Laporan PKL
-
Upload
septiyan-dharmawansyah -
Category
Documents
-
view
220 -
download
5
Transcript of Laporan PKL
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIENDENGANTUBERKOLOSIS DI PUSKESMAS GEMBOR
KOTA TANGERANG
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) DI BUAT UNTUK
MELENGKAPI TUGAS PENGEMBANGAN KURIKULUM
KEPERAWATANDITINGKAT SEKOLAH MENENGAH DAN
PENYESUAIAN DALAM MEMASUKI DUNIA KERJA
Oleh : SEPTIYAN DHARMAWANSYAH
SMK NEGERI 9 TANGERANG
PROGRAM STUDI KEAHLIAN :
ASISTEN PERAWAT
JL. Villa Tangerang Regency Sangiang, Kel. Gebang Raya, Periuk
TANGERANG
2012
ii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
TUBERKOLOSIS
DI PUSKESMAS GEMBOR
KOTA TANGERANG
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) DI BUAT UNTUK
MELENGKAPI TUGAS PENGEMBANGAN KURIKULUM
KEPERAWATANDITINGKAT SEKOLAH MENENGAH DAN
PENYESUAIAN DALAM MEMASUKI DUNIA KERJA
Oleh : SEPTIYAN DHARMAWANSYAH
(Ratna Sari Dewi.S,Pd) (Sri Marlina.Am,Keb)
Pembimbing Sekolah Pembimbing Lapangan
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan laporan Pakerin ini
dengan judul, Asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastritis di Ruang
Cempaka RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2012.
Laporan ini disusun untuk memperaktekkan ilmu keperawatan yang didapat
secarateori di sekolah dan memadukan secara langsung di dunia industri
yaitu rumah sakit.
Penulis menyadari dalam segala keterbatasan dan kekurangan yang
ada selama melakukan penyusunan laporan ini, namun atas segala dukungan,
bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, akhirnya paloran ini
dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. H. Asep Riskanda, M.Pd, selaku kepala sekolah SMK Negeri
9 Tangerang.
2. Ibu Mawarsih, S.Pd, selaku ketua pelaksana Prakerin Tahun Pelajaran
2012/2013.
3. Ibu Merawani Siregar, S.Kep., selaku Ketua Program Studi Keperawatan
Tahun Pelajaran 2012/2013.
4. Ibu Merawani Siregar, S. Kep, selaku pembimbing materi.
5. Ibu Sri Marlina , Am,Keb, selaku pembimbing lapangan.
6. Seluruh Dewan Guru, Staf Tata Usaha SMK Negeri 9 Tangerang.
7. Seluruh Staf RSU Kabupaten Tangerang.
8. Seluruh rekan-rekan Keperawatan SMK Negeri 9 Tangerang khususnya
Tingkat : XI.Keperawatan 1 dan 2.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam rangka penyusunan laporan prakerin ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi penyempurnaan penyusunan dimasa yang akan datang.
Tangerang, 23 Juli 2012
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………. ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………… 1
1.2 Tujuan Prakerin ………………………………………………….. 2
1.3 Manfaat Prakerin ………………………………………………… 2
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Tuberkolosis………………………………………………3
2.2 Etiologi Tuberkolosis………………………………………………....3
2.3 GejalaTuberkolosis………………………………………………...….3
2.4 Pemeriksaan penunjang……………………………………………….4
2.5 Penatalaksanaan…………………………….…………………………7
2.6 Daftar Pustaka…………………………………………………………9
BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKERIN
3.1 Wilayah Kerja Puskesmas Gembor Kota Tangerang………….……..15
3.2 Struktur Puskesmas Gembor Kota Tangerang……….………………15
3.3 Visi Puskesmas Gembor Kota Tangerang……………………………15
3.4 Misi Puskesmas Gembor Kta Tangerang……………………………16
3.5 Fasilitas Puskesmas Gembor Kota Tangerang……………………….16
3.6 Kapasitas Rawat Inap………………………………………………...16
BAB 4 PROSES KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian………………………………………………………... 17
4.2 Masalah Keperawatan ……………………………………………. 17
4.3 Rencana Tindakan Keperawatan ………………………………… 17
4.4 Tindakan Keperawtan ……………………………………………. 17
4.5 Evaluasi…………………………………………………………… 17
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan………………………………………………………. 18
5.2 Saran…………………………………………………………….. 20
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobac terium
tuberculosa, mycobacterium boviss e rta Mycobacyerium avium, tetapi lebih
sering disebakan oleh Mycobacterium tuberculosa (FKUI, 1998). Pada tahun
1993, WHO telah mencanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis di
dunia, karena pada sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkulosis menjadi
tidak terkendali.Di Indonesia sendiri, penyakit tuberkulosis merupakan masalah
kesehatan yang utama.Pada tahun 1995, hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT), menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyebab
kematian nomor tiga (3) setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran
pernafasan pada semua kelompok umur.
Di Indonesia sendiri, menurut Kartasasmita (2002), karena
sulitnyamendiagnosa tuberkulosis pada anak, maka angka kejadian tuiberkulosis
pada anakbelum diketahui pasti, namun bila angka kejadian tuberkulosis dewasa
tinggi dapatdiperkirakan kejadian tuberkulosis pada anak akan tinggi pula. Hal ini
terjadi karenasetiap orang dewasa dengan BTA positif akan menularkan pada 10-
15 orangdilingkungannya, terutama anak-anak (Depkes RI, 2002; Kartasasmita,
2002; Kompas,2003).
Lingkungan merupakan hal yang tidak terpisahkan dari aktivitas kehidupan
manusia. Lingkungan, baik secara fisik maupun biologis, sangat berperan dalam
proses terjadinya gangguan kesehatan masyarakat, termasuk gangguan kesehatan
berupa penyakit tuberkulosis pada anak (Notoatmodjo, 2003). Oleh karena itu
kesehatan anak sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, baik secara fisik,
biologis, maupun sosial.
Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh
nesar terhadap status kesehatan penghuninya (Notoatmodjo, 2003).Lingkungan
rumah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran kuman
tuberkulosis.Kuman tuberkulosis dapat hidup selama 1 – 2 jam bahkan sampai
beberapa hari hingga berminggu-minggu tergantung pada ada tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi yang baik, kelembaban, suhu rumah dan kepadatan penghuni
rumah.
vii
1.2 Tujuan Prakerin
Untuk mengembangkan kreativitas dan kemampuan yang dimiliki
para siswa-siswi.
Untuk menganalisis perbandingan antara teori dengan kejadian
sesungguhnya.
Melatih siswa-siswi agar dapat bekerja dengan baik, bertanggung
jawab disiplin dan penyesuaian diri dalam memasuki dunia kerja.
Untuk belajar berkomunikasi interpersonal dengan pasien tim
pelayanan kesehatan, masyarakat yang ada dilingkungan kerja.
Melaksanakan tugas yang telah ditentukan oleh pihak sekolah.
1.3 Manfaat Prakerin
Setelah penulis melaksanakan praktek kerja industri (PRAKERIN) di
Puskesmas Gembor Kota Tangerang selama 1 bulan dari tanggal 18 Juni
2012 sampai dengan 14 Juli 2012 penulis bisa merasakan perbedaan antara
teori yang diberikan dari sekolah dengan praktek kerja yang sesungguhnya
di dunia kerja.
Ilmu keperawatan yang didapat di sekolah penulis terapkan
diPuskesmas Gembor Kota Tangerang
misalnya : Observasi TTV, membereskan tempat tidur, menggunting kuku
pasien, memandikan pasien, merawat luka pasien, melakukan komunikasi
terapeutik dan sebagainya. Semua kegiatan diatas penulis dapat
mempraktekan langsung ke pasien.
Melatih kedisiplinan, tanggung jawab dalam menjalankan semua
aktivitas yang berhubungan dengan dunia kerjasehingga penulis dapat
menyesuaikan diri dalam memasuki dunia kerja.
viii
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Tuberkolosis
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru.Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
terutama meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suddarth,
2003).Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang bervariasi, akibat kuman
mycobacterium tuberkulosis sistemik sehingga dapat mengenai semua organ
tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi
infeksi primer (Mansjoer, 2000).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang pada saluran
pernafasan yang disebabkan oleh bakteri yaitu mycobacterium tuberculosis,
(Smeltzer, 2002).dapat menyimpulkan bahwa, TB Paru adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh kuman mycobakterium tuberculosis yang menyerang
saluran pernafasan terutama parenkim paru.
2.2 Etiologi Tuberkolosis
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman
yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 µm dan tebal 0,3 – 0,6 µm
dan digolongkan dalam basil tahan asam (BTA). (Suyono, 2001)
2.3 Gejala Tuberkolosis
Demam
Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh
daya tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang
masuk.
Batuk
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk
kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif
(menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat
pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding
bronkus.
Sesak nafas.
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
ix
Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis)
Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala,
meriang, nyeri otot, keringat malam
2.4 Pemeriksaan Penunjang Tuberkolosis
Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul yang terdiri dari 4 kandungan haem (berisi zat besi)
dan 4 rantai globin, berada di dalam eritrosit dan bertugas utama untuk
mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah darah ditentukan oleh
kadar hemoglobin. Struktur Hb dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis
rantai globin yang ada. Terdapat 141 molekul asam amino pada rantai alfa, dan
146 molekul asam amino pada ranta beta, gamma dan delta
Nilai normal Hb
Wanita : 12-16 gr/dl
Pria : 14-18 gr/dl
Anak : 10-16 gr/dl
Bayi baru lahir : 12-24 gr/dl
Penurunan Hb terdapat pada penderita anemia, kanker, penyakit ginjal, pemberian
cairan IV yang berlebihan, penyakit Hodgkins dan obat-obatan (antibiotika,
aspirin dll). Sedangkan peningkatan Hb terdapat pada pasien dehidrasi,
polisitemia, PPOK, gagal jantung kongestif dan luka bakar hebat.
Leukosit
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik untuk
jenis bergranula (PMN) dan jaringan limpatik untuk jenis tak bergranula
(mononuklear), berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Nilai normal
Dewasa : 4.000-10.000/mm3
Bayi/anak : 9.000-12.000/mm3
Bayi baru lahir : 9.000-30.000/mm3
Peningkatan jumlah leukosit (leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi
atau radang akut, misalnya tuberkulosis, pneumonia, meningitis, appendisitis,
tonsilitis, dll. Dapat juga terjadi pada infark miokard, sirosis, leukemia, stress,
pasca bedah dll. Sedangkan penurunan jumlah leukosit (leukopenia) dapat terjadi
x
pada penderita infeksi tertentu, terutama virus, malaria, alkoholik, SLE, arthritis
rheumatoid dan penyakit hemopoetik.
Hitung jenis leukosit
Hitung jenis leukosit adalah perhitungan jenis leukosit yang ada dalam darah
berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit. Hasil
pemeriksaan ini dapat menggambarkan kejadian dan proses penyakit dalam tubuh,
terutama penyakit infeksi. Lima tipe sel darah putih yang dihitung adalah netrofil,
eosinofil, basofil, monosit dan limfosit.Neutrofil dan limfosit merupakan 80-90%
dari total leukosit. Hasil pemeriksaan hitung jenis leukosit memberi informasi
spesifik berhubungan dengan infeksi dan proses penyakit.
No. Jenis leukosit Dewasa (%) Dewasa (mm3) Anak/bayi/BBL
1. Neutrofil (total)
Neutrofil
segmen
Neutrofil
batang
50-70
50-65
0-5
2500-7000
2500-
6500
0-500
BBL=61%
Umur 1 tahun=
2%
Sama dewasa
2 Eosinofil 1-3 100-300 Sama dewasa
3 Basofil 0,4-1,0 40-100 Sama dewasa
4 Monosit 4-6 200-600 4-9%
5 Limfosit 25-35 1700-3500 BBL: 34%
1 tahun: 60%
6 tahun: 42%
12 tahun: 38%
Hematokrit
Hematokrit adalah perbandingan bagian dari darah yang mengandung eritrosit
terhadap volume seluruh darath atau volume sel darah merah dalam 100 ml
keseluruhan darah, atau eritrosit dalam seluruh volume darah yang dihitung dalam
persen. Semakin tinggi prosentase hematokrit berarti konsentrasi darah makin
kental, diperkirakan banyak plasma darah yang keluar (ekstravasasi) dari
pembuluh darah berlanjut ke keadaan shock hipovolemik.
Nilai normal hematokrit:
Anak : 33-38/vol%
Laki-laki dewasa : 40-48/vol%
Wanita dewasa : 37-43/vol%
Penurunan hematokrit terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan darah akut,
anemia, leukimia, penyakit Hodgkin, sirosis, defisiensi vitamin B dan C dll.
xi
Sedangkan peningkatan hematokrit terjadi pada hipovolemia, dehidrasi,
polisitemia vera, diare berat, dll.
Trombosit
Trombosit adalah komponen sel darah yang dihasilkan oleh jaringan hemopoetik,
dan berfungsi utama dalam proses pembekuan darah. Penurunan sampai di bawah
100.000/mcl berpotensi untuk terjadinya perdarahan dan hambatan pembekuan
darah.Jumlah normalnya 200.000-400.000 per mikroliter darah.
Laju Endap Darah (LED)
LED mengukur kecepatan endap eritrosit dan menggambarkan komposisi plasma
serta perbandingannya antara eritrosit dan plasma.LED dipengaruhi oleh berat sel
darah dan luas permukaan sel serta gravitasi bumi.Makin berat sel darah makin
cepat laju endapnya dan makin luas permukaan sel makin lambat
pengendapannya.LED darah normal relatif kecil karena gravitasi bumi seimbang
dengan perpindahan plasma ke atas. Setiap peningkatan viskositas plasma (misal
oleh kolesterol dan lemak lain) akan menimbulkan daya tarik ke atas semaki besar
sehingga laju endap lambat, tetapi sebaliknya setiap keadaan yang membuat sel
darah lebih berat (misal: saling melekat/menggumpal), maka laju endap ke bawah
makin meningkat. Perlekatan sel darah (Rouleaux) dapat terjadi karena
peningkatan perbandingan globulin, albumin dan fibrinogen.
LED normal:
Pria : 0-8 mm/jam
Wanita : 0-15 mm/jam
LED dapat dipakai sebagai sarana pemantauan keberhasilan terapi, perjalanan
penyakit terutama penyakit kronis misalnya TBC dan arthritis rheumatoid.
Peninggian LED biasanya terjadi akibat peningkatan kadar globulin dan
fibrinogen karena infeksi akut lokal maupun sistemis atau trauma, kehamilan,
infeksi kronis,dan infeksi terselubung yang berubah menjadi akut. Penurunan
LED dapat terjadi pada polisitemia vera, gagal jantung kongesti, anemia sel sabit,
infeksi mononukleus, defisiensi faktor V pembekuan, dll.
xii
2.5 Penatalaksanaan Tuberkolosis
1. Pengobatan
Tujuan terpenting dari tata laksana pengobatan tuberkulosis adalah
eradikasi cepat M. tuberculosis, mencegah resistensi, dan mencegah terjadinya
komplikasi.
Jenis dan dosis OAT :
a. Isoniazid (H)
Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif terhadap kuman
dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang.Efek
samping yang mungkin timbul berupa neuritis perifer, hepatitis rash, demam Bila
terjadi ikterus, pengobatan dapat dikurangi dosisnya atau dihentikan sampai
ikterus membaik.Efek samping ringan dapat berupa kesemutan, nyeri otot, gatal-
gatal.Pada keadaan ini pemberian INH dapat diteruskan sesuai dosis.
b. Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman (persisten).Efek
samping rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi demam,
trombositopenia.Rifampisin dapat menyebabkan warnam merah atau jingga pada
air seni dan keringat, dan itu harus diberitahukan pada keluarga atau penderita
agar tidak menjadi cemas. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolism
obat dan tidak berbahaya.
c. Pirazinamid (P)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam.Efek samping pirazinamid adalah hiperurikemia, hepatitis, atralgia.
d. Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah nefrotoksik dan
kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan
pendengaran.
e. Ethambutol (E)
Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan
berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna merah dan hijau, maupun
optic neuritis.
xiii
2. Pembedahan
Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu dengan mengangkat
jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan tulang,
bronkoskopi untuk mengangkat polip granulomatosa tuberculosis atau untuk
reseksi bagian paru yang rusak.
3. Pencegahan
Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberkulosis,
mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi adekuat, minum susu
yang telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri
hingga dilakukan pengobatan, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
A. http://makalahcentre.blogspot.com/2011/01/tuberculosis-tbc.html
Anonim, 1998, Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 25, ECG, Jakarta
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 431, 432,
Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Simon, Harvey E., 2002, Infections due to Mycobacteria, in Infectious
Disease: The Clinician’s Guide to Diagnosis, Treatment, and Prevention,
WebMD Profesional Publishing
B.http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/pemeriksaan-
laboratorium-patologi-klinik-infeksi-tuberkulosis/
Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis paru. Dalam: Sudoyo et.al. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. 5th
ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p.
2230-9.
Provan D, Krentz A. Oxford handbook of clinical and laboratory
investigation. New York: Oxford University Press; 2002. p. 584.
Sutedjo, AY. Buku saku mengenal penyakit melalui hasil pemeriksaan
laboratorium. Yogyakarta: Asmara Books; 2007. p. 25-40.
C.http://www.kesimpulan.com/2009/04/tuberkulosis-tb-paru.html
Aditama TY. Tuberkulosis dan Pekerjaan. PDPI Cabang Jakarta.
Aditama TY, Priyanti ZS. Tuberkulosis Diagnosis, Terapi dan Masalah:
Ed. II Jakarta 2000.
Manaf A. Pemberantasan Tuberkulosis Pada Pelita VI. Cermin Dunia
Kedokteran 1997
Rustam KS. Mengapa Peran Serta Masyarakat Sangat Dibutuhkan Dalam
Pemberantasan TB. Dalam Tulisan yang disajikan dalam Simposium PPTI
Jakarta. 1999.
Pratanu IS, Hanjono Indro. Perbandingan Nilai Diagnostik Uji Pathozyme-
TB Complex dan Uji PAP TB Untuk Diagnosis TB paru: majalah
Kedokteran Indonesia 1997.
Dian K, Santoso DK, Tanuwiharja BY. Pengalaman Menerapkan Sistem
DOTS Dalam Program Pemberantasan TB Paru di Puskesmas Cimahi
Tengan Dalam Paru. Majalah PDPI: Konas Ke-VIII PDPI, Batu. 1999.
Soeroto AY, Soemantri EMS. Pemberian OAT Pada Penderita
Tuberkulosis Yang Terinfeksi Virus Hepatitis B/C di RS Dr. Hasan
Sadikin Bandung. Dalam Paru Majalah PDPI, Naskah Konas VIII. PDPI
Juli 1999.
Embran D, Revino, KS Dianiati. Profil Penderita Tuberkulosis rawat Jalan
Di Bagian Pulmonologi/RSUP Persahabatan Jakarta September-Desember
1999.
Supriyatno HB. Strategi Penanggulangan TB Anak Dalam Simposium dan
Semiloka Tuberkulosis Terintegrasi RSUP Persahabatan Jakarta. 1999.
L.Helmi M. strategi Penanggulangan Tuberkulosis Anak. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK-USU RSUP H. Adam Malik Medan.
Reviglione MC, O‟Brien RJ: Tuberculosis in Principles of Internal
Medicine. Harrisons‟s. Ed 14th Vol.I. International Edition, 1998.
xv
Inselman LS, Kendig EL. J. Tuberculosis. In : Chernick V, Kending EL,
Disorders of The Respiratory Track. In Children, ed. 5. Philadelphia: WB
Saunders CO, 1990.
Callahan CW. Tuberculosis in a Practical Guide to Pediatric Respiratory
Disease. Philadelphia Sydney. Toronto. 1994.
WHO. Childhood Tuberculosis and BCG Vaccine. BCG-Gateway to EPI.
Expanded Programme on Immunization. Agustus 1989.
Aditama TY. Sepuluh Masalah Tuberkulosis dan Penanggulangannya:
Jurnal Respiratory Indonesia 2000.
Nadesul H. TB Bukan Penyakit Keturunan: Penyebab, Pencegahan dan
Pengobatan TB. 1998.
Ma‟at S. Pengobatan TB Paru Melalui Pendekatan Kemo Imunoterapi
Lab. Patologi Klinik SRUD. Dr. Soetomo. FK. Unair. 2000.
Rossman MD, Mayock RL. Pulmonary Tuberculosis in Tuberculosis:
Clinical Management and New Challenges. Mc Grow-Hill. 1995.
Maunder RJ, Pierson DJ. Tuberculosis in The Adult Respiratory Distress
Syndrome in Foundations of Respiratory Care. David J. Person, Robernt
M. Kacmarck. 1992.
Speert DP Tuberculosis in Infectious Diseases of Children. Krugman S
Ninth ed Mosby Year Book. 1992.
Mulyono Djoko: Santoso DI: Tuberkulosis Milier Dengan Tuberkulona
Intrakrania: Cermin Dunia Kedokteran. 1997.
Dutt KA, Mehta JB, Witaker BJ. Westomoreland H. Outbreak of
Tuberculosis in a Church. In Chest. 1995.
Stead WW, Bates JH. Tuberkulosis in Harrison. Principle of International
Medicine (Terjemahan) Ed.9. Ilmu Penyakit Dalam. 1981.
Santoso DK, Tanuwiharjo BY. Pengalaman Menerapkan Sistem DOTS:
Program Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Cimahi Tengah,
Dalam : Paru. Majalah PDPI Naskag Konas VIII. Batu. 1999.
Dahlan Zul. Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis: Cermin Dunia
Kedokteran. 1997.
R. Syamsul Hidayat, Jong WD. Infeksi dan Inflamasi: Buku Ajar Ilmu
Bedah. EGC. 1998.
Silibowsky R. Infection Due to Mycobakterium Tuberkulosis in
Pulmonary Diseases and Disorders. Company on Hand Book. Alfred P.
Fishman. Mc. Graw Hill International Edition. Second Ed. 1994.
Surjanto E, Sutanto YS. Diagnostik Tuberkulosis Paru: Kumpulan Naskah
Ilmiah Tuberkulosis Pada Pertemuan Ilmiah Nasional PDPI 1997
Palembang.
Ormerod P. Respiratory YS. Diagnostik Tuberculosis in Respiratory
Disorders Medicine International. 1991.
Alsagaf H, Mukty HA. Tuberkulosis Paru: Dasar-dasar Ilmu Penyakit
Paru. 1995.
Aditama TY. Perkembangan Dalam Diagnosis Tuberkulosis Paru:
Konferensi Kerja Nasional VII PDPI 1995.
Danusantoso Halim. Tuberkulosis Paru: Buku Saku Ilmu Penyakit Paru.
1993.
Bloch AB. Screening for Tuberculosis and Tuberculosis Infection in High
Risk Population Recommendation of The Advisory Council for The
Elimination of Tuberculosis. 1995.
Cheng TL, Miller ED: Ottolini M, Brasseux C, Rosenquist G. tuberkulosis
Testing. In . Arch Pediatr Adolesc Med. 1996.
Rahajoe NN. Berbagai Masalah Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis
Anak: Perkembagan dan Masalah Pulmonologi Anak saat ini. FKUI. 1994.
xvi
Setiawan S, Hananto I, Manulutu EJ. Hasil Test Tuberkulin Sebagai
Diagnostik Pada Tuberkulosis Paru Dewasa: Naskah Lengkap KONAS II
PDPI Surabaya. 1980.
Crofton J, Douglas A. Primary Pulmonary Tuberculosis in Respiratory
Diseases Third. Ed .1984.
Jawet, Milnick, Adelburg. Mikrobakteria: Mikrobiologi Kedokteran.
Ed.20 (Alih Bahasa) EGC. 1996.
Murray, Hinshow. Tuberculosis in Diseases of The Chest.
IGAKU¬Shoin/Saunders International ed. 1981.
Veji R, Harun H. Kuman Tahan Asam. Mikrobiologi Kedokteran.
Ed.Revisi . Jakarta: Binapura Aksara, 1993.
Youman GP. Virulence of Mycobacteria: Youman GP. Tuberculosis.
Philadelphia : WB Saunders Company, 1979.
ATS. Guidliness for the Investegation and Management of Tuberculosis
Contacts. Am. Rev. Respir. Diseases.1976.
Crofton J. Douglas A. Epidemiology and Prevention of Pulmunory
Tuberkulosis in Respiratory Diseases. Third. Ed .1984
Kabat. Perbedaan Pola Kesakitan TB Paru Sebelum dan Selama Krisis
Moneter Yang Rawat Inap di Lab. Ilmu Penyakit Paru, FK UNAIR/RSUD
Dr. Soetomo, Surabaya: majalah PARU PDPI Naskah Konas VIII,
Batu,1999.
Rasyid R. patofisiologi dan Diagnostik TB Paru: Kumpulan Makalah dan
Tanya Jawab: Simposium Penyegar. Bagian Pulmonologi FKUI dan PLD
FKUI. 1984.
Collins CH, Grange JM, Yates MD. Tuberculosis in Tuberculosis
Bacteriology: Organization and Practice. Buttonworth second. Ed. 1984.
Hopewell PC, Bloom BR. Tuberculosis and Mycobaterial Diseases. In
Text Book of Respiratory Medicine: Muray Nadel Second ed. 1994.
Budiman HI. Penanggulangan Komplikasi Pada TB Anak. FKUI:
Simposium dan Semiloka TB Terintegrasi RSUP Persahabatan: Mei 1999:
Jakarta.
Penington JE. Pulmonary Tuberculosis in Respiratory Infection. Diagnosis
and Management. Raven Press. New York. 1994.
Crafton SJ, Douglas A: Post Primer Pulmonary Tuberculosis in
Respiratory Diseases. Third ed. 1984.
Miller MA, Valway S, Onorato IM. Penularan Tuberkulosis Di Pesawat
Terbang Dalam Warta TB No.1/1/1997.
Tanuwiharja BT, Wijaya Susan. H .sindroma Obtrukstif Diffuse Pada TB
Paru: Penyakit Paru Obstruktif Menahun, Jakarta, FKUI, 1989.
Kresno Siti B. immunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, 2nd
Edition, jakarta, FKUI, 1991.
Nuraida, Patogenesis Sindroma Obstruksi Pasca Tuberkulosis. Cermin
Dunia Kedokteran:1995.
Crofton J,Horne N, Miller F. (Alih Bahasa Prof. Dr. Muljono dkk)
:Tuberkulosis Klinik, Jakarta, Widiya Medika, 1998.
Ginting AK. Imunopatogenesis TB Paru Dalam Tesis Penilaian 3 Jenis
Prototipe Antigen MMP Peptida M. Tuberculosis Sebagai Sero Diagnosis
TB Paru Di Bagian Pulmonologi FKUI.1998.
Darip MD. Aspek Imunologis Infeksi Dengan Mycobakterium
Tuberkulosa Bagian Mikrobiologi FK.USU.
Muliaty D. Respon Imunologi Penyakit Tuberkulosis Disajikan Pada
Kelompok Studi UPI FK-USU Prodia Medan, Agustus 2000.
WHO. Immunological Aspect in Recurrent Respiratory Track Infektions
1993.
xvii
Reviono, Subroto H, Suryanto E, Suradi, Sutanto YS. Profil Penderita
Tuberkulosis Paru Yang Dirawat Di UPF RSUD Dr. Moewardi Di
Surakarta Pada Tahun 1998: Paru Majalah PDPI KONAS VIII PDPI.
Malang, 1999.
Soepardi P. Tuberkulosis Miler Pada Orang Dewasa bagian Ilmu Penyakit
Paru FK-UI RS Persahabatan Jakarta: Paru. 1985.
Wijanarko P. dkk. Peranan Pemeriksaan Anti Bodi Terhadap Antigen 38
Kilodalton Mycobacterium Tuberkulosis: Diagnosis TB Paru Di RSUP
Persahabatan, Jakarta Dalam MKI. 1997.
D.http://soerya.surabaya.go.id/AuP/e-
DU.KONTEN/edukasi.net/Peng.Pop/Kesehatan/TBC/all.htm
xviii
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKERIN
3.1 Wilayah Kerja Puskesmas Gembor Kota Tangerang
3.2 Struktur Puskesmas Gembor Kota Tangerang
3.3 Visi Puskesmas Gembor Kota Tangerang
Puskesmas Gembor “BERSINAR” Menuju TANGERANG Sehat Pada
Tahun 2008(Bersih,Sehat,Indah,Nyaman,Ramah)
3.4 Misi Puskesmas Gembor Kota Tangerang
1.Menggerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan
2.Memberdayakan Keluarga Dan Masyarakat
3.Menggalang Kemitraan Dengan Terkait
4.Mengembangkan Pelayanan Kesehatan Unggulan:Klinik TB Paru
5.S.W.O.T
3.5 Fasilitas Puskesmas Gembor Kota Tangerang
1.Loket Pendafataran
2.Ruang BP Umum
3.Ruang MTBS/Balita
4.Ruang BP Gigi
5.Ruang TB Paru
6.Ruang KIA
7.Ruang Persalinan
8.Apotik
9.Lariumboratorium
10.Aula
3.6 Kapasitas Rawat Inap
1.Ruang Persalinan
xix
BAB IV
PROSES KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
4.1.1 Data Umum
Tanggal masuk Puskesmas : 21 Juni 2012
Jam : 08.45
Ruang BP Umum
4.1.2 Identitas Pasien
Nama : Mardiyanto
Jenis kelamin :Laki-Laki
Usia : 48 Tahun
Agama :Islam
Alamat : Total Persada Raya
Keluarga yang dapat dihubungi :
Telp :
Alasan masuk Puskesmas :Pasien Mengeluhkan Sakit Pada
Dadanya & Sesak Nafas
4.1.3 Pemeriksaan Fisik
Berat Badan :52 Kg
Tinggi Badan :157 Cm
Temperatur tubuh :36,9
Nadi :73 DPM
Pernapasan : 19 Kali
Tekanan darah : 140/100 mmHg
Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan Laboratorium BTA(+)
Dengan Hasil Sbb:RESULT UNKNOWN
4.1.4 Keluhan
Data Objektif :Pasien Tampak Lemas Dan Mukanya Pucat
Data Subjektif : Pasien Mengatakan Bahwa Dadanya Terasa Sakit
Dan Nafas Sesak
xx
4.2 Masalah Keperawatan
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang dialami.
Devisit perawatan diri.
Gangguan Respirasi Yang Berhubungan Dengan Adanya
PenumpukanSputum (Dahak)Di Paru-Parunya
4.3 Rencana Tindakan Keperawatan
Anjurkan Pasien Untuk Lebih Memperhatikan Kesehatan Paru-Parunya
Dengan Mencari Informasi Yang Berhubungan Dengan Penyakit Yang
Di Deritanya
Anjurkan Pasien Untuk Tidak Merokok Lagi
Anjurkan Untuk Menjaga Pola Makan Sehat
Anjurkan Pasien Untuk Olah Raga Secara Teratur
Anjurkan Pasien Untuk Minum Obat Secara Teratur
Anjurkan Kepada Pasien Untuk Melakukan Pemeriksaan Laboratorium
BTA(+)Secara Rutin Setiap 1 Bulan Sekali
4.4 Tindakan Keperawatan
Memberikan Promosi Kesehatan Singkat,Padat&Jelas Tentang
Tuberkolosis & Menjaga Pola Hidup Sehat
Memberikan Obat Yang Sebelumya Sudah Berkolaborasi Dengan Perawat
& Dokter
4.5 Evaluasi
Pasien Sudah Merasa Lebih Nyaman Dalam Bernafas & Dadanya Sudah
Berkurang Rasa Nyerinya
xxi
BAB V
PENUTUP
5.1Kesimpulan
Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan di seluruh
dunia, oleh karena morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi, terutama
pada negara yang sedang berkembang.WHO (World Health
Organization) menyatakan bahwa TB saat ini telah menjadi ancaman
global.Diperkirakan terdapat 8 juta kasus baru dan 3 juta kematian karena
TB setiap tahunnya. Menurut WHO tahun 1989, di negara berkembang
terdapat 1,3 juta kasus dan 450.000 kematian karena TB pada anak di
bawah 15 tahun. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986,
TB adalah penyebab kematian nomor 4 sedangkan menurut SKRT tahun
1992, TB sebagai penyebab kematian nomor 2 sesudah penyakit
kardiovaskuler dan nomor 1 dari golongan penyakit infeksi. Sedangkan
pada saat ini, laporan internasional menunjukan bahwa Indonesia adalah
„penyumbang‟ kasus penderita TB terbesar ketiga didunia, setelah Cina
dan India. WHO memperkirakan bahwa setiap tahun 175.000 orang
meninggal karena TB dari sekitar 500.000 kasus baru dengan 260.000
orang tidak terdiagnosis serta mendapat palayanan yang tidak tuntas. Dan
menurut data yang dilaporkan dunia pada tahun 1995, penderita TB di
Indonesia berjumlah 460.000 orang, dan angka ini relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan negara lain. Tahun 2000 insiden TB di dunia akan
semakin meningkat dibanding tahun 1995, tujuh puluh persen penderita
TB paru berada pada usia produktif (15-54 tahun) dan sebagian besar
golongan sosial ekonomi rendah dan diperkirakan kasus BTA positif
adalah 241 per 1.000 penduduk sehingga berperan dalam penyebaran
penyakit kepada masyarakat luas.
Penularan tuberkulosis melalui udara dengan inhalasi droplet nucleus
yang mengandung basil tuberkulosis yang infeksius.Bayi dan anak yang
xxii
kontak serumah dengan penderita tuberkulosis dewasa terutama dengan
sputum BTA positif yang belum pernah didiagnosa dan diobati
merupakan resiko tinggi terinfeksi TB.
WHO menganjurkan imunisasi BCG diberikan pada bayi baru lahir untuk
mencegah infeksi tuberkulosis.Walaupun efikasi BCG dalam mencegah
infeksi tuberkulosis masih diperdebatkan, pada daerah mana angka
infeksi tinggi, imunisasi BCG harus dianggap sebagai dari program
kontrol tuberkulosis.Di Indonesia imunisasi BCG masih perlu
dilaksanakan sebagai usaha untuk mencegah tuberkulosis.
Dikatakan, sampai hari ini belum ada satu negara pun di dunia yang telah
bebas TB paru.Bahkan untuk negara maju, di mana tadinya angka TB
telah menurun, belakangan angka ini naik lagi sehingga TB disebut
sebagai salah satu reemerging disease.Sementara di Indonesia penyakit
ini belum pernah menurun jumlahnya dan bahkan meningkat.
Oleh karena itu penting untuk memeriksakan orang-orang yang kontak
erat dengan penderita TB paru. Dalam program pemberantasan penyakit
tuberkulosis paru penemuan penderita dilakukan dengan cara pencarian
penderita yang tersangka TB di tengah-tengah masyarakat baik secara
pasif maupun secara aktif, untuk diperiksa riaknya secara mikroskopis
langsung. Oleh karena sangat penting ditemukan penderita sedini
mungkin untuk diberi pengobatan sampai sembuh sehingga tidak lagi
membahayakan lingkungannya.
Berdasarkan pengamatan penulis temukan di lapangan selama
melaksanakan prakerin selama satu bulan bahwa teori tentang penyakit
Tuberkolosisada hubungan yang bermakna dengan pasien Tn.Mardiyanto
5.2 Saran
Jangan lupa untuk secara teratur minum obat setiap harinya, sesuai
anjuran dokter Selalu menutup mulut dengan tisu jika batuk, bersin atau tertawa.
Simpan tisu dalam tempat tertutup dan buang di tempat sampah
Beraktifitas seperti biasa, seperti sekolah, bermain, dan bekerja.
Selama penderita TBC minum obat dengan benar, maka risiko
menularkan akan hilang. Jadi aktifitas sosial dan harian tidak ada yang
perlu dibatasi, artinya penderita TBC jangan dikucilkan atau dijauhi. Sirkulasi dalam kamar harus baik, jika perlu tambahkan kipas angin
untuk membuang udara di dalam kamar. Usahakan tinggal dalam
kamar atau rumah yang memiliki ventilasi cahaya baik. Kuman TBC
mudah menyebar dalam ruangan tertutup dan tidak ada sirkulasi udara.
xxiii
Berdasarkan kesimpulan yang telah di jelaskan di atas maka saran yang perlu
dilakukan kepada pasien Tn.Mardiyanto adalah menjaga pola makan yang sehat
dan Berolah Raga Secara Teratur.
By:Septiyan.Dr
xxiv
xxv
BUKTI BIMBINGAN LAPORAN PRAKERIN
No. Hari/Tanggal Materi TT
Pembimbing
Saran
Pembimbing
xxvi
1.
Jumat/22/07/2012
BAB
I
Tangerang,8Juli2012
Pembimbing Materi
(Merawani Siregar, S,Kep.)