Laporan pengendapan kimia dasar

25
Laporan Pengendapan I. Judul Percobaan : Titrasi Pengendapan dan Aplikasi II. Tanggal Percobaan : 21 November 2011 III. Selesai Percobaan : 21 November 2011 IV Tujuan Percobaan : 1. Membuat dan menentukan standarisasi larutan AgNO dengan NaCl 2. Menentukan kadar Cl - dalam air laut V. Dasar Teori Reaksi pengendapan telah dipergunakan secara luas dalam kimia analitik, dalam penentuan gravimetric dan dalam pemisahan sample menjadi komponen-komponennya. Pengendapan merupakan sebuah taknik dasar yang sangat penting dalam banyak prosedur analitik. Titrasi-titrasi yang melibatkan reaksi pengendapan tidak berjumlah banyak dalam analisis titrimetrik seperti titrasi- titrasi yang terlibat dalam reaksi redoks atau asam basa. Contoh dari titrasi pengendapan dibatasi pada yang melibatka pngendapan dari ion perak dengan anion-anion seperti halogen atau tiosinat. Penggunaan reaksi semacam ini terbats karena kurangnya indikator yang cocok. Dalam beberapa kasus, terutama dalam titrasi dari larutan encer dan titran ditambahkan secara perlahan, penjenuhan yang luar biasa tidak terjadi dan tingkat pengendapan menjadi lambat. Dasar reaksi titrasi pengendapan ialah terjadinya endapan pada reaksi antara zat analit dengan penitrasi, misalnya : Ag + + X - → AgX (g) dimana X = halogen Ag + + CrO 4 - → Ag 2 CrO 4(s) merah bata

description

mengenai laporan kimia dasar 1 tentang kimia

Transcript of Laporan pengendapan kimia dasar

Page 1: Laporan pengendapan kimia dasar

Laporan Pengendapan

I.              Judul Percobaan : Titrasi Pengendapan dan Aplikasi

II.           Tanggal Percobaan : 21 November 2011

III.        Selesai Percobaan : 21 November 2011

IV      Tujuan Percobaan : 1. Membuat dan menentukan standarisasi larutan AgNO dengan NaCl

2. Menentukan kadar Cl- dalam air laut

V. Dasar Teori

Reaksi pengendapan telah dipergunakan secara luas dalam kimia analitik, dalam

penentuan gravimetric dan dalam pemisahan sample menjadi komponen-komponennya.

Pengendapan merupakan sebuah taknik dasar yang sangat penting dalam banyak prosedur

analitik.

Titrasi-titrasi yang melibatkan reaksi pengendapan tidak berjumlah banyak dalam

analisis titrimetrik seperti titrasi-titrasi yang terlibat dalam reaksi redoks atau asam basa.

Contoh dari titrasi pengendapan dibatasi pada yang melibatka pngendapan dari ion perak

dengan anion-anion seperti halogen atau tiosinat. Penggunaan reaksi semacam ini terbats

karena kurangnya indikator yang cocok. Dalam beberapa kasus, terutama dalam titrasi dari

larutan encer dan titran ditambahkan secara perlahan, penjenuhan yang luar biasa tidak terjadi

dan tingkat pengendapan menjadi lambat.

Dasar reaksi titrasi pengendapan ialah terjadinya endapan pada reaksi antara zat analit

dengan penitrasi, misalnya :

Ag+ + X- → AgX(g) dimana X = halogen

Ag+ + CrO4- → Ag2CrO4(s) merah bata

Indikator K2CrO4 digunakan pada titrasi antara ion halida dan ion perak, dimana

kelebihan ion Ag+ akan bereaksi dengan CrO4- membentuk perak kromat yang berwarna

merah bata (Cara Mohr).

Pada titik ekivalen :

Ekivalen Ag+ = Ekivalen Cl-

Ada beberapa cara unuk menentukan saat tercapai titik ekivalen pada titrasi

pengendapan :

1.      Dengan pembentukan endapan berwarna ( Cara Mohr )

2.      Dengan pembentukan persenyawaan berwarna yang larut ( Cara Volhard )

3.      Dengan indikator adsorpsi ( Cara Fajans )

Page 2: Laporan pengendapan kimia dasar

1.             CARA MOHR

Indikator K2CrO4, titran adalah AgNO3. Terutama untuk menentukan garam klorida

dengan titrasi langsung, atau menentukan garam perak dengan titrasi kembali setelah

ditambah larutan NaCl berlebih. pH harus diatur agar tidak terlalu asam maupun terlalu basa

(antara 6 dan 10).Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titrant

sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah bata, yang menunjukkan titik akhir karena

warnanya berbeda dari warna endapan analat dengan Ag+.

Pada analisa Cl- mula-mula terjadi reaksi :

Ag+ + Cl- AgCl

Sedang pada titik akhir, titrant juga bereaksi menurut reaksi :

2Ag+ + CrO4- Ag2CrO4

Konsentrasi CrO4- yang ditambahkan sebagai sebagai indikator tidak boleh sembarang, tetapi

harus dihitung berdasar Ksp AgCl dan Ksp Ag2CrO4.

2.CARA VOLHARD

Indikator Fe3+ titrant KSCN atau NH4SCN. Untuk menentukan garam perak dengan

titrasi langsung, atau garam–garam khlorida, bromida, iodida, tiosianat, dengan titrasi

kembali setelah ditambah larutan baku AgNO3 berlebih. juga untuk anion-anion lain yang

lebih mudah larut dari AgSCN, tetapi dengan usaha khusus. pH harus cukup rendah, kira-kira

0,3 M H+, agar Fe3+ tidak terhidrolisa.

3.CARA FAJANS

Indikatornya ialah salah satu indikator adsorpsi menurut macam anion yang

diendapkan oleh Ag+, pH tergantung dari macam anion dan indikator yang dipakai.

Faktor yang perlu di pertimbangkan dalam memilih sebuah indikator adsorpsi yang

cocok untuk sebuah titrasi pengendapan. Faktor-faktor ini dirangkum di bawah ini :

1. AgCl seharusnya tidak diperkenankan untuk mengental menjadi partikel-partikel besar pada

titik ekivalen, mengingat hal ini akan menurunkan secara drastis permukaan yang tersedia

untuk adsorpsi dari indikator.

2. Adsorpsi dari indikator seharusnya dimulai sesaat sebelum titik ekivalen dan meningkat

secara cepat pada titik ekivalen.

3. Ph dari media titrasi harus dikontrol untuk menjamin sebuah konsentrasi ion dari indikator

asam lemah atau basa lemah tersedia cukup.

4. Amat disarankan bahwa ion indikator bermuatan berlawanan dengan ion yang ditambahkan

sebagai titran.

Page 3: Laporan pengendapan kimia dasar

Jadi dalam tiga cara tersebut titrant masing-masing tertentu, indicator dan Ph untuk

cara Mohr dan Volhart tertentu, sedang dalam cara Fajans indikator tidak harus tertentu dan

Ph disesuaikan dengan indikator.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah sebagai berikut :

1.      Temperatur. Semakin meningkat temperatur, maka meningkat pula kelarutannya.

2.      Pemilihan Pelarutan. Garam anorganik lebih dapat larut dalam air dari pada dalam larutan

organik, kelarutan dalam air lebih besar dari pada dalam larutan organik.

3.      Efek ion-sekutu. Dengan adanya ion sekutu yang berlebihan, kelarutan dari sebuah endapan

bisa jadi lebih besar dari pada tetapan kelarutan produk.

4.      Efek aktivitas.

5.      Efek Ph.

6.      Efek hidrolisis.

7.      Hidroksida metal.

8.      Efek pembentukan kompleks.

Page 4: Laporan pengendapan kimia dasar

VI.             Alat dan Bahan

         Alat – alat

1. Labu Ukur 100 mL 1 buah

2. Erlenmeyer 250 mL 2 buah

3. Buret 1 buah

4. Spatula 1 buah

5. Pipet Gondok 10 ml 1 buah

6. Gelas Ukur 2 buah

7. Pipet tetes 6 buah

         Bahan

1.      NaCl

2.      Air suling

3.      AgNO3

4.      Indikator metyl jingga

5.      Air Laut

VII.          CARA KERJA

Page 5: Laporan pengendapan kimia dasar

Penentuan (standarisasi) larutan AgNO3 ± 0,1 N dengan NaCl sebagai baku

NaCl

    Ditimbang 0,062 g    Dipindahkan dalam labu ukur 100 ml    Dilarutkan dengan air suling    Diencerkan sampai tanda batasHasil Hasil

    Dipipet sebanyak 25 mL dengan pipet seukuran    Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100ml    Ditambah 10 ml air suling    Ditambah 5 tetes indikator K2CrO4

Buret    Dibilas dan diiisi dengan AgNO3

AgNO3 dalam buretDigunakan untuk titran

    Ditritasi sambil terus dikocok    Titrasi dihentikan saat terjadi endapan merah bataHasil

    Dibaca dan dicatat angka pada buret saat awal dan akhir titrasi    Dicatat volume larutan AgNO3 yang digunkan dalam titrasi    Dihitung konsentrasi AgNO3

Hasil

Penentuan Kadar Cl- Dalam Air LautAir laut

    Diukur massanya dengan neraca analitis    Diukur volumenya    Dicari massa jenisnyaHasil

    Dipipet 10 ml    diencerkan dalam labu ukur 100 ml

Hasil     Dipipet 10 ml    Diencerkan dalam labu ukur 100 mlHasil

    Diambil 10 ml    Ditambahkan 5 tetes K2CrO4 5 %

Hasil

Page 6: Laporan pengendapan kimia dasar

    Dititrasi dengan AgNO3 sampai terjadi endapan merah bataHasil *percobaan dilakukan 3 kali*percobaan dilakukan 3 kali

Page 7: Laporan pengendapan kimia dasar

VIII. Hasil Pengamatan

Penentuan (standarisasi) larutan AgNO3 ± 0,1 N dengan NaCl p.a sebagai bakuNo. perc. Alur Hasil Pengamatan Dugaan / Reaksi1.        dipindahkan

dalam labu ukur 100 ml       diencerkan samapi tanda batas dengan air suling.

Larutan Baku       dipipet 10 ml       ditambahkan 10 ml air suling       ditambah ± 1 ml indikator K2CrO4

larutan baku dalam erlenmeyer       dititrasi dengan AgNO3 dalam buret

HasilNaCl ± 0,062 g

NaCl : serbuk putih

indikator K2CrO4 : kuning

AgNO3 : jernih tak berwarna

Larutan Baku : jernih tak berwarna

Larutan Baku + indikator K2CrO4

: kuning jernih

larutan setelah dititrasi : Merah bata dan ada endapan.

V AgNO3 :V1 = 7,7 mlV2 = 8,0 mlV3 = 8,1 ml

Di lampiran

Page 8: Laporan pengendapan kimia dasar

No. perc. Alur Hasil Pengamatan Dugaan / Reaksi1. Air laut

       Dititrasi dengan AgNO3 sampai terjadi endapan merah bata

Hasil        Dipipet 10 ml       diencerkan dalam labu ukur 100 ml

       Diambil 10 ml       Ditambahkan 5 tetes K2CrO4 5 %

Hasil Hasil Hasil

       Dipipet 10 ml       diencerkan dalam labu ukur 100 ml

       Diukur massanya dengan neraca analitis       Diukur volumenya       Dicari massa jenisnya

Hasil

Air laut : jernih, tak berwarna

AgNO3 : Jernih tak berwarna

larutan baku : jernih tak berwarna

larutan baku + indikator : kuning

larutan setelah titrasi : merah bata dan terdapat endapan.

v AgNO3

v1 = 1,6 mlv2 : 1,9 mlv3 : 2,0 ml

Di lampiran

Page 9: Laporan pengendapan kimia dasar

IX. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Standarisasi larutan AgNO3 dengan menggunakan larutan NaCl

Dalam suatu proses standardisasi suatu larutan diperlukan larutan yang sudah

diketahui konsentrasinya terlebih dahulu. Larutan yang diketahui konsentrasinya ini disebut

larutan baku. Pada standardisasi AgNO3 dengan menggunakan larutan NaCl sebagai baku,

langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang NaCl yang berbentuk serbuk berwarrna

putih sebanyak ± 0,062 gram. Kemudian kita membuat larutan baku dari zat NaCl yang telah

ditimbang yaitu dengan memindahkannya pada labu ukur 100 ml dan ditambahkan dengan air

suling dan dikocok agar NaClterlarut sempurna. Setelah itu baru diencerkan dengan

menambahkan air suling sampai tanda batas pada labu ukur. Dalam penambahan air suling

tidak boleh melebihi tanda batas karena jika telah melebihi tanda batas maka dianggap telah

gagal dalam pembuatan larutan baku. Dimana air suling dalam percobaan ini digunakan

sebagai pelarut karena sifatnya yang polar. Dari pembuatan larutan baku didapatkan

konsentrasi larutan baku NaCl adalah 0,0106 N. Dan reaksi yang terjadi adalah :

Setelah pembuatan larutan baku NaCl, langkah selanjutnya dilakukan titrasi NaCl

sebagai baku (analit) dengan larutan AgNO3 sebagai titran yang dicari

konsentrasinya.Larutan baku NaCl digunakan untuk menstandartkan larutan AgNO3 dengan

cara mengambil sebanyak 10 mL larutan baku (analit) dengan menggunakan pipet seukuran

(pipet gondok) agar larutan yang diambil tepat (valid) atau dengan kata lain untuk

meminimalisir kesalahan. Selain itu volume pipet gondok telah ditentukan dengan standar

ketelitian yang variabel dengan tingkat ketelitian pengukuran yang tinggise hingga

keakuratannya terjamin.Selanjutnya larutan baku yang telah dipipet dimasukkan dalam

erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan air suling sebanyak 10 mL yang bertujuan untuk

memperjelas pengamatan pada saat titrasi tanpa menggunakan pipet seukuran. Penambahan

air tidak dengan menggunakan pipet seukuran (tidak harus setepat pengambilan NaCl) namun

menggunakan gelas ukur karena tidak diperhitungkan nantinya konsentrasi air suling yang

diambil. Setelah itu, menyiapkan larutan AgNO3untuk distandarisasi yaitu dengan

memasukkan larutan AgNO3 (tiran) pada buret yang sebelumnya telah disiapkan dan telah

dibersihkan.

Ketika akan melakukan titrasi ditambahkan 5 tetes indikator K2CrO45 % yang

berwarna kuning pada larutan baku yang ada pada erlenmeyer.Titrasi menggunakan perak

Page 10: Laporan pengendapan kimia dasar

nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam yang sukar larut. Standarisasi larutan

AgNO3 dengan NaCl merupakan titrasi yang tergolong dalam presipitimetri jenis

argentometri.

Reaksi yang terjadi adalah :

Metode Mohr biasanya digunakan untuk mentitrasi ion halida seperti NaCl dengan

AgNO3 sebagai pentitran dan K2CrO4 sebagai indikator. Ketika NaCl dimasukkan ke dalam

Erlenmeyer dan ditambahkan indikator K2CrO4 yang kemudian dititrasi sedikit demi sedikit

dengan AgNO3 akan terbentuk endapan putih yang merupakan AgCl. Dan ketika NaCl sudah

habis bereaksi dengan AgNO3 sementara jumlah AgNO3 masih ada maka AgNO3 akan

bereaksi dengan indikator K2CrO4 yang berwarna krem. Dalam titrasi ini, perlu dilakukan

secara cepat dan pengocokannya pun juga kuat agar Ag+ tidak teroksidasi menjadi AgO yang

menyebabakan titik akhir titrasi menjadi sulit dicapai.

Kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan dengan megukur volume

larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan.

Pada titik akhir titrasi akan menunjukkkan perubahan warna suspensi dari kuning

manjadi kuning-coklat. Perunbahan ini terjadi karena timbulnya Ag2CrO4 saat hampir

mencapai titik ekivalen, hampir semua ion Cl- berikatan manjadi AgCl. Larutan standar yang

digunakan dalam metode ini adalah AgNO3 yang memiliki normalitas 0,100 N, adanya

indikator K2CrO4 menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran sehingga

terbentuk endapan yang berwarna merah bata, yang menunjukkan titik akhir adalah

perubahan warnanya dari warna endapan analit dengan Ag+. Pada analisa Cl- terjadi reaksi :

Ag+(aq) + Cl-

(aq) AgCl(s)

sedangkan pada titik akhir titran juga bereaksi menurut reaksi:

2Ag+(aq) + CrO4

2-(aq) Ag2 CrO4 (s) 

Pengaturan pH sangat diperlukan agar tidak terlalu rendah ataupun tinggi jadi

pengendalian pH sangat diperlukan untuk memberikan konsentrasi yang tepat dari anion

indikator tanpa mengendapkan zat yang tidak diinginkan. Apabila pH terlalu tinggi maka

akan tenrbentuk endapan AgOH yang selanjutnya terurai menjadi Ag2O sehingga titran

terlalu banyak terpakai. Dan reaksi yang akan terjadi adalah :

Page 11: Laporan pengendapan kimia dasar

2Ag+(aq) + 2OH-

(aq)  2AgOH (s) Ag2O(s)  + H2O(l)

Bila pH terlalu rendah, ion CrO4- sebagian akan berubah manjadi Cr2O7

-, reaksi yang akan

terjadi adalah :

2H+ + 2CrO4-2   Cr2O7

-2 + H2O

Reaksi inilah yang mengurangi konsentrasi indikator dan menyebabkan tidak menimbulkan

endapan atau sanagt terlambat.

Selama titrasi larutan harus diaduk atau digoyang secara baik bila tidak akan terjadi

kelebihan titran yang menyebabkan indikator mengendap sebelum titik ekivalen tercapai dan

dioklusi oleh endapan AgCl yang terbentuk kemudian, akibatnya titik akhir manjadi tidak

tajam.

Titrasi dalam percobaan ini dilakukan sebanyak 3 kali. Dan dari percobaan kami

diperoleh V1AgNO3 sebanyak 7,7 mL, V2 AgNO3 sebanyak 8,0 mL, dan V3 AgNO3 sebanyak

8,1 mL. Sehingga diperoleh Normalitas AgNO3 0,0133 N melalui rumus N1.V1 = N2.V2(mek

HCl = mek AgNO3).

Kelemahan titrasi ini adalah jika terjadi kelebihan titran akan menyebabkan indikator

mengendap sebelum titik ekivaklen tercapai, sehingga titik akhir titrasi tidak akurat. Selain

itu indikator kalium kromat juga harus dengan konsentrasi tertentu, jika kelebihan warna

kalium kromat akan menjadi kuning sehingga perubahan warna pada saat titik ekivalen sulit

dilihat karena kalium romat bereaksi dengan AgNO3 membentuk Ag2Cr2O4 yang berwarna

krem.

Menentukan kadar Cl- dalam air laut

Pada aplikasi titrasi pengendapan yaitu penentuan kadar Cl- dalam air laut, langkah

pertama yang dilakukan adalah dengan mengukur berat jenis air laut,yaitu dengan

menimbang piknomete rkosong dan juga menimbang piknometer yang sudah diisi dengan air

laut. Dari sini dapat dihitung massa jenis air laut. Yaitu dengan menggunakan rumus .

Dimana m (massa) diperoleh dengan mengurangi massa piknometter yang sudah diisi dengan

air laut dengan massa piknometer kosong. Sedangkan Volume diproleh dar ivolume

piknometer itu sendiri. Dan pada percobaan ini diperoleh massa jenis air laut adalah 1,0409

g/mL.Setelah itu, air laut dalam piknometer dipipet 10 mLdan diencerkan 1000 kali pada labu

ukur 100 mL.Kemudian dari larutan yang sudah diencerkan tersebut diambil 10 mL dengan

menggunakan pipet gondok, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL dan ditambah 5 tetes

indicator K2CrO4 5 % sehingga larutan yang awalnya bening tak berwarna berubah menjadi

Page 12: Laporan pengendapan kimia dasar

kuning bening. Kemudian dititrasi dengan larutan AgNO3 yang telah distandarisasi yaitu

0,0133 N.

Adanya indikator K2CrO4 menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan

titran sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah bata, yang menunjukkan titik akhir

adalah perubahan warnanya dari warna endapan analit dengan Ag+. Pada analisa Cl-terjadi

reaksi :

Ag+(aq) + Cl-

(aq) AgCl(s)

sedangkan pada titik akhir titran juga bereaksi menurut reaksi:

2Ag+(aq) + CrO4

2-(aq) Ag2 CrO4 (s) 

Titrasi dihentikan sampai terdapat endapan berwarna kemerah-merahan dimana

endapan tersebut adalah Ag2CrO4 yang merupakan reaksi antara indikator K2CrO4 dengan

AgNO3 pada titik akhir titrasi.Titrasi aplikasi ini dilakukan sebanyak 3 kali. Dan volume

AgNO3berturut-turut yang diperlukan adalah sebesar V1 = 1,6 mL; V2 = 1,9 mL; V3 = 2,0

mL, dan diperoleh kadar rata – rata Cl- dalam air laut adalah sebesar 8,2531 %.

X. DISKUSI

Dalam percobaan titrasi pengendapan ini adabeberapa kendala yang kami dapatkan,

yaitu pada saat melakukan aplikasi dar ititrasi pengendapan dalam menentukan kadar Cl -

dalam air laut. Dalam melakukan percobaan ini, air laut terlebih dahulu diencerkan 1000 kali

dengan menggunakan labu ukur 100 mL. Dan dalam pengenceran ini dapat diketahui bahwa

hanya beberapa tetessaja air laut yang ada dalam larutan baku karena telah diencerkan

sebanyak 1000 kali. Sehingga dalam penentuan kadarCl- dalam air laut pun tidak bias

diperoleh hasil yang maksimal.

XI. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dan analisis data serta pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

1.         Standarisasilarutan AgNO3denganlarutanNaCl

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa normalitas atau konsentrasi

AgNO3 (argentum nitrat) dapat diketahui melalui analisis menggunakan metode titrimetri,

Page 13: Laporan pengendapan kimia dasar

titrasi argentometri dengan standar primer natrium klorida (NaCl) 0,0106 N yang melibatkan

K2CrO4 sebagai indikator yang menunjukkan perubahan warna menjadi endapan merah bata

pada titik ekivalen.

Konsentrasi dari AgNO3 dapat diketahui berdasarkan volume AgNO3 rata-rata yang

diperoleh dari titrasi dan dengan rumus N1.V1 = N2. V2(mek HCl = mek AgNO3) didapatkan

konsentrasi AgNO3 0,0133 N.

2.         PenentuankadarCl- dalam air lautPenentuan kadarCl- dalam airlaut dapat dikeahui melalui analisi smenggunakan metode

titrasiar gentometri yang melibatkanK2CrO4 sebagai indikator yang menunjukkan perubahan

warna menjadi endapan merah bata pada titik ekivalen.

Perhitungan kadarCl- dalam sampel air lautanalisisdenganmenggunakan rumus persen

berat. Dan diperolehkadarCl- rata – rata adalahsebesar 8,2531 %.

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: Laporan pengendapan kimia dasar

Basset, J. et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi 4. Jakarta:

Buku kedokteran EGC.

Day, R.A. Underwood.A.L.1986. Quantitative Analysis. New York: Prentice Hall

(terjemahan oleh A. Hadyana P 1998). Analisis Kimia Kuantitatif (ed. Ke-6) Jakarta :

Erlangga.

Tim DDKA. 2001. Panduan Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik. Surabaya: Jurusan

Kimia FMIPA Unesa.

Page 15: Laporan pengendapan kimia dasar

LAMPIRAN

1.      Penentuan (standarisasi) larutan AgNO3 ± 0,1 N dengan NaCl p.a sebagai baku

Diketahui : massa NaCl = 0,062 gram = 62 mg

v NaCl = 10 ml

v AgNO3= 7,7 ml ; 8 ml ; 8,1 ml

ditanya : [AgNo3] rata-rata.........?

jawab :

mmol NaCl = = 1,0609 mmol

M NaCl = = 0,0106 M

N NaCl = = = 0,0106 N

I.                   m.ek NaCl = m.ek AgNO3

0,0106N.10 ml = N AgNO3 . 7,7 ml

N AgNO3 = 0,0137 N

II.                m.ek NaCl = m.ek AgNO3

0,0106 N . 10 ml = N AgNO3 . 8 ml

N AgNO3 = 0,0132 N

III.             m.ek NaCl = m.ek AgNO3

0,0106 N . 10 ml = N AgNO3 . 8,1 ml

N AgNO3 = 0,0131 N

[AgNO3] rata-rata = = 0,0133 N

Page 16: Laporan pengendapan kimia dasar

LAMPIRAN

PERHITUNGAN

2.      Penentuan Kadar Cl- Dalam Air Laut

Diketahui : massa air laut = 52,0485 gram

V air laut = 50 ml

V sampel = 10 ml

N AgNO3 = 0,0133 N

V AgNO3 = 1,6 ml ; 1,9 ml; 2 ml

ditanya : %Cl-............?

jawab :

ρ air laut = = 1,0409 g/ml

massa sampel = ρ . V sampel

= 1,0409 g/ml . 10 ml

= 10,04090 gram

I.                   m.ek Cl- = m.ek AgNO3

= 0,013 N . 1,6 ml

= 0,0213 m.ek

massa Cl- dalam 1/1000 ml = 0,0213 m.ek . 35,5 mg / m.ek

= 0,7561 mg

massa Cl- dalam 1000 ml =

II.                m.ek Cl- = m.ek AgNO3

= 0,013 N . 1,9 ml

= 0,0247 m.ek

massa Cl- dalam 1/1000 ml = 0,0247 m.ek . 35,5 mg / m.ek

= 0,8768 mg

massa Cl- dalam 1000 ml =

III.             m.ek Cl- = m.ek AgNO3

= 0,013 N . 2,0 ml

= 0,0266 m.ek

massa Cl- dalam 1/1000 ml = 0,0266 m.ek . 35,5 mg / m.ek

= 0,9443 mg

Page 17: Laporan pengendapan kimia dasar

massa Cl- dalam 1000 ml =

Kadar Cl- rata-rata = = 8,2531 %

REAKSI

3.            

4.            

5.             2Ag+(aq) + CrO4

2-(aq)   Ag2 CrO4 (s) 

Page 18: Laporan pengendapan kimia dasar

LAMPIRAN FOTO HASIL PERCOBAAN

1.        StandarisasilarutanAgNO3dengan NaCl

HasilSetelahtitrasidarikirikekanan :V1HCl : 3,0 mLV2HCl : 3,0 mLV3HCl : 3,0 mLHasilSetelahtitrasidarikirikekanan :V1AgNO3 : 7,7 mLV2AgNO3 : 8,0 mLV3AgNO3 : 8,1 mL 

2.        PenentuankadarCl-dalamair laut

HasilSetelahtitrasidarikirikekanan :V1AgNO3 : 1,6 mLV2AgNO3 : 1,9 mLV3AgNO3 : 2,0mL