Laporan Pkl
-
Upload
annisa-nurul-rafiqa -
Category
Documents
-
view
458 -
download
19
Transcript of Laporan Pkl
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) sebagai
perwujudan kebijaksanaan dari “Link and Match” dalam proses
pelaksanaannya dilaksanakan pada dua tempat yaitu di Sekolah dan di Dunia
Usaha/Industri/Lembaga. Upaya di atas dilaksanakan dalam meningkatkan
kompetensi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bidang Studi Keahlian
Teknologi dan Rekayasa guna mencapai tujuan relevansi pendidikan dengan
tuntunan kebutuhan tenaga kerja. Selain itu yang diharapkan dari kegiatan
penyelenggaraan praktik di Dunia Usaha/Industri/Lembaga yaitu siswa akan
memiliki etos kerja yang meliputi :
1. Kemampuan kerja;
2. Motivasi kerja;
3. Inisiatif;
4. Kreativitas;
5. Hasil pekerjaan yang berkualitas;
6. Disiplin waktu dan kerajinan dalam bekerja;
Laporan hasil prakerin ini dibuat sebagai pertanggung jawaban dan
sebagai bukti bahwa seorang siswa/siswi Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) telah mengikuti Praktik Kerja Industri (PRAKERIN).
B. Tujuan PRAKERIN
Tujuan PRAKERIN pada dasarnya adalah memberikan kesempatan pada
siswa Sekolah Menengah Kejuruan untuk mendalami dan menghayati situasi
dan kondisi dunia usaha yang sesuai dengan Program Keahliannya secara
rinci tujuan dan maksud dapat disebutkan:
1. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan keterampilan siswa
sebagai bekal memasuki lapangan kerja.
1
2
2. Memberikan pengalaman kerja yang sesungguhnya sebagai usaha
memasyarakatkan diri sebelum terjun ke lapangan kerja dan massyarakat
pada umumnya
3. Menumbuh-kembangkan dan memantapkan sikap profesional sesuai yang
disyaratkan Dunia Usaha/Dunia Industri
4. Memperluas cakrawala pandangan terhadap dunia usaha dibidangnya,
struktur organisasi, jenjang karir, asosiasi usaha, manajemen, usaha dan
lain-lain
5. Memberikan kesempatan untuk mempromosikan diri kepada DU/DI
C. Pembatasan Masalah
Dalam melaksanakan PRAKERIN di Laboratorium Lingkungan Hidup
Daerah BPLHD Provinsi DKI Jakarta selama 3 bulan sejak tanggal 02 April
hingga 02 Juli 2012, penulis mendapatkan berbagai jenis kegiatan di
antaranya Parameter Sulfat, Parameter Biochemical Oxygen Demand (BOD),
Parameter Chemical Oxygen Demand (COD), Parameter Nilai Organik
(Angka Permanganat), Parameter Ammonia, Parameter Minyak dan Lemak,
Parameter MPN Coliform, Parameter Tes Antibiotik.
Dalam laporan ini penulis hanya membahas satu masalah yaitu pada
Penentuan Kebutuhan Oksigen Biokimia (KOB) dalam contoh uji air limbah
domestik.
D. Sistematika Penulisan
Cover
Lembar Judul
Lembar Pengesahan Sekolah
Lembar Pengesahan Industri
Kata Pengantar
Daftar Isi
3
Daftar Tabel
Daftar Gambar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan PRAKERIN
C. Pembatasan Masalah
D. Sistematika Penulisan
BAB II PROFIL LEMBAGA/INDUSTRI/PERUSAHAAN
A. Sejarah Perusahaan
B. Struktur Organisasi
C. Sumber Daya Manusia dan Fasilitas
D. Kegiatan Bidang/usaha yang di lakukan
E. Program Corporate Social Responsibility
BAB III KAJIAN PUSTAKA
A. Latar Belakang Analisis
B. Uraian Alat
C. Uraian Bahan
BAB IV PROYEK PRAKERIN
A. Prinsip Kerja
B. Alat
C. Bahan
D. Langkah Kerja
1. Persiapan
2. Pengukuran
3. Perhitungan
4
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
BAB II
PROFIL LABORATORIUM LINGKUNGAN HIDUP DAERAH BPLHD
PROVINSI DKI JAKARTA
A. Sejarah Pendirian Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah BPLHD
Provinsi DKI Jakarta
Laboratoriuum Lingkungan Hidup Daerah (LLHD) Provinsi DKI Jakarta
merupakan salah satu bagian dari instansi BPLHD Provinsi DKI Jakarta dan
telah terakreditasi sesuai sistem menejemen mutu dan akreditasi laboratorium
sesuai SNI ISO/IEC 17025:2008 tertanggal 30 Desember 2002 dengan
No.akreditasi LP-126-IDN. Laboratorium ini sebagai Laboratorium
Lingkungan Hidup Daerah BPLHD yang disahkan dengan keputusan
Gubernur DKI Jakarta Nomor 189 tahun 2009 Tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(BPLHD) Provinsi DKI Jakarta yang dipimpin oleh seorang Kepala
Laboratorium dan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya bertanggung jawab
kepada kepala BPLHD Provinsi DKI Jakarta.
Dalam perkembangannya, laboratorium Lingkungan Hidup Daerah
BPLHD Provinsi DKI Jakarta mengalami beberapa kali pergantian nama dari
instansi yang bersangkutan, yaitu:
1972: Laboratorium Pusat Pengkajian Masalah Perkotaan di Lingkungan
(PPMPL).
1980: Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkotaan dan
Lingkungan (P4L).
1991: Laboratorium Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan (KP2L).
1998: Laboratorium Lingkungan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Daerah (BAPELDA) Provinsi DKI Jakarta.
5
6
2000: Laboratorium Lingkungan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah (BPLHD) Provinsi DKI Jakarta.
2002: Unit Pelaksanaan Teknis Laboratorium Lingkungan BPLHD Provinsi
DKI Jakarta.
2009: Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta.
Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah BPLHD DKI Jakarta memiliki visi
dan misi yaitu sebagai berikut:
a. Visi
Menjadi laboratorium lingkungan terbaik yang senantiasa mengutamakan
kepuasan pelanggan dan bertanggung jawab secara hukum dan teknis.
b. Misi
Mengembangkan daya dan upaya dalam rangka pelayanan pengujian dan
analisis laboratories dengan cara :
1. Mengutamakan pelayanan prima melalui penyajian data dan informasi
yang cepat, akurat dan terpercaya;
2. Melakukan pelatihan dan memberikan kesempatan pendidikan kepada
personil laboratorium agar mampu memberikan pelayanan yang
professional;
3. Melakukan pengelolaan laboratorium secara professional dengan
mengacu pada system mutu manajemen laboratorium pengujian SNI
ISO/IEC 17025 : 2008 agar tercapai efisiensi dan efektifitas;
4. Melakukan upaya secara berlanjut untuk meningkatkan mutu pelayanan
kepada pelanggan;
5. Menjalin kerjasama dengan instansi terkait dan laboratorium lainnya.
7
B. Struktur Organisasi Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah BPLHD
Provinsi DKI Jakarta
1. Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 189 tahun
2009, Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah
BPLHD Provinsi DKI Jakarta memiliki struktur sebagai berikut:
dsws
KEPALALLHD
SUB BAGIAN TATA USAHA
SEKSI LABORATORIUM
PENGUJIAN
SEKSI FASILITAS DANEVALUASI
MANAJEMEN MUTU
SUB KELOMPOK JABATAN DAN FUNGSIONAL
Gambar 1. Struktur Organisasi Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah
BPLHD Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi
DKI Jakarta No. 189 tahun 2009.
8
2. Berdasarkan Sistem Manajemen Mutu dan untuk memenuhi standar SNI
ISO/IEC 17025 : 2008 ditetapkan struktur organisasi yang memberikan
pengakuan kompetensi teknis dalam rangka akreditasi laboratorium,
struktur organisasi tersebut adalah :
Manajer Puncak(Kepala)
Manajer Mutu (Seksi Fasilitas dan Evaluasi
Manajemen Mutu)
Pengendali Dokumen (Team)
Audit Internal (Team)
Manajer Penunjang (Team)
Manajer Teknis (Seksi Lab.Pengujian)
Manajer Administrasi (Sub.Bag Tata Usaha Lab.)
Penyelia Laboratorium
Penyelia Pengambil Contoh Uji
Laboratorium
Tim Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Laboratorium
Tim Pengelolaan
Limbah
Analis Laboratorium
Petugas Pengambil Contoh
Uji
Gambar 2. Struktur Organisasi Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah BPLHD Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan Sistem Manajemen Mutu dan untuk memenuhi standar SNI ISO/IEC 17025 : 2008
9
C. Sumber Daya Manusia dan Fasilitas
Sumber Daya Manusia yang terdapat di Laboratorium Lingkungan Hidup
Daerah BPLHD Provinsi DKI Jakarta sebagai berikut:
NO Personil Jumlah Karyawan
PNS CPNS Total
1. Kepala LLHD 1 - 1
2. Sub.Bag Tata Usaha 8 2 10
3. Seksi Laboratorium
Pengujian
17 3 20
4. Seksi Fasilitas dan
Evaluasi Manajemen
Mutu
2 - 2
Jumlah 28 5 33
Sarana dan Prasarana yang terdapat di Laboratorium Lingkungan Hidup
Daerah BPLHD Provinsi DKI Jakarta:
1. Sarana
1) Laboratorium Pengujian :
Laboratorium kimia/fisika termasuk Toksikologi
Laboratorium Mikrobiologi
Laboratorium udara dan kebisingan
2) Sub Tata Usaha / Penerimaan sampel
3) Fasilitas dan Evaluasi Manajemen Mutu
4) Ruang Reagent
5) Ruang Limbah B3
6) Mushola
7) Toilet
8) Kantin
Tabel 1. Jumlah Kepegawaian Laboratorium Lingkungan Hidup BPLHD Daerah Provinsi DKI Jakarta.
10
9) Ruangan staf
2. Prasarana
Peralatan Pengujian Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah BPLHD
Provinsi DKI Jakarta terdiri dari :
Peralatan Pengujian yang berada di gedung Kantor BPLHD Provinsi
DKI Jakarta, seperti:
1) Spectrophotometer UV-VIS
2) Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)
3) Gas Chromatography (GC)
4) Conductivity Meter
5) Mercury Analyzer
6) Fuel Gas Analyzer
7) pH Meter
8) Incubator
9) Microscope
10) Autoclave
11) Laminair, dan lain-lain
Peralatan pengujian yang berada di luar Kantor BPLHD Provinsi DKI
Jakarta, seperti:
1) Peralatan otomatis: Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU)
Ambient, SPKU Roadside, SPKU Bergerak/Mobile Station.
2) Peralatan manual: SPKU manual aktif.
D. Jenis Bidang Usaha Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah BPLHD
Provinsi DKI Jakarta
Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah BPLHD Provinsi DKI Jakarta
memiliki jenis pelayanan, kemampuan analisa, dan sasaran pelayanan
diantaranya sebagai berikut:
Jenis Pelayanan
a. Pengambilan dan pengujian contoh uji air limbah, air sungai, air situ,
air tanah dan air laut
11
b. Pengambilan dan pengujian contoh uji tanah / lumpur
c. Pengambilan dan pengujian contoh uji benthos dan plankton
d. Pengambilan dan pengujian contoh uji udara ambient
e. Pengukuran emisi sumber bergerak dan sumber tidak bergerak
f. Pengukuran tingkat kebisingan
g. Pengukuran getaran
h. Pelatihan analisa laboratorium untuk swapantau
Kemampuan Analisa
1. Analisa Parameter Kimia Fisik:
1) Daya hantar listrik
2) Kekeruhan
3) Warna
4) Suhu
5) Salinitas
6) Zat Padat Tersuspensi (TSS)
7) Zat Padat Terlarut (TDS)
8) Zat Padat Total
9) Khlorida
10) Ammonia
11) Nitrat
12) Nitrit
13) pH
14) Phospat
15) Sulfat
16) Sulfida
17) Kesadahan Total (CaCO3)
18) Kesadahan Kalsium (CaCO3)
19) Kesadahan Magnesium ( MgCO3)
20) Flourida
21) Khlorin Bebas
22) COD (Kebutuhan Oksigen Kimia)
12
23) BOD (Kebutuhan Oksigen Biologi)
24) DO (oksigen terlarut)
25) Organik (KMnO4)
26) Phenol
27) Detergen
28) Natrium (Na)
29) Kalium (K)
30) Kalsium (Ca)
31) Magnesium (Mg)
32) Mangan (Mn)
33) Timah Hitam (Pb)
34) Kadmium (Cd)
35) Besi (Fe)
36) Khromium (Cr)
37) Khromium Hexavalent
38) Tembaga (Cu)
39) Nikel (Ni)
40) Seng (Zn)
41) Air Raksa (Hg)
2. Analisa Parameter Mikrobiologi:
1) MPN Coliform
2) MPN Fecal Coli
3) Total Plate Count (TPC)
4) Escherichia Coli
5) Benthos
6) Plankton
7) Tes Antibiotika
8) Salmonella
3. Analisa Parameter Udara dan Bising:
1) Gas Karbon Monoksida (CO)
2) Gas Karbon Dioksida (CO2)
13
3) Gas Sulfur Dioksida (SO2)
4) Gas Nitrogen Monoksida (NO)
5) Gas Nitrogen Dioksida (NO2)
6) Gas Ozon (O3)
7) Logam dalam debu
8) Gas Amonia (NH3)
9) Gas Hidrogen Sulfida (H2S)
10) Gas Total Hidrokarbon (HC/Methan dan Non Methane)
11) Gas Suspendid Solid
12) Partikulat Matter (PM10)
13) Getaran
14) Bising
15) Humadity
16) Temperatur
17) Arah dan Kecepatan Angin
4. Analisa Parameter Toksikologi:
1) Pestisida golongan organofosfat (Diazinon, Fenitrotion,
Klorpirifos)
2) Pestisida golongan organoclorin
Sasaran Pelayanan
1. Kelompok Internal
Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah (LLHD) bekerjasama
dengan bidang-bidang yang ada di lingkungan BPLHD Provinsi DKI
Jakarta dalam menunjang tugas pokok BPLHD, yaitu dengan
melakukan pengambilan contoh uji di lapangan dan proses analisa di
laboratorium:
1) Bidang Pelestarian dan Tata Lingkungan Pada kegiatan
pemantauan lingkungan : air sungai, situ, air sumur, teluk Jakarta,
prokasih, udara ambient dan kebisingan
14
2) Bidang Pengendalian Pencemaran dan Sanitasi Lingkungan Dalam
rangka pengawasan sumber pencemaran baik instansional maupun
non instansional (inspeksi industri)
3) Bidang Pencegahan Dampak Lingkungan dan Pengelolaan
Sumberdaya Perkotaan : Dalam kegiatan IPLC, penanganan kasus,
AMDAL serta RKL/RPL
4) Bidang Penegakan Hukum Lingkungan :
Dalam rangka uji petik emisi kendaraan, kawasan dilarang
merokok
5) KLH Wilayah Kotamadya :
Dalam rangka kegiatan pengawasan dan penanganan kasus.
2. Kelompok Eksternal
1) Pihak Swasta Dalam rangka menunjang sistem pengawasan limbah
cair dari kegiatan industri, rumah sakit, hotel, restauran,
perkantoran dan apartemen dalam memenuhi kewajiban
berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 582 Tahun 1995
2) Instansi terkait
Diantaranya adalah Dinas Kebersihan, Dinas Perhubungan, Dinas
Perindustrian serta instansi lainnya
3) Mahasiswa
4) Masyarakat umum lainnya
E. Program Corporate Social Responsibility Di Laboratorium Lingkungan
Hidup Daerah BPLHD DKI Jakarta
Dalam melaksanakan kegiatan industri di Laboraturium Lingkungan
Hidup Daerah BPLHD Provinsi DKI Jakarta, untuk Laboratorium
Lingkungan Hidup Daerah (LLHD) tidak memiliki program corporate social
responsibility.
15
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
A. Latar Belakang Analisis
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 Tahun 2003
tentang Baku Mutu Limbah Domestik disebutkan pada pasal 1 ayat 1, bahwa
air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau
kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan
asrama. Dengan demikian tidak hanya limbah industri yang dapat
menyebabkan pencemaran. Masalah ini jika tidak ditangani secara seksama
akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Limbah cair domestik memiliki
beban pencemaran yang tinggi terutama pada dua jenis limbah cair yaitu
detergen dan tinja.
Salah satu cara untuk menilai seberapa jauh air lingkungan telah
tercemar adalah dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air
berdasarkan SNI 06-6989.14-2004 Cara Uji Oksigen Terkarut Secara
Yodometri (Modifikasi Azida). Iodometri merupakan titrasi yang berdasarkan
reaksi redoks antara iodin dengan larutan standart ( larutan natrium tiosulfat )
indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah amylum. Amylum tidak
mudah larut dalam air serta tidak stabil dalam suspensi dengan air,
membentuk kompleks yang sukar larut dalam air bila bereaksi dengan
iodium, sehingga tidak boleh ditambahkan pada awal titrasi. Penambahan
amylum ditambahkan pada saat larutan berwarna kuning pucat dan dapat
menimbulkan titik akhir titrasi yang tia-tiba. Titik akhir titrasi ditandai
dengan terjadinya hilangnya warna biru dari larutan menjadi bening.
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan
oksigennya sangat rendah. Hal itu karena oksigen yang terlarut di dalam air
diserap oleh mikroorganisme untuk memecah/mendegradasi bahan buangan
16
organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap (yang ditandai dengan
bau busuk). Bahan buangan organik dapat bereaksi dengan oksigen yang
terlarut di dalam air organik yang ada di dalam air, sehingga semakin sedikit
sisa kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya. Bahan buangan organik
biasanya berasal dari industri kertas, industri penyamakan kulit, industri
pengolahan bahan makanan (seperti industri pemotongan daging, industri
pengalengan ikan, industri pembekuan udang, industri roti, industri susu,
industri keju dan mentega), bahan buangan limbah rumah tangga,
bahan buangan limbah pertanian, kotoran hewan dan kotoran manusia dan
lain sebagainya
Tanaman yang ada di dalam air, dengan bantuan sinar matahari,
melakukan fotosintesis yang menghasilkan oksigen. Oksigen yang dihasilkan
dari fotosintesis ini akan larut di dalam air. Selain dari itu, oksigen yang ada
di udara dapat juga masuk ke dalam air melalui proses difusi yang secara
lambat menembus permukaan air. Selain dari itu suhu air dapat
mempengaruhi konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air. Tekanan udara
dapat pula mempengaruhi kelarutan oksigen di dalam air karena tekanan
udara mempengaruhi kecepatan difusi oksigen dari udara ke dalam air.
Parameter Kebutuhan Oksigen Biokimia (KOB), secara umum banyak
dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan. Sehingga makin
banyak bahan organik dalam air, makin besar KOB-nya sedangkan Oksigen
terlarut akan makin rendah. Apabila sesuatu badan air dicemari oleh zat
organis, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses
oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan, keadaan menjadi
anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada air. Selama pemeriksaan
KOB, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara luar untuk rnencegah
kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Penentuan waktu inkubasi
adalah 5 hari, dapat mengurangi kemungkinan hasil oksidasi ammonia (NH3)
yang cukup tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa, ammonia sebagai hasil
sampingan ini dapat dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat, sehingga dapat
17
mempengaruhi hasil penentuan KOB. Reaksi kimia yang dapat terjadi
adalah :
2NH3 + 3O2 2NO2 - + 2H+ + 2H2O
2NO2 + O2 2 NO3-
B. Uraian Alat
Alat yang dipakai pada uji Kebutuhan Oksigen Biokimia (KOB) ialah;
1. DO meter
DO meter digunakan untuk mengukur jumlah oksigen terlarut di dalam air,
2. Labu Erlenmeyer
Labu Erlenmeyer adalah peralatan gelas (Glass ware equipment) yang
seringkali di gunakan untuk analisa dalam laboratorium. Berfungsi untuk
mengukur dan mencampur bahan-bahan analisa, menampung larutan,
bahan padat ataupun cairan, dan sebagai tempat untuk melakukan titrasi
bahan.
Labu erlenmeyer kebanyakan terbuat dari kaca borosilikat sehingga dapat
dipanaskan di atas api atau di autoklaf. Ukuran yang paling umum adalah
erlenmeyer 250 mL dan 500 mL. Namun ada juga Erlenmeyer yang
berukuran 50 mL, 100 mL, 125 mL, dan 1000 mL. Biasanya erlenmeyer
tidak mempunyai tutup. Untuk penutup dapat digunakan plastik atau gabus
penyumbat. Namun ada juga Erlenmeyer yang khusus di buat dengan
penutup yang juga terbuat kaca, disebut erlenmeyer asah.
Gambar 3. DO meter
18
Erlenmeyer yang digunakan pada uji KOB adalah erlenmeyer yang
berukuran 100 mL
3. Pipet ukur
Pipet ukur adalah alat yang terbuat dari gelas, Pipet ini memiliki skala.
Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu. Gunakan
bola hisap untuk menyedot larutan.
Pipet ukur yang digunakan berukuran 0,2 ml, 1 ml, dan 10 ml
4. Bola hisap
Bola hisap digunakan untuk membantu proses pengambilan cairan.
Terbuat dari karet yang disertai dengan tanda untuk menyedot cairan
(suction), mengambil udara (aspirate) dan mengosongkan (empty).
Gambar 4. Labu erlenmeyer
Gambar 5. Pipet ukur
19
5. Botol Winkler
Botol winkler yang digunakan berukuran 60 mL, botol winkler ini
digunakan sebagai tempat untuk pengujian oksigen terlarut pada contoh
uji.
6. Lemari inkubator, suhu 20o C ± 1o C
Lemari inkubator untuk inkubasi bakteri dalam air limbah dalam pengujian
BOD5.
Gambar 6. Bola hisap
Gambar 7. Botol winkler
20
7. Gelas ukur
Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume larutan tidak memerlukan
tingkat ketelitian yang tinggi dalam jumlah tertentu, terbuat dari kaca atau
plastik yang tidak tahan panas. Ukurannya mulai dari 10 mL sampai 2 L.
8. Botol gelas 5 L – 20 L
Botol gelas 5 L – 20 L digunakan untuk menyimpan larutan air pengencer.
Gambar 8. Lemari Inkubator, suhu 20o C ± 1o C
Gambar 9. Gelas ukur
21
9. Aerator
Aerator digunakan untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut pada
aquades atau pada pembuatan larutan air pengencer.
10. Buret
Buret digunakan untuk meneteskan sejumlah reagen cair dalam
eksperimen yang memerlukan presisi, seperti pada eksperimen titrasi.
Buret sangatlah akurat, buret kelas A memiliki akurasi sampai dengan
0,05 cm. Menggunakan buret oleh karena presisi buret yang tinggi,
kehati-hatian pengukuran volume dengan buret sangatlah penting untuk
menghindari galat sistematik. Ketika membaca buret, mata harus tegak
lurus dengan permukaan cairan untuk menghindari galat paralaks.
Bahkan ketebalan garis ukur juga mempengaruhi; bagian bawah
meniskus cairan harus menyentuh bagian atas garis. Kaidah yang
umumnya digunakan adalah dengan menambahkan 0,02 mL jika bagian
bawah meniskus menyentuh bagian bawah garis ukur.
Gambar 10. Botol gelas 20 L
Gambar 11. Aerator
22
Oleh karena presisinya yang tinggi, satu tetes cairan yang menggantung
pada ujung buret harus ditransfer ke labu penerima, biasanya dengan
menyentuh tetasan itu ke sisi labu dan membilasnya ke dalam larutan
dengan pelarut. Buret yang digunakan pada uji KOB menggunakan buret
digital.
11. Termometer Digital
Termometer digunakan untuk mengatur suhu ruangan pada saat
pembuatan larutan pengencer pada suhu 20OC ± 1oC .
Gambar 12. Buret digital
Gambar 13. Termometer Digital
23
C. Uraian Bahan
Bahan yang dipakai untuk cara uji Kebutuhan Oksigen Biokimia (KOB)
ialah:
1. Larutan Nutrisi
Larutan Nutrisi digunakan sebagai bahan makanan untuk bakteri pada
proses pembuatan larutan air pengencer adapun bahan-bahan yang
dipakai ialah sebagai berikut:
a. CaCl2 anhidrat
Berat Jenis : 1,850
Titik Didih : > 1600° C
Rumus molekul : CaCl2
Tekanan Uap : 0,01 mm 20° C
Penampilan dan Bau: Serpihan Putih/tidak bau
b. MgSO4.7H2O
Bentuk: Solid
Penampilan: transparan
Rumus Molekul: MgSO4.7H2O
Bau: tidak berbau
pH: Tidak tersedia.
Tekanan Uap: <0,1 mm Hg
Kepadatan uap: <0,01
Tingkat Penguapan: Tidak tersedia.
Gambar 14. CaCl2 anhidrat
24
Viskositas: Tidak tersedia.
Titik Didih: terurai
c. FeCl3.6H2O
Bentuk: Kristal
Penampilan: kuning sampai coklat
Bau: tidak berbau
pH: 2 (0,1 M dalam air)
Tekanan Uap: diabaikan
Kepadatan uap: Tidak tersedia
Tingkat Penguapan: diabaikan
Viskositas: diabaikan
Titik Didih: 280-285oC
d. Dihidrogen fosfat (KH2PO4)
Bentuk: Kristal
Penampilan: halus - tidak berwarna ke putih
Bau: berbau
Gambar 15. MgSO4.7H2O
Gambar 16. FeCl3.6H2O
25
pH: Tidak tersedia
Tekanan Uap: Tidak tersedia
Kepadatan uap: Tidak tersedia
Tingkat Penguapan: Tidak tersedia
Viskositas: Tidak tersedia
Titik didih: Tidak tersedia
Pembekuan / lebur Point: 252,6o C
e. Amonium klorida (NH4Cl)
Berat Jenis: 1,5
Titik Didih: 520°C
Tekanan Uap: 1 mm Hg @ 160 ° C
Kepadatan uap: 1,9
Penampilan dan Bau: padat butiran putih / tidak bau
2. Mangan Sulfat (MnSO4)
Gambar 17. Dihidrogen fosfat (KH2PO4)
Gambar 18. Amonium klorida (NH4Cl)
26
Mangan Sulfat berfungsi untuk mengikat oksigen menjadi Mn(OH)2 yang
kemudian akan teroksidasi menjadi MnO2 berhidrat. Adapun bahan yang
dipakai untuk membuat Mangan Sulfat ialah
MnSO4.H2O
Bentuk: Solid
Penampilan: merah muda
Bau: tidak berbau
pH: Tidak tersedia
Uap: Tidak tersedia
Kepadatan uap: Tidak tersedia
Tingkat Penguapan: Tidak tersedia
Viskositas: Tidak tersedia
3. Larutan Alkali iodida azida
Larutan Alkali iodida azida sebagai katalisator karena zat organik sangat
sukar bereaksi. Larutan alkali iodida azida terdiri dari bahan sebagai
berikut;
a. KOH
Bentuk: Solid
Penampilan: putih atau kuning
Bau: tidak berbau
pH: 13,5 (0,1 M larutan)
Tekanan Uap: Tidak tersedia
Kepadatan uap: Tidak tersedia
Tingkat Penguapan: Tidak tersedia
Gambar 19. MnSO4.H2O
27
Viskositas: Tidak tersedia
Titik Didih: 2408 deg F
b. KI
Penampilan: Putih kristal
Bau: Tidak berbau
Kelarutan: 140 grams/100 gm dalam air
Kepadatan: 3.1
pH: 7-9
Rumus Molekul: KI
c. Sodium Azide (NaN3)
Penampilan dan Bau: Oblong putih tes kaset plastik dengan ventilasi,
bau Tidak ada
Rumus molekul: NaN3
Gambar 20. KOH
Gambar 21. KI
28
4. Asam Sulfat (H2SO4)
Asam sulfat digunakan untuk melarutkan endapan coklat pada uji KOB .
Berat Molekul : 98.01
Ujud: Cairan kental, bening kekuningan
Titik leleh : 10oC
Titik didih : 330oC
Tekanan uap : 1 mmHg (146oC)
Berat jenis : 1.84 (100%)
Berat jenis uap : 3.4 (udara = 1)
5. Sodium Thiosulfat Penta hidrat Na2S2O3.5H2O
Penampilan: kristal putih atau bubuk atau butiran
Bau: Tidak ada
Kelarutan: Mudah larut dalam air
Gambar 22. NaN3
Gambar 23. H2SO4
29
pH: 6-9 pada larutan 1% pada 25 C (77F)
Densitas: 1,73
Berat Molekul: 248,18
Rumus molekul: Na2S2O3.5H2O
6. Kalium Dikromat (K2Cr2O7)
Kalium dikromat
Berat molekul : 294,21
Ujud zat : kristal, tak berbau
Warna : kuning sampai coklat kemerahan
Ttik leleh : 396o C
Titik didih : 500o C (tarurai)
Berat jenis (air=1) : 2,676 (25o C)
Kelarutan dalam air :49 g/L (dingin) dan 1,02 kg/L (panas)
pH : 1 % larutan air : 4,04
Tidak larut dalam alkohol
Gambar 24. Na2S2O3.5H2O
Gambar 25. Kalium Dikromat K2Cr2O7
30
7. Amilum
Amilum digunakan sebagai indikator pada titrasi yodometri yang
mengikat I2 yang ada pada larutan Alkali iodida azida.
Gambar 26. Amilum
31
BAB IV
PROYEK PRAKERIN
A. Prinsip Kerja
Sejumlah contoh uji ditambahkan ke dalam larutan jenuh oksigen yang
telah ditambahkan larutan nutrisi dan bibit mikroba, kemudian diinkubasi
dalam ruang gelap pada suhu 20 oC ± 1 oC selama 5 hari. Nilai KOB dihitung
berdasarkan selisih konsentrasi oksigen terlarut 0 (nol) hari dan 5 (lima) hari.
Bahan kontrol standar dalam uji KOB ini, digunakan larutan glukosa-asam
glutamat.
B. Reaksi
MnSO4 + 2 KOH Mn (OH)2 + K2SO4
Mn (OH)2 + ½ O2 MnO2 + H2O
pH rendah
MnO2 + KI + H2O Mn (OH)2 + I2 + 2 KOH
I2 + 2 S2O3 2- S4O6
- + 2 I -
C. Alat
Botol Winkler
Botol dari gelas 5 L – 20 L
Pipet Volumetrik 0,2 ml, 1 ml, dan 10 ml
Labu erlenmeyer 100 ml
DO meter
Aerator
Lemari Inkubator, suhu 20o C ± 1o C
Buret Digital
Gelas ukur
Bola Hisap
31
32
D. Bahan
Bahan yang dipakai untuk penetapan Kebutuhan Oksigen Biokimia (KOB)
antara lain yaitu:
1. Air Bebas Mineral
2. Larutan Nutrisi :
a. Larutan Buffer Fosfat
b. Larutan Magnesium Sulfat (MgSO4)
c. Larutan Kalsium Klorida (CaCl3)
d. Larutan Feri Klorida (FeCl3)
3. Larutan Glukosa-asam glutamat
4. Larutan Asam Sulfat pekat (H2SO4)
5. Larutan Kalium Dikromat K2Cr2O7
6. Larutan Sodium Thiosulfat 0,025 N
7. Larutan Mangan Sulfat (MnSO4)
8. Larutan Alkali Iodida Azida
9. Larutan Kanji
E. Langkah Kerja
1. Persiapan
a. Pembuatan pereaksi
1) Larutan Mangan Sulfat (MnSO4)
Larutkan 480 g MnSO4.4H2O atau 400 g MnSO4.2H2O atau 364 g
MnSO4.H2O dengan air suling kedalam labu ukur 1000 mL,
tepatkan sampai tanda tera.
2) Larutan alkali yodida azida
Larutkan 500 g NaOH atau 700 g KOH dan 135 g NaI atau 150 g
KI dengan air suling, encerkan sampai 1000 mL. Tambahkan 10 g
NaN3 dalam 40 mL air suling.
3) Larutan sodium thiosulfat 0,025 N
Timbang 6,205 g Na2S2O3.5H2O dan larutkan dengan air suling
yang telah diddidihkan (bebas oksigen), tambahkan 1,5 mL NaOH
33
6 N atau 0,4 g NaOH dan encerkan hingga 1000 mL. Lakukan
standarisasi dengan larutan kalium dikomat.
4) Larutan baku kalium dikromat, K2Cr2O7 0,025 N
Larutkan 1,2259 g K2Cr2O7 (yang telah dikeringkan pada 150oC
selama 2 jam dengan air suling dan tepatkan sampai 1000 mL.
5) Larutan Buffer Fosfat
a) Cara 1
Larutkan 8,5 g kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4); 21,75 g
dikalium dihidrogen fosfat (K2HPO4); 33,4 g dinatrium
dihidrogen fosfat heptahidrat (Na2HPO4.7H2O) dan 1,7 g
amonium klorida (NH4Cl) dalam air bebas mineral, kemudian
encerkan hingga 1 L. Larutan ini mengahasilkan pH 7,2.
b) Cara 2
Larutkan 42,5 g kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4); 1,7 g
amonium klorida (NH4Cl) dalam 700 mL air bebas mineral, atur
pH larutan sampai 7,2 dengan penambahan larutan NaOH 30 %,
kemudian encerkan hingga 1 L.
6) Larutan Magnesium Sulfat (MgSO4)
Larutkan 22,5 g MgSO4.7H2O dengan air bebas mineral, kemudian
encerkan hingga 1 L.
7) Larutan Kalsium Klorida (CaCl3)
Larutkan 27,5 g CaCl2 anhidrat dengan air bebas mineral,
kemudian encerkan hingga 1 L.
8) Larutan Feri Klorida (FeCl3)
Larutkan 0,25 g FeCl3.6H2O dengan air bebas mineral, kemudian
encerkan hingga 1 L.
9) Larutan Kanji
Larutkan 2 g amilum dan 0,2 g asam salisilat, HOC6H4COOH
sebagai pengawet dalam 100 mL air suling yang dipanaskan
(mendidih).
34
b. Persiapan suspensi bibit mikroba
1) Ambil supernatan dari sumber bibit mikroba (limbah domestik atau
efluen pengolahan limbah);
2) Lakukan aerasi dengan segera terhadap supernatan tersebut, sampai
akan digunakan.
c. Pembuatan Larutan air pengencer
1) Siapkan air bebas mineral yang jenuh oksigen atau minimal 7,5
mg/L, dalam botol gelas yang bersih, kemudian atur suhunya pada
kisaran 20oC ± 3oC;
2) Tambahkan ke dalam setiap 1 L air bebas mineral jenuh oksigen
tersebut, masing-masing 1 mL larutan nutrisi yang terdiri dari
larutan bufer fosfat, MgSO4, CaCl2, dan FeCl3;
3) Tambahkan juga bibit mikroba ke dalam setiap 1 L air bebas
mineral untuk 1 mL sampai dengan 3 mL dan aduk hingga
homogen.
d. Pengujian
1) Siapkan 2 buah botol DO, tandai masing-masing botol dengan
notasi A1; A2 untuk contoh uji, B1; B2 untuk blanko, C1; C2 untuk
standar pengerjaan dilakukan duplo.
2) Dilakukan pengenceran contoh uji dan masukkan ke botol A1; A2,
3) Masukkan larutan glukosa asam-glutamat 1 mL ke botol C1; C2.
4) Masukkan larutan air pengencer ke botol contoh uji A1; A2, standar
C1; C2 dan blanko B1; B2.
5) Pisahkan botol untuk 0 hari dan 5 hari, botol A2; B2; C2 ditutup dan
simpan di lemari inkubator 20oC ± 1oC selama 5 hari untuk DO 5
hari dan untuk DO 0 hari botol A1, B1, C1 ditambahkan Mangan
Sulfat 0,2 mL dan Alkali yodida azida 0,2 mL ke masing-masing
botol yang telah diberi larutan air pengencer kemudian ditutup
segera dan dihomogenkan hingga terbentuk gumpalan sempurna .
6) Tambahkan 1 mL H2SO4 pekat ke dalam botol A1, B1, C1 dan
masukkan ke dalam labu erlenmeyer 100 mL.
35
7) Lakukan titrasi dengan Na2S2O3 dengan indikator amilum/kanji
sampai warna biru tepat hilang.
8) Setelah 5 hari botol dilakukan pengujian seperti poin (e, f, g)
e. Standarisasi larutan thio sulfat dengan kalium dikromat
1) Larutkan 4,904 g K2Cr2O7 dalam air suling dan larutkan hingga
1000 mL untuk mendapatkan larutan 0,1000 N. Simpan di botol
tertutup.
2) Kedalam 80 mL air suling, tambahkan sambil diaduk 1 mL H2SO4
pekat, 10,00 mL. 0,1000 N K2Cr2O7 dan 1 g KI, aduk dan simpan
ditempat gelap selama 6 menit.
3) Titrasi dengan 0,1 N Na2S2O3 sampai terjadi perubahan warna.
4) Hitung normalitas larutan Na2S2O3 dengan rumus sebagai berikut :
N Na2S2O3 ¿N 2 x V 2
V 1
Dengan pengertian :
N adalah normalitas Na2S2O3;
V1 adalah mL Na2S2O3;
N2 adalah normalitas K2Cr2O7;
V2 adalah mL K2Cr2O7 yang digunakan normalitas K2Cr2O7
2. Perhitungan
Oksigen Terlarut (mg/L) = V x N x 8000 x F
60
Dengan pengertian:
V adalah mL Na2S2O3;
N adalah normalitas Na2S2O3;
F adalah faktor (volume botol dibagi volume botol dikurangi volume
pereaksi MnSO4 dan alkali iodida azida)
36
Nilai KOB5 contoh uji dihitung sebagai berikut:
KOB5 = ( A1 – A2 )−((B1 – B2)
V B)V C
P
VC = 60−[ 60
Fp ]x 600
20.000
VB = [ 6020.000 ] x600
Dengan pengertian:
KOB5 adalah nilai KOB5 contoh uji (mg/L)
A1 adalah kadar oksigen terlarut contoh uji sebelum inkubasi
(0 hari) (mg/L);
A2 adalah kadar oksigen terlarut contih uji setelah inkubasi 5 hari
(mg/L);
B1 adalah kadar oksigen terlarut blanko sebelum inkubasi (0 hari)
(mg/L);
B2 adalah kadar oksigen terlarut blanko setelah inkubasi 5 hari
(mg/L);
VB adalah volume suspensi mikroba (mL) dalam botol DO blanko;
VC adalah volume suspensi mikroba dalam botolcontoh uji (mL);
P adalah perbandingan volume contoh uji (V1) per volume total
(V2)
20.000 adalah mL air yang digunakan untuk larutan air pengencer
600 adalah banyaknya mL bibit mikroba
3. Contoh perhitungan
Diketahui : Volume titrasi 1830 0 hari = 2,74 mL
Volume titrasi 1830 5 hari = 0,96 mL
Volume titrasi blanko1 0 hari = 2,91 mL
37
Volume titrasi blanko1 5 hari = 2,41 mL
Volume titrasi blanko2 0 hari = 2,92 mL
Volume titrasi blanko2 5 hari = 2,32 mL
Faktor pengenceran = 30x
Normalitas Na2S2O3 = 0,025 N
Ditanyakan : Nilai KOB ?
Jawaban :
Oksigen Terlarut (mg/L) = V x N x 8000 x F
60
F={ 60
[60−(0,2+0,2 ) ] }= 6059,6
=1,0067
DO0 1830 ¿2,74 x0,025 x 8000 x1,0067
60=551,67
60=9,194 mg / L
DO5 1830 ¿0,96 x0,025 x 8000 x 1,0067
60=193,28
60=3,221 mg / L
DO0 Bl 1 ¿ 2,91 x 0,025 x8000 x1,006760
=585,8960
=9,76 mg / L
DO5 Bl 1 ¿ 2,41 x 0,025 x8000 x1,006760
=485,2260
=8,08 mg / L
DO0 Bl 2 ¿ 2,92 x 0,025 x8000 x1,006760
=587,9160
=9,79mg /L
DO5 Bl 2 ¿ 2,32 x 0,025 x8000 x1,006760
=467,10860
=7,78mg / L
KOB5 = ( A1 – A2 )−((B1 – B2)
V B)V C
P
B1 = Bl1(0 hari)+Bl2(0 hari)
2=9,76+9,79
2=9,77
38
B2 = Bl1(5 hari)+Bl2(5 hari)
2=8,08+7,78
2=7,93
VC = 60−[ 60
30 ] x600
20.000=1,74
VB = [ 6020.000 ] x600=1,8
KOB5 = (9,194 – 3,221 )−( (9,77 – 7,93)
1,8 )1,74
260
= 5,973−(1,84
1,8 )1,74
260
= 5,973 – 1,77
260
= 4,203 x602
=252,182
=126,09 mg / L
39
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
C. Hasil Pemeriksaan Analisis KOB dalam contoh uji air limbah domestik
Dilakukan pengukuran nilai KOB5 terhadap 10 contoh uji air limbah
domestik yang berasal dari pelanggan BPLHD dengan metode winkler, data
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.
No Contoh Uji Satuan Hasil Analisis Baku Mutu
1 1880 mg/L 0,89 50
2 1881 mg/L 29,34 50
3 1882 mg/L 6,07 50
4 1883 mg/L 1,81 50
5 1884 mg/L 13,27 50
6 1885 mg/L 13,92 50
7 1886 mg/L 3,04 50
8 1888 mg/L 160,94 50
9 1889 mg/L 12,25 50
10 1890 mg/L 6,41 50
D. Pembahasan
Tabel 2. Nilai KOB air limbah domestik
40
Dilakukan pengukuran nilai KOB5 dari 10 contoh uji air limbah domestik
yang berasal dari pelanggan BPLHD, pembahasan selengkapnya dapat dilihat
pada tabel 3 dan gambar 27.
No Contoh Uji Satuan Hasil Analisis Baku Mutu Pembahasan
1 1880 mg/L 0,89 50 < BM
2 1881 mg/L 29,34 50 < BM
3 1882 mg/L 6,07 50 < BM
4 1883 mg/L 1,81 50 < BM
5 1884 mg/L 13,27 50 < BM
6 1885 mg/L 13,92 50 < BM
7 1886 mg/L 3,04 50 < BM
8 1888 mg/L 160,94 50 > BM
9 1889 mg/L 12,25 50 < BM
10 1890 mg/L 6,41 50 < BM
Ket;
BM = Baku Mutu
Grafik Nilai KOB dari 10 contoh uji air limbah domestik
39
Tabel 3. Pembahasan Hasil Analisis
41
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hasil Uji 0.89 29.34 6.07 1.81 13.27 13.92 3.04 160.94
12.25 6.41
10
30
50
70
90
110
130
150
170
Hasil Nilai KOB Contoh Uji
Bak
u M
utu
(50
mg/
L)
Pada Analisa Kebutuhan Oksigen Biokimia (KOB) penulis menganalisa
contoh uji air limbah domestik yang berasal dari pelanggan BPLHD,
berdasarkan tabel dan grafik dapat diketahui dari 10 contoh uji nilai tertinggi
KOB terdapat pada contoh uji air limbah domestik nomor 8, yaitu sebesar
160,94 mg/L contoh uji ini memiliki nilai KOB diatas baku mutu, limbah
yang sudah melewati baku mutu memiliki kadar oksigen yang rendah
akibatnya yang bekerja adalah bakteri anaerob dengan hasil akhir amonia
yang menimbulkan bau pada air sehingga berpotensi mencemari lingkungan
sementara itu untuk contoh uji yang lain berada di bawah baku mutu sehingga
tidak berdampak untuk mencemari lingkungan.
Gambar 27. Grafik Nilai KOB
42
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
C. Simpulan
Dari hasil penentuan kebutuhan oksigen biokimia (KOB) dalam
contoh uji air limbah domestik penulis dapat menyimpulkan dari 10 contoh
uji yang di analisis nilai KOB tertinggi terdapat pada contoh uji 8 yaitu
160,94 mg/L, limbah domestik contoh uji 8 belum memenuhi ketentuan
tentang baku mutu air limbah domestik (lampiran 3 peraturan gubernur
No. 122 tahun 2005) dan berpotensi untuk mencemari badan air, sementara
itu nilai KOB untuk contoh uji yang lain berada dibawah nilai baku mutu
yang sudah memenuhi ketentuan tentang baku mutu air limbah domestik.
B. Saran
43
Setelah penulis menganalisis 10 contoh uji air limbah domestik yang
berasal dari pelanggan BPLHD, dengan parameter Kebutuhan Oksigen
Biokimia (KOB) penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Perlu ditingkatkan pengawasan terhadap kualitas limbah cair industri
besar maupun kecil, baik yang telah maupun yang belum mempunyai
sarana pengolahan limbah industri dari segi cara, tenaga dan fasilitas
untuk pengambilan contoh, pemeriksaan laboratorium, pengamatan
terhadap sarana pengolahan dalam industri dan lingkungannya.
2. Perlu adanya tenaga ahli pengolahan limbah industri pada tiap industri
yang potensial mencemari lingkungan.
3. Perlu adanya pengaturan tata guna lahan yang lebih mantap sehingga
perubahan lingkungan di sekitar industri tidak menyimpang dari
perkiraan pada saat sarana pengolahan tersebut dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu
Limbah Domestik
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 122 Tahun
2005 Tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Di Provinsi Daerah
Khusus Jakarta.
SNI 06-6989.72.2009 Cara Uji Kebutuhan Oksigen Biokimia (Biochemical
Oxygen Demand/BOD)
SNI 06-6989.14-2004 Cara Uji Oksigen Terkarut Secara Yodometri (Modifikasi
Azida)
42
44
Kusuma, Piti., 2011, Pengukuran Nilai BOD Pada Air, [online],
(http://pitikusuma.wordpress.com/2011/04/11/pengukuran-nilai-bod-pada-
air, diakses tanggal 08 Mei 2012)
Chemistry,. 2011, Biological Oxygen Demand BOD, [online],
(http://chemistry35.blogspot.com/2011/04/biological-oxygen-demand-
bod.html, diakses tanggal 15 Mei 2012)
Dekha,. 2009, Iodometri, [online], (http://dekha.blogdetik.com/2009/11/21/iodo-
metri/, diakses tanggal 29 Juli 2012)
45
LAMPIRAN
LAPORANPRAKTIK KERJA INDUSTRI
(PRAKERIN)
PENENTUAN KEBUTUHAN OKSIGEN BIOKIMIA (KOB) DALAM CONTOH UJI AIR LIMBAH DOMESTIK
Diajukan untuk memenuhi persyaratan pesertaUjian Nasional Tahun Pelajaran 2012 / 2013
46
Disusun Oleh :
Nama : Annisa Nurul RafiqaNIS : 101110224Kelas/Program : XI Kimia Analisis 1
PEMERINTAH KOTA BEKASIDINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 5 KOTA BEKASI
JL. KH MOCHTAR TABRANI PERUMAHAN TYTYAN KENCANAKEL. MARGA MULYA KEC. BEKASI UTARA
KOTA BEKASI Telp/Fax. (021)88878048 KODE POS: 17142Email : [email protected]
2 0 1 2
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN OLEH SEKOLAH
Telah diperiksa dan dinilai oleh Tim Penilai
SMK NEGERI 5 KOTA BEKASI
Dinyatakan
DITERIMA/DITOLAK
47
Sebagai salah satu syarat guna mengikuti Ujian Nasional (UN)
Tahun pelajaran 2012/2013
Menyetujui/mengesahkan :
a.n Kepala SMK Negeri 5 Kota Bekasi Guru Pembimbing
Wakasek Hubungan Industri
Ratnawati, ST Dwiana Yulianita, S.Pd NIP.19750712 200902 2 002 NIP.-
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN DI TEMPAT PRAKERIN
DINILAI OLEH TIM PENILAI
LABORATORIUM LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA
Sebagai Hasil Laporan Kegiatan PRAKERIN
48
Dari Tanggal 2 April 2012 s/d 2 Juli 2012
Menyetujui/Mengesahkan :
Kepala Laboraturium Lingkungan Pembimbing/Instruktur Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta
Drs. Joni Tagor. H, MM Vera Dwisanti, BSc NIP.195804111983091002 NIP.196411221998032002
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr,Wb.
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat. Hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kegiatan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) sesuai
dengan waktu yang ditentukan, dimana penulis telah melaksanakan prakerin
49
selama 3 bulan sejak tanggal 02 April hingga 02 Juli 2012, di Laboratorium
Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta .
Semoga dengan adanya laporan ini mampu membantu penulis untuk lebih
mendalami materi dan hal-hal yang telah dilakukan selama PRAKERIN di
laboratorium. Laporan ini berisikan mengenai kegiatan analisis penulis.
Penulis merasa bahwa dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja Industri
ini bukanlah jerih payah sendiri, melainkan berkat bimbingan dari berbagai pihak,
oleh karena itu dengan rasa hormat dan rendah hati penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Dra. Dyah Sulistyaningsih, Kepala SMKN 5 Kota Bekasi.
2. Ratnawati, ST , Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Industri.
3. Joni Tagor. H, MM , Kepala Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah
Provinsi DKI Jakarta yang telah memberikan izin serta memberikan
fasilitas untuk praktik kerja industri.
4. Tuty Ermawati, ST. Kepala seksi laboratorium pengujian.
5. Vera Dwisanti, BSc. Pembimbing prakerin di Laboratorium Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta .
6. Martha Solinda Sinaga, S.Si Pembimbing parameter Kebutuhan Oksigen
Biokimia (KOB) yang telah banyak memberikan motivasi serta
memberikan pengarahan.
7. Tri Lestari, ST yang telah memberikan nasihat serta motivasi kepada
penulis.
8. Analis Laboratorium Kimia Fisik (Ibu Vera, Ibu Irza, Ibu Martha, Ibu
Kristin, Ibu Rahma, Ibu Tri, Ibu Ani, Ibu Vina, Ibu Desy, Ibu Maslina, Ibu
Rossana, Ibu Ida, Bapak Dasiman, Bapak Saih, serta seluruh staff dan
pegawai di Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta)
yang telah membantu penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Industri
i
50
9. Analis Laboratorium Mikrobiologi (Bapak Andy, Bapak Fadli, Ibu Ira, Ibu
Yulianti) yang telah membantu penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja
Industri
10. Dwiana Yulianita, S.Pd, Kepala Program Keahlian Kimia Analisis dan
Pembimbing Prakerin
11. Masitah, A.Ma, Ajeng Listyowati, S.Pd, dan Siti Nurlaela, ST, Guru
Produktif Kimia Analisis.
12. Bambang Ariyanto, S.Pd, Wali Kelas XI Kimia Analisis 1.
13. Ayah, Ibu, serta Adikku yang telah memberi dukungan baik dari materi
maupun moril serta semangat .
14. Astri Septiani Utami, Mega Imasriani, dan Anisa Nurul Rafiqa adalah
teman seperjuangan di Laboraturium Lingkungan Hidup Daerah DKI
Jakarta.
15. Seluruh teman-teman Kelas Kimia Analisis .
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari
pembaca, agar laporan ini menjadi lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum Wr, Wb
Bekasi, Juli 2012
Penulis
Daftar Isi
COVER
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH
ii
51
LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI
Kata Pengantar…………….………………………..…………………….... i
Daftar Isi…….…………………………………..…………….………….... iii
Daftar Tabel...................................................................................................v
Daftar Gambar...............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
E. Latar Belakang Masalah..................................................................1
F. Tujuan PRAKERIN.........................................................................1
G. Pembatasan Masalah....................................................................... 2
H. Sistematika Penulisan......................................................................3
BAB II PROFIL LEMBAGA/INDUSTRI/PERUSAHAAN
F. Sejarah Perusahaan........................................................................ 5
G. Struktur Organisasi........................................................................ 7
H. SumberDayaManusiadanFasilitas................................................. 9
I. KegiatanBidang/usaha yang di lakukan........................................ 10
J. Program Corporate Social Responsibility......................................14
BAB III KAJIAN PUSTAKA
D. Latar Belakang Analisis................................................................. 15
E. Uraian Alat..................................................................................... 17
F. Uraian Bahan................................................................................. 23
BAB IV PROYEK PRAKERIN
E. Prinsip Kerja................................................................................ 31
F. Alat.............................................................................................. 31
G. Bahan........................................................................................... 32
H. LangkahKerja
4. Persiapan............................................................................... 32
iii
52
5. Perhitungan............................................................................ 36
6. Contoh Perhitungan............................................................... 36
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
E. Hasil............................................................................................. 39
F. Pembahasan.................................................................................. 39
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
D. Simpulan...................................................................................... 42
E. Saran............................................................................................. 42
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Kepegawaian LLHD Provinsi DKI Jakarta................................ 9
Tabel 2. Nilai KOB air limbah domestik.............................................................. 39
Tabel 3. Pembahasan Hasil Analisis..................................................................... 40
iv
53
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi LLHD Provinsi DKI Jakarta............................ 7
Gambar 2. Struktur Organisasi LLHD Provinsi DKI Jakarta............................ 8
Gambar 3. DO meter........................................................................................17
Gambar 4. Labu erlenmeyer.............................................................................. 18
v
54
Gambar 5. Pipet ukur.........................................................................................18
Gambar 6. Bola hisap....................................................................................... 19
Gambar 7. Botol winkler....................................................................................19
Gambar 8. Lemari Inkubator............................................................................. 20
Gambar 9. Gelas ukur....................................................................................... 20
Gambar 10. Botol gelas 20 L............................................................................. 21
Gambar 11. Aerator........................................................................................... 21
Gambar 12. Buret digital....................................................................................22
Gambar 13. Termometer Digital........................................................................22
Gambar 14. CaCl2 anhidrat................................................................................ 23
Gambar 15. MgSO4.7H2O..................................................................................24
Gambar 16. FeCl3.6H2O.................................................................................... 24
Gambar 17. Dihidrogen fosfat (KH2PO4).......................................................... 25
Gambar 18. Amonium klorida (NH4Cl).............................................................25
Gambar 19. MnSO4.H2O....................................................................................26
Gambar 20. KOH............................................................................................... 27
Gambar 21. KI................................................................................................... 27
Gambar 22. NaN3...............................................................................................28
Gambar 23. H2SO4.............................................................................................28
Gambar 24. Na2S2O3.5H2O................................................................................ 29
vi
55
Gambar 25. Kalium DikromatK2Cr2O7............................................................. 29
Gambar 26. Amilum.......................................................................................... 30
Gambar 27. Grafik Nilai KOB...........................................................................40
vii
56