natrium di dalam tubuh sehingga terjadi retensi air dan
peningkatan tekanan darah. Tekanan darah tinggi hampir tidak pernah
ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam minimal garam
yang kurang dari tiga gram tiap hari memyebabkan prevalensi tekanan
darah tinggi yang rendah, sedangkan asupan garam antara 5-15 gram
perhari prevalensi tekanan darah meningkat menjadi 15-20 %. Pengaruh
asupan garam terhadap timbulnya penyakit hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasmma, curah jantung dan tekanan darah.
3.3.2 Genetik
Hipertensi merupakan penyakit turunan. Anak yang salah satu
orangtuanya positif hipertensi memiliki risiko 25% menderita hipertensi
juga, jika kedua orang tuanya positif mengidap hipertensi, maka potensi
risiko menjadi 60%. Hal ini banyak ditemukan pada kasus hipertensi
pada pasien kembar monozigot daripada heterozigot, jika salah satu
diantara orangtua menderita hipertensi.
3.3.3 Obesitas
Obesitas menjadi faktor risiko dari hipertensi dikarenakan massa
tubuh yang besar membutuhkan lebih banyak darah untuk menyediakan
oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Artinya, darah yang mengalir
dalam pembuluh darah semakin banyak sehingga dinding arteri
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 36
mendapatkan tekanan lebih besar dan menimbulkan peningkatan
frekuensi denyut jantung dan kadar insulin yang menyebabkan tubuh
menahan natrium dan air. Obesitas juga turut menyumbang risiko
terjadinya ateroklerosis akibat konsumsi lemak jenuh dan lemak trans
yang terus-menerus.
3.3.4 Merokok dan Konsumsi Alkohol
Zat-zat kimia rokok seperti nikotin dan karbon monoksida
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan memberi peluang
terhadap kejadian ateroklerosis yang bersifat sinergisme dengan faktor
risiko lainnya. Gangguan yang berulang-ulang akan menimbulkan
reaksi siaga yang selalu mengikutsertakan naiknya aktivitas saraf
simpatis yang lambat laun mengakibatkan kenaikan tekanan darah.
Selain perilaku merokok, konsumsi alkohol menyebabkan sekitar
5-20% kasus hipertensi, walaupun hubungannya masih belum jelas,
namun penelitian menemukan konsumsi alkohol 3 gelas atau lebih
meningkatkan risiko hipertensi dua kali lipat.
3.4 Tinjauan Umum Tentang Kebisingan
3.4.2 Definisi Kebisingan
Kebisingan memiliki beberapa pendefinisian. Menurut Suma’mur
(2009), kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki oleh
karena mengganggu atau timbul di luar kemauan orang yang
bersangkutan.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 37
Kebisingan menurut Permennakertrans No. 13 Tahun 2011 adalah
semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat
proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu
menyebabkan gangguan pendengaran.
3.4.3 Jenis Kebisingan
Kebisingan memiliki amplitudo dan frekuensi yang berbeda-beda,
sehingga mmenciptakan jenis kebisingan yang berbeda-beda pula.
Wahyu (2003) mengklasifikasikan kebisingan ke dalam tiga jenis,
yaitu:
a. Intermitten noise (kebisingan terputus-putus)
Intermitten noise adalah kebisingan dimana suara timbul dan
menghilang secara perlahan-lahan. Termasuk dalam intermitten noise
adalah kebisingan dari kendaraan beromotor dan pesawat yang take off.
b. Steady noise (kebisingan kontinyu)
Dinyatakan dalam nilai ambang takanan suara (sound pressure
levels) diukur dalam octave band dan perubahan-perubahan tidak
melebihi beberapa dB per detik, atau kebisingan dimana fluktuasi dari
intensitas suara tidak lebih 6 dB, misalnya suara kompressor, kipas
angin, dapur pijar, gergaji sekuler, katub gas.
c. Impact noise (kebisingan meledak-ledak)
Impact noise adalah kebisingan dimana waktu yang diperlukan
untuk mencapai titik puncak intensitasnya tidak lebih dari 35 detik, dan
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 38
waktu yang dibutuhkan untuk penurunan sampai 20 dB dibawah
puncaknya tidak lebih dari 500 detik, atau bunyi yang mempunyai
perubahan-perubahan besar dalam octave band. Contohnya yaitu suara
pukulan palu, suara tembakan meriam/senapan dan ledakan bom.
3.4.4 Pengaruh Kebisingan
Bising merupakan suara atau bunyi yang mengganggu. Bising
dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis,
gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Ada yang
menggolongkan gangguannya berupa gangguan Auditory, misalnya
gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non Auditory seperti
gangguan komunikasi, ancaman bahaya keselamatan, menurunya
performan kerja, stres dan kelelahan. Lebih rinci dampak kebisingan
terhadap kesehatan pekerja dijelaskan sebagai berikut: (Prabu, 2009)
a. Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu,
apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan
dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan
nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki,
serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit
kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor
vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 39
pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan
oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ,
kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan
elektrolit.
b. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang
konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima
dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa
gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.
c. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi
yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan
kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara
berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai
pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat
atau tanda bahaya.Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung
membahayakan keselamatan seseorang.
d. Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di
ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan
fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.
e. Efek pada pendengaran
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 40
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada
indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah
diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu.Mula-mula efek
bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi
secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi
apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli
menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada
frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya
dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk
percakapan.Macam-macam gangguan pendengaran (ketulian), dapat
dibagi atas :
1) Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift =TTS)
Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi.
Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya
sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila
tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya
akan pulih kembali.
2) Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS)
Diakibatkan waktu pajanan yang lama (kronis), besarnya PTS di
pengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :
a) Tingginya level suara
b) Lama pajanan
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 41
c) Spektrum suara
d) Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka
kemungkinan terjadi TTS akan lebih besar
e) Kepekaan individu
f) Pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan dapat memperberat
(pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan
dengan kontak suara, misalnya quinine, aspirin, dan beberapa obat
lainnya
g) Keadaan Kesehatan
3) Trauma Akustik
Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian
atau seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan
tunggal atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat
tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat keras, seperti suara
ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga, merusakkan
tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.
4) Prebycusis
Penurunan dayadengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan
gejala yang dialami hampir semua orang dan dikenal dengan prebycusis
(menurunnya daya dengar pada nada tinggi). Gejala ini harus
diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar akibat pajanan
bising ditempat kerja.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 42
5) Tinitus
Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan
pendengaran . Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang
yang dapat merasakan tinitus dapat merasakan gejala tersebut pada saat
keadaan hening seperti saat tidur malam hari atau saat berada diruang
pemeriksaan audiometri (dalam Prabu, 2009).
3.4.5 Nilai Ambang Batas Kebisingan
Tabel 3.2
NAB Kebisingan Menurut Permenakertrans No. PER-13/MEN/2011
Waktu pemajanan per hari Intensitas kebisingan dalam dB
8
4
2
1
Jam
85
88
91
94
30
15
7,5
3,75
1,88
0,94
Menit
97
100
103
106
109
112
28,12
14,06
7,03
3,52
1,76
0,88
0,44
0,22
0,11
Detik
115
118
121
124
127
130
133
136
139
Sumber : Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2011
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 43
Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya terkait pengaruh
kebisingan, maka demi kelangsungan kesehatan dan keselamatan
pekerja perlu ditetapkan nilai ambang batas (NAB) kebisingan.
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 13
Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor
Kimia di Tempat Kerja, NAB kebisingan untuk lama kerja selama 8
jam adalah 85 dB.
3.5 Efek Kebisingan Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Penelitian van Kempen, et al (2002) menunjukkan hubungan yang
signifikan pada pajanan bising industri dengan tekanan darah tinggi dengan
risiko relatif terjadinya hipertensi sebesar 1,14 kali (95%CI = 1,01 – 1,29)
tiap kenaikan bising 5 dB. Kenaikan signifikan tersebut ditemukan pada
tekanan darah sistolik yaitu terdapat perbedaan peningkatan sebesar 0,51
mmHg/5 dB, sedangkan untuk diastolik kenaikannya tidak signifikan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Rosidah (2004) terkait hubungan
pajanan bising dengan penyakit hipertensi pada wanita yang tinggal di
sepanjang rel kereta api Kota Semarang juga membuktikan bahwa rasio
prevalensi kejadian hipertensi pada wanita yang tinggal di daerah dengan
intensitas bising melebihi nilai ambang batas 1,483 kali lebih besar
dibandingkan wanita yang tinggal di daerah dengan intensitas bising kurang
dari nila ambang batas.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 44
Kebisingan ditanggapi oleh tubuh dengan adaptasi fungsi biologis.
Sistem saraf dengan otomatis akan menyesuaikan dengan cara tertentu.
Kebisingan yang diterima telinga menmberikan respon saraf untuk
menaikkan detak jantung sehingga tekanan darah ikut meningkat, sementara
hormon adrenalin dan kortisol dilepaskan. Dalam jangka panjang, level tinggi
adrenalin dan kortisol dibawah kondisi kerja yang penuh stres bisa
menimbulkan banyak efek kesehatan yang serius (Saryawati, 2007).
Efek bising terhadap manusia ada dua macam, yaitu efek terhadap
pendengaran yang biasa disebut trauma akustik/bising dan efek terhadap
perubahan perilaku manusia atau gangguan psikosomatis, antara lain
kenaikan darah, jantung bedebar-debar, dan lain-lain. Bila keduanya
dihubungan dengan fungsi alarm simpatis, maka stres psikis dapat
merangsang hipotalamus bagian lateroposterior yang menjadi pusat eksitasi,
kemudian sinyal listrik dikirimkan melalui formasio retikularis ke pusat
vasomotor di dalam sepertiga bagian bawah pons untuk selanjutnya melalui
medulla spinalis menuju ke pusat saraf simpatis yaitu di subtansia grisea
motoneuron simpatis segmen cervical dan darah. Disini dialirkan melalui
saraf simpatis ke efektor dalam organ telinga dalam, sehingga menyebabkan
vasokontriksi arteri yang diinevarsi (Saryawati, 2007).
Mekanisme gangguan vaskularisasi pada hiperstimulasi bising adalah
bisa terjadi kegiatan komponen-komponen dalam organo auditoria yang
berkewajiban meneruskan rangsang sampai ke pusat meningkat. Peningkatan
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 45
kegiatan ini membutuhkan energi yang terutama didapat dari metabolisme
glukosa secara aerob. Metabolisme ini membutuhkan penyediaan oksigen,
sehingga metabolisme di semua komponen organo auditoria yang mengambil
bagian di dalam impuls saraf sangat meningkat. Setiap peningkatan
metabolisme dalam sel jaringan selalu diikuti peningkatan aliran darah ke
jaringan itu secara akut. Pada akhirnya terjadi pengurangan tonus aktif pada
aktif pada otot dinding vaskuler dan sifat kontraktif pada endotel kapiler yang
menyebabkan vasodilatasi baik arteriole, venule, metarteriole, sfingter
prakapiler maupun kapiler. Terdapat pengaturan aliran darah setempat jangka
panjang yaitu terjadi rekonstruksi vaskularisasi jaringan secara terus-menerus
untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan zat gizi sehingga
ukuran pembuluh darah di tempat bertambah. Keadaan ini dipacu oleh
perangsangan yang terus menerus (Saryawati, 2007).
Beberapa penelitian sebelumnya menemukan hasil berupa peningkatan
denyut nadi, tekanan darah dan frekuensi pernafasan biasanya terjadi pada
permulaan pajanan (intian exposure) dan terutama bila kebisingan yang
terpajan timbul secara mendadak. Setelah pemaparan yang berulang dan lama
akan terjadi proses adaptasi. Gangguan faal lainnya berupa aktivitas lambung
menurun, tonus otot meningkat, perubahan biokimia/perubahan biologis
(kadar glukosa, urea, dan kolesterol dalam darah, darah katekolamin dalam
air seni), dan gangguan keseimbangan/equilibrium disorder, dengan gejala-
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 46
gejala seperti mual, vertigo dan nystagmus (pada pajanan intensitas bising
lebih dari 130 dB) (Saryawati, 2007).
Beberapa literatur memperkirakan efek kardiovaskuler akibat pajanan
bising dilihat sebagai akibat dari stres. Reaksi stres psikologi umum dalam
jangka pendek bisa terjadi sebagai akibat dari aktivitas sistem hormon dan
saraf otonom. Kondisi stres dapat memicu risiko penyakit jantung koroner.
Secara langsung efek stres berupa reaksi tubuh mengeluarkan hormon
adrenalin medullary seperti noradrenaline yang meningkatkan resistensi
sekeliling dan menaikkan tekanan darah serta denyut jantung. Stres dengan
peninggian aktivitas saraf simpatis menyebabkan konstriksi fungsional dan
hipertrofi struktural (Saryawati, 2007).
| 47
3.6 Kerangka Teori
Subtrat Renin
Aktivitas Saraf Ginjal
Renin
Converting
Enzym Angiostensin II
Angiostensin I
Bising
Sistem Saraf Simpatis
Medulla Adrenal
Sekresi Epinefrin
& Norepinefrin
Vaso Kontriksi
Tekanan
Darah Meningkatkan atau mempertahankan cairan ekstra seluler
Reabsorpsi di Nefron
Sekresi Aldosteron
Usus Kortek Adrenal
Reabsorpsi
Air & Na
SSP
Keinginan
Asupan Garam
Pelepasan
Vasopresi
n
Tahanan
Perifer Total
Jantung
Curah
Jantung
Otot Polos
Pembuluh
Darah
Tekanan
Darah Arteri
Frekuensi Denyut Nadi Isi Sekuncup
Kekuatan Kontraksi
Curah Jantung Tahanan
Perifer Total
Kenaikan
Tekanan Darah
Usia
Pola Hidup:
*Alkohol
*Merokok
*Kurang Olahraga
*Diet Tinggi Lemak Perilaku Pekerja: Penggunaan
APD
Obesitas
Riwayat Penyakit:
*Diabetes Mellitus
*Malfungsi Ginjal
*Aterosklerosis
Konsumsi Obat
Lama Kerja
Gambar 2.7 Kerangka Teori Penelitian
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 48
BAB IV
METODE MAGANG
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan
cross sectional yaitu pengukuran variabelnya hanya dilakukan sekali, dalam
suatu saat. Pada penelitian ini variabel bebas dan variabel terikat dinilai
secara simultan pada suatu saat, sehingga tidak ada follow up, sehingga
didapatkan prevalensi suatu penyakit dalam populasi pada suatu saat. Dari
data yang telah didapat dapat dibandingkan prevalensi peyakit pada kelompok
dengan risiko, dengan prevalensi kelompok tanpa resiko.
4.2 Lokasi dan Waktu
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan di lingkup perusahaan PT.Pupuk
Kaltim pada tanggal 17 Januari sampai dengan tanggal 15 Maret 2012 dan
dilakukan di Kaltim 2.
4.3 Jadwal Pelaksanaan
Kegiatan Penelitian yang dilaksanakan dapat diliihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Kegiatan Penelitian secara umum
KEGIATAN MINGGU
I II III IV V VI VII VIII
Persiapan dan Orientasi
Pelaksanaan Tugas Khusus
(Pengambilan Data Kuesioner)
Pembuatan Laporan
Presentasi
Revisi Laporan
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 49
4.4 Kerangka Konsep
Keterangan : *dikendalikan
4.5 Hipotesis
1) Ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian hipertensi tenaga kerja.
2) Ada hubungan antara riwayat merokok dengan kejadian hipertensi tenaga
kerja.
3) Ada hubungan antara riwayat hipertensi dalam keluarga dengan kejadian
hipertensi tenaga kerja.
4) Ada hubungan antara penggunaan APD dengan kejadian hipertensi tenaga
kerja.
5) Ada hubungan antara intensitas bising > NAB dengan kejadian hipertensi
tenaga kerja.
- Umur*
- Obesitas*
- Riwayat Penyakit*
VARIABEL PENGGANGGU
VARIABEL BEBAS
Kejadian Hipertensi
VARIABEL BEBAS
- Masa Kerja
- Riwayat Merokok
- Riwayat Hipertensi
dalam Keluarga
- Pemakaian APD
- Intensitas Bising
- Lama Kerja
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 50
6) Ada hubungan antara lama kerja > 8 Jam dengan kejadian hipertensi
tenaga kerja.
4.6 Populasi
Jumlah total tenaga kerja di utility plant, amoniak plant, dan urea palnt
di operasi pabrik Kaltim 2 PT. Pupuk Kaltim sebanyak 130 orang. Sebagai
populasi penelitian ini yaitu pekerja yang terpajan kebisingan yaitu 60 orang
dari area bising di field operasi Kaltim 2.
4.7 Sampel
Sampel tenaga kerja sebagai subyek penelitian adalah keseluruhan
merupakan laki-laki yang terpajan kebisingan selama masa kerjanya, yang
terbagi menjadi 3 unit, yaitu plant utility, plant amoniak dan plant urea.
Pengambilan/perhitungan sampel menggunakan rumus proporsi sampling
yaitu sebagai berikut:
Keterangan:
n : Besar sampel
N : Besar populasi
Z : Nilai pada kurva normal untuk α = 0,05 (Z = 1,96, tingkat
kepercayaan 95%)
P : Estimator proporsi populasi (P = 0,5)
d : Presisi/nilai absolut (biasanya 0,1 atau 10%)
Berdasarkan jumlah populasi tenaga kerja yang terpajan kebisingan
sebanyak 60 orang, maka dari perhitungan didapat jumlah sampel sebesar
37 orang.
n = d
2 . (N-1) . Z
21 - α/2 . P .(1-P)
Z2
1 - α/2 . P . (1-P) . N
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 51
4.8 Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
4.8.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah sebagai faktor risiko, yaitu
masa kerja, riwayat merokok, riwayat hipertensi dalam keluarga,
pemakaian APD, intensitas bising dan lama kerja.
4.8.2 Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kejadian hipertensi.
4.8.3 Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu dari penelitian ini adalah umur, obesitas, lama
kerja, dan riwayat penyakit.
4.9 Definisi operasional
4.9.1 Masa Kerja
Adalah jumlah tahun yang telah dijalani responden terhitung sejak
responden menjadi pekerja di bagian bising operasi pabrik Kaltim 2 PT.
Pupuk Kaltim.
Skala : ratio
4.9.2 Riwayat merokok
Adalah kecenderungan responden untuk merokok dalam kesehariannya.
Skala : nominal (ya dan tidak)
4.9.3 Riwayat hipertensi dalam keluarga
Adalah kecenderungan dari keluarga responden menderita penyakit
tekanan darah tinggi.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 52
Skala : nominal (ada dan tidak)
4.9.4 Pemakaian APD pendengaran
Adalah kecenderungan responden untuk menggunakan alat pelindung
telinga yang disediakan perusahaan.
Skala : nominal (pakai dan tidak)
4.9.5 Intensitas bising
Adalah tingkat kebisingan terukur yang berasal dari kegiatan mesin-
mesin produksi operasi pabrik Kaltim 2 PT. Pupuk Kaltim yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan kerja, yang diukur dengan alat sound level meter, dengan
satuan dB.
Skala : nominal (> 85 dB dan ≤ 85 dB)
4.9.6 Usia
Adalah usia responden mulai dari dilahirkan hingga saat pengambilan
data responden.
Skala : ratio
4.9.7 Indeks Massa Tubuh (IMT)
Adalah tingkat gizi seseorang yaitu perbandingan berat badan dalam
kilogram dengan kuadrat tinggi tubuh dalam meter.
Gizi kurang : IMT < 20,2
Gizi nornal : IMT 20,2 – 24,7
Gizi lebih : IMT 25 – 27
Obesitas : IMT > 27
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 53
Skala : nominal (obesitas dan tidak obesitas)
4.9.8 Lama kerja
Adalah jumlah jam kerja yang dijalani responden dalam sehari bekerja
di operasi pabrik Kaltim 2 PT. Pupuk Kaltim
Skala : nominal (> 8 jam dan ≤ 8 jam)
4.9.9 Riwayat penyakit
Adalah sejarah penyakit yang pernah dialami tenaga kerja yang
berkaitan dengan hipertensi (kelainan jantung atau ginjal).
Skala : nominal (ya dan tidak)
4.9.10 Kejadian hipertensi
Adalah peningkatan menetap tekanan arteri sistematik dengan
menggunakan sphignanometer dengan satuan mmHg, jika tekanan
sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.
Skala : nominal (hipertensi dan tidak)
4.10 Pengendalian Variabel Pengganggu
Dalam rangka mendapatkan kepastian bahwa perubahan yang terjadi
pada variabel terikat yang diamati benar-benar disebabkan oleh suatu
perlakuan dalam eksperimen, bukan disebabkan karena faktor lain yang tidak
relevan, perlu dilakukan pengendalian terhadap variabel yang muncul, yaitu:
1. Usia : responden yang berusia 20 sampai 45 tahun
2. IMT : responden mempunyai IMT antara 20,2 – 27
(tidak termasuk golongan obesitas)
3. Riwayat penyakit : responden tidak pernah menderita penyakit yang
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 54
Berhubungan dengan ginjal dan jantung.
4.11 Tahap Penelitian
4.11.1 Penentuan Populasi Terjangkau
Dalam penelitian ini, populasi terjangkau adalah operator Plant
Utility, Plant Amoniak, dan Plant Urea di Kaltim 2 yang terpajan
kebisingan.
4.11.2 Pemilihan Subyek Penelitian
Dari populasi terjangkau dilakukan pemilihan sampel yang
merupakan bagian dari populasi terjangkau, dipilih secara random.
4.11.3 Pelaksanaan penelitian
Sebagai subjek yang dipilih kemudian dari yang terpilih diambil
sebagai sampel. Penelitian ini merupakan penelitian observasional jenis
cross sectional yang dilakukan pada suatu saat.
4.12 Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner dalam mengumpulkan
data primer berupa data responden terkait variabel yang diteliti, yaitu masa
kerja, riwayat merokok, riwayat hipertensi dalam keluarga, penggunaan
APD. Selain itu, juga menggunakan tensimeter digital untuk mengukur
tekanan darah responden.
4.13 Pengumpulan Data
4.13.1 Data primer
Kuesioner berisi tentang informasi data subyek penelitian terkait
variabel penelitian, yang terdiri dari informasi usia, masa kerja,
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 55
riwayat merokok, riwayat hipertensi dalam keluarga, dan pemakaian
APD, sedangkan data tekanan darah didapatkan dengan pengukuran
menggunakan tensimeter digital.
Gambar 4.1 Tensimeter Digital
4.13.2 Data sekunder
Data yang diperoleh untuk melengkapi penelitian ini yaitu dari
hasil pengukuran intensitas bising di operasi pabrik Kaltim 2 yang
dilakukan oleh Mahasiswa PKL 2013 atas nama Mahdaniah, layout
Kaltim 2 PT. Pupuk Kaltim dan gambaran umum perusahaan serta
proses produksinya.
4.14 Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer program
SPSS for windows versi 16,0 dan dibantu dengan program Ms. Excel,
selanjutnya dilakukan uji analisis sebagai berikut:
4.14.1 Univariat merupakan penyajian data secara deskriptif terhadap
karakteristik responden. Analisa data responden menggunakan
persentase dengan penyajian berbentuk tabel.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 56
4.14.2 Bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing
variabel bebas denagn variabel terikat serta besar resiko variabel
bebas terhadap variabel terikat dengan nilai p ≤ 0,05 menggunakan
uji Chi Square.
4.14.3 Multivariat digunakan untuk mengetahui hubungan beberapa
variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji
statistik regresi logistik.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 57
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Intensitas Kebisingan di Operasi Pabrik Kaltim 2 PT. Pupuk
Kaltim
a. Intensitas Kebisingan
Pengukuran intensitas kebisingan yang telah dilakukan oleh
Mahasiswa PKL Mahdaniah menggunakan sound level meter
menemukan tingkat kebisingan pada area utility, ammonia plant
dan urea plant memiliki tingkat kebisingan dengan rata-rata diatas
85 dB, sedangkan pada mesin reformer tingkat kebisingan rata-rata
diatas 95 dB hingga mencapai 100 dB.
Gambar 5.1 Hasil Pengukuran Kebisingan Pabrik 2 Tahun 2013
Melihat intensitas bising rata-rata pada operasi Pabrik 2 PT.
Pupuk Kaltim telah melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) yang
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 58
telah ditentukan yaitu 85 dB untuk 8 jam kerja menurut
Permennaker No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Dalam hal ini,
tindakan pencegahan pajanan yanng berlebihan dilakukan oleh PT.
Pupuk Kaltim memberikan batasan jam kerja selama 8 jam, serta
APD (Alat Pelindung Diri) Telinga berupa ear muff dan ear plug.
Operator lapangan mempunyai sistem kerja log sheet yaitu
pengecekan mesin tiap 2 jam selama 15-30 menit. Selain itu, akan
standby jika ada pekerjaan mekanis di field kerjanya untuk
mengawasi proses kerja.
b. Pemetaan Kebisingan
Gambar 5.2 Hasil Pemetaan Kebisingan Pabrik 2 Tahun 2013
Selain pengukuran intensitas kebisingan, dilakukan pemetaan
kebisingan berdasarkan hasil pengukuran sebelumnya dengan
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 59
ketentuan warna hijau sebagai daerah aman dengan kebisingan
dibawah 85 dB, warna kuning sebagai daerah kebisingan diatas 85
dB dan warna merah untuk kebisingan diatas 95 dB.
Berdasarkan pemetaan diatas, dapat disimpulkan bahwa
kebisingan tersebar merata seluruh daerah dalam proses area
dengan tingkat kebisingan 85-95 dB. Daerah hijau merupakan
daerah aman dari kebisingan dan aman bekerja tanpa APD Telinga,
daerah kuning merupakan daerah wajib memakai ear plug, dan
daerah merah merupakan daerah wajib memakai ear muff.
Permennakertrans No. Per.08/MEN/VII/2010 tentang Alat
Pelindung Diri mewajibkan pengusaha untuk menyediakan APD
bagi pekerja/buruh di tempat kerja yang sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI) yang secara cuma-cuma kepada pekerja.
Selain itu, bentuk pelaksanaan peraturan ini berupa pemasangan
rambu-rambu tertulis mengenai kewajiban penggunaan APD di
tempat kerja.
Gambar 5.3 Ear Plug (kiri) dan Ear Muff (kanan)
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 60
Gambar 5.4 Rambu Kebisingan
5.1.2 Analisa Univariat
a. Distribusi responden menurut masa kerja
Masa kerja karyawan merupakan lamanya bekerja di unit
Pabrik Kaltim 2 PT. Pupuk Kaltim. Masa Kerja minimal 1 tahun,
maksimal 25 tahun, dikategorikan menjadi 2 bagian yaitu kurang
atau sama dengan 12 tahun dan lebih dari 12 tahun. Kategori 12
tahun tersebut didasarkan pada distribusi data masa kerja. Dari
tabel 5.1 dapat dilihat sebagian besar responden memiliki masa
kerja dibawah 12 tahun yaitu sebanyak 31 orang (83,8%) dibanding
responden yang memiliki masa kerja diatas 15 tahun yaitu sebanya
6 orang (16,2%).
Tabel 5.1
Distribusi Responden Menurut Masa Kerja
Masa Kerja Frekuensi (%)
> 12 tahun 6 (16,2)
≤ 12 tahun 31(83,8)
Jumlah 37 (100,0)
b. Distribusi responden menurut riwayat merokok
Berdasarkan tabel 5.2 , diketahui responden yang memiliki
riwayat merokok 15 orang (40,5%), sedangkan responden yang
tidak pernah merokok sebanyak 22 orang (59,5%).
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 61
Tabel 5.2
Distribusi Responden menurut Riwayat Merokok
Riwayat Merokok Frekuensi (%)
Ya 15 (40,5)
Tidak 22 (59,5)
Jumlah 37 (100,0)
c. Distribusi responden menurut riwayat hipertensi dalam keluarga
Riwayat hipertensi dalam keluarga merupakan faktor genetik
yang mempunyai peranan dalam tekanan darah seseorang. Dari 37
sampel diambil, responden yang memiliki riwayat hipertensi dalam
keluarga berdasarkan tabel 5.3 adalah sebanyak 17 (45,9%)
sedangkan yang tidak memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga
sebanyak 20 (54,1%).
Tabel 5.3
Distribusi Responden menurut Riwayat Hipertensi dalam Keluarga
Riwayat Hipertensi
dalam keluarga Frekuensi (%)
Ya, ada 17 (45,9)
Tidak 20 (54,1)
Jumlah 37 (100,0)
d. Distribusi responden menurut pemakaian APD
Tabel 5.4
Distribusi Responden menurut Pemakaian APD
Pemakaian APD Frekuensi (%)
Tidak Pakai 0 (0,0)
Pakai 37 (100,0)
Jumlah 37 (100,0)
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 62
Alat Pelindung Diri (APD) Telinga merupakan alat yang
dipakai di telinga guna melindungi pendengaran dari gangguan
pajanan kebisingan. Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa
keseluruhan responden telah disiplin memakai APD Telinga
sebanyak 37 orang (100%).
e. Distribusi responden menurut intensitas pajanan bising
Tabel 5.5
Distribusi Responden menurut Intensitas Pajanan Bising
Intensitas Bising Frekuensi (%)
> 85 dB 24 (64,9)
≤ 85 dB 13 (35,1)
Jumlah 37 (100,0)
Intensitas pajanan bising dikategorikan menjadi dua bagian,
yaitu kurang atau sama dengan 85 dB dan lebih dari 85 dB.
Pengambilan angka 85dB berdasarkan Kepmenakertrans No. 13
Tahun 2011, bahwa nilai ambang batas kebisingan selama 8 jam
kerja yaitu 85 dB. Intensitas kebisingan terendah 50 dB dan
tertinggi 103 dB. Jumlah sampel tenaga kerja bagian utility plant
12 orang, amoniak plant 15 orang, dan urea plant 10 orang.
Tabel 5.5 memperlihatkan distribusi intensitas pajanan
kebisingan yang diterima responden adalah sebesar 13 orang
(35,1%) yang terpajan kebisingan masih kurang dari 85 dB,
sedangkan yang terpajan kebisingan lebih dari 85 dB sebanyak 24
orang (64,9%).
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 63
f. Distribusi responden menurut lama kerja
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden melalukan pekerjaannya selama 8 jam atau kurang
sebanyak 26 orang (70,3%), sedangkan responden yang melakukan
pekerjaannya lebih dari 8 jam atau lembur sebanyak 11 orang
(29,7%).
Tabel 5.6
Distribusi Responden menurut Lama Kerja
Lama Kerja Frekuensi (%)
> 8 Jam 11 (29,7)
≤ 8 Jam 26 (70,3)
Jumlah 37 (100,0)
g. Distribusi responden menurut kejadian hipertensi
Berdasarkan pengukuran tekanan darah responden dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden tidak hipertensi
sebanyak 29 (21,6%) sedangkan responden yang hipertensi
sebanyak 8 orang (78,4%).
Tabel 5.7
Distribusi Responden menurut Kejadian Hipertensi
Kejadian Hipertensi Frekuensi (%)
Ya 8 (21,6)
Tidak 29 (78,4)
Jumlah 37 100,0)
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 64
5.1.3 Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat serta besar resiko
variabel bebas terhadap variabel terikat, yakni menggunakan analisa
bivariat, dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.
a. Hubungan masa kerja dengan kejadian hipertensi
Tabel 5.8
Hubungan Masa Kerja dengan Kejadian Hipertensi
Masa Kerja Kejadian Hipertensi Jumlah
(%)
p
value 95%CI
Ya (%) Tidak (%)
> 12 tahun 1 (16,7) 5 (83,3) 6 (100)
1,000 0,686
(0,068-6,882) ≤ 12 tahun 7 (22,6) 24 (77,4) 31(100)
Jumlah 8 (21,6) 29 (78,4) 37(100)
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 37 responden, yang masa
kerjanya lebih dari 12 tahun sebanyak 6 orang dengan 1 orang
(16,7%) yang mengalami hipertensi, sedangkan tenaga kerja yang
masa kerja kurang atau sama dengan 12 tahun sebanyak 31 orang,
terdapat 7 (22,6%) yang hipertensi.
Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p = 1,000, OR = 0,686
dan 95%CI = 0,068-6,882. Hasil analisa tersebut menunjukkan
hubungan antara masa kerja dengan kejadian hipertensi tidak
berpengaruh secara signifikan (p > 0,05). Masa kerja bukan
merupakan faktor risiko.
b. Hubungan riwayat merokok dengan kejadian hipertensi
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 37 responden, yang punya
riwayat merokok sebanyak 15 orang dengan 3 orang (20,0%)
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 65
hipertensi, sedangkan tenaga kerja yang tidak merokok sebanyak
22 orang, terdapat 5 (22,7%) yang hipertensi.
Tabel 5.9
Hubungan Riwayat Merokok dengan Kejadian Hipertensi
Riwayat
Merokok
Kejadian Hipertensi Jumlah
(%)
p
value 95%CI
Ya (%) Tidak (%)
Ya 3 (20,0) 12 (80,0) 15 (100)
1,000 0,850
(0,170-4,256) Tidak 5 (22,7) 17 (77,3) 22 (100)
Jumlah 8 (21,6) 29 (78,4) 37 (100)
Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p = 1,000, OR = 0,850
dan 95%CI = 0,170-4,256. Hasil analisa tersebut menunjukkan
hubungan antara riwayat merokok dengan kejadian hipertensi tidak
berpengaruh secara signifikan (p > 0,05). Riwayat merokok bukan
merupakan faktor risiko kejadian hipertensi.
c. Hubungan riwayat hipertensi dalam keluarga dengan kejadian
hipertensi
Tabel 5.10
Hubungan Riwayat Hipertensi dalam Keluarga
dengan Kejadian Hipertensi Riwayat
Hipertensi
dalam
Keluarga
Kejadian Hipertensi
Jumlah
(%)
p
value 95%CI
Ya (%) Tidak (%)
Ya 4 (30,7) 13 (69,3) 17 (100)
1,000 1,231
(0,257-5,900) Tidak 4 (20,0) 16 (80,0) 20 (100)
Jumlah 8 (21,6) 38 (78,4) 37 (100)
Tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari 37 responden sebanyak
17 orang yang memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga dengan
4 orang (30,7%) yang hipertensi, sedangkan tenaga kerja yang
tidak memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga sebanyak 20
orang dengan 4 orang (20,0%) yang hipertensi.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 66
Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p = 1,000, OR =
1,231 dan 95%CI = 0,231-5.900. Hasil analisa tersebut menunjukkan
bahwa hubungan antara riwayat hipertensi dalam keluarga dengan
kejadian hipertensi tidak signifikan (p > 0,05). Riwayat hipertensi dalam
keluarga merupakan bukan faktor risiko terhadap kejadian hipertensi.
d. Hubungan pemakaian APD dengan kejadian hipertensi
Tabel 5.11
Hubungan Pemakaian APD dengan Kejadian Hipertensi
Pemakaian
APD
Kejadian Hipertensi Jumlah
(%)
p
value 95%CI
Ya (%) Tidak (%)
Tidak Pakai 0 (0,0) 0 (0,0) 0 (0,0)
- - Pakai 8 (21,6) 29 (78,4) 37 (100)
Jumlah 8 (21,6) 29 (78,4) 37 (100)
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa keseluruhan respoden 37
orang memiliki kedisiplinan dalam pemakaian APD, sehingga tidak
dapat dimasukkan ke dalam uji statistik untuk melihat
hubungannya dengan kejadian hipertensi.
e. Hubungan intensitas bising dengan kejadian hipertensi
Tabel 5.12
Hubungan Intensitas Bising dengan Kejadian Hipertensi
Intensitas
Bising
Kejadian Hipertensi Jumlah
(%)
p
value 95%CI
Ya (%) Tidak (%)
> 85 dB 6 (25,0) 18 (75,0) 24 (100)
0,685 1,833
(0,313-10,735) ≤ 85 dB 2 (15,4) 11 (84,6) 13 (100)
Jumlah 8 (21,6) 29 (78,4) 37 (100)
Berdasarkan tabel 5.12 menunjukkan bahwa dari 37 responden, yang
terpajan kebisingan > 85 dB sebanyak 24 orang dengan 6 orang (25,0%)
yang mengalami hipertensi, sedangkan responden yang terpajan
kebisingan ≤ 85 dB sebanyak 13 orang dengan 2 orang (15,4%) yang
mengalami hipertensi
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 67
Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p = 0,685, OR = 1,833
dan 95%CI = 0,313-10,735. Hasil analisa tersebut menunjukkan
hubungan antara intesitas kebisingan dengagn kejadian hipertensi tidak
signifikan. Pajanan intensitas bising > 85 dB bukan merupakan faktor
risiko dari kejadian hipertensi.
f. Hubungan lama kerja dengan kejadian hipertensi
Tabel 5.13
Hubungan Lama Kerja dengan Kejadian Hipertensi
Lama
Kerja
Kejadian Hipertensi Jumlah
(%)
p
value 95%CI
Ya (%) Tidak (%)
> 8 Jam 3 (27,3) 8 (0,0) 11 (100)
0,672 1,575
(0,303-8,175) ≤ 8 Jam 5 (21,6) 21 (78,4) 26 (100)
Jumlah 8 (21,6) 29 (78,4) 37 (100)
Berdasarkan tabel 5.13, dapat dilihat bahwa responden yang
memiliki jam kerja > 8 jam sebanyak 11 orang dengan 3 orang (27,3%)
yang mengalami hipertensi. Sedangkan responden yang memiliki jam
kerja ≤ 8 jam sebanyak 26 orang dengan 5 orang (21,6%) yang
mengalami hipertensi.
Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p = 0,672, OR = 1,575
dan 95%CI = 0,303-8,175. Hasil analisa tersebut menunjukkan
hubungan antara intesitas kebisingan dengagn kejadian hipertensi tidak
signifikan. Lama kerja lebih dari 8 jam bukan merupakan faktor risiko
dari kejadian hipertensi.
5.1.4 Analisa Multivariat
Analisa multivariat dapat dilakukan berdasarkan hasil uji analisa
bivariat. Setiap variabel bebas yang diteliti jika memiliki nilai p > 0,25,
maka dapat dimasukkan dalam analisis multivariat. Berdasarkan tabel
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 68
5.14, dapat dilihat bahwa karakteristik karyawan yang diteliti tidak
mempunyai faktor risiko yang bermakna dikarenakan nila p > 0,05.
Tabel 5.14
Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Kejadian Hipertensi
Karakteristik Karyawan
Kejadian Hipertensi
OR p value Ya
N = 8
(21,6%)
Tidak
N = 29
(78,4%)
Total
N = 37
(100%)
N % n % N %
Masa
Kerja
> 12 Tahun 1 16,7 5 83,3 6 100 0,689 1,000
≤ 12 Tahun 7 22,6 24 77,4 31 100
Riwayat
Merokok
Ya 3 20 12 80 15 100 0,850 1,000
Tidak 5 22,7 17 77,3 22 100
Riwayat
Hipertensi
Keluarga
Ya 4 30,7 13 69,3 17 100 1,231 1,000
Tidak 4 20 16 80 20 100
Pemakaian
APD
Pakai 8 21,6 29 78,4 37 100 - -
Tidak 0 0 0 0 0 0
Intensitas
Bising
> 85 dB 6 25 18 75 24 100 1,833 0,685
≤ 85 dB 2 15,4 11 84,6 13 100
Lama
Kerja
> 8 Jam 3 27,3 8 72.7 11 100 1,575 0,672
≤ 8 Jam 5 19,2 21 80,8 26 100
5.2 Pembahasan
5.2.1 Kejadian Hipertensi
Berdasarkan analisis data dieroleh prevalensi hipertensi 21,6%,
dibandingkan dengan penelitian Saryawati (2007) untuk daerah bising
prevalensi hipertensi sebesar 41,3%. Hasil pengukuran tekanan darah
responden menunjukkan sebagian besar responden tidak hipertensi
yaitu 29 (78,4%) sedangkan responden yang hipertensi sebanyak 8
(21,6%).
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 69
Pengaturan tekanan darah bergantung pada kontrol dua penentu
utamanya yaitu curah jantung dan resistensi perifer total. Kontrol curah
jantung banyak bergantung pada pengaturan kecepatan denyut jantung
dan volume sekuncup, sementara resistensi perifer total terutama
ditentukan oleh derajat vasokonstriksi arteri. Kenaikan kecepatan
jantung akan berpengaruh langsung pada tekanan darah sistolik,
sedangkan tekanan diastolik banyak dipengaruhi oleh resistensi perifer
total.
5.2.2 Karakteristik Karyawan
Responden sebanyak 37 orang merupakan karyawan Kaltim 2 yang
tersebar di tiga plant, yaitu utility plant, amoniak plant dan urea plant.
Responden dari urea plant sebanyak 13 orang, amoniak plant sebanyak
16 orang dan urea plant sebanyak 11 orang. Selain memiliki ruang
panel tersendiri, ketiga plant ini memiliki masing-masing field kerja,
dimana utility plant terdiri dari field UFC, field GE/WHB, field
PKB/PA-IA/Demin, field Desal dan field SWP/FCW/Cl2, amoniak plant
memiliki field Reformer, field Steam Sistem, field CO2 Removal, field
Compressor Syn Gas, field Compressor Refrigerator, field Synloop
HRU dan field HRU-1/2 NGCR, sedangkan urea plant terdiri dari field
CO2 Compressor, field Synthesis/Prilling, field HP.Pump/WWT dan
field Resirk/Evaporasi.
Karyawan yang menjadi responden telah dipilih dengan syarat usia
antara 20-45 tahun, IMT antara 20-27, dan tidak memiliki riwayat
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 70
penyakit yang berhubungan dengan hipertensi seperti kelainan jantung
dan ginjal. Cara ini ditempuh untuk menghilangkan variabel
pengganggu yang dapat mengacaukan analisis hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat.
5.2.3 Faktor Risiko-Faktor Risiko Kejadian Hipertensi
Data yang diperoleh pada penelitian, dianalisis secara bivariat yaitu
dengan melihat hubungan dan faktor risiko antara masa kerja dengan
kejadian hipertensi, hubungan dan faktor risiko antara riwayat merokok
dengan kejadian hipertensi, hubungan dan faktor risiko antara riwayat
hipertensi dalam keluarga dengan kejadian hipertensi, hubungan dan
faktor risiko antara penggunaan APD dengan kejadian hipertensi,
hubungan dan faktor risiko antara intensitas pajanan bising dengan
kejadian hipertensi, dan hubungan dan faktor risiko antara lama kerja
dengan kejadian hipertensi.
Untuk melihat hubungan dan faktor risiko antar variabel,
digunakan uji statistik Chi Square dengan α = 0,05 dan menggunakan
OR (Odds Ratio) dengan Conveidence Interval (CI) 95%.
a. Hubungan antara Masa Kerja dengan Kejadian Hipertensi
Tenaga kerja yang memiliki masa kerja terkecil selama 1 tahun
dan terlama selama 25 tahun. Selanjutnya dibuat dua kategori yaitu
pekerja dengan masa kerja kurang atau sama dengan 12 tahun dan
lebih dari 12 tahun.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 71
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa pekerja dengan
masa kerja lebih dari 12 tahun hanya 16,7% responden yang
megalami kejadian hipertensi. Sedangkan responden dengan masa
kerja kurang atau sama dengan 12 tahun yang mengalami
hipertensi sebanyak 22,6%. Dari hasil analisa statistik diperoleh
nilai p = 1.000, maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan
proporsi penderita hipertensi karyawan yang bermasa kerja > 12
tahun dengan karyawan yang bermasa kerja ≤ 12 tahun (tidak ada
hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kejadian
hipertensi).
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0.689. Nilai OR <
1 ,artinya karyawan yang bermasa kerja > 12 tahun berpeluang 0.69
kali lebih besar menderita hipertensi dibanding karyawan yang
bermasa kerja ≤ 12 tahun.
Masa kerja sangat erat hubungannya dengan pajanan bising,
dimana semakin lama bekerja berarti responden semakin lama
terpajan bising. Akan tetapi hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa masa kerja merupakan faktor protektif. Hal ini dapat
dibiaskan karena faktor lain, seperti pola makan dan kemampuan
adaptasi telinga. Faktor makanan seperti konsumsi garam, daging
hewan tertentu dapat meningkatkan tekanan darah. Disamping itu
pekerja yang memiliki masa kerja > 12 tahun sebanyak 6 orang
(16,2%) yang bekerja dengan kebisingan di atas 85 dB hanya 4
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 72
orang saja, sedangkan 2 orang bekerja pada kebisingan di bawah 85
dB. Menurut Permenakertrans No. 13 Tahun 2011 bahwa batas
aman bekerja di tempat bising selama 8 jam kerja adalah 85 dB.
b. Hubungan antara Riwayat Merokok dengan Kejadian Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa pekerja yang
merokok sebanyak 20% responden mengalami kejadian hipertensi.
Data tersebut menunjukkan bahwa tenaga kerja yang merokok
sebagian kecil mengalami hipertensi, meskipun dari hasil kuesioner
didapatkan jumlah konsumsi rokok sampai satu bungkus dalam
sehari.
Hasil diatas juga memperlihatkan bahwa responden yang tidak
merokok mengalami hipertensi sebanyak 22,7%. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian kecil responden yang tidak merokok
mengalami hipertensi. Dari hasil analisis statistik diperoleh nilai p
= 1,000, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada prbedaan
proporsi penderita hipertensi karyawan yang memiliki riwayat
merokok dengan karyawan yang tidak memiliki riwayat merokok
(tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat merokok
dengan kejadian hipertensi).
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,850. Nilai OR <
1, artinya karyawan yang memiliki riwayat merokok berpeluang
0,85 kali lebih besar menderita hipertensi dibandingkan karyawan
yang tidak memiliki riwata hipertensi.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 73
Hasil penelitian ini berdasarkan dari hasil kuesioner, responden
yang memiliki riwayat merokok 7 responden yang telah berhenti
merokok dan 8 responden yang masih merokok. Selain itu, nilai
perbandingan antara responden yang merokok lebih kecil
dibandingkan dengan responden yang tidak merokok. Meskipun
hasilnya demikian, namun perilaku merokok merupakan tindakan
yang tidak sehat, selain itu perilaku merokok merupakan faktor
risiko dari penyakit jantung koroner dan ateriklerosis. Perilaku
merokok juga menjadi pembunuh terbesar di dunia setelah penyakit
jantung.
Hasil penelitian ini belum mendukung teori bahwa pengaruh
dari nikotin dalam peredaran darah menyebabkan peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah untuk sementara dan ateroma
dalam arteri dapat mengenai ginjal. Hal tersebut mengakibatkan
penyempitan arteri dan menyebabkan terjadi penyakit tekanan
darah tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut sering kali terdapat
tanda larangan merokok di tempat kerja, terutama pada area
tertutup.
c. Hubungan antara Riwayat Hipertensi dalam Keluarga dengan
Kejadian Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa pekerja dengan
riwayat hipertensi dalam keluarga sebanyak 30,7% responden yang
mengalami kejadian hipertensi. Data tersebut menunjukkan bahwa
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 74
tenaga kerja yang memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga tidak
kesemuanya mengalami hipertensi.
Hasil penelitian ini juga terlihat bahwa responden yang tidak
memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga mengalami kejadian
hipertensi sebanyak 20%. Hal ini menunjukkan bahwa responden
tidak memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga dapat mengalami
kejadian hipertensi.
Berdasarkan hasil analisa statistik diperoleh nilai p = 1,000,
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi
penderita hipertensi karyawan yang memiliki riwayat hipertensi
dalam keluarga dengan karyawan yang tidak memiliki riwayat
hipertensi dalam keluarga ( tidak ada hubungan yang signifikan
antara riwayat hipertensi dalam keluarga dengan kejadian
hipertensi).
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 1,231. Nilai OR >
1, artinya ada asosiasi positif dimana karyawan yang memiliki
riwayat hipertensi dalam keluarga berpeluang 1,231 kali lebih besar
menderita hipertensi dibandingkan dengan karyawan yang tidak
memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga.
Riwayat hipertensi dalam keluarga (faktor genetik)
berpengaruh terhadap sistem saraf, jantung, pembuluh darah,
sistem hormon, psikologis yag berperan dalam perubahan tekanan
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 75
darah. Hasil penelitian ini secara deskriptif menggambarkan bahwa
faktor genetik sebagai faktor dominan kejadian hipertensi.
d. Hubungan antara Pemakaian APD dengan Kejadian Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa 100% memiliki
kedisiplinan dalam memakai APD Telinga. Dikarenakan
keseluruhan responden memakai APD, maka tidak dapat dianalisis
untuk melihat hubungannya dengan kejadian hipertensi,
dikarenakan tidak ada nilai pembanding antara responden yang
memakai APD dengan yang tidak pakai APD.
APD yang digunakan adalah jenis ear muff dan ear plug. APD
ear muff merupakan proteksi telinga yang terdiri dari dua buah
tudung untuk tutup telinga, dapat berupa cairan atau busa yang
berfungsi untuk menyerap intensitas suara tinggi dengan
mengurangi bising sampai dengan 40-50 dB. Sedangkan ear plug
merupakan proteksi telinga dari pajanan bising yang sedang dengan
mengurangi intensitas bising sampai 20 dB. Pemakaian ear muff
diwajibkan dipakai di daerah dengan intensitas bising > 95dB,
sedangkan ear plug diwajibkan dipakai di daerah dengan intensitas
bising 85-95 dB.
e. Hubungan antara Intensitas Bising dengan Kejadian Hipertensi
Berdasarkan data penelitian menunjukkan responden yang
terpajan kebisingan lebih dari 85 dB, 25% responden yang
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 76
mengalami kejadian hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa
intensitas bising dapat menyebabkan hipertensi.
Menurut pedoman mengenai bising lingkungan kerja yang
telah digariskan oleh Occupational Safety & Health Act, maka
bising dalam keadaan tetap setinggi 85 dB ke atas dinyatakan
sebagai bising berbahaya, bising penuh risiko yang umumnya
banyak ditemukan pada industri. Kebisingan tingkat tinggi dapat
menimbulkan stress yang ditandai dengan kenaikan tekanan darah
dengan kenaikan hormon stres yang dibuktikan bahwa komunitas
yang terpajan kebisingan tinggi mempunyai kadar hormon stres
lebih tinggi dibanding komunitas di kebisingan rendah (Saryawati,
2007).
Berdasarkan hasil penelitian juga terlihat bahwa responden
yang terpajan kebisingan kurang atau sama dengan 85 dB sebanyak
15,4% mengalami kejadian hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa
pada intensitas bising di bawah atau sama dengan 85 dB juga bisa
menyebabkan kejadia hipertensi, walaupun pada intensitas 85 dB
jumlah prosentasinya lebih kecil dibandikngkan intensitas bising >
85 dB.
Berdasarkan hasil analisa statistik diperoleh nilai p = 0,685,
maka dapat disimpulkan bahwa proporsi penderita hipertensi
karyawan dengan pajanan intensitas bising > 85 dB lebih rendah
dari karyawan dengan pajanan bising ≤ 85 sebesar 0,685 (tidak ada
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 77
hubungan yang signifikan antara pajanan intensitas bising > 85 dB
dengan kejadian hipertensi).
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 1,833. Nilai OR >
1, artinya ada asosiasi positif dimana karyawan yang terpajan
intensitas bising > 85 dB berpeluang 1,833 kali lebih besar
menderita hipertensi dibanding dengan karyawan yang terpajan
bising ≤ 85 dB.
Kebisingan industri merupakan kebisingan kontinyu.
Berdasarkan Permennakertrans No. 13 Tahun 2011 bahwa nilai
ambant batas kebisingan selama 8 jam kerja adalah 85 dB. Lebih
dari ambang batas tersebut akan membahayakan kesehatan tenaga
kerja. Penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya yang
menemukan bahwa hipertensi yang merupakan perkembangan
lanjut dari kenaikan tekanan darah merupakan fungsi dari
kebisingan di atas 55 dB.
Meskipun hasil penelitian tidak mendukung penelitian
sebelumnya yang menemukan hubungan signifikan antara
intensitas kebisingan dengan kejadian hipertensi, tetap diperlukan
upaya pengendalian terhadap intensitas bising yang diterima
pekerja. Upaya yang telah ditempuh oleh pihak perusahaan antara
lain dengan pemasangan peredam pada mesin, pembangunan field
shack, dan pembangunan control room kedap suara, serta
pemakaian APD Telinga.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 78
f. Hubungan antara Lama Kerja dengan Kejadian Hipertensi
Berdasarkan data penelitian didapatkan pekerja dengan lama
kerja lebih dari 8 jam sebanyak 27,3% yang mengalami kejadian
hipertensi. Sedangkan responden dengan lama kerja kurang atau
sama dengan 8 jam sebanyak 19,2% yang mengalami hipertensi.
Hal ini menunjukkan bahwa lama kerja > 8 jam tidak menyebabkan
kejadian hipertensi.
Berdasarkan hasil analisa statistik diperoleh niali p = 0,672,
maka dapat disimpulkan bahwa proporsi penderita hipertensi
karyawan dengan lama kerja > 8 jam lebih rendah dari karyawan
dengan lama kerja ≤ 8 jam (tidak ada hubungan yang signifikan
antara lama kerja dengan kejadian hipertensi).
Dari analisis diperoleh pula nilai OR = 1,575. Nilai OR > 1,
artinya karyawan dengan lama kerja > 8 jam berpeluang 1,58 kali
lebih besar menderita dibandingkan karyawan dengan lama kerja ≤
8 jam.
Secara deskriptif, lama kerja sangat berhubungan dengan lama
waktu aktivitas kerja, sehingga hasil penelitian menemukan
perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah delapan jam kerja
sangat bergantung pada aktivitas selama delapan jam kerja tersebut.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 79
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Berdasarkan hasil analisis statistik, diperoleh nilai p = 1.000, artinya
tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kejadian
hipertensi.
6.1.2 Berdasarkan hasil analisis statistik, diperoleh nilai p = 1,000, artinya
tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat merokok dengan
kejadian hipertensi.
6.1.3 Berdasarkan hasil analisa statistik diperoleh nilai p = 1,000, artinya
tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat hipertensi dalam
keluarga dengan kejadian hipertensi.
Selain itu, nilai OR = 1,231, artinya proporsi peluang kejadian
hipertensi pada karyawan yang memiliki riwayat hipertensi dalam
keluarga yaitu 1,231 kali lebih besar dibanding peluang kejadian
hipertensi pada karyawan yang tidak memiliki riwayat hipertensi dalam
keluarga.
6.1.4 Pemakaian APD tidak dapat dianalisis untuk melihat hubungannya
dengan kejadian hipertensi dikarenakan data bersifat homogen, yaitu
100% responden memakai APD.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 80
6.1.5 Berdasarkan hasil analisa statistik diperoleh nilai p = 0,685, artinya
tidak ada hubungan yang signifikan antara pajanan intensitas bising >
85 dB dengan kejadian hipertensi.
Sedangkan nilai OR = 1,833, artinya proporsi peluang kejadian
hipertensi pada karyawan yang terpajan intensitas bising > 85 dB yaitu
1,83 kali lebih besar dibanding peluang kejadian hipertensi pada
karyawan yang terpajan bising ≤ 85 dB.
6.1.6 Berdasarkan hasil analisa statistik diperoleh niali p = 0,672, artinya
tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan kejadian
hipertensi.
Sedangkan nilai OR = 1,575, artinya proporsi peluang kejadian
hipertensi pada karyawan dengan lama kerja > 8 jam yaitu 1,58 kali
lebih besar dibanding peluang kejadian hipertensi pada karyawan
dengan lama kerja ≤ 8 jam.
6.1.7 Analisa bivariat tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara
variabel bebas yang diteliti dengan kejadian hipertensi sehingga
selanjutnya tidak dilakukan analisis multivariat.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Instansi Terkait
Sebagai baha masukan agar secara rutin dilakukan pengawasan lama
kerja karyawan. Lama kerja karyawan perlu diperhatikan apakah
kesehatan karyawan mendukung untuk bekerja lebih dari 8 jam
(lembur).
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| 81
6.2.2 Bagi Perusahaan
Kebisingan di Pabrik Kaltim 2 rata-rata telah melebihi nilai ambang
batas, maka perlu diperhatikan alat peredam kebisingannya masih
efektif atau tidak. Perusahaan perlu mempertahankan kedisiplinan
pekerja dalam pemakaian APD.
6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang pola makan
yaitu makanan yang dikonsumsi tenaga kerja dengan hipertensi.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| ix
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Petunjuk Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Jakarta: BP. Panca Bhakti.
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi , 2011. Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No.PER/13/MEN/X.2011 Tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja.
http://www.depnakertrans.go.id/uploads/doc/perundangan/5516302154eba
2178eb55c.pdf diakses pada 28 Februari 2013.
Kempen, van, et al. 2002. The Association between Noise Exposure and Blood
Pressure and Ischemic Heart Disease: A Meta-analysis (online)
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1240772/pdf/ehp0110-
000307.pdf diakses pada tanggal 5 Februari 2013
Knight, John F. 1995. Jantung Kuat, Bernapas Lega. Bandung: Indonesia
Publishing House
Prabu, Putra. 2009. Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan
http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/05/dampak-kebisingan-
terhadap-kesehatan/ diakses pada 28 Februari 2013.
Retno, Sri. 2008. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit hipertensi
pada karyawan PT. Pupuk Kaltim. (Skripsi) Samarinda: FKM Unmul.
Rinaldi, Yanuar. 2012. Analisis Pengendalian Kebisingan di Operasi Kaltim 2
PT. Pupuk Kaltim. (Laporan Pelaksanaan Magang). Bontang:
Perpustakaan PT. Pupuk Kaltim.
Rosidah. 2004. Studi Kejadian Hipertensi Pada Wanita yang Tinggal di Sekiitar
Lintasan Rel Kereta Api di Kota Semarang. (Tesis) Semarang:
Pascasarjana Undip.
Saputra, Agus J. 2007. Analisis Kebisingan Peralatan Pabrik Dalam Upaya
Peningkatan Penataan Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT.
Pupuk Kaltim. (Tesis) Semarang: Magister Ilmu Lingkungan
Pascasarjana Undip.
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| x
Saryawati, Ratna. 2007. Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Pada Pekerja Tekstil.
(Online) http://eprints.undip.ac.id/8792/1/Ratna_Saryawati.pdf diakses
pada tanggal 5 Februari 2013
Soedjipto, Damayanti. 2007. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. online
http://ketulian.com/v1/web/index.php?to=article&id=15 diakses pada 28
Februari 2013.
Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung
Seto.
Sutomo, Budi. 2009. Menu Sehat Penakluk Hipertensi. Jakarta Selatan: Demedia
Pustaka.
Wahyu, Atjo. 2003. Higiene Perusahaan. Makassar: Jurusan Kesehatan Kerja
FKM Unhas.
World Health Organization, 2012. Indonesia: Health Profil. (online)
http://www.who.int/gho/countries/idn.pdf diakses pada tanggal 5
Februari 2013
, 2013. Global Health Observatory, Noncommunicable Diseases: Data
Repository Raised Blood Pressure. (online)
http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_tex
t/en/ diakses pada tanggal 5 Februari 2013
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| xi
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
A. Karakteristik Individu
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
4. Agama :
5. Pendidikan :
6. Alamat :
7. Unit Kerja :
8. Tinggi Badan :
9. Berat Badan :
10. Status Gizi
- Berapa kali saudara makan dalam sehari?
a. 1 atau 2 kali b. ≥ 3 kali
- Apakah saudara makan dengan pola gizi seimbang (makan nasi, lauk, sayur,
buah, susu)?
a. Ya b. Tidak
- Apakah saudara menyukai makanan bayak mengandung garam / asin / suka
menggunakan kecap?
a. Ya b. Tidak
11. Riwayat Penyakit dan Keturunan
- Apakah saudara mengetahui adanya keluarga dekat (orang tua, kakek)
sedang atau pernah mengidap tekanan darah tinggi (hipertensi)?
a. Ya, ada b. Tidak
- Apakah dokter pernah mendiagnosa saudara menderita hipertensi?
a. Ya, pernah b. Tidak
- Bila Ya, sejak kapan? .........................
- Berapa tekanan darah saudara? ............./.............. mmHg
- Apakah saudara dokter pernah mendiagnosa saudara menderita penyakit
yang berhubungan dengan ginjal atau jantung?
a. Ya, pernah b. Tidak
- Apakah saudara saat ini sedang minum obat?
a. Ya b. Tidak
- Bila ya, obat apa? .......................................
B. Kebiasaan / Gaya Hidup
12. Merokok
- Pernahkah saudara merokok?
a. Ya, pernah b. Tidak pernah
- Bila Ya, apakah dalam satu bulan terakhir saudara merokok?
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| xii
a. Ya b. Tidak
- Berapa batang sehari? .......................... batang.
- Bila berhenti merokok, pada usia berapa mulai berhenti? ......................
tahun.
13. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Pendengaran
- Apakah saudara menggunakan APD pendengaran untuk mengatasi gangguan
kebisingan yang ada?
a. Ya b. Tidak
- Bila Ya, apa jenis APD pendengaran yang saudara pakai?
a. Ear Muff b. Ear Plug c. Kapas
14. Kebiasaan Berolahraga
- Apakah saudara sering berolahraga?
a. Ya b. Tidak
- Bila Ya, berapa kali dalam seminggu? ................... kali.
Jenis olahraga apa? .............................................................
15. Kebiasaan Minum Alkohol
- Apakah saudara minum minuman beralkohol?
a. Ya b. Tidak
- Bila Ya, berapa kali dalam seminggu saudara minum minuman beralkohol?
....................... kali
C. Karakteristik Pekerjaan
16. Masa Kerja
- Sudah berapa lama saudara bekerja di Kaltim-2 PT. Pupuk Kaltim?
................. tahun
- Berapa lama saudara bekerja di bagian ini? ................... tahun
- Berapa jam saudara bekerja dalam sehari?
a. > 8 jam b. ≤ 8 jam
- Apakah saudara pernah mutasi / pindah kerja / bagian?
a. Ya b. Tidak
- Bila ya, apakah bagian tersebut juga bising?
a. Ya b. Tidak
Berapa lama saudara di bagian tersebut? ................... tahun
- Adakah sumber kebisingan yang memapari saudara selain di tempat kerja
ini?
a. Ada b. Tidak
- Bila ada, sebutkan! .......................................................................
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| xiii
Lampiran 2 Master Tabel Data Kuesioner
No NAMA Unitkrj Masakrj Rwytrkok Rwythiper PkaiAPD Intensbsing Lmakrj Hipertensi
1 M RAZAK Urea ≤12 Thn Ya Tidak Ya ≤85 dB ≤8 Jam Tidak
2 ARIS W Utility >12 Thn Ya Ya Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak
3 BUDI K Utility ≤12 Thn Tidak Ya Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak
4 SUPARDI Amoniak >12 Thn Tidak Tidak Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak
5 SAPARI A Z Utility ≤12 Thn Ya Ya Ya ≤85 dB >8 Jam Ya
6 RIYAN A P Amoniak ≤12 Thn Ya Ya Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak
7 M AMBAS Amoniak ≤12 Thn Tidak Tidak Ya >85 dB >8 Jam Ya
8 DIDIK S Amoniak ≤12 Thn Ya Tidak Ya >85 dB ≤8 Jam Ya
9 DODY S Urea ≤12 Thn Ya Ya Ya ≤85 dB ≤8 Jam Tidak
10 FIRDAUS Urea ≤12 Thn Tidak Ya Ya >85 dB >8 Jam Tidak
11 BAMBANG Urea ≤12 Thn Tidak Ya Ya >85 dB >8 Jam Tidak
12 DWI Y R Urea ≤12 Thn Ya Tidak Ya ≤85 dB ≤8 Jam Tidak
13 JEFFY A Amoniak >12 Thn Tidak Tidak Ya >85 dB >8 Jam Tidak
14 SAMSUL Amoniak ≤12 Thn Tidak Tidak Ya >85 dB >8 Jam Tidak
15 RENDRA K Amoniak ≤12 Thn Tidak Tidak Ya >85 dB >8 Jam Tidak
16 HADI A W Amoniak ≤12 Thn Tidak Ya Ya >85 dB ≤8 Jam Ya
17 MATIUS J Utility ≤12 Thn Tidak Tidak Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak
18 ARMAT A Utility ≤12 Thn Tidak Ya Ya ≤85 dB ≤8 Jam Ya
19 DODDY S Utility ≤12 Thn Tidak Ya Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak
20 ABDULLAH Urea ≤12 Thn Tidak Tidak Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak
21 ALVI M S Utility ≤12 Thn Tidak Ya Ya ≤85 dB ≤8 Jam Tidak
22 RAGIL Urea ≤12 Thn Tidak Tidak Ya ≤85 dB ≤8 Jam Tidak
23 SUGIARTO Urea >12 Thn Ya Tidak Ya ≤85 dB >8 Jam Tidak
24 GEOVANNI Urea ≤12 Thn Tidak Tidak Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak
25 R AJI P Urea ≤12 Thn Ya Tidak Ya ≤85 dB ≤8 Jam Tidak
26 SUYONO H Utility ≤12 Thn Ya Tidak Ya ≤85 dB ≤8 Jam Tidak
27 TOMI H Utility ≤12 Thn Ya Tidak Ya ≤85 dB >8 Jam Tidak
28 RIAN N F Utility ≤12 Thn Tidak Ya Ya ≤85 dB ≤8 Jam Tidak
29 M SURYA Amoniak ≤12 Thn Ya Tidak Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak
30 SUBROTO Amoniak >12 Thn Tidak Tidak Ya >85 dB ≤8 Jam Ya
31 FAUZI A Amoniak ≤12 Thn Ya Tidak Ya >85 dB ≤8 Jam Ya
32 FARRIS P Amoniak ≤12 Thn Ya Ya Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak
33 RONI T Amoniak ≤12 Thn Tidak Ya Ya >85 dB >8 Jam Ya
34 ARIF F Amoniak ≤12 Thn Ya Ya Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak
35 ANDHIKA Utility >12 Thn Tidak Tidak Ya ≤85 dB ≤8 Jam Tidak
36 M LUTFI E Amoniak ≤12 Thn Tidak Ya Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak
37 SANRO L Utility ≤12 Thn Tidak Ya Ya >85 dB >8 Jam Tidak
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| xiv
Lampiran 3 Analisis Chi Square
masa kerja * kejadian hipertensi Crosstabulation
Count
kejadian hipertensi
Total ya tidak
masa kerja > 12 tahun 1 5 6
=< 12 tahun 7 24 31
Total 8 29 37
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact
Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .104a 1 .747
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .109 1 .741
Fisher's Exact Test 1.000 .613
Linear-by-Linear Association .101 1 .751
N of Valid Casesb 37
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,30.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for masa kerja (>
12 tahun / =< 12 tahun) .686 .068 6.882
For cohort kejadian
hipertensi = ya .738 .110 4.956
For cohort kejadian
hipertensi = tidak 1.076 .718 1.614
N of Valid Cases 37
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| xv
riwayat merokok * kejadian hipertensi Crosstabulation
Count
kejadian hipertensi
Total ya tidak
riwayat merokok ya 3 12 15
tidak 5 17 22
Total 8 29 37
Chi-Square Tests
Value df
Asymp.
Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .039a 1 .843
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .039 1 .843
Fisher's Exact Test 1.000 .588
Linear-by-Linear Association .038 1 .845
N of Valid Casesb 37
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,24.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for riwayat
merokok (ya / tidak) .850 .170 4.256
For cohort kejadian
hipertensi = ya .880 .247 3.140
For cohort kejadian
hipertensi = tidak 1.035 .737 1.454
N of Valid Cases 37
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| xvi
riwayat hipertensi dalam keluarga * kejadian hipertensi Crosstabulation
Count
kejadian hipertensi
Total ya tidak
riwayat hipertensi dalam
keluarga
ya, ada 4 13 17
tidak 4 16 20
Total 8 29 37
Chi-Square Tests
Value df
Asymp.
Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .068a 1 .795
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .067 1 .795
Fisher's Exact Test 1.000 .553
Linear-by-Linear Association .066 1 .798
N of Valid Casesb 37
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
3,68.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for riwayat
hipertensi dalam keluarga
(ya, ada / tidak)
1.231 .257 5.900
For cohort kejadian
hipertensi = ya 1.176 .345 4.008
For cohort kejadian
hipertensi = tidak .956 .678 1.347
N of Valid Cases 37
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| xvii
intensitas bising standar NAB * kejadian hipertensi Crosstabulation
Count
kejadian hipertensi
Total ya tidak
intensitas bising standar
NAB
> 85 dB 6 18 24
=< 85 dB 2 11 13
Total 8 29 37
Chi-Square Tests
Value df
Asymp.
Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .460a 1 .498
Continuity Correctionb .068 1 .795
Likelihood Ratio .479 1 .489
Fisher's Exact Test .685 .408
Linear-by-Linear Association .448 1 .503
N of Valid Casesb 37
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
2,81.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for intensitas
bising standar NAB (> 85 dB
/ =< 85 dB)
1.833 .313 10.735
For cohort kejadian
hipertensi = ya 1.625 .381 6.935
For cohort kejadian
hipertensi = tidak .886 .639 1.229
N of Valid Cases 37
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| xviii
lama kerja dlm sehari * kejadian hipertensi Crosstabulation
Count
kejadian hipertensi
Total ya tidak
lama kerja dlm sehari > 8 jam 3 8 11
=< 8 jam 5 21 26
Total 8 29 37
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .295a 1 .587
Continuity Correctionb .011 1 .915
Likelihood Ratio .286 1 .593
Fisher's Exact Test .672 .444
Linear-by-Linear Association .287 1 .592
N of Valid Casesb 37
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,38.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for lama kerja
dlm sehari (> 8 jam / =< 8
jam)
1.575 .303 8.175
For cohort kejadian
hipertensi = ya 1.418 .408 4.929
For cohort kejadian
hipertensi = tidak .900 .599 1.354
N of Valid Cases 37
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013
| xix
Lampiran 4 Dokumentasi Pengambilan Data