Laporan PKL

24
LAPORAN AKHIR INDIVIDU DOMINANSI JENIS MANGROVE YANG HIDUP DI SALURAN IRIGASI TAMBAK WARGA DESA MATTOMBONG KEC.MATTIROSOMPE KAB.PINRANG MUSRIADI L 111 08 254 ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

description

berisikan mengenai laporan Praktek Kerja Lapang

Transcript of Laporan PKL

LAPORAN AKHIR INDIVIDU

DOMINANSI JENIS MANGROVE YANG HIDUP DI SALURAN IRIGASI TAMBAK WARGA DESA MATTOMBONG KEC.MATTIROSOMPE KAB.PINRANG

MUSRIADIL 111 08 254

ILMU KELAUTANUNIVERSITAS HASANUDDINKULIAH KERJA NYATA PROFESI (KKNP)FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN2012I PENDAHULUANA. Latar belakangHutan mangrove merupakan tipe vegetasi yang khas terdapat di daerah pantai tropis.Vegetasi mangrove umumnya tumbuh subur di daerah pantai yang landai di dekat muara sungai dan pantai yang terlindung dari kekuatan gelombang.Karakteristik habitat yang menonjol di daerah hutan mangrove diantaranya adalah jenis tanah berlumpur, berlempung atau berpasir, lahan tergenang air laut secara periodik, menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat seperti dari sungai, mata air dan air tanah, airnya payau dengan salinitas 2-22 ppt atau asin dengan salinitas sekitar 38 ppt (Nirarita et al, 1996). Adanya factor lingkungan tersebut menyebabkan habitat mangrove bersifat spesifik yang hanya dapat ditempati oleh jenis tumbuhan dan fauna tertentu yang telah teradaptasi dengan lingkungan setempat.Hutan mangrove mempunyai fungsi fisik dan fungs ekologi yang penting bagi kelestarian ekosistem di daerah pesisir.Secara fisik, hutan mangrove berfungsi sebagai pelindung pantai dar ipengaruh gelombang laut. Secara ekologi, hutan mangrove berfungsi sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah pemijahan (spawning ground), dan tempat mencarimakan (feeding ground) bagi beranekaragam biota perairan seperti ikan, udang, dan kepiting.Pengetahuan masyarakat tentang peranan hutan mangrove baik secara ekologi maupun ekonomi masih sangat terbatas, hal ini ditunjukkan dengan semakin menurunnya luas dan komunitas hutan mangrove yang disebabkan aktifitas masyarakat dengan mengeksploitasi hutan untuk dijadikan lahan pertambakan serta pemanfaatan pohon dar ijenis mangrove sebagai bahan bakar atau perabot rumah tangga, sehingga menyebabkan semakin menurunnya fungs hutan mangrove.Secara zonasi umumnya di perbatasan daerah laut di dominansi oleh bakau pionir seperti Avicennia spp dan Sonneratia spp. Dipinggiran atau muara sungai, Rhizophora spp yang menempati. Dibelakang zona ini merupakan zona campuran jenis bakau seperti Rhizophora spp; Sonneratia., Bruguiera spp., dan jenis pohon yang berasosiasi dengan bakau seperti tingi (Ceriops sp) dan panggang Excoecaria sp. Disepanjang sungai di bagian muara biasanya di jumpai pohon Nypah sp ( Murdiyanto, 2001).Studi dominansi mangrove merupakan hal terpenting dalam mengetahui jenis jenis mangrove yang hidup mendominasi daerah tersebut. Dengan mengetahui dominansi jenis yang berada di daerah tersebut maka dapat di pergunakan sebagai bahan informasi dalam pengelolaan kawasan hutan mangrove secara bijak.B. Tujuan dan kegunaanAdapun tujuan dari praktek kerja mandiri ini yakni:1. Tujuan Akademik adalah salah satu persyaratan untuk menyelasaikan studi pada Jurusan ilmu Kelautan, Fakultas ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.2. Tujuan keilmuan yakni untuk mengetahui jenis-jenis mangrove yang mendominasi yang hidup di saluran irigasi tambak warga yang ada di desa mattombong kecamatan mattirosompe kabupaten pinrang.Sedangkan kegunaan dari praktek lapang ini yaitu agar dapat memberikan informasi tentang jenis-jenis mangrove yang mendominasi yang hidup di sekitar saluran irigasi tambak warga desa mattombong, sehingga dapat dijadikan sebagai data pembanding baik dalam penelitian berikutnya maupun dalam pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan.C. Ruang LingkupRuang lingkup dari kegiatan praktek kerja mandiri/ individu ini adalah mencakup pendataan jenis mangrove dan pengukuran diameter batang.

II ANALISA SITUASI

A. Sejarah singkat lokasiKecamatan mattirompe merupakan kecamatan yang berada dalam pemerintahan kabupaten pinrang. Di mana kecamatan tersebut memiliki 7 desa dan 2 kelurahan, umumnya kecamatan mattirosompe merupakan daerah pesisir,dimana sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan bagang,petani tambak,sawah dan pedagang. Desa Mattombong pada mulanya ber nama Desa Massaussaurang yang terdiri atas Wilayah Dusun Patobong, Samaenre, Massulowalie, Barangpalie pada kurun waktu 1950-1979 dibawa kepemimpinan Matoa Puang Mattoangin (1950-1964), kemudian berganti kepemimpinan Menjadi Kepala Desa Massaussaurang kepada Faisal Sanre (1964-1979). Desa Massausaurang selanjutnya berubah nama menjadi Desa Mattombong pertama kali dipimpin oleh A. Sappewali (1979-1985) yang wilayahnya terdiri dari Dusun Cappakala, Katteong, Patobong, Beru, Lisse, Cengkong, Makoring, Tosulo, Sekkang, Kampung Coka dan Barang Palie.Pada Tahun 1985-1988 kepemimpinan berganti kepada Muchktar Jalle dimana sebagian wilayah desa Mattombong dimekarkan yaitu Tosulo dan Sekkang menjadi desa Massulowalie, Kampung Coka dan Barangpalie berubah menjadi desa Barangpalie, serta dusun Cappakala dan Katteong berubah menjadi Desa Samaenre. Kepemimpinan Muchktar Jalle tidak dapat berjalan dengan mulus karena sesuatu hal sehingga masa itu pada tahun 1989-1992 terjadi kekosongan pemerintahan tetapi diisi oleh pejabat sementara untuk mengisi kekosongan itu oleh Drs. Nurdin Hamid sebagai pejabat sementara waktu.Pada Tahun 1992 terjadilah pemilihan kepala desa Mattombong yang pertama kali untuk masa jabatan periode 1993-1998 yang dimenangkan oleh Drs. Nurdin Hamid yang kemudian menjadikan Mattombong dimekarkan dan melahirkan Desa Patobong. Dinamika itu selanjutnya bertahan dari periode ke periode sampai saat ini dimana desa Mattombong terus berganti kepemimpinannya yang selanjutnya dipimpin oleh A. Alimin Laupa SH. (1998-2006) dan sekarang ini dipimpin oleh Ir. AM. Rusdi Dulu Zakaria (2007-2013). Desa ini dihuni oleh warga desa dengan muatan 5 Dusun yaitu Dusun Beru, Lisse Selatan, Lisse Utara, Cengkong dan makuring.B. Letak geografisDesa Mattombong merupakan salah satu dari 7 (Tujuh) Desa dan 2 (Dua) Kelurahan diwilayah Kecamatan Mattiro Sompe yang terletak 1 Km ke arah selatan dari Kecamatan Mattiro Sompe. Desa Mattombong mempunyai luas wilayah seluas 5048 Hektar

Gambar 1. Peta Desa MattombongC. Sarana dan prasaranaKondisi sarana dan prasarana umum desa Mattombong secara garis besar adalah sebagai berikut : Balai DesaJalan Kab.Jalan Kec.Jalan DesaMesjid

-11504

D. Organisasi pemerintahan desa STRUKTUR PEMERINTAHAN DESA MATTOMBONGKEPALA DESAIr.AM.Rusdi Dulu Zakaria

SEKERTARIS

KAUR PEMERINTAHAHASNAWATI

KAUR PEMBANGUNANRIDWANKAUR UMUMHASMI SAINKA DUSUN BERUH.MUHDINKA DUSUN L.UTARALAMAKAKA DUSUN L.SELATANH. M. RAIS TKA DUSUN CENGKONGH.M. AMIR MTKA DUSUN MAKURINGHAMZAH TAMBERWRTRWRTRWRTRWRTRWRTMASYARAKAT

Gambar 2. Struktur pemerintah Desa MattombongE. Potensi dan permasalahan umum dan pengelolaan ekosistem pesisir1. Potensi Potensi di desa mattombong ini sangat berlimpah terutama dalam bidang bidang kelautan dan perikanan tetapi pemerintah dan masyarakatnya kurang memperhatikan potensi tersebut dan tidak melakukan pengelolan sehinggan potensi yang di miliki daerah ini makin hari makin merosot2. Permasalahan umumSetelah Setelah melakukan observasi lapangan melakukan pengedaran kuisioner dan wawancara langsung pada beberapa penduduk setempat guna pengumpulan data mengenai tanggapan masyarakat tentang ekosistem mangrove tersebut, maka data yang diperoleh dilapangan memberikan informasi berupa Penyebab rusaknya ekosistem mangrove sehingga terjadi kematian pada mangrove tersebut. Kemudian Dari hasil survei tersebut ditemukan beberapa masalah yaitu : Keberadaan ekosistem mangrove mengalami kerusakan sangat parah dari tahun ke-tahun, hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian masyarakat dalam menjaga ekosistem mangrove. Masyarakat belum mengetahi apa sebenarnya mangrove dan fungsinya. Adanya kegiatan-kegiatan yang merusak ekosistem mangrove seperti : petani tambak dan masyarakat yang seringkali menebang pohon mangrove untuk di gunakan di pematang empang dan kayu bakar.

3. Pengelolaan ekosistem pesisirSetelah kurang lebih dua bulan melakukan observasi dan wawancara langsung kepada masyarakat di lokasi tersebut mengenai pengelolaan ekosistem pesisir. Dari hasil observasi dan wawancara langsung tersebut dapat di simpulkan bahwa pengelolaan ekosistem pesisir di daerah tersebut tidak ada

III METODE KEGIATAN

A. Waktu dan Tempat PelaksaanKegiatan praktek kerja mandiri ini di laksanakan tanggal 20 juli sampai 5 agustus 2012. Waktu tersebut meliputi survey awal, persiapan alat dan bahan, pengambilan data lapangan, dan identifikasi sampel.Gambar 3. Peta lokasi praktek kerja mandiriInsert

B. Alat dan bahanAdapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktek kerja mandiri ini yakni:NoNama JumlahKegunaan

1.Global Position System (GPS)1 unitPenentuan posisi amatan

2.Roll Meter2 unitAlat pengukuran

3.Sabak1 unitMencatat/merekam data

4Alat tulis menulis1 setMencatat/merekam data

5Buku identifikasi1 buahMengidentifikasi sampel

6Kamera1 unitDokumentasi

7Tali ravia1 rollTransek kuadran

C. Prosedur kerja Adapun prosedur yang di lakukan dalam praktek kerja mandiri ini yakni :1. Tahap persiapanPada tahap ini meliputi observasi lapangan, studi literatur, konsultasi dengan pembimbing lapangan, serta mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan selama Pratik Kerja Mandiri ini.

2. Penentuan stasiunSetelah melakukan observasi lapangan, kemudian ditentukan 3 stasiun, kemudian pada setiap stasiun di bagi lagi menjadi 3 sub stasiun pengamatan yang dianggap representatif.3. Pengambilan dan pengolahan dataSetelah menentukan titik stasiun yang di tandai dengan menggunakan GPS kemudian langkah selanjutnya Pengambilan data yang dilakukan pada tiap stasiun dimana pada setiap stasiun terdiri dari tiga sub stasiun, kemudian pengambilan data pada setiap sub stasiun di lakukan dengan menggunakan transek kuadran ukuran 10 x 10 m dan pengolahan data dilakukan menggunakan computer.Menurut Odum,1997 dalam Fachrul, 2007 status kondisi komunitas dapat ditentukan dengan menggunakan indeks dominansi dan kemerataan jenis.D =2Di mana : D = Indeks dominansi-SimpsonS = Jumlah jenis Ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah total individuIndeks dominansi ini bernilai antara 0 1 dengan deskripsi sebagai berikut : D = 0 berarti tidak terdapat jenis yang mendominasi jenis lainya atau komunitas berada dalam kondisi stabil D = 1 berarti terdapat jenis yang mendominasi jenis lainya atau komunitas berada dalam kondisi labil karena terjadi tekanan ekologis

4. Pembuatan Laporan Setelah pengambilan dan pengolahan data selesai kemudian langkah selanjutnya adalah Pembuatan Laporan dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan pembuatan data hasil pengukuran lapangan yang disajikan dalam bentuk tulisan

IV HASIL PELAKSANAANA. Hasil PengamatanDari hasil pengamatan pada titik koordinat S 3 48' 490'' E 119 30' 590'' pada stasiun 1 dengan sub stasiun I jenis mangrove yang hidup pada daerah tersebut yaitu Rhizophora mucronata dan Avicennia marina sedangkan pada sub stasiun 2 tedapat jenis mangrove Rhizophora mucronata dan Heritiera littoralis kemudian pada sub stasiun 3 jenis mangrove yang hidup yakni Rhizophora mucronata dan Excoecaria agallocha. Pada stasiun 1 tidak ada jenis mangrove yang mendominasi karena nilai D tidak mencapai 1. Menurut Odum,1997 dalam Fachrul, 2007 Indeks dominansi ini bernilai antara 0 1 dengan deskripsi sebagai berikut : D = 0 berarti tidak terdapat jenis yang mendominasi jenis lainya atau komunitas berada dalam kondisi stabil D = 1 berarti terdapat jenis yang mendominasi jenis lainya atau komunitas berada dalam kondisi labil karena terjadi tekanan ekologis.Pada titik koordinat S 3 48' 497'' E 119 30' 629'' pada stasiun II plot 1 hanya terdapat jenis mangrove Rhizophora mucronata, sedangkan pada plot ke 2 terdapat jenis mangrove Excoecaria agallocha dan Sonneratia alba, kemudian pada plot ke 3 terdapat jenis mangrove Rhizophora mucronata dan Heritiera littoralis. Jadi pada stasiun ke II terdapat satu plot yang dominansi di tumbuhi jenis mangrove Rhizophora mucronata yakni pada plot satu sedangkan pada plot 2 dan 3 tidak nampak indeks dominansinya.Pada titik koodinat S 3 48' 502" E 119 30' 650" pada stasiu stasiun III pada plot 1 terdapat jenis mangrove Rhizophora mucronata dan Excoecaria agallocha sedangkan pada plot 2 masih ditemukan jenis yang sama pada plot 1 yakni jenis mangrove Rhizophora mucronata dan Excoecaria agallocha, kemudian pada plot yang 3 terdapat jenis mangrove Heritiera littoralis dan Rhizophora mucronata. Jadi pada stasiun ini tidak tedapat indek dominansi.

V KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan Dari hasil pembahasan tersebut diatas,dapat kita simpulkan bahwa jenis mangrove yang hidup pada saluran irigasi tambak warga desa mattombong kec. Mattiro sompe hanya terdapat indeks dominansi pada stasiun II plot 1 yakni jenis mangrove Rhizophora mucronata.B. SaranSebaiknya kuliah kerja nyata profesi selanjutnya di hapuskan atau di tiadakan apabila masih mengikut pada kuliah kerja nyata reguler

DAFTAR PUSTAKAMurdiyanto, B. 2001. Mengenal, Memelihara, dan Melestarikan Ekosistem Bakau . Proyek Pembangunan Masyarakat Pantai dan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan. JakartaNirarita, C.H.E., P. Wibowo, S. Susanti, D. Padmawinata, Kusmarini, M. Syarif, Y. Hendriani, Kusniangsih, dan L. Sinulingga. 1996. Ekosistem Lahan Basah Indonesia. Buku panduan untuk guru dan praktisi pendidikan. Diterbitkan kerjasama Wetlands International-Indonesia Programme Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Canada Foundation dan Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam. Bogor.