Laporan PKL

57
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN HASIL STUDI INSTRUMEN ATOMIC ABSORBTION SPECHTOMETRY (AAS) DI INDUSTRI PADANG Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan Oleh : DINA MULYA SILTRI 1101444 Dosen Pembimbing: Drs. H. Azrizal, M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2014

description

AAS

Transcript of Laporan PKL

  • 0

    LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

    HASIL STUDI INSTRUMEN ATOMIC ABSORBTION SPECHTOMETRY

    (AAS) DI INDUSTRI PADANG

    Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan

    Oleh :

    DINA MULYA SILTRI

    1101444

    Dosen Pembimbing:

    Drs. H. Azrizal, M.Si

    JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS NEGERI PADANG

    2014

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

    menunjang perkembangan ilmu pengetahauan dan teknologi pada saat ini. SDM

    yang berkulitas dibekali dengan soft skill yang didahului dengan pengetahuan

    yang teoritis. Salah satu SDM yang berkualitas adalah seorang mahasiswa.

    Seorang mahasiswa tidak cukup menguasai ilmu pengetahuan secara teoritis saja,

    namun harus mampu mengaplikasikannya agar berguna bagi masyarakat. Salah

    satu cara untuk mengahasilkan SDM yang berkualitas yaitu dengan melakukan

    praktek kerja lapangan (PKL).

    PKL adalah suatu kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu

    pengetahuan yang sesuai dengan bidang kajian ilmu masing-masing. Selain itu,

    PKL juga merupakan proses dimana mahasiswa mendapatkan gambaran tentang

    bagaimana keadaan sdunia kerja sesungguhnya. PKL ini dilakukan diberbagai

    instansi-instansi berbadan hukum resmi yang sesuai dengan bidang kajian

    mahasiswa yang bersangkutan.

    Balai Riset dan Standarisasi industri (Baristand Industri) Padang adalah

    tempat penulis melaksanakan PKL. Baristand adalah suatu instansi yang

    diarahkan untuk memberikan jasa teknis pada masyarakat industri khususnya

    dibidang pengujian bahan baku produk dan perekayasaan industri serta

    mempertahankan pengembangan industri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

    Baristand Industri Padang mempunyai tugas melaksanankan penelitian riset dan

  • 2

    standarisasi di bidang Industri. Baristand industri padang juga mempunyai

    beberapa fungsi, di antaranya untuk perumusan dan penetapan standar, pengujian

    dan sertifikasi dalam bidang bahan baku, bahan penolong, proses, peralatan atau

    mesin, dan produk.

    Pengujian bahan merupakan suatu dasar penelitian dengan tujuan untuk

    mengetahui sifat-sifat dari sebuah bahan uji. Dengan pengujian dapat

    memaksimalkan penggunaan suatu bahan, serta kerusakan yang mengakibatkan

    kerugian di dalam bidang ekonomi dan teknologi bisa dihindari. Salah satu

    pengujian bahan yang sering dilakukan yaitu pengujian terhadap konsentrasi

    zat/unsur berbahaya yang terdapat pada limbah cair seperti logam, dan pengujian

    terhadap kualitas air sungai.

    Ada dua metode yang sering digunakan dalam menentukan konsentrasi

    unsur logam berbahaya yang terdapat pada limbah cair dan air sungai yaitu

    metode konvensional dan metode instrumental. Metode konvensional merupakan

    metode penentuan konsentrasi suatu unsur berdasarkan reaksi-reaksi kimia yang

    dapat terjadi pada unsur tersebut. Metode yang sering digunakan saat ini adalah

    metode instrumental, yaitu menentukan konsentrasi unsur menggunkan instrumen.

    Atomic Absorbtion Spechtrometry (AAS) atau biasa juga disebut

    spektrofotometer serapan atom adalah instrumen yang digunakan pada metode

    analisis untuk menentukan kadar logam pada suatu unsur atau senyawa

    berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi oleh atom bebas. AAS bekerja

    berdasarkan pada absorbsi cahaya oleh atom, atom-atom menyerap cahaya

    tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.

  • 3

    Berdasarkan latar belakang dan melihat banyaknya mahasiswa fisika

    sebagai generasi muda yang belum mengenal tentang instrumental pengujian

    bahan, maka diperlukan wawasan instrumenasi mengenai instrumen AAS (Atomic

    Absorbtion Spechtrometry). Hal ini bertujuan agar mahasiswa juga dapat terlibat

    dalam kegiatan yang berhubungan dengan mutu barang. Oleh karena itu, sebagai

    judul laporan praktek kerja lapangan ini adalah Hasil studi Instrumen Atomic

    Absorbtion Spechtrometry (AAS) di Baristand Industri Padang .

    B. Batasan Masalah

    Baristand Industri padang sebagai tempat pengujian bahan baku produk

    dan perekayasaan industri memiliki laboratorium instrumen yang khusus

    digunakan untuk pengujian mutu bahan. Pada laboratorium instrumen, terdapat

    beberapa instrumen diantaranya, AAS (Atomic Absorbtion Spechtrometry),

    Spechtrofotometry UV-VIS, HPLC (High Performance Liquid Chromatography),

    turbiditymetry, PH-metry, dan beberapa instrumen lainnya. Instrumen-instrumen

    ini secara keseluruhan berfungsi untuk menguji kandungan kimia pada suatu

    bahan. Untuk menambahkan pemahan akan fungsi tersebut maka diperlukan

    pengetahuan mengenai prinsip-prinsip kerja dari instrumen yang telah ada. Untuk

    studi kasus ini, penulisan dibatasi hanya pada analisis AAS (Atomic Absorbtion

    Spechtrometry). Pembahasan tentang AAS (Atomic Absorbtion Spechtrometry) ini

    dibatasi pada pokok-pokok pembahasan meliputi sensor, blok diagram, cara kerja

    dan data hasil pengamatan.

  • 4

    C. Tujuan Kerja PKL

    1. Tujuan Umum

    Tujuan umum dari kegiatan PKL adalah sebagai berikut:

    a. Memberikan gambaran kepada Mahasiswa mengenai dunia kerja yang

    nyata

    b. Untuk menambah wawasan dan melatih Mahasiswa agar dapat

    menyesuaikan diri dengan dunia kerja yang nyata

    c. Mengukur kemampuan mahasiswa melalui pemecahan terhadap

    masalah-masalah yang dihadapi selama melakukan praktek kerja

    lapangan

    d. Melatih mental dan tanggung jawab mahasiswa terhadap tugas yang

    diberikan

    2. Tujuan Khusus

    Tujuan khusus dari kegiatan PKL adalah sebagai berikut:

    a. Mengetahui sistem instrumen AAS meliputi prinsip kerja dari AAS,

    bagian-bagian AAS, blok diagram, serta data hasil pengamatan

    b. Menentukan besaran fisika yang dapat diukur dengan AAS

    c. Menentukan kualitas sampel yang diukur dengan AAS

    D. Manfaat PKL

    1. Manfaat Umum

    Manfaat umum dari pelaksanaan PKL adalah sebagi berikut:

    a. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan, pengalaman dan suasana kerja

    secara langsung sehingga terbentuk etos kerja yang baik sebagai dasar

    untuk menjadi pekerja professional nantinya.

  • 5

    b. Memperkenalkan dan mempromosikan disiplin keilmuan pada

    kalangan industri dan instansi-instansi lain khususnya jurusan Fisika

    FMIPA UNP.

    c. Media sarana bagi mahasiswa untuk menjajaki dan mempersiapkan

    topik tugas akhir.

    2. Manfaat Khusus

    Manfaat khusus dari kegiatan PKL adalah sebagai berikut:

    a. Mengetahui tentang sistem instrumen AAS (Atomic Absorbtion

    Spechtrometry).

    b. Mengetahui tentang penyusun sistem instrumen AAS (Atomic

    Absorbtion Spechtrometry .

  • 6

    BAB II

    LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

    A. Mekanisme Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

    Praktek kerja lapangan (PKL) dilakukan di Baristand Industri padang

    karena berhubungan dengan mata kuliah dibidang keahlian Fisika Elektronika dan

    Instrumenasi. Peserta PKL berada pada posisi sebagai mahasiswa yang belajar

    sambil praktek kerja lapangan. Peserta praktek kerja lapangan ditempatkan di

    laboratorium instrumen Baristand Industri Padang. Mekanisme PKL

    dikoordinasikan oleh Bapak Yudho Purnomo, S.T. PKL dilakukan pada hari senin

    samapai hari jumat pukul 08.00 sampai 15.00, kecuali pada hari jumat yaitu dari

    pukul 08.00 sampai pukul 15.30.

    Tahap awal pelaksanaan Praktek kerja lapangan, Mahasiswa diberi

    pengetahuan mengenai kondisi lingkungan kerja di laboratorium instrumen

    Baristand Industri Padang. Kemudian Mahasiswa diberi pengetahuan tentang

    instrumen-instrumen yang ada di laboratorium Baristand Industri Padang.

    Pengetahuan diberikan oleh Bapak Yudho Purnomo selaku supervisor yang

    membimbing selama proses praktek kerja lapangan. Pengetahuan yang diberikan

    meliputi nama instrumen, fungsi, cara menggunakan, parameter yang diperoleh,

    serta perangkat pendukung yang digunakan. Setelah itu mahasiswa memilih salah

    satu instrumen untuk dipelajari lebih lanjut sesuai dengan bidang kajiannya.

    Adapun untuk menambah pengetahuan mengenai instrumen yang ada,

    mahasiswa diberikan softcopy tentang user guide masing-masing instrumen yang

    ingin dipelajari lebih lanjut. Selain itu mahasiswa juga selalu dianjurkan untuk

  • 7

    membaca manual book instrumen yang ada di Baristand Indusri Padang. Beberapa

    Instrumen yang di laboratorium instrumen Baristand Industri padang di antaranya

    AAS (Atomic Absorbtion Spechtrometry), Spechtrofotometry UV-VIS, HPLC

    (High Performance Liquid Chromatography), turbiditymetry, PH-metry, dan

    beberapa instrumen lainnya.

    Setiap instrumen dikoordinasikan oleh masing-masing penanggung jawab

    yang selalu membimbing kami dalam mengoperasikan instrumen. Untuk kegiatan

    hariaanya mahasiswa wajib mengisi lembar jurnal kegiatan harian praktek kerja

    lapangan yang nantinya akan dilaporkan ke supervisor dan ditanda tangani oleh

    supervisor. Diakhir jadwal praktek kerja lapangan, mahasiswa menyerahkan

    laporan yang telah didiskusikan dan diperiksa oleh supervisor. Selain itu

    mahasiswa juga mendapatkan sertifikat sebagai tanda telah selesai melaksanakan

    praktek kerja lapangan di Baristand Industri Padang.

    B. Deskripsi Baristand Indsutri Padang

    1. Sejarah Singkat Baristand

    Dari tahun ke tahun, perkembangan dunia Industri di Sumatera Barat

    semakin meningkat. Untuk mendukung perkembangan ini maka diperlukan sarana

    yang dapat melakukan penelitian dan pengujian mutu hasil industri, sehingga

    diharapkan produk-produk mutu hasil industri dapat bersaing dengan layak di

    pasaran. Berdasarkan gagasan ini maka pada tahun 1980 diajukan suatu rencana

    pembangunan sarana Balai Industri Padang yang bertujuan untuk meneliti,

    menguji, dan mengembangkan produk-produk industri di Sumatera Barat.

  • 8

    Gagasan dan rencana pembangunan ini disetujui oleh Departemen

    Perindustrian melalui proyek Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi

    Industri pada Balai Penelitian Industri (BPPI) tahun anggaran 1981/1982 dan

    akhirnya diresmikan secara struktural sebagai unit teknis Departemen

    Perindustrian dan Perdagangan yang berada di daerah, berdasarkan keputusan

    Mentri No. 14/W/SK/2/1991 pada tanggal 19 Februari 1991.

    Balai penelitian dan pengembangan Industri padang merupakan salah satu

    dari tiga belas Balai Penelitian dan Pengembangan Industri dan Sembilan Balai

    Besar yang ada di Indonesia. Seiring dengan adanya perubahan struktur

    Departemen yang mengakibatkan perlunya penataan dan penyesuaian perangkat

    termasuk Balai Industri Padang. Maka berdasarkan SK Menteri Perindustrian dan

    Perdagangan No. 784/MPP/kep/11/2002 nama Balai serta tugas pokok dan

    fungsinya berubah menjadi Balai Riset dan Standardisasi Industri dan

    Perdagangan (Baristand Indag) Padang. Kemudian pada tahun 2006 seriring

    dengan pergantian pemerintahan dan terpisahnya Departemen Perindustrian

    dengan Departemen Perdagangan, maka berdasarkan peraturan Mentri

    Perindustrian (Baristand Indag) Padang berubah menjadi Balai Riset dan

    Standarisasi Industri (Baristand Industri ) Padang.

    Dalam melaksanakan tugasnya dan kegiatannya, Baristand Industri Padang

    diarahkan untuk memberikan jasa teknis pada masyarakat industri khususnya

    dibidang pengujian bahan baku produk dan perekayasaan industri serta

    mempertahankan pengembangan industri sesuai dengan potensi yang dimiliki.

  • 9

    2. Struktur Organisasi Serta Uraian Tugas

    a. Struktur Organisasi

    Berdasarkan peraturan Mentri perindustrian RI no. 49/M-IND/PER/6/2006

    tentang organisasi dan tata kerja Balai Riset dan Standarisasi Industri. Pada

    tanggal 29 Juni 2006, satuan Tenaga Kerja Balai Riset dan Standarisasi

    (Baristand) Industri padang dibentuk dan terdiri dari beberapa seksi. Seksi-seksi

    ini berada di bawah pengawasan tata usaha dan dikoordinir oleh kepala balai

    seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.

    Gambar 1. Struktur Organisasi Baristand Industri Padang

    Kepala balai bertugas untuk mengontrol sub bagian tata usaha. Sub bagian

    tata usaha berfungsi untuk mengatur urusan administrasi, kepegawaian, inventaris

    dan pengadaan perlengkapan yang dibutuhkan secara rutin, keuangan serta urusan

    rumah tangga Braistand Industri lainnya. Sub bagian tata usaha dibantu oleh

    empat seksi yang masing-masing memiliki tugas yang berbeda.

    Seksi pertama adalah seksi pengembangan usaha bertugas untuk

    penyebarluasan, pendayagunaan hasil riset dan alat-alat hasil riset dan

  • 10

    perekayasaan, promosi dan pemasaran untukmemperoleh relasi bisnis, serta

    pelayanan teknologi informasi. Kedua, seksi standarisasi dan sertifikasi bertugas

    sebagai perumusan dan penerapan standar, pengujian dan sertifikasi dalam bidang

    bahan baku, bahan penolong, proses, peralatan/mesin dan hasil produk. Ketiga,

    seksi teknologi penanggulangan pencemaran industri yang bertugas sebagai

    pengembangan teknologi penanggulangan pencemaran industri, selain itu juga

    melakukan pemantauan dan pengujian limbah cair, udara emisi, ambient dan

    lingkuangan kerja. Keempat yaitu seksi program dan pengembangan yang

    bertugas menyusun program dan pengembangan kompetensi dibidang riset.

    b. Sumber Daya Manusia

    Pada saat ini di Baristand Industri Padang memiliki Sumber Daya Manusia

    sebagai berikut:

    1) Berdasarkan tingkat pendidikan

    a) Pasca Sarjana : 9 orang

    b) Sarjana : 28 orang

    c) Diploma(D3) : 8 orang

    d) SLTA : 14 orang

    2) Berdasarkan jabatan fungsional

    a) Peneliti : 10 orang

    b) Penyuluh perindustrian : 5 orang

    c) Teknisi litkayasa : 2 orang

    d) Instruktur :3 orang

    e) Pengendali dampak lingkungan :1 orang

  • 11

    c. Tugas dan Fungsi Instansi

    1) Tugas

    Tugas Baristand Industri Padang adalah melaksanakan penelitian riset

    dan standarisasi serta sertifikasi di bidang Industri.

    2) Fungsi

    Fungsi Baristand Industri Padang adalah:

    a) Pemasaran, promosi, pelayanan, informasi penyebarluasan dan

    pendayagunaan hasil riset.

    b) Perumusan dan penetapan standar, pengujian dan sertifikasi dalam

    bidang bahan baku, bahan penolong, proses, peralatan/mesin dan

    produk.

    c) Pengembangan dan teknologi penanggulangan pencemaran

    industri.

    d) Penyusunan program dan pengembangan kompetensi dibidang jasa

    riset.

    e) Melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan dan tata persurata,

    perlengkapan, kearsipan, rumah tangga, koordinasi penyusunan

    bahan rencana dan program, penyiapan bahan evaluasi dan

    pelaporan Baristand Industri.

    3. Aktivitas Instansi

    a. Visi dan Misi

    Balai Riset dan Standarisasi Industri Padang merupakan intsansi

    pemerintahan di bawah departemen perindustrian. Dalam melaksanakan tugas dan

  • 12

    kegiatannya diarahkan untuk melayani masyarakat industri khususnya dibidang

    pengujian mutu bahan baku produk dan perekayasaan industri serta

    mempertahankan pengembangan industri sesuai dengan potensi yang dimiliki.

    Dalam pelaksanaan tugas dan kegiatannya, secara umum aktivitas instansi

    pemerintahan ini berdasarkan kepada visi dan misi. Adapun visi dan misi

    Baristand Industri padang adalah:

    1) Visi

    Menjadi Lembaga Riset, Standardisasi, Pengujian, dan Pengembangan

    Kompetensi Industri yang Terkemuka dan Profesional, terutama Bidang Industri

    Pangan pada Tahun 2020.

    2) Misi

    Untuk merealisasikan visinya Baristand Industri Padang merumuskan

    langkah-langkah sebagai berikut:

    a) Melakukan kegiatan riset, terutama dibidang industri pangan

    b) Melaksanakan dan meningkatkan kerjasama riset industri

    c) Meningkatkan penerapan hasil riset di dunia industri

    d) Meningkatkan kemampuan dan kompetensi bidang standardisasi

    e) Meningkatkan kemapuan dan kompetensi layanan pengujian

    f) Meningkatkan pelayanan pengembangan kompetensi dunia industri

    g) Meningkatkan sarana dan prasarana riset, standardisasi, pengujian, dan

    pelayanan pengembangan kompetensi

    h) Meningkatkan kualitas dan kompetensi Sumber Daya Manusia

    organisasi

    i) Meningkatkan kesejahteraan karyawan

  • 13

    b. Sarana dan Prasarana

    Baristand Industri Padang terletak pada daerah seluas 12.500 m2 yang

    digunakan untuk sarana kantor, laboratorium, perpustakaan, perbengkelan,

    mushala, ruang pertemuan, dan kantin.

    Adapun sarana Baristand Industri Padang terdiri dari:

    1) Sarana Laboratorium

    a) Laboratorium Bangunan dan Bahan Galian Nonlogam

    Ruang lingkup kegiatan meliputi pengujian mutu terhadap bahan

    galian nonlogam, pupuk, karbon aktif, dan lain-lain.

    b) Laboratorium Air dan Lingkungan

    Ruang lingkup kegiatan antara lain pengujian air limbah industri,

    udara, emisi dan penanggulangan pencemaran air sumur, laut, serta

    air minum dalam kemasan.

    c) Laboratorium Makanan dan Minuman

    Ruang lingkup kegiatan antara lain pengujian mutu terhadap produk

    makanan dan minuman, pengujian hasil pertanian, hasil hutan, dan

    lain-lain. Antaranya adalah kopi bubuk, minyak goreng, ternak,

    gambir, dan kulit manis.

    d) Laboratorium Proses

    Ruang lingkup kegiatan antara lain penelitian dan pengembangan

    teknologi proses, mulai dari bahan baku sampai produk khusus

    agroindusri dan bahan galian.

  • 14

    e) Laboratorium Mikrobiologi

    Ruang lingkup kegiatannya antara lan pengujian terhadapmikroba dari

    berbagai produk serta usaha pengembangan bioteknologi.

    f) Laboratorium Semen

    Dapat melakukan pengujian mutu bahan bangunan, produk semen

    denghan berbagai tipe, bahan tambang dan produk non pangan lainnya

    seperti Kapur, Tanah, Pasir, Pupuk, Tegel, Beton, dan lain sebagainya.

    g) Laboratorium instrumen

    Di laboratorium instrumentasi terdapat instrument-instrument

    pengukuran seperti AAS, Spektrofotometer UV-Vis, HPLC( Hight

    Performance Liquid Crhomatograph), GC, Mercury Analizer dan lain-

    lain. Setelah sampel disiapkan di laboratorium lingkungan untuk

    pengujian sampel dilakukan di laboratorium instrumen.

    2) Sarana Perpustakaan

    Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya unit perpustakaan dan informasi

    Baristand Industri Padang dilengkapi dengan koleksi buku-buku dalam Bahasa

    Indonesia dan Bahasa Inggris, laporan penelitian, Standar Nasional Indonesia

    (SNI), brosur-brosur, majalah, dan berbagai referensi lainnya.

    3) Ruang Staf dan Administrasi

    Ruang staf dan adminstrasi dilengkapi dengan perlengkapan yang

    menunjang proses kerja seperti komputer, internet faksimail, telepon dan beberapa

    peralatan manual lainnya.

  • 15

    4) Sarana Perbengkelan dan Instrumen

    Ruang lingkup kegiatan antara lain membuat alat-alat kantor dan prototype

    yang digunakan dalam industri dan dilengkapi dengan peralatan las, genset, bor,

    gerinda, dan juga terdapat beberapa peralatan lainnya yang disertai dengan tenaga

    ahli yang berpengalaman.

    5) Ruang Pertemuan

    Digunakan sebagai tempat pertemuan, rapat intern, pertemuan penyuluhan

    dan kegiatan lainnya dengan daya tamping sekitar 60 orang yang dilengkapi AC

    dan proyektor.

    c. Jasa Pelayanan Teknis yang Diberikan

    1) Jasa pelayanan dibidang penelitian dan pengembangan

    2) Jasa pengujian bahan dan produk

    3) Jasa teknis dan operasional

    4) Jasa konsultasi dan keteknikan

    5) Jasa rancang bangun dan perekayasaan

    6) Jasa standarisasi dan pengawasan mutu produk

    7) Jasa penanganan pencemaran

    C. Aktivitas Praktek Kerja Lapangan

    1. Ruang Lingkup Pelaksanaan PKL

    Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan di Baristand Industri

    Padang, tepatnya di bagian laboratorium instrumen. Penulis melakukan

    pengamatan terhadap instrumen-instrumen yang ada di laboratorium, kemudian

  • 16

    melakukan pengujian kadar logam terlarut yang terkandung pada sampel

    menggunakan instrumen AAS.

    2. Jadwal PKL

    Praktek kerja lapangan yang dilakukan di Baristand Industri Padang

    dimulai pada tanggal 1 Juli 2014 sampai dengan 1 Agustus 2014. Kegiatan

    praktek kerja lapangan disesuaikan dengan hari kerja, yaitu dari hari senin sampai

    hari jumat, pada pukul 08.00-15.00 WIB.

    D. Pelaksanaan PKL Serta Hambatan yang Dihadapi dan Penyelesaiannya.

    1. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan

    Praktek kerja lapangan yang dilakukan di Baristand Industri Padang

    disesuaikan dengan hari kerja di tempat tersebut, yaitu dari hari senin sampai hari

    jumat. Adapun rekap kegiatan praktek kerja lapangan yang dilakukan setiap

    minggunya adalah sebagai berikut:

    a. Minggu I

    1) Pengurusan administrasi, kemudian perkenalan dengan supervisor serta

    dilanjutkan dengan orientasi pengenalan kondisi lingkungan kerja di

    Baristand Industri Padang. Pengenalan lingkungan kerja ini berupa

    peraturan-peraturan yang ada dan berlaku di Baristand, serta

    pengenalan seputar instrumen-instrumen yang ada di laboratorium

    instrumen Baristand Industri Padang.

  • 17

    2) Pembagian tim praktek kerja lapangan.

    3) Pengenalan bentuk dan bagian-bagian AAS, bentuk fisik AAS dapat

    dilihat pada Gambar 2.

    Gambar 2. Bentuk Fisik AAS

    4) Pengujian kandungan logam cadmium (Cd), Mangan (Mn), dan seng

    (Zn) yang terdapat pada beberapa sampel air sungai menggunakan

    AAS

    Gambar 3a. Sampel Limbah Cair dan Air Sungai, 3b. PengujianKandungan

    Logam Pada Air Sungai Menggunakan AAS

    3a 3b

  • 18

    b. Minggu II

    1) Pengenalan bagiab-bagian HPLC, kemudian bergabung dengan

    penelitian yang dilakukan oleh Mr. Yoo Choon Choel tentang

    pembuatan katechin dari gambir.

    Gambar 4. Bentuk Fisik HPLC

    2) Persiapan untuk pengujian sampel katechin dengan HPLC, adapun

    persiapan yang dilakukan adalah:

    a) Ekstrak dan proses konsentrasi dichloromethane dengan campuran

    katechin

    Gambar 5. Proses Konsentrasi Menggunakan Evaporator

  • 19

    b) Pencampuran etil asetat, dichloromethane, serta H2O. kemudian

    dikocok dan ditunggu selama 30 menit kemudian dilakukan

    penyaringan terhadap sampel.

    Gambar 6. Penyaringan Katechin

    c) Pengkalibrasian HPLC sebelum digunakan. Kemudian berkunjung

    ke Akademi Teknologi Industri Padang (ATIP) bersama supervisor

    dan tim peneliti katechin dari gambir.

    c. Minggu III

    1) Penyaringan akhir katechin untuk dimasukkan kebotol sampel.

    2) Pengoperasian dan analisis HPLC katechin gambir.

    d. Minggu IV

    1) Mencari referensi untuk pembuatan laporan praktek kerja

    lapangan

    2) Bibmbingan tahap awal dengan supervisor.

    2. Kendala Saat Praktek Kerja Lapangan dan Solusinya

    Kendala yang dihadapi selama melaksanankan praktek kerja lapangan

    adalah mahasiswa tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan mengenai

  • 20

    instrumen secara spesifik. Misalnya komponen-komponen penyusun instrumen

    atau alat. Hal ini dikarenakan supervisor hanya memahami cara mengoperasikan

    dan merawat alat. Berkaitan dengan hal ini, maka supervisor memberikan manual

    book dari masing-masing alat, selain itu mahasiswa juga menambah mencari

    referensi di internet mengenai alat yang bersangkutan.

    Kendala lain yang dihadapi yaitu pada waktu minggu pertama

    melaksanakan praktek kerja lapangan yang dialami oleh mahasiswa yang

    tergabung pada tim instrumen AAS. AAS yang digunakan untuk pengujian

    sampelnya rusak. Untuk itu, sementara AAS sedang diperbaiki, maka supervisor

    mengijinkan mahasiswa bergabung dengan sebuah tim peneliti pembuatan

    katechin dari gambir.

  • 21

    BAB III

    HASIL STUDI SISTEM KERJA AAS

    A. Tinjauan Kondisi Nyata

    Baristand industri Padang memilliki beberapa laboratorium, salah satunya

    yaitu laboratorium instrumen. Laboratorium instrumen merupakan laboratorium

    yang berisi berbagai instrumen yang berfungsi sebagai tempat pengujian

    kandungan suatu zat pada suatu sampel. Sampel yang akan diuji biasanya

    dipersiapkan dahulu oleh laboran yang berada di laboratorium lingkungan, tetapi

    ada juga yang langsung dipersiapkan oleh laboran yang ada di laboratorium

    instrumen. Setelah sampel disiapkan, maka pengujian bisa dilakukan dengan

    instrumen yang telah ditentukan.

    Pada laboratorium instrumen, terdapat beberapa instrumen diantaranya,

    AAS (Atomic Absorbtion Spechtrometry), Spechtrofotometry UV-VIS, HPLC

    (High Performance Liquid Chromatography), turbiditymetry, Gas

    Chromatography, Mercury Analyzer, PH-metry, dan beberapa instrumen lainnya.

    Tetapi pada saat mahasiswa melakukan kegiatan PKL di Baristand Industri

    Padang, instrumen yang masih bekerja dengan baik dan yang sering digunakan

    adalah AAS, HPLC, dan Spechtrofotometry UV-VIS. Semua instrumen diletakkan

    di atas sebuah bandul yang ditata dengan rapi. Namun berbeda dengan AAS, AAS

    ini diletakkan terpisah dengan instrumen lainnya.

    AAS ditempatkan pada sebuah ruangan yang telah dilengkapi dengan

    cerobong asap yang menyalurkan gas sisa pembakaran ke udara luar. Selain itu

    komponen-komponen pendukung AAS seperti tabung gas, kondensor, dan

  • 22

    komputer juga diletakkan di dalam ruangan tersebut. Komputer digunakan sebagai

    media untuk melihat data keluaran dari AAS. Tata letak AAS pada laboratorium

    instrument dapat dilihat pada Gambar 7.

    Gambar 7. Tata Letak Instrumen AAS

    AAS yang ada di Baristand industri Padang yaitu AAS dengan tipe GBC

    932 AA. AAS ini sudah ada di Baristand Industri Padang semenjak tahun 1998.

    Dari tahun 1998 sampai tahun 2014, AAS ini telah digunakan untuk menguji

    berbagai macam bahan uji. Beberapa bahan uji yang sering diuji yaitu kadar

    logam berbahaya pada limbah cair, air sungai, dan juga untuk menguji kandungan

    logam pada air minum, baik itu untuk konsumsi rumah tangga maupun industri.

    B. Tinjauan Literatur

    1. Pengertian AAS

    Spektrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis

    kuantitafif dari unsur-unsur yang pemakainnya sangat luas di berbagai bidang

    karena prosedurnya selektif, spesifik, biaya analisisnya relatif murah,

    sensitivitasnya tinggi (ppm-ppb), waktu analisis sangat cepat dan mudah

    dilakukan. AAS pada umumnya digunakan untuk analisa unsur. Spektrofotometer

  • 23

    serapan atom juga dikenal sistem sinar tunggal dan sinar ganda. AAS dahulu

    dikenal dengan istilah fotometer nyala yang hanya dapat menganalisis unsur yang

    dapat memancarkan sinar terutama unsur golongan IA dan IIA. Umumnya lampu

    yang digunakan adalah lampu katoda cekung yang mana penggunaanya hanya

    untuk analisis satu unsur saja (Helny, 2014).

    Spektrometri serapan atom merupakan salah satu teknik yang digunakan

    oleh kimia analis untuk menentukan konsentrasi suatu unsur-unsur logam atau

    metalloid dalam suatu senyawa berdasarkan absorbsi cahaya oleh atom-atomnya

    yang berada pada keadaan dasar. Atom-atom tersebut akan menyerap cahaya pada

    panjang gelombang tertentu tergantung dengan unsurnya. Penyerapan tersebut

    mengakibatkan elektron dalam kulit atom akan tereksitasi ketingkat energi yang

    lebih tinggi. Keadaan ini mudah berubah, sehingga suatu saat elektron akan

    kembali lagi ke keadaan dasar kemudian akan mengeluarkan energi dalam bentuk

    radiasi (Rahmawati, 2013).

    2. Fungsi AAS

    Menurut (Helcio,2012) AAS berfungsi untuk menentukan suatu unsur-

    unsur logam atau metalloid dalam suatu senyawa. AAS biasa digunakan untuk

    penentuan kuantitatif dan kualitatif dari unsur-unsur suatu sampel. Sampel yang

    sering diuji menggunakan AAS meliputi larutan, air, air laut, campuran logam,

    obat-obatan, makanan, limbah industri, dan sampel biologis lainnya. Namun

    setiap sampel yang akan diuji harus berupa larutan jernih.

  • 24

    3. Bagian-Bagian AAS

    a. Sumber Sinar

    Pencahayaan atau sumber radiasi yang digunakan pada AAS adalah

    Hollow cathode lamp (HCL). HCL disebut juga dengan lampu katoda berongga.

    HCL memiliki masa pakai 1000 jam. Bentuk HCL dapat dilihat pada Gambar 8.

    Gambar 8. Lampu Katoda Berongga

    (Analytik Jena)

    Lampu katoda berongga terdiri dari sebuah anoda dan sebuah katoda

    berongga yang dilingkupi oleh sebuah tabung gelas yang berisi gas argon atau

    neon dengan tekanan antara 1 sampai 5 Nm-2

    . Katoda pada lampu ini lah yang

    mengandung unusr murni atau campuran unsur murni dari unsur yang akan diuji .

    Lampu katoda yang digunakan harus sesuai dengan unsur yang akan diuji. Lampu

    katoda ini terdiri atas 2 macam, yaitu lampu katoda monologam yang hanya bisa

    digunakan untuk satu unsur, dan lampu katoda multilogam yang bisa digunakan

    untuk beberapa unsur logam (Konrad, 2010).

  • 25

    Gambar 9. Skema lampu katoda berongga

    Pada Gambar 9, dapat dilihat bahwa di antara anoda dan katoda diberi

    beda potensial 300-400 V. Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses ionisasi

    atom gas pada anoda. Ion-ion positif bergerak menuju katoda, ketika ion positif

    tersebut mencapai katoda maka beberapa atom pada katoda akan terpental dan

    menguap. Atom ini menguap karena bertabrakan dengan energi tinggi, dan ketika

    kembali ke keadaan dasar, atom-atom tersebut memancarkan sinar dengan

    panjang gelombang yang khas untuk unsur katoda.

    b. Sistem Pengatoman

    Secara umum ada dua teknik pengatoman yang ada pada analisis AAS,

    yaitu sistem pengatoman dengan nyala api dan sistem pengatoman menggunakan

    dengan teknik elektrotermal.

    1) Atomisasi Menggunakan Nyala Api

    Atomisasi menggunakan nyala merupakan suatu teknik yang

    menggunakan nyala api untuk mendapatkan atom-atom netral. Menurut (Dewi :

    2010) ada dua bagian penting pada sistem pengatoman menggunakan nyala api,

    yaitu sistem pembakar dan sistem pengabut atau sering juga disebut sistem

    Burner-Nebulizer. Sebagai bahan bakar yang menghasilkan api merupakan

  • 26

    campuran dari gas pembakar dengan oksidan dan penggunaannya tergantung dari

    suhu nyala api yang dikehendaki.

    Menurut Priyanto (AAS:2009) pada umumnya AAS menggunakan sumber

    atomisasi nyala dan sampel yang digunakan berupa larutan. Sampel masuk ke

    nyala dalam bentuk aerosol yang dihasilkan oleh nebulizer yang dihubungkan ke

    nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray). Untuk menghasilkan nyala,

    diperlukan campuran oksidan dan bahan bakar berupa gas, serta cahaya.

    Secara umum AAS menggunakan dua sumber nyala, yang pertama yaitu

    asetilen, dimana oksidan dan asetilenlah yang menjadi bahan bakarnya. Yang

    kedua adalah nyala nitrous oxide-Acetylene, dimana nitrous oxide sebagai

    oksidan dan acetylene sebagai bahan bakarnya. Gas-gas yang menjadi bahan

    bakar tercampur dalam sebuah sistem burner yang disebut burner-premix. Seperti

    yang dapat dilihat pada Gambar 10.

    Gambar 10. Sistem Burner Premix

    (Atomic Absorbtion Spectroscopy)

    Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 10, bahan dimasukkan ke mixing

    chamber, sedangkan oksidan akan menuju ke nebulizer. Premix burner memiliki

    sebuah saluran untuk gas-gas yang berperan selama proses pembakaran, sehingga

  • 27

    menghasilkan api yang sangat stabil. Api yang stabil akan menghasilkan sedikit

    noise, karna noise yang berupa percikan api bisa mengakibatkan gangguan berupa

    kebakaran. (The Perkinelmer, 1996)

    2) Atomisasi Menggunakan Teknik Elektrotermal (Tungku)

    Teknik atomisasi elektron termal (ETA) dikembangkan 10 tahun setelah

    metode AAS dikembangkan. Pada tahun 1961 B.V. Lvov membuat sebuah

    sistem tabung pemanas karbon seperti yang terdapat pada Gambar 11. Sistem ini

    dibuat menggunakan tabung karbon yang dipanaskan oleh sebuah hambatan

    listrik. Tabung ini dilapisi oleh timah tantalum dan disterilkan dengan gas Argon.

    Setelah tabung mencapai suhu tinggi, sampel pada elektroda akan dimasukan ke

    bagian bawahnya. Atomisasi akan terjadi sehingga atom akan menyerap cahaya

    melalui tabung karbon. (The Perkinelmer, 1996)

    Gambar 11. Atomizer Suhu Tinggi yang Dirancang oleh B.V. Lvov

    (Atomic Absorbtion Spectroscopy)

    Pengatoman dengan tipe ini menggunakan granit yang dilapisi grafit

    pirolitik dan dipanaskan dengan tahanan listrik. Oleh sebab itu metode ini disebut

    juga dengan grafit atomizer, atau pemanasan dengan menggunakan tungku.

    Ilustrasi pemanasan dengan tungku dapat dilihat pada Gambar 12.

  • 28

    Gambar 12. Pemanasan dengan Tungku

    (Atomic Absorbtion Spectroscopy)

    Pada teknik ini atomisasi terdiri dari sebuah tabung grafit dengan diameter

    6 mm dan panjang sekitar 25-30 mm. untuk memanaskan tabung diperlukan

    kontak listrik, dan sebuah sistem pendinginan untuk menjaga agar tabung tidak

    terlalu panas. Selain itu juga diperlukan pembesih gas inert untuk mengeluarkan

    udara atau sisa pembakaran dari tungku. Gas inert diperlukan untuk mencegah

    grafit teroksidasi selama proses pemanasan.

    Menurut (Risa, 2010) ada tiga tahap yang harus dilalui pada atomisasi

    menggunakan elektrotermal atau tungku, yaitu:

    a) Tahap pengeringan/penguapan larutan

    b) Tahap penggabungan atau penghilangan senyawa organik

    c) Tahap atomisasi.

    Ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh apabila menggunakan

    metode elektrotermal atau tungku ini, yang pertama sampel yang digunakan lebih

  • 29

    sedikit diandingkan dengan teknik atomisasi nyala. Yang kedua tidak memerlukan

    gas pembakar, selain itu suhu yang ada di burner dapat dimonitor lebih peka.

    c. Sistem Optik Spektrofotometer

    1) Monokromator

    Monokromator berfungsi untuk mengisolasi salah satu garis resonansi

    atomik dari sekian banyak spektrum yang dipancarkan oleh lampu HCL.

    Monokromator terdiri dari celah masuk, alat pendispersi, dan celah keluar seperti

    yang terlihat pada Gambar 13. Celah masuk berguna untuk menentukan berkas

    cahaya (polikromatik) dari sumber, kemudian alat pendispersi yaitu berupa

    grating atau kisi yang menyebabkan panjang gelombang cahaya yang berbeda

    pada sumber didispersikan dengan sudut yang berbeda. Kemudian celah keluar

    yang akan memilih panjang gelombang tertentu untuk menghasilkan sinar

    monokromatik yang dibutuhkan. (The Perkinelmer, 1996)

    Gambar 13. Layout Monokromator Grafit

    (www.perkinelmer.com)

    Grating atau kisi adalah sebuah blok kaca dengan salah satu

    permukaannya dilapisi aluminium yang dapat memantulkan cahaya. Permukaan

    aluminium ini berbentuk seperti lekukan yang terdiri dari 500-3000 lekukan.

    Cahaya yang menabrak permukaan aluminium akan dipantulkan dengan sudut

    http://www.perkinelmer.com/

  • 30

    yang berbeda berdasarkan panjang gelombangnya. Dengan memutar posisi

    grating, panjang gelombang yang telah ditentukan akan difokuskan ke celah

    keluar melalui cermin kedua. (The Perkinelmer, 1996)

    2) Konfigurasi Sistem Optik Spektrometer

    Terdapat beberapa konfigurasi optik pada AAS, yaitu konfigurasi sinar

    tunggal, sinar ganda, dan sinar ganda semu. Pada AAS sampel diletakkan tepat di

    depan monokromator.

    a) Konfigurasi Sinar Tunggal

    Konfigurasi ini terdiri dari sebuah berkas radiasi cahaya yang keluar dari

    sumber, dan berjalan melalui berbagai komponen dan sampel hingga akhirnya

    mencapai detektor. Dengan kata lain, cahaya dari sumber radiasi hanya melintasi

    satu jalur saja, yaitu melintasi tungku pembakaran (Simulab, 2014). Hal ini sesuai

    dengan yang diilustrasikan oleh Gambar 14.

    Gambar 14. Konfigurasi Sinar Tunggal

    (Nationalvetcontent.edu)

    Absorbansi sampel ditentukan dengan mengukur intesitas cahaya tanpa

    sampel pada pembakaran dan membandingkannya dengan intesitas cahaya setelah

    melewati proses pengatomisasian.

  • 31

    b) Konfigurasi Sinar Ganda

    Instrumen dengan konfigurasi sinar ganda memiliki tambahan komponen

    dan kelengkapannya, sehingga memiliki harga yang lebih mahal dari pada

    instrumen yang memiliki konfigurasi sinar tunggal. Konfiguarsi sinar ganda

    terdapat pada Gambar 15.

    Gambar 15. Konfigurasi Sinar Ganda

    (nationalvetcontent.edu)

    Seperti yang terlihat pada Gambar 15, tembaga C akan meneruskan sampel

    beam langsung ke monokromator dengan frekuensi tinggi. Jumlah cahaya yang

    melewati sampel akan dibandingkan dengan cahaya yang melewati beam

    referensi. Dari sinilah diperoleh nilai adsorban yang akan ditampilkan di monitor.

    Konfigurasi sinar ganda memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan yang

    pertama yaitu pengoperasian yang lebih cepat dibandingkan dengan single beam,

    karena referensi beamnya sudah langsung tersedia pada instrumen, dan hanya

    sampel yang diganti. Keuntungan kedua adalah lebih stabil, karna dilengkapi

    dengan adanya pengendali penyimpangan intesitas cahaya. (Simulab, 2014)

  • 32

    d. Detektor

    Untuk mendeteksi level-level cahaya yang sangat rendah, dalam

    kebanyakan pemakaian diperlukan penguatan khusus bagi arus cahaya.

    Pemfotodarap atau alat menggandakan cahaya (photomultiplier), menggunakan

    emisi sekunder untuk memberikan penguatan arus diatas faktor 10 dan berarti

    menjadi sebuah detektor yang sangat bermanfaat bagi level cahaya yang rendah.

    Tipe detektor yang digunakan pada AAS adalah tabung photomultiplier (PMT)

    dengan prinsip kerja adalah emisi elektron setelah paparan radiasi. Bentuk fisik

    PMT dapat dilihat pada Gambar 16.

    Gambar 16. Tabung Photomultiplier

    (Photomultiplier tube Basics and Aplication)

    PMT adalah sebuah tabung elektronik yang mampu mengkonversi foton

    menjadi sinyal listrik, dan kemudian memperkuat sinyal tersebut. Photomultiplier

    terdiri dari sebuah tabung hampa yang kedap cahaya dengan photokatoda yang

    berfungsi sebagai masukan pada salah satu ujungnya dan terdapat beberapa

    dinode untuk menggandakan electron, sepetri yang dapat dilihat pada Gambar 17.

    Photokatoda yang ditempelkan pada bahan sintilator, akan memancarkan elektron

    bila dikenai cahaya dengan panjang gelombang yang sesuai. Elektron yang

    dihasilkannya akan diarahkan dengan perbedaan potensial menuju dinode

  • 33

    pertama. Dinode tersebut akan memancarkan beberapa elektron sekunder bila

    dikenai oleh elektron. (Hamatsu, 2006)

    Gambar 17. Cara Kerja PMT

    (Photomultiplier tube Basics and Aplication)

    Elektron-elektron sekunder yang dihasilkan dinode pertama akan menuju

    dinode kedua dan kemudian dilipatgandakan ke dinode ketiga dan seterusnya.

    Proses ini akan terus berlangsung hingga elektron yang terkumpul pada dinode

    terakhir berjumlah sangat banyak. Kemudian dengan sebuah kapasitor kumpulan

    elektron tersebut akan diubah menjadi pulsa listrik.

    Seperti yang ditunjukan oleh Gambar 18, mengoperasikan sensor PMT,

    dibutuhkan sumber tegangan yang tinggi dan stabil (1-2 KV), rangkaian pembagi

    tegangan untuk memberikan tegangan optimum untuk masing-masing dinoda,

    blok atau housing sebagai pelindung cahaya eksternal dan untuk melindungi

    sensor dari medan magnet ataupun medan listrik.

    Gambar 18. Dasar Pengoperasian sensor PMT

    (Photomultiplier tube Basics and Aplication)

  • 34

    Rangkaian pembagi tegangan digunakan untuk membagi tegangan pada

    masing-masing dinoda. selain itu juga digunakan untuk membuat kemiringan

    tegangan antara masing-masing dinoda. untuk memudahkan dalam pengoperasian,

    PMT memiliki beberapa soket, di antaranya seperti yang ada pada gambar 19.

    Gambar 19. Soket PMT

    (Photomultiplier tube Basics and Aplication)

    Soket pada Gambar 19 merupakan salah satu dari 4 soket yang ada dan

    banyak digunakan. Beberapa tipe soket untuk PMT yaitu soket yang dibangun

    dengan rangkaian pembagi tegangan (Gambar 18), soket yang dibangun dengan

    rangkaian pembagi tegangan dan sebuah amplifier, kemudian soket PMT yang

    dibangun dengan pembagi tegangan, amplifier, dan sebuah power suplly.

    Output pada PMT bisa diproses secara elektrik sabagai sumber arus yang

    konstan. Dan untuk menghubungkannya kepada rangkaian optimum, tergantung

    kepada pencahayaan dan frekuensi tertentu yang dibutuhkan. Gambar 20

    menunjukan tipe rangkaian pengukuran cahaya yang sering digunakan. Metode

    DC dan AC (metode analog ) adalah metode yang paling banyak digunakan, mulai

    dari tingkat pencahayaan yang tinggi hingga tingkat cahaya yang lemah. Pada

    tingkat cahaya yang paling rendah, metode penghitungan foton sangat efektif.

  • 35

    Pada metoda ini, cahaya diukur dengan menghitung masing masing foton yang

    menjadi satuan terkecil dari cahaya. (Hamatsu, 2006)

    Gambar 20. Metode Pengukuran Cahaya Menggunakan PMT

    (Photomultiplier tube Basics and Aplication)

    Metoda pengukuran DC ditunjukan oleh Gambar 20 a. dimana komponen

    pendeteksian DC pada output sensor PMT melalui blok amplifier dan sebuah filter

    lolos rendah. Metode ini sangat cocok untuk mendeteksi tingkat cahaya yang

    relatif tinggi yang telah digunakan secara luas. Pada pengukuran AC yang

    dilihatkan oleh Gambar 20 b, output sensor PMT dikeluarkan melalui kapasitor

    dan mengubahnya ke dalam sinyal digital dengan menggunakan ADC. Pada

    penghitungan foton yang diperlihatkan oleh Gambar 20 c, isyarat keluaran dari

    PMT akan diperkuat, dan isyarat dengan amplitudo tinggilah yang akan dihitung

    sebagai sinyal foton. (Hamatsu, 2006)

    e. Lain-lain

    Dalam pengoperasiannya, AAS memerlukan beberapa komponen

    pendukung, diantaranya yaitu:

    1) Personal komputer (PC) sebagai readout dengan satuan konsentrasi ppm

    2) Tabung gas, merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas asetilen

    pada AAS memiliki kisaran suhu 20.000K, dan ada juga tabung gas

  • 36

    yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran

    suhu 30.000K. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk

    pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di

    dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan

    pengatur tekanan yang berada di dalam tabung. (Ni Ketut Sari, 2010)

    3) Ducting, merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa

    pembakaran pada AAS. Ducting langsung dihubungkan pada cerobong

    asap bagian luar pada atap bangunan agar asap yang dihasilkan oleh AAS

    tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari

    pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar

    polusi yang dihasilkan tidak berbahaya.

    4) Kompresor, merupakan alat yang terpisah dengan main unit. Kompresor

    berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh

    AAS pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol

    pengatur tekanan. Tombol pertama terletak pada bagian kotak hitam yang

    merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar

    kecilnya udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur

    tekanan, sedangkan tombol yang kanan merupakan tombol pengaturan

    untuk mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke

    burner. Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat

    penyimpanan udara setelah usai penggunaan AAS. Alat ini berfungsi

    untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke kanan, merupakan

    posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi tertutup.

  • 37

    5) Read out merupakan sistem pencatatan hasil. Hasil pembacaan dapat

    berupa angka atau kurva dari suatu recorder yang menggambarkan

    absorbansi atau intensitas emisi.

    Secara singkat, komponen-komponen pendukung AAS terdiri dari 6

    komponen, yaitu dapat dilihat pada Tabel 1

    Tabel 1. Komponen Pendukung AAS

    No Gambar Komponen Nama komponen Fungsi

    1

    Tabung gas Sebagai sumber

    Gas untuk

    pembakaran

    2

    Ducting/cerobong

    asap

    Untuk

    menghisap sisa

    pembakaran

    pada AAS

    3

    Kompresor Untuk

    mensuplai

    kebutuhan

    udara yang

    akan digunakan

    oleh AAS, pada

    waktu

    pembakaran

    atom

  • 38

    4

    Penampung

    buangan

    Untuk

    menampung

    buangan hasil

    operasi AAS

    5

    Komputer unit pengrndali

    AAS sekagus

    sebagai

    perekam data-

    data hasil

    analisis

    6

    Hollow cathode

    lamp

    Sebagai sumber

    radiasi

  • 39

    4. Prinsip Kerja AAS

    AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom pada keadaan dasar.

    Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu yang

    menyebabkan electron tereksitasi keberbagai tingkat energi. Keadaan eksitasi ini

    tidak stabil dan kembali ke tingkat dasar dengan melepas seluruh atau sebahagian

    energi eksitasinya dalam bentuk radiasi. (Boby, 2009)

    Panjang gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama

    dengan panjang gelombang yang diabsorpsi oleh atom dalam nyala. Hukum

    absorpsi sinar (Lambert-Beer) yang menyatakan bahwa absorbansi sebanding

    dengan konsentrasi analitik suatu sampel. Hokum ini juga berlaku pada

    spektrofotometer absorpsi sinar ultra violet, sinar tampak maupun infra merah,

    juga berlaku pada Spektrometri Serapan Atom (SSA). (Risa, 2010)

    Gambar 21. Blok Diagram Prinsip Kerja AAS

    (oscartigasembilan03.blogspot.com)

    AAS bekerja dengan cara mengukur panjang gelombang yang dipancarkan

    oleh atom. Agar dapat memancarkan energi, maka atom harus dalam keadaan

  • 40

    tereksitasi. Pengubahan tingkat atom dari tingkat standar menjadi tingkat eksitasi

    dilakukan dengan cara memberikan energi pada atom. Energi yang di serap atom

    membuat elektron yang berada pada kulit bagian dalam terlepas, lepasnya elektron

    pada kulit bagian dalam akan menyebakan elektron yang berada di luar

    menempati posisi kosong di kulit bagian dalam, sehingga atom akan

    memancarkan energi dengan panjang gelombang yang sesuai dengan

    karakteristiknya. Setiap atom dari setiap unsur memiliki panjang gelombang yang

    berbeda-beda sesuai dengan karakteristiknya.

    Gambar 21 Merupakan blok diagram dan prinsip kerja dari AAS. Proses

    pertama yaitu penyinaran yang dilakukan oleh HCL sebagai sumber radiasi,

    kemudian pada proses pengatomisasian digunakan tungku pembakaran dengan

    bahan bakar gas asetilen dan sampel itu sendiri yang nantinya akan dicampurkan

    di dalam ruang pencampur. Setelah pengatomisasian selesai, maka atom-atom

    tersebut akan menyerap cahaya dengan panjang gelombang tertentu dari sumber

    radiasi, kemudian atom akan tereksitasi dan akan memancarkan panjang

    gelombang tertentu, panjang gelombang ini akan diteruskan ke monokromator

    melalui sebuah celah. Monokromator berperan memilih panjang gelombang

    tertentu, hingga hanya satu saja panjang gelombang cahaya yang akan mencapai

    detektor. Kemudian detektor akan mengubah foton tersebut menjadi sinyal listrik

    hingga mampu terbaca oleh PC sebagai output dalam satuan konsentrasi ppm.

  • 41

    5. Cara Pengoperasian AAS

    a. Menbuka/mengaktifkan saluran gas, kemudian kompresor, ducting, dan

    kemudian komputer sacara berurutan.

    b. Menyalakan tombol on/off pada AAS

    c. Memasang lampu HCL yang sesuai dengan unsur yang diinginkan

    d. Membuka program pengoperasian AAS, seperti pada gambar 21.

    Gambar 22. Software GBC Avanta Ver. 1.33

    Kemudian klik kanan pada bagian atas logo GBC, maka akan muncul

    beberapa jendela, yaitu deskripsi, instrumen, pengukuran, kalibrasi,

    standar, kualitas, dan nyala.

    Gambar 23. Tampilan Jendela GBC

  • 42

    e. Pada jendela deskripsi, pilih unsur yang ingin diuji

    Gambar 24. Pemilihan Unsur yang Akan Diuji

    f. Pada jendela instrumen, masukan panjang gelombang yang telah

    ditentukan

    Gambar 25. Jendela Pengaturan Panjang Gelombang Pada Instrumen

    g. Pada jendela pengukuran, pilih model pengukurannya sebagai model

    integrasi, kemudian masukan waktu pengukuran, serta banyaknya

    pengulangan.

  • 43

    Gambar 26. Tampilan Jendela Pengukuran

    h. Pada jendela kalibrasi, pilih jenis kalibrasi linear last square, serta pilih

    satuan yang diinginkan

    Gambar 27. Jendela Kalibrasi

    i. Pada jendela standar, pilih jumlah larutan standar yang diinginkan,

    kemudian masukan konsentrasi masing-masing larutan standar.

  • 44

    Gambar 28. Tampilan Jendela Standard

    j. Setelah itu ambil pilihan sampel, dan masukan jumlah sampel yang

    diinginkan, kemudian simpan semua data pengaturan yang telah diatur,

    lalu ambil jendela hasil.

    k. Pada jendela hasil, klik start, maka proses pengujian sampel akan dimulai

    dengan pangujian larutan standar sebagai sampel, lalu larutan blanko,

    baru kemudian sampel yang akan diuji. Hal ini sesuai dengan gambar 29.

    Gambar 29. Tampilan Hasil Output Pada Jendela Result

  • 45

    6. Kelebihan dan Kekuranga AAS

    Keuntungan metode AAS dibandingkan dengan spektrofotometer biasa

    yaitu spesifik, batas deteksi yang rendah dari larutan yang sama bisa mengukur

    unsur-unsur yang berlainan, pengukurannya langsung terhadap contoh, output

    dapat langsung dibaca, cukup ekonomis, dapat diaplikasikan pada banyak jenis

    unsur, batas kadar penentuan luas (dari ppm sampai %). Disisi lain kelemahannya

    yaitu pengaruh kimia dimana AAS tidak mampu menguraikan zat menjadi atom.

    Kelemahan lainnya yaitu pengaruh ionisasi yang terjadi apabila atom tereksitasi

    (tidak hanya disosiasi) sehingga menimbulkan emisi pada panjang gelombang

    yang sama, serta pengaruh matriks misalnya pelarut.

    C. Hasil Dan Pembahasan

    1. Hasil Pengukuran Dengan AAS

    a. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Seri Larutan Standar Mn

    Pengujian yang pertama kali dilakukan adalah pengujian terhadap

    kandungan logam Mn yang terdapat pada 20 sampel air sungai. Pengujian ini

    dilakukan menggunakan AAS. Pengujian terhadap sampel akan dilakukan apabila

    kurva kalibrasi absorbansi telah didapatkan. Kurva kalibrasi absorbansi dapat

    diperoleh dengan cara melakukan pengujian terhadap larutan standar Mn yang

    konsentrasinya telah ditentukan. Larutan standar Mn yang akan diuji terdiri atas

    lima konsentrasi yang berbeda. Absorbansi terhadap konsentrasi larutan standar

    Mn dapat dilihat pada tabel 2.

  • 46

    Tabel 2. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Mn

    Label

    sampel Konsentrasi A1 A2 A3

    Blanko 0 -0.0034 0.0041 -0.0018 -0.0004

    Standar 1 0.20000 0.0401 0.0389 0.0375 0.0388

    Standar 2 0.40000 0.0759 0.0731 0.0696 0.0729

    Standar 3 0.60000 0.1109 0.1125 0.1060 0.1098

    Standar 4 0.80000 0.1500 0.1445 0.1494 0.1480

    Standar 5 1.00000 0.1875 0.1883 0.1789 0.1849

    Tabel 2 merupakan data hasil pengukuran absorbansi kandungan logam

    terhadap konsenrasi larutan standar Mn. Pada pengukuran ini aborbansi (A)

    diambil sebanyak tiga kali kemudian baru dirata-ratakan, hal ini bertujuan agar

    data yang didapatkan lebih akurat. Pengukuran terhadap larutan standar ini sangat

    perlu dilakukan untuk melihat kalibrasi dari AAS yang kita gunakan.

    Kalibrasi terhadap larutan standar Mn didapatkan dengan memplot nilai

    antara absorbansi dengan konsentrasi larutan. AAS dikatakan terkalibrasi apabila

    kurva kalibrasi menunjukan kelinieran antara absorbsi dan konsentrasi larutan.

    Kurva kalibrasi larutan standar Mn dapat dilihat pada Gambar 30.

    Gambar 30. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Mn Menggunakan AAS

    y = 0.184x + 0.000R = 0.999

    -0.05

    0

    0.05

    0.1

    0.15

    0.2

    0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

    Absorban

    si

    konsentrasi

  • 47

    Pada Gambar 30 dapat dilihat bahwa hasil plot antara absorbansi dan

    konsentrasi menujukan kurva yang linier. Hal ini juga sesuai dengan persamaan

    yang terdapat pada kurva tersebut. Persamaan pada yang terdapat pada Gambar 30

    disebut dengan persamaan garis regresi.

    Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan

    metoda least square. Untuk memudahkan perhitungan dengan metoda least

    square diperlukan perhitungan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3. Hal ini

    bertujuan untuk mendapatkan rata-rata konsentrasi dan rata-rata absorbansi.

    Tabel 3. Data Hasil Penurunan Garis Regresi Mn dengan Metoda Least Square.

    No

    (mg/l)

    (A) ( )

    2 ( )2

    ( )

    ( )

    1 0 -0.0004 -0.5 0.25 -0.0927 0.0086 0.0464

    2 0.2000 0.0388 -0.3 0.09 -0.0535 0.0029 0.0161

    3 0.4000 0.0729 -0.1 0.01 -0.0194 0.0004 0.0019

    4 0.6000 0.1098 0.1 0.01 0.0175 0.0003 0.0018

    5 0.8000 0.1480 0.3 0.09 0.0557 0.0031 0.0167

    6 1.0000 0.1849 0.5 0.25 0.0926 0.0086 0.0463

    3.0000 0.5540 0.0000 0.7000 0.0002 0.0238 0.1292

    Keterangan:

    X = konsentrasi larutan

    Y = absorbansi

    Harga X rata-rata adalah

    =

    6=

    3

    6= 0.5

    Harga Y rata-rata adalah

    =

    6=

    0.554

    6= 0.0923

  • 48

    Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari

    persamaan garis:

    = + (1)

    Dimana a adalah kemiringan dan b adalah perpotongan pada sumbu x.

    Selanjutnya harga kemiringan dapat ditentukan dengan menggunakan metode

    Least Square sebagai berikut:

    = () ( )

    ( )2

    (2)

    =0.1292

    0.7000= 0.1845

    Harga kemiringan a adalah 0.1845, selanjutnya yaitu menentukan harga

    intersep b yang bisa diperoleh dengan mensubstitusi haraga kemiringan a

    kepersamaan (1).

    = = 0.0923 0.1845 0.5

    = 0.0923 0.09225 = 0.00005

    Persamaan regresi yang diperoleh adalah

    = 0.1845X + 0.00005

    Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa nilai kemiringan

    adalah 0.1845. Nilai kemiringan ini menggambarkan perubahan nilai absorbansi

    sebagai akibat dari perubahan konsentrasi. Dengan kata lain, absorbansi akan

    semakin bertambah seiring dengan konsentrasi larutan.

  • 49

    b. Data hasil pengukuran kandungan logam Mn dalam air sungai

    Apabila kurva kelinieran kalibrasi pada Gambar 29 telah didapatkan, maka

    langkah selanjutnya yaitu melakukan pengukuran terhadap masing-masing

    sampel. Ada 20 sampel air sungai yang diuji pada pengukuran ini. Pengukuran

    dilakukan 2 sampai 3 kali terhadap masing-masing sampel. Beberapa data hasil

    pengkuran terhadap sampel air sungai dapat dilihat pada Tabel 4.

    Tabel 4. Data Hasil Pengukuran Kadar Mn Pada Sampel Air Sungai

    Label

    sampel Konsentrasi A1 A2 A3

    1314 0.00432 -0.0014 0.0008 0.0051 0.0015

    1377 0.03945 0.0085 0.0060 0.0093 0.0079

    1378 0.04193 0.0111 0.0106 0.0034 0.0084

    1380 0.07291 0.0128 0.0146 0.0148 0.0141

    1379 0.13228 0.0288 0.0286 0.0235 0.0270

    Tabel 4 adalah data hasil pengukuran kosentrasi dan absorbansi rata-rata

    dari beberapa sampel air sungai. Data yang dimuat dalam tabel 4 merupakan data

    pada pengukuran kedua. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa semakin

    tinggi kandungan Mn pada suatu sampel, maka absorbansi terhadap larutan juga

    akan semakin tinggi.

    Berdasarkan nilai absorbansi dan konsentrasi larutan Mn yang terdapat

    pada tabel 2 maka langkah selanjutnya adalah mendapatkan kurva kalibrasi.

    Kurva kalibrasi didapatkan dengan memplot nilai-nilai tersebut sehingga

    didapatkan suatu garis yang linier. Hal ini sesuai dengan kurva yang ditunjukan

    pada Gambar 31.

  • 50

    Gambar 31. Kurva Hubungan Absorban dengan Konsentrasi Mn dalam Air

    Sungai

    Gambar 31 merupakan kurva hubungan absorban dengan konsentrasi Mn

    dalam air sungai. Pada kurva dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi Mn

    dalam sampel maka absorbannya juga semakin besar. Pada grafik juga terdapat

    persamaan regresi yang juga bisa diperoleh melalui Persamaan (1) dan (2). Dari

    persamaan dapat dilihat bahwa kemiringan pada grafik adalah 0.199x dengan

    perpotongan garis adalah 0.000. kelinieran garisnya dapat ditulis menjadi

    = 0.199 + 0.000

    Selain itu nilai R2 yang menunjukan angka 0.997 berarti keakuratan dalam

    menentukan konsentrasi adalah 99,7%.

    c. Data Hasil Pengukuran Kandungan Logam Zn dalam Air Sungai

    Pengujian terhadap Zn ini dilakukan pada panjang gelombang 213,90 nm.

    Pengujian kandungan Zn dalam 32 sampel air sungai ini dilakukan pada tanggal 3

    Juli 2014. Sebelum melakukan pengujian terhadap sampel, terlebih dahulu kita

    y = 0.199x + 0.000R = 0.997

    0

    0.005

    0.01

    0.015

    0.02

    0.025

    0.03

    0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14

    ABS

    konsentrasi

  • 51

    harus melakukan pengujian dahulu terhadap larutan standar Zn seperti halnya

    pengujian terhadap larutan standar Mn. Apabila kurva kalibrasi linier larutan

    standar Zn telah diperoleh, barulah pengujian terhadap sampel dilakukan.

    Beberapa data pengukuran terhadap sampel air sungai dapat dilihat pada tabel 5.

    Tabel 5. Data Hasil Pengukuran Kadar Zn dalam Sampel Air Sungai

    Label

    sampel Konsentrasi A1 A2 A3

    1342 0.28841 0.1143 0.1118 0.1087 0.1116

    1343 0.24689 0.0967 0.0993 0.0975 0.0978

    1363 -0.03336 0.0062 0.0049 0.0034 0.0048

    1364 -0.04085 0.0051 0.0007 0.0011 0.0023

    1365 -0.03742 0.0038 0.0025 0.0041 0.0035

    Tabel 5 adalah data hasil pengukuran kosentrasi dan absorbansi rata-rata

    dari sampel dimana data sebenarnya untuk 1 sampel di ambil pengukuran

    berulang sebanyak 2 sampai 3 kali, data yang terdapat pada tabel 5 ini adalah data

    pada pengukuran kedua. Tanda minus pada kolom konsentrsi berarti bahwa pada

    sampel tersebut tidak terdapat kandungan Zn, hal ini juga ditunjukan dengan nilai

    absorban yang sangat kecil.

    Kurva kalibrasi pada larutan Zn juga didapatkan dengan memplot masing-

    masing nilai absorbansi terhadap konsentrasi larutan. Hal ini bertujuan untuk

    mendapatkan kurva kalibrasi yang menunjukan garis yang linier. Hubungan

    konsentrasi dengan absorban terhadap larutan Zn dapat dilihat pada Gambar 32.

  • 52

    Gambar 32. Kurva Hubungan Absorban dengan Konsentrasi Zn dalam Air Sungai

    Gambar 32 merupakan kurva hubungan aperbsorban dengan konsentrasi

    Zn dalam air sungai. Pada gambar dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi

    Zn dalam sampel maka absorbannya juga semakin besar. Pada grafik juga terdapat

    persamaan regresi yang juga bisa diperoleh melalui Persamaan (1) dan (2). Dari

    persamaan dapat dilihat bahwa kemiringan pada grafik adalah 0.331 dengan

    perpotongan garis 0.015. selain itu, pada Gambar 31 juga dapat diketahui bahwa

    keakuratannya dalam menentukan konsentrasi adalah 100%.

    2. Pembahasan

    Penentuan kadar Mn dan Zn dalam beberapa sampel air sungai dilakukan

    dengan AAS. Hal ini sesuai dengan kegunaan AAS yaitu untuk menentukan kadar

    logam pada suatu sampel. Pengukuran terhadap sampel dapat dilakukan apabila

    kurva kalibrasi menunjukan suatu persamaan garis yang linier yaitu

    = +

    Kalibrasi ini biasanya dilakukan dengan larutan standar masing-masing logam

    dengan kadar yang telah ditentukan. Sedangkan unuk mendapatkan persamaan

    garis dihitung menggunakan dengan metoda Least Square.

    y = 0.331x + 0.015R = 1

    -0.02

    0

    0.02

    0.04

    0.06

    0.08

    0.1

    0.12

    -0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4

    ABS

    konsentrasi

  • 53

    Berdasarkan data pada tabel 4, kandungan Mn berkisar antara 0.00432-

    0.1328. Konsentrasi Mn tertinggi dimiliki oleh sambel dengan label 1379 yaitu

    0.1328. Hal ini menunjukan bahwa air yang terkandung pada sungai dengan label

    1379 tidak layak digunakan sebagai air minum, karena standara baku mutu air

    minum untuk Mn adalah

  • 54

    BAB IV

    PENUTUP

    A. KESIMPULAN

    Berdasarkan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan:

    1. Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada

    metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang

    berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi oleh atom bebas.

    2. AAS berfungsi untuk penentuan kuantitatif dan kualitatif dari unsur-unsur

    suatu sampel. Sampel yang sering diuji menggunakan AAS meliputi larutan,

    air, air laut, campuran logam, obat-obatan, makanan, limbah industri, dan

    sampel biologis lainnya.

    3. Sistem instrument yang terdapat pada AAS yaitu sumber radiasi,

    monokromator, detektor, amplifier, dan sebuah komputer sebagai readout.

    4. AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom pada keadaan dasar. Atom-

    atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu yang

    menyebabkan electron tereksitasi keberbagai tingkat energi. Keadaan eksitasi

    ini tidak stabil dan kembali ke tingkat dasar dengan melepas seluruh atau

    sebahagian energi eksitasinya dalam bentuk radiasi

    5. Pada pengujian terhadap kandungan Mn, air pada sungai dengan label 1379

    tidak layak digunakan sebagai air minum. Sedangakan pada pengujian Zn

    yang tidak layak digunakan sebagai air minum adalah air pada sungai dengan

    1342 dan 1343.

  • 55

    B. SARAN

    Dari hasil praktek kerja lapangan dan pengamatan mengenai sistem kerja

    AAS, penulis menyarankan beberapa hal sebagai beikut

    1. Keakuratan dalam pembuatan larutan standar untuk pengujian AAS lebih

    ditingkatkan lagi

    2. Harus lebih berhati-hati dalam penggantian lampu HCL agar lebih tahan

    lama.

  • 56

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2012. Sharing Untuk Anak Bangsa, spektrofotometri serapan atom.

    http://sharinguntukanakbangsa.blogspot.com/2012/04/spektrofotometr

    i-serapan-atom.html

    Boby Cahyadi. 2009. Studi Tentang Kesensitifan Spektrofotometer Serapan

    Atom (SSA) Teknik Vapour Hydride Generation Accessories

    (VHGA) Dibandingkan dengan SSA Nyala Pada Analisa unsure

    Arsen (As) yang terdapat pada Air Minum. Universitas Sumatera

    Utara.

    Dewi Ramandhanni. 2010. Spektrometri Serapan Atom (SSA). Yogyakarta

    Hamatsu Photonic. 2006. Photomultiplier tube Basics and Aplication third

    edition. Hamatsu Photonic KK : Japanese

    Helny Lydarisbo. 2014. Praktikum Kimia Instrumen. Makssar

    Konrad-Zuse-Strae. 2006. Fundamentals Instrumentation and Techniques of

    Atomic Absorption Spectrometry. Analytic Jena: Germany

    Ni Ketut Sari. 2010. Analisa Instrumentasi. Yayasan Humaniora : Jawa Tengah.

    Oscar . 2010. Atomic Absorption Spectrometry.

    http://oscartigasembilan03.blogspot.com/2010_12_01_archive.html

    Rahmawati Pandia. 2013. Pengoperasian Instrumen Spektrofotometer Absorbsi

    Atom (Aas) Dan Uv-Vis. Universitas Haluoleo.

    Risa nurkomarasari, dkk. 2010. Laporan Praktikum Kimia Instrumen.

    Universitas Pendidikan Indonesia.

    Rodrigo, dkk. 2012. State-of-the-Art and Trends in Atomic Absorption

    Spectrometry. Universidade Federal de So Carlos.Brazil

    Simulab, testing laboratory. 2014. Study notes.

    https://nationalvetcontent.edu.au/alfresco/d/d/workspace/SpacesStore/1b

    dfdbc3-2875-4457-b872-

    40aa14d6b193/508/Laboratory/StudyNotes/index.htm

    The PerkinElmer Inc. 1996. Analytical Methods For Atomic Absorbtion

    Spectroscopy. United state of America.

    http://sharinguntukanakbangsa.blogspot.com/2012/04/spektrofotometri-serapan-atom.htmlhttp://sharinguntukanakbangsa.blogspot.com/2012/04/spektrofotometri-serapan-atom.htmlhttps://nationalvetcontent.edu.au/alfresco/d/d/workspace/SpacesStore/1bdfdbc3-2875-4457-b872-40aa14d6b193/508/Laboratory/StudyNotes/index.htmhttps://nationalvetcontent.edu.au/alfresco/d/d/workspace/SpacesStore/1bdfdbc3-2875-4457-b872-40aa14d6b193/508/Laboratory/StudyNotes/index.htmhttps://nationalvetcontent.edu.au/alfresco/d/d/workspace/SpacesStore/1bdfdbc3-2875-4457-b872-40aa14d6b193/508/Laboratory/StudyNotes/index.htm