Laporan PKL

26
i ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIENDENGANTUBERKOLOSIS DI PUSKESMAS GEMBOR KOTA TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) DI BUAT UNTUK MELENGKAPI TUGAS PENGEMBANGAN KURIKULUM KEPERAWATANDITINGKAT SEKOLAH MENENGAH DAN PENYESUAIAN DALAM MEMASUKI DUNIA KERJA Oleh : SEPTIYAN DHARMAWANSYAH SMK NEGERI 9 TANGERANG PROGRAM STUDI KEAHLIAN : ASISTEN PERAWAT JL. Villa Tangerang Regency Sangiang, Kel. Gebang Raya, Periuk TANGERANG 2012

Transcript of Laporan PKL

Page 1: Laporan PKL

i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIENDENGANTUBERKOLOSIS DI PUSKESMAS GEMBOR

KOTA TANGERANG

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) DI BUAT UNTUK

MELENGKAPI TUGAS PENGEMBANGAN KURIKULUM

KEPERAWATANDITINGKAT SEKOLAH MENENGAH DAN

PENYESUAIAN DALAM MEMASUKI DUNIA KERJA

Oleh : SEPTIYAN DHARMAWANSYAH

SMK NEGERI 9 TANGERANG

PROGRAM STUDI KEAHLIAN :

ASISTEN PERAWAT

JL. Villa Tangerang Regency Sangiang, Kel. Gebang Raya, Periuk

TANGERANG

2012

Page 2: Laporan PKL

ii

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

TUBERKOLOSIS

DI PUSKESMAS GEMBOR

KOTA TANGERANG

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) DI BUAT UNTUK

MELENGKAPI TUGAS PENGEMBANGAN KURIKULUM

KEPERAWATANDITINGKAT SEKOLAH MENENGAH DAN

PENYESUAIAN DALAM MEMASUKI DUNIA KERJA

Oleh : SEPTIYAN DHARMAWANSYAH

(Ratna Sari Dewi.S,Pd) (Sri Marlina.Am,Keb)

Pembimbing Sekolah Pembimbing Lapangan

Page 3: Laporan PKL

iii

Page 4: Laporan PKL

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan laporan Pakerin ini

dengan judul, Asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastritis di Ruang

Cempaka RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2012.

Laporan ini disusun untuk memperaktekkan ilmu keperawatan yang didapat

secarateori di sekolah dan memadukan secara langsung di dunia industri

yaitu rumah sakit.

Penulis menyadari dalam segala keterbatasan dan kekurangan yang

ada selama melakukan penyusunan laporan ini, namun atas segala dukungan,

bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, akhirnya paloran ini

dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. H. Asep Riskanda, M.Pd, selaku kepala sekolah SMK Negeri

9 Tangerang.

2. Ibu Mawarsih, S.Pd, selaku ketua pelaksana Prakerin Tahun Pelajaran

2012/2013.

3. Ibu Merawani Siregar, S.Kep., selaku Ketua Program Studi Keperawatan

Tahun Pelajaran 2012/2013.

4. Ibu Merawani Siregar, S. Kep, selaku pembimbing materi.

5. Ibu Sri Marlina , Am,Keb, selaku pembimbing lapangan.

6. Seluruh Dewan Guru, Staf Tata Usaha SMK Negeri 9 Tangerang.

7. Seluruh Staf RSU Kabupaten Tangerang.

8. Seluruh rekan-rekan Keperawatan SMK Negeri 9 Tangerang khususnya

Tingkat : XI.Keperawatan 1 dan 2.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam rangka penyusunan laporan prakerin ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

demi penyempurnaan penyusunan dimasa yang akan datang.

Tangerang, 23 Juli 2012

Page 5: Laporan PKL

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………. ii

KATA PENGANTAR……………………………………………………….. iii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………. iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………… 1

1.2 Tujuan Prakerin ………………………………………………….. 2

1.3 Manfaat Prakerin ………………………………………………… 2

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Tuberkolosis………………………………………………3

2.2 Etiologi Tuberkolosis………………………………………………....3

2.3 GejalaTuberkolosis………………………………………………...….3

2.4 Pemeriksaan penunjang……………………………………………….4

2.5 Penatalaksanaan…………………………….…………………………7

2.6 Daftar Pustaka…………………………………………………………9

BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKERIN

3.1 Wilayah Kerja Puskesmas Gembor Kota Tangerang………….……..15

3.2 Struktur Puskesmas Gembor Kota Tangerang……….………………15

3.3 Visi Puskesmas Gembor Kota Tangerang……………………………15

3.4 Misi Puskesmas Gembor Kta Tangerang……………………………16

3.5 Fasilitas Puskesmas Gembor Kota Tangerang……………………….16

3.6 Kapasitas Rawat Inap………………………………………………...16

BAB 4 PROSES KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian………………………………………………………... 17

4.2 Masalah Keperawatan ……………………………………………. 17

4.3 Rencana Tindakan Keperawatan ………………………………… 17

4.4 Tindakan Keperawtan ……………………………………………. 17

4.5 Evaluasi…………………………………………………………… 17

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan………………………………………………………. 18

5.2 Saran…………………………………………………………….. 20

Page 6: Laporan PKL

vi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobac terium

tuberculosa, mycobacterium boviss e rta Mycobacyerium avium, tetapi lebih

sering disebakan oleh Mycobacterium tuberculosa (FKUI, 1998). Pada tahun

1993, WHO telah mencanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis di

dunia, karena pada sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkulosis menjadi

tidak terkendali.Di Indonesia sendiri, penyakit tuberkulosis merupakan masalah

kesehatan yang utama.Pada tahun 1995, hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT), menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyebab

kematian nomor tiga (3) setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran

pernafasan pada semua kelompok umur.

Di Indonesia sendiri, menurut Kartasasmita (2002), karena

sulitnyamendiagnosa tuberkulosis pada anak, maka angka kejadian tuiberkulosis

pada anakbelum diketahui pasti, namun bila angka kejadian tuberkulosis dewasa

tinggi dapatdiperkirakan kejadian tuberkulosis pada anak akan tinggi pula. Hal ini

terjadi karenasetiap orang dewasa dengan BTA positif akan menularkan pada 10-

15 orangdilingkungannya, terutama anak-anak (Depkes RI, 2002; Kartasasmita,

2002; Kompas,2003).

Lingkungan merupakan hal yang tidak terpisahkan dari aktivitas kehidupan

manusia. Lingkungan, baik secara fisik maupun biologis, sangat berperan dalam

proses terjadinya gangguan kesehatan masyarakat, termasuk gangguan kesehatan

berupa penyakit tuberkulosis pada anak (Notoatmodjo, 2003). Oleh karena itu

kesehatan anak sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, baik secara fisik,

biologis, maupun sosial.

Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh

nesar terhadap status kesehatan penghuninya (Notoatmodjo, 2003).Lingkungan

rumah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran kuman

tuberkulosis.Kuman tuberkulosis dapat hidup selama 1 – 2 jam bahkan sampai

beberapa hari hingga berminggu-minggu tergantung pada ada tidaknya sinar

ultraviolet, ventilasi yang baik, kelembaban, suhu rumah dan kepadatan penghuni

rumah.

Page 7: Laporan PKL

vii

1.2 Tujuan Prakerin

Untuk mengembangkan kreativitas dan kemampuan yang dimiliki

para siswa-siswi.

Untuk menganalisis perbandingan antara teori dengan kejadian

sesungguhnya.

Melatih siswa-siswi agar dapat bekerja dengan baik, bertanggung

jawab disiplin dan penyesuaian diri dalam memasuki dunia kerja.

Untuk belajar berkomunikasi interpersonal dengan pasien tim

pelayanan kesehatan, masyarakat yang ada dilingkungan kerja.

Melaksanakan tugas yang telah ditentukan oleh pihak sekolah.

1.3 Manfaat Prakerin

Setelah penulis melaksanakan praktek kerja industri (PRAKERIN) di

Puskesmas Gembor Kota Tangerang selama 1 bulan dari tanggal 18 Juni

2012 sampai dengan 14 Juli 2012 penulis bisa merasakan perbedaan antara

teori yang diberikan dari sekolah dengan praktek kerja yang sesungguhnya

di dunia kerja.

Ilmu keperawatan yang didapat di sekolah penulis terapkan

diPuskesmas Gembor Kota Tangerang

misalnya : Observasi TTV, membereskan tempat tidur, menggunting kuku

pasien, memandikan pasien, merawat luka pasien, melakukan komunikasi

terapeutik dan sebagainya. Semua kegiatan diatas penulis dapat

mempraktekan langsung ke pasien.

Melatih kedisiplinan, tanggung jawab dalam menjalankan semua

aktivitas yang berhubungan dengan dunia kerjasehingga penulis dapat

menyesuaikan diri dalam memasuki dunia kerja.

Page 8: Laporan PKL

viii

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Tuberkolosis

Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang

parenkim paru.Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,

terutama meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suddarth,

2003).Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang bervariasi, akibat kuman

mycobacterium tuberkulosis sistemik sehingga dapat mengenai semua organ

tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi

infeksi primer (Mansjoer, 2000).

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang pada saluran

pernafasan yang disebabkan oleh bakteri yaitu mycobacterium tuberculosis,

(Smeltzer, 2002).dapat menyimpulkan bahwa, TB Paru adalah penyakit infeksi

yang disebabkan oleh kuman mycobakterium tuberculosis yang menyerang

saluran pernafasan terutama parenkim paru.

2.2 Etiologi Tuberkolosis

Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman

yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 µm dan tebal 0,3 – 0,6 µm

dan digolongkan dalam basil tahan asam (BTA). (Suyono, 2001)

2.3 Gejala Tuberkolosis

Demam

Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh

daya tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang

masuk.

Batuk

Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk

kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif

(menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat

pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding

bronkus.

Sesak nafas.

Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana

infiltrasinya sudah setengah bagian paru.

Page 9: Laporan PKL

ix

Nyeri dada

Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis)

Malaise

Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala,

meriang, nyeri otot, keringat malam

2.4 Pemeriksaan Penunjang Tuberkolosis

Hemoglobin

Hemoglobin adalah molekul yang terdiri dari 4 kandungan haem (berisi zat besi)

dan 4 rantai globin, berada di dalam eritrosit dan bertugas utama untuk

mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah darah ditentukan oleh

kadar hemoglobin. Struktur Hb dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis

rantai globin yang ada. Terdapat 141 molekul asam amino pada rantai alfa, dan

146 molekul asam amino pada ranta beta, gamma dan delta

Nilai normal Hb

Wanita : 12-16 gr/dl

Pria : 14-18 gr/dl

Anak : 10-16 gr/dl

Bayi baru lahir : 12-24 gr/dl

Penurunan Hb terdapat pada penderita anemia, kanker, penyakit ginjal, pemberian

cairan IV yang berlebihan, penyakit Hodgkins dan obat-obatan (antibiotika,

aspirin dll). Sedangkan peningkatan Hb terdapat pada pasien dehidrasi,

polisitemia, PPOK, gagal jantung kongestif dan luka bakar hebat.

Leukosit

Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik untuk

jenis bergranula (PMN) dan jaringan limpatik untuk jenis tak bergranula

(mononuklear), berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi.

Nilai normal

Dewasa : 4.000-10.000/mm3

Bayi/anak : 9.000-12.000/mm3

Bayi baru lahir : 9.000-30.000/mm3

Peningkatan jumlah leukosit (leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi

atau radang akut, misalnya tuberkulosis, pneumonia, meningitis, appendisitis,

tonsilitis, dll. Dapat juga terjadi pada infark miokard, sirosis, leukemia, stress,

pasca bedah dll. Sedangkan penurunan jumlah leukosit (leukopenia) dapat terjadi

Page 10: Laporan PKL

x

pada penderita infeksi tertentu, terutama virus, malaria, alkoholik, SLE, arthritis

rheumatoid dan penyakit hemopoetik.

Hitung jenis leukosit

Hitung jenis leukosit adalah perhitungan jenis leukosit yang ada dalam darah

berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit. Hasil

pemeriksaan ini dapat menggambarkan kejadian dan proses penyakit dalam tubuh,

terutama penyakit infeksi. Lima tipe sel darah putih yang dihitung adalah netrofil,

eosinofil, basofil, monosit dan limfosit.Neutrofil dan limfosit merupakan 80-90%

dari total leukosit. Hasil pemeriksaan hitung jenis leukosit memberi informasi

spesifik berhubungan dengan infeksi dan proses penyakit.

No. Jenis leukosit Dewasa (%) Dewasa (mm3) Anak/bayi/BBL

1. Neutrofil (total)

Neutrofil

segmen

Neutrofil

batang

50-70

50-65

0-5

2500-7000

2500-

6500

0-500

BBL=61%

Umur 1 tahun=

2%

Sama dewasa

2 Eosinofil 1-3 100-300 Sama dewasa

3 Basofil 0,4-1,0 40-100 Sama dewasa

4 Monosit 4-6 200-600 4-9%

5 Limfosit 25-35 1700-3500 BBL: 34%

1 tahun: 60%

6 tahun: 42%

12 tahun: 38%

Hematokrit

Hematokrit adalah perbandingan bagian dari darah yang mengandung eritrosit

terhadap volume seluruh darath atau volume sel darah merah dalam 100 ml

keseluruhan darah, atau eritrosit dalam seluruh volume darah yang dihitung dalam

persen. Semakin tinggi prosentase hematokrit berarti konsentrasi darah makin

kental, diperkirakan banyak plasma darah yang keluar (ekstravasasi) dari

pembuluh darah berlanjut ke keadaan shock hipovolemik.

Nilai normal hematokrit:

Anak : 33-38/vol%

Laki-laki dewasa : 40-48/vol%

Wanita dewasa : 37-43/vol%

Penurunan hematokrit terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan darah akut,

anemia, leukimia, penyakit Hodgkin, sirosis, defisiensi vitamin B dan C dll.

Page 11: Laporan PKL

xi

Sedangkan peningkatan hematokrit terjadi pada hipovolemia, dehidrasi,

polisitemia vera, diare berat, dll.

Trombosit

Trombosit adalah komponen sel darah yang dihasilkan oleh jaringan hemopoetik,

dan berfungsi utama dalam proses pembekuan darah. Penurunan sampai di bawah

100.000/mcl berpotensi untuk terjadinya perdarahan dan hambatan pembekuan

darah.Jumlah normalnya 200.000-400.000 per mikroliter darah.

Laju Endap Darah (LED)

LED mengukur kecepatan endap eritrosit dan menggambarkan komposisi plasma

serta perbandingannya antara eritrosit dan plasma.LED dipengaruhi oleh berat sel

darah dan luas permukaan sel serta gravitasi bumi.Makin berat sel darah makin

cepat laju endapnya dan makin luas permukaan sel makin lambat

pengendapannya.LED darah normal relatif kecil karena gravitasi bumi seimbang

dengan perpindahan plasma ke atas. Setiap peningkatan viskositas plasma (misal

oleh kolesterol dan lemak lain) akan menimbulkan daya tarik ke atas semaki besar

sehingga laju endap lambat, tetapi sebaliknya setiap keadaan yang membuat sel

darah lebih berat (misal: saling melekat/menggumpal), maka laju endap ke bawah

makin meningkat. Perlekatan sel darah (Rouleaux) dapat terjadi karena

peningkatan perbandingan globulin, albumin dan fibrinogen.

LED normal:

Pria : 0-8 mm/jam

Wanita : 0-15 mm/jam

LED dapat dipakai sebagai sarana pemantauan keberhasilan terapi, perjalanan

penyakit terutama penyakit kronis misalnya TBC dan arthritis rheumatoid.

Peninggian LED biasanya terjadi akibat peningkatan kadar globulin dan

fibrinogen karena infeksi akut lokal maupun sistemis atau trauma, kehamilan,

infeksi kronis,dan infeksi terselubung yang berubah menjadi akut. Penurunan

LED dapat terjadi pada polisitemia vera, gagal jantung kongesti, anemia sel sabit,

infeksi mononukleus, defisiensi faktor V pembekuan, dll.

Page 12: Laporan PKL

xii

2.5 Penatalaksanaan Tuberkolosis

1. Pengobatan

Tujuan terpenting dari tata laksana pengobatan tuberkulosis adalah

eradikasi cepat M. tuberculosis, mencegah resistensi, dan mencegah terjadinya

komplikasi.

Jenis dan dosis OAT :

a. Isoniazid (H)

Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif terhadap kuman

dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang.Efek

samping yang mungkin timbul berupa neuritis perifer, hepatitis rash, demam Bila

terjadi ikterus, pengobatan dapat dikurangi dosisnya atau dihentikan sampai

ikterus membaik.Efek samping ringan dapat berupa kesemutan, nyeri otot, gatal-

gatal.Pada keadaan ini pemberian INH dapat diteruskan sesuai dosis.

b. Rifampisin (R)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman (persisten).Efek

samping rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi demam,

trombositopenia.Rifampisin dapat menyebabkan warnam merah atau jingga pada

air seni dan keringat, dan itu harus diberitahukan pada keluarga atau penderita

agar tidak menjadi cemas. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolism

obat dan tidak berbahaya.

c. Pirazinamid (P)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan

suasana asam.Efek samping pirazinamid adalah hiperurikemia, hepatitis, atralgia.

d. Streptomisin (S)

Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah nefrotoksik dan

kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan

pendengaran.

e. Ethambutol (E)

Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan

berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna merah dan hijau, maupun

optic neuritis.

Page 13: Laporan PKL

xiii

2. Pembedahan

Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu dengan mengangkat

jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan tulang,

bronkoskopi untuk mengangkat polip granulomatosa tuberculosis atau untuk

reseksi bagian paru yang rusak.

3. Pencegahan

Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberkulosis,

mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi adekuat, minum susu

yang telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri

hingga dilakukan pengobatan, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan

daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen.

Page 14: Laporan PKL

xiv

DAFTAR PUSTAKA

A. http://makalahcentre.blogspot.com/2011/01/tuberculosis-tbc.html

Anonim, 1998, Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 25, ECG, Jakarta

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 431, 432,

Direktorat

Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

Simon, Harvey E., 2002, Infections due to Mycobacteria, in Infectious

Disease: The Clinician’s Guide to Diagnosis, Treatment, and Prevention,

WebMD Profesional Publishing

B.http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/pemeriksaan-

laboratorium-patologi-klinik-infeksi-tuberkulosis/

Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis paru. Dalam: Sudoyo et.al. Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. 5th

ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p.

2230-9.

Provan D, Krentz A. Oxford handbook of clinical and laboratory

investigation. New York: Oxford University Press; 2002. p. 584.

Sutedjo, AY. Buku saku mengenal penyakit melalui hasil pemeriksaan

laboratorium. Yogyakarta: Asmara Books; 2007. p. 25-40.

C.http://www.kesimpulan.com/2009/04/tuberkulosis-tb-paru.html

Aditama TY. Tuberkulosis dan Pekerjaan. PDPI Cabang Jakarta.

Aditama TY, Priyanti ZS. Tuberkulosis Diagnosis, Terapi dan Masalah:

Ed. II Jakarta 2000.

Manaf A. Pemberantasan Tuberkulosis Pada Pelita VI. Cermin Dunia

Kedokteran 1997

Rustam KS. Mengapa Peran Serta Masyarakat Sangat Dibutuhkan Dalam

Pemberantasan TB. Dalam Tulisan yang disajikan dalam Simposium PPTI

Jakarta. 1999.

Pratanu IS, Hanjono Indro. Perbandingan Nilai Diagnostik Uji Pathozyme-

TB Complex dan Uji PAP TB Untuk Diagnosis TB paru: majalah

Kedokteran Indonesia 1997.

Dian K, Santoso DK, Tanuwiharja BY. Pengalaman Menerapkan Sistem

DOTS Dalam Program Pemberantasan TB Paru di Puskesmas Cimahi

Tengan Dalam Paru. Majalah PDPI: Konas Ke-VIII PDPI, Batu. 1999.

Soeroto AY, Soemantri EMS. Pemberian OAT Pada Penderita

Tuberkulosis Yang Terinfeksi Virus Hepatitis B/C di RS Dr. Hasan

Sadikin Bandung. Dalam Paru Majalah PDPI, Naskah Konas VIII. PDPI

Juli 1999.

Embran D, Revino, KS Dianiati. Profil Penderita Tuberkulosis rawat Jalan

Di Bagian Pulmonologi/RSUP Persahabatan Jakarta September-Desember

1999.

Supriyatno HB. Strategi Penanggulangan TB Anak Dalam Simposium dan

Semiloka Tuberkulosis Terintegrasi RSUP Persahabatan Jakarta. 1999.

L.Helmi M. strategi Penanggulangan Tuberkulosis Anak. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak FK-USU RSUP H. Adam Malik Medan.

Reviglione MC, O‟Brien RJ: Tuberculosis in Principles of Internal

Medicine. Harrisons‟s. Ed 14th Vol.I. International Edition, 1998.

Page 15: Laporan PKL

xv

Inselman LS, Kendig EL. J. Tuberculosis. In : Chernick V, Kending EL,

Disorders of The Respiratory Track. In Children, ed. 5. Philadelphia: WB

Saunders CO, 1990.

Callahan CW. Tuberculosis in a Practical Guide to Pediatric Respiratory

Disease. Philadelphia Sydney. Toronto. 1994.

WHO. Childhood Tuberculosis and BCG Vaccine. BCG-Gateway to EPI.

Expanded Programme on Immunization. Agustus 1989.

Aditama TY. Sepuluh Masalah Tuberkulosis dan Penanggulangannya:

Jurnal Respiratory Indonesia 2000.

Nadesul H. TB Bukan Penyakit Keturunan: Penyebab, Pencegahan dan

Pengobatan TB. 1998.

Ma‟at S. Pengobatan TB Paru Melalui Pendekatan Kemo Imunoterapi

Lab. Patologi Klinik SRUD. Dr. Soetomo. FK. Unair. 2000.

Rossman MD, Mayock RL. Pulmonary Tuberculosis in Tuberculosis:

Clinical Management and New Challenges. Mc Grow-Hill. 1995.

Maunder RJ, Pierson DJ. Tuberculosis in The Adult Respiratory Distress

Syndrome in Foundations of Respiratory Care. David J. Person, Robernt

M. Kacmarck. 1992.

Speert DP Tuberculosis in Infectious Diseases of Children. Krugman S

Ninth ed Mosby Year Book. 1992.

Mulyono Djoko: Santoso DI: Tuberkulosis Milier Dengan Tuberkulona

Intrakrania: Cermin Dunia Kedokteran. 1997.

Dutt KA, Mehta JB, Witaker BJ. Westomoreland H. Outbreak of

Tuberculosis in a Church. In Chest. 1995.

Stead WW, Bates JH. Tuberkulosis in Harrison. Principle of International

Medicine (Terjemahan) Ed.9. Ilmu Penyakit Dalam. 1981.

Santoso DK, Tanuwiharjo BY. Pengalaman Menerapkan Sistem DOTS:

Program Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Cimahi Tengah,

Dalam : Paru. Majalah PDPI Naskag Konas VIII. Batu. 1999.

Dahlan Zul. Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis: Cermin Dunia

Kedokteran. 1997.

R. Syamsul Hidayat, Jong WD. Infeksi dan Inflamasi: Buku Ajar Ilmu

Bedah. EGC. 1998.

Silibowsky R. Infection Due to Mycobakterium Tuberkulosis in

Pulmonary Diseases and Disorders. Company on Hand Book. Alfred P.

Fishman. Mc. Graw Hill International Edition. Second Ed. 1994.

Surjanto E, Sutanto YS. Diagnostik Tuberkulosis Paru: Kumpulan Naskah

Ilmiah Tuberkulosis Pada Pertemuan Ilmiah Nasional PDPI 1997

Palembang.

Ormerod P. Respiratory YS. Diagnostik Tuberculosis in Respiratory

Disorders Medicine International. 1991.

Alsagaf H, Mukty HA. Tuberkulosis Paru: Dasar-dasar Ilmu Penyakit

Paru. 1995.

Aditama TY. Perkembangan Dalam Diagnosis Tuberkulosis Paru:

Konferensi Kerja Nasional VII PDPI 1995.

Danusantoso Halim. Tuberkulosis Paru: Buku Saku Ilmu Penyakit Paru.

1993.

Bloch AB. Screening for Tuberculosis and Tuberculosis Infection in High

Risk Population Recommendation of The Advisory Council for The

Elimination of Tuberculosis. 1995.

Cheng TL, Miller ED: Ottolini M, Brasseux C, Rosenquist G. tuberkulosis

Testing. In . Arch Pediatr Adolesc Med. 1996.

Rahajoe NN. Berbagai Masalah Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis

Anak: Perkembagan dan Masalah Pulmonologi Anak saat ini. FKUI. 1994.

Page 16: Laporan PKL

xvi

Setiawan S, Hananto I, Manulutu EJ. Hasil Test Tuberkulin Sebagai

Diagnostik Pada Tuberkulosis Paru Dewasa: Naskah Lengkap KONAS II

PDPI Surabaya. 1980.

Crofton J, Douglas A. Primary Pulmonary Tuberculosis in Respiratory

Diseases Third. Ed .1984.

Jawet, Milnick, Adelburg. Mikrobakteria: Mikrobiologi Kedokteran.

Ed.20 (Alih Bahasa) EGC. 1996.

Murray, Hinshow. Tuberculosis in Diseases of The Chest.

IGAKU¬Shoin/Saunders International ed. 1981.

Veji R, Harun H. Kuman Tahan Asam. Mikrobiologi Kedokteran.

Ed.Revisi . Jakarta: Binapura Aksara, 1993.

Youman GP. Virulence of Mycobacteria: Youman GP. Tuberculosis.

Philadelphia : WB Saunders Company, 1979.

ATS. Guidliness for the Investegation and Management of Tuberculosis

Contacts. Am. Rev. Respir. Diseases.1976.

Crofton J. Douglas A. Epidemiology and Prevention of Pulmunory

Tuberkulosis in Respiratory Diseases. Third. Ed .1984

Kabat. Perbedaan Pola Kesakitan TB Paru Sebelum dan Selama Krisis

Moneter Yang Rawat Inap di Lab. Ilmu Penyakit Paru, FK UNAIR/RSUD

Dr. Soetomo, Surabaya: majalah PARU PDPI Naskah Konas VIII,

Batu,1999.

Rasyid R. patofisiologi dan Diagnostik TB Paru: Kumpulan Makalah dan

Tanya Jawab: Simposium Penyegar. Bagian Pulmonologi FKUI dan PLD

FKUI. 1984.

Collins CH, Grange JM, Yates MD. Tuberculosis in Tuberculosis

Bacteriology: Organization and Practice. Buttonworth second. Ed. 1984.

Hopewell PC, Bloom BR. Tuberculosis and Mycobaterial Diseases. In

Text Book of Respiratory Medicine: Muray Nadel Second ed. 1994.

Budiman HI. Penanggulangan Komplikasi Pada TB Anak. FKUI:

Simposium dan Semiloka TB Terintegrasi RSUP Persahabatan: Mei 1999:

Jakarta.

Penington JE. Pulmonary Tuberculosis in Respiratory Infection. Diagnosis

and Management. Raven Press. New York. 1994.

Crafton SJ, Douglas A: Post Primer Pulmonary Tuberculosis in

Respiratory Diseases. Third ed. 1984.

Miller MA, Valway S, Onorato IM. Penularan Tuberkulosis Di Pesawat

Terbang Dalam Warta TB No.1/1/1997.

Tanuwiharja BT, Wijaya Susan. H .sindroma Obtrukstif Diffuse Pada TB

Paru: Penyakit Paru Obstruktif Menahun, Jakarta, FKUI, 1989.

Kresno Siti B. immunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, 2nd

Edition, jakarta, FKUI, 1991.

Nuraida, Patogenesis Sindroma Obstruksi Pasca Tuberkulosis. Cermin

Dunia Kedokteran:1995.

Crofton J,Horne N, Miller F. (Alih Bahasa Prof. Dr. Muljono dkk)

:Tuberkulosis Klinik, Jakarta, Widiya Medika, 1998.

Ginting AK. Imunopatogenesis TB Paru Dalam Tesis Penilaian 3 Jenis

Prototipe Antigen MMP Peptida M. Tuberculosis Sebagai Sero Diagnosis

TB Paru Di Bagian Pulmonologi FKUI.1998.

Darip MD. Aspek Imunologis Infeksi Dengan Mycobakterium

Tuberkulosa Bagian Mikrobiologi FK.USU.

Muliaty D. Respon Imunologi Penyakit Tuberkulosis Disajikan Pada

Kelompok Studi UPI FK-USU Prodia Medan, Agustus 2000.

WHO. Immunological Aspect in Recurrent Respiratory Track Infektions

1993.

Page 17: Laporan PKL

xvii

Reviono, Subroto H, Suryanto E, Suradi, Sutanto YS. Profil Penderita

Tuberkulosis Paru Yang Dirawat Di UPF RSUD Dr. Moewardi Di

Surakarta Pada Tahun 1998: Paru Majalah PDPI KONAS VIII PDPI.

Malang, 1999.

Soepardi P. Tuberkulosis Miler Pada Orang Dewasa bagian Ilmu Penyakit

Paru FK-UI RS Persahabatan Jakarta: Paru. 1985.

Wijanarko P. dkk. Peranan Pemeriksaan Anti Bodi Terhadap Antigen 38

Kilodalton Mycobacterium Tuberkulosis: Diagnosis TB Paru Di RSUP

Persahabatan, Jakarta Dalam MKI. 1997.

D.http://soerya.surabaya.go.id/AuP/e-

DU.KONTEN/edukasi.net/Peng.Pop/Kesehatan/TBC/all.htm

Page 18: Laporan PKL

xviii

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKERIN

3.1 Wilayah Kerja Puskesmas Gembor Kota Tangerang

3.2 Struktur Puskesmas Gembor Kota Tangerang

3.3 Visi Puskesmas Gembor Kota Tangerang

Puskesmas Gembor “BERSINAR” Menuju TANGERANG Sehat Pada

Tahun 2008(Bersih,Sehat,Indah,Nyaman,Ramah)

3.4 Misi Puskesmas Gembor Kota Tangerang

1.Menggerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan

2.Memberdayakan Keluarga Dan Masyarakat

3.Menggalang Kemitraan Dengan Terkait

4.Mengembangkan Pelayanan Kesehatan Unggulan:Klinik TB Paru

5.S.W.O.T

3.5 Fasilitas Puskesmas Gembor Kota Tangerang

1.Loket Pendafataran

2.Ruang BP Umum

3.Ruang MTBS/Balita

4.Ruang BP Gigi

5.Ruang TB Paru

6.Ruang KIA

7.Ruang Persalinan

8.Apotik

9.Lariumboratorium

10.Aula

3.6 Kapasitas Rawat Inap

1.Ruang Persalinan

Page 19: Laporan PKL

xix

BAB IV

PROSES KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian

4.1.1 Data Umum

Tanggal masuk Puskesmas : 21 Juni 2012

Jam : 08.45

Ruang BP Umum

4.1.2 Identitas Pasien

Nama : Mardiyanto

Jenis kelamin :Laki-Laki

Usia : 48 Tahun

Agama :Islam

Alamat : Total Persada Raya

Keluarga yang dapat dihubungi :

Telp :

Alasan masuk Puskesmas :Pasien Mengeluhkan Sakit Pada

Dadanya & Sesak Nafas

4.1.3 Pemeriksaan Fisik

Berat Badan :52 Kg

Tinggi Badan :157 Cm

Temperatur tubuh :36,9

Nadi :73 DPM

Pernapasan : 19 Kali

Tekanan darah : 140/100 mmHg

Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan Laboratorium BTA(+)

Dengan Hasil Sbb:RESULT UNKNOWN

4.1.4 Keluhan

Data Objektif :Pasien Tampak Lemas Dan Mukanya Pucat

Data Subjektif : Pasien Mengatakan Bahwa Dadanya Terasa Sakit

Dan Nafas Sesak

Page 20: Laporan PKL

xx

4.2 Masalah Keperawatan

Kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang dialami.

Devisit perawatan diri.

Gangguan Respirasi Yang Berhubungan Dengan Adanya

PenumpukanSputum (Dahak)Di Paru-Parunya

4.3 Rencana Tindakan Keperawatan

Anjurkan Pasien Untuk Lebih Memperhatikan Kesehatan Paru-Parunya

Dengan Mencari Informasi Yang Berhubungan Dengan Penyakit Yang

Di Deritanya

Anjurkan Pasien Untuk Tidak Merokok Lagi

Anjurkan Untuk Menjaga Pola Makan Sehat

Anjurkan Pasien Untuk Olah Raga Secara Teratur

Anjurkan Pasien Untuk Minum Obat Secara Teratur

Anjurkan Kepada Pasien Untuk Melakukan Pemeriksaan Laboratorium

BTA(+)Secara Rutin Setiap 1 Bulan Sekali

4.4 Tindakan Keperawatan

Memberikan Promosi Kesehatan Singkat,Padat&Jelas Tentang

Tuberkolosis & Menjaga Pola Hidup Sehat

Memberikan Obat Yang Sebelumya Sudah Berkolaborasi Dengan Perawat

& Dokter

4.5 Evaluasi

Pasien Sudah Merasa Lebih Nyaman Dalam Bernafas & Dadanya Sudah

Berkurang Rasa Nyerinya

Page 21: Laporan PKL

xxi

BAB V

PENUTUP

5.1Kesimpulan

Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan di seluruh

dunia, oleh karena morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi, terutama

pada negara yang sedang berkembang.WHO (World Health

Organization) menyatakan bahwa TB saat ini telah menjadi ancaman

global.Diperkirakan terdapat 8 juta kasus baru dan 3 juta kematian karena

TB setiap tahunnya. Menurut WHO tahun 1989, di negara berkembang

terdapat 1,3 juta kasus dan 450.000 kematian karena TB pada anak di

bawah 15 tahun. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986,

TB adalah penyebab kematian nomor 4 sedangkan menurut SKRT tahun

1992, TB sebagai penyebab kematian nomor 2 sesudah penyakit

kardiovaskuler dan nomor 1 dari golongan penyakit infeksi. Sedangkan

pada saat ini, laporan internasional menunjukan bahwa Indonesia adalah

„penyumbang‟ kasus penderita TB terbesar ketiga didunia, setelah Cina

dan India. WHO memperkirakan bahwa setiap tahun 175.000 orang

meninggal karena TB dari sekitar 500.000 kasus baru dengan 260.000

orang tidak terdiagnosis serta mendapat palayanan yang tidak tuntas. Dan

menurut data yang dilaporkan dunia pada tahun 1995, penderita TB di

Indonesia berjumlah 460.000 orang, dan angka ini relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan negara lain. Tahun 2000 insiden TB di dunia akan

semakin meningkat dibanding tahun 1995, tujuh puluh persen penderita

TB paru berada pada usia produktif (15-54 tahun) dan sebagian besar

golongan sosial ekonomi rendah dan diperkirakan kasus BTA positif

adalah 241 per 1.000 penduduk sehingga berperan dalam penyebaran

penyakit kepada masyarakat luas.

Penularan tuberkulosis melalui udara dengan inhalasi droplet nucleus

yang mengandung basil tuberkulosis yang infeksius.Bayi dan anak yang

Page 22: Laporan PKL

xxii

kontak serumah dengan penderita tuberkulosis dewasa terutama dengan

sputum BTA positif yang belum pernah didiagnosa dan diobati

merupakan resiko tinggi terinfeksi TB.

WHO menganjurkan imunisasi BCG diberikan pada bayi baru lahir untuk

mencegah infeksi tuberkulosis.Walaupun efikasi BCG dalam mencegah

infeksi tuberkulosis masih diperdebatkan, pada daerah mana angka

infeksi tinggi, imunisasi BCG harus dianggap sebagai dari program

kontrol tuberkulosis.Di Indonesia imunisasi BCG masih perlu

dilaksanakan sebagai usaha untuk mencegah tuberkulosis.

Dikatakan, sampai hari ini belum ada satu negara pun di dunia yang telah

bebas TB paru.Bahkan untuk negara maju, di mana tadinya angka TB

telah menurun, belakangan angka ini naik lagi sehingga TB disebut

sebagai salah satu reemerging disease.Sementara di Indonesia penyakit

ini belum pernah menurun jumlahnya dan bahkan meningkat.

Oleh karena itu penting untuk memeriksakan orang-orang yang kontak

erat dengan penderita TB paru. Dalam program pemberantasan penyakit

tuberkulosis paru penemuan penderita dilakukan dengan cara pencarian

penderita yang tersangka TB di tengah-tengah masyarakat baik secara

pasif maupun secara aktif, untuk diperiksa riaknya secara mikroskopis

langsung. Oleh karena sangat penting ditemukan penderita sedini

mungkin untuk diberi pengobatan sampai sembuh sehingga tidak lagi

membahayakan lingkungannya.

Berdasarkan pengamatan penulis temukan di lapangan selama

melaksanakan prakerin selama satu bulan bahwa teori tentang penyakit

Tuberkolosisada hubungan yang bermakna dengan pasien Tn.Mardiyanto

5.2 Saran

Jangan lupa untuk secara teratur minum obat setiap harinya, sesuai

anjuran dokter Selalu menutup mulut dengan tisu jika batuk, bersin atau tertawa.

Simpan tisu dalam tempat tertutup dan buang di tempat sampah

Beraktifitas seperti biasa, seperti sekolah, bermain, dan bekerja.

Selama penderita TBC minum obat dengan benar, maka risiko

menularkan akan hilang. Jadi aktifitas sosial dan harian tidak ada yang

perlu dibatasi, artinya penderita TBC jangan dikucilkan atau dijauhi. Sirkulasi dalam kamar harus baik, jika perlu tambahkan kipas angin

untuk membuang udara di dalam kamar. Usahakan tinggal dalam

kamar atau rumah yang memiliki ventilasi cahaya baik. Kuman TBC

mudah menyebar dalam ruangan tertutup dan tidak ada sirkulasi udara.

Page 23: Laporan PKL

xxiii

Berdasarkan kesimpulan yang telah di jelaskan di atas maka saran yang perlu

dilakukan kepada pasien Tn.Mardiyanto adalah menjaga pola makan yang sehat

dan Berolah Raga Secara Teratur.

By:Septiyan.Dr

Page 24: Laporan PKL

xxiv

Page 25: Laporan PKL

xxv

BUKTI BIMBINGAN LAPORAN PRAKERIN

No. Hari/Tanggal Materi TT

Pembimbing

Saran

Pembimbing

Page 26: Laporan PKL

xxvi

1.

Jumat/22/07/2012

BAB

I

Tangerang,8Juli2012

Pembimbing Materi

(Merawani Siregar, S,Kep.)