Laporan Perencanaan Dan Pengembangan Produk
-
Upload
alfa-cullens-krb -
Category
Documents
-
view
1.631 -
download
233
Transcript of Laporan Perencanaan Dan Pengembangan Produk
LAPORAN PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK
EXTRAORDINARY CUPBOARD
Kelompok 1:
Salman Alfarisi 09540020
Rizky Widianto 09540043
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Saat ini banyak permasaahan yang menyebabkan banyaknya
keterbatasan bagi manusia untuk melakukan sesuatu. Salah satu
diantaranya adalah permasalahan keterbatasan space yang terus semakin
mengecil. Tak hanya semakin mengecil namun space tersebut juga
semakin mahal.
Keterbatas space ini dapat membuat manusia tak dapat memenuhi
kebanyakan kebutuhan hidupnya karena kecilnya space yang mereka
miliki. Sebagai contoh, seorang yang memiliki rumah di daerah perkotaan
yang notabene sudah pasti sempit karena mahalnya harga space, mereka
sulit untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Mereka
kebingungan dalam bagaimana dapat menggunakan peralatan khususnya
furniture yang tepat untuknya. Seperti apa Furniture yang tepat itu?
Furniture yang tepat bagi mereka adalah furniture yang dapat
memenuhi kebutuhan mereka namun tidak memerlukan banyak space
sehingga dengan lahan yang kecil dapat memaksimalkan pengunaannya.
Disinilah kami mencoba mendesain sebuah furniture yang dapat memnuhi
kebutuha tersebut. Produk tersebut kami ber nama Exrtaordinary
Cupboard dimana pada furniture tersebut mengkombinasikan antara
sebuah lemari, meja belajar, meja laptop, rak buku, tempat baju, laci
penyimpanan, serta sebuah kasur. Dari gambaran produk tersebut dapat
kita bayangkan efisiensi yang akan di dapatkan. Dengan memanfaatkan
satu produk tersebut kita dapat memenuhi beberapa kebutuhan. Selain itu
tentu saja hal itu juga dapat lebih menghemat pengeluaran karena anda tak
perlu membeli furniture tersebut satu persatu, karena dengan membeli satu
produk tersebut anda akan memiliki semua manfaat tersebut.
1.2 Tujuan
1. Menunjukkan pentingnya desain dalam mempersiapkan sebuah produk
2. Menunjukkan pentingnya produk Extraordinary Cupboard beserta
kelebihannya
BAB II
Studi Literatur
2.1 Design
Berbagai Pandangan Tentang Desain
Bila mendenganr kata desain maka inrpretasi orang akan berbeda-
beda, tergantung latar belakang keahlian, pendidikan, dan kepentingannya
masing-masing. Hal tersebut adalah suatu hal yang wajar karena kata desain
pengertiannya luas. Bisa dimulai dengan kegiatan merancang software,
menyusun kerangka penelitian, merancang mesin dan peralatan lainnya,
merancang konstruksi jembatan dan bangunan, merancang kota, busana,
iklan, interior suatu ruang dan seterusnya. Rupanya setiap cabang proffesi dan
keahlian mempunyai hak untuk menggunakan istilah desain ini.
Namun dalam makalah ini yang akan saya jelaskan adalah konteks
dan pegertian desain dalam bidang produk. Kegiatan mendesain dipahami
sebagai jenis perancangan daalm lingkup seni rupa, yang akan menghasilkan
wujud benda dengan muatan manfaat-manfaat (fungsi praktis utilitier fisikal,
ekspresi estetik, artistik, nilai-nilai tentang status simbol dan lain-lain) untuk
manusia sebagai end user dalam memenuhi berbagai need, will, dan fear-nya.
Pada makalh ini, penjelasan desain ini terbatas pada pembahasan
desain modern. Peristiwa desain dalam sesi ini , dalam cakupan
pengertiannya tak dapat dilepaskan dari fenomena fenomena industrial-
ekonomi pasar-segmentasi pasar-teknologi material dan produksi-
transportasi-enerji manusia-lingkungan hidup-serta serta sosial budaya.
Desain ditinjau dari segi latar belakang sosialnya senantiasa akan
terkait dengan fakta-fakta sosial budaya lainnya. Desain selalu merupakan
jawaban terhadap segeret permasalahn sosial budaya serta lingkungan alam
tempat manusia menyelenggarakan kehidupan bersama. Desain juga memiliki
muatan edukatif yang mampu memberi pengaruh positif pada perilaku sosial
dan membangkitkan wacana baru dalam dinamika sosial-budaya manusia.
Desain untuk Kehidupan Manusia
Manusia adalah makhluk dengan sifat-sifat dasar biophysic –
pshyco - socio culture spiritual serta gagasan abstrak tentang need, will dan
fear-nya dalam menyelenggarakan kehidupan bersamanya di bumi. Gagasan
yang bersifat abstrak tersebut akan menjadi suatu wujud objek yang
membenda dan tangible dengan dipandu metode kerja tertentu yang relevan.
Pada dasarnya objek-obejk tersebut senantiasa memiliki kandungan
muatan-muatan fungsi praktis utilitier dan indikasi-indikasi tertentu yang
menginformasikan status-status sosial-ekonomi, intelektual, dan lain-lain
yang tertentu yang kehadirannya satu sama lain akan saling mempengaatuhi,
dengan tingkat intensitas dan bobot yang berbeda-beda, sesuai dengan jenis
dan sifat dari masing-masing objek.
Desain sebagai Solusi Permasalahan
Mengacu pada teori dari Abraham Maslow dan teori-teori lain
tentang sistem kebutuuhan manusia, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
dasarnya menusiamemiliki kebutuhan dan keinginan tertentu sesuai dengan
cara pandang terhadap kehidupan, situasi, dan kepentingannya masing-
masing.
Ketiga hal diatas tersebut akan memandu dan memotivasi berbagai
legiatan menusia dalam upaya untuk meningkatkan kualitas hidup serta
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya, sesuai dengan masa, lokasi
goegrafis kawasan, kehidupan sosial budaya yang didukungnya, serta nilai-
nilai spiritual kosmologis yang diyakininya.
Emotional Desain Sebagai Kecenderungan Desain Masa Kini
Belum lam berselangg, sebuah artikel dari New York Times
menyebutkan bahwa, “selama lima puluh tahun belakangan ini basis ekonomi
telah berpindah dari produksi ke konsumsi. Perpindahan terjadi dari area
rasionalisme ke tataran keinginan: dari objektif ke subjektif: ke area
psikologi.” Komputer, mobil, dan peralatan rumah tangga, telah beralih dari
peralatan yang sangat terkait dengan teknologi kearah konsep yang lebih
berfokus pada konsumen, seperti “pertunjukan gaya hidup.”
Emotional Design memfokuskan pada aspek yang paling mendesak
dari karakter manusia, yaitu keinginan untuk memperoleh kepuasan praktis,
material, dan mendapatkan pemenuhan emosional.
2.2 Kualitas Menurut David Garvin
Kualitas telah menjadi isu kritis dalam persaingan modern dewasa
ini, dan hal itu telah menjadi beban tugas bagi para manager menengah.
Dalam tataran abstrak kualitas telah didefinisikan oleh dua pakar penting
bidang kualitas yaitu Joseph Juran dan Edward Deming. Mereka berdua
telah berhasil menjadikan kualitas sebagai mindset yang berkembang terus
dalam kajian managemen, khususnya managemen kualitas.
Menurut Juran Kualitas adalah kesesuaian untuk penggunaan
(fitness for use), ini berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai
dengan apa yang diperlukan atau diharapkan oleh pengguna, lebih jauh
Juran mengemukakan lima dimensi kualitas yaitu :
a. Rancangan (design), sebagai spesifikasi produk
b. Kesesuaian (conformance), yakni kesesuaian antara maksud
desain dengan penyampaian produk aktual
c. Ketersediaan (availability), mencakup aspek kedapatdipercayaan,
serta ketahanan. Dan produk itu tersedia bagi konsumen untuk
digunakan
d. Keamanan (safety), aman dan tidak membahayakan konsumen
e. Guna praktis (field use) , kegunaan praktis yang dapat
dimanfaatkan pada penggunaannya oleh konsumen.
Tokoh lain yang mengembangkan managemen kualitas adalah
Edward Deming. Menurut Deming meskipun kualitas mencakup
kesesuaian atribut produk dengan tuntutan konsumen, namun kualitas
harus lebih dari itu. Menurut Deming terdapat empatbelas poin penting
yang dapat membawa/membantu manager mencapai perbaikan dalam
kualitas yaitu :
- Menciptakan kepastian tujuan perbaikan produk dan jasa
- Mengadopsi filosofi baru dimana cacat tidak bisa diterima
- Berhenti tergantung pada inspeksi missal
- Berhenti melaksanakan bisnis atas dasar harga saja
- Tetap dan continue memperbaiki system produksi dan jasa
- Melembagakan metode pelatihan kerja modern
- Melembagakan kepemimpinan
- Menghilangkan rintangan antar departemen
- Hilangkan ketakutan
- Hilangkan/kurangi tujuan-tujuan jumlah pada pekerja
- Hilangkan managemen berdasarkan sasaran
- Hilangkan rintangan yang merendahkan pekerja jam-jaman
- Melembagakan program pendidikan dan pelatihan yang cermat
- Menciptakan struktur dalam managemen puncak yang dapat
melaksanakan transformasi seperti dalam poin-poin di atas.
Dengan memperhatikan pendapat dua tokoh kualitas di atas,
nampak bahwa mereka menawarkan beberapa pandangan yang penting
dalam bidang kualitas, pada intinya dapat difahami bahwa semua yang
berkaitan dengan managemen kualitas atau perbaikan kualis yang
diperlukan adalah penerapan pengetahuan dalam upaya
meningkatkan/mengembangkan kualitas produk atau jasa secara
berkesinambungan.
Sementara itu David A Garvin mengemukakan delapan dimensi
atau kategoro kritis dari kualitas yaitu :
Performance (Kinerja). Karakteristik kinerja utama produk.
Feature (profil). Aspek sekunder dari kinerja, atau kinerja
tambahan dari suatu produk
Reliability (kedapat dipercayaan). Kemungkinan produk malfungsi,
atau tidak berfungsi dengan baik, dalam konteks ini produk/jasa
dapat dipercaya dalam menjalankan fungsingan
Conformance (kesesuaian). Kesesuaianatau cocok dengan
keinginan/kebutuhan konsumen
Durability (Daya tahan). Daya tahan produk/masa hidup produk
baik secara ekonomis maupun teknis
Serviceability (kepelayanan), kecepatan, kesopanan, kompetensi,
mudah diperbaiki
Aesthetics (keindahan). Keindahan produk, dalam desain, rasa,
suara atau bau dari produk, dan ini bersifat subjektif
Perceived quality (kualitas yang dipersepsi). Kualitas dalam
pandagan pelanggan/konsumen
2.3 Kualitas Menurut Taguchi
Metode Taguchi dicetuskan oleh Dr. Genichi Taguchi pada tahun
1949 saat mendapatkan tugas untuk memperbaiki sistem telekomunikasi di
Jepang. Metode ini merupakan metodologi baru dalam bidang teknik yang
bertujuan untuk memperbaiki kualitas produk dan proses serta dalam dapat
menekan biaya dan resources seminimal mungkin. Sasaran metode
Taguchi adalah menjadikan produk robust terhadap noise, karena itu
sering disebut sebagai Robust Design.
Definisi kualitas menurut Taguchi adalah kerugian yang diterima
oleh masyarakat sejak produk tersebut dikirimkan. Filosofi Taguchi
terhadap kualitas terdiri dari tiga buah konsep, yaitu:
1. Kualitas harus didesain ke dalam produk dan bukan sekedar
memeriksanya.
2. Kualitas terbaik dicapai dengan meminimumkan deviasi dari
target.
3. Produk harus didesain sehingga robust terhadap faktor
lingkungan yang tidak dapat dikontrol.
4. Biaya kualitas harus diukur sebagai fungsi deviasi dari standar
tertentu dan kerugian harus diukur pada seluruh sistem.
Metode Taguchi merupakan off-line quality control artinya
pengendalian kualitas yang preventif, sebagai desain produk atau proses
sebelum sampai pada produksi di tingkat shop floor. Off-line quality
control dilakukan dilakukan pada saat awal dalam life cycle product yaitu
perbaikan pada awal untuk menghasilkan produk (to get right first time).
Kontribusi Taguchi pada kualitas adalah:
1. Loss Function: Merupakan fungsi kerugian yang ditanggung oleh
masyarakat (produsen dan konsumen) akibat kualitas yang dihasilkan.
Bagi produsen yaitu dengan timbulnya biaya kualitas sedangkan bagi
konsumen adalah adanya ketidakpuasan atau kecewa atas produk yang
dibeli atau dikonsumsi karena kualitas yang jelek.
2.Orthogonal Array: Orthogonal array digunakan untuk mendesain
percobaan yang efisisen dan digunakan untuk menganalisis data
percobaan. Ortogonal array digunakan untuk menentukan jumlah
eksperimen minimal yang dapat memberi informasi sebanyak mungkin
semua faktor yang mempengaruhi parameter. Bagian terpenting dari
orthogonal array terletak pada pemilihan kombinasi level dari variable-
variabel input untuk masing-masing eksperimen.
3. Robustness: Meminimasi sensitivitas sistem terhadap sumber-sumber
variasi.
Tahapan dalam Desain Produk atau Proses Menurut Taguchi
Dalam metode Taguchi tiga tahap untuk mengoptimasi desain produk atau
proses produksi yaitu (Ross, 1996):
1. System Design. Yaitu upaya dimana konsep-konsep, ide-ide, metode
baru dan lainnya dimunculkan untuk memberi peningkatan produk .
Merupakan tahap pertama dalam desain dan merupakan tahap
konseptual pada pembuatan produk baru atau inovasi proses. Konsep
mungkin berasal dari dari percobaan sebelumnya, pengetahuan
alam/teknik, perubahan baru atau kombinasinya.
2. Parameter Design. Tahap ini merupakan pembuatan secara fisik atau
prototipe secara matematis berdasarkan tahap sebelumnya melalui
percobaan secara statistik. Tujuannya adalah mengidentifikasi setting
parameter yang akan memberikan performansi rata-rata pada target dan
menentukan pengaruh dari faktor gangguan pada variasi dari target.
3. Tolerance Design. Penentuan toleransi dari parameter yang berkaitan
dengan kerugian pada masyarakat akibat penyimpangan produk dari
target. Pada tahap ini, kualitas ditingkatkan dengan mengetatkan toleransi
pada parameter produk atau proses untuk mengurangi terjadinya
variabilitas pada performansi produk.
BAB III
Analisa Produk
3.1 Ergonomi
Berdasarkan Metode David Garfin
David Garfin membagi kualitas Produksi kedalam tujuh kriteria. Hal
tersebut diantaranya adalah, Reliability, Durability, Aesthetics, Performances,
Conformances, Serviveability, Features, dan yang terakhir adalah Percieved
Quality.
Berdasrkan kriteria diatas maka berikut adalah klasifikasi produk
Extraordinary Cupboard berdasarkan Metode David Garfin:
1. Performance
Fungsi utama dari Produk Extraordinary Cupboard adalah
pemanfaatannya sebagai meja belajar dan tempat menyimpan pakaian.
2. Conformances
Fungsi tambahan dari produk Extraordinary Cupboard adalah adanya
penambahan tempat rak buku, tempat accessories, laci tempat
penyimpanan dan yang tak kalah pentingnya adalah adanya Fold Bed
(tempat tidur yang dapat dilipat). Adanya fungsi tersebut merupakan
jawaban dari permasalah-permasalahan yang ada ada mayoritas
masyarakat.
3. Reliability
Prooduk tersebut memiliki reliability yang cukup baik. Namun mungkin
akan ada beberapa permasalahan khususnya pada bagian-bagian joint hidup
yang sselalu terjadi pergeseran. Hal tersebut dapat menyebabkan aus. Jadi
untuk antisipasi akan terjadnya hal tersebut maka hendaknya part-part pada
bagian tersebut diganti setiap dua tahun sekali.
4. Durability
Masa hidup dari Extraordinary Cupboard ini berkisar delapan tahun.
Namun hal itu bukan waktu yang mutlak akan terjadi, namun tergantung
pada pengguna. Usia produk tersebut dapat kurang dari delapan tahun
apabila pengguna jarang melakukan perawatan terhadap produk tersebut,
akan tetapi dapat juga lebih dari delapan tahun apabila pengguna
melakukan perawatan yang baik.
5. Aesthetics
Dari sisi estetik, yang kita tonjolkan adalah konsep Emotional Design yang
menganut pemahaman bahwa pada saat ini pemilihan produk berdasarkan
fungsi sudah ketinggalan zaman, akan tetapi yang menjadi sorotan saaat ini
adalah produk kini telah lebih mengarah pada area psikologi, diantaranya
kepuasan konsumen, pengalaman baru konsumen akan sebuah produk, dan
yang tak kalah penting saat ini produk telah dijadikan sebagai pertunjukan
gaya hidup karena produk yang digunakan seseorang juga menunjukkan
status sosial seseorang
6. Serviceability
Kemudahan produk ini terletak pada cara perawatan yang mudah dan cara
penggantian part yang mudah apabila ada kerusakan ada part terntentu. Hal
tersebtu karena produk ini telah dibuat dalam part per part. Jadi
[enggantiannya sangatlah memudahkan para pengguna.
7. Features
Fitur yang ditawarkan oleh produk kami adalah sistem fold away yang
dapat memudahkan pengguna. Selain memudahkan, produk tersebut juga
sangat efisien tempat dengan sistem fold away yang diusungnya.
8. Percievedability
Untuk data percieved ability bisa didapatkan apabila produk telah di
produksi dengan cara menanyakan pada konsumen akan apa yang
dirasakan terhadap produk kami. Metode yang dapat digunakan adalah
dengan membuat kuisioner atau dengan menanyakan secara langsung pada
konsumen.
Berdasarkan Metode Kualitas Taguchi
Taguchi membagi tingkat kualitas berdasarkan tiga kualitas, yaitu
System Design, Parameter Design, Tolerance Design.
Kualitas Produk Extraaordinary Cupboard berdasarkan Metode taguchi
adalah sebagai berikut:
a. System Design
Konsep dari pembuatan Extraaordinary Cupboard adalah memberikan
kemudahan serta meningkatkan efisiensi baik pada efisiensi space
maupun efisiensi cost. Harapan dari produk ini adalah bagaimana
manusia dapat memenuhi kebutuhannya dengan sebuah produk namun
multi purpose.
b. Parameter Design
Tolak ukur parameter yang kami gunakan adalah berdasarkan data
anthropometri yang telah dilaklukan pengukuran sebelumnya. Untuk
dimensi yang digunakan akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya.
c. Tolerance Design
Toleransi yang digunakan dalam proses pembuatan nproduk ini kurang
lebih 1 cm pada semua part kecuali pada bagian yang butuh pengunci
kami gunakan toleransi 0.5 cm.
3. 2 Dimensi Produk
Produk yang kami buat berdasarkan pada konsep inden seperti yang
diterapkan oleh perusahaan Benetton di Italia. Perusahaan tersebut memiliki
prinsip bahwa setiap dimensi tubuh setiap orang adalah berbeda, jadi tidak
tepat apabila menyamakan semua ukuran untuk semua orang.
Dimensi yang kami gunakan adalah berdasarkan data Salman Alfarisi:
Tinggi Lemari : Tinggi jangkauan tangan atas – Allowance
: 175 cm – 25 cm = 150
Lebar tampat tidur : Lebar bahu + allowance
: 45 cm + 30 cm = 75 cm
Lebar Meja belajar : lebar bahu + allowance
: 45 cm + 5 cm = 75 cm
Tinggi Meja belajar : Tinggi Popliteal + tinggi siku duduk – Allowance
: 50 cm +20 cm – 10 cm = 60 cm
Tinggi Kursi : Tinggi Popliteal – allowance
: 50 cm – 5 cm = 45 cm
Lebar Kursi : Lebar pinggul + allowance
: 40 cm + 5 cm = 45 cm
3.3 Strategi Pemasaran
Segmenting
Segmentasi Produk ini kami lakukan berdasarkan pada kelas sosial ekonomi
dan geografi
Segmentasi berdasarkan kelas ekonomi :
pembagain yang dilakukan adalah membagi lapisan pasar menjadi empat
kelas, misal kelas C (kelas ekonomi rendah), kelas B (menengah), dan kelas
AB (menengah atas) dan kelas A (golongan atas). Segmentasi kami adalah
untuk golongan AB. Pemilian tersebut bukan tanpa alasan. Yang melandasi
hal itu adalah karena harga jual produk ini yang cukup mahal yang sesuai
dengan kualitas yang akan disuguhkan kepada and jadi harga jual cukup
tinggi.
Untuk Segmentasi secara geografi maka yang kami pilih adalah untuk area
perkotaan dimana pada daerah tersebut lahan sudah semakin sempit dan
semakin mahal jadi produk inii akan sangat membantu mereka dalam
memnuhi kebutuhan mereka.
Targetting
Target dari penjualan produk ini adalah pada masyarakat area perkotaan
yang enar-benar kami rasa sasngat mebutuhkan produk yang
menawarkan berbagai kemudahan tersebut.
Positioning
Positioning yang kami gunakan adalah positioning berdasarkan:
- Positioning menurut manfaat, karena produk ini memiliki multi
purpose
- Positioning menurut harga, hal ini karena pengklasifikasian yang
telah kami jelaskan pada segmentasi pasae berdasarkan kelas sosial
ekonomi
- Positioning menurut penggunaan, karena kami berusaha menjadi
produk terbaik dalam produk fold away
- Positioning menurut pesaing, karena produk tersebut merupapkan
kombinasi dari beberapa produk sehingga produk tersebut akan
lebih baik dari para oesaing yang hanya memprduksi produk dengan
satu fungsi
3.4 Voice of Consumer (VOC)
Gambar diatas merupakan grafik yang menunjukkan tingkat konsumtif masyarakat Indonesia. Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa tingkat konsumtif di tahun 2011 lebih baik dari pada tahun 2010, akan tetapi masih jauh apabila dibandingkan dengan tingkat konsumtif pada tahun 2007-2009. Sedangkan PDB (Produk Domestik Bruto) menunjukkan nilai pasar semua barang dan jasa
yang di produksi di Indonesia pada tahun tersebut. Jadi pada tahun 2011 terlihat bahwa banyak produk yang tak dapat terjual karena semakin turunnya tingkat konsumtif masyarakat Indonesia.
Setelah dilakukan penelitian akan hal tersebut. Ternyata hal yang memberikan sumbangsih terbesar atas menurunnya tingkat pembelian konsumen adalah karena kepuasan konsumen yang tak dapat terpenuhi. Jadi konsumen kecewa dengan beberapa produk yang dianggapnya tidak dapat memberikan apa yang diinginkan sehingga ketidak puasan akan sebuah produk tersebut menimbulkan permasalahan, yaitu turunnya tingkat konsumtif konsumen.
Dengan adanya permasalahan tersebut maka kami akan menawarkan menawarkan sebuah produk terbaru yang kami rasa dapat kembali menarik tingkat konsumtif konsumen. Mengapa kami berani berkat demikian? Karena produk ini adalah produk yang datang dengan konsep yang baru, dengan berbagai kenyamanan dan kemudahan sehingga kami yakin bahwa produk tersebut akan mendapat sambutan positif dari konsumen.
3.5 Manufaktur
BOM
Extraordinary Cupboard
KursiMeja Belajar
Tempat Tidur
Tmpat Baju
Laci
Sandaran Kaki Dudukan
KasurKakiEngsel
RollerAlasl Sekat Tidurl
Sekat berdiri Pintu
RollerlKotak Laci
Cara Pembuatan
1. Proses Pengukuran2. Proses Pemotongan part per-part
3. Proses Penghalusan4. Proses Assembly per bagian5. Proses Assembly total6. Proses Pengecatan7. Proses Pengeringan8. Finishing9. Kemudian barang akan langsung dikirim pada konsumen.
3.6 Harga produk
Kayu yang kami gunakan dalam membuat produk ini adalah kayu balsa. Kammi memilih kayu balsa karena kekuatannya yang baik dan ketahanannya serta tahan terhadap perubahan cuaca. Di luar negeri kayu ini termasuk jenis kayu yang mahal namun di Indonesia kayu ini masih tergolong murah karena penggunaannya yang masih sedikit. Untuk harganya di Indonesia, kayu ini dipatok dengan harga Rp. 35.000 dengan ukuran perlembarnya 100 cm x 50 cm. Jadi berikut perhitungan biaya produk kami:
Sekat belakang = 12 x Rp. 35.000 = 420.000
Sekat samping = 12 x Rp. 35.000 = 420.000
Alas tempat baju = 3 Rp. 35.000 = 105.000
Alas rak buku = 2 x Rp. 35.000 = 70.000
Alas meja belajar = 3 x Rp. 35.000 = 105.000
Laci = 3 x Rp. 35.000 = 105.000
Alas tempat tidur = 6 x Rp. 35.000 = 210.000
Engsel = 6 x Rp. 5.000 = 30.000
Roller = 2 x Rp. 10.000 = 20.000
Untuk kursi kami melakukan sub kontrak dengan pabrik yang memproduksi kursi. Harga per kursi adalah = 100.000
Harga Total Material adalah = Rp. 1. 585.000
Jadi harga jual kami akan produk tersebut setelah ditambah dengan jam mesin, operator, listrik, dll adalah sebesar Rp. 2.750.000
3.7 Perbandingan Produk
Harga meja belajar + kursi = Rp. 600.000
HargaTempat tidur = Rp. 1.400.000
Harga lemari rak baju = Rp. 400.000
Harga Rak buku+Accesoris = Rp. 700.000 +
Harga Total = Rp, 3.100.000
Jadi dengan membeli Extraordinary Cupboard maka akn menghemat pengeluaran anda sebesar Rp, 3.100.000 - Rp. 2.750.000 = Rp. 350.000.
Selain efisiensi biaya tentu saja produk kami juga lebih unggul karena efisiensi tempat yang sangat baik. Produk kami dapat di gunakan pada area yang minimalis dengan kebutuhan yang kompleks. Hal itu tentu merupakan sebuah kelebihan yang memiliki nilai yang tinggi dibanding dengan harga sebuah produk tersebut.
3.8 Gambar Desain
Cupboard posisi Tempat Tidur Terbuka
Cupboard dalam keadaan terbuka semua
BAB IV
Kesimpulan
1. Desain merupakan hal yang sangat penting karena desain merupakan jawaban dari berbagai macam persoalan. Sehingga setiap saat kita harus selalu mengetahui Perkembangan desain, khususnya pada zaman modern seperti ini diman desain yang telah beralih dari konsep Functional Desain menuju konsep Emotional Desain.
2. Berdasarkan penjelasan diatas tentang detail produk kami maka kami dapat menunjukkan beberapa kelebihan dari produk kami dari pada produk lain, yaitu:
- Efisiensi tempat- Eisiensi Biaya- Memaksimalisasi penggunaan ruang- Multi purpose solution- Penggunaan konsep modern, yaitu fold away- Baik digunakan di tempat yang minimalis- Durability yang tahan lama- Serta service ability yang memudahkan para pengguna.