laporan permbuatan reagen

26
BAB I SIFAT BAHAN 1.1 n-butanol Butanol adalah hidrokarbon rantai panjang bersifat non-polar, tidak larut dalam air, titik nyalanya tinggi, serta mempunyai tekanan uap rendah (0,3 psi). Keuntungan butanol yaitu angka oktana dan kandungannya tinggi hanya sekitar 10% lebih rendah dari pada bensin, titik nyalanya sebesar 35 °C, sehingga tidak mudah terbakar tapi menjadi masalah jika digunakan pada suhu udara rendah. Kelemahan butanol yaitu bersifat toksisitas dan kenyataan pada proses fermentasi butanol (dapat dibuat dari ganggang, mahkota dewa, buah naga) memancarkan bau busuk (Hajjah, 2013). Gambar 1. Struktur Butanol 1.2 Asam Asetat

description

biokimi

Transcript of laporan permbuatan reagen

Page 1: laporan permbuatan reagen

BAB I

SIFAT BAHAN

1.1 n-butanol

Butanol adalah hidrokarbon rantai panjang bersifat non-polar, tidak larut

dalam air, titik nyalanya tinggi, serta mempunyai tekanan uap rendah (0,3 psi).

Keuntungan butanol yaitu angka oktana dan kandungannya tinggi hanya sekitar

10% lebih rendah dari pada bensin, titik nyalanya sebesar 35 °C, sehingga tidak

mudah terbakar tapi menjadi masalah jika digunakan pada suhu udara rendah.

Kelemahan butanol yaitu bersifat toksisitas dan kenyataan pada proses fermentasi

butanol (dapat dibuat dari ganggang, mahkota dewa, buah naga) memancarkan

bau busuk (Hajjah, 2013).

Gambar 1. Struktur Butanol

1.2 Asam Asetat

Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga acetid acid atau acidum

aceticum, akan tetapi di kalangan masyarakat asam asetat biasa disebut cuka atau

asam cuka. Asam cuka merupakan cairan yang rasanya asam

(Keenan, dkk., 1989).

Asam asetat adalah merupakan senyawa kimia asam organik yang dikenal

sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki

rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3COOH.

Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri penting. Dalam

Page 2: laporan permbuatan reagen

industri makanan asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman

(Keenan, dkk., 1989).

Sifat fisika dari asam asetat adalah berbentuk cairan jernih, tidak

berwarna, berbau menyengat, berasa asam, mempunyai titik beku 16,6 0C, titik

didih 118,1 0C dan larut dalam alkohol, air, dan eter. Asam asetat tidak larut

dalam karbon disulfida. Asam asetat dibuat dengan fermentasi alkohol oleh

bakteri Acetobacter. Pembuatan ini biasa dilakukan dalam pembuatan cuka

makan. Asam asetat mempunyai rumus molekul CH3COOH dan bobot molekul

60,05 (Suharsono, 1970).

Asam asetat mengandung tidak kurang dari 36,0 % b/b dan tidak lebih dari

37,0 % b/b C2H4O2. Asam asetat mudah menguap di udara terbuka, mudah

terbakar, dan dapat menyebabkan korosif pada logam. Asam asetat larut dalam air

dengan suhu 20 0C, etanol pekat, dan gliserol pekat. Asam asetat jika diencerkan

tetap bereaksi asam. Penetapan kadar asam asetat biasanya menggunakan basa

natrium hidroksida, dimana 1 mL natrium hidroksida 1 N setara dengan 60,05 mg

CH3COOH (Keenan, dkk., 1989).

Gambar 2. Struktur Asam Asetat

1.3 Akuades (H2O)

Akuades adalah cairan yang tidak berwarna dan tidak berbau, massa molar

sebesar 18,0153 g/mol, rumus molekulnya adalah H2O, densitas dan fase sebesar

0,998 g/cm3; cairan dan 0,92 g/cm3; padatan. Akuades merupakan pelarut yang

Page 3: laporan permbuatan reagen

baik yang memiliki pH 7 (netral), aquades bukan merupakan zat pengoksidasi

kuat tetapi lebih bersifat reduktor dan reaksi dari aquades sendiri dapat terjadi jika

direaksikan dengan logam alkali atau alkali tanah (Keenan, dkk., 1989).

Gambar 3. Akuades

1.4 Ninhidrin

Ninhidrin adalah suatu reagen berguna untuk mendeteksi asam amino dan

menetapkan konsentrasinya dalam larutan. Senyawa ini merupakan hidrat dari

triketon siklik, dan bila bereaksi dengan asam amino menghasilkan zat berwarna

ungu. Ninhidrin merupakan suatu oksidator sangat kuat yang dapat menyebabkan

terjadinya dekarboksilasi oksidatif asam α-amino untuk menghasilkan CO2.NH3

dan suatu aldehid dengan satu atom karbon kurang daripada asam amino induknya

(Hart, dkk., 2003). Ninhidrin adalah senyawa organik dengan rumus kimia

C9H6O4. Merupakan padatan kristal berwarna putih yang larut dalam air dan

alkohol. Ninhidrin digunakan sebagai pereaksi untuk uji adanya gugus amino

bebas dan karboksil dalam protein dengan memberikan warna biru

(Daintith, 2008).

Gambar 4. Struktur Ninhidrin

Page 4: laporan permbuatan reagen

1.5 Glisin

Glisin (Gly, G) atau asam amino etanoat adalah asam amino alami paling

sederhana. Glisin Memiliki rumus kimia C2H5NO2, titik leburnya 290 °C, massa

jenisnya 1,607 g cm-3, titik isoelektrik 10,76; nama sistematiknya adalah

asam 2-aminoetanoat. Asam amino ini bagi manusia bukan merupakan asam

amino esensial karena tubuh manusia dapat mencukupi kebutuhannya. Glisin

merupakan satu-satunya asam amino yang tidak memiliki isomer optik karena

gugus residu yang terikat pada atom karbon alfa adalah atom hidrogen sehingga

terjadi simetri. Jadi, tidak ada L-glisin atau D-glisin (Hart, dkk., 2003).

Gambar 5. Struktur Glisin

1.6 Asam Aspartat

Asam aspartat (atau sering disebut aspartat saja, karena terionisasi di

dalam sel), merupakan satu dari 20 asam amino penyusun protein. Asparagin

merupakan asam amino analognya karena terbentuk melalui aminasi aspartat pada

satu gugus hidroksilnya. Asam aspartat memiliki rumus kimia

C4H7NO4, titik leburnya 270-271 °C, massa jenisnya 1,23 gcm-3 ,

titik isoelektrik 2,77, nama sistematiknya adalah asam 2S-2-

aminobutandioat (Hart, dkk., 2003).

Page 5: laporan permbuatan reagen

Gambar 6. Struktur Asam Aspartat

1.7 Alanin

Alanin (Ala, A) atau asam 2-aminopropanoat merupakan salah satu asam

amino bukan esensial. Bentuk yang umum di alam adalah L-alanin (S-alanin)

meskipun terdapat pula bentuk D-alanin (R-alanin) pada dinding sel bakteri dan

sejumlah antibiotika. L-alanin merupakan asam amino proteinogenik yang paling

banyak dipakai dalam protein setelah leusin (7,8 % dari struktur primer dari 1.150

contoh protein). Alanin adalah sebuah asam α-amino dengan rumus kimia

CH3CH(NH2)COOH. L-isomer dari alanin merupakan satu dari 22 proteinogenik

asam amino yang membangun protein. Kodenya adalah GCU, GCC, GCA, dan

GCG. L-alanin diklasifikasikan sebagai asam amino nonpolar. Alanin memiliki

rumus kimia C3H7NO2, massa molekul = 89,1 g/mol; titik lebur = 2970C; massa

jenis = 1,401 g/cm3. (Hart, dkk., 2003).

Gambar 7. Struktur Alanin

1.8 Iodine

Iodin adalah padatan berkilauan berwarna hitam kebiru-biruan, menguap

pada suhu kamar menjadi gas ungu biru dengan bau menyengat. Iod membentuk

senyawa dengan banyak unsur, tapi tidak sereaktif halogen lainnya, yang

kemudian menggeser iodida. Iod menunjukkan sifat-sifat menyerupai logam. Iod

mudah larut dalam kloroform, karbon tetraklorida, atau karbon disulfida yang

Page 6: laporan permbuatan reagen

kemudian membentuk larutan berwarna ungu yang indah. Iod hanya sedikit larut

dalam air. Iodine adalah unsur kimia dengan nomor atom 53 dan massa atom

126,9044. Iodine bukan unsur logam, dalam bentuk padat berwarna abu-abu

kehitaman, sedangkan dalam bentuk gas berwarna ungu. Mempunyai titik lebur

113,5 0C dan titik didih 184,35 0C (Emerald, 2012).

Gambar 8. Iodium

1.9 Buffer

Larutan penyangga, atau buffer adalah larutan yang digunakan untuk

mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia

berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya

berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat

(Anonim, 2013).

Buffer fosfat memiliki bentuk berupa cairan, tak berwarna, tidak berbau,

nilai pH 7,4, titik didih 100 0C, merupakan toksisitas akut dimana sifat bahaya

tidak bisa diabaikan, tetapi relatif mustahil terjadi karena rendahnya konsentrasi

dari bahan terlarut dan bahan ini harus ditangani dengan hati-hati lazimnya jika

menangani bahan kimia, adapun penyimpanannya tertutup sangat rapat pada suhu

15 0C - 25 0C (Keenan, dkk., 1989).

Page 7: laporan permbuatan reagen

Buffer fosfat memiliki bentuk berupa cairan, tak berwarna, tak berbau,

nilai pH 6,8; titik lebur -5 0C; titik didih 109 0C; larut dalam air; penyimpanannya

tertutup sangat rapat adapun suhunya tidak ada batasan (Keenan, dkk., 1989).

Buffer asam asetat adalah senyawa organik dengan rumus kimia

CH3COOH atau C2H4O2. Karena pelepasan proton (H+), asam asetat memiliki

karakter asam. Asam asetat adalah lemah asam monoprotik yang memiliki nilai

pKa 4,75. Meskipun diklasifikasikan sebagai asam lemah, asam asetat pekat

bersifat korosif, dan menyebabkan iritasi pada kulit (Gufiralla, 2013).

Gambar 9. Buffer

1.10 Saliva (Enzim Amilase)

Saliva adalah cairan kental yang diproduksi oleh kelenjar ludah. Kelenjar-

kelenjar ludah tersebut terletak di bawah lidah, daerah otot pipi dan di daerah

dekat langit-langit. Saliva mengandung 99,5 % air dan 0,5 % bermacam-macam

yaitu ada zat-zat seperti kalsium (zat kapur), fosfor, natrium, magnesium dan lain-

lain. Mucyn adalah bahan yang dapat menyebabkan sifat air menjadi kental dan

licin. Sedangkan amylase adalah enzim yang dapat memecah zat tepung menjadi

zat tepung lainnya yang lebih halus dengan tujuan mencernanya, sehingga

Page 8: laporan permbuatan reagen

nantinya dapat diserap oleh dinding usus halus. Enzim adalah bahan yang dapat

atau memang bertugas untuk mempercepat suatu reaksi bahan seperti halnya

memecah bahan lain, tetapi kandungan dan sifat dari enzim itu sendiri tidak

berubah dari aslinya (Ircham, dkk., 1993).

Enzim amilase berfungsi untuk mengubah karbohidrat menjadi gula

sederhana. Enzim amilase juga berfungsi untuk mengubah tepung menjadi gula.

Secara umum enzim memiliki sifat : bekerja pada substrat tertentu, memerlukan

suhu tertentu, keasaman (pH) tertentu pula (Lorensa, 2012).

1.11 Natrium Klorida

Natrium klorida, juga dikenal dengan garam dapur atau halit adalah

senyawa kimia dengan rumus molekul NaCl. Senyawa ini adalah garam yang

paling mempengaruhi salinitas laut dan cairan ekstraselular pada banyak

organisme multiselular. Sebagai komponen utama pada garam dapur, natrium

klorida sering digunakan sebagai bumbu dan pengawet makanan. Natrium klorida

adalah garam yang berbentuk kristal atau bubuk berwarna putih. Natrium Klorida

dapat larut dalam air. Natrium klorida mempunyai massa molekul 58,44 g/mol;

densitas 2,16 g/cm3; titik lebur 801 0C; titik didih 1465 0C; dan kelarutannya

dalam air 35,9 g/100 mL (25 0C) (Anonim, 2013).

Gambar 11. NaCl

Page 9: laporan permbuatan reagen

1.12 Larutan Pati

Pati (amilum) sangat banyak dijumpai pada tumbuhan. Amilum adalah

polimer glukosa. Amilum ada dua macam ikatan glikosidik karena amilum

mempunyai dua komponen, yaitu ∝-amilosa dan amilo pektin. Monomer-

monomer glukosa pada ∝-amilosa dihubungkan oleh ikatan 1,4 ∝ glikosidik,

sedangkan pada amilopektin, yang merupakan rantai cabang amilum, ikatannya

adalah 1,6 ∝ glikosidik. Salah satu dari unsure utama pati yang terdiri dari rantai

bercabang dan tersusun atas 24-30 residu glukosa yang disatukan oleh ikatan 1-4

di dalam rantai tersebut serta oleh 1-6 pada titik percabangan. Amilosa adalah

polimer linear dari ∝-D-glukosa, sekitar 50-300 unit-unit glukosa yang

dihubungkan antara satu dengan lainnya. Dalam larutan, rantai amilosa berbentuk

heliks menyerupai kumparan, karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada

setiap unit glukosa. Kumparan yang berbentuk tabung ini memungkinkan

terbentuknya senyawa kompleks dengan molekul lain (Daintith, 2008).

Karbohidrat putih, tanpa rasa dan tanpa bau, sangat penting bagi tumbuhan

terdiri atas rantai bercabang molekul-molekul glukosa yang dihasilkan dalam

proses fotosintesis. Adanya amilum ditandai dengan warna biru kehitaman dengan

penambahan iodine (Suharsono, 1970).

Gambar 12. Larutan pati

Page 10: laporan permbuatan reagen

BAB II

PERHITUNGAN DAN PROSEDUR

2.1 Pembuatan Glisin 0,5 % 200 mL

Dik : Volume = 200 mL

Kadar = 0,5 %

Dit : Massa = ?

Penyelesaian :

% b/V = gram z at terlarutmL larutan

x 100 %

0,5 % = gram zat terlarut200

x 100 %

Gram zat terlarut = 0,5 % x 200100 %

= 100 %100 %

= 1

Padatan glisin ditimbang sebanyak 1 gram menggunakan neraca analitik.

Kemudian dilarutkan dengan akuades sebanyak 200 mL. Diaduk dengan

menggunakan batang pengaduk hingga larut.

2.2 Pembuatan Asam Aspartat 0,5 % 200 mL

Dik : Volume = 200 mL

Kadar = 0,5 %

Page 11: laporan permbuatan reagen

Dit : Massa = ?

Penyelesaian :

% b/V = gram zat terlarutmL larutan

x 100 %

0,5 % = gram zat terlarut200

x 100 %

Gram zat terlarut = 0,5 % x 200100 %

= 100 %100 %

= 1

Padatan asam aspartat ditimbang sebanyak 1 gram menggunakan neraca

analitik. Kemudian dilarutkan dengan akuades sebanyak 200 mL. Diaduk dengan

menggunakan batang pengaduk hingga larut.

2.3 Pembuatan Alanin 0,5 % 200 mL

Dik : Volume = 200 mL

Kadar = 0,5 %

Dit : Massa = ?

Penyelesaian :

% b/V = gram zat terlarutmL larutan

x 100 %

0,5 % = gram zat terlarut200

x 100 %

Gram zat terlarut = 0,5 % x 200100 %

= 100 %100 %

= 1

Padatan alanin ditimbang sebanyak 1 gram menggunakan neraca analitik.

Kemudian dilarutkan dengan akuades sebanyak 200 mL. Diaduk dengan

menggunakan batang pengaduk hingga larut.

Page 12: laporan permbuatan reagen

2.4 Pembuatan Ninhidrin 0,5 % 100 mL

Dik : Volume = 100mL

Kadar = 0,5 %

Dit : Massa = ?

Penyelesaian :

% b/V = gram zat terlarutmL larutan

x 100 %

0,5 % = gram zat terlarut100

x 100 %

Gram zat terlarut = 0,5 % x 100100 %

= 0,5

Padatan ninhidrin ditimbang sebanyak 0,5 gram menggunakan neraca

analitik. Kemudian dilarutkan dengan akuades sebanyak 100 mL. Diaduk dengan

menggunakan batang pengaduk hingga larut.

2.5 Pembuatan Amilum 1 % 500 mL

Dik : Volume = 500 mL

Kadar = 1 %

Dit : Massa = ?

Penyelesaian :

% b/V = gram zat terlarutmL larutan

x 100 %

1 % = gram zat terlaru t500

x 100 %

Page 13: laporan permbuatan reagen

Gram zat terlarut = 1 % x 500

100 % = 5

Padatan amilum ditimbang sebanyak 5 gram menggunakan neraca analitik.

Kemudian dilarutkan dengan aquades sebanyak 500 mL. Diaduk dengan

menggunakan batang pengaduk hingga larut. Dipanaskan di atas hot plate hingga

larutan bening.

2.6 Pembuatan L-leusin 0,01 M 10 mL

Dik : Volume = 10 mL = 0,01 L

Konsentrasi = 0,01 M

Dit : Massa = ?

Penyelesaian :

Mol = M x V

= 0,01 x 0,01

= 0,0001 mol

Massa = mol x Mr

= 0,0001 x 131,18

= 0,0131 gram

Padatan L-leusin ditimbang sebanyak 0,0131 gram menggunakan neraca

analitik. Kemudian dilarutkan dengan akuades sebanyak 10 mL. Diaduk dengan

menggunakan batang pengaduk hingga larut.

2.7 Pembuatan L-Metionin 0,01 M 10 mL

Dik : Volume = 10 mL

Konsentrasi = 0,01 M

Dit : Massa = ?

Page 14: laporan permbuatan reagen

Penyelesaian :

Mol = M x V

= 0,01 x 0,01

= 0,0001 mol

Massa = mol x Mr

= 0,0001 x 149,21

= 0,0149 gram.

Padatan L-Metionin dimasukkan perlahan-lahan ke dalam gelas kimia

dengan menggunakan sendok tanduk sambil ditimbang menggunakan neraca

analitik sebanyak 0,0149 gram. Setelah itu dilarutkan dalam 1 mL akuades dalam

gelas kimia sambil diaduk dengan menggunakan batang pengaduk. Kemudian

larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan air sampai 10

mL atau batas skala labu ukur. Lalu dihomogenkan. Setelah itu dimasukkan ke

dalam botol reagen.

2.8 Pembuatan L-Fenil Alanin 0,01 M 10 mL

Dik : Volume = 10 mL = 0,01 L

Konsentrasi = 0,01 M

Dit : Massa = ?

Penyelesaian :

Mol = M x V

= 0,01 x 0,01

= 0,0001 mol

Massa = mol x Mr

= 0,0001 x 165,19

Page 15: laporan permbuatan reagen

= 0,0165 gram.

Padatan L-Fenil alanin dimasukkan perlahan-lahan ke dalam gelas kimia

dengan menggunakan sendok tanduk sambil ditimbang menggunakan neraca

analitik sebanyak 0,0165 gram. Setelah itu dilarutkan dalam 1 mL akuades dalam

gelas kimia sambil diaduk dengan menggunakan batang pengaduk. Kemudian

larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan air sampai 10

mL atau batas skala labu ukur. Lalu dihomogenkan. Setelah itu dimasukkan ke

dalam botol reagen.

2.9 Pembuatan Ninhidrin 2 % 100 mL dalam Aseton

Dik : Volume = 100 mL

Kadar = 2 %

Dit : Massa = ?

Penyelesaian :

% b/V = gram z at terlarutmL larutan

x 100 %

2 % = gram zat terlarut100

x 100 %

Gram zat terlarut = 2 % x 100100 %

= 200 %100 %

= 2

Padatan ninhidrin ditimbang sebanyak 2 gram menggunakan neraca

analitik. Kemudian dilarutkan dengan aseton sebanyak 100 mL. Diaduk dengan

menggunakan batang pengaduk hingga larut.

2.10 Albumin

Page 16: laporan permbuatan reagen

Dua buah telur ayam dipisahkan antara kuning telur dan ovalbuminnya

atau dikenal dengan putih telur. Putih telur tersebut dimasukkan ke dalam gelas

ukur. Dimasukkan pelarut (akuades) kedalam gelas ukur yang berisi putih telur

hingga volume mencapai 500 mL, sambil di aduk. Larutan albumin yang telah

diaduk, didiamkan. Kemudian, larutan tersebut disaring dengan kertas saring, dan

dimasukkan ke dalam botol reagen.

2.11 Hopkins-Cole

%bV

= (gram ekuivalen zat terlarut

volume larutan) x 100 %

5% = (x gram)(100 mL) x 100 %

x = (100 mL x5 %

100 %)

x = 5 gram

Magnesium ditimbang sebanyak 5 gram dengan neraca. Tetapi sebelum

menimbang magnesium timbanglah terlebih dahulu gelas kimia kosong, lalu

tambahkan sedikit demi sedikit bubuk magnesium hingga 5 gram. Bubuk

magnesium kemudian dihaluskan/ditumbuk. Bubuk magnesium yang telah

dihaluskan kemudian ditambahkan akuades. Aduk hingga larut di lemari asam.

Tambahkan asam oksalat jenuh (asam oksalat yang telah dilarutkan bersama

akuades). Campuran ini diencerkan. Tambahkan CH3COOH hingga benar-benar

asam. Kemudian disaring dengan kertas saring, hasil saringannya kemudian

dimasukkan ke dalam gelas kimia 500 mL dan ditambahkan akuades. Setelah itu

dimasukkan ke dalam botol reagen yang sudah diberi label.

Page 17: laporan permbuatan reagen

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013a, Larutan Penyangga, (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Larutan_penyangga, diakses tanggal 28 Februari 2013, pukul 18.45 WITA).

Anonim, 2013b, Natrium Klorida, (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Natrium_klorida, diakses tanggal 21 Februari 2013, pukul 16.30 WITA).

Daintith, J., 2008, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta.

Emerald, A., 2012, Hidrogen, Klor, Iodin, Nitrogen, Fosfor dan Oksigen, (online) (http://akualmansyur.blogspot.com/2012/07/hidrogen-klor-iodin-nitrogen-fosfor-dan.html, diakses tanggal 20 Februari 2013, pukul 21.00 WITA).

Gufiralla, M. Z., 2013, Larutan Penyangga (Buffer) (online), (http://mzoenagu.blogspot.com/2013/02/ larutan – penyangga - buffer - asam-asetat.html, diakses tanggal 14 Maret 2013 pukul 12.54 WITA).

Hajjah, A., 2013, Alkohol Butanol, (online) (http://azzahajjah.files.wordpress.com/2013/01/butanol1.pptx, diakses tanggal 21 Februari 2013, pukul 16.00 WITA).

Hart, H., Craine, L.E., dan Hart, J.D., 2003, Kimia Organik : Suatu Kuliah Singkat Edisi Kesebelas, diterjemahkan oleh Suminar Setiati Achmadi, Erlangga, Jakarta.

Ircham, M., Ediati, S., dan Sidarto, S., 1993, Penyakit-penyakit Gigi dan Mulut Pencegahan dan Perawatannya, Liberty, Yogyakarta.

Page 18: laporan permbuatan reagen

Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., dan Wood, J.H., 1989, Ilmu Kimia untuk Universitas: Edisi Keenam, Erlangga, Jakarta.

Lorensa, E., 2012, Makalah Enzim Amilase, (online) (http://blog.ub.ac.id/eka29/2012/04/26/tugas-enzim-amilase/, diakses tanggal 21 Februari 2013, pukul 15.55 WITA).

Suharsono, 1970, Biokimia, Erlangga, Jakarta.

LEMBAR PENGESAHAN

Page 19: laporan permbuatan reagen

Makassar, 22 Februari 2013

Asisten Praktikan

ARKIEMAH HAMDA MARTINA SANDAPARE