laporan pengapian konvesional

20
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF Semester III SISTEM PENGAPIAN KONVESIONAL No. JST/OTO/OTO 318/01 Revis i : Tgl : 27 September 2015 Hal 1 dari A. Judul Laporan Sistem pengapian Konvesional B. Kompetensi : Sistem pengapian konvesional C. Sub Komptensi : Setelah melaksanakan praktik, mahasiswa diharapakan dapat : 1. Memeriksa komponen system pengapian. 2. Merangkai system pengapian. 3. Menyetel dwell dan timing pengapian. 4. Mengidentifikasi gejala yang timbul akibat dwell dan timing yang tidak tepat. D. Alat dan Bahan : 1. Engine stand Kijang 5k. 2. Tool box set. 3. Multiester. 4. Engine tuner (seri EA-800) E. Keselamatan Kerja : 1. Menggunakan alat praktikum sesuai dengan fungsinya. 2. Berhati-hati dalam mengerjakan praktikum. 3. Melaksanakan praktikum sesuai dengan prosedur kerja. 4. Menanyakan pada instruktur apabila mengalami permasalahan praktikum.

description

laporan

Transcript of laporan pengapian konvesional

Page 1: laporan pengapian konvesional

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF

Semester III SISTEM PENGAPIAN KONVESIONALNo. JST/OTO/OTO 318/01 Revisi : Tgl : 27 September 2015 Hal 1 dari

A. Judul Laporan

Sistem pengapian Konvesional

B. Kompetensi :

Sistem pengapian konvesional

C. Sub Komptensi :

Setelah melaksanakan praktik, mahasiswa diharapakan dapat :

1. Memeriksa komponen system pengapian.

2. Merangkai system pengapian.

3. Menyetel dwell dan timing pengapian.

4. Mengidentifikasi gejala yang timbul akibat dwell dan timing yang tidak tepat.

D. Alat dan Bahan :

1. Engine stand Kijang 5k.

2. Tool box set.

3. Multiester.

4. Engine tuner (seri EA-800)

E. Keselamatan Kerja :

1. Menggunakan alat praktikum sesuai dengan fungsinya.

2. Berhati-hati dalam mengerjakan praktikum.

3. Melaksanakan praktikum sesuai dengan prosedur kerja.

4. Menanyakan pada instruktur apabila mengalami permasalahan praktikum.

5. Hati-hati dalam menghidupkan mesin.

Page 2: laporan pengapian konvesional

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF

Semester III SISTEM PENGAPIAN KONVESIONALNo. JST/OTO/OTO 318/01 Revisi : Tgl : 27 September 2015 Hal 1 dari

F. Langkah Kerja

1. Pembongkaran

a. Melakukan pengamatan terhadap rangkaian pengapian, kemudian melepaskan

distributor dari engine.

b. Membuka tutup distributor, memutar poros distributor dan mengamati kerja platina.

c. Membuka tutup oktan selector, menahan poros distributor kemudian memutar

pengatur oktan ke kiri dan ke kanan. Mengamati efeknya breaker plate platina.

d. Melepas vacuum advancer, platina dan breaker plate.

e. Menahan poros distributor bagian bawah, menggerakan bobot sentrifugal advancer

dengan obeng (-). Mengamati efeknya terhadap gerakan cam (nok).

f. Melepas sentrifugal advancer dan melepas poros distributor.

2. Pemeriksaan dan Perakitan komponen.

a. Membersihkan komponen, periksa kelainan, keausan secara visual dan kekocakan.

b. memeriksa pegas sentrifugal advancer.

c. Memasang sentrifugal advancer (memberi pelumas pada poros), memriksa celah

samping (std. 0,15-0,50 mm).

d. Memasang cam, memeriksa kelonggaran terhadap poros.

e. Memeriksa vacuum advancer, diagfragma (dengan cara menghisap), mengkondisi

keausan pada platina dan posisi kontaknya.

f. Memasang breaker plate, vacuum advancer dan platina.

g. Memastikan tanda oktan selector segaris tanda, kemudian menyetel celah platina

(0,40-0,50 mm).

h. Memeriksa tutup distributor dan membersihkan karbon, karat pada terminal-

terminalnya. Memasang rotor dan tutup distributor.

i. Memeriksa kondensor dengan multimeter (ohm meter).

j. Memeriksa tahanan kabel tegangan tinggi dengan multimeter (ohm meter).

Page 3: laporan pengapian konvesional

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF

Semester III SISTEM PENGAPIAN KONVESIONALNo. JST/OTO/OTO 318/01 Revisi : Tgl : 27 September 2015 Hal 1 dari

k. Mengidentifikasi merk, jenis (nomor busi) membersikan kotoran dengan

menggunakan amplas kemudian stel celah busi.

3. Merangkai dan menyetel.

a. Membuat skema dan merangkai system pengapian.

b. Menghidupkan mesin (± 5 menit ), menyetel dwell angle timing pengapian.

1) Memasang tune up tester, mengarahkan selector ke dwell, memasang penjepit

merah pada positif baterai, hitam ke negative, hijau ke negative coil, lalu lihat

angka penunjukan dwell angle ( spec : 52o ± 2o). Bila menyetel tidak tepat ,

melakukan penyetelan ulang dengan melepas tutup distributor, mengendorkan

(sedikit ) baut pengikat platina lalu start engine sambil mengubah besarnya gap

(bila dwell terlalu besar, gap disempitkan atau sebaliknya), hingga mendapat

nilai dwell angle yang sesuai.

2) Catatan : jangan terlalu lama menstarter, waktu start maksimal 5 detik.

3) Menyetel putaran mesin pada putaran idle (spec : 750 ± 50 rpm).

4) Memeriksa timing ignition dengan menggunakan timing light ( spec : 8o sebelum

TMA pada putaran idle). Bila belum, menepatkan tanda timing dengan memutar

rumah distributor berlawan putaran rotor ( untuk mengajukan ) atau sebaliknya.

c. Melakukan penyetelan dwell angle di luar spesifikasi ( 43 o , 48 o , 57 o , 60 o ), lalu

mengindenfikasi gejala yang timbul pada posisi start, putaran idle, menengah dan

putaran tinggi.

d. Mengamati kerja governor, memutar selector tune-up tester pada HI-TACH,

mengarahkan timing tanda, mempercepat putaran mesin, mencatat selisih

penunjukan timing.

e. Memutar selector tune-up tester pada LO-TACH, mengamati hubungan timing dan

putaran timing.

f. Melakukan penyetelan timing di luar spesifikasi, lalu mengidenfikasi gejala yang

timbul pada posisi start, putaran idle, menengah dan putaran tinggi.

Page 4: laporan pengapian konvesional

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF

Semester III SISTEM PENGAPIAN KONVESIONALNo. JST/OTO/OTO 318/01 Revisi : Tgl : 27 September 2015 Hal 1 dari

g. Cek temperature pada coil ignition.

h. Mematikan mesin, membersihkan alat dan training obyek yang digunakan.

G. Data Praktik.

1. Rangkaian Sistem Pengapian konvensional.

2. Identifikasi kerja distributor

No Gerakan breker plate dan nok Breaker plat Platina

1 Poros diputar satu putaran Bergerak/ tidak bergerak bergerak

2

Oktan selector di putar kekanan Bergerak ke

Oktan selector di putar ke kiri Bergerak ke

Oktan selector ditekan

3 Bobo sentrifugal advancer digerakkan. Gerakan cam/nok :

3. Data pemeriksaan.

No Nama bagian Hasil spesifikasi

1 Keausan sudut cam baik

Page 5: laporan pengapian konvesional

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF

Semester III SISTEM PENGAPIAN KONVESIONALNo. JST/OTO/OTO 318/01 Revisi : Tgl : 27 September 2015 Hal 1 dari

2 Vacuum advancer baik

3 Kondisi titik kontak platina Baik

4 Terminal tutup distributor Baik

5 Kondensor: kapasitas

Kondisi

0,65 µf

bocor

0,22 -0,24 µf

6 Kabel tegangan tinggi

Silinder 1 dan silinder 2

Silinder 3 dan silinder 4

Koil

Kondisi fisik

1 KΩ dan 1 KΩ

1 KΩ dan 1 KΩ

2 KΩ

baik

5-10 KΩ

7 Kondisi ignition coil

Kumparan primer

Kumparan sekunder

Tahanan balast

Kondisi fisik

Terminal tegangan tinggi

1,2 Ω

12 KΩ

2 Ω

Baik

Baik

1-3 Ω

5-10 KΩ

8 Kondisi busi

Silinder 1

Silinder 2

Silinder 3

Silinder 4

Merk : denzo Gap : 0,8 mm

Merk : denzo Gap : 0,7 mm

Merk : denzo Gap : 0,6 mm

Merk : denzo Gap : 0,8 mm

H. Analisis Data dan Pembahasan

1. Dasar Teori

Motor pembakaran dalam (internal combustion engine ) menghasilkan tenaga

dengan jalan membakar campuran udara dan bahan bakar didalam silinder. Pada motor

bensin, loncatan bunga api pada busi diperlukan untuk menyalakan campuran udara-

bahan bakar yang telah kompresikan oleh torak di dalam silinder. Sedangkan pada

Page 6: laporan pengapian konvesional

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF

Semester III SISTEM PENGAPIAN KONVESIONALNo. JST/OTO/OTO 318/01 Revisi : Tgl : 27 September 2015 Hal 1 dari

motor diesel udara dikompresikan dengan tekanan yang tinggi sehingga menjadi

sangat panas, dan bila bahan bakar disemprotkan ke dalam silinder, akan terbakar

secara serentak.

Karena pada motor bensin proses pembakaran dimulai oleh loncatan api tegangan

tinggi yang dihasilkan oleh busi, beberapa metode diperlukan untuk menghasilkan arus

tegangan tinggi yang diperlukan sistem pengapian (ignition system) pada automobile

berfungsi untuk menaikan tegangan baterai menjadi 10 KV atau lebih dengan

mempergunakan ignition coil dan kemudian mbeembagi-bagikan tegangan tinggi

tersebut masing-masing busi melalui distributor dan kabel tegangan tinggi.

2. Fungsi Sistem pengapian

Menghasilkan percikan api pada busi guna membakar campuran bahan bakar

didalam silinder, metodenya yaitu merubah tegangan listrik 12 V menjadi 20.000

– 30.000 V, dan mengalirkan ke busi sehingga terjadi percikan api pada busi.

3. Fungsi Komponen Dalam Sistem.

a. Baterai.

Menyediakan arus listrik tegangan rendah (biasanya 12V) untuk ignition

coil.

b. Ignition coil.

Menaikkan tegangan yang diterima dari baterai menjadi tegangan tinggi

yang diperlukan untuk pengapian.

Gambar. Kontruksi coil.

Page 7: laporan pengapian konvesional

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF

Semester III SISTEM PENGAPIAN KONVESIONALNo. JST/OTO/OTO 318/01 Revisi : Tgl : 27 September 2015 Hal 1 dari

c. Distributor.

1) Cam (nok)

Membuka breaker point (platina) pada sudut crankshaft (poros

engkol) yang tepat untuk masing-masing silinder.

2) Breaker point (platina)

Memutuskan arus listrik yang mengalir melalui kumparan primer

dari ignition coil untuk menghasilkkan arus listrik tegangan tinggi

pada kumparan sekunder dengan jalan (cara ) induksi magnet

listrik ( elektromahnetic induction).

3) Capasitor/condenser.

Menyerap loncatan bunga api yang terjadi antara breaker point

(pada platina) pada saat membuka dengan tujuan untuk menaikkan

tegangan sekunder.

4) Centrifugal Govenor Advancer.

Memajukan saat pengapian sesuai dengan putaran mesin.

5) Vacuum Adavancer

Memajukan saat pengapian sesuai dengan beban mesin (vakum

intake manifold)

Page 8: laporan pengapian konvesional

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF

Semester III SISTEM PENGAPIAN KONVESIONALNo. JST/OTO/OTO 318/01 Revisi : Tgl : 27 September 2015 Hal 1 dari

6) Rotor.

Membagikan arus listrik tegangan tinggi yang dihasilkan oleh

ignition coil ke tiap-tiap busi.

7) Distributor cap.

Membagikan arus listrik tegangan tinggi dari rotor ke kabel

tegangan tinggi untuk masing-masing silinder.

d. Kabel tegangan Tinggi (high Tension Cord).

Mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dari ignition coil ke busi.

e. Busi.

Mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menjadi loncatan bunga api

melalui electrodanya.

4. Prinsip Kerja Sistem.

a. Pada saat kunci kontak ON, platina menutup.

Aliran arus listrik dari positif baterai kemudian ke fusible link lalu ke

kunci kontak. Dari kunci kontak ke terminal B coil pengapian jika coil

pengapian tersebut mempunyai tahanan ballast jika tidak , aliran lisrik

langsung ke teriminal positif, kemudian ke kumparan primer. Dari

kumparan primer ke platina terus ke massa. Akibat aliran listrik pada

kumparan coil . maka inti kumparan coil primer menjadi magnet

Gambar. Aliran arus listrik pengapian kumparan primer.

Page 9: laporan pengapian konvesional

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF

Semester III SISTEM PENGAPIAN KONVESIONALNo. JST/OTO/OTO 318/01 Revisi : Tgl : 27 September 2015 Hal 1 dari

b. Saat Pemutus kontak terbuka ( paltina membuka ).

Saat platina membuka, arus listrik melalui primer coil terputus , terjadi

induksi tegangan tinggi pada kumparan sekunder , sehingga arus akan

mengalir dari kumparan sekunderkabel tegangan tinggi tutup

distributor Rotor kabel tegangan tinggi ( ke busi) busi massa.

Akibat aliaran arus listrik tegangan tinggi dan kumparan sekunder, mampu

meloncati tahanan udara antara elektroda tengah dengan elektroda massa

pada busi dan menimbulkan percikkan bunga api.

Gambar. Aliran arus listrik pada pemutus kontak terputus.

5. Penyetelan Sistem untuk kinerja optimum.

a. Kondisi baterai baik ,dilihat visual tidak terdapat kebocoran atau retak

pada baterai tersebut. Terminal baterai masih bagus dan tegangan baterai

12 volt -14 volt.

Page 10: laporan pengapian konvesional

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF

Semester III SISTEM PENGAPIAN KONVESIONALNo. JST/OTO/OTO 318/01 Revisi : Tgl : 27 September 2015 Hal 1 dari

b. Menyetel dwell sesuai dengan spesifikasi yaitu 52o ± 2o .

c. Timing pengapian yang tepat yaitu dengan spesifikasi 8o sebelum TMA.

d. Posisi kontak yang tepat

Gambar. Posisi kontak platina.

e. Wiring sistem pengapian yang tidak masalah.

6. Diagnosa

3) Signal generator

Signal generator adalah semacam generator AC (arus bolak balik) yang berfungsi untuk

menghidupkan power transistor di dalam igniter. Jika tegangan yang di hasilkan negatif

transistor akan off, jika positif transistor akan on.

Signal generator terdiri dari magnet permanen yang memberi magnet kepada pick-up coil

untuk membangkitkan arus bolak balik dan signal rotor yang menginduksi tegangan

bolak balik di dalam pick-up coil sesuai dengan saat pengapian. Signal rotor mempunyai

gigi-gigi sebanyak jumlah silinder pada mobil.

a) Prinsip pembangkitan EMF (electro magnetig force)

Garis gaya magnet (magnetic flux) dari magnet permanen mengalir dari signal rotor

melalui pick-up coil. Celah udara antara rotor dengan pick-up coil yang berubah-ubah,

maka kepadatan garis gaya magnet pada pick-up coil berubah. Perubahan kepadatan garis

gaya (flux density) ini membangkitkan EMF (tegangan) dalam pick-up coil.

Page 11: laporan pengapian konvesional

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF

Semester III SISTEM PENGAPIAN KONVESIONALNo. JST/OTO/OTO 318/01 Revisi : Tgl : 27 September 2015 Hal 1 dari

b) Posisi Signal rotor

Posisi signal rotor, perubahan garis gaya yang terjadi, dan EMF yang dibangkitkan pada

pick-up coil

(1) Posisi signal rotor A

Pick-up coil dengan signal rotor mempunyai celah air gap yang besar, sehingga

perubahan kepadatan garis gaya (flux density) amat lemah, akibatnya tidak ada EMF

(tegangan) yang dibangkitkan.

(2) Pada signal rotor B

Signal rotor mendekati pick-up coil sehingga celah air gap mengecil, perubahan

kepadatan garis gaya magnet (flux density) menjadi besar, akibatnya EMF yang

dibangkitkan maksimun. Karena posisi signal rotor mendekati pick-up coil maka

tegangan yang ditimbulkan adalah tegangan positif.

(3) Pada signal rotor C

Signal rotor sejajar dengan pick-up coil dan posisi ini celah air gap paling terkecil, akan

tetapi EMF yang ditimbulkan kosong karena posisi ini pergantian antara tegangan positif

ke negatif yang ditandai dengan kepadatan garis gaya magnet (flux density) yang paling

terbesar akibat garis gaya magnet (magnetic flux) yang berlawanan.

(4) Pada signal rotor D

Kepadatan garis gaya magnet (flux density) sama dengan posisi signal rotor B, namun

pada posisi ini signal rotor menjauhi pick-up coil sehingga EMF yang di timbulkan

adalah tegangan negatif.

4) Igniter

Perubahan gaya listrik yang terjadi pada signal generator akan dideteksi oleh igniter.

Igniter adalah sebuah detektor yang terdiri dari detektor yang berfungsi menerima signal

dari signal generator, amplifier yang berfungsi untuk menguatkan signal tersebut, dan

power transistor yang akan memutus dan menghubungkan arus primer pada koil

pengapian sesuai signal yang diterima dari signal rotor.

Igniter juga dilengkapi Dwell control yang berfungsi untuk mengatur lamanya arus yang

masuk ke kumparan primer pada koil pengapian. Igniter juga dilengkapi dengan sirkuit

pembatas arus yaitu untuk membatasi arus maksimum pada kumparan primer yang

disebut Current limiting circuit.

Page 12: laporan pengapian konvesional

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF

Semester III SISTEM PENGAPIAN KONVESIONALNo. JST/OTO/OTO 318/01 Revisi : Tgl : 27 September 2015 Hal 1 dari

a) Transistor

Transistor merupakan kependekan dari Transfer Resistor, atau suatu komponen

elektronika yang dapat mengalirkan atau memutuskan aliran arus yang besar dengan

pengendalian arus listrik yang relatif sangat kecil, dengan mengubah resistansi

lintasannya (Jalius Jama, 2008).

Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit

pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai

fungsi lainnya. Transistor pada umumnya ada dua macam yaitu transistor tipe NPN dan

transistor tipe PNP. Transistor tipe NPN tersusun dari semi konduktor tipe-P yang diapit

semi konduktor tipe-N, sedangkan transistor tipe PNP tersusun dari semi konduktor tipe-

N yang diapit oleh semi konduktor tipe-P.

b) Resistor

Resistor adalah salah satu komponen elekronika yang berfungsi untuk menahan arus yang

mengalir dalam suatu rangkaian/sistim elekronika. jika di ibaratkan sebuah selang yang

dialiri air dan selang tersebut di beri hambatan maka air yang mengalir jumlahnya akan

sedikit. Hambatan yang diberikan kepada selang terhadap air yang mengalir sama dengan

prinsip kerja resistor. Semakin besar hambatan yang diberikan maka semakin kecil air

yang mengalir ke selang tersebut dan semakin kecil hambatan yang diberikan maka

semakin besar pula air yang

mengalir ke selang tersebut.

Satuan yang dipakai untuk menentukan besar kecilnya nilai resistor adalah Ohm atau

disingkat dengan huruf yunani omega ( ). Nilai resistor ada yang dicantumkan pada

badannya, dan sebagian lagi karena bentuk fisiknya kecil maka pencantumannya

dituliskan dalam bentuk kode warna yang melingkari badan resistor.

5) Vacum Advancer

Pada beban rendah atau menengah, kecepatan pembakaran rendah karena temperatur

rendah dan campuran bahan bakar menjadi kurus. Oleh karena itu pembakaran menjadi

lama. Agar dapat mendapatkan tekanan maksimum maka saat pengapian harus

dimajukan. Vacum Advancer pada sistem pengapian berfungsi untuk memajukan saat

pengapian berdasarkan beban motor.

6) Governor advancer

Page 13: laporan pengapian konvesional

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF

Semester III SISTEM PENGAPIAN KONVESIONALNo. JST/OTO/OTO 318/01 Revisi : Tgl : 27 September 2015 Hal 1 dari

Governor advancer berfungsi untuk memajukan saat pengapian sesuai dengan

pertambahan putaran mesin. Bagian ini terdiri dari poros distributor dengan plat

pembawa pemberat sentrifugal, pemberat (bobot) sentrifugal, poros sentrifugal dengan

plat berkurva, dan pegas pengembali.

a) Prinsip Kerja Governor Advancer

Semakin cepat putaran motor, semakin mengembang bobot sentrifugal. Akibatnya proses

governor (cam) diputar lebih maju dari kedudukan semula kontak pemutus dibuka lebih

awal (saat pengapian lebih maju).

(1) Putaran idle (stasioner)

Pemberat sentrifugal belum mengembang, plat kurva belum ditekan, advance belum

bekerja, salah satu pegas pengembali masih longgar

(2) Putaran Rendah sampai Menengah

Pemberat sentrifugal mulai mengembang, plat kurva mulai ditekan, advance sentrifugal

mulai bekerja, hanya satu pegas pengembali mulai bekerja.

(3) Putaran Tinggi

Pemberat sentrifugal mengembang sampai pembatas maksimum, plat kurva ditekan,

advance bekerja maksimum, kedua pegas pengembali bekerja.