laporan pkl
-
Upload
kemal-antasari -
Category
Documents
-
view
1.111 -
download
21
description
Transcript of laporan pkl
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekayaan sumberdaya hayati dan nir hayati yang tersimpan dalam negara
Kepulauan Indonesia menjadikannya sebagai salah satu “mega biodiversity”
dunia dengan cakupan keragaman ekosistem, jenis dan genetika atau varietas.
Limpahan sumberdaya alam ini merupakan modal dalam rangka pembangunan
kesejahteraan masyarakat.
Puntondo yang merupakan daerah pesisir selatan Kabupaten Takalar
memiliki potensi sumberdaya hayati laut. Di wilayah ini terdapat 3 ekosistem
yakni ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun dan ekosistem hutan
mangrove.
Salah satu ekosistem perairan tropik yang paling unik yaitu terumbu
karang. Ekosistem ini banyak menarik perhatian sebab bersifat alamiah dan
memiliki nilai ekologi dan estetika yang tinggi serta kaya akan keanekaragaman
biota (Nontji, 2002; Nybakken, 1992). Terumbu karang, khususnya terumbu
karang tepi dan penghalang, berperan penting sebagai pelindung pantai dari
empasan ombak dan arus kuat yang berasal dari laut. Selai itu, terumbu karang
mempunyai peran utama sebagai habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan
(feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground) dan tempat
pemijahan (spawning ground) bagi berbagai biota yang hidup di sekitar dan atau
berasosiasi dengan terumbu karang (Bengen, 2004; Burke dkk, 2002)
Meningkatnya laju pembangunan menyebabkan peningkatan pemanfaatan
sumberdaya alam tidak terkecuali terumbu karang. Hal ini berlanjut pada makin
besar perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan hidup, khususnya
lingkungan ekologi. Nilai ekonomis yang tinggi dan ketergantungan
terhadap sumberdaya terumbu karang telah menyebabkan eksploitasi
1
besar-besaran yang menyebabkan kerusakan ekologis yang sangat
memprihatinkan pada ekosistem ini. Menurut Supriharyono (2000),
Hampir 71% terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan yang
cukup berat yang relatif baik sekitar 22,5% sedangkan yang kondisinya
cukup baik hanya sekitar 6,5%. Untuk itu, dibutuhkan upaya-upaya
untuk melindungi dan melestarikan (konservasi), serta mencegah
kerusakan habitat lebuh lanjut.
Permasalahan yang dihadapi untuk pelaksanaan pengelolaan seperti apa
yang dimaksud di atas adalah terbatasnya data, informasi, ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk mendukung pemanfaatan yang lestari, perlindungan dan
rehabilitasi. Sehingga diperlukan suatu kajian atau studi awal untuk mengetahui
berbagai informasi yang terkandung dan hasilnya dapat dijadikan landasan
dalam pembuatan keputusan baik itu pemanfaatannya, perlindungan maupun
tindakan rehabilitasi. Maka perlu dilakukan inventarisasi terhadap potensi sember
daya hayati tersebut termasuk inventarisasi ikan karang. Dengan demikian
diharapkan segala tindakan dalam penggunaan sumberdaya alam akan tepat
sasaran dan meminimalisir resiko-resiko yang dapat terjadi. Inventarisasi data
dasar sumberdaya alam pesisir dan laut merupakan kegiatan yang sangat
diperlukan, dan dibutuhkan guna ketersediaan data bagi perencanaan daerah,
terutama wilayah yang sangat komplek, beragam dan saling berkaitan seperti
wilayah pesisir dengan laut.
Ikan Karang merupakan jenis ikan yang spesifik dan hidup di wilayah
sekitar terumbu karang. Meningkatnya eksploitasi terumbu karang dan
penangkapan ikan karang yang tidak ramah lingkungan, menyebabkan
kerusakan yang semakin meluas, terutama lingkungani wilayah dimana ikan
karang hidup, yaitu terumbu karang. Dikhawatirkan perubahan dan perusakan
2
ekosistem ini akan mempengaruhi ekologi wilayah terumbu karang, yang secara
tidak langsung akan mempengaruhi keadaan sosial ekonomi masyarakat
sekitarnya dan menurunkan asset daerah di bidang perikanan tangkap dan ikan
hias.
Ketersediaan data yang akurat dan up to date, terutama di wilayah habitat
ikan karang di perairan puntondo ini sangat diperlukan, guna perencanaan
pengembangan wilayah, terutama wilayah yang memiliki potensi sumberdaya
ikan karang agar dapat dipantau dan diawasi perkembangannya. Sehingga
melaksanakan inventarisasi data dasar sumberdaya alam wilayah pesisir dan
laut, terutama sumberdaya Ikan karang, yang akan digunakan sebagai data
dasar bagi berbagai kepentingan di wilayah pesisir dan laut agar sesuai dengan
potensi yang dimiliki.
3
B. Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan pelaksanaan PKL ini adalah :
1. Tujuan Akademik : Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
studi pada Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin.
2. Tujuan Fungsional : Untuk mendapatkan informasi mengenai fungsi dan
tugas dari Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo.
3. Tujuan Keilmuan : Untuk mengetahui komunitas ikan karang menggunakan
metode visual sensus di kawasan konservasi terumbu karang Pusat
Pendidikan Lingkungan Hidup Puntondo.
Kegunaan Praktek Kerja Lapang adalah menambah wawasan mengenai
kondisi instansi/organisasi, aktivitas dan pelaksanaan program pada Pusat
Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo, Desa Laikang Kec. Mangara
Bombang Kab. Takalar khususnya pada inventarisasi dan monitoring kondisi
terumbu karang.
C. Ruang Lingkup
1. Lingkup lokasi praktek : Praktek kerja lapang ini dilaksanakan Pendidikan
Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo dan pengambilan data lapangan
dilakukan di wilayah konservasi terumbu karang PPLH Puntondo (Perairan
Teluk Laikang) Desa Laikang Kec. Mangara Bombang Kab. Takalar
2. Lingkup batasan materi : Pengenalan Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup
(PPLH) Puntondo, serta melakukan komunitas ikan karang menggunakan
metode visual sensus di kawasan konservasi terumbu karang pusat
pendidikan lingkungan hidup Puntondo
4
II. KONDISI INSTANSI
A. Uraian Singkat Instansi
Yayasan Pendidikan Lingkungan Hidup Puntondo disingkat YPLHP, di
bangun dan didirikan atas dasar kepedulian terhadap lingkungan yang
kerusakannya semakin hari semakin cepat dan parah. Peletakan batu pertama
pada tanggal 18 Agustus 1998 dan di resmikan pada tanggal 15 Oktober 2000.
dalam melakukan seluruh aktivitasnya di laksanakan dan di tempatkan di pusat
pendidikan lingkungan hidup puntondo yang berlokasi di Dusun Puntondo, Desa
Laikang, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar - Sulawesi Selatan.
B. Struktur Organisasi
Gambar 1. Struktur Instansi
5
Pembina Penasehat
Ketua Pengurus
Direktur
Administrasi & Keuangan
DivisiFasilitas
DivisiRestoran
DivisiKelautan
DivisiPendidikan
DivisiHum & Info
DivisiKeamanan
DivisiPerawatan K&B
Tabel 1. Daftar nama Pegawai pada YPLHP
No. Nama Jabatan1. Syibot Wiliem Porte
Pembina2 Anna Regina Frey 3. Sylvia Sjam4. H. Suroso5. Blasius
Penasehat6. Nai Laidi7. Zulkarnain8. Muh. Aimin
Ketua Pengurus9. Timiati10. Muh. Wajib11. Muhammad Wajib Direktur12. Sipo
Divisi Fasilitas13. Andi14. Ansar15. Irma
Divisi Restoran16. Asri17. Isma18. Mulyadi
Divisi Kelautan19. Baim20. Dian M. Tasrif
Divisi Pendidikan21 Rohana22. Eli23 Nasrul
Divisi Humas & Info24. Zainal25. Dg. Laga
Divisi Keamanan26. Dg. Sila27. Suwono
Divisi Perawatan K & B28. Kamaruddin29. Dg. Ngampa
(Sumber: Profil YPLH Puntondo 2010)
C. Visi, Misi, Tujuan, dan Program Kerja
1. Visi
Visi Yayasan Pendidikan Lingkungan Hidup Puntondo (YPLHP) adalah
terwujudnya masyarakat yang peduli dan sadar terhadap lingkungan hidup untuk
mencapai keharmonisan.
2. Misi
Misi Yayasan Pendidikan Lingkungan Hidup Puntondo (YPLHP) adalah
menjadi lembaga swadaya masyarakat yang mandiri dan independen,
6
mendorong dan mengajak masyarakat untuk melestarikan serta meningkatkan
kualitas hidup melalui pendidikan.
3. Tujuan
Tujuan Yayasan Pendidikan Lingkungan Hidup Puntondo (YPLHP) adalah
Melestarikan dan memperbaiki kwalitas lingkungan hidup melalui pendidikan.
4. Program Kerja
Adapun program kerja Yayasan Pendidikan Lingkungan Hidup Puntondo
(YPLHP) sebagai berikut:
a) Menyediakan tempat bagi kelompok atau individu untuk memahami issu-issu
lingkungan melalui pelatihan dan program yang ditawarkan,
b) Melakukan pendidikan lingkungan hidup secara non formal,
c) Mengembangkan dan menyebarluaskan informasi serta ilmu pengetahuan
dan teknologi yang ramah lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan
umat manusia secara berkelanjutan,
d) Melakukan upaya-upaya pelestarian dan pengelolaan lingkungan hidup
secara bijaksana dan berkelanjutan dengan cara membangun kerjasama
dengan para pihak untuk mendorong terwujudnya kemandirian.
e) Mengadakan pendidikan lingkungan hidup lainnya yang tidak bertentangan
dengan maksud dan tujuan yayasan.
D. Program Pendidikan Lingkungan Hidup
Topik program yang diberikan kepada peserta program adalah topik yang
berkaitan dengan lingkungan, terutama mengenai kerusakan lingkungan dan
solusi sederhana dan mudah topik program antara lain keanekaragaman hayati,
ekosistem laut, teknologi tepat lingkungan, pengelolaan sampah, sosiologi desa
nelayan, souvenir dari bahan limbah, pertanian ekologis, pemanfaatan
pekarangan, makanan ekologis, ekowisata dan outward bound.
7
1. Peserta program:
Kelompok sasaran program pendidikan lingkungan ditujukan bagi semua
golongan dan lapisan masyarakat dari berbgai latar belakang antara lain:
- Siswa / pelajar / TK / Perguruan Tinggi
- Kalangan pendidik dan akademisi
- Kalangan LSM dan pemerhati lingkungan
- Kalangan Pemerintah
- Kalangan industriawan dan perbankan
- Masyarakat umum
2. Metode program:
Untuk melibatkan peserta secara aktif maka digunakan metode partisipatif
dimana tercipta suasana belajar yang menyenangkan, terbuka santai dan
tercipta pola pikir kritis. Ada beberapa macam metode yang digunakan dalam
menlaksanakan program yaitu.;
- Diskusi dan sharing
- Media audio-visual
- Observasi dan investigasi langsung di lapangan
- Permainan dan simulasi
E. Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan PPLH Puntondo dalam menyeleggarakan
kegiatan, puntondo memiliki sarana dan prasarana pendukung, yaitu:
1. Pendopo
Berfungsi sebagai tempat menerima tamu ataupun bersantai setelah
berprogram. Di Pendopo Tim PPLH Puntondo akan menemani setiap tamu yang
datang dan mendapatkan berbagi informai tentang lingkungan hidup. Di pendopo
8
juga pengunjung dapat membaca majalah dinding (mading) PPLH-Puntondo
yang berisikan foto-foto, kampanye dan tips-tips penyelamatan lingkungan.
2. Perpustakaan
Perpustakaan PPLH Memiliki berbagai macam koleksi buku tentang topik
lingkungan hidup maupun topik umum. Selain itu, tersedia kliping, majalah,
leaflet, brosur dan lain-lain. Perpustakaan ini juga dapat dimanfaatkan oleh
semua masyarakat tanpa terkecuali untuk menambah ilmu dan pengetahuan,
juga sebagai bahan referensi untuk mendukung program PPLH Puntondo.
3. Ruang Seminar
Ruang ini didesain sedemikian rupa sehingga peserta merasakan
suasana pertemuan yang nyaman, tidak memerlukan bantuan peralatan audio
untuk memperkeras suara. Ruang ini khusus untuk lokakarya, seminar, diskusi
atau pertemuan lainnya dengan daya tampung ideal 80 orang.
4. Restoran
Menyajikan berbagai menu tradisional maupun umum yang sebagian
masakannya hasil dari kebun sayur PPLH Puntondo yang ditanam secara
ekologis. Pengunjung dapat menikmati makanan ekologis yang tentunya lebih
sehat untuk tubuh karena dimasak tanpa zat kimia tambahan antara lain :
penyedap, pewarna, pengawet dan pemanis buatan. Arsitektur restoran yang
unik didukung pemandangan Teluk Laikang yang indah akan menemani waktu
bersantap pengunjung lebih berkesan
5. Asrama
Terdiri dari bangunan kembar berdaya tampung 32 orang dengan harga
relatif murah untuk putra dan putri, Dilengkapi kamar mandi desain terbuka yang
memungkinkan sirkulasi udara berjalan dengan baik.
9
6. Bungalo
Di PPLH Puntondo, terdapat 6 bungalo yang dibangun dengan konsep
terbuka dan pendekatan terhadap alam, arsitektur bangunan akan memberi
kesan tersendiri untuk setiap tamu yang datang. Tersedia 2 bungalo VIP (kerapu
dan kakap) dan 4 bungalo standar.
7. Boat dan Perlengkapan Renang
Sarana ini digunakan bagi peserta program yang berminat mengelilingi
Teluk Laikang. Kapal ini memiliki alas yang terbuat dari kaca, sehingga
pengunjung dapat menikmati bawah laut teluk Laikang di atas boat. Selain itu,
kapal PPLH juga dilengkapi pelampung, masker, snorkel dan fins untuk wisata
dan pendidikan laut.
F. Kerjasama PPLH Puntondo dengan Lembaga Lain.
Sebagai Yayasan yang konsen terhadap pendidikan lingkungan, PPLH
Puntondo mendapat dukungan dari beberapa lembaga lain yaitu:
1. PanEco adalah lembaga international yang non-profit berpusat di Swis.
Berfokus pada konservasi alam dan pendidikan lingkungan di Indonesia dan
Swiss. PanEco memberikan bimbingan teknis dan pendanaan.
2. Plan International yang mendukung kegiatan lokakarya, pelatihan, dan
pendampingan untuk masyarakat di Kabupaten Takalar, Jeneponto, dan
Bantaeng tentang penghijauan pekarangan, pencegahan erosi, gizi
keluarga,pelatihan untuk pelatih, pelatihan pemandu kelompok anak,
lokakarya pendidikan lingkungan hidup untuk guru-guru, publikasi dan
pelatihan perpustakaan desa. Mulai tahun 1994 – sekarang.
3. SARI (Stichting Arisan Indonesia/Arisan Indonesia Foundation Nijmegen
Netherlands) yang berpusat di Belanda mendukung pembangunan fisik,
10
pendampingan masyarakat, dan proyek pendidikan lingkungan hidup &
pembangunan berkelanjutan di daerah pesisir Sulawesi Selatan. Mulai tahun
1997 – sekarang.
4. GTZ (The Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit) organisasi
non profit yang berkantor di Jerman juga mendukung pembangunan fisik dan
pendampingan masyarakat tahun 1997-2001.
5. CEPI (Collaborative Environmental Project in Indonesia), NGO internasional
yang berpusat di Kanada, mendukung program pendidikan lingkungan hidup
untuk sekolah pada tahun 2001.
6. British Council mendukung program peningkatan kesehatan masyarakat
dan pekarangan pada tahun 1996.
7. Australia Maritime mendanai Lokakarya kelautan pada tahun 1998.
8. HSF (Hans Seidel Foundation) yang berkantor di Jerman mendukung
lokakarya guru SMP dan pelatihan SDM pada tahun 1998.
9. Kedutaan New Zealand terlibat dalam program pemanfaatan pekarangan,
kesehatan, ternak dan kelautan pada tahun 1998-2001.
10. UNDP/GEF/YBUL mendukung lokakarya kelautan, pendampingan sanitasi,
pelatihan guru, dan pertanian pada tahun 1998 – 2000.
11. WWF Wallacea menyelenggarakan Training of Trainers Reef Check pada
tahun 1999.
12. Dinas Kehutanan/PKT Takalar mendukung penanaman bakau di pesisir
Puntondo pada tahun 1999.
13. The Coral Reef Aliance mendanai program konservasi terumbu karang pada
tahun 2002.
14. Radio Bharata (Makassar) secara rutin memberi kesempatan kepada PPLH
Puntondo untuk menyiarkan berita-berita lingkungan.
11
15. Ashoka mendukung Lokalatih Pengelolaan Lingkungan dalam perspektif
Manajemen Resiko Bencana dan Bebagi Pengalaman pada tahun 2003.
16. BIMAesw Kerjasama Pelatihan Guru – “Penerapan Metode Pembelajaran
Aktif di Kelas” (Agustus 2006 – Maret 2007)
12
III. RANGKAIAN KERJA
A. Waktu dan Tempat
Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan selama kurang lebih 10 minggu
pada bulan Agustus sampai Oktober 2010 yang bertempat di Dusun Puntodo,
Sulawesi Selatan.
Gambar 2. Lokasi Pengamatan
Stasiun pengamatan ekosistem terumbu karang tebagi atas 2 stasiun
pengamatan. Stasiun pengamatan ditentukan berdasarkan keberadaan
13
ekosistem terumbu karang pada kawasan konservasi terumbu karang serta hasil
survei awal maupun informasi yang dikumpulkan dari masyarakat setempat.
B. Alat dan Bahan
Adapun peralatan dan bahan penunjang bagi kelancaran pelaksanaan
kegiatan ini diperlihatkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Peralatan dan bahan penunjang kegiatan
No. ITEM Keterangan1 Roll Meter Sebagai transek dalam pendataan2 Cool Box Wadah penyimpanan alat3 GPS (Global Positioning System) Penentuan koordinat4 Kamera digital Dokumentasi5 Sabak Alas mencatat hasil-hasil survey6 ATK Untuk pendataan7 Peta Panduan lokasi8 Komputer Pengolahan data9 Printer Pencetakan
10 Perangkat lunak (soft ware) Mengolah dan menganalisa data11 Data sekunder Peta-peta, laporan-laporan kegiatan, dan
lainnya
C. Ulasan Kegiatan
1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
a) Tahap Persiapan
Persiapan yang dilakukan sebelum ke instansi yang menjadi tempat PKL
adalah menyelesaikan administrasi baik di Jurusan Ilmu Unhas maupun di
Yayasan Pendidikan Lingkungan Hidup Puntondo.
b) Tahap Kegiatan
Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan selama melakukan PKL di
Yayasan Pendidikan Lingkungan Hidup Puntondo adalah sebagai berikut:
14
1. Pengenalan Instansi
Kegiatan awal yang dilakukan dalam rangkaian PKL adalah
pengenalan lingkungan sekitar instansi serta penjelasan mengenai
kondisi instansi oleh pembimbing lapangan (dijelaskan secara detail
pada Bab II laporan ini).
2. Observasi Lapangan
Kegiatan observasi lapangan dimaksudkan untuk mencari plot untuk
memasang transek yang dianggap mewakili semua areal Puntondo.
Observasi lapangan dilakukan dengan cara renang bebas (free
swimming observation).
3. Pengambilan Data
Selanjutnya adalah pengambilan data ikan karang bersamaan dengan
pengambilan data karang. Pengambilan data ikan karang
menggunakan scuba untuk memudahkan pengmbilan data.
4. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh dimasukkan dalam komputer dengan
menggunakan software untuk memudahkan dalam pengolahan data.
Pengolahan data yang dimaksud adalah menghitung nilai indeks
keanekaragaman yang menunjukkan keseimbangan keanekaragaman
dalam suatu pembagian jumlah individu tiap jenis.
Dimana : H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-WienerPi = proporsi kelimpahan individu dari satu individu ke
i (ni/N)
15
Berdasarkan rumus indeks keanekaragaman yang dikemukakan oleh Shannon-
Wiener dikategorikan sebagai berikut (Edrus et al., 2002):
H’ < 1 : Keanekaragaman rendah, komunitas buruk1< H’<3 : Keanekaragaman sedang, komunitas alamiH’ >3 : Keanekaragaman tinggi, komunitas matang
c) Tahap penyusunan Laporan
Langkah akhir dari rangkaian Praktek Kerja Lapang ini adalah
penyusunan laporan lengkap sebagai bukti tertulis dan bentuk pertanggung
jawaban terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan.
2. Metode Invetarisasi Ikan
Pengamatan dan pengumpulan data ditentukan melalui penilian areal
terumbu karang pada perairan sekitar PPLH Puntondo yang didasarkan pada
observasi renang bebas (free swimming observation) dan observasi selam
(scuba diving observation). Pengambilan data dilakukan pada dua kedalaman
berbeda, yaitu kedalaman 3 meter dan 10 meter (Gambar 2).
Gambar 4. Plot pengamatan ikan karang
Pada setiap kedalaman dilakukan pengambilan data dengan
membentangkan roll meter sepanjang 30 meter mengikuti kontur dan sejajar
Transek garis
30 m
5 m
5 m
16
dengan garis pantai. Metode pengumpulan jenis ikan karang dilakukan dengan
cara visual sensus. Sensus terhadap ikan karang dilakukan dengan mengacu
pada buku identifikasi yang relevan. Sensus visual dilakukan dengan cara
mengidentifikasi serta mengestimasi jumlah kelimpahan ikan karang sepanjang
transek garis dengan jarak pandang 5 meter ke arah kiri dan kanan serta ke arah
di atas penyelam surveyor. Sensus visual ikan dilakukan setelah transek garis
terpasang dan menunggu beberapa menit hingga ikan telah kembali.
Pengamatan ini dilakukan pada waktu pukul 09.00 – 15.00 untuk menghindari
pertukaran ikan-ikan yang aktif mencari makan pada siang hari (ikan diurnal) dan
ikan-ikan yang aktif mencari makan pada malam hari (ikan nocturnal). Sensus
visual ikan juga dilakukan menggunakan kamera bawah air untuk mempermudah
proses pengidentifikasian jika ada jenis ikan yang tidak diketahui.
D. Hasil
1. Kegiatan Lembaga
Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup mempunyai kegiatan rutin yang
mengenalkan ekosistem laut pada para siswa-siswa baik itu pada tingkat sekolah
dasar, menengah pertama maupun menengah atas.
Sebagai mahasiswa kelautan yang melakukan praktek kerja lapang, kami
diikutsertakan dalam kegiatan rutin tersebut. Tepatnya pada minggu ke VII kami
kedatangan tamu dari siswa-siswi SMUN 2 Pangkep. Selama dua hari kunjungan
kami menjadi pemateri ekosistem laut dan mendampingi peserta di lapangan
untuk melihat langsung ekosistem laut tersebut.
2. Inventarisasi Ikan
Pendataan ikan karang dilakukan bersamaan dengan pendataan terumbu
karang menggunakan transek garis. Dari hasil pendataan ditemukan 13 famili
dengan 35 ikan jenis karang sepanjang transek pengamatan. Famili ikan karang
17
Pomacentridae dan Apogonidae memiliki jumlah terbanyak yang ditemukan.
Spesies dari famili ikan ini umumnya hidup bergorombol pada terumbu karang
yang dangkal dan menyebar pada malam hari untuk makan zooplankton, namun
juga melakukan aktivitas makan pada siang hari sepanjang makannya tersedia.
Ikan ini memiliki bentuk tubuh yang kecil dan ada beberapa spesies yang
memiliki spot hitam yang besar pada bagian ekor untuk mengelabui
pemangsanya.
Sementara ikan karang dari famili Pomacentridae merupakan famili
dengan jumlah spesies yang biasanya terbesar ditemukan pada wilayah terumbu
karang sehingga disebut ikan mayor. Memiliki warna yang terang dan ukuran
tubuhnya kebanyakan mirip dengan ikan Badut, hanya ukuran sisiknya yang
lebih besar. Biasanya dalam gerombolan kecil, kadang-kadang sendiri dan hidup
menetap. Banyak dari spesies ini yang digemari sebagai ikan hias namun sangat
susah ditangkap karena biasanya bersembunyi disela-sela karang bercabang.
Besarnya jumlah spesies ikan karang dalam suatu terumbu, disebabkan
oleh rugositas dan variasi bentuk pertumbuhan karang di daerah tersebut,
dimana terumbu karang merupakan penyokong bagi komunitas ikan karang, baik
dalam hal perlindungan maupun makanan. Kondisi ikan karang pada stasiun
pengamatan memiliki kepadatan dalam tingkat yang sedang hal ini terkait
dengan kondisi terumbu karang pada stasiun pengamatan.
Tabel 3. Hasil pendataan ikan karang
18
Tabel. 3
(lanjutan)
Nilai
indeks
keanekaragaman hasil pengamatan berdasarkan Shannon-Wiener lebih besar
dari 3 (3,282), sehingga dikategorikan tinggi dengan komunitas yang matang.
Keragaman jenis pada stasiun pengamatan termasuk tinggi dengan ditemukan
sebanyak 13 famili dari ikan karang dan mencapai 35 spesies ikan karang.
SpesiesRata rata jumlah
individu(ekor/transet)
Ni/ln -∑Pi ln Pi
Acanthurus sp. 20 0.059 0.167Tominiensis 8 0.024 0.088Angustatus 30 0.088 0.214Savayensis 12 0.035 0.118Octopasciatua 8 0.024 0.088Kleinii 8 0.024 0.088Chelmon rostratus 8 0.024 0.088Varius 12 0.035 0.118Strigatus 20 0.059 0.167Pinnatus 3 0.009 0.042Chaetodonoides 3 0.009 0.042Orientalis 4 0.018 0.052Lineatus 10 0.029 0.104Poliytenia 6 0.018 0.071Pictum 4 0.012 0.052Myripritis sp. 6 0.018 0.071Sargocentron sp. 5 0.015 0.062Lunare 2 0.006 0.030Melapterus 4 0.012 0.052Decussatus 10 0.029 0.104Bohar 5 0.015 0.062Bloch 4 0.012 0.052Spilurus 4 0.012 0.052Taeniatus 20 0.059 0.167Rhinorhynchus 8 0.024 0.088Lethriatus sp. 6 0.018 0.071Canaliculatus 8 0.024 0.088Javus 6 0.018 0.071Guttatus 8 0.026 0.088Lineatus 5 0.015 0.062Melanurus 20 0.059 0.167Parasema 8 0.024 0.088Crisyptera sp. 25 0.074 0.192Viridis 30 0.088 0.214total 340 3.282
19
3. Metode
Dalam melakukan inventarisasi ikan selalu mengikuti metode yang
dilakukan pada pendataan terumbu karang. Ada 3 metode yang sering dilakukan
dalam pendataan terumbu karang yang diikuti oleh pendataan ikan karang
seperti:
a) Metode Segmen
Metode segmen biasa dengan mencatat komponen terumbu karang pada titik tertentu
dengan jarak yang sama, misalnya: tiap 1 meter atau 0,5 meter atau komponen yang
dominan dalam segmen 1 meter atau 0,5 meter (Yusuf, 2005).
b) Metode Reef Check
Survai dilaksanakan pada 2 kedalaman, dangkal (kedalaman 2 – 6 m) dan
tengah terumbu (kedalaman lebih dari 5 m hingga 10 m) dengan
memperhitungkan pasang surut air laut. Pada setiap kedalaman, 4 segmen
sepanjang masing-masing 20 m akan diletakkan dan disurvai sebagai 1
transek. Semua segmen tersebut harus mengikuti kontur kedalaman dan titik
bagian awal dan akhir segmen harus dipisahkan oleh celah sebesar minimal
5 m, hal ini untuk tujuan analisa statistik dan dimaksudkan agar setiap
sampel dapat berdiri sendiri. Jarak antara bagian awal dan akhir segmen
adalah 20 + 5 + 20 + 5 + 20 + 5 + 20 = 95 m. Dengan lebar 5 m (berpusat di
pita transek) segmen sepanjang 20 m digunakan untuk mensurvai spesies
ikan yang menjadi sasaran nelayan, koleksi akuarium, dan lain-lain (Habibi
et, al., 2007).
c) Metode Transek Garis (Line Intercept Transect/LIT)
Metode transek garis merupakan metode yang digunakan untuk
mengestimasi penutupan karang dan penutupan komunitas bentos yang
hidup bersama karang. Pengambilan data dilakukan pada kedalaman 3 dan
20
10 meter. Transek dibuaut dengan cara menggunakan tali atau rol meter
sepanjang 50 meter sejajar dengan garis pantai (Saleh, 2007).
21
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Yayasan Pendidikan Lingkungan Hidup sering melakukan pengenalan
terhadap ekosistem laut.
2. Keanekaragaman ikan karang pada perairan Puntondo menunjukkan sangat
tinggi dengan komunitas yang matang dengan nilai indeks keanekaragaman
3,282, 13 famili dan 35 spesies ikan karang.
3. Metode pengamatan yang digunakan tidak berbeda dengan metode lainnya
dalam hal pengambilan data ikan karang, yang membedakan setiap metode
hanyalah panjang transek yang di gunakan.
B. Saran
1. Perlu menerapkan beberapa metode pengamatan ikan karang sesuai dengan
kebutuhan seperti menghitung biomassa ikan karang.
2. Menjalin hubungan kerja sama dengan pihak Jurusan Ilmu Kelautan Unhas
agar mahasiswa mudah mendapat tempat untuk melakukan Praktek Kerja
Lapang.
3. Perlu adanya usaha yang melibatkan masyarakat dalam melakukan
pengawasan secara periodik dalam menjaga keberlangsungan ekosistem
yang ada melalui penyadaran akan fungsi ekologi dan ekonomi dari
keseluruhan ekosistem.
22
V. DAFTAR PUSTAKA
Bengen, 2004; Pedoman Teknik pengelolaan Ekosistem Mangrove. IPB. Bogor
Burke, L., E. Selig. and M. Spalding. 2002. Terumbu Karang yangTerancam di Asia Tenggara. World Resources Institute
Edrus, I.N., Suprapto dan I. Suprihanto, 2002. Komunitas Ikan Karang di Perairan Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur. Dalam: Ekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan Lembata, Nusa Tenggara Timur. Pusat Riset Perikanan Tangkap BRKP-DKP. Jakarta
Habibi A., Setiasih N., dan Satin J., 2007. Satu Dekade Pemantauan Reef Check: Kondisi dan Kecenderungan pada Terumbu Karang Indonesia. Jaringan Kerja Reef Check Indonesia.
Nontji, 2002. Laut Nusantara. PT. Pradnya Paramita. Jakarta
Nybakken, J.W., 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia. Jakarta
Profil, 2010. Yayasan Pendidikan Lingkungan Hidup Puntondo (YPLHP). Takalar
Saleh A., 2007. Teknik Pengukuran dan Analisis Kondisi Ekosistem Terumbu Karang.
Supriharyono, 2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang, PT. Djambatan, Jakarta
Yusuf, S., 2005. Metode Pengamatan dan Penilaian Kondisi Terumbu Karang. Universitas Hasanuddin. Makassar.
23
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jenis-jenis Ikan
24
Platax pinnatus Apogon angustatus
diagramma pictum Chelmon rotratus
crisyptera sp. centriscidea strigatus
aspidontus taeniatus darcyllus melanurus
octopasciatuas chaetodon plagiotremus rhinorhynchus
Gambar 5. Jenis-jenis Ikan
25
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan Di Lokasi Praktek Lapang
Gambar 6. Pengambilan Data
Gambar 7. Analisis Data
26
Lampiran 3. Kegiatan Kegiatan Di PPLH Puntondo
Gambar 8. Kegaiatan Penanaman Mangrove
Gambar 9. Kegiatan Pengamatan Ekosistem Karang
27
Gambar 10. Kegiatan pemasangan transpalan
Gambar 11. Kegiatan pengamatan kincir angin
28
Lampiran 4. Data ikan karang pada kedalaman 5 meter
Famili Genus Spesies JumlahAcanthuridae Acanthurus Acanthurus sp. 14Chaetodontidae Chaetodon Octopasciatua 6 Kleinii 8 Heniochus Varius 10Centriscidea Strigatus Strigatus 5Ephippidae Platax Pinnatus 3Haemulidae Plectrohintus Lineatus 7 Poliytenia 2 Diagramma Pictum 4Holocentridae Myripritis Myripritis sp. 6Labridae Hemigymus Melapterus 4Lutjanidae Lutjanus Decussatus 10 Bohar 2 Bloch 4Blenidae Aspidontus Taeniatus 7 Plagiotremus Rhinorhynchus 5Siganidae Siganus Canaliculatus 8 Javus 6 Guttatus 8 Lineatus 5Pomacentridae Dascyllus Melanurus 8 Crisyptera Parasema 3 Crisyptera sp. 5 Cromis Viridis 30
Total 170
29
Lampiran 5. Data ikan karang pada kedalaman 10 meter
Famili Genus Spesies JumlahAcanthuridae Acanthurus Acanthurus sp. 6 Ctenochaetus Tominiensis 8Apogonidae Apogon Angustatus 30 Savayensis 12Chaetodontidae Chaetodon Octopasciatua 2 Chelmon Chelmon rostratus 8 Heniochus Varius 2Centriscidea Strigatus Strigatus 15Haemulidae Plectrohintus Chaetodonoides 3 Orientalis 4 Lineatus 3 Poliytenia 4Holocentridae Sargocentron Sargocentron sp. 5Labridae Thalasoma Lunare 2Lutjanidae Lutjanus Bohar 3 Symphorichthys Spilurus 4Blenidae Aspidontus Taeniatus 13 Plagiotremus Rhinorhynchus 3Letrinidae Lethriatus Lethriatus sp. 6Pomacentridae Dascyllus Melanurus 12 Crisyptera Parasema 5 Crisyptera sp. 20
Total 170
30
Lampiran 6. Jurnal Mingguan Praktek Kerja Lapang
31
32