Laporan PKL
-
Upload
dina-siltri -
Category
Documents
-
view
117 -
download
22
description
Transcript of Laporan PKL
-
0
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
HASIL STUDI INSTRUMEN ATOMIC ABSORBTION SPECHTOMETRY
(AAS) DI INDUSTRI PADANG
Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan
Oleh :
DINA MULYA SILTRI
1101444
Dosen Pembimbing:
Drs. H. Azrizal, M.Si
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk
menunjang perkembangan ilmu pengetahauan dan teknologi pada saat ini. SDM
yang berkulitas dibekali dengan soft skill yang didahului dengan pengetahuan
yang teoritis. Salah satu SDM yang berkualitas adalah seorang mahasiswa.
Seorang mahasiswa tidak cukup menguasai ilmu pengetahuan secara teoritis saja,
namun harus mampu mengaplikasikannya agar berguna bagi masyarakat. Salah
satu cara untuk mengahasilkan SDM yang berkualitas yaitu dengan melakukan
praktek kerja lapangan (PKL).
PKL adalah suatu kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang sesuai dengan bidang kajian ilmu masing-masing. Selain itu,
PKL juga merupakan proses dimana mahasiswa mendapatkan gambaran tentang
bagaimana keadaan sdunia kerja sesungguhnya. PKL ini dilakukan diberbagai
instansi-instansi berbadan hukum resmi yang sesuai dengan bidang kajian
mahasiswa yang bersangkutan.
Balai Riset dan Standarisasi industri (Baristand Industri) Padang adalah
tempat penulis melaksanakan PKL. Baristand adalah suatu instansi yang
diarahkan untuk memberikan jasa teknis pada masyarakat industri khususnya
dibidang pengujian bahan baku produk dan perekayasaan industri serta
mempertahankan pengembangan industri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Baristand Industri Padang mempunyai tugas melaksanankan penelitian riset dan
-
2
standarisasi di bidang Industri. Baristand industri padang juga mempunyai
beberapa fungsi, di antaranya untuk perumusan dan penetapan standar, pengujian
dan sertifikasi dalam bidang bahan baku, bahan penolong, proses, peralatan atau
mesin, dan produk.
Pengujian bahan merupakan suatu dasar penelitian dengan tujuan untuk
mengetahui sifat-sifat dari sebuah bahan uji. Dengan pengujian dapat
memaksimalkan penggunaan suatu bahan, serta kerusakan yang mengakibatkan
kerugian di dalam bidang ekonomi dan teknologi bisa dihindari. Salah satu
pengujian bahan yang sering dilakukan yaitu pengujian terhadap konsentrasi
zat/unsur berbahaya yang terdapat pada limbah cair seperti logam, dan pengujian
terhadap kualitas air sungai.
Ada dua metode yang sering digunakan dalam menentukan konsentrasi
unsur logam berbahaya yang terdapat pada limbah cair dan air sungai yaitu
metode konvensional dan metode instrumental. Metode konvensional merupakan
metode penentuan konsentrasi suatu unsur berdasarkan reaksi-reaksi kimia yang
dapat terjadi pada unsur tersebut. Metode yang sering digunakan saat ini adalah
metode instrumental, yaitu menentukan konsentrasi unsur menggunkan instrumen.
Atomic Absorbtion Spechtrometry (AAS) atau biasa juga disebut
spektrofotometer serapan atom adalah instrumen yang digunakan pada metode
analisis untuk menentukan kadar logam pada suatu unsur atau senyawa
berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi oleh atom bebas. AAS bekerja
berdasarkan pada absorbsi cahaya oleh atom, atom-atom menyerap cahaya
tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.
-
3
Berdasarkan latar belakang dan melihat banyaknya mahasiswa fisika
sebagai generasi muda yang belum mengenal tentang instrumental pengujian
bahan, maka diperlukan wawasan instrumenasi mengenai instrumen AAS (Atomic
Absorbtion Spechtrometry). Hal ini bertujuan agar mahasiswa juga dapat terlibat
dalam kegiatan yang berhubungan dengan mutu barang. Oleh karena itu, sebagai
judul laporan praktek kerja lapangan ini adalah Hasil studi Instrumen Atomic
Absorbtion Spechtrometry (AAS) di Baristand Industri Padang .
B. Batasan Masalah
Baristand Industri padang sebagai tempat pengujian bahan baku produk
dan perekayasaan industri memiliki laboratorium instrumen yang khusus
digunakan untuk pengujian mutu bahan. Pada laboratorium instrumen, terdapat
beberapa instrumen diantaranya, AAS (Atomic Absorbtion Spechtrometry),
Spechtrofotometry UV-VIS, HPLC (High Performance Liquid Chromatography),
turbiditymetry, PH-metry, dan beberapa instrumen lainnya. Instrumen-instrumen
ini secara keseluruhan berfungsi untuk menguji kandungan kimia pada suatu
bahan. Untuk menambahkan pemahan akan fungsi tersebut maka diperlukan
pengetahuan mengenai prinsip-prinsip kerja dari instrumen yang telah ada. Untuk
studi kasus ini, penulisan dibatasi hanya pada analisis AAS (Atomic Absorbtion
Spechtrometry). Pembahasan tentang AAS (Atomic Absorbtion Spechtrometry) ini
dibatasi pada pokok-pokok pembahasan meliputi sensor, blok diagram, cara kerja
dan data hasil pengamatan.
-
4
C. Tujuan Kerja PKL
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan PKL adalah sebagai berikut:
a. Memberikan gambaran kepada Mahasiswa mengenai dunia kerja yang
nyata
b. Untuk menambah wawasan dan melatih Mahasiswa agar dapat
menyesuaikan diri dengan dunia kerja yang nyata
c. Mengukur kemampuan mahasiswa melalui pemecahan terhadap
masalah-masalah yang dihadapi selama melakukan praktek kerja
lapangan
d. Melatih mental dan tanggung jawab mahasiswa terhadap tugas yang
diberikan
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan PKL adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui sistem instrumen AAS meliputi prinsip kerja dari AAS,
bagian-bagian AAS, blok diagram, serta data hasil pengamatan
b. Menentukan besaran fisika yang dapat diukur dengan AAS
c. Menentukan kualitas sampel yang diukur dengan AAS
D. Manfaat PKL
1. Manfaat Umum
Manfaat umum dari pelaksanaan PKL adalah sebagi berikut:
a. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan, pengalaman dan suasana kerja
secara langsung sehingga terbentuk etos kerja yang baik sebagai dasar
untuk menjadi pekerja professional nantinya.
-
5
b. Memperkenalkan dan mempromosikan disiplin keilmuan pada
kalangan industri dan instansi-instansi lain khususnya jurusan Fisika
FMIPA UNP.
c. Media sarana bagi mahasiswa untuk menjajaki dan mempersiapkan
topik tugas akhir.
2. Manfaat Khusus
Manfaat khusus dari kegiatan PKL adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui tentang sistem instrumen AAS (Atomic Absorbtion
Spechtrometry).
b. Mengetahui tentang penyusun sistem instrumen AAS (Atomic
Absorbtion Spechtrometry .
-
6
BAB II
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
A. Mekanisme Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
Praktek kerja lapangan (PKL) dilakukan di Baristand Industri padang
karena berhubungan dengan mata kuliah dibidang keahlian Fisika Elektronika dan
Instrumenasi. Peserta PKL berada pada posisi sebagai mahasiswa yang belajar
sambil praktek kerja lapangan. Peserta praktek kerja lapangan ditempatkan di
laboratorium instrumen Baristand Industri Padang. Mekanisme PKL
dikoordinasikan oleh Bapak Yudho Purnomo, S.T. PKL dilakukan pada hari senin
samapai hari jumat pukul 08.00 sampai 15.00, kecuali pada hari jumat yaitu dari
pukul 08.00 sampai pukul 15.30.
Tahap awal pelaksanaan Praktek kerja lapangan, Mahasiswa diberi
pengetahuan mengenai kondisi lingkungan kerja di laboratorium instrumen
Baristand Industri Padang. Kemudian Mahasiswa diberi pengetahuan tentang
instrumen-instrumen yang ada di laboratorium Baristand Industri Padang.
Pengetahuan diberikan oleh Bapak Yudho Purnomo selaku supervisor yang
membimbing selama proses praktek kerja lapangan. Pengetahuan yang diberikan
meliputi nama instrumen, fungsi, cara menggunakan, parameter yang diperoleh,
serta perangkat pendukung yang digunakan. Setelah itu mahasiswa memilih salah
satu instrumen untuk dipelajari lebih lanjut sesuai dengan bidang kajiannya.
Adapun untuk menambah pengetahuan mengenai instrumen yang ada,
mahasiswa diberikan softcopy tentang user guide masing-masing instrumen yang
ingin dipelajari lebih lanjut. Selain itu mahasiswa juga selalu dianjurkan untuk
-
7
membaca manual book instrumen yang ada di Baristand Indusri Padang. Beberapa
Instrumen yang di laboratorium instrumen Baristand Industri padang di antaranya
AAS (Atomic Absorbtion Spechtrometry), Spechtrofotometry UV-VIS, HPLC
(High Performance Liquid Chromatography), turbiditymetry, PH-metry, dan
beberapa instrumen lainnya.
Setiap instrumen dikoordinasikan oleh masing-masing penanggung jawab
yang selalu membimbing kami dalam mengoperasikan instrumen. Untuk kegiatan
hariaanya mahasiswa wajib mengisi lembar jurnal kegiatan harian praktek kerja
lapangan yang nantinya akan dilaporkan ke supervisor dan ditanda tangani oleh
supervisor. Diakhir jadwal praktek kerja lapangan, mahasiswa menyerahkan
laporan yang telah didiskusikan dan diperiksa oleh supervisor. Selain itu
mahasiswa juga mendapatkan sertifikat sebagai tanda telah selesai melaksanakan
praktek kerja lapangan di Baristand Industri Padang.
B. Deskripsi Baristand Indsutri Padang
1. Sejarah Singkat Baristand
Dari tahun ke tahun, perkembangan dunia Industri di Sumatera Barat
semakin meningkat. Untuk mendukung perkembangan ini maka diperlukan sarana
yang dapat melakukan penelitian dan pengujian mutu hasil industri, sehingga
diharapkan produk-produk mutu hasil industri dapat bersaing dengan layak di
pasaran. Berdasarkan gagasan ini maka pada tahun 1980 diajukan suatu rencana
pembangunan sarana Balai Industri Padang yang bertujuan untuk meneliti,
menguji, dan mengembangkan produk-produk industri di Sumatera Barat.
-
8
Gagasan dan rencana pembangunan ini disetujui oleh Departemen
Perindustrian melalui proyek Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Industri pada Balai Penelitian Industri (BPPI) tahun anggaran 1981/1982 dan
akhirnya diresmikan secara struktural sebagai unit teknis Departemen
Perindustrian dan Perdagangan yang berada di daerah, berdasarkan keputusan
Mentri No. 14/W/SK/2/1991 pada tanggal 19 Februari 1991.
Balai penelitian dan pengembangan Industri padang merupakan salah satu
dari tiga belas Balai Penelitian dan Pengembangan Industri dan Sembilan Balai
Besar yang ada di Indonesia. Seiring dengan adanya perubahan struktur
Departemen yang mengakibatkan perlunya penataan dan penyesuaian perangkat
termasuk Balai Industri Padang. Maka berdasarkan SK Menteri Perindustrian dan
Perdagangan No. 784/MPP/kep/11/2002 nama Balai serta tugas pokok dan
fungsinya berubah menjadi Balai Riset dan Standardisasi Industri dan
Perdagangan (Baristand Indag) Padang. Kemudian pada tahun 2006 seriring
dengan pergantian pemerintahan dan terpisahnya Departemen Perindustrian
dengan Departemen Perdagangan, maka berdasarkan peraturan Mentri
Perindustrian (Baristand Indag) Padang berubah menjadi Balai Riset dan
Standarisasi Industri (Baristand Industri ) Padang.
Dalam melaksanakan tugasnya dan kegiatannya, Baristand Industri Padang
diarahkan untuk memberikan jasa teknis pada masyarakat industri khususnya
dibidang pengujian bahan baku produk dan perekayasaan industri serta
mempertahankan pengembangan industri sesuai dengan potensi yang dimiliki.
-
9
2. Struktur Organisasi Serta Uraian Tugas
a. Struktur Organisasi
Berdasarkan peraturan Mentri perindustrian RI no. 49/M-IND/PER/6/2006
tentang organisasi dan tata kerja Balai Riset dan Standarisasi Industri. Pada
tanggal 29 Juni 2006, satuan Tenaga Kerja Balai Riset dan Standarisasi
(Baristand) Industri padang dibentuk dan terdiri dari beberapa seksi. Seksi-seksi
ini berada di bawah pengawasan tata usaha dan dikoordinir oleh kepala balai
seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur Organisasi Baristand Industri Padang
Kepala balai bertugas untuk mengontrol sub bagian tata usaha. Sub bagian
tata usaha berfungsi untuk mengatur urusan administrasi, kepegawaian, inventaris
dan pengadaan perlengkapan yang dibutuhkan secara rutin, keuangan serta urusan
rumah tangga Braistand Industri lainnya. Sub bagian tata usaha dibantu oleh
empat seksi yang masing-masing memiliki tugas yang berbeda.
Seksi pertama adalah seksi pengembangan usaha bertugas untuk
penyebarluasan, pendayagunaan hasil riset dan alat-alat hasil riset dan
-
10
perekayasaan, promosi dan pemasaran untukmemperoleh relasi bisnis, serta
pelayanan teknologi informasi. Kedua, seksi standarisasi dan sertifikasi bertugas
sebagai perumusan dan penerapan standar, pengujian dan sertifikasi dalam bidang
bahan baku, bahan penolong, proses, peralatan/mesin dan hasil produk. Ketiga,
seksi teknologi penanggulangan pencemaran industri yang bertugas sebagai
pengembangan teknologi penanggulangan pencemaran industri, selain itu juga
melakukan pemantauan dan pengujian limbah cair, udara emisi, ambient dan
lingkuangan kerja. Keempat yaitu seksi program dan pengembangan yang
bertugas menyusun program dan pengembangan kompetensi dibidang riset.
b. Sumber Daya Manusia
Pada saat ini di Baristand Industri Padang memiliki Sumber Daya Manusia
sebagai berikut:
1) Berdasarkan tingkat pendidikan
a) Pasca Sarjana : 9 orang
b) Sarjana : 28 orang
c) Diploma(D3) : 8 orang
d) SLTA : 14 orang
2) Berdasarkan jabatan fungsional
a) Peneliti : 10 orang
b) Penyuluh perindustrian : 5 orang
c) Teknisi litkayasa : 2 orang
d) Instruktur :3 orang
e) Pengendali dampak lingkungan :1 orang
-
11
c. Tugas dan Fungsi Instansi
1) Tugas
Tugas Baristand Industri Padang adalah melaksanakan penelitian riset
dan standarisasi serta sertifikasi di bidang Industri.
2) Fungsi
Fungsi Baristand Industri Padang adalah:
a) Pemasaran, promosi, pelayanan, informasi penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil riset.
b) Perumusan dan penetapan standar, pengujian dan sertifikasi dalam
bidang bahan baku, bahan penolong, proses, peralatan/mesin dan
produk.
c) Pengembangan dan teknologi penanggulangan pencemaran
industri.
d) Penyusunan program dan pengembangan kompetensi dibidang jasa
riset.
e) Melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan dan tata persurata,
perlengkapan, kearsipan, rumah tangga, koordinasi penyusunan
bahan rencana dan program, penyiapan bahan evaluasi dan
pelaporan Baristand Industri.
3. Aktivitas Instansi
a. Visi dan Misi
Balai Riset dan Standarisasi Industri Padang merupakan intsansi
pemerintahan di bawah departemen perindustrian. Dalam melaksanakan tugas dan
-
12
kegiatannya diarahkan untuk melayani masyarakat industri khususnya dibidang
pengujian mutu bahan baku produk dan perekayasaan industri serta
mempertahankan pengembangan industri sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Dalam pelaksanaan tugas dan kegiatannya, secara umum aktivitas instansi
pemerintahan ini berdasarkan kepada visi dan misi. Adapun visi dan misi
Baristand Industri padang adalah:
1) Visi
Menjadi Lembaga Riset, Standardisasi, Pengujian, dan Pengembangan
Kompetensi Industri yang Terkemuka dan Profesional, terutama Bidang Industri
Pangan pada Tahun 2020.
2) Misi
Untuk merealisasikan visinya Baristand Industri Padang merumuskan
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Melakukan kegiatan riset, terutama dibidang industri pangan
b) Melaksanakan dan meningkatkan kerjasama riset industri
c) Meningkatkan penerapan hasil riset di dunia industri
d) Meningkatkan kemampuan dan kompetensi bidang standardisasi
e) Meningkatkan kemapuan dan kompetensi layanan pengujian
f) Meningkatkan pelayanan pengembangan kompetensi dunia industri
g) Meningkatkan sarana dan prasarana riset, standardisasi, pengujian, dan
pelayanan pengembangan kompetensi
h) Meningkatkan kualitas dan kompetensi Sumber Daya Manusia
organisasi
i) Meningkatkan kesejahteraan karyawan
-
13
b. Sarana dan Prasarana
Baristand Industri Padang terletak pada daerah seluas 12.500 m2 yang
digunakan untuk sarana kantor, laboratorium, perpustakaan, perbengkelan,
mushala, ruang pertemuan, dan kantin.
Adapun sarana Baristand Industri Padang terdiri dari:
1) Sarana Laboratorium
a) Laboratorium Bangunan dan Bahan Galian Nonlogam
Ruang lingkup kegiatan meliputi pengujian mutu terhadap bahan
galian nonlogam, pupuk, karbon aktif, dan lain-lain.
b) Laboratorium Air dan Lingkungan
Ruang lingkup kegiatan antara lain pengujian air limbah industri,
udara, emisi dan penanggulangan pencemaran air sumur, laut, serta
air minum dalam kemasan.
c) Laboratorium Makanan dan Minuman
Ruang lingkup kegiatan antara lain pengujian mutu terhadap produk
makanan dan minuman, pengujian hasil pertanian, hasil hutan, dan
lain-lain. Antaranya adalah kopi bubuk, minyak goreng, ternak,
gambir, dan kulit manis.
d) Laboratorium Proses
Ruang lingkup kegiatan antara lain penelitian dan pengembangan
teknologi proses, mulai dari bahan baku sampai produk khusus
agroindusri dan bahan galian.
-
14
e) Laboratorium Mikrobiologi
Ruang lingkup kegiatannya antara lan pengujian terhadapmikroba dari
berbagai produk serta usaha pengembangan bioteknologi.
f) Laboratorium Semen
Dapat melakukan pengujian mutu bahan bangunan, produk semen
denghan berbagai tipe, bahan tambang dan produk non pangan lainnya
seperti Kapur, Tanah, Pasir, Pupuk, Tegel, Beton, dan lain sebagainya.
g) Laboratorium instrumen
Di laboratorium instrumentasi terdapat instrument-instrument
pengukuran seperti AAS, Spektrofotometer UV-Vis, HPLC( Hight
Performance Liquid Crhomatograph), GC, Mercury Analizer dan lain-
lain. Setelah sampel disiapkan di laboratorium lingkungan untuk
pengujian sampel dilakukan di laboratorium instrumen.
2) Sarana Perpustakaan
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya unit perpustakaan dan informasi
Baristand Industri Padang dilengkapi dengan koleksi buku-buku dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris, laporan penelitian, Standar Nasional Indonesia
(SNI), brosur-brosur, majalah, dan berbagai referensi lainnya.
3) Ruang Staf dan Administrasi
Ruang staf dan adminstrasi dilengkapi dengan perlengkapan yang
menunjang proses kerja seperti komputer, internet faksimail, telepon dan beberapa
peralatan manual lainnya.
-
15
4) Sarana Perbengkelan dan Instrumen
Ruang lingkup kegiatan antara lain membuat alat-alat kantor dan prototype
yang digunakan dalam industri dan dilengkapi dengan peralatan las, genset, bor,
gerinda, dan juga terdapat beberapa peralatan lainnya yang disertai dengan tenaga
ahli yang berpengalaman.
5) Ruang Pertemuan
Digunakan sebagai tempat pertemuan, rapat intern, pertemuan penyuluhan
dan kegiatan lainnya dengan daya tamping sekitar 60 orang yang dilengkapi AC
dan proyektor.
c. Jasa Pelayanan Teknis yang Diberikan
1) Jasa pelayanan dibidang penelitian dan pengembangan
2) Jasa pengujian bahan dan produk
3) Jasa teknis dan operasional
4) Jasa konsultasi dan keteknikan
5) Jasa rancang bangun dan perekayasaan
6) Jasa standarisasi dan pengawasan mutu produk
7) Jasa penanganan pencemaran
C. Aktivitas Praktek Kerja Lapangan
1. Ruang Lingkup Pelaksanaan PKL
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan di Baristand Industri
Padang, tepatnya di bagian laboratorium instrumen. Penulis melakukan
pengamatan terhadap instrumen-instrumen yang ada di laboratorium, kemudian
-
16
melakukan pengujian kadar logam terlarut yang terkandung pada sampel
menggunakan instrumen AAS.
2. Jadwal PKL
Praktek kerja lapangan yang dilakukan di Baristand Industri Padang
dimulai pada tanggal 1 Juli 2014 sampai dengan 1 Agustus 2014. Kegiatan
praktek kerja lapangan disesuaikan dengan hari kerja, yaitu dari hari senin sampai
hari jumat, pada pukul 08.00-15.00 WIB.
D. Pelaksanaan PKL Serta Hambatan yang Dihadapi dan Penyelesaiannya.
1. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan
Praktek kerja lapangan yang dilakukan di Baristand Industri Padang
disesuaikan dengan hari kerja di tempat tersebut, yaitu dari hari senin sampai hari
jumat. Adapun rekap kegiatan praktek kerja lapangan yang dilakukan setiap
minggunya adalah sebagai berikut:
a. Minggu I
1) Pengurusan administrasi, kemudian perkenalan dengan supervisor serta
dilanjutkan dengan orientasi pengenalan kondisi lingkungan kerja di
Baristand Industri Padang. Pengenalan lingkungan kerja ini berupa
peraturan-peraturan yang ada dan berlaku di Baristand, serta
pengenalan seputar instrumen-instrumen yang ada di laboratorium
instrumen Baristand Industri Padang.
-
17
2) Pembagian tim praktek kerja lapangan.
3) Pengenalan bentuk dan bagian-bagian AAS, bentuk fisik AAS dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Bentuk Fisik AAS
4) Pengujian kandungan logam cadmium (Cd), Mangan (Mn), dan seng
(Zn) yang terdapat pada beberapa sampel air sungai menggunakan
AAS
Gambar 3a. Sampel Limbah Cair dan Air Sungai, 3b. PengujianKandungan
Logam Pada Air Sungai Menggunakan AAS
3a 3b
-
18
b. Minggu II
1) Pengenalan bagiab-bagian HPLC, kemudian bergabung dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mr. Yoo Choon Choel tentang
pembuatan katechin dari gambir.
Gambar 4. Bentuk Fisik HPLC
2) Persiapan untuk pengujian sampel katechin dengan HPLC, adapun
persiapan yang dilakukan adalah:
a) Ekstrak dan proses konsentrasi dichloromethane dengan campuran
katechin
Gambar 5. Proses Konsentrasi Menggunakan Evaporator
-
19
b) Pencampuran etil asetat, dichloromethane, serta H2O. kemudian
dikocok dan ditunggu selama 30 menit kemudian dilakukan
penyaringan terhadap sampel.
Gambar 6. Penyaringan Katechin
c) Pengkalibrasian HPLC sebelum digunakan. Kemudian berkunjung
ke Akademi Teknologi Industri Padang (ATIP) bersama supervisor
dan tim peneliti katechin dari gambir.
c. Minggu III
1) Penyaringan akhir katechin untuk dimasukkan kebotol sampel.
2) Pengoperasian dan analisis HPLC katechin gambir.
d. Minggu IV
1) Mencari referensi untuk pembuatan laporan praktek kerja
lapangan
2) Bibmbingan tahap awal dengan supervisor.
2. Kendala Saat Praktek Kerja Lapangan dan Solusinya
Kendala yang dihadapi selama melaksanankan praktek kerja lapangan
adalah mahasiswa tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan mengenai
-
20
instrumen secara spesifik. Misalnya komponen-komponen penyusun instrumen
atau alat. Hal ini dikarenakan supervisor hanya memahami cara mengoperasikan
dan merawat alat. Berkaitan dengan hal ini, maka supervisor memberikan manual
book dari masing-masing alat, selain itu mahasiswa juga menambah mencari
referensi di internet mengenai alat yang bersangkutan.
Kendala lain yang dihadapi yaitu pada waktu minggu pertama
melaksanakan praktek kerja lapangan yang dialami oleh mahasiswa yang
tergabung pada tim instrumen AAS. AAS yang digunakan untuk pengujian
sampelnya rusak. Untuk itu, sementara AAS sedang diperbaiki, maka supervisor
mengijinkan mahasiswa bergabung dengan sebuah tim peneliti pembuatan
katechin dari gambir.
-
21
BAB III
HASIL STUDI SISTEM KERJA AAS
A. Tinjauan Kondisi Nyata
Baristand industri Padang memilliki beberapa laboratorium, salah satunya
yaitu laboratorium instrumen. Laboratorium instrumen merupakan laboratorium
yang berisi berbagai instrumen yang berfungsi sebagai tempat pengujian
kandungan suatu zat pada suatu sampel. Sampel yang akan diuji biasanya
dipersiapkan dahulu oleh laboran yang berada di laboratorium lingkungan, tetapi
ada juga yang langsung dipersiapkan oleh laboran yang ada di laboratorium
instrumen. Setelah sampel disiapkan, maka pengujian bisa dilakukan dengan
instrumen yang telah ditentukan.
Pada laboratorium instrumen, terdapat beberapa instrumen diantaranya,
AAS (Atomic Absorbtion Spechtrometry), Spechtrofotometry UV-VIS, HPLC
(High Performance Liquid Chromatography), turbiditymetry, Gas
Chromatography, Mercury Analyzer, PH-metry, dan beberapa instrumen lainnya.
Tetapi pada saat mahasiswa melakukan kegiatan PKL di Baristand Industri
Padang, instrumen yang masih bekerja dengan baik dan yang sering digunakan
adalah AAS, HPLC, dan Spechtrofotometry UV-VIS. Semua instrumen diletakkan
di atas sebuah bandul yang ditata dengan rapi. Namun berbeda dengan AAS, AAS
ini diletakkan terpisah dengan instrumen lainnya.
AAS ditempatkan pada sebuah ruangan yang telah dilengkapi dengan
cerobong asap yang menyalurkan gas sisa pembakaran ke udara luar. Selain itu
komponen-komponen pendukung AAS seperti tabung gas, kondensor, dan
-
22
komputer juga diletakkan di dalam ruangan tersebut. Komputer digunakan sebagai
media untuk melihat data keluaran dari AAS. Tata letak AAS pada laboratorium
instrument dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Tata Letak Instrumen AAS
AAS yang ada di Baristand industri Padang yaitu AAS dengan tipe GBC
932 AA. AAS ini sudah ada di Baristand Industri Padang semenjak tahun 1998.
Dari tahun 1998 sampai tahun 2014, AAS ini telah digunakan untuk menguji
berbagai macam bahan uji. Beberapa bahan uji yang sering diuji yaitu kadar
logam berbahaya pada limbah cair, air sungai, dan juga untuk menguji kandungan
logam pada air minum, baik itu untuk konsumsi rumah tangga maupun industri.
B. Tinjauan Literatur
1. Pengertian AAS
Spektrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis
kuantitafif dari unsur-unsur yang pemakainnya sangat luas di berbagai bidang
karena prosedurnya selektif, spesifik, biaya analisisnya relatif murah,
sensitivitasnya tinggi (ppm-ppb), waktu analisis sangat cepat dan mudah
dilakukan. AAS pada umumnya digunakan untuk analisa unsur. Spektrofotometer
-
23
serapan atom juga dikenal sistem sinar tunggal dan sinar ganda. AAS dahulu
dikenal dengan istilah fotometer nyala yang hanya dapat menganalisis unsur yang
dapat memancarkan sinar terutama unsur golongan IA dan IIA. Umumnya lampu
yang digunakan adalah lampu katoda cekung yang mana penggunaanya hanya
untuk analisis satu unsur saja (Helny, 2014).
Spektrometri serapan atom merupakan salah satu teknik yang digunakan
oleh kimia analis untuk menentukan konsentrasi suatu unsur-unsur logam atau
metalloid dalam suatu senyawa berdasarkan absorbsi cahaya oleh atom-atomnya
yang berada pada keadaan dasar. Atom-atom tersebut akan menyerap cahaya pada
panjang gelombang tertentu tergantung dengan unsurnya. Penyerapan tersebut
mengakibatkan elektron dalam kulit atom akan tereksitasi ketingkat energi yang
lebih tinggi. Keadaan ini mudah berubah, sehingga suatu saat elektron akan
kembali lagi ke keadaan dasar kemudian akan mengeluarkan energi dalam bentuk
radiasi (Rahmawati, 2013).
2. Fungsi AAS
Menurut (Helcio,2012) AAS berfungsi untuk menentukan suatu unsur-
unsur logam atau metalloid dalam suatu senyawa. AAS biasa digunakan untuk
penentuan kuantitatif dan kualitatif dari unsur-unsur suatu sampel. Sampel yang
sering diuji menggunakan AAS meliputi larutan, air, air laut, campuran logam,
obat-obatan, makanan, limbah industri, dan sampel biologis lainnya. Namun
setiap sampel yang akan diuji harus berupa larutan jernih.
-
24
3. Bagian-Bagian AAS
a. Sumber Sinar
Pencahayaan atau sumber radiasi yang digunakan pada AAS adalah
Hollow cathode lamp (HCL). HCL disebut juga dengan lampu katoda berongga.
HCL memiliki masa pakai 1000 jam. Bentuk HCL dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Lampu Katoda Berongga
(Analytik Jena)
Lampu katoda berongga terdiri dari sebuah anoda dan sebuah katoda
berongga yang dilingkupi oleh sebuah tabung gelas yang berisi gas argon atau
neon dengan tekanan antara 1 sampai 5 Nm-2
. Katoda pada lampu ini lah yang
mengandung unusr murni atau campuran unsur murni dari unsur yang akan diuji .
Lampu katoda yang digunakan harus sesuai dengan unsur yang akan diuji. Lampu
katoda ini terdiri atas 2 macam, yaitu lampu katoda monologam yang hanya bisa
digunakan untuk satu unsur, dan lampu katoda multilogam yang bisa digunakan
untuk beberapa unsur logam (Konrad, 2010).
-
25
Gambar 9. Skema lampu katoda berongga
Pada Gambar 9, dapat dilihat bahwa di antara anoda dan katoda diberi
beda potensial 300-400 V. Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses ionisasi
atom gas pada anoda. Ion-ion positif bergerak menuju katoda, ketika ion positif
tersebut mencapai katoda maka beberapa atom pada katoda akan terpental dan
menguap. Atom ini menguap karena bertabrakan dengan energi tinggi, dan ketika
kembali ke keadaan dasar, atom-atom tersebut memancarkan sinar dengan
panjang gelombang yang khas untuk unsur katoda.
b. Sistem Pengatoman
Secara umum ada dua teknik pengatoman yang ada pada analisis AAS,
yaitu sistem pengatoman dengan nyala api dan sistem pengatoman menggunakan
dengan teknik elektrotermal.
1) Atomisasi Menggunakan Nyala Api
Atomisasi menggunakan nyala merupakan suatu teknik yang
menggunakan nyala api untuk mendapatkan atom-atom netral. Menurut (Dewi :
2010) ada dua bagian penting pada sistem pengatoman menggunakan nyala api,
yaitu sistem pembakar dan sistem pengabut atau sering juga disebut sistem
Burner-Nebulizer. Sebagai bahan bakar yang menghasilkan api merupakan
-
26
campuran dari gas pembakar dengan oksidan dan penggunaannya tergantung dari
suhu nyala api yang dikehendaki.
Menurut Priyanto (AAS:2009) pada umumnya AAS menggunakan sumber
atomisasi nyala dan sampel yang digunakan berupa larutan. Sampel masuk ke
nyala dalam bentuk aerosol yang dihasilkan oleh nebulizer yang dihubungkan ke
nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray). Untuk menghasilkan nyala,
diperlukan campuran oksidan dan bahan bakar berupa gas, serta cahaya.
Secara umum AAS menggunakan dua sumber nyala, yang pertama yaitu
asetilen, dimana oksidan dan asetilenlah yang menjadi bahan bakarnya. Yang
kedua adalah nyala nitrous oxide-Acetylene, dimana nitrous oxide sebagai
oksidan dan acetylene sebagai bahan bakarnya. Gas-gas yang menjadi bahan
bakar tercampur dalam sebuah sistem burner yang disebut burner-premix. Seperti
yang dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Sistem Burner Premix
(Atomic Absorbtion Spectroscopy)
Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 10, bahan dimasukkan ke mixing
chamber, sedangkan oksidan akan menuju ke nebulizer. Premix burner memiliki
sebuah saluran untuk gas-gas yang berperan selama proses pembakaran, sehingga
-
27
menghasilkan api yang sangat stabil. Api yang stabil akan menghasilkan sedikit
noise, karna noise yang berupa percikan api bisa mengakibatkan gangguan berupa
kebakaran. (The Perkinelmer, 1996)
2) Atomisasi Menggunakan Teknik Elektrotermal (Tungku)
Teknik atomisasi elektron termal (ETA) dikembangkan 10 tahun setelah
metode AAS dikembangkan. Pada tahun 1961 B.V. Lvov membuat sebuah
sistem tabung pemanas karbon seperti yang terdapat pada Gambar 11. Sistem ini
dibuat menggunakan tabung karbon yang dipanaskan oleh sebuah hambatan
listrik. Tabung ini dilapisi oleh timah tantalum dan disterilkan dengan gas Argon.
Setelah tabung mencapai suhu tinggi, sampel pada elektroda akan dimasukan ke
bagian bawahnya. Atomisasi akan terjadi sehingga atom akan menyerap cahaya
melalui tabung karbon. (The Perkinelmer, 1996)
Gambar 11. Atomizer Suhu Tinggi yang Dirancang oleh B.V. Lvov
(Atomic Absorbtion Spectroscopy)
Pengatoman dengan tipe ini menggunakan granit yang dilapisi grafit
pirolitik dan dipanaskan dengan tahanan listrik. Oleh sebab itu metode ini disebut
juga dengan grafit atomizer, atau pemanasan dengan menggunakan tungku.
Ilustrasi pemanasan dengan tungku dapat dilihat pada Gambar 12.
-
28
Gambar 12. Pemanasan dengan Tungku
(Atomic Absorbtion Spectroscopy)
Pada teknik ini atomisasi terdiri dari sebuah tabung grafit dengan diameter
6 mm dan panjang sekitar 25-30 mm. untuk memanaskan tabung diperlukan
kontak listrik, dan sebuah sistem pendinginan untuk menjaga agar tabung tidak
terlalu panas. Selain itu juga diperlukan pembesih gas inert untuk mengeluarkan
udara atau sisa pembakaran dari tungku. Gas inert diperlukan untuk mencegah
grafit teroksidasi selama proses pemanasan.
Menurut (Risa, 2010) ada tiga tahap yang harus dilalui pada atomisasi
menggunakan elektrotermal atau tungku, yaitu:
a) Tahap pengeringan/penguapan larutan
b) Tahap penggabungan atau penghilangan senyawa organik
c) Tahap atomisasi.
Ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh apabila menggunakan
metode elektrotermal atau tungku ini, yang pertama sampel yang digunakan lebih
-
29
sedikit diandingkan dengan teknik atomisasi nyala. Yang kedua tidak memerlukan
gas pembakar, selain itu suhu yang ada di burner dapat dimonitor lebih peka.
c. Sistem Optik Spektrofotometer
1) Monokromator
Monokromator berfungsi untuk mengisolasi salah satu garis resonansi
atomik dari sekian banyak spektrum yang dipancarkan oleh lampu HCL.
Monokromator terdiri dari celah masuk, alat pendispersi, dan celah keluar seperti
yang terlihat pada Gambar 13. Celah masuk berguna untuk menentukan berkas
cahaya (polikromatik) dari sumber, kemudian alat pendispersi yaitu berupa
grating atau kisi yang menyebabkan panjang gelombang cahaya yang berbeda
pada sumber didispersikan dengan sudut yang berbeda. Kemudian celah keluar
yang akan memilih panjang gelombang tertentu untuk menghasilkan sinar
monokromatik yang dibutuhkan. (The Perkinelmer, 1996)
Gambar 13. Layout Monokromator Grafit
(www.perkinelmer.com)
Grating atau kisi adalah sebuah blok kaca dengan salah satu
permukaannya dilapisi aluminium yang dapat memantulkan cahaya. Permukaan
aluminium ini berbentuk seperti lekukan yang terdiri dari 500-3000 lekukan.
Cahaya yang menabrak permukaan aluminium akan dipantulkan dengan sudut
http://www.perkinelmer.com/
-
30
yang berbeda berdasarkan panjang gelombangnya. Dengan memutar posisi
grating, panjang gelombang yang telah ditentukan akan difokuskan ke celah
keluar melalui cermin kedua. (The Perkinelmer, 1996)
2) Konfigurasi Sistem Optik Spektrometer
Terdapat beberapa konfigurasi optik pada AAS, yaitu konfigurasi sinar
tunggal, sinar ganda, dan sinar ganda semu. Pada AAS sampel diletakkan tepat di
depan monokromator.
a) Konfigurasi Sinar Tunggal
Konfigurasi ini terdiri dari sebuah berkas radiasi cahaya yang keluar dari
sumber, dan berjalan melalui berbagai komponen dan sampel hingga akhirnya
mencapai detektor. Dengan kata lain, cahaya dari sumber radiasi hanya melintasi
satu jalur saja, yaitu melintasi tungku pembakaran (Simulab, 2014). Hal ini sesuai
dengan yang diilustrasikan oleh Gambar 14.
Gambar 14. Konfigurasi Sinar Tunggal
(Nationalvetcontent.edu)
Absorbansi sampel ditentukan dengan mengukur intesitas cahaya tanpa
sampel pada pembakaran dan membandingkannya dengan intesitas cahaya setelah
melewati proses pengatomisasian.
-
31
b) Konfigurasi Sinar Ganda
Instrumen dengan konfigurasi sinar ganda memiliki tambahan komponen
dan kelengkapannya, sehingga memiliki harga yang lebih mahal dari pada
instrumen yang memiliki konfigurasi sinar tunggal. Konfiguarsi sinar ganda
terdapat pada Gambar 15.
Gambar 15. Konfigurasi Sinar Ganda
(nationalvetcontent.edu)
Seperti yang terlihat pada Gambar 15, tembaga C akan meneruskan sampel
beam langsung ke monokromator dengan frekuensi tinggi. Jumlah cahaya yang
melewati sampel akan dibandingkan dengan cahaya yang melewati beam
referensi. Dari sinilah diperoleh nilai adsorban yang akan ditampilkan di monitor.
Konfigurasi sinar ganda memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan yang
pertama yaitu pengoperasian yang lebih cepat dibandingkan dengan single beam,
karena referensi beamnya sudah langsung tersedia pada instrumen, dan hanya
sampel yang diganti. Keuntungan kedua adalah lebih stabil, karna dilengkapi
dengan adanya pengendali penyimpangan intesitas cahaya. (Simulab, 2014)
-
32
d. Detektor
Untuk mendeteksi level-level cahaya yang sangat rendah, dalam
kebanyakan pemakaian diperlukan penguatan khusus bagi arus cahaya.
Pemfotodarap atau alat menggandakan cahaya (photomultiplier), menggunakan
emisi sekunder untuk memberikan penguatan arus diatas faktor 10 dan berarti
menjadi sebuah detektor yang sangat bermanfaat bagi level cahaya yang rendah.
Tipe detektor yang digunakan pada AAS adalah tabung photomultiplier (PMT)
dengan prinsip kerja adalah emisi elektron setelah paparan radiasi. Bentuk fisik
PMT dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Tabung Photomultiplier
(Photomultiplier tube Basics and Aplication)
PMT adalah sebuah tabung elektronik yang mampu mengkonversi foton
menjadi sinyal listrik, dan kemudian memperkuat sinyal tersebut. Photomultiplier
terdiri dari sebuah tabung hampa yang kedap cahaya dengan photokatoda yang
berfungsi sebagai masukan pada salah satu ujungnya dan terdapat beberapa
dinode untuk menggandakan electron, sepetri yang dapat dilihat pada Gambar 17.
Photokatoda yang ditempelkan pada bahan sintilator, akan memancarkan elektron
bila dikenai cahaya dengan panjang gelombang yang sesuai. Elektron yang
dihasilkannya akan diarahkan dengan perbedaan potensial menuju dinode
-
33
pertama. Dinode tersebut akan memancarkan beberapa elektron sekunder bila
dikenai oleh elektron. (Hamatsu, 2006)
Gambar 17. Cara Kerja PMT
(Photomultiplier tube Basics and Aplication)
Elektron-elektron sekunder yang dihasilkan dinode pertama akan menuju
dinode kedua dan kemudian dilipatgandakan ke dinode ketiga dan seterusnya.
Proses ini akan terus berlangsung hingga elektron yang terkumpul pada dinode
terakhir berjumlah sangat banyak. Kemudian dengan sebuah kapasitor kumpulan
elektron tersebut akan diubah menjadi pulsa listrik.
Seperti yang ditunjukan oleh Gambar 18, mengoperasikan sensor PMT,
dibutuhkan sumber tegangan yang tinggi dan stabil (1-2 KV), rangkaian pembagi
tegangan untuk memberikan tegangan optimum untuk masing-masing dinoda,
blok atau housing sebagai pelindung cahaya eksternal dan untuk melindungi
sensor dari medan magnet ataupun medan listrik.
Gambar 18. Dasar Pengoperasian sensor PMT
(Photomultiplier tube Basics and Aplication)
-
34
Rangkaian pembagi tegangan digunakan untuk membagi tegangan pada
masing-masing dinoda. selain itu juga digunakan untuk membuat kemiringan
tegangan antara masing-masing dinoda. untuk memudahkan dalam pengoperasian,
PMT memiliki beberapa soket, di antaranya seperti yang ada pada gambar 19.
Gambar 19. Soket PMT
(Photomultiplier tube Basics and Aplication)
Soket pada Gambar 19 merupakan salah satu dari 4 soket yang ada dan
banyak digunakan. Beberapa tipe soket untuk PMT yaitu soket yang dibangun
dengan rangkaian pembagi tegangan (Gambar 18), soket yang dibangun dengan
rangkaian pembagi tegangan dan sebuah amplifier, kemudian soket PMT yang
dibangun dengan pembagi tegangan, amplifier, dan sebuah power suplly.
Output pada PMT bisa diproses secara elektrik sabagai sumber arus yang
konstan. Dan untuk menghubungkannya kepada rangkaian optimum, tergantung
kepada pencahayaan dan frekuensi tertentu yang dibutuhkan. Gambar 20
menunjukan tipe rangkaian pengukuran cahaya yang sering digunakan. Metode
DC dan AC (metode analog ) adalah metode yang paling banyak digunakan, mulai
dari tingkat pencahayaan yang tinggi hingga tingkat cahaya yang lemah. Pada
tingkat cahaya yang paling rendah, metode penghitungan foton sangat efektif.
-
35
Pada metoda ini, cahaya diukur dengan menghitung masing masing foton yang
menjadi satuan terkecil dari cahaya. (Hamatsu, 2006)
Gambar 20. Metode Pengukuran Cahaya Menggunakan PMT
(Photomultiplier tube Basics and Aplication)
Metoda pengukuran DC ditunjukan oleh Gambar 20 a. dimana komponen
pendeteksian DC pada output sensor PMT melalui blok amplifier dan sebuah filter
lolos rendah. Metode ini sangat cocok untuk mendeteksi tingkat cahaya yang
relatif tinggi yang telah digunakan secara luas. Pada pengukuran AC yang
dilihatkan oleh Gambar 20 b, output sensor PMT dikeluarkan melalui kapasitor
dan mengubahnya ke dalam sinyal digital dengan menggunakan ADC. Pada
penghitungan foton yang diperlihatkan oleh Gambar 20 c, isyarat keluaran dari
PMT akan diperkuat, dan isyarat dengan amplitudo tinggilah yang akan dihitung
sebagai sinyal foton. (Hamatsu, 2006)
e. Lain-lain
Dalam pengoperasiannya, AAS memerlukan beberapa komponen
pendukung, diantaranya yaitu:
1) Personal komputer (PC) sebagai readout dengan satuan konsentrasi ppm
2) Tabung gas, merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas asetilen
pada AAS memiliki kisaran suhu 20.000K, dan ada juga tabung gas
-
36
yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran
suhu 30.000K. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk
pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di
dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan
pengatur tekanan yang berada di dalam tabung. (Ni Ketut Sari, 2010)
3) Ducting, merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada AAS. Ducting langsung dihubungkan pada cerobong
asap bagian luar pada atap bangunan agar asap yang dihasilkan oleh AAS
tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari
pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar
polusi yang dihasilkan tidak berbahaya.
4) Kompresor, merupakan alat yang terpisah dengan main unit. Kompresor
berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh
AAS pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol
pengatur tekanan. Tombol pertama terletak pada bagian kotak hitam yang
merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar
kecilnya udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur
tekanan, sedangkan tombol yang kanan merupakan tombol pengaturan
untuk mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke
burner. Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat
penyimpanan udara setelah usai penggunaan AAS. Alat ini berfungsi
untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke kanan, merupakan
posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi tertutup.
-
37
5) Read out merupakan sistem pencatatan hasil. Hasil pembacaan dapat
berupa angka atau kurva dari suatu recorder yang menggambarkan
absorbansi atau intensitas emisi.
Secara singkat, komponen-komponen pendukung AAS terdiri dari 6
komponen, yaitu dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Komponen Pendukung AAS
No Gambar Komponen Nama komponen Fungsi
1
Tabung gas Sebagai sumber
Gas untuk
pembakaran
2
Ducting/cerobong
asap
Untuk
menghisap sisa
pembakaran
pada AAS
3
Kompresor Untuk
mensuplai
kebutuhan
udara yang
akan digunakan
oleh AAS, pada
waktu
pembakaran
atom
-
38
4
Penampung
buangan
Untuk
menampung
buangan hasil
operasi AAS
5
Komputer unit pengrndali
AAS sekagus
sebagai
perekam data-
data hasil
analisis
6
Hollow cathode
lamp
Sebagai sumber
radiasi
-
39
4. Prinsip Kerja AAS
AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom pada keadaan dasar.
Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu yang
menyebabkan electron tereksitasi keberbagai tingkat energi. Keadaan eksitasi ini
tidak stabil dan kembali ke tingkat dasar dengan melepas seluruh atau sebahagian
energi eksitasinya dalam bentuk radiasi. (Boby, 2009)
Panjang gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama
dengan panjang gelombang yang diabsorpsi oleh atom dalam nyala. Hukum
absorpsi sinar (Lambert-Beer) yang menyatakan bahwa absorbansi sebanding
dengan konsentrasi analitik suatu sampel. Hokum ini juga berlaku pada
spektrofotometer absorpsi sinar ultra violet, sinar tampak maupun infra merah,
juga berlaku pada Spektrometri Serapan Atom (SSA). (Risa, 2010)
Gambar 21. Blok Diagram Prinsip Kerja AAS
(oscartigasembilan03.blogspot.com)
AAS bekerja dengan cara mengukur panjang gelombang yang dipancarkan
oleh atom. Agar dapat memancarkan energi, maka atom harus dalam keadaan
-
40
tereksitasi. Pengubahan tingkat atom dari tingkat standar menjadi tingkat eksitasi
dilakukan dengan cara memberikan energi pada atom. Energi yang di serap atom
membuat elektron yang berada pada kulit bagian dalam terlepas, lepasnya elektron
pada kulit bagian dalam akan menyebakan elektron yang berada di luar
menempati posisi kosong di kulit bagian dalam, sehingga atom akan
memancarkan energi dengan panjang gelombang yang sesuai dengan
karakteristiknya. Setiap atom dari setiap unsur memiliki panjang gelombang yang
berbeda-beda sesuai dengan karakteristiknya.
Gambar 21 Merupakan blok diagram dan prinsip kerja dari AAS. Proses
pertama yaitu penyinaran yang dilakukan oleh HCL sebagai sumber radiasi,
kemudian pada proses pengatomisasian digunakan tungku pembakaran dengan
bahan bakar gas asetilen dan sampel itu sendiri yang nantinya akan dicampurkan
di dalam ruang pencampur. Setelah pengatomisasian selesai, maka atom-atom
tersebut akan menyerap cahaya dengan panjang gelombang tertentu dari sumber
radiasi, kemudian atom akan tereksitasi dan akan memancarkan panjang
gelombang tertentu, panjang gelombang ini akan diteruskan ke monokromator
melalui sebuah celah. Monokromator berperan memilih panjang gelombang
tertentu, hingga hanya satu saja panjang gelombang cahaya yang akan mencapai
detektor. Kemudian detektor akan mengubah foton tersebut menjadi sinyal listrik
hingga mampu terbaca oleh PC sebagai output dalam satuan konsentrasi ppm.
-
41
5. Cara Pengoperasian AAS
a. Menbuka/mengaktifkan saluran gas, kemudian kompresor, ducting, dan
kemudian komputer sacara berurutan.
b. Menyalakan tombol on/off pada AAS
c. Memasang lampu HCL yang sesuai dengan unsur yang diinginkan
d. Membuka program pengoperasian AAS, seperti pada gambar 21.
Gambar 22. Software GBC Avanta Ver. 1.33
Kemudian klik kanan pada bagian atas logo GBC, maka akan muncul
beberapa jendela, yaitu deskripsi, instrumen, pengukuran, kalibrasi,
standar, kualitas, dan nyala.
Gambar 23. Tampilan Jendela GBC
-
42
e. Pada jendela deskripsi, pilih unsur yang ingin diuji
Gambar 24. Pemilihan Unsur yang Akan Diuji
f. Pada jendela instrumen, masukan panjang gelombang yang telah
ditentukan
Gambar 25. Jendela Pengaturan Panjang Gelombang Pada Instrumen
g. Pada jendela pengukuran, pilih model pengukurannya sebagai model
integrasi, kemudian masukan waktu pengukuran, serta banyaknya
pengulangan.
-
43
Gambar 26. Tampilan Jendela Pengukuran
h. Pada jendela kalibrasi, pilih jenis kalibrasi linear last square, serta pilih
satuan yang diinginkan
Gambar 27. Jendela Kalibrasi
i. Pada jendela standar, pilih jumlah larutan standar yang diinginkan,
kemudian masukan konsentrasi masing-masing larutan standar.
-
44
Gambar 28. Tampilan Jendela Standard
j. Setelah itu ambil pilihan sampel, dan masukan jumlah sampel yang
diinginkan, kemudian simpan semua data pengaturan yang telah diatur,
lalu ambil jendela hasil.
k. Pada jendela hasil, klik start, maka proses pengujian sampel akan dimulai
dengan pangujian larutan standar sebagai sampel, lalu larutan blanko,
baru kemudian sampel yang akan diuji. Hal ini sesuai dengan gambar 29.
Gambar 29. Tampilan Hasil Output Pada Jendela Result
-
45
6. Kelebihan dan Kekuranga AAS
Keuntungan metode AAS dibandingkan dengan spektrofotometer biasa
yaitu spesifik, batas deteksi yang rendah dari larutan yang sama bisa mengukur
unsur-unsur yang berlainan, pengukurannya langsung terhadap contoh, output
dapat langsung dibaca, cukup ekonomis, dapat diaplikasikan pada banyak jenis
unsur, batas kadar penentuan luas (dari ppm sampai %). Disisi lain kelemahannya
yaitu pengaruh kimia dimana AAS tidak mampu menguraikan zat menjadi atom.
Kelemahan lainnya yaitu pengaruh ionisasi yang terjadi apabila atom tereksitasi
(tidak hanya disosiasi) sehingga menimbulkan emisi pada panjang gelombang
yang sama, serta pengaruh matriks misalnya pelarut.
C. Hasil Dan Pembahasan
1. Hasil Pengukuran Dengan AAS
a. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Seri Larutan Standar Mn
Pengujian yang pertama kali dilakukan adalah pengujian terhadap
kandungan logam Mn yang terdapat pada 20 sampel air sungai. Pengujian ini
dilakukan menggunakan AAS. Pengujian terhadap sampel akan dilakukan apabila
kurva kalibrasi absorbansi telah didapatkan. Kurva kalibrasi absorbansi dapat
diperoleh dengan cara melakukan pengujian terhadap larutan standar Mn yang
konsentrasinya telah ditentukan. Larutan standar Mn yang akan diuji terdiri atas
lima konsentrasi yang berbeda. Absorbansi terhadap konsentrasi larutan standar
Mn dapat dilihat pada tabel 2.
-
46
Tabel 2. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Mn
Label
sampel Konsentrasi A1 A2 A3
Blanko 0 -0.0034 0.0041 -0.0018 -0.0004
Standar 1 0.20000 0.0401 0.0389 0.0375 0.0388
Standar 2 0.40000 0.0759 0.0731 0.0696 0.0729
Standar 3 0.60000 0.1109 0.1125 0.1060 0.1098
Standar 4 0.80000 0.1500 0.1445 0.1494 0.1480
Standar 5 1.00000 0.1875 0.1883 0.1789 0.1849
Tabel 2 merupakan data hasil pengukuran absorbansi kandungan logam
terhadap konsenrasi larutan standar Mn. Pada pengukuran ini aborbansi (A)
diambil sebanyak tiga kali kemudian baru dirata-ratakan, hal ini bertujuan agar
data yang didapatkan lebih akurat. Pengukuran terhadap larutan standar ini sangat
perlu dilakukan untuk melihat kalibrasi dari AAS yang kita gunakan.
Kalibrasi terhadap larutan standar Mn didapatkan dengan memplot nilai
antara absorbansi dengan konsentrasi larutan. AAS dikatakan terkalibrasi apabila
kurva kalibrasi menunjukan kelinieran antara absorbsi dan konsentrasi larutan.
Kurva kalibrasi larutan standar Mn dapat dilihat pada Gambar 30.
Gambar 30. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Mn Menggunakan AAS
y = 0.184x + 0.000R = 0.999
-0.05
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Absorban
si
konsentrasi
-
47
Pada Gambar 30 dapat dilihat bahwa hasil plot antara absorbansi dan
konsentrasi menujukan kurva yang linier. Hal ini juga sesuai dengan persamaan
yang terdapat pada kurva tersebut. Persamaan pada yang terdapat pada Gambar 30
disebut dengan persamaan garis regresi.
Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan
metoda least square. Untuk memudahkan perhitungan dengan metoda least
square diperlukan perhitungan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan rata-rata konsentrasi dan rata-rata absorbansi.
Tabel 3. Data Hasil Penurunan Garis Regresi Mn dengan Metoda Least Square.
No
(mg/l)
(A) ( )
2 ( )2
( )
( )
1 0 -0.0004 -0.5 0.25 -0.0927 0.0086 0.0464
2 0.2000 0.0388 -0.3 0.09 -0.0535 0.0029 0.0161
3 0.4000 0.0729 -0.1 0.01 -0.0194 0.0004 0.0019
4 0.6000 0.1098 0.1 0.01 0.0175 0.0003 0.0018
5 0.8000 0.1480 0.3 0.09 0.0557 0.0031 0.0167
6 1.0000 0.1849 0.5 0.25 0.0926 0.0086 0.0463
3.0000 0.5540 0.0000 0.7000 0.0002 0.0238 0.1292
Keterangan:
X = konsentrasi larutan
Y = absorbansi
Harga X rata-rata adalah
=
6=
3
6= 0.5
Harga Y rata-rata adalah
=
6=
0.554
6= 0.0923
-
48
Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari
persamaan garis:
= + (1)
Dimana a adalah kemiringan dan b adalah perpotongan pada sumbu x.
Selanjutnya harga kemiringan dapat ditentukan dengan menggunakan metode
Least Square sebagai berikut:
= () ( )
( )2
(2)
=0.1292
0.7000= 0.1845
Harga kemiringan a adalah 0.1845, selanjutnya yaitu menentukan harga
intersep b yang bisa diperoleh dengan mensubstitusi haraga kemiringan a
kepersamaan (1).
= = 0.0923 0.1845 0.5
= 0.0923 0.09225 = 0.00005
Persamaan regresi yang diperoleh adalah
= 0.1845X + 0.00005
Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa nilai kemiringan
adalah 0.1845. Nilai kemiringan ini menggambarkan perubahan nilai absorbansi
sebagai akibat dari perubahan konsentrasi. Dengan kata lain, absorbansi akan
semakin bertambah seiring dengan konsentrasi larutan.
-
49
b. Data hasil pengukuran kandungan logam Mn dalam air sungai
Apabila kurva kelinieran kalibrasi pada Gambar 29 telah didapatkan, maka
langkah selanjutnya yaitu melakukan pengukuran terhadap masing-masing
sampel. Ada 20 sampel air sungai yang diuji pada pengukuran ini. Pengukuran
dilakukan 2 sampai 3 kali terhadap masing-masing sampel. Beberapa data hasil
pengkuran terhadap sampel air sungai dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Hasil Pengukuran Kadar Mn Pada Sampel Air Sungai
Label
sampel Konsentrasi A1 A2 A3
1314 0.00432 -0.0014 0.0008 0.0051 0.0015
1377 0.03945 0.0085 0.0060 0.0093 0.0079
1378 0.04193 0.0111 0.0106 0.0034 0.0084
1380 0.07291 0.0128 0.0146 0.0148 0.0141
1379 0.13228 0.0288 0.0286 0.0235 0.0270
Tabel 4 adalah data hasil pengukuran kosentrasi dan absorbansi rata-rata
dari beberapa sampel air sungai. Data yang dimuat dalam tabel 4 merupakan data
pada pengukuran kedua. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa semakin
tinggi kandungan Mn pada suatu sampel, maka absorbansi terhadap larutan juga
akan semakin tinggi.
Berdasarkan nilai absorbansi dan konsentrasi larutan Mn yang terdapat
pada tabel 2 maka langkah selanjutnya adalah mendapatkan kurva kalibrasi.
Kurva kalibrasi didapatkan dengan memplot nilai-nilai tersebut sehingga
didapatkan suatu garis yang linier. Hal ini sesuai dengan kurva yang ditunjukan
pada Gambar 31.
-
50
Gambar 31. Kurva Hubungan Absorban dengan Konsentrasi Mn dalam Air
Sungai
Gambar 31 merupakan kurva hubungan absorban dengan konsentrasi Mn
dalam air sungai. Pada kurva dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi Mn
dalam sampel maka absorbannya juga semakin besar. Pada grafik juga terdapat
persamaan regresi yang juga bisa diperoleh melalui Persamaan (1) dan (2). Dari
persamaan dapat dilihat bahwa kemiringan pada grafik adalah 0.199x dengan
perpotongan garis adalah 0.000. kelinieran garisnya dapat ditulis menjadi
= 0.199 + 0.000
Selain itu nilai R2 yang menunjukan angka 0.997 berarti keakuratan dalam
menentukan konsentrasi adalah 99,7%.
c. Data Hasil Pengukuran Kandungan Logam Zn dalam Air Sungai
Pengujian terhadap Zn ini dilakukan pada panjang gelombang 213,90 nm.
Pengujian kandungan Zn dalam 32 sampel air sungai ini dilakukan pada tanggal 3
Juli 2014. Sebelum melakukan pengujian terhadap sampel, terlebih dahulu kita
y = 0.199x + 0.000R = 0.997
0
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
0.03
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14
ABS
konsentrasi
-
51
harus melakukan pengujian dahulu terhadap larutan standar Zn seperti halnya
pengujian terhadap larutan standar Mn. Apabila kurva kalibrasi linier larutan
standar Zn telah diperoleh, barulah pengujian terhadap sampel dilakukan.
Beberapa data pengukuran terhadap sampel air sungai dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Data Hasil Pengukuran Kadar Zn dalam Sampel Air Sungai
Label
sampel Konsentrasi A1 A2 A3
1342 0.28841 0.1143 0.1118 0.1087 0.1116
1343 0.24689 0.0967 0.0993 0.0975 0.0978
1363 -0.03336 0.0062 0.0049 0.0034 0.0048
1364 -0.04085 0.0051 0.0007 0.0011 0.0023
1365 -0.03742 0.0038 0.0025 0.0041 0.0035
Tabel 5 adalah data hasil pengukuran kosentrasi dan absorbansi rata-rata
dari sampel dimana data sebenarnya untuk 1 sampel di ambil pengukuran
berulang sebanyak 2 sampai 3 kali, data yang terdapat pada tabel 5 ini adalah data
pada pengukuran kedua. Tanda minus pada kolom konsentrsi berarti bahwa pada
sampel tersebut tidak terdapat kandungan Zn, hal ini juga ditunjukan dengan nilai
absorban yang sangat kecil.
Kurva kalibrasi pada larutan Zn juga didapatkan dengan memplot masing-
masing nilai absorbansi terhadap konsentrasi larutan. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan kurva kalibrasi yang menunjukan garis yang linier. Hubungan
konsentrasi dengan absorban terhadap larutan Zn dapat dilihat pada Gambar 32.
-
52
Gambar 32. Kurva Hubungan Absorban dengan Konsentrasi Zn dalam Air Sungai
Gambar 32 merupakan kurva hubungan aperbsorban dengan konsentrasi
Zn dalam air sungai. Pada gambar dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi
Zn dalam sampel maka absorbannya juga semakin besar. Pada grafik juga terdapat
persamaan regresi yang juga bisa diperoleh melalui Persamaan (1) dan (2). Dari
persamaan dapat dilihat bahwa kemiringan pada grafik adalah 0.331 dengan
perpotongan garis 0.015. selain itu, pada Gambar 31 juga dapat diketahui bahwa
keakuratannya dalam menentukan konsentrasi adalah 100%.
2. Pembahasan
Penentuan kadar Mn dan Zn dalam beberapa sampel air sungai dilakukan
dengan AAS. Hal ini sesuai dengan kegunaan AAS yaitu untuk menentukan kadar
logam pada suatu sampel. Pengukuran terhadap sampel dapat dilakukan apabila
kurva kalibrasi menunjukan suatu persamaan garis yang linier yaitu
= +
Kalibrasi ini biasanya dilakukan dengan larutan standar masing-masing logam
dengan kadar yang telah ditentukan. Sedangkan unuk mendapatkan persamaan
garis dihitung menggunakan dengan metoda Least Square.
y = 0.331x + 0.015R = 1
-0.02
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
-0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4
ABS
konsentrasi
-
53
Berdasarkan data pada tabel 4, kandungan Mn berkisar antara 0.00432-
0.1328. Konsentrasi Mn tertinggi dimiliki oleh sambel dengan label 1379 yaitu
0.1328. Hal ini menunjukan bahwa air yang terkandung pada sungai dengan label
1379 tidak layak digunakan sebagai air minum, karena standara baku mutu air
minum untuk Mn adalah
-
54
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan:
1. Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada
metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang
berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi oleh atom bebas.
2. AAS berfungsi untuk penentuan kuantitatif dan kualitatif dari unsur-unsur
suatu sampel. Sampel yang sering diuji menggunakan AAS meliputi larutan,
air, air laut, campuran logam, obat-obatan, makanan, limbah industri, dan
sampel biologis lainnya.
3. Sistem instrument yang terdapat pada AAS yaitu sumber radiasi,
monokromator, detektor, amplifier, dan sebuah komputer sebagai readout.
4. AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom pada keadaan dasar. Atom-
atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu yang
menyebabkan electron tereksitasi keberbagai tingkat energi. Keadaan eksitasi
ini tidak stabil dan kembali ke tingkat dasar dengan melepas seluruh atau
sebahagian energi eksitasinya dalam bentuk radiasi
5. Pada pengujian terhadap kandungan Mn, air pada sungai dengan label 1379
tidak layak digunakan sebagai air minum. Sedangakan pada pengujian Zn
yang tidak layak digunakan sebagai air minum adalah air pada sungai dengan
1342 dan 1343.
-
55
B. SARAN
Dari hasil praktek kerja lapangan dan pengamatan mengenai sistem kerja
AAS, penulis menyarankan beberapa hal sebagai beikut
1. Keakuratan dalam pembuatan larutan standar untuk pengujian AAS lebih
ditingkatkan lagi
2. Harus lebih berhati-hati dalam penggantian lampu HCL agar lebih tahan
lama.
-
56
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Sharing Untuk Anak Bangsa, spektrofotometri serapan atom.
http://sharinguntukanakbangsa.blogspot.com/2012/04/spektrofotometr
i-serapan-atom.html
Boby Cahyadi. 2009. Studi Tentang Kesensitifan Spektrofotometer Serapan
Atom (SSA) Teknik Vapour Hydride Generation Accessories
(VHGA) Dibandingkan dengan SSA Nyala Pada Analisa unsure
Arsen (As) yang terdapat pada Air Minum. Universitas Sumatera
Utara.
Dewi Ramandhanni. 2010. Spektrometri Serapan Atom (SSA). Yogyakarta
Hamatsu Photonic. 2006. Photomultiplier tube Basics and Aplication third
edition. Hamatsu Photonic KK : Japanese
Helny Lydarisbo. 2014. Praktikum Kimia Instrumen. Makssar
Konrad-Zuse-Strae. 2006. Fundamentals Instrumentation and Techniques of
Atomic Absorption Spectrometry. Analytic Jena: Germany
Ni Ketut Sari. 2010. Analisa Instrumentasi. Yayasan Humaniora : Jawa Tengah.
Oscar . 2010. Atomic Absorption Spectrometry.
http://oscartigasembilan03.blogspot.com/2010_12_01_archive.html
Rahmawati Pandia. 2013. Pengoperasian Instrumen Spektrofotometer Absorbsi
Atom (Aas) Dan Uv-Vis. Universitas Haluoleo.
Risa nurkomarasari, dkk. 2010. Laporan Praktikum Kimia Instrumen.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Rodrigo, dkk. 2012. State-of-the-Art and Trends in Atomic Absorption
Spectrometry. Universidade Federal de So Carlos.Brazil
Simulab, testing laboratory. 2014. Study notes.
https://nationalvetcontent.edu.au/alfresco/d/d/workspace/SpacesStore/1b
dfdbc3-2875-4457-b872-
40aa14d6b193/508/Laboratory/StudyNotes/index.htm
The PerkinElmer Inc. 1996. Analytical Methods For Atomic Absorbtion
Spectroscopy. United state of America.
http://sharinguntukanakbangsa.blogspot.com/2012/04/spektrofotometri-serapan-atom.htmlhttp://sharinguntukanakbangsa.blogspot.com/2012/04/spektrofotometri-serapan-atom.htmlhttps://nationalvetcontent.edu.au/alfresco/d/d/workspace/SpacesStore/1bdfdbc3-2875-4457-b872-40aa14d6b193/508/Laboratory/StudyNotes/index.htmhttps://nationalvetcontent.edu.au/alfresco/d/d/workspace/SpacesStore/1bdfdbc3-2875-4457-b872-40aa14d6b193/508/Laboratory/StudyNotes/index.htmhttps://nationalvetcontent.edu.au/alfresco/d/d/workspace/SpacesStore/1bdfdbc3-2875-4457-b872-40aa14d6b193/508/Laboratory/StudyNotes/index.htm