LAPORAN PKL ASNI.pdf

101
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA KARYAWAN OPERATOR LAPANGAN DI PABRIK 2” Oleh: ASNI SANG K11109291 BAGIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

description

LAPORAN PKL PT. PUPUK KALTIM BONTANG

Transcript of LAPORAN PKL ASNI.pdf

Page 1: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

“FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA

KARYAWAN OPERATOR LAPANGAN DI PABRIK 2”

Oleh:

ASNI SANG

K11109291

BAGIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: LAPORAN PKL ASNI.pdf

| i

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kerja Praktek ini telah diperiksa dan disetujui oleh

PT. Pupuk Kalimantan Timur

Bontang, Maret 2013

Mengetahui,

Pembimbing I

Yohanes Kus Arisanto, SKM

NPK. 903228

Mengesahkan,

Departemen Departemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Diklat & MP

Ir. H. Sis Agus Triyanto, Msi Ir Lola Karmila

Manager Manager

Page 3: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan karunia

kesehatan dan keselamatan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan selama

kurang lebih dua bulan di PT. Pupuk Kalimantan Timur kota Bontang sehingga

dalam penulisan laporan tugas khusus berjudul “Faktor Risiko Kejadian

Hipertensi Pada Karyawan Operator Lapangan di Pabrik 2” telah selesai dengan

izinNya.

Hipertensi merupakan telah menjadi faktor risiko dari penyakit jantung

koroner, stroke, dan gagal ginjal dimana penyakit ini telah menjadi pembunuh 3

besar di Indonesia. Dalam dunia kerja, slogan safety first telah menjadi slogan

perusahaan, namun aspek kesehatan pun sangat penting, seperti istilah umumnya

“tanpa kesehatan, segalanya tidak berarti”. Selamanya, keselamatan dan kesehatan

kerja merupakan kebutuhan dan hak bagi pekerja.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan memberikan

doa serta bimbingannya kepada saya, antara lain:

1. Kedua orang tua yang dari jauh tak henti-hentinya mengirim doa

kesuksesan untuk segala langkah saya dalam menimba ilmu pengetahuan,

beserta kakak-kakak saya yang senantiasa mengingatkan saya atas impian

kami.

2. Ibu dr. Masyhita Muis, MS selaku dosen penanggung jawab mata kuliah

Magang K3 atas bimbingannya dan saran-sarannya

Page 4: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | iii

3. Bapak Yohanes sebagai pembimbing lapangan terbaik, berkat bimbingan

beliau saya mampu melaksanakan tugas khusus ini dalam waktu singkat.

4. Ibu Ir. Lola Karmila selaku Manager Diklat & Manajemen Pengetahuan.

5. Bapak Ir. Sis Agus Triyanto, Msi selaku Manager Departemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, para kabag antara lain Bapak Edy

selaku kabag Riksa1, Bapak Agus Jaya selaku kabag Riksa 2, Bapak

Wisnu selaku kabag Binaper, Bapak Wiyono selaku kabag PMK, dan Bu

Iswari selaku kabag Hiperkes. Terima kasih atas kehangatannya untuk

merasakan kekeluargaan yang terjalin di departemen K3. Semoga bapak

dan ibu senantiasa sehat dan selamat selalu.

6. Bapak dan ibu serta kakak-kakak staf Departemen K3 & Hiperkes yang

telah membantu dalam pelaksanaan tugas khusus, ada Pak Budi, Pak

Mujab, Bu Sandra, Bu Retno, Mas Aidil, Mas Bobby, Pak Zainal, Mas

Vidya, Mas Hadi, Pab Budi, Pak Made, Mba Riri, Mba Hesti.

7. Staf Departemen Operasi Pabrik 2 yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu.

8. Stas Departemen Diklat & Manager Pengetahuan, Pak Yunus, Pak

Romansyah, Pak Anto, staf perpustakaan yang ramah dalam

pelayanannya.

9. Segenap pimpinan dan karyawan PT. Pupuk Kalimantan Timur yang

membantu baik secara langsung maupun tak langsung dalam pelaksanaan

PKL.

Page 5: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | iv

10. Teman seperjuangan saya Mahdaniah, Lince, Ana, Desi, Mira, Erwin,

Novi dkk, Erwin dkk, I’im dkk, Oky cs Dika yang banyak memberikan

semangat dalam melaksanakan PKL bersama-sama, juga teman berbagi di

Mess Amoniak.

11. Mas Anto dan Kak Baya, Kak Hasrina telah membawa kami keliling kota

taman Bontang saat jenuh dan bosan di mess dan membawakan kami

makanan sehingga kami tak kepusingan memikirkan makanan.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis selama proses pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

sampai pembuatan Laporan ini selesai.

Saya menyadari keterbatasan sebagai penulis dalam penyusunan laporan

Praktek Kerja Lapangan ini sehingga dimungkinkan terjadinya kesalahan dan

kekurangan dalam penulisannya. Kepada semua pihak yang telah memberikan

dukungan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil PKL

ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.

Bontang, 11 Maret

2013

Penulis

Page 6: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................. 4

1.3 Pembatasan Masalah ............................................................................. 5

1.4 Rumusan Masalah ................................................................................. 5

1.5 Tujuan Penulisan ................................................................................... 5

1.6 Manfaat Penulisan ................................................................................. 6

BAB 2 PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan ................................................................................ 7

2.2 Lokasi Pabrik....................................................................................... 11

2.3 Visi dan Misi Perusahaan ................................................................... 12

2.4 Struktur Organisasi .............................................................................. 14

2.5 Proses Prroduksi ................................................................................. 19

2.6 Profil Departemen K3 ........................................................................ 28

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Tinjauan Umum Tentang Tekanan Darah .......................................... 30

3.2 Tinjauan Umum Tentang Hipertensi ................................................... 31

3.3 Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah ............. 34

3.4 Tinjauan Umum Tentang Kebisingan ................................................ 36

3.5 Efek Kebisingan Terhadap Perubahan Tekanan Darah ...................... 43

3.6 Kerangka Teori ................................................................................... 47

BAB 3 METODE MAGANG

4.1 Jenis Penelitian ................................................................................... 48

4.2 Lokasi dan Waktu................................................................................ 48

Page 7: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | vi

4.3 Jadwal Pelaksanaan ............................................................................. 48

4.4 Kerangka Konsep ............................................................................... 49

4.5 Hipotesis ............................................................................................. 49

4.6 Populasi .............................................................................................. 50

4.7 Sampel ................................................................................................ 50

4.8 Variabel Penelitian ............................................................................. 51

4.9 Definisi Operasional ........................................................................... 51

4.10 Pengendalian Variabel Pengganggu ................................................... 53

4.11 Tahap Penelitian ................................................................................. 54

4.12 Instrumen Penelitian ........................................................................... 54

4.13 Pengumpulan Data ............................................................................. 54

4.14 Analisis Data ...................................................................................... 55

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hail Penelitian .................................................................................... 57

5.2 Pembahasan ........................................................................................ 68

BAB 6 PENUTUP

6.1 Kesimpulan.......................................................................................... 79

6.2 Saran ................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... ix

LAMPIRAN .......................................................................................................... xi

Page 8: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Klasifikasi Tekanan Darah .................................................................... 33

Tabel 3.2 NAB Kebisingan Menurut Permenakertrans No. PER-13/MEN/2011 .. 42

Tabel 4.1 Kegiatan Penelitian Secara Umum ........................................................ 48

Tabel 5.1 Distribusi Responden menurut Masa Kerja ........................................... 60

Tabel 5.2 Distribusi Responden menurut Riwayat Merokok ................................ 61

Tabel 5.3 Distribusi Responden menurut Riwayat Hipertensi dalam Keluarga .... 61

Tabel 5.4 Distribusi Responden menurut Pemakaian APD ................................... 61

Tabel 5.5 Distribusi Responden menurut Intensitas Paparan Bising ..................... 62

Tabel 5.6 Distribusi Responden menurut Lama Kerja .......................................... 63

Tabel 5.7 Distribusi Responden menurut Kejadian Hipertensi ............................. 63

Tabel 5.8 Hubungan Masa Kerja dengan Kejadian Hipertensi ............................. 64

Tabel 5.9 Hubungan Riwayat Merokok dengan Kejadian Hipertensi .................. 65

Tabel 5.10 Hubungan Riwayat Hipertensi dalam Keluarga dengan Kejadian

Hipertensi ............................................................................................................... 65

Tabel 5.11 Hubungan Pemakaian APD dengan Kejadian Hipertensi ................... 66

Tabel 5.12 Hubungan Intensitas Bising dengan Kejadian Hipertensi ................... 66

Tabel 5.13 Hubungan Lama Kerja dengan Kejadian Hipertensi .......................... 67

Tabel 5.14 Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Kejadian Hipertensi ........... 68

Page 9: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pabrik PT. Pupuk Kaltim ................................................................... 12

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Departemen Operasi Pabrik 2 ............................ 18

Gambar 2.3 Block Diagram Proses Utilitas Pabrik 2 ............................................. 19

Gambar 2.4 Block Diagram Proses Amoniak Pabrik 2 ......................................... 22

Gambar 2.5 Block Diagram Proses Urea Pabrik 2 ................................................. 27

Gambar 2.6 Struktur Organisasi Departemen K3 .................................................. 28

Gambar 2.7 Kerangka Teori Penelitian .................................................................. 47

Gambar 4.1 Tensimeter Digital .............................................................................. 55

Gambar 5.1 Hasil Pengukuran Kebisingan Pabrik 2 Tahun 2013 ......................... 57

Gambar 5.2 Hasil Pemetaan Kebisingan Pabrik 2 Tahun 2013 ............................. 58

Gambar 5.3 Ear Plug (kiri) dan Ear Muff (kanan) ................................................ 59

Gambar 5.4 Rambu Kebisingan ............................................................................ 60

Page 10: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang paling umum

terdapat di lingkungan kerja, terutama pabrik industri. Kebisingan di

lingkungan kerja berasal dari penggunaan mesin-mesin dalam proses

produksi, alat angkutan industri, dan sebagainya. Kebisingan yang memapar

masyarakat pekerja di lingkungan kerja memberikan dampak terhadap

kesehatan mereka.

Hipertensi merupakan penyakit yang tidak menular, yang sering dijumpai

di hampir semua negara. Hipertensi dipicu oleh berbagai faktor antara lain

perilaku merokok, pola makan yang tidak sehat, aktivitas tubuh yang pasif

dan gaya hidup yang tidak sehat. Hipertensi memerlukan pencegahan primer

mengingat sebagian besar penderita hipertensi tidak menyadari akan bahaya

penyakitnya karena tanpa gejala dan keluhan sama sekali.

Kebisingan yang memapar tenaga kerja memberikan efek kesehatan

terhadap baik efek auditory maupun nonauditory. Selain ketulian dan

penurunan nilai ambang dengar, bising menyebabkan gangguan fisiolgis

berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, kontriksi

pembuluh darah perifer, gangguan sensoris, dan lain-lain. Pajanan bising juga

menyebabkan stres, dan gangguan tidur serta penyakit psikosomatik (Prabu,

2009).

Page 11: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | 2

World Health Organization (2013) melaporkan sumbangsi tekanan darah

tinggi terhadap kematian di seluruh dunia menyebabkan 7,5 juta kematian

atau sekitar 12,8% dari total keseluruhan angka kematian. Prevalensi

keseluruhan tekanan darah tinggi pada orang dewasa usia 25 tahun keatas

sekitar 40% pada tahun 2008. Akibat dari pertumbuhan penduduk dan

penuaan, jumlah orang yang hipertensi meningkat dari 600 juta kasus pada

tahun 1980 menjadi hampir 1 miliar kasus pada tahun 2008. Menurut data

dari Profil Kesehatan Indonesia yang dilaporkan oleh WHO (2012)

menunjukkan kejadian hipertensi di Indonesia pada tahun 2008 pada orang

dewasa usia 25 tahun keatas sebesar 61,8% dimana pria yang hipertensi

sebesar 32,5% dan wanita hipertensi sebesar 29,3%.

Hubungan antara kebisingan dengan kemungkinan timbulnya gangguan

terhadap kesehatan sangat bergantung pada beberapa faktor, yaitu intensitas

kebisingan, frekuensi kebisingan, dan lama pajanan kebisingan. Kebisingan

dapat berhubungan dengan kejadian hipertensi. Meskipun belum terdapat data

valid jumlah hipertensi akibat pajanan bising secara global, namun telah

dilakukan penelitian-penelitian yang menganalisis hubungannya di beberapa

negara. Penelitian yang dilakukan oleh van Kempen et al (2002) dengan meta

analisis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan pada pajanan bising

industri dengan tekanan darah tinggi dengan risiko relatif terjadinya

hipertensi sebesar 1,14 kali (95%CI = 1,01 – 1,29) tiap kenaikan bising 5 dB.

Kenaikan signifikan tersebut ditemukan pada tekanan darah sistolik yaitu

Page 12: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | 3

terdapat perbedaan peningkatan sebesar 0,51 mmHg/5 dB, sedangkan untuk

diastolik kenaikannya tidak signifikan.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Saryawati (2007) di PT. Bitratex

menemukan hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kejadian

hipertensi dan intensitas bising dengan kejadian hipertensi. Terdapat faktor

risiko antara intensitas bising dengan kejadian hipertensi yaitu bahwa tenaga

kerja yang bekerja dengan pajanan bising > 85 dB memiliki risiko terhadap

kejadian hipertensi sebesar 49,039 kali.

PT. Pupuk Kaltim merupakan salah satu perusahaan pupuk agrokimia

yang berada di Bontang, Kalimantan Timur. PT. Pupuk Kaltim sebagai

perusahaan produsen pupuk Urea dan Amoniak terbesar di Indonesia dengan

kapasitas produksi 2,98 juta ton urea per tahun dan 1,85 juta ton amoniak per

tahun, serta produksi pupuk NPK 500 ribu ton per tahun, PT Pupuk Kaltim

(Pupuk Kaltim) mampu memenuhi kebutuhan pupuk nasional maupun

internasional. PT. Pupuk Kaltim memiliki lima pabrik pupuk Urea dan empat

pabrik Amoniak.

Proses produksi Amoniak dan Urea dalam operasionalnya menggunakan

peralatan-peralatan produksi seperti turbin, kompresor, condenser, pompa,

drum yang berpotensi menimbulkan kebisingan. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Saputra (2007) yang menganalisis kebisingan Compressor

House Ammonia ditemukan tingkat kebisingan di Kaltim-1 sebesar 98,8 dB,

operasi pabrik Kaltim 2 sebesar 98,6 dB, Kaltim-3 sebesar 96,8 dB, dan

Kaltim-4 sebesar 92,1 dB.

Page 13: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | 4

Penelitian sebelumnya oleh Rinaldi (2012) mendapatkan tingkat

kebisingan pada area utility plant, ammonia plant dan urea plant memiliki

tingkat kebisingan dengan rata-rata di atas 85 dB, sedangkan pada area mesin

reformer tingkat kebisingan rata-rata diatas 95 dB hingga mencapai 103 dB.

Karyawan PT. Pupuk Kaltim yang mengidap hipertensi dari tahun ke

tahun meningkat berdasarkan data dari medical check up bagian Hiperkes.

Penelitian sebelumnya terkait faktor-faktor kejadian hipertensi pada karyawan

PT. Pupuk Kaltim menunjukkan peningkatan kasus hipertensi dari tahun 2005

berjumlah 203 orang, tahun 2006 berjumlah 310 orang, dan tahun 2007

berjumlah 314 orang (Retno, 2008).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penulisan mengenai faktor risiko kejadian hipertensi pada karyawan operator

lapangan pabrik 2 PT. Pupuk Kaltim. Penelitian ini hanya mengkaji tentang

hubungan antara masa kerja, riwayat merokok, riwayat hipertensi dalam

keluarga, pemakaian APD, intensitas bising dan lama kerja.

1.2 Identifikasi Masalah

Pajanan bising di operasi operasi pabrik Kaltim 2 PT. Pupuk Kaltim

terjadi secara terus menerus setiap hari selama jam kerja dikarenakan proses

produksi yang berlangsung setiap hari meliputi mesin-mesin produksi yang

menyebabkan kebisingan, antara lain mesin reformer, steam, compressor dan

blover. Pengaruh terhadap pendengaran umumnya berupa ketulian, sedangkan

pengaruh terhadap tubuh salah satunya yaitu kenaikan tekanan darah.

Page 14: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | 5

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah perlu dilakukan untuk menghindari banyaknya

penafsiran yang dapat membingungkan arah pemahaman dari penulisan ini.

Adapun batasan masalah tersebut adalah karakteristik pekerja dan intensitas

pajanan bising dan hubungannya dengan kejadian hipertensi pada karyawan

operator lapangan pabrik 2.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan dari latar belakang, maka dapat

dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: “Apa sajakah faktor risiko

kejadian hipertensi pada karyawan operator lapangan pabrik 2?”

1.4 Tujuan Penulisan

1.4.1 Tujuan Umum

Melakukan analisis besar faktor risiko yang berhubungan dengan

kejadian hipertensi pada karyawan operator lapangan di pabrik 2.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Melakukan analisis hubungan besar faktor risiko masa kerja terhadap

kejadian hipertensi pada karyawan operator lapangan di pabrik 2.

b. Melakukan analisis hubungan besar faktor riwayat merokok terhadap

kejadian hipertensi pada karyawan operator lapangan di pabrik 2.

c. Melakukan analisis hubungan besar faktor riwayat hipertensi dalam

keluarga terhadap kejadian hipertensi pada karyawan operator

lapangan di pabrik 2.

Page 15: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | 6

d. Melakukan analisis hubungan besar faktor risiko penggunaan alat

pelindung diri terhadap kejadian hipertensi pada karyawan operator

lapangan di pabrik 2.

e. Melakukan analisis hubungan besar faktor risiko intensitas bising

terhadap kejadian hipertensi pada karyawan operator lapangan di

pabrik 2.

1.5 Manfaat Penulisan

1.5.1 Bagi Mahasiswa

Penulisan ini diharapkan dapat menambah khasanah bagi

mahasiswa tentang masalah hubungan dan faktor risiko bekerja di

tempat bising dengan kejadian hipertensi, serta sebagai acuan untuk

penelitian lebih lanjut.

1.5.2 Bagi Perusahaan dan Tenaga Kerja

Hasil dari penulisan dapat dijadikan sebagai sumber informasi

baru dan dapat dijadikan dasar masukan yang bermanfaat tentang aspek

K3 bagi perusahaan dalam menanggulangi efek dari kebisingan

tersebut.

1.5.3 Bagi Fakultas

Menambah referensi fakultas tentang penerapan K3 dalam

mencegah penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja khususnya faktor

risiko hipertensi terkait pajanan bising.

Page 16: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | 7

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

Pertanian merupakan sektor usaha terbesar di Indonesia, dimana sebagian

besar penduduk berkecimpung di usaha agraris. Masyarakat petani di

Indonesia mengemban tugas untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi

masyarakat Indonesia, sehingga membutuhkan perhatian khusus dalam

penyediaan sarana dan prasarana pertanian, salah satunya adalah pupuk. Saat

ini, peranan pupuk sangat penting dalam usaha pertanian dan perkebunan

untuk meningkatkan hasil produksinya. Demi keberlangsungan ketersediaan

pupuk tersebut maka didirikanlah PT. Pupuk Kalimantan Timur (PT. Pupuk

Kaltim)

PT. Pupuk Kalimantan Timur merupakan salah satu perusahaan milik

BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak dalam bidang pembuatan

amoniak dan pupuk urea, yang didirikan pada tanggal 7 Desember 1977.

Awalnya proyek PT. Pupuk Kaltim dikelolah oleh Pertamina sebagai unit-

unit pabrik terapung di bawah pengawasan Direktorat Jendral Industri Kimia

Dasar (Dirjen IKD).

Pada tahun 1973 terjadi kelangkaan pupuk urea di pasar internasional

yang menyebabkan harga pupuk melambung tinggi, sedangkan sumber gas

yang ditemukan di Kalimantan Timur diperkirakan hanya cukup untuk 10

tahun saja. Berlatarbelakang masalah ini, Keppres No. 43 Tahun 1975

dikeluarkan untuk pembentukan suatu tim yang bertugas untuk meninjau dan

Page 17: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | 8

meneliti program pembangunan pabrik terapung sesuai dengan gagasan awal

tersebut. Hasil dari peninjauan tersebut didapatkan data cadangan gas alam

cukup untuk 25 tahun mendatang, dengan demikian maka rencana

pembangunan pabrik terapung diteruskan.

Rencana awal yang dibuat Pertamina adalah membangun pabrik di atas

kapal ukuran 30.000 DWT untuk pabrik amoniak dan kapal ukuran 20.000

DWT untuk pabrik urea. Lokasi proyek antara 10 – 15 mil dari lepas pantai.

Kapasitas pabrik amoniak 1500 ton per hari dan pabrik urea 1700 ton per

hari. Fasilitas penunjang pabrik yang akan disediakan awalnya adalah tangki

terapung penyimpanan amoniak, kapal terapung penyimpan urea, mooring

complex akan dibangun. Floating security boom akan mengelilingi semua

fasilitas pabrik terapung tersebut. Selain itu, tersedia kapal Mary Elizabeth

dengan ukuran 55.000 DWT untuk pabrik amoniak dan kapal Dominique

ukuran 30.000 DWT untuk pabrik urea. Lokasi yang direncakan adalah

Bontang Utara karena merupakan daerah dengan gugusan batu karang yang

dapat mengurangi ombak.

Kendala kesulitan teknis dan beberapa pertimbangan lain menyebabkan

konsep pabrik terapung dipindahkan ke daratan. Berdasarkan Keppres No. 39

Tahun 1976 dilakukan serah terima proyek ini dari Pertamina ke Departemen

Perindustrian, dalam hal ini Direktorat Jenderal Industri Kimia Dasar pada

tahun 1976. Setelah penyelesaian proses hukum dalam rangka serah terima

peralatan pabrik di Eropa, maka tanggal 7 Desember 1977 didirikan sebuah

Perseroan Negara untuk mengelola usaha ini dengan nama PT. Pupuk

Page 18: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | 9

Kalimantan Timur. Pemindahan lokasi pabrik memerlukan perubahan dan

penyesuaian desain pabrik. Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh

Menteri Perindustrian saat itu, Ir. A. R. Soehoed pada tanggal 16 November

1979. Pada tanggal 24 November 1983 produksi perdana amoniak keluar, dan

tanggal 15 April 1984 produksi urea perdana keluar, serta pengapalan urea

perdana ke Surabaya dilakukan pada tanggal 24 Juli 1984.

Kebutuhan pupuk urea belum mencukupi pasaran, maka selama proses

konstruksi pabrik Kaltim 1, mulailah dibangun pabrik Kaltim 2. Desain

kapasitas produksi amoniak Kaltim 2 adalah 1500 ton per hari dan urea 1725

ton per hari. Peresmian pabrik Kaltim 1 dan 2 dilakukan pada tanggal 29

Oktober 1984 oleh Presiden Soeharto. Selanjutnya pembangunan pabrik

Kaltim 3 dengan konsep pabrik hemat energi dan kapasitas amoniak 1000 ton

per hari dan kapasitas urea 1725 ton per hari.

Pada tahun 1997 mulai dibangun pabrik Urea IV (POPKA) dan mulai

berproduksi pada awal tahun 1999. Pabrik ini didirikan dengan melihat

potensi yang ada di PT. Pupuk Kalimantan Timur dan kelebihan produksi

amoniak di Kaltim 1, Kaltim 2 dan Kaltim 3. Pabrik ini memproduksi urea

granul dengan kapasitas 1725 ton per hari dan amoniak 1000 ton per hari.

Selain amoniak dan urea, PT. Pupuk Kaltim juga mengembangkan usaha

di bidang industri kimia yang lain seperti melamine, hexamine, soda ash,

methanol, nitric acid, ammonium acid, ammonium nitrate, penta erithritol,

hydrogen peroxide, acetic acid, dan sodium biocarbonate. Selain itu, PT.

Page 19: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | 10

Pupuk Kaltim juga turut dalam pengembangan-pengembangan inovatif yang

berlandaskan kepedulian pada pelestarian lingkungan hidup.

Sejak tahun 2004 dengan adanya perubahan kebijakan pemerintah dalam

bidang distribusi pupuk dengan SK Menperindag menugaskan PT. Pupuk

Kaltim bertanggungjawab atas ketersediaan pupuk urea bersubsidi di kawasan

Timur Indonesia. Pembangunan jaringan pemasaran dilakukan di berbagai

wilayah di Indonesia, dan saat ini PT. Pupuk Kaltim memegang tanggung

jawab atas wilayah kawasan timur Indonesia dan sebagian besar Jawa Timur.

Kapasitas produksi PT. Pupuk Kaltim sejak 31 Desember 2009 dengan

total produksi urea 2.980.000 ton per tahun dan amoniak 1.850.000 ton per

hari dari opreasi lima unit pabrik urea dan empat pabrik amoniak, meliputi

Kaltim 1, Kaltim 2, Kaltim 3, Popka dan Kaltim 4. Pada tahun 2009, PT.

Pupuk Kaltim juga telah memulai sejumlah proyek dan pengembangan

dalam rangka diversifikasi usaha, peningkatan kapasitas produksi dan

efisiensi konsumsi bahan baku. Proyek tersebut antara lain:

a. Proyek Boiler Batubara, yaitu pembangunan boiler penghasil steam

dengan menggunakan energi batubara untuk mengantisipasi

keterbatasan pasokan gas kedepannya.

b. Proyek NPK Fuse Granulation untuk memenuhi kebutuhan pupuk

NPK nasional yang terus meningkat, baik untuk sektor pertanian

maupun perkebunan.

c. Proyek Kaltim 5, yaitu pabrik dengan kapasitas 3.500 ton urea per hari

dan 2.500 ton amoniak per hari, diproyeksikan untuk menggantikan

Page 20: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | 11

Kaltim 1 yang mulai tua dan tidak efisien lagi konsumsi energinya,

serta untuk meningkatkan kapasitas produksi PT. Pupuk Kaltim

menjadi 3,4 juta ton urea per tahun dan 2,1 juta ton amoniak per

tahun.

Penyalahgunaan pupuk bersubsidi kadang terjadi dan dilakukan oleh

makelar yang tidak bertanggung jawab, sehingga PT. Pupuk Kaltim

mengambil tindakan pencegahan. Sejak tanggal 1 Januari 2013 diberlakukan

peraturan untuk pupuk subsidi berwarna merah dan pupuk nonsubsidi

berwarna putih. Pupuk bersubsidi diberikan tambahan pewarna makanan

sehingga akan transparan jika terjadi penyalahgunaan pupuk ini. Pupuk

subsidi ditujukan untuk petani, sedangkan pupuk nonsubsidi ditujukan untuk

industri perkebunan dan ekspor ke luar negeri.

2.2 Lokasi Pabrik

Lokasi pabrik pupuk Kaltim terletak di wilayah pantai kota Bontang, ±

121 km sebelah utara Samarinda, ibukota provinsi Kalimantan Timur. Secara

geografis terletak pa 0º 10’ 46,9” LU dan 117º 29’ 30,6 BT. Pabrik tersebut

terletak di areal tanah seluas 493 Ha. Disebelah selatan (± 10 km) berbatasan

dengan lokasi pabrik pencairan gas alam PT. Badak NGL Co. Lokasi

perumahan dinas karyawan seluas 765 Ha terletak sekitar 6 km sebelah barat

dari lokasi pabrik, serta tersedia perumahan BTN.

Pemilihan lokasi pabrik mempertimbangkan dekat dengan sumber bahan

baku berupa gas alam yang berasal dari Muara Badak, dekat dengan pantai

(dermaga/pelabuhan) sehingga mudah dalam pengangkutan maupun

Page 21: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | 12

transportasi, berada di tengah-tengah daerah pemasaran pupuk ekspor dan

pemasaran dalam negeri (Indonesia bagian timur), serta kemungkinan adanya

perluasan pabrik dengan ketersediaan lahan yang luas.

Kebutuhan transportasi ke daerah Bontang dapat ditempuh dengan jalur

darat, laut maupun udara. Jalur udara menggunakan pesawat charter PT.

Pupuk Kaltim dari Balikpapan yang terbang dengan jadwal rutin 2 kali sehari,

yang memakan waktu sekitar 45 menit.

Gambar 2.1 Pabrik PT. Pupuk Kaltim

2.3 Visi dan Misi Perusahaan

PT. Pupuk Kaltim memiliki visi menjadi perusahaan agrokimia yang

memiliki reputasi prima di kawasan Asia. Visi tersebut dapat dicapai dengan

misi sebagai berikut:

2.3.1 Menyediakan produk-produk pupuk, kimia, agro dan jasa pelayanan

pabrik serta perdagangan yang berdaya saing tinggi.

2.3.2 Memaksimalkan nilai perusahaan melalui pengembangan sumber daya

manusia dan menerapkan teknologi mutakhir.

2.3.3 Menunjang Program Ketahanan Pangan Nasional dengan penyediaan

pupuk secara tepat.

Page 22: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | 13

2.3.4 Memberikan manfaat bagi Pemegang Saham, karyawan dan masyarakat

serta peduli pada lingkungan.

Sebagai perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara), PT. Pupuk

Kaltim menjunjung tinggi budaya dan nilai-nilai perusahaan, yang terdiri

dari:

1. Unggul

Insan Pupuk Kaltim selalu berusaha mencapai keunggulan dalam

berbagai aspek kinerja perusahaan dengan menegakkan nilai-nilai

profesional, tangguh dan visioner.

2. Integritas

Insan Pupuk Kaltim harus dapat dipercaya, sehingga selalu bersifat

terbuka dan menunjang nilai-nilai jujur, adil, bertanggung jawab dan

disiplin.

3. Kebersamaan

Insan Pupuk Kaltim merupakan satu kesatuan tim kerja untuk

mencapai tujuan perusahaan yang mengutamakan nilai-nilai sinergi

dan bersatu.

4. Kepuasan Pelanggan

Insan Pupuk Kaltim selalu berorientasi pada kepuasan pelanggan

dengan memperhatikan nilai-nilai perhatian, komitmen, dan mutu.

5. Tanggap

Insan Pupuk Kaltim dalam mengantisipasi perubahan dinamika usaha

selalu memperhatikan nilai-nilai inisiatif, cepat dan peduli lingkungan.

Page 23: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | 14

2.4 Struktur Organisasi

Sistem organisasi PT. Pupuk Kaltim menggunakan sistem dewan direksi

yang terdiri dari:

1. Direktur Utama

2. Direktur Teknik & Pengembangan

3. Direktur Produksi

4. Direktur SDM dan Umum

5. Direktur Komersil

Pengawasan direksi dalam mengelola perusahaan dilakukan oleh Dewan

Komisaris yang terdiri dari seorang Komisaris Utama dan empat komisaris

anggota yang bertanggung jawab kepada Departemen Perindustrian RI

melalui Dirjen Industri Kimia Dasar. Selain itu, unsur bantuan yang terdiri

dari kompartemen dan departemen, dalam hal ini meliputi:

Direktur Utama

1. Kepala Satuan Pengawasan Intern

a. Manager Pengawasan Intern

b. Manager Perencanaan dan Evaluasi

2. Sekertaris Perusahaan

a. Manager Hukum

b. Manager Kesekretariatan

c. Manager Hubungan Masyarakat

d. Manager Kantor Perwakilan Jakarta

Direktur Teknik & Pengembangan

Page 24: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | 15

1. General Manager Teknik & Pengadaan

a. Manager Pengadaan Jasa

b. Manager Pengadaan Barang dan Bahan Baku

c. Manager Perencanaan Material & Pergudangan

d. Manager Perekayasaan & Konstruksi

2. General Manager Pengembangan & Kerja Sama Usaha

a. Manager Teknologi Informasi & Telekomunikasi

b. Manager Analisa & Evaluasi Operasiona KSU

c. Manager Administrasi Penyediaan Produk & Jasa KSU

d. Manager Pengembangan Usaha Bidang Agro

e. Manager Pengembangan Usaha Bidang Kimia

Direktur SDM & Umum

1. General Manager Sumber Daya Manusia

a. Manager Sistem Prosedur & Organisasi

b. Manager Diklat & Manajemen Pengetahuan

c. Manager Kesejahteraan & Hubungan Insustrial

2. Manager Program Kemitraan & Bina Lingkungan (sejajar dengan

manager diawasi oleh Sekertaris Perusahaan)

3. General Manager Umum

a. Manager Pelayanan Umum

b. Manager Keamanan & Ketertiban

Direktur Komersil

1. General Manager Pemasaran

Page 25: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | 16

a. Manager Promosi & Perencanaan , Pengembangan Pasar

b. Manager Pelabuhan & Distribusi

c. Manager Pemasaran NPK & Organik

d. Manager Niaga

2. General Manager Penjualan

a. Manager Penjualan Wilayah I

b. Manager Penjualan Wilayah II

c. Manager Penjualan Wilayah III

d. Manager Penjualan Wilayah IV

3. General Manager Administrasi Keuangan

a. Manager Manajemen Resiko

b. Manager Anggaran

c. Manager Keuangan & Pajak dan Asuransi

d. Manager Akuntansi

e. Manager Analisis & Perencanaan Keuangan

Direktur Produksi

1. General Manager Operasi I

a. Manager Operasi Pabrik 1

b. Manager Operasi Pabrik 2

c. Manager Operasi Pabrik 3

2. General Manager Operasi II

a. Manager Operasi Pabrik 4

b. Manager Operasi Pabrik 5

Page 26: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | 17

c. Manager Operasi Pabrik 6

3. General Manager Pengendalian & Pengawasan Pabrik

a. Manager Pengendalian Proses

b. Manager Laboratorium

c. Manager Inspeksi Teknik 1

d. Manager Inspeksi Teknik 2

e. Manager Keselamatan dan Kesehatan Kerja

f. Manager Lingkungan Hidup

4. General Manager Pemeliharaan

a. Manager Perencanaan & Pengendalian Pemeliharaan

b. Manager Pemeliharaan Listrik

c. Manager Pemeliharaan Instrumen

d. Manager Pemeliharaan Mekanik Lapangan 1

e. Manager Pemeliharaan Mekanik Lapangan 2

f. Manager Keandalan Pabrik

g. Manager Bengkel

h. Supervisor Shift Pemeliharaan

5. General Manager Jasa Pelayanan Pabrik

a. Manager Teknik & Kontrol Kualitas

b. Manager Manufacturing Logam

c. Manager Bisnis & Administrasi

Jajaran General Manager Produksi diawasi oleh Manager Shift

A/B/C/D/R Operasi yang dibawahi langsung oleh Direktur Produksi.

Page 27: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | 18

Selanjutnya, struktur organisasi yang perlu diamati adalah yang dibawahi

oleh direktur produksi. Direktur Operasi dibantu oleh seorang kepala

kompartemen (kompartemen produksi), yang mengatur departemen-

departemen operasi (I, II, III, IV, PKPL) dan departemen pemeliharaan.

Departemen operasi IV yang memimpin operasi Kaltim 2 dikepalai oleh

seorang koordinator operasi yang membawahi bagian-bagian (unit) utility,

amoniak dan urea. Setiap bagian dipimpin oleh seorang wakil yang

membawahi beberapa regu shift dipimpin oleh seorang foreman. Berikut

merupakan struktur organisasi Departemen Operasi Kaltim 2:

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Departemen Operasi Pabrik 2

Waktu kerja bagi karyawan PT. Pupuk Kaltim dibagi 2, yaitu karyawan

shift dan karyawan non shift. Karyawan shift terbagi menjadi 4 regu dimana 3

Shif

t

Super

vis

or

General Manager Operasi 1

Manager Kaltim 2

Direktur Produksi

Kabag Amoniak K 2

Wakabag Amoniak K 2

Kabag Utility K 2

WaKabag Utility K 2

Kabag Urea K 2

Wakabag Urea K 2

Foreman Utility K 2

Jr. Foreman Utility K 2

Foreman Amoniak K 2

Jr. Foreman Amoniak K2

Foreman Urea K 2

Jr. Foreman K 2

Senior Operator &

Operator

Senior Operator &

Operator

Senior Operator &

Operator

Page 28: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | 19

regu shift bekerja, dan satu regu shift libur. Tiap regu bekerja selama 7 hari

selama bergantian waktu kerjanya dan memperoleh 2 atau 3 hari libur.

Waktu kerja karyawan shift:

a. Day shift : pukul 07.00-15.00 WITA

b. Swing shift : pukul 15.00-23.00 WITA

c. Night shift : pukul 23.00-07.00 WITA

Pada jam kerja day shift, foreman bertanggung jawab kepada kepala

bagian, sedang pada swing shift dan night shift bertanggung jawab kepada

shift supervisor. Sedangkan waktu kerja karyawan nonshift yaitu sebagai

berikut:

a. Senin-Kamis : pukul 07.00 - 16.00 WITA (istirahat pukul 12.00 -

13.00 WITA)

b. Jumat : pukul 07.00 - 17.00 WITA (istirahat pukul 11.30 -

13.30WITA)

2.5 Proses Produksi

2.5.1 Proses Utilitas

Gambar 2.3 Block Diagram Proses Utilitas Pabrik 2

Sea Water

Intake

Chlorinasi

Screen SWP

Condenser

SCW

Sea Water

Out Fall NaOCl

NG

6,6 KV

16 MW

User

Listrik

Deaerator

1250 M3

DW TANK

DW

BFW

Flue Gas

STACK

Boiler STEAM

40 BAR Turbin

Power

Generator

Proses

P. Urea

Desalinasi Brine to

Out Fall

2500 M3

RC TANK

Demineralisasi

Distilate

RC

DW

Page 29: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | 20

Proses pembuatan Amoniak dan Urea memerlukan dukungan

sistem utilitas. Pada prinsipnya pabrik utilitas harus menyediakan:

a. Air

1) Bahan baku air diambil dari air laut, sebelum masuk ke kolam

penampungan air disaring di Screen dengan 3 tahap yaitu

Coarse Bar Screen, Rake Screen dan Rotary Screen, dan

dimasukkan ke dalam Sea Water Pump kemudian di-

Chlorinisasi untuk menghilangkan bakteri dan ganggang.

2) Dari kolam penampungan air ke pompa ke unit desalinasi, untuk

mengubah air laut menjadi air tawar dengan cara dipanaskan

sehingga terpisah dari garam-garam dan uap air dikondensasikan

menjadi air distilate dan ditampung di RC Tank 2500 m3

untuk

diubah menjadi Raw Condensate.

3) Setelah itu masuk ke unit demineralisasi untuk memproses raw

condensate menjadi air murni bebas mineral dengan kesadahan

yang rendah menggunakan resin penukar ion sehingga

memenuhi syarat menjadi air umpan boiler dalam bentuk Raw

Condensate.

4) Selanjutnya ditampung di Raw Condensate Tank yang

berkapasitas 1250 m3. Air digunakan untuk steam dan

pendinginan.

b. Steam

Page 30: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 2013 | 21

Air diambil dari tangki demin lalu dialirkan ke deaerator untuk

menghilangkan O2 dan CO2, kemudian dipanaskan di boiler,

sehingga menghasilkan steam dengan tekanan 40 kg.cm2g dan

temperatur 410ºC (Steam Superheated) untuk digunakan di proses

produksi urea, turbin dan Power Generator.

c. Listrik

Gas alam dicampur dengan udara terkompresi, kemudian

dibakar di combution chamber agar tekanannya menjadi tinggi

sehingga bisa menggerakkan turbin dan power generator yang

menghasilkan listrik dengan kapasitas 6,6 kilovolt dan kekuatan 16

megawatt yang kemudian dialirkan ke user.

d. Udara

Udara diambil dari kompresor udara di unit amoniak dan

digunakan untuk keperluan udara proses, udara pabrik, dan listrik.

2.5.2 Proses Produksi Amoniak

Proses pembuatan amoniak di pabrik Pabrik 1, 2, 3 dan 4 pada

prinsipnya hampir sama, tetapi menggunakan suhu dan tekanan yang

berbeda-beda pada beberapa tahapan proses. Berikut merupakan blok

diagram proses produksi amoniak Pabrik 2.

Page 31: LAPORAN PKL ASNI.pdf

| 22

Gambar 2.4 Block Diagram Proses Amoniak Pabrik 2

Udara

34 kg/cm2g

470ºC

CO2

to Urea Plant

NH3

Product

130 kg/cm2g

445oC 130 kg/cm2g

270oC

27 kg/cm2g

349oC

METHANATOR

(NI)

CO + H2 CH4 + H2O – Q

CO2 + H2 CH4 + H2O + Q

Compressor

AMONIA CONVERTER

H4 + N2 NH3 + Q NH3 (g) NH3 (l)

REFRIGERASI

29 kg/cm2g

230oC

30 kg/cm2g

431oC 28,5 kg/cm2g

70oC

36oC

HTS

(Fe3O4)

CO + H2O CO2 + H2 + Q CO + H2O CO2 + H2 + Q

LTS

(Cu) ABSORBER

K2CO3 + CO2 KHCO3

31,5 kg/cm2g

1000oC

32 kg/cm2g

780oC

38 kg/cm2g

390oC

GAS BUMI

45 kg/cm2g

30oC

DESULFURIZER

(ZnO)

H2 8 + ZnO Zn 8 + H2O

PRIMARY REFORMER

(NI)

CH4 + H2O CO + H2 – Q

CO + H2O CO2 + H2 + Q

SECONDARY REFORMER

(NI)

H2 + O2 H2O + Q

CH4 + H2O CO + H2 – Q

CO + H2O CO2 + H2 + Q

STRIPPER

KH3 K2CO3 + CO2

B

A

A

B

Steam

40 kg/cm2g

400ºC

Page 32: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 23

Secara garis besar proses pembuatan amoniak di Kaltim 2 adalah

sebagai berikut:

a. Pemurnian Gas Alam

1) Desulfurizer

Gas alam dilewatkan reaktor Dezulphurizer berlangsung

pada tekanan 45 kg/cm2g dan temperatur 30ºC untuk

memisahkan sulfur dari gas proses dengan bantuan katalis

Cobalt Molybdenium dan ZnO. Suhu optimum ZnO yaitu

360-400ºC. Tahapan ini terjadi 2 reaksi kimia, yang pertama

katalis Cobalt Molybdenium berfungsi mengubah sulfur

organik menjadi anorganik dengan reaksi sebagai berikut:

RHS (g) + H2 (g) RH (g) + H2S

Reaksi kimia kedua dengan mereaksikan gas H2S dengan

katalis ZnO untuk menyerap sulfur anorganik. Tahapan

desulfurizer berlangsung pada tekanan 38 kg/cm2g dan

temperatur 390ºC menghasilkan sullfur organik.

b. Pembentukan Gas Sintesa

1) Primary Reformer

Gas yang sudah bersih dicampur dengan uap air

menghasilkan methane (CH4) dan dipanaskan lagi dengan

memasukkan steam tekanan 40 kg/cm2g dan suhu 400ºC dari

utility plant kemudian direaksikan dalam Primary Reformer

Page 33: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 24

menggunakan katalis Ni yang menghasilkan gas Hidrogen

(H2), Karbon monoksida (CO), dan Karbon Dioksida yang

berlangsung pada tekanan 32 kg/cm2g dan temperatur 780ºC.

2) Secondary Reformer

Gas H2 dan CO dikirim ke Secondary Reformer dengan

katalis Ni kemudian direaksikan dengan udara tekanan 34

kg/cm2g dan temperatur 470ºC sehingga menghasilkan gas

Hidrogen (H2), Nitrogen (N2), dan Karbon monoksida (CO)

dengan tekanan 31,5 kg/cm2g dan temperatur 1000ºC.

3) High Temperatur Shift (HTs) Converter

Setelah mendapatkan CO, dimasukkan ke dalam HTs

Converter untuk mengubah CO menjadi CO2 dengan

temperatur 360ºC menggunakan katalis Iron oksida (Fe2O4)

yang berlangsung pada tekanan 30kg/cm2g dan temperatur

431ºC.

4) Low Temperatur Shift (LTs) Converter

Untuk menyempurnakan perubahan CO menjadi CO2

maka pada temperatur rendah kembali dikatalis dengan

Cooper (Cu) dengan tekanan 29 kg/cm2g dan temperatur

230ºC.

c. Pemurnian Gas Sintesa

1) CO Absorber

Page 34: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 25

Memisahkan gas CO dari gas sintesa dengan

menggunakan larutan benfield yang berlangsung pada

tekanan 29 kg/cm2g dan temperatur 70ºC.

2) CO Stripper

Melepaskan gas CO dari larutan benfiled dengan steam

stripping yang berlangsung pada tekanan 2,11 kg/cm2g dan

temperatur 103ºC. Gas CO2 hasil akan dijadikan baha baku

pembuatan pupuk urea.

3) Methanator

Berisikan katalis Ni yang berfungsi untuk mengubah

sisa-sisa CO dan CO2 menjadi Methane.

d. Sintesa Amoniak

1) Synthesis Gas Compressor

Untuk menaikkan tekanan gas sintesis dari tekanan 27

kg/cm2g dan temperatur 349ºC dari methanator menjadi

tekanan 130 kg/cm2g dan temperatur 270ºC agar dapat

direaksikan di Amoniak Converter. Gas sintesa methane

diubah menjadi H4.

2) Amoniak Converter

Mereaksikan N2 dan H4 menjadi NH3 dengan katalis Fe

(besi) yang berlangsung pada tekanan tekanan 130 kg/cm2g

dan temperatur 445ºC.

Page 35: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 26

3) NH3 Refrigerant Compressor

Mempertahankan tekanan desain di flash drum sehingga

dapat terjadi perubahan amoniak gas menjadi penguapan

liquid amoniak di dalam flash drum.

4) Amoniak Refrigerant

Untuk memurnikan amoniak liquid yang terbentuk dan

untuk mendinginkan gas outlet amoniak converter agar

kondensasi gas hasil reaksi dapat dipisahkan dengan gas-gas

yang belum menjadi amoniak. Amoniak cair dengan

temperatur -30ºC dikirim ke pabrik urea untuk diproses

menjadi urea, sedangkan sebagian lagi disimpan ke dalam

amoniak storage dengan tempertur -30ºC sebelum

dikapalkan.

5) Hydrogen Recovery Unit (HRU)

Unit ini merupakan unit pengambilan kembali gas H2 dari

purge gas dan flash gas dari unit amoniak, yang terbagi

menjadi 2 jenis yaitu cold box dan membrane.

2.5.3 Proses Produksi Urea

Proses pembuatan urea di Pabrik 2 adalah sebagai berikut:

a. Amoniak dan CO2 dari pabrik Amoniak dikompresi hingga

mencapai tekanan reaksi untuk selanjutnya direaksikan di dalam

sebuah mikser untuk diubah menjadi Karbamat. Pada tekanan dan

Page 36: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 27

temperatur tinggi di reaktor, Karbamat akan melepas air untuk

menjadi urea.

b. Amoniak Karbamat yang tidak berubah menjadi urea di flash

menjadi dua tahap untuk selanjutnya didaur ulang ke reaktor.

Sementara itu larutan urea diolah di Cristallizer untuk

menghilangkan airnya. Cristal urea disentrifugasi dan dilebur

ulang.

c. Lelehan urea dialirkan ke granulator. Di granulator terjadi proses

pemecahan urea dengan udara atomisasi. Urea yang sudah pecah

dipindahkan dari chamber ke chamber dengan udara fluidisasi.

Urea yang oversize dialirkan ke rollcrase tujuannya agar urea

kembali ke ukuran standar. Urea yang sudah sesuai standar (onsize)

dialirkan ke storage dan yang undersize dilebur kembali.

Gambar 2.5 Block Diagram Proses Produksi Urea Pabrik 2

Urea, inert

NH3, CO2, H2O

CO2 NH3

Carbamat

e Synthesis

NH3, CO2, H2O

Heat

Heat Recovery

Waste Water

Treatment Concentration

Decomposition

Prilling/Granulation

Urea Prill/Granul

Process Condensate

Urea, H2O

Urea

H2O Cooling

Heat

Page 37: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 28

2.6 Profil Departemen K3

Sebagai perusahaan yang mempekerjakan ribuan karyawan, PT. Pupuk

Kaltim sangat peduli terhadap peningkatan program Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3), dalam mempertahankan zero accident serta

menurunkan kualitas kecelakaan kerja. Departemen K3 memiliki struktur

organisasi sebagai berikut:

Gambar 2.6 Struktur Organisasi Departemen K3

Dalam mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja,

Departemen K3 memiliki fungsi dan tugas pokok sebagai berikut:

a. Melaksanakan segala kegiatan yang berkaitan dengan usaha-usaha

pencegahan dan penanggulangan kecelakaan industri dari segi teknis

yang meliputi kecelakaan kerja, kebakaran, peledakan dan

pencemaran lingkungan baik dalam maupun di luar pabrik sehingga

karyawan sehat dan aman dalam bekerja.

b. Merencanakan dan melaksanakan rencana jangka panjang dalam

pencegahan dan penggulangan kebakaran atau peledakan di

lingkungan PT. Pupuk Kaltim.

Bagian Binaper Riksa 2 Riksa 1 Bagian PMK Bag. Hiperkes

Direktur Produksi

General Manager Pegendalian & Pengawasan Pabrik

Manager Keselamatan & Kesehatan Kerja

Page 38: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 29

Upaya pencegahan secara konsisten ditempuh perusahaan sebagai cara

untuk menjaga kesehatan kerja karyawan. Salah satu cara yang ditempuh

yaitu dengan pemeriksaal kesehatan (medical check up) secara berkala untuk

memonitor status kesehatan karyawan. Usaha kesehatan dan keselamatan

kerja di PT. Pupuk Kaltim mempunyai sasaran umum dan khusus. Secara

umum, sasarannya yaitu:

a. Perlindungan terhadap karyawan yang berada di tempat kerja agar

selalu terjamin keselamatan dan kesehatannya sehingga dapat

diwujudkan peningkatan produksi dan produktivitas kerja.

b. Perlindungan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja selalu

dalam keadaan selamat dan sehat.

c. Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agara dapat

dipakai dan digunakan secara aman dan efisien.

Sedangkan sasaran secara khusus usaha keselamatan dan kesehatan kerja

terdiri atas:

a. Mencegah dan/atau mengurangi kecelakaan, kebakaran, peledakan

dan penyakit akibat kerja.

b. Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat kerja, bahan baku dan

bahan hasil produksi.

c. Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat

dan penyesuaian antara pekerjaan dengan manusia atau manusia

dengan pekerjaannya.

Page 39: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 30

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Tinjauan Umum Tentang Tekanan Darah

Organ tubuh jantung berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh.

Proses pemompaan darah oleh jantung melalui pembuluh darah menyebabkan

adanya tekanan/dorongan darah dalam proses pergerakannya atau

perpindahannya, yang sering disebut dengan tekanan darah.

Penggolongan tekanan darah bergantung pada tekanan sistolik dan

diastolik. Umumnya, tekanan darah dibawah normal atau rendah disebut

hipotensi, tekanan darah normal disebut normotensi, dan tekanan darah diatas

normal atau tinggi disebut hipertensi. Ukuran tekanan darah normal yaitu

120/80 mmHg. Angka 120 merupakan ukuran tekanan pembuluh arteri akibat

denyutan jantung, disebut tekanan darah sistolik. Sedangkan angka 80

menunjukkan tekanan saat jantung istirahat diantara denyutan, disebut

tekanan diastolik (Sutomo, 2009).

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan alat

Spighnomanometer yang terdiri dari kantong udara yang dililitkan sekeliling

lengan atas tangan yang dihubungkan dengan pemompaan udara dan alat ukur

Sphignanometer. Tekanan darah dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya

usia, obesitas, hiperlipidemia, genetika, stress, perilaku merokok dan

sebagainya. Biasanya tekanan darah tertinggi pada saat mengalami stress atau

Page 40: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 31

setelah berolahraga, namun akan kembali normal setelah beristirahat (Retno,

2008).

Meningkatnya tekanan darah dalam arteri dapat terjadi melalui beberapa

cara. Jantung memompa lebih kuat sehingga cairan lebih banyak dialirkan

setiap detiknya. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku,

sehingga tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui

arteri tersebut. Oleh karena itu, pada setiap denyut jantung darah dipaksa

melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya

tekanan. Pada usia lanjut, hal ini terjadi karena penebalan arteri dan juga

kaku disebabkan karena arteriklerosis. Selain itu, tekanan darah dapat

meningkat ketika arteri kecil menjadi mengkerut akibat terjadinya

perangsangan saraf atau hormon dalam darah. Bertambahnya cairan dalam

sirkulasi juga merangsang peningkatan tekanan darah, dikarenakan kelainan

fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari

dalam darah (Saryawati, 2007).

3.2 Tinjauan Umum Tentang Hipertensi

Tekanan darah tinggi sudah menjadi salah satu penyakit yang sangat

umum dan tersembunyi atau tanpa disadari oleh penderitanya. Pada usia lima

puluhan keatas, ditemukan kasus di Australia 10% menderita tekanan darah

tinggi, dimana tekanan darah diastoliknya diatas 110 mmHg. Tekanan darah

tinggi yang terus-menerus pada pembuluh darah memaksa jantung bekerja

lebih keras untuk mengimbanginya. Awalnya, jantung akan bekerja normal,

Page 41: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 32

namun karena tekanan yang terus-menerus meningkat, maka lambat laun

jantung akan menderita. Bilik kiri ventrikel yang memompa darah ke aorta

menjadi lemah karena ketegangan yang kontinyu kemudian membengkak,

dan apabila masih berlanjut, kerjanya akan menjadi melemah dan tidak stabil,

sedangkan jantung tidak akan sanggup memompa darah ke seluruh tubuh.

Keadaan ini yang kemudian akan menyebabkan gagal jantung, disusul sesak

nafas, kemudian pembengkakan anggota tubuh (oedema), yang disertai

dengan rasa sakit pada jantung (Knight, 1995)

Pada tekanan darah tinggi terjadi tekanan darah yang berlebihan pada

dinding ateri. Apabila kondisi ini terus berjalan akan mengakibatkan

kerusakan pada pembuluh darah dan kerkurangan aliran darah ke jaringan

tubuh. Kondisi ini mengakibatkan kerusakan jaringan jantung, ginjal, otak

dan mata. Apabila tekanan darah merusak jantung dan pembuluh darah,

komplikasinya akan mengancam kehidupan (gagal jantung, serangan jantung,

stroke) akan meningkat. Tahap peningkatan tekanan darah tinggi yang serius

akan berlanjut terjadi kerusakan di otak dan bahkan kematian dapat

mengancam (Cooper, 1996).

Tekanan darah tinggi di Amerika bagian Utara dijumpai pada 15-20%

orang dewasa. Tekanan darah tinggi merupakan penyebab terbesar dari

stroke., penyakit jantung, dan gagal ginjal. Untunglah, hasilnya memuaskan

apabila dideteksi dan pengobatan tekanan darah tinggi cepat dilakukan

sebelum terjadinya komplikasi. Tekanan darah tinggi tidak diketahui faktor

Page 42: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 33

penyebabnya. Walaupun demikian para peneliti mengidentifikasikan adanya

faktor risiko diantaranya yaitu riwayat hipertensi dalam keluarga, ras-

dijumpai banyak pada kulit berwarna, stres, obesitas, diet banyak

mengandung makanan lemak jenuh dan garam, perokok, kehidupan

sedentary/kurang bergerak dan umur (Cooper, 1996).

Klasifikasi hipertensi menurut WHO tahun 1991-1999 yang terdiri dari

hipertensi ringan, sedang dan berat tidak digunakan dikarenakan ketiganya

memiliki risiko komplikasi yang sama besarnya. Kategori hipertensi memiliki

fase-fase tertentu dalam menunjukkan tingkatan hipertensi seseorang.

Menurut kriteria hipertensi menurut WHO, kategori hipertensi ketika

seseorang memiliki tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan

darah diastolik ≥90 mmHg. Adapun klasifikasi dari tekanan darah sampai

tingkatan hipertensi yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1

Klasifikasi Tekanan Darah KLASIFIKASI SISTOLIC DIASTOLIK

HIPOTENSI < 120 < 80

NORMAL 120 - 129 80 – 84

PREHIPERTENSI 130 - 139 85 – 89

HIPERTENSI SATGE I 140 - 159 90 - 99

HIPERTENSI SATGE II 160 - 200 100 - 120

HIPERTENSI SATGE III > 200 > 120

Sumber: WHO, 1999 dalam Rosidah, 2004

Page 43: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 34

WHO (1999) mengeluarkan klasifikasi terbaru yang telah diaplikasikan

di Indonesia. Kategorinya lebih dipersempit dan dimasukkan satu kategori

terbaru, yaitu pre hipertensi. Penggolongan pre hipertensi adalah tekanan

darah sistolik 130-139 mmHg dan diastolik 85-89 mmHg. Kategori ini

merupakan golongan rang yang belum mengalami hipertensi, namun

memiliki risiko tinggi untuk terkena hipertensi. Pre hipertensi dapat

dikendalikan dengan mengubah gaya hidup agar tekanan darah menurun

sehingga kejadian hipertensi dapat dicegah (Rosidah, 2004).

Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah

yang diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu hipertensi primer dan hipertensi

esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang

dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung,

gangguan anak ginjal, dan sebagainya Gejala hipertensi seringkali tidak

terlihat, namun tekanan darah masih bisa terus menerus tinggi dalam jangka

waktu yang lama sehingga dapat menimbulkan komplikasi. Hipertensi dapat

dilihat pada tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg

(Saryawati, 2007).

3.3 Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah

Tekanan darah dipengurih oleh tekanan darah. Selain itu, terdapat

beberapa faktor yang turut mempengaruhi surah jantung dan tahanan perifer

mempengaruhi tekanan darah. Berikut merupakan beberapa faktor yang

mempengaruhi kenaikan tekanan darah (Sutomo, 2009):

Page 44: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 35

3.3.1 Asupan Garam

Beberapa orang lebih sensitif terhadap asupan garam, tubuh mereka

akan menahan natrium di dalam tubuh sehingga terjadi retensi air dan

peningkatan tekanan darah. Tekanan darah tinggi hampir tidak pernah

ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam minimal garam

yang kurang dari tiga gram tiap hari memyebabkan prevalensi tekanan

darah tinggi yang rendah, sedangkan asupan garam antara 5-15 gram

perhari prevalensi tekanan darah meningkat menjadi 15-20 %. Pengaruh

asupan garam terhadap timbulnya penyakit hipertensi terjadi melalui

peningkatan volume plasmma, curah jantung dan tekanan darah.

3.3.2 Genetik

Hipertensi merupakan penyakit turunan. Anak yang salah satu

orangtuanya positif hipertensi memiliki risiko 25% menderita hipertensi

juga, jika kedua orang tuanya positif mengidap hipertensi, maka potensi

risiko menjadi 60%. Hal ini banyak ditemukan pada kasus hipertensi

pada pasien kembar monozigot daripada heterozigot, jika salah satu

diantara orangtua menderita hipertensi.

3.3.3 Obesitas

Obesitas menjadi faktor risiko dari hipertensi dikarenakan massa

tubuh yang besar membutuhkan lebih banyak darah untuk menyediakan

oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Artinya, darah yang mengalir

dalam pembuluh darah semakin banyak sehingga dinding arteri

Page 45: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 36

mendapatkan tekanan lebih besar dan menimbulkan peningkatan

frekuensi denyut jantung dan kadar insulin yang menyebabkan tubuh

menahan natrium dan air. Obesitas juga turut menyumbang risiko

terjadinya ateroklerosis akibat konsumsi lemak jenuh dan lemak trans

yang terus-menerus.

3.3.4 Merokok dan Konsumsi Alkohol

Zat-zat kimia rokok seperti nikotin dan karbon monoksida

menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan memberi peluang

terhadap kejadian ateroklerosis yang bersifat sinergisme dengan faktor

risiko lainnya. Gangguan yang berulang-ulang akan menimbulkan

reaksi siaga yang selalu mengikutsertakan naiknya aktivitas saraf

simpatis yang lambat laun mengakibatkan kenaikan tekanan darah.

Selain perilaku merokok, konsumsi alkohol menyebabkan sekitar

5-20% kasus hipertensi, walaupun hubungannya masih belum jelas,

namun penelitian menemukan konsumsi alkohol 3 gelas atau lebih

meningkatkan risiko hipertensi dua kali lipat.

3.4 Tinjauan Umum Tentang Kebisingan

3.4.2 Definisi Kebisingan

Kebisingan memiliki beberapa pendefinisian. Menurut Suma’mur

(2009), kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki oleh

karena mengganggu atau timbul di luar kemauan orang yang

bersangkutan.

Page 46: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 37

Kebisingan menurut Permennakertrans No. 13 Tahun 2011 adalah

semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat

proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu

menyebabkan gangguan pendengaran.

3.4.3 Jenis Kebisingan

Kebisingan memiliki amplitudo dan frekuensi yang berbeda-beda,

sehingga mmenciptakan jenis kebisingan yang berbeda-beda pula.

Wahyu (2003) mengklasifikasikan kebisingan ke dalam tiga jenis,

yaitu:

a. Intermitten noise (kebisingan terputus-putus)

Intermitten noise adalah kebisingan dimana suara timbul dan

menghilang secara perlahan-lahan. Termasuk dalam intermitten noise

adalah kebisingan dari kendaraan beromotor dan pesawat yang take off.

b. Steady noise (kebisingan kontinyu)

Dinyatakan dalam nilai ambang takanan suara (sound pressure

levels) diukur dalam octave band dan perubahan-perubahan tidak

melebihi beberapa dB per detik, atau kebisingan dimana fluktuasi dari

intensitas suara tidak lebih 6 dB, misalnya suara kompressor, kipas

angin, dapur pijar, gergaji sekuler, katub gas.

c. Impact noise (kebisingan meledak-ledak)

Impact noise adalah kebisingan dimana waktu yang diperlukan

untuk mencapai titik puncak intensitasnya tidak lebih dari 35 detik, dan

Page 47: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 38

waktu yang dibutuhkan untuk penurunan sampai 20 dB dibawah

puncaknya tidak lebih dari 500 detik, atau bunyi yang mempunyai

perubahan-perubahan besar dalam octave band. Contohnya yaitu suara

pukulan palu, suara tembakan meriam/senapan dan ledakan bom.

3.4.4 Pengaruh Kebisingan

Bising merupakan suara atau bunyi yang mengganggu. Bising

dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis,

gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Ada yang

menggolongkan gangguannya berupa gangguan Auditory, misalnya

gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non Auditory seperti

gangguan komunikasi, ancaman bahaya keselamatan, menurunya

performan kerja, stres dan kelelahan. Lebih rinci dampak kebisingan

terhadap kesehatan pekerja dijelaskan sebagai berikut: (Prabu, 2009)

a. Gangguan Fisiologis

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu,

apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan

dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan

nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki,

serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit

kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor

vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek

Page 48: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 39

pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan

oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ,

kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan

elektrolit.

b. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang

konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima

dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa

gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.

c. Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi

yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan

kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara

berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai

pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat

atau tanda bahaya.Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung

membahayakan keselamatan seseorang.

d. Gangguan Keseimbangan

Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di

ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan

fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.

e. Efek pada pendengaran

Page 49: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 40

Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada

indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah

diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu.Mula-mula efek

bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi

secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi

apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli

menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada

frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya

dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk

percakapan.Macam-macam gangguan pendengaran (ketulian), dapat

dibagi atas :

1) Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift =TTS)

Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi.

Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya

sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila

tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya

akan pulih kembali.

2) Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS)

Diakibatkan waktu pajanan yang lama (kronis), besarnya PTS di

pengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :

a) Tingginya level suara

b) Lama pajanan

Page 50: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 41

c) Spektrum suara

d) Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka

kemungkinan terjadi TTS akan lebih besar

e) Kepekaan individu

f) Pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan dapat memperberat

(pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan

dengan kontak suara, misalnya quinine, aspirin, dan beberapa obat

lainnya

g) Keadaan Kesehatan

3) Trauma Akustik

Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian

atau seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan

tunggal atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat

tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat keras, seperti suara

ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga, merusakkan

tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.

4) Prebycusis

Penurunan dayadengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan

gejala yang dialami hampir semua orang dan dikenal dengan prebycusis

(menurunnya daya dengar pada nada tinggi). Gejala ini harus

diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar akibat pajanan

bising ditempat kerja.

Page 51: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 42

5) Tinitus

Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan

pendengaran . Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang

yang dapat merasakan tinitus dapat merasakan gejala tersebut pada saat

keadaan hening seperti saat tidur malam hari atau saat berada diruang

pemeriksaan audiometri (dalam Prabu, 2009).

3.4.5 Nilai Ambang Batas Kebisingan

Tabel 3.2

NAB Kebisingan Menurut Permenakertrans No. PER-13/MEN/2011

Waktu pemajanan per hari Intensitas kebisingan dalam dB

8

4

2

1

Jam

85

88

91

94

30

15

7,5

3,75

1,88

0,94

Menit

97

100

103

106

109

112

28,12

14,06

7,03

3,52

1,76

0,88

0,44

0,22

0,11

Detik

115

118

121

124

127

130

133

136

139

Sumber : Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2011

Page 52: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 43

Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya terkait pengaruh

kebisingan, maka demi kelangsungan kesehatan dan keselamatan

pekerja perlu ditetapkan nilai ambang batas (NAB) kebisingan.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 13

Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor

Kimia di Tempat Kerja, NAB kebisingan untuk lama kerja selama 8

jam adalah 85 dB.

3.5 Efek Kebisingan Terhadap Perubahan Tekanan Darah

Penelitian van Kempen, et al (2002) menunjukkan hubungan yang

signifikan pada pajanan bising industri dengan tekanan darah tinggi dengan

risiko relatif terjadinya hipertensi sebesar 1,14 kali (95%CI = 1,01 – 1,29)

tiap kenaikan bising 5 dB. Kenaikan signifikan tersebut ditemukan pada

tekanan darah sistolik yaitu terdapat perbedaan peningkatan sebesar 0,51

mmHg/5 dB, sedangkan untuk diastolik kenaikannya tidak signifikan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Rosidah (2004) terkait hubungan

pajanan bising dengan penyakit hipertensi pada wanita yang tinggal di

sepanjang rel kereta api Kota Semarang juga membuktikan bahwa rasio

prevalensi kejadian hipertensi pada wanita yang tinggal di daerah dengan

intensitas bising melebihi nilai ambang batas 1,483 kali lebih besar

dibandingkan wanita yang tinggal di daerah dengan intensitas bising kurang

dari nila ambang batas.

Page 53: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 44

Kebisingan ditanggapi oleh tubuh dengan adaptasi fungsi biologis.

Sistem saraf dengan otomatis akan menyesuaikan dengan cara tertentu.

Kebisingan yang diterima telinga menmberikan respon saraf untuk

menaikkan detak jantung sehingga tekanan darah ikut meningkat, sementara

hormon adrenalin dan kortisol dilepaskan. Dalam jangka panjang, level tinggi

adrenalin dan kortisol dibawah kondisi kerja yang penuh stres bisa

menimbulkan banyak efek kesehatan yang serius (Saryawati, 2007).

Efek bising terhadap manusia ada dua macam, yaitu efek terhadap

pendengaran yang biasa disebut trauma akustik/bising dan efek terhadap

perubahan perilaku manusia atau gangguan psikosomatis, antara lain

kenaikan darah, jantung bedebar-debar, dan lain-lain. Bila keduanya

dihubungan dengan fungsi alarm simpatis, maka stres psikis dapat

merangsang hipotalamus bagian lateroposterior yang menjadi pusat eksitasi,

kemudian sinyal listrik dikirimkan melalui formasio retikularis ke pusat

vasomotor di dalam sepertiga bagian bawah pons untuk selanjutnya melalui

medulla spinalis menuju ke pusat saraf simpatis yaitu di subtansia grisea

motoneuron simpatis segmen cervical dan darah. Disini dialirkan melalui

saraf simpatis ke efektor dalam organ telinga dalam, sehingga menyebabkan

vasokontriksi arteri yang diinevarsi (Saryawati, 2007).

Mekanisme gangguan vaskularisasi pada hiperstimulasi bising adalah

bisa terjadi kegiatan komponen-komponen dalam organo auditoria yang

berkewajiban meneruskan rangsang sampai ke pusat meningkat. Peningkatan

Page 54: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 45

kegiatan ini membutuhkan energi yang terutama didapat dari metabolisme

glukosa secara aerob. Metabolisme ini membutuhkan penyediaan oksigen,

sehingga metabolisme di semua komponen organo auditoria yang mengambil

bagian di dalam impuls saraf sangat meningkat. Setiap peningkatan

metabolisme dalam sel jaringan selalu diikuti peningkatan aliran darah ke

jaringan itu secara akut. Pada akhirnya terjadi pengurangan tonus aktif pada

aktif pada otot dinding vaskuler dan sifat kontraktif pada endotel kapiler yang

menyebabkan vasodilatasi baik arteriole, venule, metarteriole, sfingter

prakapiler maupun kapiler. Terdapat pengaturan aliran darah setempat jangka

panjang yaitu terjadi rekonstruksi vaskularisasi jaringan secara terus-menerus

untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan zat gizi sehingga

ukuran pembuluh darah di tempat bertambah. Keadaan ini dipacu oleh

perangsangan yang terus menerus (Saryawati, 2007).

Beberapa penelitian sebelumnya menemukan hasil berupa peningkatan

denyut nadi, tekanan darah dan frekuensi pernafasan biasanya terjadi pada

permulaan pajanan (intian exposure) dan terutama bila kebisingan yang

terpajan timbul secara mendadak. Setelah pemaparan yang berulang dan lama

akan terjadi proses adaptasi. Gangguan faal lainnya berupa aktivitas lambung

menurun, tonus otot meningkat, perubahan biokimia/perubahan biologis

(kadar glukosa, urea, dan kolesterol dalam darah, darah katekolamin dalam

air seni), dan gangguan keseimbangan/equilibrium disorder, dengan gejala-

Page 55: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 46

gejala seperti mual, vertigo dan nystagmus (pada pajanan intensitas bising

lebih dari 130 dB) (Saryawati, 2007).

Beberapa literatur memperkirakan efek kardiovaskuler akibat pajanan

bising dilihat sebagai akibat dari stres. Reaksi stres psikologi umum dalam

jangka pendek bisa terjadi sebagai akibat dari aktivitas sistem hormon dan

saraf otonom. Kondisi stres dapat memicu risiko penyakit jantung koroner.

Secara langsung efek stres berupa reaksi tubuh mengeluarkan hormon

adrenalin medullary seperti noradrenaline yang meningkatkan resistensi

sekeliling dan menaikkan tekanan darah serta denyut jantung. Stres dengan

peninggian aktivitas saraf simpatis menyebabkan konstriksi fungsional dan

hipertrofi struktural (Saryawati, 2007).

Page 56: LAPORAN PKL ASNI.pdf

| 47

3.6 Kerangka Teori

Subtrat Renin

Aktivitas Saraf Ginjal

Renin

Converting

Enzym Angiostensin II

Angiostensin I

Bising

Sistem Saraf Simpatis

Medulla Adrenal

Sekresi Epinefrin

& Norepinefrin

Vaso Kontriksi

Tekanan

Darah Meningkatkan atau mempertahankan cairan ekstra seluler

Reabsorpsi di Nefron

Sekresi Aldosteron

Usus Kortek Adrenal

Reabsorpsi

Air & Na

SSP

Keinginan

Asupan Garam

Pelepasan

Vasopresi

n

Tahanan

Perifer Total

Jantung

Curah

Jantung

Otot Polos

Pembuluh

Darah

Tekanan

Darah Arteri

Frekuensi Denyut Nadi Isi Sekuncup

Kekuatan Kontraksi

Curah Jantung Tahanan

Perifer Total

Kenaikan

Tekanan Darah

Usia

Pola Hidup:

*Alkohol

*Merokok

*Kurang Olahraga

*Diet Tinggi Lemak Perilaku Pekerja: Penggunaan

APD

Obesitas

Riwayat Penyakit:

*Diabetes Mellitus

*Malfungsi Ginjal

*Aterosklerosis

Konsumsi Obat

Lama Kerja

Gambar 2.7 Kerangka Teori Penelitian

Page 57: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 48

BAB IV

METODE MAGANG

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan

cross sectional yaitu pengukuran variabelnya hanya dilakukan sekali, dalam

suatu saat. Pada penelitian ini variabel bebas dan variabel terikat dinilai

secara simultan pada suatu saat, sehingga tidak ada follow up, sehingga

didapatkan prevalensi suatu penyakit dalam populasi pada suatu saat. Dari

data yang telah didapat dapat dibandingkan prevalensi peyakit pada kelompok

dengan risiko, dengan prevalensi kelompok tanpa resiko.

4.2 Lokasi dan Waktu

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan di lingkup perusahaan PT.Pupuk

Kaltim pada tanggal 17 Januari sampai dengan tanggal 15 Maret 2012 dan

dilakukan di Kaltim 2.

4.3 Jadwal Pelaksanaan

Kegiatan Penelitian yang dilaksanakan dapat diliihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Kegiatan Penelitian secara umum

KEGIATAN MINGGU

I II III IV V VI VII VIII

Persiapan dan Orientasi

Pelaksanaan Tugas Khusus

(Pengambilan Data Kuesioner)

Pembuatan Laporan

Presentasi

Revisi Laporan

Page 58: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 49

4.4 Kerangka Konsep

Keterangan : *dikendalikan

4.5 Hipotesis

1) Ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian hipertensi tenaga kerja.

2) Ada hubungan antara riwayat merokok dengan kejadian hipertensi tenaga

kerja.

3) Ada hubungan antara riwayat hipertensi dalam keluarga dengan kejadian

hipertensi tenaga kerja.

4) Ada hubungan antara penggunaan APD dengan kejadian hipertensi tenaga

kerja.

5) Ada hubungan antara intensitas bising > NAB dengan kejadian hipertensi

tenaga kerja.

- Umur*

- Obesitas*

- Riwayat Penyakit*

VARIABEL PENGGANGGU

VARIABEL BEBAS

Kejadian Hipertensi

VARIABEL BEBAS

- Masa Kerja

- Riwayat Merokok

- Riwayat Hipertensi

dalam Keluarga

- Pemakaian APD

- Intensitas Bising

- Lama Kerja

Page 59: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 50

6) Ada hubungan antara lama kerja > 8 Jam dengan kejadian hipertensi

tenaga kerja.

4.6 Populasi

Jumlah total tenaga kerja di utility plant, amoniak plant, dan urea palnt

di operasi pabrik Kaltim 2 PT. Pupuk Kaltim sebanyak 130 orang. Sebagai

populasi penelitian ini yaitu pekerja yang terpajan kebisingan yaitu 60 orang

dari area bising di field operasi Kaltim 2.

4.7 Sampel

Sampel tenaga kerja sebagai subyek penelitian adalah keseluruhan

merupakan laki-laki yang terpajan kebisingan selama masa kerjanya, yang

terbagi menjadi 3 unit, yaitu plant utility, plant amoniak dan plant urea.

Pengambilan/perhitungan sampel menggunakan rumus proporsi sampling

yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

n : Besar sampel

N : Besar populasi

Z : Nilai pada kurva normal untuk α = 0,05 (Z = 1,96, tingkat

kepercayaan 95%)

P : Estimator proporsi populasi (P = 0,5)

d : Presisi/nilai absolut (biasanya 0,1 atau 10%)

Berdasarkan jumlah populasi tenaga kerja yang terpajan kebisingan

sebanyak 60 orang, maka dari perhitungan didapat jumlah sampel sebesar

37 orang.

n = d

2 . (N-1) . Z

21 - α/2 . P .(1-P)

Z2

1 - α/2 . P . (1-P) . N

Page 60: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 51

4.8 Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

4.8.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah sebagai faktor risiko, yaitu

masa kerja, riwayat merokok, riwayat hipertensi dalam keluarga,

pemakaian APD, intensitas bising dan lama kerja.

4.8.2 Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kejadian hipertensi.

4.8.3 Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu dari penelitian ini adalah umur, obesitas, lama

kerja, dan riwayat penyakit.

4.9 Definisi operasional

4.9.1 Masa Kerja

Adalah jumlah tahun yang telah dijalani responden terhitung sejak

responden menjadi pekerja di bagian bising operasi pabrik Kaltim 2 PT.

Pupuk Kaltim.

Skala : ratio

4.9.2 Riwayat merokok

Adalah kecenderungan responden untuk merokok dalam kesehariannya.

Skala : nominal (ya dan tidak)

4.9.3 Riwayat hipertensi dalam keluarga

Adalah kecenderungan dari keluarga responden menderita penyakit

tekanan darah tinggi.

Page 61: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 52

Skala : nominal (ada dan tidak)

4.9.4 Pemakaian APD pendengaran

Adalah kecenderungan responden untuk menggunakan alat pelindung

telinga yang disediakan perusahaan.

Skala : nominal (pakai dan tidak)

4.9.5 Intensitas bising

Adalah tingkat kebisingan terukur yang berasal dari kegiatan mesin-

mesin produksi operasi pabrik Kaltim 2 PT. Pupuk Kaltim yang dapat

menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan

lingkungan kerja, yang diukur dengan alat sound level meter, dengan

satuan dB.

Skala : nominal (> 85 dB dan ≤ 85 dB)

4.9.6 Usia

Adalah usia responden mulai dari dilahirkan hingga saat pengambilan

data responden.

Skala : ratio

4.9.7 Indeks Massa Tubuh (IMT)

Adalah tingkat gizi seseorang yaitu perbandingan berat badan dalam

kilogram dengan kuadrat tinggi tubuh dalam meter.

Gizi kurang : IMT < 20,2

Gizi nornal : IMT 20,2 – 24,7

Gizi lebih : IMT 25 – 27

Obesitas : IMT > 27

Page 62: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 53

Skala : nominal (obesitas dan tidak obesitas)

4.9.8 Lama kerja

Adalah jumlah jam kerja yang dijalani responden dalam sehari bekerja

di operasi pabrik Kaltim 2 PT. Pupuk Kaltim

Skala : nominal (> 8 jam dan ≤ 8 jam)

4.9.9 Riwayat penyakit

Adalah sejarah penyakit yang pernah dialami tenaga kerja yang

berkaitan dengan hipertensi (kelainan jantung atau ginjal).

Skala : nominal (ya dan tidak)

4.9.10 Kejadian hipertensi

Adalah peningkatan menetap tekanan arteri sistematik dengan

menggunakan sphignanometer dengan satuan mmHg, jika tekanan

sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.

Skala : nominal (hipertensi dan tidak)

4.10 Pengendalian Variabel Pengganggu

Dalam rangka mendapatkan kepastian bahwa perubahan yang terjadi

pada variabel terikat yang diamati benar-benar disebabkan oleh suatu

perlakuan dalam eksperimen, bukan disebabkan karena faktor lain yang tidak

relevan, perlu dilakukan pengendalian terhadap variabel yang muncul, yaitu:

1. Usia : responden yang berusia 20 sampai 45 tahun

2. IMT : responden mempunyai IMT antara 20,2 – 27

(tidak termasuk golongan obesitas)

3. Riwayat penyakit : responden tidak pernah menderita penyakit yang

Page 63: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 54

Berhubungan dengan ginjal dan jantung.

4.11 Tahap Penelitian

4.11.1 Penentuan Populasi Terjangkau

Dalam penelitian ini, populasi terjangkau adalah operator Plant

Utility, Plant Amoniak, dan Plant Urea di Kaltim 2 yang terpajan

kebisingan.

4.11.2 Pemilihan Subyek Penelitian

Dari populasi terjangkau dilakukan pemilihan sampel yang

merupakan bagian dari populasi terjangkau, dipilih secara random.

4.11.3 Pelaksanaan penelitian

Sebagai subjek yang dipilih kemudian dari yang terpilih diambil

sebagai sampel. Penelitian ini merupakan penelitian observasional jenis

cross sectional yang dilakukan pada suatu saat.

4.12 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner dalam mengumpulkan

data primer berupa data responden terkait variabel yang diteliti, yaitu masa

kerja, riwayat merokok, riwayat hipertensi dalam keluarga, penggunaan

APD. Selain itu, juga menggunakan tensimeter digital untuk mengukur

tekanan darah responden.

4.13 Pengumpulan Data

4.13.1 Data primer

Kuesioner berisi tentang informasi data subyek penelitian terkait

variabel penelitian, yang terdiri dari informasi usia, masa kerja,

Page 64: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 55

riwayat merokok, riwayat hipertensi dalam keluarga, dan pemakaian

APD, sedangkan data tekanan darah didapatkan dengan pengukuran

menggunakan tensimeter digital.

Gambar 4.1 Tensimeter Digital

4.13.2 Data sekunder

Data yang diperoleh untuk melengkapi penelitian ini yaitu dari

hasil pengukuran intensitas bising di operasi pabrik Kaltim 2 yang

dilakukan oleh Mahasiswa PKL 2013 atas nama Mahdaniah, layout

Kaltim 2 PT. Pupuk Kaltim dan gambaran umum perusahaan serta

proses produksinya.

4.14 Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer program

SPSS for windows versi 16,0 dan dibantu dengan program Ms. Excel,

selanjutnya dilakukan uji analisis sebagai berikut:

4.14.1 Univariat merupakan penyajian data secara deskriptif terhadap

karakteristik responden. Analisa data responden menggunakan

persentase dengan penyajian berbentuk tabel.

Page 65: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 56

4.14.2 Bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing

variabel bebas denagn variabel terikat serta besar resiko variabel

bebas terhadap variabel terikat dengan nilai p ≤ 0,05 menggunakan

uji Chi Square.

4.14.3 Multivariat digunakan untuk mengetahui hubungan beberapa

variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji

statistik regresi logistik.

Page 66: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 57

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Intensitas Kebisingan di Operasi Pabrik Kaltim 2 PT. Pupuk

Kaltim

a. Intensitas Kebisingan

Pengukuran intensitas kebisingan yang telah dilakukan oleh

Mahasiswa PKL Mahdaniah menggunakan sound level meter

menemukan tingkat kebisingan pada area utility, ammonia plant

dan urea plant memiliki tingkat kebisingan dengan rata-rata diatas

85 dB, sedangkan pada mesin reformer tingkat kebisingan rata-rata

diatas 95 dB hingga mencapai 100 dB.

Gambar 5.1 Hasil Pengukuran Kebisingan Pabrik 2 Tahun 2013

Melihat intensitas bising rata-rata pada operasi Pabrik 2 PT.

Pupuk Kaltim telah melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) yang

Page 67: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 58

telah ditentukan yaitu 85 dB untuk 8 jam kerja menurut

Permennaker No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas

Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Dalam hal ini,

tindakan pencegahan pajanan yanng berlebihan dilakukan oleh PT.

Pupuk Kaltim memberikan batasan jam kerja selama 8 jam, serta

APD (Alat Pelindung Diri) Telinga berupa ear muff dan ear plug.

Operator lapangan mempunyai sistem kerja log sheet yaitu

pengecekan mesin tiap 2 jam selama 15-30 menit. Selain itu, akan

standby jika ada pekerjaan mekanis di field kerjanya untuk

mengawasi proses kerja.

b. Pemetaan Kebisingan

Gambar 5.2 Hasil Pemetaan Kebisingan Pabrik 2 Tahun 2013

Selain pengukuran intensitas kebisingan, dilakukan pemetaan

kebisingan berdasarkan hasil pengukuran sebelumnya dengan

Page 68: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 59

ketentuan warna hijau sebagai daerah aman dengan kebisingan

dibawah 85 dB, warna kuning sebagai daerah kebisingan diatas 85

dB dan warna merah untuk kebisingan diatas 95 dB.

Berdasarkan pemetaan diatas, dapat disimpulkan bahwa

kebisingan tersebar merata seluruh daerah dalam proses area

dengan tingkat kebisingan 85-95 dB. Daerah hijau merupakan

daerah aman dari kebisingan dan aman bekerja tanpa APD Telinga,

daerah kuning merupakan daerah wajib memakai ear plug, dan

daerah merah merupakan daerah wajib memakai ear muff.

Permennakertrans No. Per.08/MEN/VII/2010 tentang Alat

Pelindung Diri mewajibkan pengusaha untuk menyediakan APD

bagi pekerja/buruh di tempat kerja yang sesuai dengan Standar

Nasional Indonesia (SNI) yang secara cuma-cuma kepada pekerja.

Selain itu, bentuk pelaksanaan peraturan ini berupa pemasangan

rambu-rambu tertulis mengenai kewajiban penggunaan APD di

tempat kerja.

Gambar 5.3 Ear Plug (kiri) dan Ear Muff (kanan)

Page 69: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 60

Gambar 5.4 Rambu Kebisingan

5.1.2 Analisa Univariat

a. Distribusi responden menurut masa kerja

Masa kerja karyawan merupakan lamanya bekerja di unit

Pabrik Kaltim 2 PT. Pupuk Kaltim. Masa Kerja minimal 1 tahun,

maksimal 25 tahun, dikategorikan menjadi 2 bagian yaitu kurang

atau sama dengan 12 tahun dan lebih dari 12 tahun. Kategori 12

tahun tersebut didasarkan pada distribusi data masa kerja. Dari

tabel 5.1 dapat dilihat sebagian besar responden memiliki masa

kerja dibawah 12 tahun yaitu sebanyak 31 orang (83,8%) dibanding

responden yang memiliki masa kerja diatas 15 tahun yaitu sebanya

6 orang (16,2%).

Tabel 5.1

Distribusi Responden Menurut Masa Kerja

Masa Kerja Frekuensi (%)

> 12 tahun 6 (16,2)

≤ 12 tahun 31(83,8)

Jumlah 37 (100,0)

b. Distribusi responden menurut riwayat merokok

Berdasarkan tabel 5.2 , diketahui responden yang memiliki

riwayat merokok 15 orang (40,5%), sedangkan responden yang

tidak pernah merokok sebanyak 22 orang (59,5%).

Page 70: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 61

Tabel 5.2

Distribusi Responden menurut Riwayat Merokok

Riwayat Merokok Frekuensi (%)

Ya 15 (40,5)

Tidak 22 (59,5)

Jumlah 37 (100,0)

c. Distribusi responden menurut riwayat hipertensi dalam keluarga

Riwayat hipertensi dalam keluarga merupakan faktor genetik

yang mempunyai peranan dalam tekanan darah seseorang. Dari 37

sampel diambil, responden yang memiliki riwayat hipertensi dalam

keluarga berdasarkan tabel 5.3 adalah sebanyak 17 (45,9%)

sedangkan yang tidak memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga

sebanyak 20 (54,1%).

Tabel 5.3

Distribusi Responden menurut Riwayat Hipertensi dalam Keluarga

Riwayat Hipertensi

dalam keluarga Frekuensi (%)

Ya, ada 17 (45,9)

Tidak 20 (54,1)

Jumlah 37 (100,0)

d. Distribusi responden menurut pemakaian APD

Tabel 5.4

Distribusi Responden menurut Pemakaian APD

Pemakaian APD Frekuensi (%)

Tidak Pakai 0 (0,0)

Pakai 37 (100,0)

Jumlah 37 (100,0)

Page 71: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 62

Alat Pelindung Diri (APD) Telinga merupakan alat yang

dipakai di telinga guna melindungi pendengaran dari gangguan

pajanan kebisingan. Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa

keseluruhan responden telah disiplin memakai APD Telinga

sebanyak 37 orang (100%).

e. Distribusi responden menurut intensitas pajanan bising

Tabel 5.5

Distribusi Responden menurut Intensitas Pajanan Bising

Intensitas Bising Frekuensi (%)

> 85 dB 24 (64,9)

≤ 85 dB 13 (35,1)

Jumlah 37 (100,0)

Intensitas pajanan bising dikategorikan menjadi dua bagian,

yaitu kurang atau sama dengan 85 dB dan lebih dari 85 dB.

Pengambilan angka 85dB berdasarkan Kepmenakertrans No. 13

Tahun 2011, bahwa nilai ambang batas kebisingan selama 8 jam

kerja yaitu 85 dB. Intensitas kebisingan terendah 50 dB dan

tertinggi 103 dB. Jumlah sampel tenaga kerja bagian utility plant

12 orang, amoniak plant 15 orang, dan urea plant 10 orang.

Tabel 5.5 memperlihatkan distribusi intensitas pajanan

kebisingan yang diterima responden adalah sebesar 13 orang

(35,1%) yang terpajan kebisingan masih kurang dari 85 dB,

sedangkan yang terpajan kebisingan lebih dari 85 dB sebanyak 24

orang (64,9%).

Page 72: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 63

f. Distribusi responden menurut lama kerja

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden melalukan pekerjaannya selama 8 jam atau kurang

sebanyak 26 orang (70,3%), sedangkan responden yang melakukan

pekerjaannya lebih dari 8 jam atau lembur sebanyak 11 orang

(29,7%).

Tabel 5.6

Distribusi Responden menurut Lama Kerja

Lama Kerja Frekuensi (%)

> 8 Jam 11 (29,7)

≤ 8 Jam 26 (70,3)

Jumlah 37 (100,0)

g. Distribusi responden menurut kejadian hipertensi

Berdasarkan pengukuran tekanan darah responden dapat

diketahui bahwa sebagian besar responden tidak hipertensi

sebanyak 29 (21,6%) sedangkan responden yang hipertensi

sebanyak 8 orang (78,4%).

Tabel 5.7

Distribusi Responden menurut Kejadian Hipertensi

Kejadian Hipertensi Frekuensi (%)

Ya 8 (21,6)

Tidak 29 (78,4)

Jumlah 37 100,0)

Page 73: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 64

5.1.3 Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat serta besar resiko

variabel bebas terhadap variabel terikat, yakni menggunakan analisa

bivariat, dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.

a. Hubungan masa kerja dengan kejadian hipertensi

Tabel 5.8

Hubungan Masa Kerja dengan Kejadian Hipertensi

Masa Kerja Kejadian Hipertensi Jumlah

(%)

p

value 95%CI

Ya (%) Tidak (%)

> 12 tahun 1 (16,7) 5 (83,3) 6 (100)

1,000 0,686

(0,068-6,882) ≤ 12 tahun 7 (22,6) 24 (77,4) 31(100)

Jumlah 8 (21,6) 29 (78,4) 37(100)

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 37 responden, yang masa

kerjanya lebih dari 12 tahun sebanyak 6 orang dengan 1 orang

(16,7%) yang mengalami hipertensi, sedangkan tenaga kerja yang

masa kerja kurang atau sama dengan 12 tahun sebanyak 31 orang,

terdapat 7 (22,6%) yang hipertensi.

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p = 1,000, OR = 0,686

dan 95%CI = 0,068-6,882. Hasil analisa tersebut menunjukkan

hubungan antara masa kerja dengan kejadian hipertensi tidak

berpengaruh secara signifikan (p > 0,05). Masa kerja bukan

merupakan faktor risiko.

b. Hubungan riwayat merokok dengan kejadian hipertensi

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 37 responden, yang punya

riwayat merokok sebanyak 15 orang dengan 3 orang (20,0%)

Page 74: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 65

hipertensi, sedangkan tenaga kerja yang tidak merokok sebanyak

22 orang, terdapat 5 (22,7%) yang hipertensi.

Tabel 5.9

Hubungan Riwayat Merokok dengan Kejadian Hipertensi

Riwayat

Merokok

Kejadian Hipertensi Jumlah

(%)

p

value 95%CI

Ya (%) Tidak (%)

Ya 3 (20,0) 12 (80,0) 15 (100)

1,000 0,850

(0,170-4,256) Tidak 5 (22,7) 17 (77,3) 22 (100)

Jumlah 8 (21,6) 29 (78,4) 37 (100)

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p = 1,000, OR = 0,850

dan 95%CI = 0,170-4,256. Hasil analisa tersebut menunjukkan

hubungan antara riwayat merokok dengan kejadian hipertensi tidak

berpengaruh secara signifikan (p > 0,05). Riwayat merokok bukan

merupakan faktor risiko kejadian hipertensi.

c. Hubungan riwayat hipertensi dalam keluarga dengan kejadian

hipertensi

Tabel 5.10

Hubungan Riwayat Hipertensi dalam Keluarga

dengan Kejadian Hipertensi Riwayat

Hipertensi

dalam

Keluarga

Kejadian Hipertensi

Jumlah

(%)

p

value 95%CI

Ya (%) Tidak (%)

Ya 4 (30,7) 13 (69,3) 17 (100)

1,000 1,231

(0,257-5,900) Tidak 4 (20,0) 16 (80,0) 20 (100)

Jumlah 8 (21,6) 38 (78,4) 37 (100)

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari 37 responden sebanyak

17 orang yang memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga dengan

4 orang (30,7%) yang hipertensi, sedangkan tenaga kerja yang

tidak memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga sebanyak 20

orang dengan 4 orang (20,0%) yang hipertensi.

Page 75: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 66

Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p = 1,000, OR =

1,231 dan 95%CI = 0,231-5.900. Hasil analisa tersebut menunjukkan

bahwa hubungan antara riwayat hipertensi dalam keluarga dengan

kejadian hipertensi tidak signifikan (p > 0,05). Riwayat hipertensi dalam

keluarga merupakan bukan faktor risiko terhadap kejadian hipertensi.

d. Hubungan pemakaian APD dengan kejadian hipertensi

Tabel 5.11

Hubungan Pemakaian APD dengan Kejadian Hipertensi

Pemakaian

APD

Kejadian Hipertensi Jumlah

(%)

p

value 95%CI

Ya (%) Tidak (%)

Tidak Pakai 0 (0,0) 0 (0,0) 0 (0,0)

- - Pakai 8 (21,6) 29 (78,4) 37 (100)

Jumlah 8 (21,6) 29 (78,4) 37 (100)

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa keseluruhan respoden 37

orang memiliki kedisiplinan dalam pemakaian APD, sehingga tidak

dapat dimasukkan ke dalam uji statistik untuk melihat

hubungannya dengan kejadian hipertensi.

e. Hubungan intensitas bising dengan kejadian hipertensi

Tabel 5.12

Hubungan Intensitas Bising dengan Kejadian Hipertensi

Intensitas

Bising

Kejadian Hipertensi Jumlah

(%)

p

value 95%CI

Ya (%) Tidak (%)

> 85 dB 6 (25,0) 18 (75,0) 24 (100)

0,685 1,833

(0,313-10,735) ≤ 85 dB 2 (15,4) 11 (84,6) 13 (100)

Jumlah 8 (21,6) 29 (78,4) 37 (100)

Berdasarkan tabel 5.12 menunjukkan bahwa dari 37 responden, yang

terpajan kebisingan > 85 dB sebanyak 24 orang dengan 6 orang (25,0%)

yang mengalami hipertensi, sedangkan responden yang terpajan

kebisingan ≤ 85 dB sebanyak 13 orang dengan 2 orang (15,4%) yang

mengalami hipertensi

Page 76: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 67

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p = 0,685, OR = 1,833

dan 95%CI = 0,313-10,735. Hasil analisa tersebut menunjukkan

hubungan antara intesitas kebisingan dengagn kejadian hipertensi tidak

signifikan. Pajanan intensitas bising > 85 dB bukan merupakan faktor

risiko dari kejadian hipertensi.

f. Hubungan lama kerja dengan kejadian hipertensi

Tabel 5.13

Hubungan Lama Kerja dengan Kejadian Hipertensi

Lama

Kerja

Kejadian Hipertensi Jumlah

(%)

p

value 95%CI

Ya (%) Tidak (%)

> 8 Jam 3 (27,3) 8 (0,0) 11 (100)

0,672 1,575

(0,303-8,175) ≤ 8 Jam 5 (21,6) 21 (78,4) 26 (100)

Jumlah 8 (21,6) 29 (78,4) 37 (100)

Berdasarkan tabel 5.13, dapat dilihat bahwa responden yang

memiliki jam kerja > 8 jam sebanyak 11 orang dengan 3 orang (27,3%)

yang mengalami hipertensi. Sedangkan responden yang memiliki jam

kerja ≤ 8 jam sebanyak 26 orang dengan 5 orang (21,6%) yang

mengalami hipertensi.

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p = 0,672, OR = 1,575

dan 95%CI = 0,303-8,175. Hasil analisa tersebut menunjukkan

hubungan antara intesitas kebisingan dengagn kejadian hipertensi tidak

signifikan. Lama kerja lebih dari 8 jam bukan merupakan faktor risiko

dari kejadian hipertensi.

5.1.4 Analisa Multivariat

Analisa multivariat dapat dilakukan berdasarkan hasil uji analisa

bivariat. Setiap variabel bebas yang diteliti jika memiliki nilai p > 0,25,

maka dapat dimasukkan dalam analisis multivariat. Berdasarkan tabel

Page 77: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 68

5.14, dapat dilihat bahwa karakteristik karyawan yang diteliti tidak

mempunyai faktor risiko yang bermakna dikarenakan nila p > 0,05.

Tabel 5.14

Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Kejadian Hipertensi

Karakteristik Karyawan

Kejadian Hipertensi

OR p value Ya

N = 8

(21,6%)

Tidak

N = 29

(78,4%)

Total

N = 37

(100%)

N % n % N %

Masa

Kerja

> 12 Tahun 1 16,7 5 83,3 6 100 0,689 1,000

≤ 12 Tahun 7 22,6 24 77,4 31 100

Riwayat

Merokok

Ya 3 20 12 80 15 100 0,850 1,000

Tidak 5 22,7 17 77,3 22 100

Riwayat

Hipertensi

Keluarga

Ya 4 30,7 13 69,3 17 100 1,231 1,000

Tidak 4 20 16 80 20 100

Pemakaian

APD

Pakai 8 21,6 29 78,4 37 100 - -

Tidak 0 0 0 0 0 0

Intensitas

Bising

> 85 dB 6 25 18 75 24 100 1,833 0,685

≤ 85 dB 2 15,4 11 84,6 13 100

Lama

Kerja

> 8 Jam 3 27,3 8 72.7 11 100 1,575 0,672

≤ 8 Jam 5 19,2 21 80,8 26 100

5.2 Pembahasan

5.2.1 Kejadian Hipertensi

Berdasarkan analisis data dieroleh prevalensi hipertensi 21,6%,

dibandingkan dengan penelitian Saryawati (2007) untuk daerah bising

prevalensi hipertensi sebesar 41,3%. Hasil pengukuran tekanan darah

responden menunjukkan sebagian besar responden tidak hipertensi

yaitu 29 (78,4%) sedangkan responden yang hipertensi sebanyak 8

(21,6%).

Page 78: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 69

Pengaturan tekanan darah bergantung pada kontrol dua penentu

utamanya yaitu curah jantung dan resistensi perifer total. Kontrol curah

jantung banyak bergantung pada pengaturan kecepatan denyut jantung

dan volume sekuncup, sementara resistensi perifer total terutama

ditentukan oleh derajat vasokonstriksi arteri. Kenaikan kecepatan

jantung akan berpengaruh langsung pada tekanan darah sistolik,

sedangkan tekanan diastolik banyak dipengaruhi oleh resistensi perifer

total.

5.2.2 Karakteristik Karyawan

Responden sebanyak 37 orang merupakan karyawan Kaltim 2 yang

tersebar di tiga plant, yaitu utility plant, amoniak plant dan urea plant.

Responden dari urea plant sebanyak 13 orang, amoniak plant sebanyak

16 orang dan urea plant sebanyak 11 orang. Selain memiliki ruang

panel tersendiri, ketiga plant ini memiliki masing-masing field kerja,

dimana utility plant terdiri dari field UFC, field GE/WHB, field

PKB/PA-IA/Demin, field Desal dan field SWP/FCW/Cl2, amoniak plant

memiliki field Reformer, field Steam Sistem, field CO2 Removal, field

Compressor Syn Gas, field Compressor Refrigerator, field Synloop

HRU dan field HRU-1/2 NGCR, sedangkan urea plant terdiri dari field

CO2 Compressor, field Synthesis/Prilling, field HP.Pump/WWT dan

field Resirk/Evaporasi.

Karyawan yang menjadi responden telah dipilih dengan syarat usia

antara 20-45 tahun, IMT antara 20-27, dan tidak memiliki riwayat

Page 79: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 70

penyakit yang berhubungan dengan hipertensi seperti kelainan jantung

dan ginjal. Cara ini ditempuh untuk menghilangkan variabel

pengganggu yang dapat mengacaukan analisis hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat.

5.2.3 Faktor Risiko-Faktor Risiko Kejadian Hipertensi

Data yang diperoleh pada penelitian, dianalisis secara bivariat yaitu

dengan melihat hubungan dan faktor risiko antara masa kerja dengan

kejadian hipertensi, hubungan dan faktor risiko antara riwayat merokok

dengan kejadian hipertensi, hubungan dan faktor risiko antara riwayat

hipertensi dalam keluarga dengan kejadian hipertensi, hubungan dan

faktor risiko antara penggunaan APD dengan kejadian hipertensi,

hubungan dan faktor risiko antara intensitas pajanan bising dengan

kejadian hipertensi, dan hubungan dan faktor risiko antara lama kerja

dengan kejadian hipertensi.

Untuk melihat hubungan dan faktor risiko antar variabel,

digunakan uji statistik Chi Square dengan α = 0,05 dan menggunakan

OR (Odds Ratio) dengan Conveidence Interval (CI) 95%.

a. Hubungan antara Masa Kerja dengan Kejadian Hipertensi

Tenaga kerja yang memiliki masa kerja terkecil selama 1 tahun

dan terlama selama 25 tahun. Selanjutnya dibuat dua kategori yaitu

pekerja dengan masa kerja kurang atau sama dengan 12 tahun dan

lebih dari 12 tahun.

Page 80: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 71

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa pekerja dengan

masa kerja lebih dari 12 tahun hanya 16,7% responden yang

megalami kejadian hipertensi. Sedangkan responden dengan masa

kerja kurang atau sama dengan 12 tahun yang mengalami

hipertensi sebanyak 22,6%. Dari hasil analisa statistik diperoleh

nilai p = 1.000, maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan

proporsi penderita hipertensi karyawan yang bermasa kerja > 12

tahun dengan karyawan yang bermasa kerja ≤ 12 tahun (tidak ada

hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kejadian

hipertensi).

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0.689. Nilai OR <

1 ,artinya karyawan yang bermasa kerja > 12 tahun berpeluang 0.69

kali lebih besar menderita hipertensi dibanding karyawan yang

bermasa kerja ≤ 12 tahun.

Masa kerja sangat erat hubungannya dengan pajanan bising,

dimana semakin lama bekerja berarti responden semakin lama

terpajan bising. Akan tetapi hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa masa kerja merupakan faktor protektif. Hal ini dapat

dibiaskan karena faktor lain, seperti pola makan dan kemampuan

adaptasi telinga. Faktor makanan seperti konsumsi garam, daging

hewan tertentu dapat meningkatkan tekanan darah. Disamping itu

pekerja yang memiliki masa kerja > 12 tahun sebanyak 6 orang

(16,2%) yang bekerja dengan kebisingan di atas 85 dB hanya 4

Page 81: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 72

orang saja, sedangkan 2 orang bekerja pada kebisingan di bawah 85

dB. Menurut Permenakertrans No. 13 Tahun 2011 bahwa batas

aman bekerja di tempat bising selama 8 jam kerja adalah 85 dB.

b. Hubungan antara Riwayat Merokok dengan Kejadian Hipertensi

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa pekerja yang

merokok sebanyak 20% responden mengalami kejadian hipertensi.

Data tersebut menunjukkan bahwa tenaga kerja yang merokok

sebagian kecil mengalami hipertensi, meskipun dari hasil kuesioner

didapatkan jumlah konsumsi rokok sampai satu bungkus dalam

sehari.

Hasil diatas juga memperlihatkan bahwa responden yang tidak

merokok mengalami hipertensi sebanyak 22,7%. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian kecil responden yang tidak merokok

mengalami hipertensi. Dari hasil analisis statistik diperoleh nilai p

= 1,000, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada prbedaan

proporsi penderita hipertensi karyawan yang memiliki riwayat

merokok dengan karyawan yang tidak memiliki riwayat merokok

(tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat merokok

dengan kejadian hipertensi).

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,850. Nilai OR <

1, artinya karyawan yang memiliki riwayat merokok berpeluang

0,85 kali lebih besar menderita hipertensi dibandingkan karyawan

yang tidak memiliki riwata hipertensi.

Page 82: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 73

Hasil penelitian ini berdasarkan dari hasil kuesioner, responden

yang memiliki riwayat merokok 7 responden yang telah berhenti

merokok dan 8 responden yang masih merokok. Selain itu, nilai

perbandingan antara responden yang merokok lebih kecil

dibandingkan dengan responden yang tidak merokok. Meskipun

hasilnya demikian, namun perilaku merokok merupakan tindakan

yang tidak sehat, selain itu perilaku merokok merupakan faktor

risiko dari penyakit jantung koroner dan ateriklerosis. Perilaku

merokok juga menjadi pembunuh terbesar di dunia setelah penyakit

jantung.

Hasil penelitian ini belum mendukung teori bahwa pengaruh

dari nikotin dalam peredaran darah menyebabkan peningkatan

denyut jantung dan tekanan darah untuk sementara dan ateroma

dalam arteri dapat mengenai ginjal. Hal tersebut mengakibatkan

penyempitan arteri dan menyebabkan terjadi penyakit tekanan

darah tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut sering kali terdapat

tanda larangan merokok di tempat kerja, terutama pada area

tertutup.

c. Hubungan antara Riwayat Hipertensi dalam Keluarga dengan

Kejadian Hipertensi

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa pekerja dengan

riwayat hipertensi dalam keluarga sebanyak 30,7% responden yang

mengalami kejadian hipertensi. Data tersebut menunjukkan bahwa

Page 83: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 74

tenaga kerja yang memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga tidak

kesemuanya mengalami hipertensi.

Hasil penelitian ini juga terlihat bahwa responden yang tidak

memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga mengalami kejadian

hipertensi sebanyak 20%. Hal ini menunjukkan bahwa responden

tidak memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga dapat mengalami

kejadian hipertensi.

Berdasarkan hasil analisa statistik diperoleh nilai p = 1,000,

maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi

penderita hipertensi karyawan yang memiliki riwayat hipertensi

dalam keluarga dengan karyawan yang tidak memiliki riwayat

hipertensi dalam keluarga ( tidak ada hubungan yang signifikan

antara riwayat hipertensi dalam keluarga dengan kejadian

hipertensi).

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 1,231. Nilai OR >

1, artinya ada asosiasi positif dimana karyawan yang memiliki

riwayat hipertensi dalam keluarga berpeluang 1,231 kali lebih besar

menderita hipertensi dibandingkan dengan karyawan yang tidak

memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga.

Riwayat hipertensi dalam keluarga (faktor genetik)

berpengaruh terhadap sistem saraf, jantung, pembuluh darah,

sistem hormon, psikologis yag berperan dalam perubahan tekanan

Page 84: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 75

darah. Hasil penelitian ini secara deskriptif menggambarkan bahwa

faktor genetik sebagai faktor dominan kejadian hipertensi.

d. Hubungan antara Pemakaian APD dengan Kejadian Hipertensi

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa 100% memiliki

kedisiplinan dalam memakai APD Telinga. Dikarenakan

keseluruhan responden memakai APD, maka tidak dapat dianalisis

untuk melihat hubungannya dengan kejadian hipertensi,

dikarenakan tidak ada nilai pembanding antara responden yang

memakai APD dengan yang tidak pakai APD.

APD yang digunakan adalah jenis ear muff dan ear plug. APD

ear muff merupakan proteksi telinga yang terdiri dari dua buah

tudung untuk tutup telinga, dapat berupa cairan atau busa yang

berfungsi untuk menyerap intensitas suara tinggi dengan

mengurangi bising sampai dengan 40-50 dB. Sedangkan ear plug

merupakan proteksi telinga dari pajanan bising yang sedang dengan

mengurangi intensitas bising sampai 20 dB. Pemakaian ear muff

diwajibkan dipakai di daerah dengan intensitas bising > 95dB,

sedangkan ear plug diwajibkan dipakai di daerah dengan intensitas

bising 85-95 dB.

e. Hubungan antara Intensitas Bising dengan Kejadian Hipertensi

Berdasarkan data penelitian menunjukkan responden yang

terpajan kebisingan lebih dari 85 dB, 25% responden yang

Page 85: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 76

mengalami kejadian hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa

intensitas bising dapat menyebabkan hipertensi.

Menurut pedoman mengenai bising lingkungan kerja yang

telah digariskan oleh Occupational Safety & Health Act, maka

bising dalam keadaan tetap setinggi 85 dB ke atas dinyatakan

sebagai bising berbahaya, bising penuh risiko yang umumnya

banyak ditemukan pada industri. Kebisingan tingkat tinggi dapat

menimbulkan stress yang ditandai dengan kenaikan tekanan darah

dengan kenaikan hormon stres yang dibuktikan bahwa komunitas

yang terpajan kebisingan tinggi mempunyai kadar hormon stres

lebih tinggi dibanding komunitas di kebisingan rendah (Saryawati,

2007).

Berdasarkan hasil penelitian juga terlihat bahwa responden

yang terpajan kebisingan kurang atau sama dengan 85 dB sebanyak

15,4% mengalami kejadian hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa

pada intensitas bising di bawah atau sama dengan 85 dB juga bisa

menyebabkan kejadia hipertensi, walaupun pada intensitas 85 dB

jumlah prosentasinya lebih kecil dibandikngkan intensitas bising >

85 dB.

Berdasarkan hasil analisa statistik diperoleh nilai p = 0,685,

maka dapat disimpulkan bahwa proporsi penderita hipertensi

karyawan dengan pajanan intensitas bising > 85 dB lebih rendah

dari karyawan dengan pajanan bising ≤ 85 sebesar 0,685 (tidak ada

Page 86: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 77

hubungan yang signifikan antara pajanan intensitas bising > 85 dB

dengan kejadian hipertensi).

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 1,833. Nilai OR >

1, artinya ada asosiasi positif dimana karyawan yang terpajan

intensitas bising > 85 dB berpeluang 1,833 kali lebih besar

menderita hipertensi dibanding dengan karyawan yang terpajan

bising ≤ 85 dB.

Kebisingan industri merupakan kebisingan kontinyu.

Berdasarkan Permennakertrans No. 13 Tahun 2011 bahwa nilai

ambant batas kebisingan selama 8 jam kerja adalah 85 dB. Lebih

dari ambang batas tersebut akan membahayakan kesehatan tenaga

kerja. Penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya yang

menemukan bahwa hipertensi yang merupakan perkembangan

lanjut dari kenaikan tekanan darah merupakan fungsi dari

kebisingan di atas 55 dB.

Meskipun hasil penelitian tidak mendukung penelitian

sebelumnya yang menemukan hubungan signifikan antara

intensitas kebisingan dengan kejadian hipertensi, tetap diperlukan

upaya pengendalian terhadap intensitas bising yang diterima

pekerja. Upaya yang telah ditempuh oleh pihak perusahaan antara

lain dengan pemasangan peredam pada mesin, pembangunan field

shack, dan pembangunan control room kedap suara, serta

pemakaian APD Telinga.

Page 87: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 78

f. Hubungan antara Lama Kerja dengan Kejadian Hipertensi

Berdasarkan data penelitian didapatkan pekerja dengan lama

kerja lebih dari 8 jam sebanyak 27,3% yang mengalami kejadian

hipertensi. Sedangkan responden dengan lama kerja kurang atau

sama dengan 8 jam sebanyak 19,2% yang mengalami hipertensi.

Hal ini menunjukkan bahwa lama kerja > 8 jam tidak menyebabkan

kejadian hipertensi.

Berdasarkan hasil analisa statistik diperoleh niali p = 0,672,

maka dapat disimpulkan bahwa proporsi penderita hipertensi

karyawan dengan lama kerja > 8 jam lebih rendah dari karyawan

dengan lama kerja ≤ 8 jam (tidak ada hubungan yang signifikan

antara lama kerja dengan kejadian hipertensi).

Dari analisis diperoleh pula nilai OR = 1,575. Nilai OR > 1,

artinya karyawan dengan lama kerja > 8 jam berpeluang 1,58 kali

lebih besar menderita dibandingkan karyawan dengan lama kerja ≤

8 jam.

Secara deskriptif, lama kerja sangat berhubungan dengan lama

waktu aktivitas kerja, sehingga hasil penelitian menemukan

perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah delapan jam kerja

sangat bergantung pada aktivitas selama delapan jam kerja tersebut.

Page 88: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 79

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Berdasarkan hasil analisis statistik, diperoleh nilai p = 1.000, artinya

tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kejadian

hipertensi.

6.1.2 Berdasarkan hasil analisis statistik, diperoleh nilai p = 1,000, artinya

tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat merokok dengan

kejadian hipertensi.

6.1.3 Berdasarkan hasil analisa statistik diperoleh nilai p = 1,000, artinya

tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat hipertensi dalam

keluarga dengan kejadian hipertensi.

Selain itu, nilai OR = 1,231, artinya proporsi peluang kejadian

hipertensi pada karyawan yang memiliki riwayat hipertensi dalam

keluarga yaitu 1,231 kali lebih besar dibanding peluang kejadian

hipertensi pada karyawan yang tidak memiliki riwayat hipertensi dalam

keluarga.

6.1.4 Pemakaian APD tidak dapat dianalisis untuk melihat hubungannya

dengan kejadian hipertensi dikarenakan data bersifat homogen, yaitu

100% responden memakai APD.

Page 89: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 80

6.1.5 Berdasarkan hasil analisa statistik diperoleh nilai p = 0,685, artinya

tidak ada hubungan yang signifikan antara pajanan intensitas bising >

85 dB dengan kejadian hipertensi.

Sedangkan nilai OR = 1,833, artinya proporsi peluang kejadian

hipertensi pada karyawan yang terpajan intensitas bising > 85 dB yaitu

1,83 kali lebih besar dibanding peluang kejadian hipertensi pada

karyawan yang terpajan bising ≤ 85 dB.

6.1.6 Berdasarkan hasil analisa statistik diperoleh niali p = 0,672, artinya

tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan kejadian

hipertensi.

Sedangkan nilai OR = 1,575, artinya proporsi peluang kejadian

hipertensi pada karyawan dengan lama kerja > 8 jam yaitu 1,58 kali

lebih besar dibanding peluang kejadian hipertensi pada karyawan

dengan lama kerja ≤ 8 jam.

6.1.7 Analisa bivariat tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara

variabel bebas yang diteliti dengan kejadian hipertensi sehingga

selanjutnya tidak dilakukan analisis multivariat.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Instansi Terkait

Sebagai baha masukan agar secara rutin dilakukan pengawasan lama

kerja karyawan. Lama kerja karyawan perlu diperhatikan apakah

kesehatan karyawan mendukung untuk bekerja lebih dari 8 jam

(lembur).

Page 90: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| 81

6.2.2 Bagi Perusahaan

Kebisingan di Pabrik Kaltim 2 rata-rata telah melebihi nilai ambang

batas, maka perlu diperhatikan alat peredam kebisingannya masih

efektif atau tidak. Perusahaan perlu mempertahankan kedisiplinan

pekerja dalam pemakaian APD.

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang pola makan

yaitu makanan yang dikonsumsi tenaga kerja dengan hipertensi.

Page 91: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| ix

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Petunjuk Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

Jakarta: BP. Panca Bhakti.

Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi , 2011. Peraturan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi No.PER/13/MEN/X.2011 Tentang Nilai Ambang

Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja.

http://www.depnakertrans.go.id/uploads/doc/perundangan/5516302154eba

2178eb55c.pdf diakses pada 28 Februari 2013.

Kempen, van, et al. 2002. The Association between Noise Exposure and Blood

Pressure and Ischemic Heart Disease: A Meta-analysis (online)

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1240772/pdf/ehp0110-

000307.pdf diakses pada tanggal 5 Februari 2013

Knight, John F. 1995. Jantung Kuat, Bernapas Lega. Bandung: Indonesia

Publishing House

Prabu, Putra. 2009. Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan

http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/05/dampak-kebisingan-

terhadap-kesehatan/ diakses pada 28 Februari 2013.

Retno, Sri. 2008. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit hipertensi

pada karyawan PT. Pupuk Kaltim. (Skripsi) Samarinda: FKM Unmul.

Rinaldi, Yanuar. 2012. Analisis Pengendalian Kebisingan di Operasi Kaltim 2

PT. Pupuk Kaltim. (Laporan Pelaksanaan Magang). Bontang:

Perpustakaan PT. Pupuk Kaltim.

Rosidah. 2004. Studi Kejadian Hipertensi Pada Wanita yang Tinggal di Sekiitar

Lintasan Rel Kereta Api di Kota Semarang. (Tesis) Semarang:

Pascasarjana Undip.

Saputra, Agus J. 2007. Analisis Kebisingan Peralatan Pabrik Dalam Upaya

Peningkatan Penataan Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT.

Pupuk Kaltim. (Tesis) Semarang: Magister Ilmu Lingkungan

Pascasarjana Undip.

Page 92: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| x

Saryawati, Ratna. 2007. Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Pada Pekerja Tekstil.

(Online) http://eprints.undip.ac.id/8792/1/Ratna_Saryawati.pdf diakses

pada tanggal 5 Februari 2013

Soedjipto, Damayanti. 2007. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. online

http://ketulian.com/v1/web/index.php?to=article&id=15 diakses pada 28

Februari 2013.

Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung

Seto.

Sutomo, Budi. 2009. Menu Sehat Penakluk Hipertensi. Jakarta Selatan: Demedia

Pustaka.

Wahyu, Atjo. 2003. Higiene Perusahaan. Makassar: Jurusan Kesehatan Kerja

FKM Unhas.

World Health Organization, 2012. Indonesia: Health Profil. (online)

http://www.who.int/gho/countries/idn.pdf diakses pada tanggal 5

Februari 2013

, 2013. Global Health Observatory, Noncommunicable Diseases: Data

Repository Raised Blood Pressure. (online)

http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_tex

t/en/ diakses pada tanggal 5 Februari 2013

Page 93: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| xi

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

A. Karakteristik Individu

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

4. Agama :

5. Pendidikan :

6. Alamat :

7. Unit Kerja :

8. Tinggi Badan :

9. Berat Badan :

10. Status Gizi

- Berapa kali saudara makan dalam sehari?

a. 1 atau 2 kali b. ≥ 3 kali

- Apakah saudara makan dengan pola gizi seimbang (makan nasi, lauk, sayur,

buah, susu)?

a. Ya b. Tidak

- Apakah saudara menyukai makanan bayak mengandung garam / asin / suka

menggunakan kecap?

a. Ya b. Tidak

11. Riwayat Penyakit dan Keturunan

- Apakah saudara mengetahui adanya keluarga dekat (orang tua, kakek)

sedang atau pernah mengidap tekanan darah tinggi (hipertensi)?

a. Ya, ada b. Tidak

- Apakah dokter pernah mendiagnosa saudara menderita hipertensi?

a. Ya, pernah b. Tidak

- Bila Ya, sejak kapan? .........................

- Berapa tekanan darah saudara? ............./.............. mmHg

- Apakah saudara dokter pernah mendiagnosa saudara menderita penyakit

yang berhubungan dengan ginjal atau jantung?

a. Ya, pernah b. Tidak

- Apakah saudara saat ini sedang minum obat?

a. Ya b. Tidak

- Bila ya, obat apa? .......................................

B. Kebiasaan / Gaya Hidup

12. Merokok

- Pernahkah saudara merokok?

a. Ya, pernah b. Tidak pernah

- Bila Ya, apakah dalam satu bulan terakhir saudara merokok?

Page 94: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| xii

a. Ya b. Tidak

- Berapa batang sehari? .......................... batang.

- Bila berhenti merokok, pada usia berapa mulai berhenti? ......................

tahun.

13. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Pendengaran

- Apakah saudara menggunakan APD pendengaran untuk mengatasi gangguan

kebisingan yang ada?

a. Ya b. Tidak

- Bila Ya, apa jenis APD pendengaran yang saudara pakai?

a. Ear Muff b. Ear Plug c. Kapas

14. Kebiasaan Berolahraga

- Apakah saudara sering berolahraga?

a. Ya b. Tidak

- Bila Ya, berapa kali dalam seminggu? ................... kali.

Jenis olahraga apa? .............................................................

15. Kebiasaan Minum Alkohol

- Apakah saudara minum minuman beralkohol?

a. Ya b. Tidak

- Bila Ya, berapa kali dalam seminggu saudara minum minuman beralkohol?

....................... kali

C. Karakteristik Pekerjaan

16. Masa Kerja

- Sudah berapa lama saudara bekerja di Kaltim-2 PT. Pupuk Kaltim?

................. tahun

- Berapa lama saudara bekerja di bagian ini? ................... tahun

- Berapa jam saudara bekerja dalam sehari?

a. > 8 jam b. ≤ 8 jam

- Apakah saudara pernah mutasi / pindah kerja / bagian?

a. Ya b. Tidak

- Bila ya, apakah bagian tersebut juga bising?

a. Ya b. Tidak

Berapa lama saudara di bagian tersebut? ................... tahun

- Adakah sumber kebisingan yang memapari saudara selain di tempat kerja

ini?

a. Ada b. Tidak

- Bila ada, sebutkan! .......................................................................

Page 95: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| xiii

Lampiran 2 Master Tabel Data Kuesioner

No NAMA Unitkrj Masakrj Rwytrkok Rwythiper PkaiAPD Intensbsing Lmakrj Hipertensi

1 M RAZAK Urea ≤12 Thn Ya Tidak Ya ≤85 dB ≤8 Jam Tidak

2 ARIS W Utility >12 Thn Ya Ya Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak

3 BUDI K Utility ≤12 Thn Tidak Ya Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak

4 SUPARDI Amoniak >12 Thn Tidak Tidak Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak

5 SAPARI A Z Utility ≤12 Thn Ya Ya Ya ≤85 dB >8 Jam Ya

6 RIYAN A P Amoniak ≤12 Thn Ya Ya Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak

7 M AMBAS Amoniak ≤12 Thn Tidak Tidak Ya >85 dB >8 Jam Ya

8 DIDIK S Amoniak ≤12 Thn Ya Tidak Ya >85 dB ≤8 Jam Ya

9 DODY S Urea ≤12 Thn Ya Ya Ya ≤85 dB ≤8 Jam Tidak

10 FIRDAUS Urea ≤12 Thn Tidak Ya Ya >85 dB >8 Jam Tidak

11 BAMBANG Urea ≤12 Thn Tidak Ya Ya >85 dB >8 Jam Tidak

12 DWI Y R Urea ≤12 Thn Ya Tidak Ya ≤85 dB ≤8 Jam Tidak

13 JEFFY A Amoniak >12 Thn Tidak Tidak Ya >85 dB >8 Jam Tidak

14 SAMSUL Amoniak ≤12 Thn Tidak Tidak Ya >85 dB >8 Jam Tidak

15 RENDRA K Amoniak ≤12 Thn Tidak Tidak Ya >85 dB >8 Jam Tidak

16 HADI A W Amoniak ≤12 Thn Tidak Ya Ya >85 dB ≤8 Jam Ya

17 MATIUS J Utility ≤12 Thn Tidak Tidak Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak

18 ARMAT A Utility ≤12 Thn Tidak Ya Ya ≤85 dB ≤8 Jam Ya

19 DODDY S Utility ≤12 Thn Tidak Ya Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak

20 ABDULLAH Urea ≤12 Thn Tidak Tidak Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak

21 ALVI M S Utility ≤12 Thn Tidak Ya Ya ≤85 dB ≤8 Jam Tidak

22 RAGIL Urea ≤12 Thn Tidak Tidak Ya ≤85 dB ≤8 Jam Tidak

23 SUGIARTO Urea >12 Thn Ya Tidak Ya ≤85 dB >8 Jam Tidak

24 GEOVANNI Urea ≤12 Thn Tidak Tidak Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak

25 R AJI P Urea ≤12 Thn Ya Tidak Ya ≤85 dB ≤8 Jam Tidak

26 SUYONO H Utility ≤12 Thn Ya Tidak Ya ≤85 dB ≤8 Jam Tidak

27 TOMI H Utility ≤12 Thn Ya Tidak Ya ≤85 dB >8 Jam Tidak

28 RIAN N F Utility ≤12 Thn Tidak Ya Ya ≤85 dB ≤8 Jam Tidak

29 M SURYA Amoniak ≤12 Thn Ya Tidak Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak

30 SUBROTO Amoniak >12 Thn Tidak Tidak Ya >85 dB ≤8 Jam Ya

31 FAUZI A Amoniak ≤12 Thn Ya Tidak Ya >85 dB ≤8 Jam Ya

32 FARRIS P Amoniak ≤12 Thn Ya Ya Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak

33 RONI T Amoniak ≤12 Thn Tidak Ya Ya >85 dB >8 Jam Ya

34 ARIF F Amoniak ≤12 Thn Ya Ya Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak

35 ANDHIKA Utility >12 Thn Tidak Tidak Ya ≤85 dB ≤8 Jam Tidak

36 M LUTFI E Amoniak ≤12 Thn Tidak Ya Ya >85 dB ≤8 Jam Tidak

37 SANRO L Utility ≤12 Thn Tidak Ya Ya >85 dB >8 Jam Tidak

Page 96: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| xiv

Lampiran 3 Analisis Chi Square

masa kerja * kejadian hipertensi Crosstabulation

Count

kejadian hipertensi

Total ya tidak

masa kerja > 12 tahun 1 5 6

=< 12 tahun 7 24 31

Total 8 29 37

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact

Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .104a 1 .747

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .109 1 .741

Fisher's Exact Test 1.000 .613

Linear-by-Linear Association .101 1 .751

N of Valid Casesb 37

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,30.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for masa kerja (>

12 tahun / =< 12 tahun) .686 .068 6.882

For cohort kejadian

hipertensi = ya .738 .110 4.956

For cohort kejadian

hipertensi = tidak 1.076 .718 1.614

N of Valid Cases 37

Page 97: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| xv

riwayat merokok * kejadian hipertensi Crosstabulation

Count

kejadian hipertensi

Total ya tidak

riwayat merokok ya 3 12 15

tidak 5 17 22

Total 8 29 37

Chi-Square Tests

Value df

Asymp.

Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square .039a 1 .843

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .039 1 .843

Fisher's Exact Test 1.000 .588

Linear-by-Linear Association .038 1 .845

N of Valid Casesb 37

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,24.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for riwayat

merokok (ya / tidak) .850 .170 4.256

For cohort kejadian

hipertensi = ya .880 .247 3.140

For cohort kejadian

hipertensi = tidak 1.035 .737 1.454

N of Valid Cases 37

Page 98: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| xvi

riwayat hipertensi dalam keluarga * kejadian hipertensi Crosstabulation

Count

kejadian hipertensi

Total ya tidak

riwayat hipertensi dalam

keluarga

ya, ada 4 13 17

tidak 4 16 20

Total 8 29 37

Chi-Square Tests

Value df

Asymp.

Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square .068a 1 .795

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .067 1 .795

Fisher's Exact Test 1.000 .553

Linear-by-Linear Association .066 1 .798

N of Valid Casesb 37

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

3,68.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for riwayat

hipertensi dalam keluarga

(ya, ada / tidak)

1.231 .257 5.900

For cohort kejadian

hipertensi = ya 1.176 .345 4.008

For cohort kejadian

hipertensi = tidak .956 .678 1.347

N of Valid Cases 37

Page 99: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| xvii

intensitas bising standar NAB * kejadian hipertensi Crosstabulation

Count

kejadian hipertensi

Total ya tidak

intensitas bising standar

NAB

> 85 dB 6 18 24

=< 85 dB 2 11 13

Total 8 29 37

Chi-Square Tests

Value df

Asymp.

Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square .460a 1 .498

Continuity Correctionb .068 1 .795

Likelihood Ratio .479 1 .489

Fisher's Exact Test .685 .408

Linear-by-Linear Association .448 1 .503

N of Valid Casesb 37

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

2,81.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for intensitas

bising standar NAB (> 85 dB

/ =< 85 dB)

1.833 .313 10.735

For cohort kejadian

hipertensi = ya 1.625 .381 6.935

For cohort kejadian

hipertensi = tidak .886 .639 1.229

N of Valid Cases 37

Page 100: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| xviii

lama kerja dlm sehari * kejadian hipertensi Crosstabulation

Count

kejadian hipertensi

Total ya tidak

lama kerja dlm sehari > 8 jam 3 8 11

=< 8 jam 5 21 26

Total 8 29 37

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square .295a 1 .587

Continuity Correctionb .011 1 .915

Likelihood Ratio .286 1 .593

Fisher's Exact Test .672 .444

Linear-by-Linear Association .287 1 .592

N of Valid Casesb 37

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,38.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for lama kerja

dlm sehari (> 8 jam / =< 8

jam)

1.575 .303 8.175

For cohort kejadian

hipertensi = ya 1.418 .408 4.929

For cohort kejadian

hipertensi = tidak .900 .599 1.354

N of Valid Cases 37

Page 101: LAPORAN PKL ASNI.pdf

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PUPUK KALTIM DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TAHUN 2013

| xix

Lampiran 4 Dokumentasi Pengambilan Data